PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK INVESTASI DANA PENSIUN TERHADAP KONDISI DANA PENSIUN DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK INVESTASI DANA PENSIUN TERHADAP KONDISI DANA PENSIUN DI INDONESIA"

Transkripsi

1 PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK INVESTASI DANA PENSIUN TERHADAP KONDISI DANA PENSIUN DI INDONESIA SKRIPSI Program Studi Akuntansi Nama : FATKHI FARDIAN N I M : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008

2 LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Fatkhi Fardian N I M : Program Studi Judul Skripsi : Akuntansi : PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK INVESTASI DANA PENSIUN TERHADAP KONDISI DANA PENSIUN DI INDONESIA Tanggal Ujian Skripsi : 5 Juli 2008 Pembimbing, Disahkan oleh : ( Drs. Hadri Mulya, M.Si ) Tanggal : Dekan, Ketua Jurusan Akuntansi, ( Drs. Hadri Mulya, M.Si ) ( H. Sabarudin Muslim, SE, M.Si ) Tanggal : Tanggal :

3 DAFTAR ISI SKRIPSI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI SKRIPSI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN i ii iv vi vii viii ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan Penelitian 5 D. Manfaat Penelitian 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Dana Pensiun 7 B. Program Pensiun dan Jenis Dana Pensiun 8 C. Aktivitas Kegiatan Dana Pensiun 11 D. Investasi Dana Pensiun 12 E. Jenis Investasi Dana Pensiun 17 F. Variasi Perpajakan Dana Pensiun 18 G. Perpajakan Dana Pensiun di Negara Lain 19 H. Subjek Pajak Penghasilan 21 I. Objek Pajak Penghasilan 24 iv

4 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 29 B. Metode Penelitian 37 C. Variabel dan Pengukurannya 38 D. Metode Pengumpulan Data 38 E. Metode Analisis Data 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Dana Pensiun di Indonesia 40 B. Analisis Hasil Penelitian 52 C. Pembahasan 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 80 B. Saran 82 DAFTAR PUSTAKA 83 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS 85 LAMPIRAN 86 v

5 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4-1 Pertumbuhan Jumlah Dana Pensiun Tahun Tabel 4-2 Pertumbuhan Jumlah Peserta Aktif Dana Pensiun 44 Tabel 4-3 Komponen Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aktiva Bersih Tahun Tabel 4-4 Penerimaan Iuran Tahun Tabel 4-5 Tabel Pembayaran Manfaat Pensiun Tahun Tabel 4-6 Komposisi Investasi Dana Pensiun Tahun 2004 dan Tabel 4-7 Tarif Pajak Manfaat Pensiun 72 Tabel 4-8 Hasil Investasi dan Pajak Investasi 78 vi

6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2-1 Kegiatan Dana Pensiun di Indonesia 11 Gambar 4-1 Pertumbuhan Asset Dana Pensiun 76 Gambar 4-2 Perbandngan Investasi, Hasil Investasi, Iuran, dan Manfaat Terhadap Asset 77 vii

7 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4-1 Kegiatan Pengesahan, Pembubaran, dan Pengalihan Program Dana Pensiun 42 Grafik 4-2 Aktiva Bersih Dana Pensiun 45 Grafik 4-3 Penerimaan Iuran Tahun Grafik 4-4 Pembayaran Manfaat Pensiun Tahun Grafik 4-5 Persentase Jumlah Nilai Wajar Investasi Terhadap Aktiva Bersih 50 Grafik 4-6 Pertumbuhan Investasi Dana Pensiun 51 viii

8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Tax Treatment Of Personal Pensions Plans 86 ix

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki masa pensiun pada umumnya adalah bukan merupakan dambaan setiap karyawan. Hal ini disebabkan karena timbulnya pikiran mengenai risiko kehilangan kesinambungan penghasilan yang selama ini menghidupi diri dan keluarganya. Sehubungan dengan hal tersebut, sudah selayaknya menjadi tanggung jawab moral dan finansial kepada pemberi kerja untuk memikirkan dan membantu para karyawan, terutama karyawan yang berpenghasilan kecil, guna memelihara kesinambungan penghasilannya saat masa pensiun. Solusi yang tepat demi menjawab permasalahan tersebut di atas adalah dengan mengikutsertakan para karyawan sebagai peserta Dana Pensiun. Dana Pensiun dipandang sebagai salah satu inovasi terbaik di bidang sosial dan ekonomi. Selain dipandang mampu menjawab permasalahan sosial yang disebabkan bertambahnya populasi penduduk, Dana Pensiun juga memainkan peranan penting dalam memobilisasi dana yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan nasional serta membiayai proyek pembangunan jangka panjang. Dengan adanya Dana Pensiun, diharapkan ketergantungan akan utang luar negeri bagi negara berkembang dapat dikurangi. 1

10 Data Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2001 selama periode 10 tahun terakhir menunjukkan pada negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris mampu memupuk aktiva Dana Pensiun mencapai triliunan dollar. AS mengalami pertumbuhan aktiva sekitar 3,4 persen pertahun dari 58 persen GDP pada tahun 1996 menjadi 75 persen pada awal tahun 2001, Inggris bertumbuh sekitar 2 persen pertahun dari 75 persen GDP pada tahun 1996 menjadi 85 persen pada tahun Pertumbuhan yang pesat atas aktiva Dana Pensiun tersebut disebabkan oleh faktor berikut: 1. faktor demografi penduduk. Data tahun 1998 menunjukkan bahwa jumlah penduduk AS yang berusia diatas 65 tahun meningkat sebanyak 4 % pertahun ( orang) dan diproyeksikan pada tahun 2070 akan mencapai ribu jiwa atau sekitar 22,65 % dari total seluruh penduduk AS sehingga kebutuhan akan program pensiun meningkat. 2. faktor pajak. Internal Revenue Code (peraturan perpajakan di Amerika Serikat) memiliki aturan yang dipandang menguntungkan bagi penyelenggaraan program pensiun, seperti membebaskan pajak atas hasil investasi yang diperoleh Dana Pensiun. 2

11 3. faktor sosial. Masa Great Depression di akhir abad ke-19 menggugah kesadaran masyarakat atas pentingnya keamanan sosial dan ekonomi pada masa tua. Di Indonesia, Dana Pensiun mulai dikenal sejak zaman Belanda yang pada saat itu didasarkan pada labour fund ordonance. Aturan ini tercantum dalam Staatsblad tahun 1926 No 37 yang kemudian diubah dengan Undang Undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun yang khusus mengatur penyelenggaraan Dana Pensiun yang bersifat sukarela (voluntary). Sejak diterapkannya aturan ini, aktiva Dana Pensiun mengalami pertumbuhan dari sekitar Rp 13,2 triliun pada tahun 1996 menjadi Rp 63,9 triliun pada tahun 2005 atau sekitar 5,5 triliun pertahun. Jika dibandingkan dengan PDB, aktiva Dana Pensiun baru mencapai jumlah 2,17% dari total GDP tahun 2005, jumlah yang terbilang kecil menurut standar internasional. Perkembangan aktiva yang lambat ini menandakan adanya hambatan bagi perkembangan Dana Pensiun di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh World Bank menyimpulkan bahwa salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan aktiva Dana Pensiun di Indonesia disebabkan oleh aturan perpajakan yang kurang menguntungkan bagi penyelenggara program pensiun (World Bank,1996). Untuk mendorong pertumbuhan aktiva, pemerintah perlu memberikan insentif baru atas aturan pajak yang berkaitan dengan hasil investasi Dana Pensiun. 3

12 Secara umum dikenal dua regime perpajakan yang dilakukan terhadap program pensiun. Pertama, regime EET (exempt contributions, exempt investment income and then tax pension benefit) yang memberikan pembebasan pajak atas iuran dan hasil investasi Dana Pensiun dan mengenakan pajak terhadap manfaat yang dibayarkan. Kedua, regime TTE (tax contributions, tax investment income and then exempt pensions benefit) yang memungut pajak atas iuran yang dibayarkan tetapi membebaskan hasil investasi dan manfaat yang dibayarkan dari pajak. Persamaan yang dimiliki kedua regime ini adalah tidak mengenakan pajak terhadap hasil investasi program pensiun. Kebijakan pemberian insentif yang dilakukan pemerintah terhadap Dana Pensiun saat ini terkesan setengah hati dan berusaha melindungi kepentingan pemerintah di sektor pajak. Dampak kebijakan tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan Dana Pensiun untuk menghimpun aktiva yang dipergunakan untuk membayar manfaat pensiun. Di sisi lain, dampak kebijakan pemberian fasilitas pajak di Dana Pensiun dapat mengurangi penerimaan negara dari sektor pajak. Praktik internasional memperlihatkan bahwa banyak negara bersedia mengalami hilangnya pendapatan dari pajak atas hasil investasi demi perkembangan program pensiun di negaranya. Berdasarkan hal di atas diketahui bahwa insentif pajak memiliki arti penting bagi perkembangan Dana Pensiun. Pemahaman mengenai dampak kebijakan pajak investasi Dana Pensiun tidak dapat dicapai tanpa terlebih dahulu memahami Dana Pensiun, 4

13 aktivitas dan perlakuan perpajakan bagi Dana Pensiun. Untuk melihat sejauh mana pengaruh kebijakan pajak investasi Dana Pensiun, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kebijakan Pajak Investasi Dana Pensiun terhadap Kondisi Dana Pensiun di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan informasi di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perlakuan perpajakan pada Dana Pensiun? 2. Bagaimana pengaruh pemberian fasilitas pajak terhadap pertumbuhan asset Dana Pensiun? 3. Bagaimana pengaruh fasilitas pajak terhadap hasil investasi Dana Pensiun? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terhadap pengaruh kebijakan pajak investasi Dana Pensiun terhadap kondisi Dana Pensiun di Indonesia. Namun secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk memberikan gambaran mengenai perlakuan perpajakan bagi Dana Pensiun di Indonesia; 2. Untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian fasilitas pajak terhadap pertumbuhan asset Dana Pensiun; 5

14 3. Untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh kebijakan pajak terhadap hasil investasi Dana Pensiun. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Mahasiswa, diharapkan bermanfaat sebagai tambahan informasi untuk memperkaya literatur dan wawasan yang selama ini tidak didapat di perkuliahan; 2. Bagi Penulis, diharapkan bermanfaat sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan untuk membuka wawasan penulis mengenai investasi Dana Pensiun dan perlakuan perpajakannya; 3. Bagi Dana Pensiun, diharapkan bermanfaat untuk mengetahui lebih mendalam mengenai dampak kebijakan pajak investasi Dana Pensiun; 4. Bagi Pemerintah, diharapkan bermanfaat dalam menetapkan kebijakankebijkan bagi Dana Pensiun agar sesuai dengan fungsi pemerintah sebagai lembaga pembina dan pengawas Dana Pensiun di Indonesia. 6

15 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Dana Pensiun Istilah Dana Pensiun mulai dikenal setelah lahirnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Undang-undang tersebut merupakan dasar penyelenggaraan program pensiun bagi karyawan pemberi kerja/perusahaan. Sebelum adanya undang-undang tersebut, dasar penyelenggaraan program pensiun adalah Arbeiderfonsend Ordonantie Nomor 377 Tahun 1926, sebagai pelaksanaan dari Pasal 1601 s KUH Perdata buku III (Zulaini Wahab, 2001:1). Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 menyebutkan bahwa Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Sedangkan yang dimaksud dengan manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun. Pada hakikatnya, pengelolaan dana oleh Dana Pensiun merupakan tabungan masyarakat (dalam hal ini peserta Dana Pensiun) yang mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang untuk dinikmati hasilnya setelah peserta pensiun. Dalam Dictionary of Accountng, Dana Pensiun diartikan sebagai dana yang sengaja dihimpun secara khusus dengan tujuan untuk memberikan manfaat kepada karyawan pada saat mereka mencapai usia pensiun,

16 meninggal dunia, atau cacat. Menurut Reyli dan Brown (2000:55) menyebutkan bahwa pengertian Dana Pensiun sebagai berikut : Pension fund are a major component of retirement planning. The funds are invested with the purpose of giving workers either a lump sum payment or the promise of an income stream after their retirement. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola tabungan pensiun yang bersumber dari iuran yang disetorkan oleh perusahaan dan pekerja untuk dikelola dan hasilnya dipakai pada saat mereka pensiun atau pada saat mereka tidak memiliki kemampuan untuk mencari pekerjaan lain karena cacat fisik yang dialami. B. Program Pensiun dan Jenis Dana Pensiun berikut: Program Pensiun menurut Nikolai, et all (2000:105), adalah sebagai Pension Plan is an agreement between a company and its employee group whereby the company promises to provide income to its retired employees in return for the sevices that were provided by the employees during their employment. Sebelum lahirnya Undang-undang Dana Pensiun, dikenal beberapa istilah program pensiun, yaitu (Zulaini Wahab, 2001:1): 1. Program pensiun yang dikelola oleh perusahaan /pemberi kerja yang dibayarkan dari cadangan perusahaan (book reserved) atau dari biaya perusahaan (pay as you go); 8

17 2. Program pensiun yang dikelola oleh yayasan Dana Pensiun yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan sebelumnya, dan telah memperoleh fasilitas perpajakan dari pemerintah; 3. Program pensiun pegawai negeri sipi dn pejabat Negara yang dikelola oleh PT Taspen; dan 4. Program pensiun anggota TNI dan Polri yang dikelola oleh PT Asabri. Program pensiun yang dikelola oleh perusahaan/pemberi kerja tersebut ada yang diatur dengan peraturan perusahaan dan ada pula yang diatur dengan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara Serikat Pekerja Perusahaan (mewakili karyawan/pekerja) dengan perusahaan. Program pensiun ini tidak memperoleh fasilitas perpajakan sebagaimana halnya yayasan dana pensiun, program pensiun PNS dan pejabat Negara serta program pensiun TNI dan Polri. Di Indonesia, jenis Dana Pensiun dan jenis program pensiun diatur berdasarkan Undang-undang No. 11 tahun Dalam Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa Dana Pensiun ada 2 (dua) jenis, yaitu : Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dana Pensiun Pemberi Kerja merupakan Dana Pensiun yang dapat didirikan oleh seseorang atau lembaga yang mempekerjakan karyawan dan hanya untuk kepentingan karyawannya. Sedangkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan merupakan Dana Pensiun yang hanya dapat didirikan oleh Bank 9

18 atau Perusahaan Asuransi Jiwa untuk kepentingan masyarakat luas baik pekerja mandiri maupun karyawan perusahaan. Adapun program pensiun yang dapat diselenggarakan oleh Dana Pensiun ada 2 (dua) macam yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (Define Benefit) dan Program Pensiun Iuran Pasti (Define Contribution). Program Pensiun Manfaat Pasti merupakan program pensiun yang menjanjikan pembayaran manfaat pensiun pada saat yang ditetapkan (biasanya setelah mencapai usia 56 tahun) dengan jumlah yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Sedangkan besar iurannya berubah-ubah dari waktu ke waktu tergantung pada kecukupan dana. Sedangkan Program Pensiun Iuran Pasti merupakan program pensiun yang menetapkan sejumlah iuran yang harus disetor ke Dana Pensiun, sedangkan besar manfaat pensiun tergantung dari jumlah akumulasi iuran ditambah hasil investasi. Dana Pensiun Pemberi Kerja dapat menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, sedangkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti. Perbedaan pokok dari Program Pensiun Manfaat Pasti dan Program Pensiun Iuran Pasti terletak pada risiko investasi. Dalam Program Pensiun Manfaat Pasti, risiko ditanggung oleh Pendiri Dana Pensiun, karena jika terjadi kegagalan investasi yang mengakibatkan kekurangan dana (defisit), maka Pendiri wajib bertanggung jawab atas kecukupan dana dengan membayar iuran tambahan, sehingga kewajiban pembayaran manfaat pensiun terhadap peserta dapat terpenuhi. Sebaliknya jika terjadi keberhasilan investasi 10

19 yang mengakibatkan kelebihan dana (surplus), maka Pendiri tidak perlu membayar iuran lagi. Disisi lain peserta akan tetap memperoleh pembayaran besarnya hak atas manfaat pensiun sebesar rumus yang diperjanjikan tanpa terpengaruh dari kegagalan atau keberhasilan investasi Dana Pensiun. Dalam Program Pensiun Iuran Pasti, risiko ditanggung oleh peserta, artinya jika terjadi kegagalan investasi akan mengakibatkan penurunan manfaat pensiun yang diterima Peserta. Sebaliknya jika terjadi keberhasilan investasi, maka peserta akan menikmati keberhasilan tersebut karena dengan keberhasilan investasi ini akan menaikkan manfaat pensiun. Disisi lain, Pendiri hanya tetap membayar iuran yang telah ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. C. Aktivitas Kegiatan Dana Pensiun Kegiatan Dana Pensiun dalam menjalankan program pensiun dapat digambarkan pada diagram berikut : Gambar 2.1 Kegiatan Dana Pensiun di Indonesia Peserta 1 Pemberi Kerja 2 6 Dana Pensiun 3 4 Investasi pada MICROSOFT CORPORATION Pasar Uang dan Pasar Modal $ $ $ 5 Treasurer Sumber : Basuki, J., Tesis S2, 2002, Program Pascasarjana Universitas Pelita Harapan, Jakarta. 11

20 Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pendiri memungut iuran peserta. 2. Pendiri membayar iuran baik iuran pemberi kerja maupun iuran peserta yang dipungut pemberi kerja kepada Dana Pensiun. 3. Dana pensiun melakukan investasi di pasar uang maupun pasar modal. 4. Dana pensiun memperoleh hasil investasi. 5. Dana pensiun melakukan pembayaran biaya operasional. 6. Dana pensiun melakukan pembayaran manfaat pensiun kepada peserta. Dari alur kegiatan di atas, dapat disimpulkan bahwa Dana Pensiun memiliki kegiatan sebagai berikut : 1. Penghimpunan dana, yaitu bahwa dana yang diperoleh Dana Pensiun adalah berasal dari iuran pemberi kerja maupun iuran peserta; 2. Pengembangan dana, yaitu penempatan dana yang dihimpun ke dalam portofolio investasi yang kemudian akan memberikan hasil investasi pada Dana Pensiun untuk meningkatkan asset; 3. Pengeluaran atau pencairan dana, yang sebagian besar diperuntukkan bagi pembayaran manfaat pensiun kepada yang berhak di samping biaya operasional Dana Pensiun. D. Investasi Dana Pensiun Definisi Investasi menurut Jones (2002) sebagai berikut : investment can be defined as the commitment of fund to one or more assets that will be held over some future period. Sedangkan menurut Fisher dan Jordan (2000) 12

21 pengertian investasi ialah: An investment is a commitment of fund made in expectation of some positive of return. Penghimpunan dana melalui iuran yang diterima berdampak pada akumulasi iuran dalam jumlah yang cukup besar. Akumulasi iuran ini merupakan asset Dana Pensiun yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional Dana Pensiun dan memenuhi kewajiban jangka panjangnya dalam beberapa tahun kedepan. Dalam upaya pemenuhan kewajiban itu, Dana Pensiun perlu melakukan kegiatan investasi. Secara umum terdapat 3 (tiga) alasan utama yang mendasari perlunya Dana Pensiun melakukan investasi yaitu : 1. Adanya keinginan untuk menambah nilai asset dan melindungi asset; 2. Adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan sekarang yang belum mampu untuk dipenuhi saat ini; 3. Adanya inflasi. Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa investasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai asset yang dimiliki saat ini, yang ditanamkan dalam jangka waktu tertentu dengan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) yang positif sehingga nilai asset yang diharapkan akan meningkat di masa yang akan datang. Oleh Gritman (2000), rate of return didefinisikan sebagai berikut : The return is measured as the total gains or loss experience on behalf of its owner over period of time. It is commonly stated as the change in value plus any cash distribution expressed as a percentage of the beginning of period investment value. 13

22 Alternatif investasi memiliki tingkat pengembalian yang berbeda-beda. Perbedaan ini timbul sebagai akibat perbedaan risiko (risk) yang menyertai jenis investasi tersebut, semakin besar return yang diharapkan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi. Untuk mengurangi risiko yang akan dialami, penyelenggara Dana Pensiun membuat suatu panduan dalam melaksanakan kebijakan investasi yang disebut Arahan Investasi (AI). Dalam pelaksanaannya, panduan ini akan selalu mengalami penyesuaian guna menyesuaikan dengan kondisi perekonomian dan perkembangan dunia investasi. Panduan untuk melaksanakan investasi Dana Pensiun dilakukan dengan memperhatikan 4 (empat) komponen penting yaitu: 1. Hasil investasi yang memadai. Untuk menghindari menurunnya nilai asset Dana Pensiun karena inflasi ataupun real investment rate of return yang tidak memadai, pemberi kerja dapat menetapkan tingkat hasil investasi yang harus dicapai oleh pengelola asset. Tingkat hasil investasi yang memadai tersebut dinyatakan dalam Arahan Investasi. Berapakah hasil investasi yang memadai dapat ditafsirkan dengan banyak cara seperti menggunakan indeks, benchmark ataupun menggunakan nilai suku bunga deposito yang berlaku. 2. Keamanan dana investasi Secara teori terdapat hubungan yang erat antara tingkat pengembalian dan resiko dari investasi atau dikenal dengan istilah risk return trade off. Artinya untuk mendapatkan return yang tinggi, seorang investor harus 14

23 berani menaggung resiko kegagalan yang tinggi pula. Panduan investasi harus menetapkan berapa besar risiko portofolio invetasi yang dapat ditolerir dari masing masing jenis investasi. Tujuannya adalah agar dana yang diinvestasikan aman, sehingga kelangsungan Dana Pensiun lebih terjamin. 3. Kecukupan likuiditas Dalam berinvestasi, pengelola Dana Pensiun harus memperhatikan kecukupan likuiditas. Hal ini dikarenakan Dana Pensiun mempunyai kewajiban untuk membayarkan manfaat pensiun yang jatuh tempo. Sehingga apabila telah tiba waktunya, Dana Pensiun dapat segera memenuhi kewajibannya kepada pihak yang berhak. Biasanya tingkat likuiditas ini dapat diperkirakan dengan menghitung perkiraan jumlah pensiunan tiap tahun. 4. Penyebaran portofolio investasi Sesuai dengan teori portofolio Markowitz, diversifikasi asset ditujukan untuk mendukung ketiga komponen sebelumnya yaitu hasil yang memadai, keamanan dana investasi, kecukupan likuiditas. Panduan investasi memuat arahan yang jelas tentang obyek investasi yang boleh digunakan, batas maksimum asset yang ditempatkan perpihak maupun perjenis investasi. Pemilihan portofolio investasi dilakukan melalui suatu proses investasi dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 15

24 1) Menentukan tujuan investasi Hal penting yang harus dipertimbangkan untuk investasi adalah expected return, rate of risk dan ketersediaan dana yang akan di investasikan. 2) Melakukan analisis investasi Analisis dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental yaitu mengidentifikasi prospek perusahaan melalui analisa terhadap berbagai faktor agar bisa memperkirakan nilai perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan analisis teknikal yaitu memperkirakan nilai sekuritas di masa yang akan datang melalui analisa data harga di masa lalu. 3) Melakukan pembentukan portofolio investasi Hal ini dilakukan dengan melakukan identifikasi efek yang dipilih dengan proporsi yang seimbang. 4) Melakukan evaluasi kinerja portofolio Evaluasi dilakukan terhadap tingkap keuntungan dan resiko yang dihadapi dengan membandingkan kinerja antar efek. 5) Melakukan revisi kinerja portofolio Dari hasil evaluasi, selanjutnya dilakukan revisi terhadap jenis investasi yang membentuk portofolio tersebut jika dirasakan komposisi portofolio tidak sesuai dengan tujuan investasi. 16

25 E. Jenis investasi Dana Pensiun Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 511/KMK.06/2002 tahun 2002 disebutkan bahwa : Investasi Dana Pensiun hanya dapat ditempatkan pada jenis investasi sebagai berikut : 1. deposito berjangka pada Bank; 2. deposito on call pada Bank; 3. sertifikat deposito pada Bank; 4. saham yang tercatat di Bursa Efek; 5. obligasi yang tercatat di Bursa Efek; 6. penempatan langsung pada saham yang diterbitkan oleh badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia; 7. surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia; 8. tanah di Indonesia; 9. bangunan di Indonesia; 10. Tanah dan Bangunan di Indonesia; 11. Unit Penyertaan Reksadana sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Pasar Modal; 12. Sertifikat Bank Indonesia; dan atau 13. Surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Ketentuan ini merupakan perubahan dari ketentuan yang diatur dalam KMK No 78 tahun 1996 dan KMK Nomor 93 tahun Pokok pokok perubahan di bidang investasi Dana Pensiun adalah sebagai berikut : 1. Penambahan jenis investasi yang diperkenankan yaitu deposito on call dan Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. 17

26 2. Penghapusan jenis investasi yang diperkenankan yaitu Surat Berharga Pasar Uang yang diterbitkan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum di Indonesia dan Sertifikat Dana Reksa. 3. Perluasan jenis investasi yang berdasarkan peraturan sebelumnya tidak diatur dan sesuai dengan peraturan yaitu tanah di Indonesia dan Bangunan di Indonesia. F. Variasi Perpajakan Dana Pensiun Pemotongan/pemungutan pajak atas penghasilan Dana Pensiun dapat dilakukan pada tiga kegiatan yang berbeda: 1. Ketika kontribusi/iuran dibayarkan ke Dana Pensiun; 2. Ketika hasil atas investasi diperoleh oleh Dana Pensiun; 3. Ketika manfaat pensiun dibayarkan. Dari ketiga kegiatan diatas, Andre Dilnot (2001:216) mengklasifikasikan perlakuan pajak berdasarkan setiap transaksi yang dikenakan pajak/taxed (T) atau tidak dikenakan pajak/extempt (E). Perlakuan pajak terhadap Dana Pensiun dibagi menjadi : 1. Metoda EET (extempt contributions, extempt investment income and tax pension benefit) Metode ini dapat diartikan sebagai pembebasan pajak atas iuran yang diterima, pembebasan pajak atas hasil investasi yang diperoleh dan pengenaan pajak atas manfaat pensiun yang dibayarkan. 18

27 2. Metode ETT (extempt contributions, tax investment income and tax pension benefit) Metode ini dengan melakukan pembebasan pajak atas iuran tetapi mengenakan pajak atas hasil investasi yang diperoleh dan manfaat pensiun yang dibayarkan. 3. Metode TEE (tax contributions, extempt investment income and extempt pension benefit) Metoda ini dengan mengenakan pajak atas iuran yang diberikan dan membebaskan pajak atas hasil investasi dan manfaat pensiun yang dibayarkan. 4. Metode TTE (tax contributions, tax investment income and extempt pension benefit) Metoda ini dengan mengenakan pajak atas iuran dan hasil investasi yang diperoleh tetapi membebaskan pajak atas manfaat pensiun yang dibayarkan. G. Perpajakan Dana Pensiun di Negara Lain Indonesia bukan satu satunya negara yang mengenakan pajak bagi Dana Pensiun. Berdasarkan data OECD tahun 2001, menjelaskan perlakuan pajak di 21 negara yang memiliki Dana Pensiun serta mengidentifikasikan perpajakan di Dana Pensiun atas iuran, hasil investasi serta pembayaran manfaat pensiun. 19

28 Dalam hal perlakuan pajak atas iuran yang dibayarkan kepada Dana Pensiun, dari 21 negara terdapat 5 negara yang melakukan pemungutan dan pemotongan pajak atas iuran yaitu Australia, Prancis, Iceland, Jepang dan New Zealand, dan negara lainnya membebaskan pajak atas iuran. Atau dengan kata lain, iuran yang dibayarkan ke Dana Pensiun berasal dari pendapatan bruto sebelum pajak. Untuk perlakuan pajak atas hasil investasi, sebagian besar negara membebaskan pajak terhadap hasil investasi yang diperoleh. Pengecualian terjadi pada beberapa negara seperti Autralia dan Swedia yang menerapkan tarif khusus yang lebih rendah dari marginal income tax rate yang berlaku di negara tersebut. Sedangkan perlakuan pajak atas pembayaran manfaat pensiun dan manfaat yang dibayarkan terbagi atas akumulasi iuran dan akumulasi hasil investasi, untuk New Zealand tidak memungut pajak atas manfaat pensiun yang berasal dari akumulasi iuran dan akumulasi hasil investasi. Jepang dan Autralia tetap mengenakan pajak atas manfaat pensiun yang berasal dari akumulasi hasil investasi sedangkan untuk manfaat pensiun yang berasal dari akumulasi iuran bebas pajak. Semua negara lainnya mengenakan pajak atas akumulasi iuran dan akumulasi investasi. 20

29 H. Subyek Pajak Penghasilan Subyek pajak adalah orang yang dituju undang-undang untuk dikenakan pajak. Dalam Pasal 2 Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 disebutkan yang menjadi Subjek Pajak adalah: a. 1) orang pribadi; 2) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; b. Badan; c. Bentuk Usaha Tetap. Dalam Penjelasan Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa : 1. Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan Subjek Pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai Subjek Pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan. 2. Sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, 21

30 Dana Pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama 3. Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin dan peralatan. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia menggunakan agen, broker atau perantara yang mempunyai kedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalam kenyataannya bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankan perusahaannya sendiri. Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan di luar Indonesia dianggap mempunyai bentuk 22

31 usaha tetap di Indonesia apabila perusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premi asuransi di Indonesia atau menanggung risiko di Indonesia melalui pegawai, perwakilan atau agennya di Indonesia. Menanggung risiko di Indonesia tidak berarti bahwa peristiwa yang mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pihak tertanggung bertempat tinggal, berada atau bertempat kedudukan di Indonesia. Pada Pasal 2 ayat 2 Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 membagi subyek pajak menjadi subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri. Perbedaan yang penting antara subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri terletak pada pemenuhan kewajiban perpajakannya antara lain: 1. Subyek pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan subyek pajak luar negeri dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia. 2. Subyek pajak dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan netto dengan tarif umum, sedangkan subyek pajak luar negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif sepadan. 3. Subyek pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan subyek pajak luar negeri tidak wajib 23

32 menyampaikan Pemberitahuan Tahunan, karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final. I. Obyek Pajak Penghasilan Sesuai dengan namanya, Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pungutan pemerintah atas penghasilan yang diterima wajib pajak. Dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan mendefiniskan penghasilan sebagai setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dari definisi diatas, penghasilan yang dikenakan pajak mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: a. tambahan kemampuan ekonomis, b. yang diterima atau diperoleh wajib pajak, c. baik yang berasal dari Indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia, d. yang dipakai untuk konsumsi maupun yang dipakai untuk membeli tambahan harta, e. dengan nama dan dalam bentuk apapun juga. Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat 24

33 dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk: a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini; b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. Laba usaha; d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk; e. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; f. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota; g. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha; h. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; i. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan biaya; 25

34 j. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; k. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; l. Royalti; m. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; n. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; o. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; p. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; q. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; r. Premi asuransi; s. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; t. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. Menurut Ayat 3 Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 menyebutkan mengenai penghasilan yang bukan objek pajak, yaitu : a. 1. Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak; 26

35 2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; namun tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak yang bersangkutan; b. Warisan; c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal; d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah; e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa; f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan 27

36 dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal disetor dan mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut; g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai; h. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha; i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh Dana Pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi; k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha/kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan tersebut merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor usaha ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan serta sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. 28

37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat Berdirinya Dana Pensiun Sejarah berdirinya Dana Pensiun di Indonesia terdiri dari : a. Tuntutan perlunya program pensiun; b. Program pensiun sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun; c. Program pensiun setelah berlakunya Undang-undang Dana Pensiun. a. Tuntutan Perlunya Program Pensiun Pada sekitar tahun 1939, sejumlah buruh yang mencari nafkah pada perusahaan besar, telah berani menuntut perbaikan nasib agar mereka diberi jaminan hari tua dan pensiun sebagai kesinambungan penghasilan apabila kelak tidak bekerja lagi karena usia tua. Karena tuntutan tersebut demikian gencarnya sehingga apabila tidak dipenuhi pengusaha khawatir dapat berakibat pada kelangsungan jalannya perusahaan, pada akhirnya perusahaan menerima tuntutan buruh untuk memberikan peningkatan

38 kesejahteraan hidup dengan membentuk jaminan hari tua (Zulaini Wahab, Tesis 2002:27). Lebih lanjut pada tingkat yang sederhana, perusahaan menyelenggarakan program pensiun dengan membentuk cadangan pensiun (book reserve) atau membebankannya pada biaya perusahaan (pay as you go) untuk pembayaran pensiun bagi buruh yang berhenti bekerja pada usia pensiun. Pada tingkat yang lebih maju, perusahaan mendirikan yayasan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun bagi karyawannya. Kelembagaan yayasan tersebut terpisah dari perusahaan pendiri yayasan tersebut. b. Program Pensiun Sebelum Berlakunya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun Program pensiun sebelum berlakunya Undang-undang Dana Pensiun ditandai oleh dua ciri utama sebagai berikut : 1) Program pensiun dikelola oleh yayasan Untuk mendapatkan legalitas hukum atas usaha pengelolaan program pensiun tersebut, pemberi kerja melakukannya dengan membentuk sebuah Yayasan Dana Pensiun. Akan tetapi, pengelolaan program pensiun di bawah naungan sebuah yayasan Dana Pensiun tetap memiliki beberapa kelemahan yang esensial, misalnya : a) Ketidakjelasan akan status yayasan Dana Pensiun; 30

39 b) Tidak terdapat arahan atas investasi yang jelas dan konsisten; c) Pengelolaan yayasan Dana Pensiun yang kurang profesional dan kurang memperhatikan kepentingan peserta; d) Dana menjadi tidak terpusat dan hak peserta atas dana tidak terlindungi karena penggunaan metode pay as you go dan book reserve; e) Membebani anggaran keuangan pemberi kerja; f) Pengamanan atas aktiva tidak terjamin. 2) Pendiri bebas menetapkan peraturan pensiun; Beberapa ketentuan yang termuat di dalam peraturan pensiun yang mencerminkan kuatnya pengaruh pendiri dalam menetapkan peraturan pensiun adalah sebagai berikut : a) Peserta yang berhenti bekerja dengan tidak hormat tidak berhak atas manfaat pensiun; b) Peserta wanita (karyawati) dianggap peserta lajang; c) Investasi Dana Pensiun tidak pernah ditetapkan dalam peraturan pensiun. c. Program Pensiun Setelah Berlakunya Undang-undang Dana Pensiun Untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti telah dikemukakan di atas, ditetapkanlah Undang-undang nomor 11 31

40 tahun 1992 yang mengatur mengenai pelaksanaan penyelenggaraan program pensiun. Undang-undang tersebut mengatur secara jelas, antara lain mengenai: status hukum bagi Dana Pensiun, pemupukan dana yang dilakukan dengan sistem pendanaan (Funding System), hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan program pensiun, seperti Pendiri, Pengurus, Dewan Pengawas dan Peserta. Dengan diakuinya kelembagaan Dana Pensiun sebagai badan hukum, memberikan jaminan kepastian penyelenggaraan program pensiun setelah berlakunya Undang-undang Dana Pensiun. Komitmen Undang-undang Dana Pensiun untuk menjadikan Dana Pensiun bebas dari praktik-praktik yang dapat merugikan kepentingan peserta, semakin memberikan jaminan kepastian penyelenggaraan program pensiun, dapat dilihat dari penjelasan Undang-undang Dana Pensiun yang menyebutkan sebagai berikut: Undang-undang Dana Pensiun diharapkan membawa pertumbuhan Dana Pensiun di Indonesia secara lebih pesat, tertib dan sehat, sehingga membawa manfaat nyata bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. 2. Ogan atau Alat Perlengkapan Dana Pensiun Organ atau alat perlengkapan Dana Pensiun terdiri atas : a. Pendiri Pendiri adalah organ atau alat perlengkapan organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Dana Pensiun dan 32

41 memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada dewan pengawas atau pengurus. Undang-undang Dana Pensiun telah menetapkan secara terbatas pihak yang berwenang mendirikan Dana Pensiun, yaitu sebagai berikut : 1) Pendiri Dana Pensiun Pemberi Kerja adalah perorangan atau perusahaan berbentuk badan hukum. 2) Pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan adalah bank atau perusahaan asuransi jiwa. b. Dewan Pengawas Dewan pengawas merupakan organ atau alat perlengkapan organisasi Dana Pensiun yang berfungsi melakukan pengawasan atas pengelolaan Dana Pensiun oleh pengurus. Dapat dikatakan bahwa tugas dewan pengawas kurang lebih adalah sama dengan tugas komisaris dalam perseroan terbatas. c. Pengurus Dana Pensiun Pengurus Dana Pensiun merupakan organ atau alat perlengkapan eksekutif Dana Pensiun yang bertugas mengelola jalannya Dana Pensiun dan berwenang mewakili Dana Pensiun di dalam dan di luar pengadilan. Pengurus wajib mengelola Dana Pensiun dalam mengutamakan kepentingan peserta dan pihak lain yang berhak atas manfaat pensiun. Pada beberapa Dana Pensiun, jabatan pengurus sama dengan istilah direksi. Istilah direksi dikenal dalam perseroan terbatas, 33

42 yaitu organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan baik di dalam maupn di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Pengurus bertanggung jawab atas pengelolaan Dana Pensiun dan pelaksanaan peraturan Dana Pensiun. 3. Asas-asas Dana Pensiun Dalam penjelasan Undang-undang nomor 11 Tahun 1992 dikatakan bahwa Undang-undang tentang Dana Pensiun yang merupakan landasan hukum pembentukan Dana Pensiun dan penyelenggaraan program pensiun program pensiun memeliliki dan mengandung 5 asas pokok, yaitu: a. Asas Keterpisahan Kekayaan ( Segregated Assets ) Keterpisahan kekayaan yang dimaksud oleh asas ini adalah bahwa kekayaan yang dimiliki oleh Dana Pensiun diurus dan dikelola secara terpisah dengan kekayaan yang dimiliki oleh pemberi kerja. Hal ini dikarenakan status dana pensiun merupakan suatu badan hukum tersendiri sehingga pengelolaannya harus independen dari badan hukum pendirinya. Berdasarkan asas ini kekayaan Dana Pensiun yang terutama berasal atau bersumber dari iuran, terlindung dari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi pada pendirinya. 34

43 b. Asas Sistem Pendanaan ( Funding System ) Asas ini menjadi acuan bagaimana pelaksanaan dan penyelenggaraan program pensiun dalam usahanya untuk memenuhi kewajiban pembayaran manfaat pensiun kepada peserta pada saat pensiun. Berdasarkan pada asas ini Dana Pensiun berusaha untuk melakukan pemupukan dana yang sumber utamanya berasal dari iuran, baik berasal dari pemberi kerja maupun peserta, dan hasil pengembangan atas investasi. Untuk terjaminnya pembayaran Manfaat Pensiun kepada peserta di masa yang akan datang, Dana Pensiun harus didanai mulai dari awal pembentukannya dan tidak dibenarkan lagi menggunakan sisem book reserve ( pembentukan cadangan dalam perusahaan ) atau sistem pay-as-you-go. c. Asas Pembinaan dan Pengawasan ( Controlling ) Sesuai dengan pembentukan Dana Pensiun sebagai sarana untuk memberikan jaminan kelangsungan penghasilan bagi karyawan saat memasuki usia non-produktif, harus dihindarkan penggunaan kekayaan Dana Pensiun dari kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama dari pemupukan dana yang dilakukan secara kontinyu tersebut. Pembinaan dan pengawasan ini dalam pelaksanaannya dapat berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 35

44 1) Memberikan pemahaman yang memadai dengan kegiatan penyuluhan mengenai peraturan perundang-undangan dan Peraturan Dana Pensiun kepada semua pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan penyelenggaraan Dana Pensiun. 2) Mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan Dana Pensiun dengan melalui laporan-laporan yang disusun oleh pengurus, seperti laporan keuangan, informasi tentang kepesertaan dan lain-lain. 3) Membuat sistem pendanaan yang baik dan mengawasi pelaksanaan dari sistem tersebut. 4) Melakukan pemeriksaan terhadap Dana Pensiun yang dilakuka oleh Pemerintah, dalam hal ini diwakili oleh Biro Dana Pensiun, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan. d. Asas Penundaan Manfaat ( Looking-in ), Penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak peserta berupa manfaat pensiun pada saat peserta memasuki pensiun, agar tetap terjaga kesinambungan atas penghasilannya. Seiring dengan asas penundaan manfaat ini, pembayaran hak peserta diharuskan hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun atau pada saat yang telah ditentukan dalam Undang-undang tentang Dana Pensiun dengan cara pembayaran berkala. 36

45 e. Asas Kebebasan/Sukarela ( Voluntary ). Pembentukan Dana Pensiun bukanlah merupakan suatu keharusan bagi pemberi kerja. Oleh karenanya pemberi kerja memiliki hak untuk membentuk dana pensiun atau mengikutsertakan karyawannya di Dana Pensiun Lembaga Keuangan murni inisiatif dan prakarsa dari pemberi kerja itu sendiri. Keputusan di atas akan membawa konsekuensi pendanaan bagi program pensiun. Dengan demikian prakarsa tersebut harus berdasarkan kepada kemampuan keuangan pemberi kerja. Hal utama yang harus diingat oleh pemberi kerja adalah keputusan untuk menjanjikan manfaat pensiun merupakan komitmen yang membawa konsekuensi pembiayaan, bahkan dapat terjadi sampai pada saat Dana Pensiun dibubarkan. B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis melakukan penilitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari populasi (obyek) penelitian, sehingga penulis tidak perlu menerangkan saling hubungan (korelasi) atau pengaruh, dan juga tidak perlu menguji hipotesis. Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian secara deskriptif mengenai 37

46 kondisi Dana Pensiun di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebijakan pajak investasi Dana Pensiun. C. Variabel dan Pengukurannya Variabel yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitiannya adalah variabel kebijakan pajak investasi Dana Pensiun (independent variables) dan variabel kondisi Dana Pensiun di Indonesia (dependent variable). Variabel-variabel tersebut dapat dibagi secara rinci sebagai berikut : 1. Variabel kebijakan pajak investasi 2. Variabel investasi 3. Variabel Dana Pensiun 4. Variabel Kondisi Dana Pensiun D. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data berdasarkan : 1. Penelitian Kepustakaan (library research) Yaitu penelitian terhadap teori dan konsep yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan melakukan dokumentasi terhadap buku-buku, literatur-literatur serta bahan bacaan lain yang relevan untuk dipelajari, dikumpulkan kemudian mengambil hal-hal yang berhubungan dengan teori dan data-data yang terkait dengan pokok permasalahan. 38

47 2. Penelitian Lapangan (field research) Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data mengenai informasi Dana Pensiun secara menyeluruh dari Departemen Keuangan sebagai Lembaga Pengawas dan Pembina Dana Pensiun di Indonesia. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan, laporan investasi, laporan pertumbuhan aktiva dan informasi lainnya yang terkait dengan penelitian. E. Metode Analisis Data Dari data dan informasi yang telah di peroleh tersebut, akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan statistik deskriptif. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif, data-data yang telah diperoleh akan dianalisis dan diolah lebih lanjut sehingga menghasilkan informasi yang akan dituangkan dalam bentuk angka-angka, persentase, frekuensi, rata-rata, proporsi, diagram maupun grafik agar mudah dipahami. 39

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pengaturan PPh UU No. 7/1983 UU No. 7/1991 UU No. 10/1994 UU No. 17/2000 UU No. 36/2008 tentang PPh Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat subjektif (berdomisili

Lebih terperinci

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Yang termasuk subjek pajak Orang pribadi Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Undang-Undang No. 10 Tahun 1994 Tanggal 9 Nopember 1994 DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

PAJAK PENGHASILAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB PAJAK PENGHASILAN Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB 1 PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 1 A D A L A H PAJAK YANG DIKENAKAN TERHADAP SUBJEK PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA DALAM TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Penghasilan 1) Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi, badan, Bentuk Usaha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1993 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang. Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang. Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Koperasi 1. Definisi Koperasi a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi: Koperasi adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pajak menurut Soemitro (Resmi, 2016:1) merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 Pasal 1 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Sommerfeld, Anderson, dan Brok dalam Zain (2003:11) berikut ini. Pajak adalah pengalihan sumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Pajak merupakan salah satu pungutan negara terhadap rakyatnya. Pada hakekatnya, pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta Wajib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan

Lebih terperinci

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal Penghitungan PPh diakhir tahun bagi WP Badan didasarkan atas LK Fiskal (Laba Rugi Fiskal) Laba rugi fiskal disusun berdasarkan Laba Rugi Komersial yang telah disesuaikan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam upaya untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

A. Pengertian Laporan Keuangan

A. Pengertian Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah kesimpulan dari hasil pencatatan yang disusun secara sistematis berdasarkan standar akuntansi yang di terima umum dan menggambarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2013:1) Pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Di Indonesia, pajak atas penghasilan sudah dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu. Dimulai dari dikenalkannya Paten Recht

Lebih terperinci

Undang-Undang PPh dan Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang PPh dan Peraturan Pelaksanaannya Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang PPh dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang PPh dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) secara sederhana adalah suatu cara kerja yang langsung dapat membimbing kita kedalam dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Perpajakan 1. Pengertian pajak Menurut Rochmat Soemitro seperti dikutip oleh Waluyo ( 2007 : 3 ) mengemukakan bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan I. PEMOHON Supriyono. II. OBJEK PERMOHONAN Permohonan Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL A. Adanya Pengeluaran atau Beban yang Tidak Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto akan Dilakukan KOREKSI FISKAL POSITIF. 1. Pembagian laba dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 10-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 50, 1983 FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat memahami mengapa kita harus membayar pajak. Dari pemahaman inilah diharapkan muncul kesadaran

Lebih terperinci

Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu :

Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu : Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu : 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata serta partisipasi masyarakat dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional.

Lebih terperinci

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan Kelompok 3 Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan Pajak penghasilan, subjek, objek pajak dan objek pajak BUT Tata cara dasar pengenaan pajak Kompensasi Kerugian PTKP, Tarif pajak dan cara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Pajak Secara Umum II.1.1 Definisi Pajak Menurut Mardiasmo (2006) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak II.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Soemitro. R yang dikutip oleh Mardiasmo (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati Abstrak Perbedaan antara laba menurut akuntansi dengan laba menurut pajak, untuk mengatasi perbedaan

Lebih terperinci

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG Pajak Terutang = Tarif PPh X Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak ====> Penghasilan Netto Penghasilan Netto = Penghasilan - Biaya Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Dasar Pengenaan Pajak dan cara menghitung Penghasilan Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk Wajib Pajak dalam negeri,dan Badan Usaha Tetap (BUT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) Kita telah memasuki masa milenium dan akan memasuki perdagangan bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

Lebih terperinci

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17/2000 adalah setiap

Lebih terperinci

Objek PPh. Penghasilan. Tambahan kemampuan ekonomis, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia

Objek PPh. Penghasilan. Tambahan kemampuan ekonomis, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia Objek PPh Penghasilan Tambahan kemampuan ekonomis, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia Dapat dipakai untuk konsumsi Dapat menambah kekayaan WP, dengan nama dan dalam bentuk apapun Pasal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pensiun Pensiun sejauh ini dianggap sebagai ungkapan rasa terima kasih. Para pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara mereka sepanjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Umum Tentang Pajak II.1.1 Definisi Pajak Salah satu sumber penerimaan negara yang paling potensial untuk membiayai pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si PAJAK PENGHASILAN UMUM 1 Yang menjadi Subjek Pajak: 1. Orang Pribadi dan Warisan yang belum terbagi 2. Badan, terdiri dari PT,CV,perseroan lainnya,bumn/bumd 3. BUT (bentuk Usaha Tetap) 2 Subjek Pajak dapat

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB I BENDAHARA DAN KEWAJIBAN PAJAKNYA

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB I BENDAHARA DAN KEWAJIBAN PAJAKNYA 1 BAB I BENDAHARA DAN KEWAJIBAN PAJAKNYA Definisi Bendahara Istilah bendahara secara umum dikenal sebagai orang yang memegang uang baik di perusahaan swasta, sebuah organisasi, maupun di instansi-instansi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Nomor Pokok Waib Pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak terdiri dari 15 digit, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Nomor Pokok Waib Pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak terdiri dari 15 digit, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI II.1.1 Pengertian Nomor Pokok Waib Pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Landasan Teori Dana Pensiun 1. Pengertian Dana Pensiun Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun disebutkan bahwa Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH. dalam Resmi (2007) adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

Perpustakaan LAFAI

Perpustakaan LAFAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

Pajak Penghasilan (PPh) Umum

Pajak Penghasilan (PPh) Umum Modul 1 Pajak Penghasilan (PPh) Umum Dr. H. Heru Tjaraka, Drs. Ak, BKP, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini berisi uraian tentang pengertian Pajak Penghasilan dan berbagai metode penghitungan pajak penghasilan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011). Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011). Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011). Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2015-12-22 Tinjauan Atas Penerapan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus disajikan pada akhir periode untuk disampaikan kepada pihak manajemen. Laporan yang dihasilkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 7-1983 lihat: UU 10-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1991 PAJAK. Warga Negara. UU. No. 7 Tahun 1983. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional : 3 PAJAK PENGHASILAN Tujuan Instruksional : A. Umum Mahasiswa diharapkan mendapatkan pemahaman tentang pajak penghasilan secara umum B. Khusus o Mahasiswa mengetahui subjek pajak dan bukan subjek pajak.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan 5.1 Pengertian PPh Badan PPh Badan yaitu pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima badan usaha

Lebih terperinci

a. Peredaran kegiatan usaha dan/atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebas harus dicatat secara teratur dan kronologis menurut urutan waktu.

a. Peredaran kegiatan usaha dan/atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebas harus dicatat secara teratur dan kronologis menurut urutan waktu. LAMPIRAN I Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Yang Diterima Dari Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai Pajak Bersifat Final a. Peredaran kegiatan usaha dan/atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2013: 1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. HAKIKAT REKONSILIASI Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan 6 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi pajak menurut para ahli antara lain : 1. Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun disebutkan bahwa dalam rangka upaya memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua, perlu

Lebih terperinci

RUGI LABA BIAYA FISKAL

RUGI LABA BIAYA FISKAL RUGI LABA BIAYA FISKAL BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN (PASAL 9) Pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang memillki hubungan istimewa beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian Umum Perpajakan Ketentuan umum dan tata cara perpajakan diatur dalam undang-undang No. 6 tahun 1983 yang telah di ubah dengan undang-undang No.9 tahun 1994 dan terakhir

Lebih terperinci