BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatnya potensi risiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes
|
|
- Yenny Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya peningkatan populasi lansia pada suatu daerah, sejalan dengan meningkatnya potensi risiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus, penyakit serebrovaskular, penyakit jantung, osteoartritis, penyakit muskuloskeletal, penyakit paru, dan lainnya. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkepanjangan dan jarang sembuh sempurna. Meskipun tidak semua merupakan penyakit yang mengancam jiwa, namun memberikan dampak ekonomi, psikologis, dan Quality of Life (QoL) yang cukup besar bagi penderita, keluarga, maupun lingkungan sekitarnya. Kelompok penyakit ini memerlukan perawatan dan rehabilitasi dalam waktu yang tidak singkat (Yenny & Herwana, 2006). Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengumumkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN) yang didalam undang-undang tersebut termuat prinsip-prinsip dasar pelaksanaan SJSN, kepengurusan badan penyelenggara jaminan kesehatan tersebut serta aturan bagi setiap warga negara untuk wajib ikut sebagai peserta SJSN. Pada tahun 2011 ditetapkan undang-undang dalam rangka menindaklanjuti konsep SJSN yang dirumuskan pada undang-undang sebelumnya, maka diterbitkanlah UU. No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dengan adanya 1
2 2 undang-undang baru tersebut diharapkan dapat tercipta suatu pelayanan kesehatan di Indoensia yang terintegrasi antara tenaga kesehatan satu dengan yang lainnya. Sebuah konsep pelayanan kesehatan yang relatif masih baru telah dirumuskan di Amerika Serikat. Konsep ini dikenal dengan istilah Medication Therapy Management (MTM) dan pertama kali diperkenalkan pada tahun Konsep ini sebetulnya dibentuk pada tahun 1990-an sebagai wujud bantuan dari apoteker untuk dokter dan pasien atas hal menejemen klinis, pelayanan, dan penanganan biaya pengobatan. Penelitian yang dilakukan Barnett dkk. (2009) mengukur kualitas MTM setelah 7 tahun berkembang, menggambarkan bahwa tingkat klaim untuk penyakit kronis semakin meningkat. Peningkatan tersebut ternyata juga sebanding dengan peningkatan pendapatan apoteker untuk sekali klaim hingga $12.28 tahun Oleh karena itu MTM dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih terintegrasi satu sama lain dan menekan biaya-biaya yang seharusnya dapat diminimalkan. Konsep ini diterapkan sesuai untuk melayani pasien dengan penyakit kronis. Komunikasi Informasi dan Edukasi atau yang sering disebut dengan istilah KIE merupakan suatu bentuk pelayanan dari farmasis/apoteker kepada pasien yang tidak lain merupakan konsumen apotek. Kegiatan KIE ini sudah diatur secara rinci dalam Juknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Menkes No Tahun 2004) dan didukung langsung oleh organisasi profesi dalam hal ini Ikatan Apoteker Indonesia dalam Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (IAI, 2011). Oleh karena itu KIE merupakan suatu bentuk pelayanan yang melekat pada diri apoteker dalam melakukan prakteknya.
3 3 Ketidakpatuhan menjadi salah satu hambatan/barrier dalam mencapai kesuksesan pengobatan terutama pada penyakit kronis. Oleh karena itu tenaga kesehatan dituntut untuk berkolaborasi dengan tujuan meningkatkan kepatuhan dalam berobat. Kolaborasi tersebut baik kerjasama antar sesama tenaga kesehatan di bidangnya, antara dokter-apoteker, maupun hubungan apoteker dan pasien itu sendiri. Suatu penelitian menunjukkan keinginan para dokter untuk bekerjasama dengan apoteker lebih lanjut untuk menangani masalah kepatuhan langsung dengan pasien (Laubscher dkk., 2009). Kota Yogyakarta yang merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di sebelah selatan pulau Jawa mempunyai kepadatan penduduk sebanyak ,75 jiwa/km 2 (BPS, 2010). Data menunjukkan bahwa pada Juni 2012, banyak pasien rawat jalan mengidap penyakit kronis yang mana penyakit kronis tersebut menyumbang jumlah kasus yang besar dan termasuk dalam penilaian 10 besar penyakit di Provinsi D.I. Yogyakarta versi Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) (Anonim, 2012). Banyaknya penyakit kronis inilah yang seharusnya menjadi perhatian untuk pelayanan obat yang dikemas dalam konsep KIE. Pelayanan KIE yang sudah ada selama ini nampaknya dirasa kurang maksimal terlaksana. Handayani dkk. (2006) dalam penelitiannya mengungkapkan adanya suatu gambaran yang menyatakan pada diri apoteker bahwa mereka merasa kurang pengetahuan tentang obat dan farmakologi. Penelitian oleh Purwanti dkk. (2004) juga menyebutkan bahwa peran apoteker masih didominasi oleh Asisten Apoteker (AA) dalam pelayanan di apotek. Model-
4 4 model pola pelayanan tersebut dapat menghambat terlaksananya KIE di mana seorang apoteker-lah yang menjadi ahli obat dan dituntut untuk melakukan pelayanan tersebut dengan sebaik-baiknya. Dari latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui lebih banyak lagi fakta dan kenyataan yang terjadi di masyarakat, dalam bentuk sebuah penelitian mengenai kesiapan apoteker Kota Yogyakarta dalam memberikan KIE berkaitan dengan penyakit kronis, hambatan-hambatan di dalamnya. Apapun hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran evaluasi untuk pelaksanaan KIE sehingga ke depannya dapat terlaksana secara nyata dan aktif kepada pasien dengan penyakit kronis yang ada di Indonesia. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini: 1. Sumber informasi mana saja yang dipercaya apoteker untuk memperoleh pengetahuan sebagai acuan melakukan KIE tentang penyakit kronis? 2. Informasi apa saja yang telah diberikan apoteker dalam pelayanan KIE obat terhadap pasien apotek dengan penyakit kronis? 3. Hambatan apa saja yang dapat mempengaruhi apoteker dalam melakukan KIE obat tentang penyakit kronis kepada pasien? 4. Berapa besar biaya jasa pelayanan (professional fee) yang diharapkan apoteker atas layanan KIE obat terhadap pasien apotek dengan penyakit kronis?
5 5 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui berbagai sumber informasi yang dipercaya apoteker untuk memperoleh pengetahuan sebagai acuan melakukan KIE tentang penyakit kronis. 2. Mengetahui berbagai informasi yang telah diberikan apoteker dalam pelayanan KIE obat terhadap pasien apotek dengan penyakit kronis. 3. Mengetahui bermacam hambatan yang dapat mempengaruhi apoteker dalam melakukan KIE obat tentang penyakit kronis kepada konsumen. 4. Mengetahui besaran biaya jasa pelayanan (professional fee) yang pantasnya diharapkan apoteker atas layanan KIE obat terhadap konsumen apotek dengan penyakit kronis. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi apa saja yang dibutuhkan oleh apoteker, sehingga mampu melakukan pelayanan kefarmasian berupa KIE obat pada pasien yang menderita penyakit kronis. Mengetahui hambatan apa saja yang mingkin terjadi ketika apoteker melakukan KIE kepada pasien, serta memberikan gambaran terhadap besaran biaya yang diharapkan oleh apoteker dalam melakukan pelayanan KIE tersebut. Bagi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dapat menjadi salah satu masukan untuk menetapkan kebijakan bersama yang lebih bermanfaat untuk pelayanan kefarmasian kedepannya. Untuk memberikan gambaran tentang pelayanan
6 6 terhadap pasien atau konsumen apotek dengan penyakit kronis yang selama ini terjadi di wilayah Kota Yaogyakarta. Bagi instansi pendidikan dapat sebagai bahan pembelajaran bagi segenap civitas akademika untuk terus mengembangkan keilmuannya sehingga dapat lebih dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Serta sebagai bahan latihan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian dan menggali fenomenafenomena yang terjadi di masyarakat. Bagi apotek maupun apoteker yang bekerja di dalamnya dapat menjadi bahan referensi dan evaluasi. Dalam rangka meningkatkan peran serta apoteker dalam pelayanan kefarmasian serta meningkatkan eksistensi apoteker di mata masyarakat. Dengan harapan masyarakat menjadi lebih paham terhadap tugas dan peran seorang apoteker di bidang kesehatan. E. Tinjauan Pustaka 1. Penyakit Kronis Perubahan gaya hidup masyarakat sekarang ini menyebabkan perubahan pola penyakit di masyarakat yaitu meningkatnya prevalensi penyakit kronis dan degeneratif yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Penyakit kronis maupun degeneratif memerlukan terapi seumur hidup yang disamping itu juga memerlukan perubahan pola hidup oleh masyarakat tersebut. Terapi seumur hidup menimbulkan beberapa risiko seperti timbulnya efek samping penggunaan obat, interaksi antar obat, maupun interaksi antara obat dengan makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh orang tersebut (Handayani dkk., 2006).
7 7 Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat mengakibatkan meningkatnya sejumlah besar konsumen selamat dari kondisi yang dapat mengakibatkan kematian. Fenomena ini mengakibatkan peningkatan angka harapan hidup masyarakat dan meningkatkan jumlah populasi lansia. Prediksi pada tahun 2025 mendatang diperkirakan akan ada sekitar satu milyar lansia yang hidup, dengan mayoritas mereka tinggal di negara berkembang. Peningkatan populasi lansia tentunya akan diiringi dengan meningkatnya permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan masalah penyakit kronis seperti diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler, penyakit kardiovaskuler, osteoartritis, penyakit muskuloskeletal, dan penyakit pernafasan (Yenny & Herwana, 2006). Organisasi Kesehatan Dunia/WHO melaporkan melalui publikasi resminya yang berjudul WHO Global Status Report on Non-communicable Disease 2011 bahwa non-communicable disease (NCDs) merupakan kasus terbanyak yang mengakibatkan tingginya angka kematian di seluruh belahan dunia. WHO melaporkan ada tahun 2008 terdapat lebih dari 36 juta orang di seluruh dunia meninggal karena NCDs, terutama diakibatkan karena penyakit kardiovaskuler (48%), kanker (21%), penyakit pernafasan kronis (12%), dan diabetes (3%). Lebih dari sembilan juta kematian diantaranya terjadi pada orang-orang yang berusia kurang dari 60 tahun, meskipun sudah melakukan tindakan pencegahan. Hasil publikasi tersebut menuntut praktisi kesehatan untuk lebih memperhatikan kemungkinan faktor risiko, outcome terapi
8 8 (morbiditas dan mortalitas), serta peningkatan sistem pelayanan kesehatan dan responnya (WHO, 2011). 2. Perilaku Pasien Penyakit Kronis Ketika pasien tidak patuh terhadap terapi pengobatan yang dijalaninya mengakibatkan tujuan utama terapi tidak tercapai. Kondisi demikian dapat meningkatkan nilai morbiditas dan mortalitas pada kelompok pasien tersebut. Berdasarkan laporan tahunan keseluruhan rumah sakit di Amerika Serikat, beban biaya rumah sakit untuk pasien yang tidak patuh diperkirakan mencapai 13,35 milyar USD pada tahun Hal itu menggambarkan 1,7% dari semua pengeluaran belanja kebutuhan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa ketidakpatuhan pasien tersebut setara dengan suatu permasalahan ekonomi masyarakat yang serius di negara Amerika Serikat. Apoteker yang mempunyai ilmu dan kompetensi di bidang kesehatan dituntut secara aktif dan ikut terlibat dalam menyediakan pelayanan kefarmasian untuk pasien maupun untuk prescriber yang dalam hal ini adalah dokter, sehingga mampu menjadikan pelayanan kefarmasian lebih efisien dan hemat (van Wljk dkk., 2005). Handayani dkk. (2006) mengungkapkan, adanya perubahan gaya hidup juga diikuti oleh perubahan pola penyakit yang ada di masyarakat sekarang ini, terlebih dengan meningkatnya prevalensi penyakit kronis. Dalam hal tersebut peran apoteker dalam konsultasi informasi obat menjadi sangat penting. Namun apa yang ditemukan di kenyataan lapangan menunjukkan
9 9 bahwa saat tersebut informasi yang diberikan hanya sebatas cara dan aturan memakai obat, itu pun banyak yang diberikan oleh asisten apoteker daripada oleh apoteker langsung. 3. Peran Apoteker dalam KIE KIE merupakan sebuah singkatan dari Komunikasi, Informasi, dan Edukasi. KIE merupakan salah satu peran yang dijalankan oleh apoteker komunitas dalam pengabdiannya. Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan) mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan sehingga tercapai suatu kesamaan makna tentang pesan yang disampaikan antara sumber dan penerima pesan tersebut. Edukasi adalah proses belajar mengajar yang sangat perlu diberikan kepada produsen, konsumen, dan pengambil kebijakan agar dapat mengubah perilakunya untuk menjadi lebih baik (BPOM, 2012). Badan POM menjelaskan Informasi dan Edukasi sebagai suatu unsur yang menyatu, yang dapat dilaksanakan dengan strategi tertentu untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada penerima pesan melalui suatu bentuk komunikasi. Dalam upaya KIE, apoteker hendaknya mampu menjalin komunikasi dengan tenaga kesehatan lain, termasuk kepada dokter. Diantaranya seperti memberi informasi mengenai obat baru atau produk obat yang sudah ditarik dari pasaran. Dalam rangka menindak lanjuti konsep SJSN yang dirumuskan pada undang-undang sebelumnya, maka pada tahun 2011 diterbitkanlah sebuah undang-undang yaitu UU. Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
10 10 Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Adanya undang-undang inilah semestinya semakin mendorong arah pelayanan kefarmasian untuk bisa lebih terintegrasi dengan berbagai disiplin ilmu kesehatan. Konseling pasien ataupun konsumen apotek termasuk dalam proses KIE, dimana dilakukan di tempat tersendiri yang terhindar dari gangguan lainnya. Konseling dapat dipermudah dengan menyediakan leaflet atau booklet yang isinya meliputi patofisiologi penyakit dan mekanisme kerja obat (Purwanti dkk., 2004). Apoteker juga sebaiknya aktif mencari masukan tentang keluhan pasien terhadap obat-obat yang sedang digunakan. F. Keterangan Empiris Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kesiapan apoteker komunitas di Kota Yogyakarta dalam melakukan KIE terhadap konsumen apotek dengan penyakit kronis. Dalam melakukan KIE, apoteker membutuhkan berbagai sumber informasi untuk mendukung akurasi informasi yang diberikan serta meminimalkan hambatan yang mungkin dapat terjadi selaman proses KIE. Selain itu penelitian ini juga digunakan untuk menggambarkan biaya jasa KIE untuk apoteker yang dianggap pantas dan diharapkan oleh para apoteker. Menurut penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain menggambarkan kurang maksimalnya pelayanan KIE yang telah diberikan selama ini. Dari segi pasien juga nampak kesenjangan terhadap jati diri apoteker itu sendiri. Kepatuhan penggunaan obat oleh konsumen apotek dan ikatan mereka
11 11 dengan tenaga apoteker menjadi suatu jalan terang untuk mencapai sinergisme KIE demi peningkatan outcome terapi (Purwanti dkk., 2004; Handayani dkk., 2006; Abdullah dkk., 2010; Hutami, 2013).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak diderita oleh penduduk dunia dan hingga saat ini belum ditemukan pengobatan yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, farmasis dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna menyampaikan edukasi ke pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuhan kefarmasian atau disebut pharmaceutical care merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam aspek pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Asuhan kefarmasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) / Angka Harapan Hidup (AHH).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi komunitas merupakan salah satu bagian penting karena sebagian besar apoteker melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus asma meningkat secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima besar penyebab kematian
Lebih terperincikehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.
1.1 Latar Belakang Setiap individu akan melewati proses yang alamiah dan melewati tahapan kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa akhir merupakan suatu proses alamiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir-akhir ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, peningkatan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian utama secara global dalam kesehatan. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi makanan kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, terapi, serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, dimana kegiatan pelayanan semula hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis didefinisikan World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis didefinisikan World Health Organization (WHO) sebagai penyakit dengan durasi yang lama dan biasanya menunjukkan progesifitas yang lambat (Singh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI
TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan penting dari setiap manusia. Hidup sehat bukan hanya tujuan dari setiap individu melainkan juga tanggung jawab dan tujuan dari setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju, berkembang pula akan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf kehidupan yang disetujui oleh para pemimpin dunia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian karena hipertensi merupakan penyakit kronik utama yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum di jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis pada sistem sirkulasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia, salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan menentukan mutu kehidupan dalam pembangunan nasional. Menurut World Health Organization (WHO),
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang menjadi masalah utama di dunia termasuk Indonesia karena angka prevalensinya dari tahun ketahun semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari
Lebih terperinciE. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan dunia karena di berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PKPA di Apotek
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PKPA di Apotek Setiap manusia berhak atas kesehatan, serta memiliki kewajiban dalam memelihara serta meningkatkan kesehatan tersebut. Kesehatan merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat itu mahal, kata-kata tersebut sekarang sering terdengar di telinga kita mengingat banyak sekali orang-orang yang terkena berbagai macam penyakit akibat banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan 90% dari semua kasus DM, yang akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh kurangnya atau tidak tersedianya insulin dalam tubuh. Karakteristik dari gejala klinis intoleransi glukosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup, peningkatan konsumsi kalori, lemak dan garam, peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kronik yang cukup banyak dijumpai dewasa ini adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik (kadar gula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, pemerintah melakukan berbagai upaya diantaranya menyediakan sarana pelayanan kesehatan seperti farmasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 menyatakan bahwa terdapat 3,2 juta penduduk dunia meninggal karena penyakit diabetes mellitus (DM) setiap tahunnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengalami perubahan orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama.di dunia, stroke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama.di dunia, stroke merupakan penyebab kematian kedua, sedangkan di United States, stroke merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan faktor primer ketiga yang dapat menyebabkan lebih dari 7 juta kematian dini setiap tahunnya setelah jantung koroner dan kanker. Prevalensi hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan dan mempermudah akses pelayanan kesehatan kepada peserta penderita penyakit kronis, maka BPJS Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi meningkat dari tahun ke tahun tidak hanya di Indonesia bahkan didunia. Sebanyak kurang lebih 1 milyar orang didunia menderita penyakit ini dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini dari Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi di berbagai belahan dunia. Prevalensi penyakit hipertensi terus meningkat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi termasuk masalah yang besar dan serius karena sering tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depkes,2009). Kesehatan yaitu afiat yang berarti perlindungan Allah untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Glukosa dibentuk di hati dari makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peningkatan usia harapan hidup (life expectancy) seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia dalam melakukan segala aktivitas dengan baik dan maksimal yang harus diperhatikan salah satu hal yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG Asma merupakan penyebab mortilitas dan morbiditas kronis sedunia dan terdapat bukti bahwa prevalensi asma meningkat dalam 20 tahun terakhir. Prevalensi penyakit asma
Lebih terperinci2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun di perkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kefarmasian serta makin tingginya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, maka dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan kesehatan. Pentingnya pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan progresif lambat yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee, 2004).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak menular yang menyita
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru masih merupakan masalah utama kesehatan yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) (FK-UI, 2002).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah arteri secara terus menerus (Saseen & Maclaughlin, 2008). Peningkatan tekanan darah dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keinginan dan harapan setiap orang yaitu memiliki kesehatan yang baik, tingkat kemakmuran seseorang sehingga dapat terus berkarya dan produktif juga dapat diukur dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan ekonomi yang terus meningkat, berubah pula perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi, orang cenderung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat
Lebih terperinci