PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN"

Transkripsi

1 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Tata Cara Pengajuan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, tentang Gelar, Tanda Jasa dan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115); 4. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENGAJUAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN. BAB..

2 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 2. Pegawai Negeri pada Polri adalah Anggota Polri dan PNS Polri. 3. Tanda Jasa adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada seseorang yang berjasa dan berprestasi luar biasa dalam mengembangkan dan memajukan suatu bidang tertentu yang bermanfaat besar bagi bangsa dan negara. 4. adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada seseorang, kesatuan, institusi pemerintah atau organisasi atas darma bhakti dan kesetiaan yang luar biasa terhadap bangsa dan negara. 5. Medali adalah tanda jasa berbentuk segi lima. 6. Bintang adalah tanda kehormatan tertinggi berbentuk bintang. 7. Satyalancana adalah tanda kehormatan di bawah bintang berbentuk bundar. 8. Samkaryanugraha adalah tanda kehormatan berbentuk ular-ular dan patra. 9. Dewan Tanda Jasa dan yang selanjutnya disebut Dewan adalah pejabat Polri yang bertugas memberikan pertimbangan kepada Kapolri atau Kapolda dalam pengusulan pemberian Tanda Jasa dan Tanda kehormatan kepada Pegawai Negeri pada Polri, WNI dan WNA yang berjasa besar terhadap kemajuan dan pengembangan Polri. 10. Warga Negara Indonesia yang selanjutnya disingkat WNI adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara Indonesia. 11. Warga Negara Asing yang selanjutnya disingkat WNA adalah orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara asing. 12. Tidak Pernah Cacat adalah tidak meninggalkan tugas dan kewajiban pokok Kepolisian. Pasal..

3 3 Tujuan dari peraturan ini: Pasal 2 a. sebagai pedoman dalam pengusulan Tanda Jasa dan bagi Pegawai Negeri pada Polri, WNI, dan WNA; b. terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan Polri dalam pengusulan Tanda Jasa dan bagi Pegawai Negeri pada Polri, WNI, dan WNA; dan c. terpenuhinya hak Pegawai Negeri pada Polri, WNI, dan WNA untuk mendapatkan Tanda Jasa dan atas jasa dan prestasi luar biasa bagi kemajuan dan pengembangan Polri secara selektif. Prinsip-prinsip dalam peraturan ini: Pasal 3 a. legalitas, yaitu proses pengusulan pemberian Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan; b. objektivitas, yaitu bahwa proses pengusulan pemberian tanda jasa dan tanda kehormatan didasarkan pada pertimbangan yang objektif, rasional, murni tidak memihak selektif dan akuntabel; c. akuntabel, yaitu proses pengusulan pemberian Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan harus dapat dipertanggungjawabkan; d. keadilan, yaitu bahwa proses pengusulan pemberian Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan harus mencerminkan rasa keadilan bagi Pegawai Negeri pada Polri, WNI, dan WNA; e. kehati-hatian, yaitu bahwa proses pengusulan pemberian Tanda Jasa dan dilakukan dengan cermat, tepat dan teliti dengan memperhatikan kriteria persyaratan yang ditetapkan; f. keterbukaan, yaitu bahwa proses pengusulan pemberian Tanda Jasa dan harus dilakukan secara transparan dan dapat dikontrol oleh pihak internal dan eksternal; g. kesetaraan, yaitu bahwa hak pengusulan diberikan dengan perlakuan yang sama dan sederajat kepada Pegawai Negeri pada Polri, WNI dan WNA berdasarkan jasa dan prestasi luar biasa yang diberikan bagi kemajuan dan pengembangan Polri; dan h. timbal balik, yaitu bahwa proses pengusulan pemberian Tanda Jasa dan dapat diberikan sebagai ungkapan yang setimpal atau sebagai balas jasa menyangkut pemberian, penghormatan dan penghargaan dengan kementerian/lembaga/badan/organisasi dari dalam/luar negeri. BAB..

4 4 BAB II TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN Bagian Kesatu Tanda Jasa Pasal 4 (1) Tanda Jasa diberikan dalam bentuk Medali. (2) Tanda Jasa terdiri atas: a. Medali kepeloporan; b. Medali kejayaan; dan c. Medali perdamaian. (3) Tanda Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diusulkan oleh Kapolri kepada Dewan gelar, Tanda Jasa dan Republik Indonesia melalui Kementerian yang terkait bidang Jasanya. (4) Usulan sebagaimana pada ayat (3) disampaikan setelah ada pertimbangan atau rekomendasi dari Dewan Tanda Jasa dan Polri bagi yang telah memenuhi persyaratan umum dan khusus. (1) berupa: a. Bintang; b. Satyalancana; dan c. Samkaryanugraha. Bagian Kedua Pasal 5 (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh Kapolri kepada melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Republik Indonesia. (3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada: a. perseorangan, untuk Bintang dan Satyalancana; dan b. kesatuan di lingkungan Polri, untuk Samkaryanugraha. Pasal..

5 5 Pasal 6 (1) Bintang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a terdiri dari: a. Bintang sipil; dan b. Bintang militer. (2) Bintang sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari: a. Bintang Republik Indonesia; b. Bintang Mahaputera; c. Bintang Jasa; d. Bintang Kemanusiaan; e. Bintang Penegak Demokrasi; f. Bintang Budaya Parama Dharma; dan g. Bintang Bhayangkara. (3) Bintang militer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari: a. Bintang Gerilya; b. Bintang Sakti; c. Bintang Dharma; d. Bintang Yudha Dharma; e. Bintang Kartika Eka Pakci; f. Bintang Jalasena; dan g. Bintang Swa Bhuwana Paksa. Pasal 7 (1) berupa Bintang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f, dan ayat (3) diusulkan oleh Kapolri kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Republik Indonesia melalui kementerian terkait bidang jasanya. (2) berupa Bintang Bhayangkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf g diusulkan oleh Kapolri kepada Presiden Republik Indonesia melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Republik Indonesia. Pasal..

6 6 Pasal 8 Bintang Bhayangkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf g terdiri dari: a. Bintang Bhayangkara Utama; b. Bintang Bhayangkara Pratama;dan c. Bintang Bhayangkara Nararya. Pasal 9 Bintang Bhayangkara Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a diberikan: a. kepada Presiden dan Wakil Presiden; b. secara fungsional karena kemampuannya kepada Kapolri, Panglima TNI, dan Kepala Staf Angkatan; c. secara selektif kepada Menteri dan pejabat setingkat Menteri; dan d. secara selektif kepada kepala negara atau kepala pemerintahan, kepala kepolisian/panglima/kepala staf angkatan bersenjata negara lain karena hubungan timbal balik. Pasal 10 Bintang Bhayangkara Pratama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b diberikan: a. secara fungsional kepada Wakapolri, Irwasum Polri, Kabareskrim Polri, Kabaharkam Polri, Kabaintelkam Polri, dan Kalemdikpol; b. kepada pejabat Polri yang berpangkat Inspektur Jenderal Polisi, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. telah memiliki bintang Bhayangkara Nararya; 2. telah memangku jabatan struktural yang dipersyaratkan pangkat bintang dua selama 1 (satu) tahun; 3. untuk jabatan-jabatan di luar struktur Polri secara selektif ditentukan oleh Kapolri; dan 4. prioritas pengajuan usul perolehan berdasarkan pada tingkat/hierarki organisasi. Pasal 11 Bintang Bhayangkara Nararya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c diberikan kepada Anggota Polri: a. atas dasar prestasi yang tidak terikat masa bakti; dan b. yang memiliki masa kerja dalam dinas Polri selama 24 (dua puluh empat) tahun secara terus menerus tanpa cacat, dan telah mendapatkan Satyalancana Pengabdian 24 (dua puluh empat) tahun. Pasal..

7 7 Pasal 12 (1) Satyalancana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, untuk Anggota Polri terdiri dari: a. Satyalancana Pengabdian 8 (delapan) tahun, 16 (enam belas) tahun, 24 (dua puluh empat) tahun dan 32 (tiga puluh dua) tahun; b. Satyalancana Bhakti Pendidikan; c. Satyalancana Jana utama; d. Satyalancana Ksatria Bhayangkara; e. Satyalancana Karya Bhakti; f. Satyalancana Operasi Kepolisian; g. Satyalancana Bhakti Buana; h. Satyalancana Bhakti Nusa; i. Satyalancana Bhakti Purna;dan j. Satyalancana Dharma Nusa. (2) Satyalancana untuk PNS Polri berupa Satyalancana Karya Satya 10 (sepuluh) tahun, 20 (dua puluh) tahun, 30 (tiga puluh) tahun dan Satyalancana Dharma Nusa. (3) Satyalancana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf e, dan huruf j dapat diusulkan untuk WNI. (4) Satyalancana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat diusulkan untuk WNA. (5) berupa Satyalancana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diusulkan oleh Kapolri kepada Presiden Republik Indonesia melalui Dewan gelar, Tanda Jasa dan Republik Indonesia. Pasal 13 (1) Samkaryanugraha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c berupa Samkaryanugraha Nugraha Sakanti diberikan kepada kesatuan di lingkungan Polri. (2) Samkaryanugraha Nugraha Sakanti diusulkan oleh Kapolri kepada melalui Dewan gelar, Tanda Jasa dan Republik Indonesia. Pasal 14 Bentuk dan jenis Tanda Jasa dan berupa Bintang dan Satyalancana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini. BAB..

8 8 BAB III PERSYARATAN PENERIMA TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN Bagian Kesatu Persyaratan umum Pasal 15 Persyaratan umum penerima Tanda Jasa dan sebagai berikut: a. WNI atau seseorang yang berjuang dan atau bertugas di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI; b. memiliki integritas moral dan keteladanan; c. berjasa terhadap bangsa dan negara; d. berkelakuan baik; e. setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara; dan f. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat lima tahun. Bagian Kedua Persyaratan Khusus Penerima Tanda Jasa Pasal 16 (1) Syarat khusus penerima Medali Kepeloporan sebagai berikut: a. berjasa dan berprestasi luar biasa dalam merintis, mengembangkan, dan memajukan pendidikan, perekonomian, sosial, seni, budaya, agama, hukum, kesehatan, pertanian, kelautan, lingkungan, dan/atau bidang lain; b. berjasa luar biasa dalam penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau c. berjasa luar biasa menciptakan karya besar dalam bidang pembangunan. (2) Syarat khusus penerima Medali Kejayaan yaitu berjasa dan berprestasi luar biasa dalam mengharumkan nama bangsa dan negara di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, olahraga, seni, budaya, agama, dan/atau bidang lain. (3) Syarat khusus penerima Medali Perdamaian yaitu berjasa dan berprestasi luar biasa dalam mengembangkan dan memajukan perdamaian, diplomasi, persahabatan, dan persaudaraan. Bagian..

9 9 Bagian Ketiga Persyaratan Khusus Penerima Bintang Pasal 17 Syarat khusus penerima Bintang Republik Indonesia sebagai berikut: a. berjasa sangat luar biasa di berbagai bidang yang bermanfaat bagi keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan bangsa dan negara; b. pengabdian dan pengorbanannya di berbagai bidang sangat berguna bagi bangsa dan negara; dan/atau c. darmabakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional dan internasional. Pasal 18 Syarat khusus penerima Bintang Mahaputera sebagai berikut: a. berjasa luar biasa di berbagai bidang yang bermanfaat bagi kemajuan kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa dan negara; b. pengabdian dan pengorbanannya di bidang sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan beberapa bidang lain yang besar manfaatnya bagi bangsa dan negara; dan/atau c. darmabakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional dan internasional. Pasal 19 Syarat khusus penerima Bintang Jasa sebagai berikut: a. berjasa besar di suatu bidang atau peristiwa tertentu yang bermanfaat bagi keselamatan, kesejahteraan, dan kebesaran bangsa dan negara; b. pengabdian dan pengorbanannya di bidang sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan beberapa bidang lain yang bermanfaat bagi bangsa dan negara;dan/atau c. darmabakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional. Pasal 20 Syarat khusus penerima Bintang Kemanusiaan sebagai berikut: a. berjasa besar di suatu bidang yang bermanfaat bagi tegaknya nilai-nilai perikemanusiaan dan perikeadilan bangsa dan negara; b. pengabdian dan pengorbanannya di bidang Hak Asasi Manusia (HAM), hukum, pelayanan publik, dan kemanusiaan berguna bagi bangsa dan negara; dan/atau c. darmabakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional. Pasal..

10 10 Pasal 21 Syarat khusus penerima Bintang Penegak Demokrasi sebagai berikut: a. berjasa besar di suatu bidang yang bermanfaat bagi tegaknya prinsip kerakyatan, kebangsaan, kenegaraan, dan pembangunan hukum nasional; b. pengabdian dan pengorbanannya di bidang demokrasi, politik, dan legislasi berguna bagi bangsa dan negara; dan/atau c. darmabakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional. Pasal 22 Syarat khusus penerima Bintang Budaya Parama Dharma sebagai berikut: a. berjasa besar dalam meningkatkan, memajukan dan membina kebudayaan bangsa dan negara; b. pengabdian dan pengorbanannya di bidang kebudayaan, baik kesenian, nilainilai tradisional, dan kearifan lokal bermanfaat bagi bangsa dan negara; dan/atau c. darmabakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional. Pasal 23 Syarat Khusus penerima Bintang Bhayangkara sebagai berikut: a. Anggota Polri yang berjasa besar dengan keberanian, kebijaksanaan dan ketabahan luar biasa melampaui panggilan kewajiban yang disumbangkan untuk kemajuan dan pengembangan Polri; b. tidak pernah cacat selama bertugas di Polri; atau c. WNI bukan Anggota Polri yang berjasa besar terhadap kemajuan dan pengembangan Polri. Bagian Keempat Persyaratan Khusus Penerima Satyalancana Pasal 24 Syarat khusus penerima Satyalancana Pengabdian yaitu Anggota Polri yang dalam melaksanakan tugas pokok secara terus menerus selama 8 (delapan) tahun, 16 (enam belas) tahun, 24 (dua empat) tahun dan 32 (tiga puluh dua) tahun dengan menunjukan etika profesi, sehingga dapat dijadikan tauladan bagi Anggota Polri yang lain. Pasal..

11 11 Pasal 25 Syarat khusus penerima Satyalancana Bhakti Pendidikan sebagai berikut: a. Anggota Polri yang menjadi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lembaga pendidikan kepolisian yang bertugas paling singkat 2 (dua) tahun secara terus menerus atau 3 (tiga) tahun tidak terus menerus; b. Anggota Polri yang ditugaskan untuk menjadi tenaga pendidik di luar lembaga pendidikan Polri paling singkat 2 (dua) tahun secara terus menerus atau 3 (tiga) tahun secara tidak terus menerus; atau c. WNI bukan Anggota Polri dan WNA yang karena keahliannya menjadi tenaga pendidik dan/atau kerjasama di bidang ilmu kepolisian paling singkat 1 (satu) tahun secara terus menerus atau 2 (dua) tahun tidak terus menerus. Pasal 26 Syarat khusus penerima Satyalancana Jana Utama sebagai berikut: a. Anggota Polri yang dalam waktu paling singkat 8 (delapan) tahun telah melaksanakan tugas pokok dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri dengan menunjukkan etika profesi dan kinerja yg baik serta berdampak bagi kemajuan institusi Polri; atau b. WNI bukan Anggota Polri yang aktif turut serta membantu Polri di segala bidang dalam menjalankan fungsi kepolisian yang berdampak bagi kemajuan institusi Polri. Pasal 27 Syarat khusus penerima Satyalancana Ksatria Bhayangkara yaitu Anggota Polri yang berjasa dalam melaksanakan tugas kepolisian di bidang operasional atau bidang pembinaan dan memenuhi syarat-syarat profesionalisme serta etika profesi yang berdampak terhadap kemajuan institusi Polri. Pasal 28 Syarat khusus penerima Satyalancana Karya Bhakti sebagai berikut: a. Anggota Polri yang aktif turut serta dalam kegiatan yang menghasilkan karya nyata dan patut dikenang yang berdampak pada kemajuan dan pembangunan institusi Polri; atau b. WNI bukan Anggota Polri dan WNA yang aktif turut serta dalam membantu tugas-tugas Polri di segala bidang yang menghasilkan karya nyata dan patut dikenang untuk kemajuan dan pembangunan Polri. Pasal..

12 12 Pasal 29 Syarat khusus penerima Satyalancana Operasi Kepolisian sebagai berikut: a. Anggota Polri yang telah melaksanakan tugas pengungkapan kasus menonjol yang berdampak luas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara serta mendapat perhatian dunia internasional; atau b. gugur, tewas, dan/atau cacat permanen dalam melaksanakan tugas operasi kepolisian. Pasal 30 Syarat khusus penerima Satyalancana Bhakti Bhuana yaitu Anggota Polri yang telah melaksanakan tugas kepolisian internasional di luar negeri dengan menunjukkan disiplin dan tanggung jawab, dengan ketentuan: a. paling singkat 2 (dua) bulan terus menerus atau 6 (enam) bulan secara tidak terus menerus dalam penugasan misi perdamaian; b. paling singkat 2 (dua) tahun bagi yang melaksanakan penugasan misi kepolisian; atau c. gugur/meninggal dunia dalam penugasan misi perdamaian dan misi kepolisian di luar negeri bukan karena akibat tindakan sendiri. Pasal 31 Syarat khusus penerima Satyalancana Bhakti Nusa yaitu Anggota Polri yang melaksanakan tugas pokok di perbatasan dan/atau daerah terpencil wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dengan ketentuan: a. paling singkat 1 (satu) tahun secara terus menerus dengan menunjukan etika profesi; atau b. 2 (dua) tahun secara tidak terus menerus dengan menunjukan etika profesi. Pasal 32 Syarat khusus penerima Satyalancana Bhakti Purna yaitu Anggota Polri yang telah mendarmabaktikan diri, dengan ketentuan: a. telah memiliki Satyalancana Pengabdian 32 (tiga puluh dua) tahun; atau b. telah melaksanakan tugas secara terus menerus paling singkat 32 (tiga puluh dua) tahun dengan menunjukkan etika profesi. Pasal..

13 13 Pasal 33 Syarat khusus penerima Satyalancana Dharma Nusa yaitu Anggota Polri dan PNS Polri yang berjasa di dalam melaksanakan tugas operasi pemulihan keamanan, serta WNI lainnya yang telah berjasa dalam membantu operasi pemulihan keamanan di daerah gejolak dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dengan ketentuan: a. paling singkat 90 (sembilan puluh) hari terus menerus; b. paling singkat 120 (seratus dua puluh) hari secara tidak terus menerus; dan c. gugur/tewas akibat penugasannya. Pasal 34 Syarat khusus penerima Satyalancana Karya Satya yaitu PNS Polri yang telah bekerja dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara dan pemerintah, serta dengan penuh pengabdian, kejujuran, kecakapan, dan disiplin secara terus menerus paling singkat 10 (sepuluh) tahun, 20 (dua puluh) tahun, atau 30 (tiga puluh) tahun dengan ketentuan: a. dalam masa bekerja terus menerus, PNS Polri yang bersangkutan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan peraturan perundang-undangan atau tidak pernah cuti di luar tanggungan negara; b. perhitungan masa kerja bagi PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat dimulai sejak diterbitkannya surat keputusan telah menjalankan hukuman disiplin atau kembali bekerja di instansi; dan c. perhitungan masa kerja dihitung sejak Calon PNS Polri diangkat menjadi PNS Polri. Bagian Keempat Persyaratan Khusus Penerima Samkaryanugraha Pasal 35 Syarat khusus Satyalancana Samkaryanugraha Nugraha Sakanti, diberikan kepada kesatuan di lingkungan Polri yang telah berjasa di bidang tugas kepolisian yang bermanfaat bagi kepentingan bangsa dan Negara. Bagian Kelima Persyaratan Administrasi Pengajuan Pasal 36 Syarat administrasi pengajuan Bintang Bhayangkara sebagai berikut: a. surat usulan dari Kasatker/Kasatwil; b. daftar riwayat hidup; c. fotokopi Kep/Skep pengangkatan pertama; d. fotokopi Kep/Skep jabatan terakhir; e. fotokopi..

14 14 e. fotokopi Kep/Skep Pangkat terakhir; f. Surat Keterangan Hasil Penelitian (SKHP) dari: 1. Divpropam Polri bagi yang berpangkat: a) Perwira Menengah (Pamen) Polri ke atas; dan b) Perwira Pertama (Pama) Polri, Brigadir Polri di lingkungan Satker Mabes Polri; 2. Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda bagi yang berpangkat Pama Polri, dan Brigadir Polri di kewilayahan; g. fotokopi Keputusan Presiden Satyalancana Pengabdian 24 (dua puluh empat) tahun atau Keputusan Kapolri Satyalancana Kesetiaan 24 (dua puluh empat) tahun. Pasal 37 (1) Syarat administrasi pengajuan Satyalancana sebagai berikut: a. surat usulan dari Kasatker/Kasatwil; b. daftar riwayat hidup; c. fotokopi Kep/Skep jabatan terakhir; d. fotokopi Kep/Skep Pangkat terakhir; e. fotokopi Kep/Skep pengangkatan pertama; f. SKHP dari: 1. Divpropam Polri bagi yang berpangkat: a) Pamen Polri ke atas; dan b) Pama Polri, Brigadir Polri dan PNS Polri di lingkungan Satker Mabes Polri; 2. Bidpropam Polda bagi yang berpangkat Pama Polri, dan Brigadir Polri dan PNS Polri di kewilayahan. (2) Untuk pengusulan Satyalancana Bhakti Pendidikan, Satyalancana Bhakti Buana, Satyalancana Bhakti Nusa dan Satyalancana Dharma Nusa melampirkan Kep/Skep/Sprin penugasan yang bersangkutan. (3) Untuk pengusulan Satyalancana Jana Utama, Satyalancana Ksatria Bhayangkara, Satyalancana Karya Bhakti dan Satyalancana Operasi Kepolisian melampirkan surat keterangan dari Kasatker/Kasatwil pengusul tentang narasi pelaksanaan tugas/keberhasilan tugas. Pasal 38 Syarat administrasi pengajuan Satyalancana Samkaryanugraha Nugraha Sakanti sebagai berikut: a. surat usulan dari kepala kesatuan; dan b. surat keterangan dari Kasatker/Kasatwil pengusul tentang narasi pelaksanaan tugas/keberhasilan tugas kepolisian yang disahkan oleh Kapolri. BAB..

15 15 BAB IV DEWAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN Bagian Kesatu Susunan Dewan Pasal 39 Susunan Dewan Tanda Jasa dan tingkat Mabes Polri terdiri dari: a. Ketua : As SDM Kapolri; b. Wakil ketua : Kepala Biro Perawatan Personel (Karowatpers) SSDM Polri; c. Sekretaris : Kepala Bagian Pelayanan Hak Biro Perawatan Personel (Kabagyanhak Rowatpers) SSDM Polri; dan d. Anggota : 1. 3 (tiga) orang Pamen SSDM Polri; 2. 1 (satu) orang Pamen Itwasum Polri; 3. 1 (satu) orang Pamen Lemdikpol; 4. 1 (satu) orang Pamen Sops Polri; 5. 1 (satu) orang Pamen Divkum Polri; 6. 1 (satu) orang Pamen Divpropam Polri; dan 7. 1 (satu) orang Pamen Satker Pengusul. Pasal 40 Susunan Dewan Tanda Jasa dan tingkat Polda sebagai berikut: a. Ketua : Wakapolda; b. Wakil : Irwasda; c. Sekretaris : Karo SDM; dan d. Anggota : 1. 2 (dua) orang Pamen Biro SDM Polda; 2. 1 (satu) orang Pamen Itwasda Polda; 3. 1 (satu) orang Pamen Roops Polda; 4. 1 (satu) orang Pamen Bidpropam Polda; 5. 1 (satu) orang Pamen Bidkum Polda; dan 6. 1 (satu) orang Pamen Satker Pengusul. Pasal 41 Kewenangan pengangkatan Dewan Tanda Jasa dan oleh: a. Kapolri untuk pengangkatan Dewan Tanda Jasa dan Polri; b. Kapolda untuk pengangkatan Dewan Tanda Jasa dan Polda. Bagian..

16 16 Bagian Kedua Tugas dan Kewajiban Dewan Pasal 42 Tugas dan kewajiban Dewan Tanda Jasa dan tingkat Mabes Polri: a. meneliti, membahas, dan memverifikasi usulan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan; b. melaksanakan sidang pengusulan pemberian dan pengusulan pencabutan Tanda Jasa dan ; c. menentukan dapat atau tidaknya seseorang/kesatuan untuk diusulkan mendapatkan Tanda Jasa dan ; dan d. memberikan rekomendasi hasil pelaksanaan sidang kepada Kapolri. Pasal 43 Tugas dan kewajiban Dewan Tanda Jasa dan tingkat Polda: a. meneliti, membahas, dan memverifikasi usulan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan; b. melaksanakan sidang pengusulan pemberian dan pengusulan pencabutan Tanda Jasa dan ; c. menentukan dapat atau tidaknya seseorang/kesatuan untuk diusulkan mendapatkan Tanda Jasa dan ; dan d. memberikan rekomendasi hasil pelaksanaan sidang kepada Kapolda. Pasal 44 Biaya pelaksanaan tugas Dewan Tanda Jasa dan dibebankan kepada Daftar Isian Program Anggaran (DIPA) Polri. BAB V TATA CARA PENGAJUAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN Pasal 45 Tata cara pengajuan Tanda Jasa dan tingkat Mabes Polri: a. Kasatker di lingkungan Mabes Polri mengusulkan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan kepada As SDM Kapolri selaku Ketua Dewan Tanda Jasa dan, 6 (enam) bulan sebelum tanggal 1 Juli Tahun Anggaran Berjalan (TAB); b. As SDM Kapolri melaksanakan verifikasi dan penelitian kelengkapan administrasi berkas pengajuan dari Satker; c. As SDM..

17 17 c. As SDM Kapolri mengajukan daftar personel yang memenuhi syarat kepada Kadivpropam Polri untuk dimintakan penelitian sebagai bahan rapat/sidang Dewan Tanda Jasa dan Polri; d. Dewan Tanda Jasa dan Polri menyelenggarakan sidang; e. Dewan Tanda Jasa dan Polri membuat berita acara hasil sidang dan membuat rekomendasi kepada Kapolri; f. Kapolri mengajukan surat usulan pemberian Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan kepada Presiden melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, 6 (enam) bulan sebelum tanggal 1 Juli TAB; dan g. Kapolri mengajukan surat usulan pemberian Satyalancana Karya Satya bagi PNS Polri kepada Presiden melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, 6 (enam) bulan sebelum tanggal 29 November TAB. Pasal 46 Tata cara pengajuan usul Tanda Jasa dan pada tingkat Polda: a. Kasatker/Kasatwil mengusulkan Tanda Jasa dan kepada Karo SDM Polda; b. Karo SDM Polda melaksanakan penelitian kelengkapan berkas administrasi dari Satker/Satwil pengusul; c. Karo SDM Polda mengajukan daftar personel yang memenuhi syarat kepada Kabidpropam Polda untuk dimintakan penelitian personel sebagai bahan rapat/sidang Dewan Tanda Jasa dan Polda; d. Dewan Tanda Jasa dan Polda menyelenggarakan sidang; e. Dewan Tanda Jasa dan Polda membuat berita acara hasil sidang dan membuat rekomendasi kepada Kapolda; f. Kapolda mengajukan surat usulan pemberian Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan kepada Kapolri melalui As SDM Kapolri selaku ketua Dewan Tanda Jasa dan Polri, 6 (enam) bulan sebelum tanggal 1 Juli TAB; dan g. Kapolda mengajukan surat usulan pemberian Satyalancana Karya Satya bagi PNS Polri kepada Kapolri melalui As SDM Kapolri selaku ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa dan, 6 (enam) bulan sebelum tanggal 29 November TAB. Pasal 47 (1) Bagi Anggota Polri yang ditugaskan di luar struktur organisasi Polri, pengajuan Tanda Jasa dan diusulkan oleh pimpinan kementerian/ lembaga/badan kepada Kapolri. (2) Usulan pengajuan Tanda Jasa dan yang diterima Kapolri diteruskan kepada As SDM Kapolri selaku ketua Dewan Tanda Jasa dan untuk dilaksanakan verifikasi, penelitian, dan sidang. BAB..

18 18 BAB VI SUSUNAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG DAN SATYALANCANA Pasal 48 Tanda Jasa dan berupa Bintang dan Satyalancana dipakai pada: a. Pakaian Dinas Upacara (PDU) saat upacara hari besar nasional atau upacara besar lainnya; dan b. Pakaian Dinas Harian (PDH). Pasal 49 Tanda Jasa Medali dipakai dengan cara dikalungkan sejajar dengan Bintang Gerilya, Bintang Sakti, dan Bintang Dharma di bawah Bintang Republik Indonesia dan Bintang Maha Putera. Pasal 50 Susunan pemakaian Bintang dan Satyalancana: a. Bintang yang berbentuk pita slempang, dipakai dengan cara dislempangkan dari pundak kanan ke pinggang kiri sehingga letak Bintang tepat di pinggang sebelah kiri; b. Bintang yang berbentuk pita kalung, dipakai dengan cara dikalungkan sehingga letak Bintang tepat di tengah dada pada PDU-I dan PDU-II; c. Bintang dan Satyalancana yang berbentuk pita gantung, dipakai dengan cara digantungkan di dada sebelah kiri atas saku PDU-I; dan d. pada pemakaian sehari-hari, Bintang dan Satyalancana dipakai dengan cara ditempelkan di dada sebelah kiri atas saku PDU-III, PDU-IV, dan PDH dalam bentuk pita. Pasal 51 (1) Susunan pemakaian dari kanan ke kiri, sebagai berikut: a. Bintang Republik Indonesia; b. Bintang Maha Putera; c. Bintang Jasa; d. Bintang Kemanusiaan; e. Bintang Penegak Demokrasi; f. Bintang Budaya Parama Dharma; g. Bintang Bhayangkara Utama; h. Bintang..

19 19 h. Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Jala Sena Utama dan Swa Bhuwana Paksa Utama; i. Bintang Bhayangkara Pratama; j. Bintang Bhayangkara Nararya; k. Satyalancana Pengabdian 8, 16, 24, dan 32 Tahun; l. Satyalancana Bhakti Pendidikan; m. Satyalancana Jana Utama; n. Satyalancana Ksatria Bhayangkara; o. Satyalancana Karya Bhakti; p. Satyalancana Operasi Kepolisian; q. Satyalancana Bhakti Buana; r. Satyalancana Bhakti Nusa; s. Satyalancana Bhakti Purna; dan t. Satyalancana Dharma Nusa. (2) Susunan pemakaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini. BAB VII PENGUSULAN PENCABUTAN Pasal 52 Tanda Jasa dan dapat diusulkan untuk dicabut dengan ketentuan: a. penerima Tanda Jasa dan tidak lagi memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; b. ada usul pencabutan dari perseorangan, kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan/atau kelompok masyarakat; dan c. telah dibahas, diverifikasi, dan diteliti oleh Dewan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan Polri, dengan mempertimbangkan keterangan dari penerima Tanda Jasa dan. Pasal 53 (1) Kapolri berhak mengusulkan pencabutan Tanda Jasa dan kepada Presiden melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan disertai alasan pencabutan dan bukti yang menguatkan. (2) Usul pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah memperhatikan dan mempertimbangkan rekomendasi Dewan Tanda Jasa dan Polri. BAB..

20 20 BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 54 Peraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Kapolri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2012 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Drs. TIMUR PRADOPO JENDERAL POLISI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 2012 MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN Paraf: 1. Karowatpers SSDM Polri : As SDM Kapolri : Kadivkum Polri : Kasetum Polri : Wakapolri :... BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR

21 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN

22 2 DAFTAR LAMPIRAN A. BENTUK DAN JENIS TANDA KEHORMATAN BINTANG B. BENTUK DAN JENIS TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA C. SUSUNAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG DAN SATYALANCANA

23 3 A. TANDA KEHORMATAN BINTANG 1. BINTANG REPUBLIK INDONESIA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG REPUBLIK INDONESIA No. Piagam Menganugerahkan : Bintang Republik Indonesia Utama Kepada Nama : Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang sangat luar biasa serta pengabdian dan pengorbanannya di berbagai bidang yang bermanfaat dan berguna bagi keutuhan, kelangsungan, serta kejayaan bangsa dan negara KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 2. BINTANG..

24 4 2. BINTANG MAHAPUTERA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG MAHAPUTERA No. Piagam Menganugerahkan : Bintang Mahaputera Utama Kepada Nama : Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 28 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang luar biasa serta pengabdian dan pengorbanannya di bidang sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, serta beberapa bidang lain yang besar manfaatnya dan berguna bagi kemajuan, kesejahteraan, serta kemakmuran bangsa dan negara. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 3. BINTANG..

25 5 3. BINTANG JASA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG JASA No. Nama : Piagam Menganugerahkan : Bintang Jasa Utama Kepada Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 28 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan atas jasanya yang besar serta pengabdian dan pengorbanannya di bidang sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, serta beberapa bidang lain yang bermanfaat dan berguna bagi keselamatan, kesejahteraan, serta kebesaran bangsa dan negara. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 4. BINTANG..

26 6 4. BINTANG KEMANUSIAAN PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG KEMANUSIAAN No. Nama : Piagam Menganugerahkan : Bintang Kemanusiaan Kepada Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 28 Ayat (4) Undang-Undang No. 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan atas jasanya yang besar serta pengabdian dan pengorbanannya di bidang hak asasi manusia, hukum, pelayanan publik, serta kemanusiaan yang bermanfaat bagi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan dan perikeadilan bangsa dan negara. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 5. BINTANG..

27 7 5. BINTANG PENEGAK DEMOKRASI UTAMA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG PENEGAK DEMOKRASI UTAMA No. Nama : Piagam Menganugerahkan : Bintang Penegak Demokrasi Utama Kepada Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 28 Ayat (5) Undang-Undang No. 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan atas jasanya yang besar serta pengabdian dan pengorbanannya di bidang demokrasi, politik, serta legislasi yang bermanfaat bagi tegaknya prinsip kerakyatan, kebangsaan, kenegaraan, dan pembangunan hukum nasional. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 6. BINTANG..

28 8 6. BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA No. Nama : Piagam Menganugerahkan : Bintang Budaya Parama Dharma Kepada Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 28 Ayat (6) Undang-Undang No. 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan atas jasanya yang besar serta pengabdian dan pengorbanannya di bidang kebudayaan, baik kesenian, nilai-nilai tradisional, maupun kearifan lokal, yang bermanfaat dalam meningkatkan, memajukan serta membina kebudayaan bangsa dan negara. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 7. BINTANG..

29 9 7. BINTANG BHAYANGKARA UTAMA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA UTAMA No. Nama : Piagam Menganugerahkan : Bintang Bhayangkara Utama Kepada Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 28 Ayat (7) Undang-Undang No. 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan atas jasanya yang besar, baik dibidang tugas Kepolisian maupun terhadap tugas kepolisian dengan menunjukan keberanian, kebijaksanaan, dan ketabahan luar biasa melampaui panggilan kewajiban, tanpa merugikan tugas pokok yang disumbangkan untuk kemajuan dan pengembangan kepolisian. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 8. BINTANG..

30 10 8. BINTANG KARTIKA EKA PAKCI UTAMA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG KARTIKA EKA PAKCI UTAMA No. Nama : Pangkat : Jabatan : Piagam Menganugerahkan : Bintang Kartika Eka PakÇi Utama Kepada Sesuai dengan Pasal 28 Ayat (12) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan bagi anggota TNI Angkatan Darat dan WNI bukan anggota TNI Angkatan Darat di bidang tugastugas kemiliterannya yang telah menunjukkan kemampuan dan kebijaksanaan serta jasa-jasanya yang luar biasa melebihi panggilan kewajiban tanpa merugikan tugas pokok yang disumbangkan khusus untuk kemajuan dan pembangunantni Angkatan Darat. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 9. BINTANG..

31 11 9. BINTANG JALASENA UTAMA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG JALASENA UTAMA No. Nama : Pangkat : Piagam Menganugerahkan : Bintang Jalasena Utama Kepada Jabatan : Sesuai dengan Pasal 28 Ayat (13) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan bagi anggota TNI Angkatan Laut dan WNI bukan anggota TNI Angkatan Laut, baik di bidang tugas-tugas kemiliteran maupun terhadap tugas-tugas kemiliterannya yang telah menunjukkan kemampuan dan kebijaksanaan serta jasa-jasanya yang luar biasa melebihi panggilan kewajiban tanpa merugikan tugas pokok yang disumbangkan khusus untuk kemajuan dan pembangunantni Angkatan Laut. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 10. BINTANG..

32 BINTANG SWA BHUWANA PAKSA UTAMA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG SWA BHUWANA PAKSA UTAMA No. Nama : Pangkat : Piagam Menganugerahkan : Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama Kepada: Jabatan : Sesuai dengan Pasal 28 Ayat (14) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan bagi anggota TNI Angkatan Udara dan WNI bukan anggota TNI Angkatan Udara, baik di bidang tugas-tugas kemiliteran maupun terhadap tugas-tugas kemiliterannya yang telah menunjukkan kemampuan dan kebijaksanaan serta jasa-jasanya yang luar biasa melebihi panggilan kewajiban tanpa merugikan tugas pokok yang disumbangkan khusus untuk kemajuan dan pembangunantni Angkatan udara. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 11. BINTANG..

33 BINTANG BHAYANGKARA PRATAMA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA PRATAMA No. Nama : Piagam Menganugerahkan : Bintang Bhayangkara Pratama Kepada Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 28 Ayat (7) Undang-Undang No. 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan atas jasanya yang besar, baik dibidang tugas Kepolisian maupun terhadap tugas kepolisian dengan menunjukan keberanian, kebijaksanaan, dan ketabahan luar biasa melampaui panggilan kewajiban, tanpa merugikan tugas pokok yang disumbangkan untuk kemajuan dan pengembangan kepolisian. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 12. BINTANG..

34 BINTANG BHAYANGKARA NARARYA PIAGAM TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA NARARYA No. Nama : Piagam Menganugerahkan : Bintang Bhayangkara Nararya Kepada Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 28 Ayat (7) Undang-Undang No. 20 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023), sebagai penghargaan atas jasanya yang besar, baik dibidang tugas Kepolisian maupun terhadap tugas kepolisian dengan menunjukan keberanian, kebijaksanaan, dan ketabahan luar biasa melampaui panggilan kewajiban, tanpa merugikan tugas pokok yang disumbangkan untuk kemajuan dan pengembangan kepolisian. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, B. TANDA..

35 15 B. TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA 1. SATYALANCANA PENGABDIAN 8 TAHUN 16 TAHUN 24 TAHUN 32 TAHUN PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENGABDIAN No. Nama : Pangkat : Jabatan : Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Pengabdian VIII Tahun Kepada sesuai dengan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan kepada anggota Polri yang dalam melaksanakan tugas pokok dengan menunjukkan etika profesi secara terus-menerus selama 8 (delapan) tahun sehingga dapat dijadikan teladan bagi anggota Polri yang lain. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 2. SATYALANCANA..

36 16 2. SATYALANCANA JANA UTAMA PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA JANA UTAMA No. Nama : Pangkat : Jabatan : Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Jana Utama Kepada sesuai dengan Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan kepada anggota Polri yang dalam waktu paling singkat 8 (delapan) tahun telah melaksanakan tugas pokok dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri dengan menunjukkan etika profesi dan kinerja yang baik serta berdampak bagi kemajuan organisasi Polri; atau WNI bukan anggota Polri yang aktif turut serta membantu Polri di segala bidang dalam menjalankan fungsi kepolisian yang berdampak bagi kemajuan organisasi Polri. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 3. SATYALANCANA..

37 17 3. SATYALANCANA KSATRIA BHAYANGKARA PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KSATRIA BHAYANGKARA No. Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Ksatria Bhayangkara Kepada Nama : Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan kepada anggota Polri yang berjasa dalam melaksanakan tugas Kepolisian baik bidang operasional maupun bidang pembinaan dan memenuhi syarat-syarat profesionalisme dan etika profesi yang berdampak terhadap kemajuan Polri. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 4. SATYALANCANA..

38 18 4. SATYALANCANA KARYA BHAKTI PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA BHAKTI No. Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Karya Bhakti Kepada Nama : Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan kepada anggota Polri yang aktif turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang menghasilkan karya nyata dan patut dikenang yang berdampak pada kemajuan dan pembangunan Polri; atau WNI bukan anggota Polri dan WNA yang aktif turut serta dalam membantu tugas-tugas Kepolisian di segala bidang yang menghasilkan karya nyata dan patut dikenang untuk kemajuan dan pembangunan Polri. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 5. SATYALANCANA..

39 19 5. SATYALANCANA BHAKTI PENDIDIKAN PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA BHAKTI PENDIDIKAN No. Nama : Pangkat : Jabatan : Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Bhakti Pendidikan Kepada sesuai dengan Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan diberikan kepada anggota Polri maupun WNI/WNA bukan anggota Polri yang menjadi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di dalam maupun di luar Lembaga Pendidikan Kepolisian. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 6. SATYALANCANA..

40 20 6. SATYALANCANA BHAKTI BUANA PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA BHAKTI BUANA No. Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Bhakti Buana Kepada Nama : Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan diberikan kepada anggota Polri yang telah melaksanakan tugas Kepolisian Internasional di luar negeri, penugasan misi perdamaian, atau gugur/meninggal dunia bukan karena akibat tindakan sendiri dengan menunjukkan disiplin dan tanggung jawab dalam kurun waktu tertentu. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 7. SATYALANCANA..

41 21 7. SATYALANCANA BHAKTI NUSA PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA BHAKTI NUSA No. Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Bhakti Nusa Kepada Nama : Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan diberikan kepada anggota Polri yang telah melaksanakan tugas pokok di perbatasan dan/atau daerah terpencil wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kurun waktu tertentu dengan menunjukkan etika profesi. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 8. SATYALANCANA..

42 22 8. SATYALANCANA DHARMA NUSA PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA No. Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Dharma Nusa Kepada Nama : Pangkat : Jabatan : sesuai dengan Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan diberikan kepada prajurit TNI, anggota Polri, dan PNS yang berjasa di dalam melaksanakan tugas operasi pemulihan keamanan, serta WNI lainnya yang telah berjasa dalam membantu operasi pemulihan keamanan di daerah bergejolak dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan ketentuan paling singkat 90 (sembilan puluh) hari secara terus-menerus; paling singkat 120 (seratus dua puluh) hari secara terputus-putus; atau gugur/tewas akibat penugasannya. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 9. SATYALANCANA..

43 23 9. SATYALANCANA BHAKTI PURNA PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA BHAKTI PURNA No. Nama : Pangkat : Jabatan : Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Bhakti Purna Kepada sesuai dengan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan diberikan kepada anggota Polri yang telah mendarmabaktikan diri, dengan ketentuan telah memiliki berupa Satyalancana Pengabdian 32 (tiga puluh dua) tahun; atau telah melaksanakan tugas secara terus menerus paling singkat 32 (tiga puluh dua) tahun dengan menunjukkan etika profesi. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, 10. SATYALANCANA..

44 SATYALANCANA OPERASI KEPOLISIAN PIAGAM TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA OPERASI KEPOLISIAN No. Nama : Pangkat : Jabatan : Piagam Menganugerahkan : Satyalancana Operasi Kepolisian Kepada sesuai dengan Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115), sebagai penghargaan yang diberikan diberikan kepada anggota Polri yang telah melaksanakan tugas pengungkapan kasus menonjol yang berdampak luas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara serta mendapat perhatian dunia Internasional; atau gugur, tewas, dan/atau cacat permanen dalam melaksanakan tugas operasi kepolisian. KEPPRES R.I. NO. /TK/TAHUN Jakarta, C. SUSUNAN..

45 25 C. SUSUNAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN 1. KAPOLRI Keterangan dari kanan ke kiri: Baris I: 1. Bintang Bhayangkara Utama. 2. Bintang Kartika Eka Pakci Utama. 3. Bintang Jalasena Utama. 4. Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama. Baris II: 1. Bintang Bhayangkara Pratama. 2. Bintang Bhayangkara Nararya. 3. Satyalancana Pengabdian 8 Tahun, 16 Tahun, 24 Tahun, atau 32 Tahun (hanya digunakan tahun pengabdian yang terakhir) 4. Satyalancana Jana Utama. Baris III: 1. Satyalancana Ksatria Bhayangkara. 2. Satyalancana Karya Bhakti. 3. Satyalancana Bhakti Pendidikan. 4. Satyalancana Bhakti Buana. Baris IV: 1. Satyalancana Bhakti Nusa. 2. Satyalancana Dharma Nusa. 3. Satyalancana Bhakti Purna. 4. Satyalancana Operai Kepolisian. 2. PENERIMA..

46 26 2. PENERIMA TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA PRATAMA Keterangan dari kanan ke kiri: Baris I: 1. Bintang Bhayangkara Pratama. 2. Bintang Bhayangkara Nararya. 3. Satyalancana Pengabdian 8 Tahun, 16 Tahun, 24 Tahun, atau 32 Tahun. 4. Satyalancana Jana Utama. Baris II: 1. Satyalancana Ksatria Bhayangkara. 2. Satyalancana Karya Bhakti. 3. Satyalancana Bhakti Pendidikan. 4. Satyalancana Bhakti Buana. Baris III: 1. Satyalancana Bhakti Nusa. 2. Satyalancana Dharma Nusa. 3. Satyalancana Bhakti Purna. 4. Satyalancana Operai Kepolisian. 3. PENERIMA..

47 27 3. PENERIMA TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA NARARYA Keterangan dari kanan ke kiri: Baris I: 1. Bintang Bhayangkara Nararya. 2. Satyalancana Pengabdian 8 Tahun, 16 Tahun, 24 Tahun, atau 32 Tahun. (apabila Satyalancana baris I hanya 2 (dua) posisi diletakkan pada tengah dan di atas baris II). Baris II: 1. Satyalancana Jana Utama. 2. Satyalancana Ksatria Bhayangkara. 3. Satyalancana Karya Bhakti. Baris III: 1. Satyalancana Bhakti Pendidikan. 2. Satyalancana Bhakti Buana. 3. Satyalancana Bhakti Nusa. Baris IV: 1. Satyalancana Dharma Nusa. 2. Satyalancana Bhakti Purna. 3. Satyalancana Operasi Kepolisian. 4. PENERIMA..

48 28 4. PENERIMA TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA NARARYA DAN SATYALANCANA PENGABDIAN Contoh 1: Keterangan dari kanan ke kiri: Baris I: 1. Bintang Bhayangkara Nararya. 2. Satyalancana Pengabdian 24 Tahun. Baris II: 3. Satyalancana Pengabdian 16 Tahun. 4. Satyalancana Pengabdian 8 Tahun. 5. Satyalancana Bhakti Pendidikan. Contoh..

49 29 Contoh 2: Keterangan dari kanan ke kiri: Baris I : Bintang Bhayangkara Nararya. Baris II: 1. Satyalancana Pengabdian 24 Tahun. 2. Satyalancana Pengabdian 16 Tahun. 3. Satyalancana Pengabdian 8 Tahun. Paraf: 1. Karowatpers SSDM Polri :. 2. As SDM Kapolri :. 3. Kadivkum Polri :. 4. Kasetum Polri :. 5. Wakapolri :. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2012 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Drs. TIMUR PRADOPO JENDERAL POLISI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2012, No.190.

2012, No.190. 21 2012, 190 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN 2012, 190 22 DAFTAR LAMPIRAN A. BENTUK DAN JENIS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN PENGAJUAN USUL GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN BAGI PRAJURIT DAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le No.1209, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan bagi Prajurit TNI, WNI Bukan Prajurit TNI, dan WNA. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 1836, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BMKG. Pengusulan. Gelar. Tanda Jasa. Tanda Kehormatan. Tata Cara PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);

Lebih terperinci

2016, No tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Repu

2016, No tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Repu No.599, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Tanda Jasa. Tanda Kehormatan. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2016 TENTANG TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN BAGI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.487, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tata Cara. Pengajuan Hak. Penghormatan. Penerima Gelar. Tanda Jasa. Tanda Kehormatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

PROSEDUR PEMBERIAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN PROSEDUR PEMBERIAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN Nomor : B 86/Sesmil/03/2010 Jakarta, 3 Maret 2010 Klasifikasi : Biasa Lampiran : 1 (satu) lembar Perihal : Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012 PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG STANDARDISASI PELAYANAN ADMINISTRASI PERMOHONAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN TINGKAT DAN GOLONGAN CACAT PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, Menimbang : a. bahwa kegiatan Persandian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1493, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tanda Penghargaan. Bela Negara. Pemberian. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 20132013 TENTANG PEMBERIAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R No.1861, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMSANEG. Persandian. Tanda Penghargaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG TANDA PENGHARGAAN BIDANG PERSANDIAN

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.672, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Tingkat dan Golongan Cacat. Penetapan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI DAN IZIN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG GELAR KEHORMATAN, WARGA KEHORMATAN, DAN PENGHARGAAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG GELAR KEHORMATAN, WARGA KEHORMATAN, DAN PENGHARGAAN DAERAH 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG GELAR KEHORMATAN, WARGA KEHORMATAN, DAN PENGHARGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.451, 2013 KEPOLISIAN. Pemakaman. Anggota. Purnawirawan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMAKAMAN ANGGOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENCALONAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Bintang Jasa. B. Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan

Bintang Jasa. B. Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Bintang Jasa A. Tanda Kehormatan Bintang Jasa Bintang Jasa memiliki derajat dibawah Bintang Republik Indonesia dan Bintang Mahaputera. Tanda Kehormatan Bintang Jasa memiliki 3 (tiga) kelas, yaitu: 1) Bintang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.725, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Perawatan. Pemakaman. TNI. PNS.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.725, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Perawatan. Pemakaman. TNI. PNS. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.725, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Perawatan. Pemakaman. TNI. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PERAWATAN DAN PEMAKAMAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502);

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502); No.488, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOP-UKM. Tanda Penghargaan. Tanda Jasa. Pemberian. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENCALONAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH 2 DAFTAR

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN I. UMUM Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.819, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tanda Penghargaan. Dharma Pertahanan Pemberian PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN

Lebih terperinci

SEBAGI DASAR PELESTARIAN NILAI K2KS KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

SEBAGI DASAR PELESTARIAN NILAI K2KS KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERUNDANG-UNDANGAN KUMPULAN PERATURAN SEBAGI DASAR PELESTARIAN NILAI K2KS KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT KEPAHLAWANAN, KEPERINTISAN DAN KESETIAKAWANAN SOSIAL DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh prajurit

Lebih terperinci

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P No. 1177, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Tanda Kehormatan. Satyalancana Karya Satya. Penganugerahan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TIM PENELITI PUSAT GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN BAGI PRAJURIT DAN PEGAWAI

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1206, 2015 POLRI. Cuti dan Izin. Pemberian Tata Cara. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh prajurit Tentara

Lebih terperinci

Web site SETNEG RI, Kamis, 26 Februari 2009

Web site SETNEG RI, Kamis, 26 Februari 2009 Web site SETNEG RI, Kamis, 26 Februari 2009 TATA CARA PENGUSULAN DAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN RI (Surat Edaran Sekretaris Militer selaku Sekjen Dewan TKRI No. B-623/Sesmil/11/2008 tanggal 28 November

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 123 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 123 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 123 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

2017, No Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5793); MEMUTUSK

2017, No Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5793); MEMUTUSK No.1460, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Status Tingkat dan Golongan Kecacatan Pegawai Negeri. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN Bagian Kumortala Digitally signed by Bagian Kumortala Date: 2015.09.01 12:42:11-0700 LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1258, 2013 KEPOLISIAN. Gaji Berkala. Kenaikan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG KENAIKAN GAJI BERKALA BAGI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN TANDA PENGHARGAAN BELA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN TANDA PENGHARGAAN BELA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN TANDA PENGHARGAAN BELA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN GANTI KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh prajurit Tentara

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1767, 2016 POLRI. Calon Angoota POLRI. Penerimaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENERIMAAN CALON ANGGOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG "JALASENA" PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG JALASENA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG "JALASENA" PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menghargai kesetiaan, kemampuan, kebijaksanaan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh prajurit

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG REKRUTMEN DAN SELEKSI PENYIDIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG REKRUTMEN DAN SELEKSI PENYIDIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG REKRUTMEN DAN SELEKSI PENYIDIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penugasan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi

2017, No Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penugasan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2017 POLRI. Penugasan Anggota POLRI di Luar Struktur Organisasi POLRI. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI JABATAN DINAS KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA UPACARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA UPACARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA UPACARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.982, 2013 KEPOLISIAN. Kerugian Negara. Tuntutan. Penyelesaian. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN JABATAN DAN KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN, DAN TATA KERJA PENASIHAT AHLI KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN KINERJA BAGI PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA DENGAN

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN TERBUKA DI LINGKUN

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN TERBUKA DI LINGKUN No.1798, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Promosi Jabatan Terbuka. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KINERJA ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik I

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik I No.981, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Satyalancana Wira Karya. Tanda Kehormatan. Pemberian. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENGUSULAN DAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN RI Kamis, 26 Februari 2009

TATA CARA PENGUSULAN DAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN RI Kamis, 26 Februari 2009 TATA CARA PENGUSULAN DAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN RI Kamis, 26 Februari 2009 TATA CARA PENGUSULAN DAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN RI (Surat Edaran Sekretaris Militer selaku Sekjen Dewan TKRI No. B-623/Sesmil/11/2008

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG www.abdillahrifai.com PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ASSESSMENT CENTER DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENERBITAN DAN PENGGUNAAN KARTU TANDA ANGGOTA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1971 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 1971 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG YUDHA DHARMA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG Hsl Rapat tgl 6 Nov 07 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENENTUAN STATUS GUGUR, TEWAS, HILANG DAN MENINGGAL DUNIA BIASA DALAM TUGAS BAGI ANGGOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1971 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG YUDHA DHARMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1971 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG YUDHA DHARMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1971 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG YUDHA DHARMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa adakalanya terjadi seorang anggota Angkatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.920, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Komisi Kode Etik. Kepolisian. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR fc» TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR fc» TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR fc» TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN GELAR, TANDA JASA, TANDA KEHORMATAN DAN PENGANUGERAHAN TANDA KEHORMATAN DAERAH GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG MUTASI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG MUTASI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG MUTASI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PENERBITAN DAN PENGGUNAAN KARTU TANDA ANGGOTA DAN KARTU PENUNJUKAN ISTRI/SUAMI DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Tahun 2017 Senin, 13 Pebruari 2017

Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Tahun 2017 Senin, 13 Pebruari 2017 Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Tahun 2017 Senin, 13 Pebruari 2017 Nomor : B-1796/Sesmilpres/GT.00.03/11/2016 Jakarta, 29 November 2016 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) lembar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2013 KEPOLISIAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN KINERJA BAGI PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisia

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisia No. 947, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Kepangkatan Anggota. Administrasi. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI KEPANGKATAN ANGGOTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG KEANGGOTAAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN BERMOTOR DAN TANDA NOMOR KENDARAAN BERMOTOR KHUSUS DAN RAHASIA BAGI KENDARAAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamba No.77, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Tunjangan Pengamanan Persandian. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN TUNJANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KHUSUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Pemberhentian, dan Tata Kerja Penasihat Ahli Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

2017, No Pemberhentian, dan Tata Kerja Penasihat Ahli Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 No.136 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Penasihat Ahli KAPOLRI. Pengangkatan. Pemberhentian. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK HUBUNGAN TATA CARA KERJA DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PEMOHON Kasmono Hadi, S.H, sebagai Pemohon.

I. PEMOHON Kasmono Hadi, S.H, sebagai Pemohon. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 37/PUU-XII/2014 Maksud Frasa Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bagi Pahlawan Nasional dan Veteran Republik Indonesia I. PEMOHON Kasmono Hadi, S.H, sebagai Pemohon.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Hsl Rpt (12) Tgl 19-05-06 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA-TANDA KEHORMATAN BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA-TANDA KEHORMATAN BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA-TANDA KEHORMATAN BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sering terjadi seorang anggota

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1537, 2013 KEPOLISIAN. Badan Penguji Kesehatan. Personel Polri. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG SWA BHUWANA PAKSA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG SWA BHUWANA PAKSA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG SWA BHUWANA PAKSA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa untuk menghargai

Lebih terperinci