BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berada dalam jumlah yang tetap/konstan (Almatsier, 2001).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berada dalam jumlah yang tetap/konstan (Almatsier, 2001)."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Natrium Dalam Diet Ion natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot (Almatsier, 2008). Sebagai kation utama dalam cairan ekstraseluler, natrium mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel-sel. Secara normal tubuh dapat menjaga keseimbangan antara natrium di luar sel dan kalium di dalam sel. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan di dalam tubuh setiap waktu berada dalam jumlah yang tetap/konstan (Almatsier, 2001). Dalam menjalankan peranannya tersebut Natrium berhubungan dengan Kalium dan Klorida di dalam tubuh. Ion Na dan Cl merupakan elektrolit utama cairan ekstraseluler dan ion kalium pada cairan intraseluler. Natrium dan Kalium bersamasama berfungsi dalam menjaga keseimbangan air dan elektrolit (asam-basa) di dalam sel maupun cairan di dalam cairan ekstraseluler termasuk plasma darah (Siagian, 1999). Menurut Bruckber dalam Siagian (1999), sebanyak 60-70% natrium berada di dalam cairan tubuh ekstraseluler dan intraseluler dengan perbandingan 28:1, dan sekitar 30-40% berada didalam tulang. Diperkirakan sebanyak 65% dari seluruh kandungan natrium dalam tubuh mengalami pertukaran, dan hal ini tidak tampak berbeda dengan bertambahnya usia atau perbedaan jenis kelamin pada orang dewasa 7

2 8 normal. Kandungan normal natrium dalam plasma darah adalah meq/liter ( mg/100 ml). Sebagian besar natrium terdapat didalam plasma darah dan dalam cairan di luar sel, beberapa diantaranya terdapat didalam tulang. Jumlah natrium didalam tubuh manusia diperkirakan sekitar gram (Winarno, 1991). Natrium dapat diperoleh dari bahan pangan baik nabati maupun hewani. Kebanyakan makanan alami mengandung 0,1-3,0 mmol natrium per 100 gr, akan tetapi selama proses pemasakan banyak natrium ditambahkan dalam bentuk NaCl. Natrium biasanya berhubungan dengan klorida baik sebagai bahan makanan maupun fungsinya didalam sel (Siagian, 1999). Diantara makanan yang mengandung natrium yang tinggi dalam makanan secara alami adalah : Tabel 2.1. Daftar Kandungan natrium dalam 100 gram bahan makanan Bahan Makanan mgna Bahan Makanan mgna Corned Beef 1250 Margarin 950 Hati sapi 110 Susu kacang kedelai 15 Ginjal sapi 200 Roti cokelat 500 Telur bebek 191 Roti putih 530 Telur ayam 158 Kacang merah 19 Ikan ekor kuning 59 Kacang mende 26 Sardine 131 Jambu monyet, biji 26 Udang Segar 185 Selada 14 Teri Keriting 885 Pisang 18 Roti Bakar 700 The 50 Roti Cokelat 500 Cokelat manis 33 Mentega 987 Ragi 610 Sumber : Almatsier, 2001

3 9 Taksiran kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa adalah 500 mg. WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (ekivalen dengan 2400 mg Natrium). Pembatasan ini dilakukan karena peranan potensial natrium dalam menimbulkan tekanan darah tinggi (Almatsier, 2008). Menurut National Research Council of the National Academy of Sciences merekomendasikan konsumsi natrium per-hari sebanyak mg. Jumlah tersebut setara dengan ½ - 1½ sdt garam dapur perhari. Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorbsi, terutama dalam usus halus. Jumlah NaCl cairan yang dapat disediakan tubuh untuk diserap oleh usus adalah 44 gram bagi orang dewasa. NaCl sebanyak ini berasal dari makanan dan sistem gastrointestinal (Siagian, 1999). Natrium yang diabsorbsi dibawa oleh aliran darah ke ginjal. Di dalam ginjal natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium 90-95% yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran natrium diatur oleh hormone aldosteron, yang dikeluarkan kelenjar adrenal jika kadar natrium darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengabsorbsi kembali natrium. Dalam keadaan normal natrium yang dikeluarkan melalui urin sejajar dengan jumlah natrium yang dikonsumsi (Almatsier, 2001). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume

4 10 cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah (Astawan, 2003). Disamping itu, konsumsi garam dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan diameter arteri, sehingga jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang semangkin sempit dan akibatnya terjadi hipertensi (Hull, 1993). Konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic (Hull, 1993). Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan interaseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Astawan, 2003). Oleh karena itu perbandingan antara natrium dan kalium harus 1:1 untuk mencegah terjadinya hipertensi Efek Kelebihan Natrium Keadaan hipertensi banyak ditemukan pada masyarakat yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah yang besar. Natrium yang terlalu banyak didalam tubuh ditandai dengan pengembangan volume cairan ekstraseluler, yang menyebabkan oedem (Siagian, 1999). Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat (Khasanah, 2012).

5 Efek Kekurangan Natrium Secara normal tubuh mampu mempertahankan diri dari ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Namun, ada kalanya tubuh tidak mampu mengatasinya. Kekurangan natrium menyebabkan kejang, apatis, dan kehilangan nafsu makan. Kekurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, diare, keringat berlebihan (Almatsier, 2001). Bila terjadi kehilangan natrium yang banyak, maka cairan ekstraseluler berkurang, akibatnya tekanan osmotic cairan tubuh menurun. Hal ini menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga tekanan osmotic dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan termasuk darah akan meningkat, mengakibatkan penurunan tekanan darah. Aldosteron hormone yang terdapat pada korteks adrenal, membantu menahan natrium dengan cara menyerap kembali natrium bersama air dalam ginjal. Dengan cara ini volume cairan ekstraseluler dalam sirkulasi darah kembali normal (Winarno, 1991) Hipertensi Hipertensi adalah gejala peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat samapi ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Khasanah, 2012). Tekanan darah dibagi menjadi dua yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Angka lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi disebut tekanan darah sistolik. Angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi disebut tekanan darah diastolik. Dikatakan tekanan darah tinggi jika tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau

6 12 lebih, atau keduanya. Berdasarkan penelitian, pasien dengan tekanan sistolik tinggi mempunyai resiko kematian 2,5 kali lebih tinggi dari pada pasien dengan tekanan diastolik tinggi. Hal ini disebabkan karena, apabila tekanan sistolik tinggi, maka aliran darah keseluruh tubuh termasuk organ-organ vital juga terganggu (Khasanah, 2012) Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi tekanan darah menurut ESH/ESC sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH dan ESC Guildeness Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg) Optimal Normal Prehipertensi Hipertensi derajat Hipertensi derajat Hipertensi derajat Hipertensi isolasi sistolik Sumber: ESH/ESC, Faktor Risiko Hipertensi Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat membuat lebih mudah terkena tekanan darah tinggi. Faktor risiko hipertensi, beberapa diantaranya dapat dikendalikan atau dikontrol dan tidak dapat dikontrol.

7 13 1. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol. a. Umur Tekanan darah biasanya meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang dan paling banyak ditemukan pada mereka yang berusia diatas 40 tahun. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya, dimana terjadi kemunduran berbagai fungsi organ, seperti pada mata, telinga, saluran pencernaan, dan sebagainya. Pada sistem kardiovaskuler, dapat terjadi perubahan elastisitas dinding pembuluh darah, baik akibat aterosklerosis ataupun akibat lainnya. Perubahan elastisitas ini secara langsung mempengaruhi timbulnya gejala hipertensi (Jain, 2011). Hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia, 56% pria dan 52% wanita yang berusia lebih dari 65 tahun menderita tekanan darah tinggi. Pada usia lanjut peningkatan lebih terlihat pada tekanan sistolik dibandingkan diastolik. Peningkatan tekanan sistolik (>160/80) terjadi pada 8% dari mereka yang berusia 60 sampai 69 tahun, 11% dari mereka yang berusia 70 sampai 79 tahun, dan 22% dari mereka yang berusia diatas 80 tahun (Hayens, 2003). b. Jenis kelamin Pada umumnya kejadian hipertensi pada pria lebih tinggi dari pada wanita. Hal itu kemungkinan karena laki-laki banyak memiliki faktor pendorong terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan, dan makan tidak terkontrol. Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan risiko terjadi setelah menopause (Dalimartha, 2008). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan

8 14 prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin, yaitu pada laki-laki sebesar 31,3% dan pada perempuan 31,9%. c. Genetik (keturunan) Sekitar % penderita hipertensi essensial ditemukan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi essensial lebih besar. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial), juga berperan besar dalam menentukan tekanan darah (Palmer, 2005). Bahkan dikatakan dalam satu hasil penelitian 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi terbukti karena faktor keturunan. Tetapi faktor genetik ini tidak akan berpengaruh kecuali mendapatkan dukungan dari situasi dan lingkungan. Dalam arti, bahwa faktor genetik bisa menjadi ancaman jika berbagai faktor lain ada pada penderita seperti gaya hidup, tingkat stres, pola makan terutama dalam hal konsumsi garam serta kurangnya aktifitas fisik. 2. Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol a. Konsumsi garam berlebihan Asupan natrium (garam) dapat meningkatkan tekanan darah. Natrium yang masuk ke dalam tubuh akan langsung diserap ke dalam pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kadar natrium dalam darah meningkat. Natrium mempunyai sifat

9 15 menahan air, sehingga menyebabkan volume darah menjadi naik. Hal itu secara otomatis membuat tekanan darah ikut naik (Khasanah, 2012). Konsumsi makanan garam yang tinggi disebabkan karena memilih makanan serba instan yang biasanya mengandung zat pengawet, seperti natrium benzoate dan penyedap rasa seperti Mono Sodium Glutamate (MSG). Jenis makanan tersebut mengandung natrium yang cukup tinggi. Jadi jika makanan instan dikonsumsi terus menerus, tubuh menjadi kelebihan natrium. Kelebihan natrium akan menyebabkan tekanan darah naik akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume darah (Budiarso, 2001). b. Berat badan yang berlebihan (obesitas) Berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Seseorang dikatakan obesitas jika BMI lebih dari 30 kg/m 2 (Palmer, 2005). Obesitas dapat memicu terjadinya hipertensi karena penimbunan lemak berlebihan dalam tubuh. Sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya volume plasma, penyempitan pembuluh darah, dan memacu jantung untuk bekerja lebih berat. Selain itu, sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi, lebih tinggi dari penderita hipertensi dengan berat badan normal (Tilong, 2014). c. Kurang aktivitas fisik (kurang olahraga) Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi. Sebab kurang gerak dapat meningkatkan resiko penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah. Kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan resiko

10 16 tekanan darah tinggi (Tilong, 2014). Melakukan olahraga yang teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga yang bisa dilakukan selama 30 menit untuk penurunan tekanan darah seperti jalan kaki, bersepeda, senam aerobik (Palmer, 2005). Menurut JNC VII, penurunan tekanan darah rata-rata 4 sampai 6 mmhg karena program olahraga secara teratur. d. Merokok Rokok dapat merusak pembuluh darah, jantung, mengentalkan darah, dan merusak sistem kerja jantung. Rokok menjadi sangat bahaya karena rokok mengandung bahan kimia yang merusak jantung yaitu karbon monoksida dan nikotin. Karbon monoksida ini akan menempel pada hemoglobin darah yang bertugas sebagai pengangkut oksigen ke seleruh tubuh. Dan tugas karbon monoksida adalah mengurangi oksigen ke jantung dan seluruh organ tubuh. Sedangkan nikotin, bertugas merangsang produksi adrenalin dalam tubuh. Nikotin inilah yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah (Tilong, 2014). e. Minum alkohol Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menjadi faktor pendukung meningkatnya tekanan darah, baik karena efek beracunnya atau karena menyebabkan obesitas. Semangkin banyak alkohol yang diminum akan membuat tekanan darah semangkin tinggi. Alkohol juga dapat meningkatkan jumlah lemak dalam tubuh sehingga dapat mengakibatkan obesitas. Para dokter merekomendasikan pria untuk mengkonsumsi alkohol tidak lebih dari 21 unit alkohol setiap minggu (Jain, 2011).

11 17 f. Konsumsi kopi Kopi sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Kopi mengandung kafein yang merupakan stimulan ringan yang dapat mengatasi kelelahan, meningkatkan konsentrasi, dan menggembirakan suasana hati. Kopi merupakan sumber kafein terbesar, konsumsi kafein yang terlalu banyak akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Kafein dalam 2-3 cangkir kopi ( mg) terbukti dapat meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmhg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmhg. Kafein bukan termasuk zat gizi, tetapi secara nyata menyebabkan naiknya tekanan darah dalam waktu singkat untuk kemudian kembali normal (Khomsan, 2004). Mengkonsumsi kopi pada penderita hipertensi akan membahayakan karena meningkatkan risiko terjadinya stroke dan meningkatkan ekskresi kalsium yang akan berakibat peningkatan tekanan darah (Simon, 2002). g. Stres emosional Kondisi stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah karena memicu keluarnya beberapa hormon yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat dan tekanan darah meningkat (Tilong, 2014). Selain itu kondisi stress juga menyebabkan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan sehingga menyebabkan mual, muntah, mudah kenyang dan sakit kepala. Saat seseorang merasa tertekan, tubuhnya akan melepaskan adrenalin dan kortisol sehingga tekanan darah akan meningkat (Jain, 2011) Gejala Hipertensi

12 18 Tekanan darah tinggi pada umumnya tidak memiliki gejala yang khusus. Hipertensi sering tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun. Biasanya gejala baru dirasakan ketika sudah terjadi gangguan pada jantung, otak, atau ginjal. Oleh karena itu, sering kali hipertensi disebut sebagai silent killer (Khasanah, 2012). Pada hipertensi primer seringkali berjalan tanpa gejala sama sekali. Baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala yang sering ditemukan pada hipertensi primer adalah sakit kepala, nyeri atau sesak pada dada, cepat lelah ketika beraktifitas, jantung berdebar, gangguan tidur, mimisan, perdarahan, kebal dan kesemutan, gelisah, keringatan berlebihan, kram otot, badan lemah dan lesu, sering buang air kecil, dan pembengkakan dibawah mata pada pagi hari (Jain, 2011) Pada hipertensi sekunder, gejala yang timbul akan didahului gejala penyakit yang menimbulkan hipertensi tersebut. Misalnya, pada hipertensi yang disebabkan kelainan ginjal, gejala yang dirasakan pasien adalah gejala-gejala kelainan ginjal (Kusuma, 2013) Komplikasi Hipertensi Komplikasi akan terjadi jika tekanan darah terus menerus lebih tinggi dari normal. Bila tekanan darah tidak dikontrol dengan baik, maka akan timbul kerusakan pada pembuluh arteri dan organ-organ yang memerlukan pasokan darah. Adapun beberapa komplikasi jangka panjang apabila tekanan darah terus-menerus tinggi adalah :

13 19 1. Jantung dan Aorta Ketika jantung berpengaruh terhadap tekanan darah tinggi maka terjadi penebalan otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk memompa sehingga jantung akan semangkin membutuhkan energi yang besar. Adanya gangguan pembuluh darah jantung sendiri akan menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan menyebabkan nyeri. Jika kondisi seperti ini dibiarkan secara terus-menerus, akan menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian (Kusuma, 2013). Aorta adalah bagian terbesar dari arteri dalam tubuh yang paling elastis. Setelah bertahun-tahun terkena darah tinggi, maka aorta menjadi kurang elastis dan dindingnya dipenuhi lapisan lemak serta melar dan bengkak. Gumpalan darah dapat terbentuk di dinding aorta dan dapat menjadi embolus, yang menyangkut pada arteri yang mensuplai ginjal atau bagian tubuh lainnya. Aorta yang bengkak dapat meledak jika tekanan darah terlalu tinggi (Jain, 2011). 2. Otak Perdarahan pada otak akibat efek dari tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kelumpuhan. Arteri yang memasok darah keotak dapat pecah dan merusak sebagian otak. Bagian otak yang rusak dapat menyebabkan kelumpuhan. Hal ini disebut dengan stroke (Jain, 2011). 3. Mata Penderita tekanan darah tinggi biasanya terkena keruskanan retina, kerusakan pembuluh pada mata, dan kerusakan peredaran darah pada mata (Jain, 2011).

14 20 Didalam retina, terdapat pembuluh-pembulu darah tipis yang akan melebar saa terjadi hipertensi dan dapat pecah hingga menyebabkan gangguan penglihatan (Kusuma, 2013). 4. Ginjal Hipertensi juga membahayakan organ ginjal. Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan keruskan pembuluh darah ginjal sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat beracun bagi tubuh tidak berjalan dengan baik (Kusuma, 2013). Menurunnya fungsi ginjal akan membuat seseorang lebih sering buang air kecil dimalam hari dan membuat lebih cepat terasa haus dan lelah (Jain, 2011). 5. Angina Angina adalah perasaan tersumbat pada dada, rasa sakit terkadang turun menuju lengan dan rahang. Salah satu penyebab dari angina adalah karena mengerasnya dan menyempitnya arteri koroner akibat telah lama terkena tekanan darah tinggi. Angina muncul akibat berlebihnya kebutuhan akan darah untuk otot jantung (Jain, 2011) Pentalaksaan Diet Bagi Penderita Hipertensi Penatalaksanaan diet bagi penderita hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi dilakukan dengan terapi obat dan terapi nutrisi. Terapi nutrisi merupakan bagian dari terapi non farmakologis pada kasus hipertensi selain mengubah gaya hidup. Terapi nutrisi antara lain mengurangi konsumsi garam dan mengurangi konsumsi kolesterol untuk mencegah komplikasi (Wirakusumah, 2001).

15 21 Diet garam rendah pada hakekatnya adalah diet dengan mengkonsumsi makanan tanpa garam. Pemberian garam pada diet garam rendah harus memperhitungkan jumlah garam yang ada dalam setiap bahan makanan. Jadi tidak hanya terbatas pada garam dapur saja. Depkes (2006) merekomendasikan jumlah garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi yaitu kurang dari 6 gram atau 1 sendok teh per hari. Adapun yang dimaksud dengan diet garam rendah adalah garam natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO 3 ), baking powder, natrium benzoate, dan vetsin (Almatsier, 2008). Pembatasan asupan garam akan bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap natrium. Tujuan diet garam rendah adalah untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Namun yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang (Almatsier, 2008). Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit terdapat beberapa yaitu :

16 22 Tabel 2.3. Jenis Diet Garam Rendah No. Diet Garam Rendah Keterangan 1. Diet Garam Rendah I ( mg Natrium) Dalam pengolahan makanan pada diet rendah garam I tidak ditambahkan garam dapur, dan Diet Garam Rendah I diberikan kepada 2. Diet Garam Rendah II ( mg Natrium) 3. Diet Garam Rendah III ( mg Natrium) Sumber: (Almatsier, 2008) penderita hipertensi berat. Dalam pengolahan makanannya diperbolehkan menggunakan ½ sdt atau 2 gram garam dapur., Diet Garam Rendah II diberikan kepada penderita hipertensi sedang. Dalam pengolahan makanannya dibolehkan menggunakan 1 sdt atau 4 gram garam dapur. Diet Garam Rendah III diberikan kepada penderita hipertensi ringan. Adapun makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada penderita hipertensi menurut Instalasi Gizi Perjan RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.4. Makanan yang Dianjurkan bagi Penderita Hipertensi Bahan Makanan Sumber karbohidrat Sumber protein hewani Sumber protein nabati Sayuran Buah-Buahan Lemak Bumbu Sumber: (Almatsier, 2008) Makanan yang Dianjurkan Beras, kentang, singkong, terigu, tapioca, hunkwe, gula, makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut tanpa garam dapur dan soda Daging dan ikan maksimal 100 g sehari dan telur maksimal 1 butir sehari. Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam. Semua sayuran segar, sayuran yang diawet tanpa garam dapur dan natrium benzoat. Semua buah-buahan segar, buah yang diawet tanpa garam dapur dan natrium benzoat. Minyak goreng, margarin, dan mentega tanpa garam. Semua bumbu-bumbu ringan yang tidak mengandung garam dapur dan ikatan natrium. Garam dapur sesuai dengan Diet Garam II dan III.

17 23 Tabel 2.5. Makanan yang Tidak Dianjurkan bagi Penderita Hipertensi Bahan Makanan Sumber karbohidrat Sumber protein hewani Sumber protein nabati Sayuran Buah-Buahan Lemak Bumbu Sumber: (Almatsier, 2008). Makanan yang tidak dianjurkan Roti, biskuit, dan kue-kue yang dimasak denga garam dapur dan baking powder dan soda Otak, ginjal, lidah, sarden, daging, ikan, susu dan telur yang di awetkan dengan garam dapur seperti daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, ikan Keju, kacang tanah, dan semua kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan ikatan natrium lainnya. Sayuran yang dimasak dan diawet dengan garam dapur seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, dan acar. Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur seperti buah dalam kaleng. Margarin dan mentega biasa. Garam dapur diet Garam Rendah I, baking powder, soda kue, vetsin, dan bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti, kecap, terasi magi, saos tomat, petis, dan tauco Lanjut Usia Lanjut usia adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun (Arisman, 2009). Departemen Kesehatan RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut : a. Virilitas (prasenium) : masa persiapan usia lanjut yang menampakan kematangan jiwa (usia tahun) b. Usia lanjut dini (senescan) : kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia tahun) c. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai macam penyakit degeneratif (usia diatas 65 tahun).

18 24 Menurut Roe istilah menjadi tua sering dikaitkan dengan ketidakmampuan seseorang untuk berfungsi secara efesien, proses berfikir yang menurun, dan kepikunan yang sudah ada diambang pintu. Proses menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan struktur normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap benda-benda asing, termasuk mikroorganisme, dan menurunnya kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita (Almatsier, 2011) Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan baik secara fisik maupun mental. Perubahan ini akan mempengaruhi kondisi seseorang dari aspek psikologis, fosiologis, dan sosioekonomi. Perubahan fisologis pada lansia ditandai dengan : a. Perubahan komposisi tubuh sebagai akibat dari proses menua. Pada proses ini terjadi penurunan massa tanpa lemak dan massa tulang. Sebagian dari perubahan tersebut terjadi karena aktivitas beberapa hormon yang mengatur metabolisme menurun sesuai umurnya. b. Perubahan kulit dan bagian-bagiannya ditandai dengan kulit mengering, mengerut, timbul bintik-bintik karena pigmentasi, kehilangan elastisitas, dilatasi kapiler terutama pada muka, dan timbulnya kutil-kutil. c. Kehilangan gigi merupakan bagian dari proses menua. Sebanyak 17,6% usia lanjut mengalami kehilangan seluruh gigi asli.

19 25 d. Perubahan pada sistem otak dan syaraf akan berkurang seiring bertambahnya usia. Berkurangnya aliran darah ke otak sebagai akibat perubahan pembuluh darah yang mengalami aterosklorosis juga menyebabkan menurunnya fungsi otak. Kehilangan sel otak pada lansia dihubungkan dengan dimensia atau kepikunan yang tidak dapat diperbaiki. e. Sistem Kardiovaskuler, dengan bertambahnya usia struktur dan fungsi jantung serta sistem peredaran darah mengalami perubahan. Beban jantung bertambah sebagai akibat bertambahnya resistensi terhadap aliran darah dan pada waktu bersamaan otot jantung kehilangan kekuatan sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah juga menurun. f. Sistem Endokrin mengalami perubahan diantaranya perubahan anatomis pada kelenjar tiroid yang menyebabkan hipotiroidisme, menurunnya produksi insulin, berkurangnya kinerja hormon aldosteron yang dikeluarkan ginjal untuk menahan natrium dalam tubuh, dan kehilangan hormon estrogen pada wanita dan testosterone pada pria. g. Menurunnya fungsi saluran cerna yeng menyebabkan lambatnya pergerakan usus, sehingga resiko terhdap konstipasi meningkat h. Perubahan pada rongga mulut ditandai dengan berkurangnnya cairan ludah yang menyebabkan dehidrasi pada mulut, menipisnya jaringan gusi, mengerutnya jaringan ikat pada mulut, dan kurangnya sensitifitas indera pengecap dan pencium.

20 26 i. Perubahan pada mata ditandai dengan berkurangnya ketajaman penglihatan pada lansia. j. Kurangnya pendengaran lansia disebabkan berbagai faktor seperti keturunan, terkena bising, penyakit telinga kronis, dan aterosklorosis. Sedangkan perubahan psikologis pada lanjut usia ditandai dengan seringnya mengalami depresi atau tertekan karena merasa kesepian, kurang berharga atau karena kurangnya penghasilan yang sering disertai dengan hilangnya nafsu makan dan motivasi untuk menyiapkan makanan. Depresi seperti itu lebih banyak terjadi pada orang usia lanjut yang hidup sendiri atau tinggal di institusi atau panti werdha (Almatsier, 2011) Kerangka Teori Pengaturan keseimbangan natrium didalam tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Bila kadar natrium tinggi di dalam tubuh, ginjal akan mengeluarkannya melalui urin bersama dengan air. Bila terlalu banyak air yang keluar dari tubuh, volume darah akan menurun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein didalam darah yang dinamakan angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan akan naik. Disamping itu angiostenin mengatur pengeluaran hormone aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldesteron akan mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air sehingga tekanan darah meningkat (Almatsier, 2001). Hipotalamus mengatur konsentrasi garam didalam darah, merangsang kelenjar pituitary mengeluarkan hormone anti deuretika (ADH). ADH dikeluarkan bilamana

21 27 konsentrasi garam dalam tubuh terlalu tinggi atau volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap kembali air dan mengedarkan kembali ke dalam tubuh. Jadi semangkin banyak air yang dibutuhkan tubuh, semangkin sedikit yang dikeluarkan (Almatsier, 2001). Dalam menjalanankan peranannya natrium berikatan dengan klorida dan kalium. Ion natrium dan klorida merupakan elektrolit utama cairan ekstraseluler dan ion kalium pada cairan intraseluler. Untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah seharusnya asupan natrium dan kalium didalam tubuh seimbang dengan perbandingan 1:1 (Siagian, 1999). Asupan natrium yang tinggi didalam tubuh akan meningkatkan cairan ekstraseluler sehingga terjadinya peningkatan volume darah. Asupan kalium tinggi didalam tubuh akan meningkatkan cairan intraselular dan meningkatkan eksresi natrium didalam tubuh sehingga terjadinya penurunan tekanan darah.

22 28 Ginjal Otak Bila aliran darah berkurang ginjal mengeluarkan enzim renin Renin Darah Renin mengubah angiostensinogen menjadi bentuk aktif angiostensin Bila konsentrasi garam naik : timblah rangsangan terdahap kelenjar pituatari Kelenjar pituitari Kelenjar pituitary melepas hormone antideuretik/adh Angiostensin Kelenjar adrenal Kelenjar adrenal mengeluarkan aldosteron Pembuluh darah Pembuluh darah mengkerut, meningkatkan tekanan darah Ginjal menahan natrium dan air, dengan demikian meningkatkan tekanan darah Gambar 2.1. Kerangka teori Asupan natrium mempengaruhi hipertensi Sumber : Almatsier, 2001

23 Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini : Asupan Natrium Kejadian Hipertensi Karakteristik Lansia: a. Umur b. Jenis Kelamin Gambar 2.2. Kerangka Konsep Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi Pada penelitian ini yang menjadi variable bebas (independent) adalah karakteristik lansia (umur dan jenis kelamin) dan asupan natrium lansia. Sedangkan, variable terikat (dependent) adalah kejadian hipertensi. Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini melihat hubungan antara asupan natrium dengan hipertensi pada lanjut usia Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H a : Ada hubungan asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT Pelayanan Lanjut Usia Binjai

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR Latar Belakang Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension. Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk menyebutkan penyakit

Lebih terperinci

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEM IA Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA DIS = Salah ; Gangguan LIPID = Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA : gangguan metabolisme lemak Metabolisme lemak

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Hipertensi 1. Defenisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang berada di atas angka normal yaitu 110/80 mmhg. Maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan diastolik dan sistolik yang melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan proses mengalami perubahan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA

LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA LATAR BELAKANG Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal dan merupakan penyakit kronis yang perlu diterapi dengan tepat dan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah logam alkali lunak, berwarna putih perak; unsur dengan nomor atom 11, berlambang Na, dan bobot atom 22,9898.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah logam alkali lunak, berwarna putih perak; unsur dengan nomor atom 11, berlambang Na, dan bobot atom 22,9898. 2.1. Natrium 2.1.1. Definisi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Natrium adalah logam alkali lunak, berwarna putih perak; unsur dengan nomor atom 11, berlambang Na, dan bobot atom 22,9898. 2.1.2. Fungsi Sebagai kation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi. Menurut Santoso (2010) hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah (Blood Pressure = BP) adalah perkalian antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler perifer (Pheripheral Vascular Resistance

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Committee) VII tekanan darah 140/90 mmhg. Hipertensi seringkali disebut

BAB I PENDAHULUAN. Committee) VII tekanan darah 140/90 mmhg. Hipertensi seringkali disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu kondisi klinis dimana terjadi peningkatan darah secara konsisten diatas tekanan darah normal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Tekanan darah adalah kekuatan yang mendesak darah untuk beredar keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Kekuatan ini bersumber pada kerja jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI]

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI] 2015 copyright@saricipta2015 [BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI] Buku saku ini berisi informasi terkait Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang sangat bermanfaat dalam rangka pengendalian mandiri oleh jamaah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 2.1.1 Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Gaya yang menghasilkan

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu gejala peningkatan tekanan darah yang berpengaruh pada sistem organ yang lain, seperti stroke untuk otak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011). Memasuki usia tua, seseorang mengalami perubahan fisik,

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok Pengetahuan tentang merokok yang perlu diketahui antara lain meliputi definisi merokok, racun yang terkandung dalam rokok dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas hidup manusia. Umumnya setiap orang ingin mencapai usia panjang dan tetap sehat, berguna, dan bahagia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif adalah penyakit yang sulit untuk diperbaiki yang ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya hidup sehat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

Syarat makanan untuk bayi dan anak :

Syarat makanan untuk bayi dan anak : DIET ORANG SEHAT GOLONGAN ORANG SEHAT 1. BAYI DAN ANAK v masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat v ASI merupakan makanan ideal bagi bayi v Usia > 4 bulan perlu makanan tambahan v Perlu pengaturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan terjadi pada manusia baik perubahan pada fungsi tubuh maupun psikologis akibat proses menua. Lanjut usia

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

DIET PASIEN HEMODIALISA (CUCI DARAH)

DIET PASIEN HEMODIALISA (CUCI DARAH) DIET PASIEN HEMODIALISA (CUCI DARAH) PENDAHULUAN Diit pada Hemodialisis adalah diit yang diberikan pada penderita gagal ginjal kronik yang mendapat terpai pengganti HD. HD sebagai pengganti sebagian kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT A.HIPERKALEMIA a. pengertian JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi b. penyebab 1.pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal misalnya spironolakton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang paralel antara transisi demografi dan transisi teknologi, dewasa ini mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hipertensi Hipertensi adalah suatu peningkatan dalam darah yang terdapat di dalam arteri yaitu tekanan sistolik yang mencapai angka 140 mmhg atau lebih,dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natrium Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah kecil natrium berada dalam cairan intraselular (Suhardjo, 1992). Makanan sehari hari biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada: Tempat

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada: Tempat PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Malang, Februari 2015 Kepada: Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/i Calon Responden Di Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertsaudara tangan di bawah ini adalah mahasiswa DIII Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci