BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitar. Sekarang kosmetik tidak hanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitar. Sekarang kosmetik tidak hanya"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitar. Sekarang kosmetik tidak hanya dari bahan alami tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Menurut peraturan kepala BPOM Republik Indonesia No. HK Tahun 2011, kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi kedalam 13 kelompok: 1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll. 2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, dll. 3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dll. 4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, dll. 5. Preparat untuk rambut, misalnya sampo, hair spray, dll. 6. Preparat pewarna rambut, cat rambut, dll 7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll. 5

2 8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gig, mouth washes, dll. 9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodoran, antiperspiran, dll. 10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll. 11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll. 12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll 13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll. (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.2 Kosmetik Kebersihan Badan Kebersihan badan (personal hygene) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Seseorang akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih tinggi bila badannya berbau harum dan menyegarkan (Hasby, 2001). Setiap hari badan dibersihkan dengan frekuensi tidak terbatas sesuai kebutuhan. Kosmetika pembersihan dan perawatan badan sehari-hari seperti; body shampoo/sabun, body lotion, body talk, serta deodoran antiperspiran (lotion, spray, stick, talk dan lain-lain) (Anonim, 2014). Membuat badan (kulit, rambut, dan gigi) bersih merupakan tujuan utama pemakaian kosmetik. Meskipun badan mengusahakan pembersihan dirinya sendiri, misalya dengan penggantian sel-sel lapisan tanduk dan penggantian rambut tua dengan rambut baru, itu belum cukup, terutama bagi manusia modern yang menuntut kebersihan yang lebih baik. Bahan pembersih yang paling umum digunakan adalah air. Pembersih dengan air atau bahan dasar air mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah air dapat melunakkan lapisan tanduk sehingga mudah dibersihkan, tidak 6

3 toksik, tidak menimbulkan efek samping, mudah didapat dan murah harganya. Tetapi dari sudut kosmetik modern, air memiliki kekurangan, tidak mempunyai daya pembasah yang kuat karena ditolak oleh keratin dan sebum yang sedikit menyerap air, tidak dapat membersihkan seluruh kotoran yang melekat pada kulit, tidak membersihkan jasad renik pada permukaan kulit, bukan merupakan pembersih kulit yang baik dan sukar mencapai lekuk dan pori kulit dan kurang efektif mencegah bau badan (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetik paling tua yang dikenal sebagai pembersih badan dan pengharum kulit adalah sabun. Sabun bukan pembersih yang ideal dan tidak dapat mencegah bau badan. Pertama, sabun tidak dapat mencegah terbentuknya keringat dan pertumbuhan flora normal kulit. Kedua, sabun cenderung mengendapkan ion K + dan Mg 2+ yang kadang terdapat di dalam air (disebut sebagai air berat) yang akan mengurangi daya pembersih sabun. Ketiga, sabun terdiri atas substansi alkalis kuat (NaOH dan KOH) dan asam lemak (asam lemak jenuh dan tidak jenuh), yang dapat mengiritasi kulit. Deodoran dalam sabun mulai dipergunakan sejak tahun 1950, namun oleh karena efek sampingnya, penggunaannya dibatasi. Sabun digunakan untuk membersihkan kotoran pada kulit baik berupa kotoran yang larut dalam air maupun kotoran yang larut dalam lemak (Wasitaatmadja,1997). Deodoran merupakan jawaban atas kebutuhan tersebut, karena dapat mencegah dan menghilangkan bau badan dengan cara menghambat dekomposisi atau penguraian keringat oleh bakteri (Young, 1972). Bau badan biasanya berhubungan erat dengan peningkatan keluarnya keringat (perspirasi) baik 7

4 kelenjar keringat ekrin maupun apokrin, maka antiperspiran yang menekan perspirasi kulit, dibutuhkan untuk melengkapi kosmetik ini (Wasitaatmadja, 1997). 2.3 Antiperspiran dan Deodoran Meningkatnya penggunaan antiperspiran dan deodoran disebabkan pergaulan modern dalam hal kebersihan badan, sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau menghilangkan bau badan, yang disebabkan perubahan kimia keringat oleh bakteri (Gros dan Keith, 2009). Bentuk sediaan deodoran antiperspiran dapat berupa bedak, cairan atau losio, krim, stick, spray atau aerosol (Leon dan David, 1954). Dermatitis akibat deodoran antiperspiran biasanya disebabkan oleh senyawa-senyawa aluminium, antiseptik, dan zat pewangi. Iritasi ini dapat berkurang jika penggunaan dikurangi, iritasi terjadi karena ph yang rendah, kandungan klorida yang tinggi dan adanya pelarut alkohol dalam sediaan (Swaile, dkk., 2011). Reaksi yang terjadi biasanya dalam bentuk reaksi iritasi, bukan sensitisasi. Reaksi terjadi di ketiak dan bagianbagian badan lainnya dimana deodoran dikenakan. Penghentian pemakaian biasanya meredakan reaksi dengan cepat (Tranggono dan Latifah, 2007). Perbedaan antara antiperspiran dan deodoran; antiperspiran diklasifikasikan sebagai kosmetik medisinal/obat karena mempengaruhi fisiologi tubuh yaitu fungsi kelenjar keringat ekrin dan apokrin dengan mengurangi laju pengeluaran keringat sedangkan deodoran membiarkan pengeluaran keringat, tetapi mengurangi bau badan dengan mencegah penguraian keringat oleh bakteri (efek antibakteri) dan menutupi bau dengan parfum. Penggunaan deodoran bukan hanya pada ketiak saja, tetapi bisa juga pada seluruh bagian tubuh. Deodoran tidak 8

5 mengontrol termoregulasi, sehingga deodoran digolongkan sebagai sediaan kosmetik (Butler, 2000; Egbuobi, dkk., 2013). Sediaan deodoran bukanlah sediaan antiperspiran tetapi sediaan antiperspiran secara otomatis adalah sediaan deodoran juga. Hal ini karena sediaan antiperspiran dapat mengurangi populasi bakteri ketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan berkurang. Sekarang ini, ada dua zat aktif yang biasa digunakan dalam sediaan antiperspiran deodoran yaitu aluminium klorohidrat (AKH) dan aluminium zirkonium klorohidrat (AZKH) keduanya aman dan efektif (Butler, 2000; Rahayu, dkk., 2009). Menurut BPOM RI No. HK tahun 2011 tentang persyaratan teknis bahan kosmetika, kadar maksimal untuk garam aluminium adalah 20%, zirkonium 5,4% dalam setiap sediaan antiperspiran serta mencatumkan peringatan jangan digunakan pada kulit yang teriritasi/luka Antiperspiran Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menekan produksi keringat, baik ekrin maupun apokrin (Gros dan Keith, 2009). Mekanisme antiperspiran dapat berupa (Wasitaatmadja, 1997): 1. Penyumbatan saluran keringat atau muara saluran keringat dengan cara: a. Membentuk endapan protein keringat b. Membentuk endapan keratin epidermis c. Membentuk infiltrat dinding saluran keringat Contoh: garam-garam aluminium, seperti (Rahayu, dkk., 2009): a. Aluminium kalium sulfat (tawas/alum) b. Aluminium klorohidrat 9

6 aluminium klorohidrat adalah kelompok garam yang mempunyai rumus umum Al n Cl (3n-m) (OH) m, biasanya digunakan dalam deodoran dan antiperspiran serta flokulan pada permunian air. Aluminium klorohidrat digunakan dalam antiperspiran dan pada terapi hiperhidrosis. c. Aluminium klorida Aluminium klorida adalah bahan kimia dengan rumus kimia AlCl 3. Aluminium klorida dikenal sebagai astringen dan antiseptik. d. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex; anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex; aluminium zirconium chloride hydroxide; aluminium zirconium tetrachlorohydrate; aluminium zirconium chlorohydrate. Mempunyai dua fungsi utama sebagai antiperspiran yaitu: 1. Ion aluminium dan zirkonium membentuk gel yang menyumbat saluran kelenjar keringat. Kemampuan menyumbat pori ini biasa terjadi pada antiperspiran berbasis aluminium. 2. Anhydrosis aluminium zirconium tetrachlorohydrex bersifat higroskopik sehingga menyerap keringat yang dihasilkan saluran yang tidak tersumbat pada tempat pertama. Kedua fungsi inilah aluminium zirconium tetrachlorohydrex dikatakan dapat mengurangi keringat dan bau badan. 2. Penekan produksi keringat oleh kelenjar keringat, dapat berupa (Wasitaatmadja,1997) : a. Antikolinergik, misalnya propantelen bromida, skopolamin bromida. Jarang dipakai karena efek sampingnnya. Bila dipakai, maka kosmetik ini termasuk dalam kosmetik medik atau obat topikal. 10

7 b. Golongan aldehida, yang menekan produksi keringat dengan cara mengurangi peredaran darah (vasokonstriksi) kulit ditempat tersebut. jarang digunakan karena efek samping sensitisasi. Pada umumnya sediaan antiperspiran menggunakan aluminium klorohidrat, aluminium klorida sebagai zat aktif karena mempunyai sifat astringen dan antibakteri dan mempunyai ph 4 yang tidak menyebabkan iritasi dan tidak merusak jaringan kulit. Dahulu, zat aktif yang sering digunakan dalam antiperspiran aluminium sulfat, aluminium klorida, dan aluminium fenolsulfonat. Aluminium klorida dan aluminium sulfat merupakan zat yang efektif, tidak toksik, tetapi sangat asam, ph antara 2-3. Hal ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak pakaian, terutama yang terbuat dari kapas dan rayon. Untuk mengurangi keasaman antiperspiran dibuat dapar (Ditjen POM, 1985; Butler, 2000). Gangguan pada mekanisme keringat akan mempersulit pembuatan pola pengujian laboratorium untuk mengevaluasi antiperspiran. Ada korelasi antara kekuatan pengendapan protein oleh garam logam dan aktivitas antiperspiran. Penilaian antiperspiran berdasarkan jumlah pengeluaran keringat dapat dilakukan dengan menggunakan metode noda (semi kuantitatif terbaik) dan metode pencatatan kontinyu dan gravitasi (Ditjen POM, 1985) yaitu: 1. Metode Noda Metode yang berdasarkan reaksi iodum pati. Metode yang sangat sederhana dan cepat berdasarkan reaksi serbuk biru bromfenol yang disuspensikan ke dalam minyak silikon, akan memberikan noda kebiruan pada permulaan keluarnya keringat. Dengan mengkombinasi kedua metode diperoleh catatan permanen noda hitam - biru pada kertas toilet yang telah mengabsorpsi 11

8 keringat dan dapat diulang dengan meletakkan pada ketiak bola pingpong yang disalut dengan campuran serbuk biru bromfenol yang dibalut dengan kain kasa. Salutan berubah menjadi biru. Kepekatan warna yang dihasilkan menunjukan kecepatan sekresi keringat. 2. Metode pencatatan kontinyu dan gravimetri Metode gravimetri adalah metode paling baik untuk mengevaluasi efektifitas antiperspiran. Dalam metode ini bahan absorbennya adalah kain kasa yang telah ditara. Metode pencatatan kontinyu adalah metode paling teliti karena menggunakan higrometer elektrolit Deodoran Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat, menutupi bau badan dan mengurangi bau badan (Rahayu, dkk., 2009). Deodoran dapat juga diaplikasikan pada ketiak, kaki, tangan dan seluruh tubuh biasanya dalam bentuk spray (Egbuobi, dkk., 2013). Bahan aktif yang digunakan dalam deodoran dapat berupa: (Wasitaatmadja, 1997, Butler, 2000). 1. Pewangi (parfum); untuk menutupi bau badan yang tidak disukai. Dengan adanya pewangi maka deodoran dapat digolongkan dalam kosmetik pewangi (perfumery). 2. Pembunuh mikroba yang dapat mengurangi jumlah mikroba pada tempat asal bau badan. a. Antiseptik: pembunuh kuman apatogen atau patogen, misalnya heksaklorofen, triklosan, triklokarbanilid, amonium kwartener, ion exchange resin. Sirih merupakan antiseptik tradisional yang banyak digunakan. 12

9 b. Antibiotik topikal: pembunuh segala kuman, misalnya neomisin, aureomisin. Pemakaian antibiotik tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan resistensi dan sensitisasi. c. Antienzim yang berperan dalam proses pembentukan bau, misalnya asam malonat, metal chelating, klorofil. Dosis yang diperlukan terlalu tinggi sehingga dapat menimbulkan efek samping. 3. Eliminasi bau (odor eliminator); yang dapat mengikat, menyerap, atau merusak struktur kimia bau menjadi struktur yang tidak bau, misalnya seng risinoleat, sitronelik senesiona, ion exchange resin Deodoran antiperspiran stick Deodoran antiperspiran stick, berbentuk batang padat, mudah dioles dan merata pada kulit, bau sedap, stik transparan atau berwarna. Pembuatannya berbeda dengan pembuatan lipstik karena deodoran ini merupakan gel sabun. Pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi, yaitu suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan dalam suatu fase larutan alkali dalam air/alkohol pada suhu sekitar 70 o C. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar o C dan dibiarkan memadat (Ditjen POM, 1985; Tranggono dan Latifah, 2007). Deodoran antiperspiran stick adalah kosmetika yang berbahan dasar; natrium stearat (asam sterat dan natrium hidroksida) dan sebagai pelarut menggunakan propilen glikol atau alkohol (Bulter, 2000). Untuk mencegah kristalisasi garam aluminium maka digunakan gliserin atau propilen glikol dan untuk alasan yang sama maka hanya sejumlah kecil alkohol yang ditambahkan pada formula (Poucher, 1978). 13

10 Garam kompleks aluminium dibuat dengan penambahan laktat ke dalam aluminium klorhidrat. Garam kompleks natrium aluminium klorhidrosilaktat dapat bercampur dengan natrium stearat atau sabun lain, karena ionisasi aluminium dapat ditekan jika ph larutan meningkat (Ditjen POM, 1985). Pertengahan tahun 1950, diperkenalkan natrium aluminium klorhidrosilaktat kompleks yang stabil di dalam dasar deodoran stik. Sediaan yang mengandung kompleks ini mempunyai aktifitas antibakteri tetapi, efektifitas sebagai antiperspiran menjadi berkurang (Butler, 2000). 2.4 Mekanisme Kerja Sediaan Deodoran Antiperspiran Pada umumnya sediaan deodoran antiperspiran menggunakan bahan aktif aluminium klorohidrat Al 2 (OH) 5 Cl. Keringat mengandung air, ketika aluminium klorohidrat bereaksi dengan air (keringat) terjadi reaksi hidrolisis melepaskan ion Al 3+ membentuk formasi aluminium hidrat [Al(H 2 O) 6 ] 3+. Suasana menjadi setimbang antara asam/basa karena kehadiran air, reaksi yang terjadi dapat dilihat di bawah ini (Gros dan Keith, 2009): [Al(H 2 O) 6 ] 3+ (aq) + H 2 O (l) [Al(H 2 O) 5 OH] 2+ (aq) + (H 3 O) + (aq) Adanya ion (H 3 O) + menyebabkan dua efek penting yaitu: (Gros dan Keith, 2009) 1. ph area menjadi di bawah 7 (asam), bukan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan bakteri (bakteri lebih banyak pada kondisi basa). 2. Keringat mengandung protein, pada kondisi normal dapat larut dalam air. Kehadiran ion (H 3 O) + menyebabkan struktur protein berubah (denaturasi), sehingga kelarutan berubah. Akibatnya, struktur protein seperti srtuktur gel yang menutupi saluran keringat (Gros dan Keith, 2009; Swaile, dkk., 2011). 14

11 Penggunaan garam aluminium dianggap mempunyai efek antibakteri karena menghasilkan ph asam dari proses penguraian oleh air. Kulit dengan ph asam dianggap merupakan pertahanan alamiah terhadap infeksi bakteri dan jamur. Sediaan antiperspiran harus berdasarkan reaksi penguraian garam logam oleh air. Karena mempunyai efek menghambat bakteri kulit (Ditjen POM, 1985). Efek deodoran garam aluminium terjadi dengan dua cara, yaitu: 1. Aktivitas hambat bakteri yang disebabkan ph yang relatif rendah 2. Netralisasi bau dengan kombinasi kimia. Antiperspiran yang mengandung garam aluminium mempunyai aktivitas tidak langsung pada kelenjar keringat tetapi, dengan cara memblokade pori dengan koagulasi protein oleh ion polivalen sehingga mengurangi keluarnya keringat. Disamping itu antiperspiran dapat menyebabkan reaksi inflamasi di sekitar lapisan pembuluh dan lubang keringat, dan adanya kontraksi dapat mengurangi keluarnya keringat ke permukaan kulit (Ditjen POM, 1985; Swaile, dkk., 2011). Tawas bekerja dengan cara menetralisir bau yang timbul dari pertemuan apokrin dengan kuman. Sehingga tawas dapat menghilangkan bau badan dan menghambat perspirasi kulit (Anonim, 2010). 2.5 Komponen Deodoran Antiperspiran Batang Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat deodoran antiperspiran bentuk batang (stick) dengan menggunkan tawas yaitu: 1. Tawas Sinonim: kalium aluminium sulfat, alum, aluin Rumus molekul: KAl(SO 4 ) 2.12H 2 O 15

12 Tawas berupa kristal atau pecahan-pecahan kristal, tidak berwarna, atau dapat juga berupa serbuk. Tawas tidak berbau, rasa sedikit manis, dan mempunyai sifat adstringen yang cukup kuat. Larutan tawas bersifat asam jika diuji menggunakan lakmus. Tawas sangat mudah larut dalam air mendidih dan mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, dan larut dalam gliserin (American Pharmaceutical Association, 1970). Tawas adalah semacam batu putih agak bening yang bisa digunakan untuk membeningkan air dan dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan khususnya di daerah ketiak. Tawas merupakan salah satu bahan aktif dari antiperspiran, walaupun demikian awal tahun 2005 FDA (Food and Drug Administration) tidak lagi mengakuinya sebagai pengurang keringat (Rahayu, dkk., 2009). Sediaan antiperspiran dipasaran yang menggunakan tawas dalam bentuk sediaan serbuk dengan konsentrasi tawas 20% (Anonim 2010). 2. Propilen glikol Propilen glikol digunakan dalam kosmetika sebagai pelarut dalam jumlah 15-50%. Propilen glikol adalah pelarut yang lebih baik dari pada gliserin dan dapat melarutkan berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol, barbiturat, vitamin (A dan D), dan alkaloid (Rowe, dkk., 2009). 3. Parfum Parfum sebaiknya dipilih yang sederhana, lembut, dan menyenangkan, dan banyak disukai dan dapat menutupi bau badan yang mungkin kurang sedap untuk orang lain (Balsam dan Sagarin, 1972). 16

13 4. Asam stearat Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan (Wade dan Weller, 1994). Asam stearat memiliki atom karbon C 18 yang merupakan asam lemak jenuh dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada produk (Mitsui, 1997). Asam stearat mempunyai titik lebur pada suhu 69,4 o C (Ketaren, 1986). 5. Asam laktat Asam laktat merupakan asam organik. Ditambahkan dalam sediaan antiperspiran stik untuk menekan ionisasi logam aluminium sehingga garam aluminium mudah bercampur dengan sabun (Ditjen POM, 1985). 6. Natrium hidroksida (NaOH) NaOH merupakan salahsatu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta mudah menghancurkan jaringan lunak. NaOH berbentuk butiran padat berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis (Wade dan Weller, 1994). Ion Na + bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun (Fessenden dan Fessenden, 1994). 2.6 Kelenjar Keringat dan Perspirasi Prespirasi merupakan proses berkeringat. Prespirasi sangat penting, karena merupakan proses fisiologi normal yang berguna untuk mengeluarkan air dan garam (elektrolit) dari tubuh dan mengatur temperatur tubuh (Darbre, 2005). Kelenjar keringat yang paling utama berperan dalam proses fisiologi normal perspirasi adalah kelenjar ekrin (Edgar dan Semken, 1991). 17

14 Kelenjar yang menghasilkan keringat adalah kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental (Montagna, 1963; Djuanda, 2008). Kelenjar keringat ekrin terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai kulit kepala dan ketiak. Jumlahnya diseluruh badan sekitar 2 juta 3 juta, bentuknya langsing, bergulung-gulung, dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya (Edgar dan Semken, 1991). Sekresi bergantung pada beberapa faktor seperti faktor panas, demam (peningkatan suhu tubuh) dan stres emosional, serta mekanismenya diatur oleh saraf kolinergik. Kelenjar ekrin sudah ada sejak lahir, telah terbentuk sempurna pada usia kehamilan 28 minggu dan baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Kelenjar ekrin berfungsi mengatur suhu tubuh. Jika suhu kamar naik, keringat akan keluar, suhu badan akan kembali normal akibat penguapan keringat tersebut. Pada orang sehat kejadiaan ini berlangsung otomatis. Kelenjar keringat ekrin dapat melengkapi fungsi ginjal (Ditjen POM, 1985; Djuanda, 2008). Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik. Ukurannya lebih besar daripada ekrin dan pembuluh sekresinya berakhir pada folikel rambut. Kelenjar apokrin hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, daerah anal dan genital (Montagna, 1963). Kelenjar apokrin dianggap mempunyai sifat seksual sekunder. Meskipun telah ada sejak lahir, tetapi berkembang lambat pada masa anak-anak, mulai berfungsi setelah meningkat remaja. Perkembangan lebih cepat pada wanita daripada pria, dan aktivitasnya mencapai puncak jika kehidupan seks telah matang, kemudian menurun setelah menopause (putus haid). Kelenjar ekrin 18

15 dianggap berperan kontinyu, sedangkan kelenjar apokrin, makin lama peranannya makin lambat (Ditjen POM, 1985; Trangggono dan Latifah, 2007). Perbedaan saluran kelenjar keringat ekrin dan kelenjar keringat apokrin dapat dilihat pada Gambar 2.1. a b Gambar 2.1 Diagram saluran kelenjar keringat ekrin dan apokrin (Montagna, 1963) Keterangan gambar: a) Kelenjar apokrin dengan saluran yang berakhir pada folikel rambut. b) kelenjar ekrin 19

16 2.7 Komposisi Keringat Keringat merupakan bagian dari fungsi ekskresi dan termoregulasi, serta mengandung air, elektrolit, glukosa, protein, dan asam laktat. Derajat keasaman (ph keringat) biasanya sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2008). Terdapat perbedaan jelas antara komposisi kimia keringat ekrin dan apokrin. Keringat apokrin mengandung protein, sedikit gula, ion feri, dan amonia sedangkan keringat ekrin 98% - 99% terdiri dari air, sisanya campuran senyawa anorganik dan organik. Fraksi anorganik terutama natrium klorida, sehingga keringat rasanya asin, juga mengandung kalium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, dan mangan. (Navarre, 1975; Ditjen POM, 1985). Senyawa organik dalam sekresi ekrin terdiri dari asam laktat, asam sitrat, asam format, asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam askorbat juga mengandung urea dan asam urat. Bahan yang sangat penting adalah asam laktat, yang membentuk dapar asam laktat, menstabilkan ph sekresi ekrin dalam interval 4-7. Kandungan asam laktat yang relatif tinggi dalam keringat ekrin menyebabkan ph juga lebih rendah dibandingkan dengan ph sekresi apokrin yang berkisar antara 6,2-7,5, karena mengandung amonia yang relatif tinggi. Kandungan nitrogen dalam keringat ekrin berkisar antara 23% - 60% dimana yang 35% - 50% dalam bentuk urea, juga terdapat sedikit asam amino (Ditjen POM, 1985). 2.8 Gangguan Kelenjar Keringat Gangguan fungsi kelenjar keringat dapat dibagi menjadi: hiperdrosis, androsis, bromidrosis, dan kromidrosis. 20

17 1. Hiperhidrosis Sinonim: idrosis, hiperdrosis, sudatoria, sudorrhea. Hiperdrosis adalah suatu keadaan bertambahnya jumlah keringat pada permukaan kulit melebihi keadaan normal (Darbre, 2005). Hiperhidrosis pada ketiak didefinisikan sebagai pengeluaran keringat berlebihan oleh kelenjar ekrin di ketiak yang berguna untuk mendinginkan tubuh. Sesorang dikatakan menderita hiperdrosis jika berkeringat melebihi 20 mg/menit bagi laki-laki dan melebihi 10 mg/menit bagi wanita (Swaile, dkk., 2011). Hal ini dapat disebabkan karena meningkatnya hasil produksi kelenjar keringat ekrin. Hiperdrosis sering kali mengganggu bagi diri penderita maupun bagi orang lain. Hiperdrosis dapat terjadi di seluruh permukaan tubuh atau lokal (setempat), misalnya pada telapak tangan dan kaki. Hiperdrosis dapat merupakan tanda adanya gangguan pada kelenjar endokrin, saraf, atau merupakan hiperdrosis murni. Hiperdrosis dapat juga terjadi dalam penyesuaian diri seseorang dengan iklim/ lingkungan tropis (Harahap, 2000). Hiperdrosis bagian ketiak dapat diterapi oleh profesional kesehatan menggunakan teknologi seperti garam-garam aluminium, inotophoresis, botulinum toxin tipe A dan pada kasus ekstrim, dioperasi (Swaile, dkk., 2011). 2. Bromhidrosis Sinonim: bromidrosis, osmidrosis. Bromhidrosis adalah suatu keadaan dimana bau keringat berlebihan, biasanya bau tajam (tidak enak) yang berasal dari permukaan kulit. Bromhidrosis disebabkan penguraian keringat oleh bakteri yang menghasilkan bau. 21

18 Bromhidrosis tergantung pada jumlah sekresi keringat apokrin dan kebersihan tubuh masing-masing individu. Sediaan deodoran dapat diaplikasikan untuk mengurangi bau badan (bromhidrosis) (Seeley, dkk., 2011; Egbuobi, dkk., 2013). 3. Anhidrosis Sinonim: hipohidrosis, anidrosis Anidrosis adalah penguraian atau penghentian sekresi kelenjar keringat. Kondisi ini jarang sekali terjadi (Harahap, 2000). 4. Kromhidrosis Kromhidrosis adalah istilah yang ditujukan untuk keadaan dimana keringat berwarna. Biasanya ini menunjukkan terjadinya infeksi baik oleh bakteri atau jamur sehingga cairan yang diekskresikan berwarna (Jarrett, 1966). 2.9 Bau Badan Setiap makhluk hidup mempunyai bau yang berasal dari proses dalam tubuhnya. Bau tersebut biasanya khas sehingga berguna untuk identifikasi terhadap lingkungannya. Tumbuhan tertentu mempunyai bau dari akar, batang, daun, maupun bunganya yang karena baunya menyenangkan, manusia membuatnya sebagai wewangian. Binatang tertentu mempunyai bau khas yang menjadi daya tarik seksual lawan jenisnya. Berbeda dengan bau badan manusia umumnya justru bukan untuk menjadi daya tarik terhadap orang lain, sehingga tidak disukai dan harus dihilangkan. Bau badan ketiak berasal dari dekomposisi protein yang terdapat dalam keringat ekrin terutama apokrin oleh mikroba yang terdapat di tempat tersebut. Bau badan yang terjadi bervariasi jenis dan intensitasnya sesuai dengan jenis dan jumlah hasil dekomposisi tersebut, yaitu 22

19 golongan asam amino urea, misalnya trimetil aminuria menimbulkan bau ikan (Wasitaatmadja, 1997). Mengeluarkan keringat merupakan cara yang alami untuk mendinginkan tubuh. Dengan berkeringat maka akan terbentuk lingkungan yang sempurna bagi pertumbuhan bakteri karena bakteri berkembang dengan baik dilingkungan panas dan lembab seperti ketiak manusia. Pada dasarnya keringat ketiak hanya terdiri dari air dan garam sehingga tidak mempunnyai bau yang istimewa (Rahayu, dkk., 2009). Bau badan disebabkan oleh bakteri yang menguraikan keringat dengan melepaskan asam 3-metil-2-heksenoat (trans-3-metil-2-hekenoat) yang mempunyai bau yang sangat kuat (Gros dan Keith, 2009). Struktur kimia asam 3- metil-2-heksenoat dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Struktur kimia asam 3-metil-2-heksenoat (Gros dan Keith, 2009) Bau badan yang paling mennyengat ada di daerah ketiak dan genital, popilasi mikroorganisme banyak disana karena di daerah tersebut terdapat kelenjar ekrin dan apokrin, serta rambut (Yamazaki, dkk., 2010). Adanya rambut di ketiak juga merupakan faktor sekunder yang dapat menyebabkan bertambahnya bau ketiak. Sekresi keringat yang tertimbun akan dirusak oleh bakteri atau jamur. Seseorang yang mencukur rambut ketiak secara teratur akan mengurangi bau ketiak. Bakteri merupakan unsur penting dalam menghasilkan bau keringat. Sekresi apokrin yang segar adalah steril, dan segera dapat terkontaminasi dengan bakteri ketika mencapai permukaan ketiak. Jika pertumbuhan bakteri dalam 23

20 sekresi apokrin tersebut dihambat dalam kondisi steril, pembentukkan bau yang tidak enak dapat dicegah. Keringat ekrin tidak akan berbau sekalipun, karena tidak cukup mengandung substrat untuk pertumbuhan bakteri. Kadang-kadang dapat timbul bau yang lunak karena peruraian zat tertentu misalnya sebum atau keratin oleh enzim bakteri (Dalton, 1985; Ditjen POM, 1985). Untuk mengurangi atau menghilangkan bau badan dapat dilakukan dengan cara memelihara kebersihan tubuh dengan baik, misalnya mandi menggunakan sabun dengan teratur, menggunakan deodoran antiperspiran, dan menjaga asupan nutrisi (Harahap, 2000; Anonim, 2014) Uji Iritasi/Uji tempel (Patch Test) Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985). Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan. Jika toksikan dilekatkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan, sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan alergen (Ditjen POM, 1985). Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder (Ditjen POM, 1985). 24

21 Tanda-tanda yang ditimbulkan ke dua reaksi kulit tersebut lebih kurang sama, yaitu akan tampak hiperemia, eritema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat lokal (Ditjen POM, 1985). Panel uji tempel meliputi manusia sehat. Manusia sehat yang dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara tahun, berbadan sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel (Ditjen POM, 1985). Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung, lengan tangan atas bagian dalam, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga (Scott, dkk., 1976; Ditjen POM, 1985). Teknik uji tempel dapat dilakukan dengan uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji tempel sinar. Prosedur uji tempel dibedakan menjadi uji tempel preventif, uji tempel diagnostik, dan uji tempel ramal (Ditjen POM, 1985). Uji tempel preventif adalah uji tempel yang dilakukan sebelum penggunaan sediaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka terhadap sediaan atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam. Pengamatan reaksi kulit positif atau negatif (Ditjen POM, 1985). Uji tempel diagnostik adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud pelacakan atau penyelidikan komponen sediaan kosmetika yang menjadi penyebab terjadinya reaksi kulit pada penderita peka. Uji tempel diagnostik dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji 25

22 tempel sinar. Lamanya pelekatan ditetapkan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam (Ditjen POM, 1985). Uji tempel ramal adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud apakah sediaan kosmetik dapat diedarkan dengan jaminan keamanan atau tidak (Ditjen POM, 1985). Hasil uji tempel dipengaruhi oleh berbagai faktor: - Kadar dan jenis sediaan uji - Ketaatan panel dalam melaksanakan instruksi penguji - Lamanya waktu pelekatan sediaan uji - Lokasi lekatan - Umur panel 26

DEODORAN DAN ANTI PERSPIRAN

DEODORAN DAN ANTI PERSPIRAN DEODORAN DAN ANTI PERSPIRAN Ingin tampil lebih menarik merupakan hal yag lazim bagi setiap orang, baik wanita maupun pria. Tak heran jika berbagai produk kosmetik berkembang dengan pesat baik jenis dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Kosmetik Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami

Lebih terperinci

FORMULASI DAN MEKANISME KERJA ANTIPERSPIRAN MAKALAH

FORMULASI DAN MEKANISME KERJA ANTIPERSPIRAN MAKALAH FORMULASI DAN MEKANISME KERJA ANTIPERSPIRAN MAKALAH Disusun Oleh : Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Bebagai macam aktivitas baik ringan

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah digunakan oleh manusia yang hidup

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekresi keringat dalam tubuh dapat dipicu karena adanya berbagai macam aktivitas baik ringan maupun berat. Sekresi keringat yaitu suatu metabolisme yang normal. Keringat

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengganggu aktivitas seseorang. Menurut Wijayakusuma (2008), bau. (Lundstrom dan Olsson, 2010). Bau yang dihasilkan disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. mengganggu aktivitas seseorang. Menurut Wijayakusuma (2008), bau. (Lundstrom dan Olsson, 2010). Bau yang dihasilkan disebabkan oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bau badan merupakan masalah yang cukup penting dan dapat mengganggu aktivitas seseorang. Menurut Wijayakusuma (2008), bau badan dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan

Lebih terperinci

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan.

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan. ASAM DAN BASA A. Asam Apa yang kamu ketahui tentang asam? Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita terhadap suatu rasa masam. Kata asam berasal dari bahasa Latin, yaitu acidus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika dikenal sebagai penunjang penampilan agar tampak lebih menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetika muncul di pasaran.

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) 6844576 Banyumas 53171 ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011 Mata Pelajaran : Kimia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak jagung dan sirup, sedangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak jagung dan sirup, sedangkan di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat tumbuhan Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman tropis dan salah satu tanaman pangan dunia terpenting selain gandum dan padi. Di Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias

KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias MATA KULIAH KOSMETOLOGI (PENANGGUNG JAWAB: DRA, JUANITA T, APT) KOSMETOLOGI KOSMETIKA LOGOS = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias = Ilmu Menurut PERMENKES N0.220 THN 1976 : KOSMETIKA adalah: Bahan/campuran

Lebih terperinci

Laboratorium Farmasetika

Laboratorium Farmasetika KOSMETIKA OSMETIKA: PENDAHULUAN ANATOMI K KULIT & RAMBUT 10/4 4/2012 1 Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed @Dhadhang_WK PENGERTIAN KOSMETIKA KOSMETIKA = Berasal dari bahasa yunani

Lebih terperinci

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam A Sifat Asam, Basa, dan Garam 1. Sifat asam Buah-buahan yang masih muda pada umumnya berasa masam. Sebenarnya rasa masam dalam buah-buahan tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud CLEANSING CREAM Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat terlindung dari kekeringan~an sengatan cuaca, baik panas

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

PENGERTIAN KOSMETIKA. PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan

PENGERTIAN KOSMETIKA. PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan I.TEORI PENGERTIAN KOSMETIKA PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir &organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk : membersihkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 11 BAB VIII LARUTAN ASAM DAN BASA Asam dan basa sudah dikenal sejak dahulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kosmetik 1. Pengertian Kosmetik Menurut Wall dan Jellinenk, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk

Lebih terperinci

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam Analisis Vitamin C Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen intraselular. Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang kosmetika saat ini sangatlah pesat. Kosmetika berdasarkan penggunaannya dapat digunakan sebagai tata rias dan juga sebagai perawatan kulit

Lebih terperinci

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana R merupakan gugus alkil. Adapun rumus molekul dari alkohol yaitu

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengharum ruangan merupakan suatu produk yang berisi zat wewangian yang digunakan untuk membuat harum suatu ruangan atau mengurangi bau tidak menyenangkan pada suatu

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

Ensiklopedi: 27 dan 342. Asam, basa dan garam. dikelompokkan berdasarkan. Alat ukur

Ensiklopedi: 27 dan 342. Asam, basa dan garam. dikelompokkan berdasarkan. Alat ukur BAB 2 ASAM, BASA DAN GARAM Ensiklopedi: 27 dan 342 Kompetensi Dasar: Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat. Melakukan percobaan sederhana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, organ kelamin bagian luar,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi ASI Asi harus dibuang dulu sebelum menyusui, karena ASI yang keluar adalah ASI lama (Basi). ASI tak pernah basi! biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara

Lebih terperinci

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA Danang Yulianto Akademi Analisa Farmasi dan Makanan Al-Islam, Yogyakarta ABSTRAK Bahan Pewarna adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR Gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dengan katalis KOH merupakan satu fase yang mengandung banyak pengotor.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan Pengenceran Suatu Larutan B. Tujuan praktikum Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu larutan. 1 BAB II METODE A. Alat dan Bahan Alat:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan

Lebih terperinci

R E A K S I U J I P R O T E I N

R E A K S I U J I P R O T E I N R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

Hidrokinon dalam Kosmetik

Hidrokinon dalam Kosmetik Hidrokinon dalam Kosmetik Kita ketahui bahwa kosmetik sangat beragam jenisnya, mulai dari kosmetik untuk wajah, kulit, rambut, hingga kuku. Namun diantara ragam jenis kosmetik tersebut, yang sering menjadi

Lebih terperinci

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM Disiapkan oleh: Siti Aminah PERAN GULA DALAM PENGAWETAN Bakteri, ragi dan kapang disusun oleh membrane yang menyebabkan air dapat masuk atau keluar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10689 TAHUN 2011 TENTANG BENTUK DAN JENIS SEDIAAN KOSMETIKA TERTENTU YANG DAPAT DIPRODUKSI OLEH INDUSTRI KOSMETIKA YANG MEMILIKI IZIN PRODUKSI GOLONGAN B DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ASAM, BASA, DAN GARAM

ASAM, BASA, DAN GARAM ASAM, BASA, DAN GARAM Standar Kompetensi : Memahami klasifikasi zat Kompetensi Dasar : Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat A. Sifat

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR Telur Titis Sari Kusuma 1 MACAM TELUR 2 1 TELUR Nilai gizi telur sangat lengkap, sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, >> tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram protein. Kandungan asam

Lebih terperinci

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

Analisa Klorida Analisa Kesadahan Analisa Klorida Analisa Kesadahan Latar Belakang Tropis basah Air bersih Air kotor limbah Pencegahan yang serius Agar tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup Air tercemar 1 Prinsip

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia Kelas : 7 Waktu : 09.30-11.00 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1. Isikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian terutama berkembang dalam segi farmakologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS Penyusun : Muhammad Fadli (1301782) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida Serlin Oktavia Ade Amelia NST Dosen :1.Dra. Bayharti, M.Sc 2. Miftahul Khair, S.si

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman JUDUL..... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... iv vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 5.1. Tujuan Percobaan Memahami reaksi penyabunan 5.2. Tinjauan Pustaka Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserida, kedua istilah ini berarti triester dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, (C 17 H 35 COO Na+).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan melalui kekuatan pengemulsian

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDAR KOMPETENSI 1. Mendeskripsikan sifat-sifat Larutan, metode pengukuran dan terapannya. KOMPETENSI DASAR 1.1 Mendeskripsikan sifat-sifat Larutan, metode pengukuran dan terapannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). I. PENDAHULUAN Produk perawatan tubuh merupakan produk kesehatan dan kebersihan yang meliputi produk perawatan gigi, pelembab, minyak atsiri, produk cukur, produk pembersih tubuh, lotio tubuh, gel wajah,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci