PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 i PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH ANGELA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ii RINGKASAN ANGELA. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh DARDA EFENDI). Kegiatan magang ini dilakukan untuk mengetahui, mempelajari, dan menganalisis pengelolaan pemangkasan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah yang dilaksanakan dari 14 Februari sampai 14 Juni Kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi aspek teknis budidaya dan aspek manajerial kebun. Metode magang yang dilaksanakan adalah memposisikan penulis sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten afdeling selama dua bulan. Selama menjadi KHL, pengamatan spesifik dilakukan penulis untuk pengambilan data primer tentang aspek pemangkasan tanaman kakao meliputi jenis pemangkasan, waktu pemangkasan, luas areal pemangkasan, prestasi kerja pemangkasan, keberhasilan pemangkasan yang terbagi berdasarkan alat pangkas, jenis kelamin, usia, hubungan antara jenis kelamin dan usia, serta perbandingan dengan pengamatan beberapa tahun sebelumnya. Selain itu dilakukan juga pengamatan antara tanaman yang dipangkas dan tidak dipangkas. Melalui data sekunder dianalisis pengaruh rotasi pemangkasan dan curah hujan terhadap produksi biji cokelat basah (BCB). Tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I seluruhnya telah menghasilkan, oleh karena itu pemangkasan yang dilakukan setiap tahunnya adalah pemangkasan pemeliharaan dan produksi. Jenis pemangkasan yang dilakukan selama Februari hingga Juni adalah pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan rotasi rata-rata tiga kali setahun dengan interval 2-5 bulan. Pemangkasan produksi yang dilakukan satu kali setahun sekitar bulan November atau Desember. Standar perusahaan untuk prestasi kerja pemangkasan pemeliharaan adalah 4 HK/ha dan untuk pemangkasan produksi adalah 6 HK/ha. Berdasarkan hasil kalibrasi, satu

3 iii orang pemangkas dapat memangkas 122 pohon/hk untuk kegiatan pemangkasan pemeliharaan. Keberhasilan pemangkasan dipengaruhi oleh jumlah cabang yang kulitnya tidak rusak. Pemangkasan yang dilakukan oleh tenaga kerja pria dan wanita, usia tenaga kerja tahun dan > 36 tahun, dan alat pangkas cungkring atau gergaji pangkas, tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada uji t-student taraf 5%. Sedangkan pemangkasan yang dilakukan oleh wanita berusia > 36 tahun keberhasilan pemangkasannya terendah dan berpengaruh berbeda nyata pada uji t- student taraf 5 %. Berdasarkan perbandingan dengan pengamatan beberapa tahun sebelumnya, keberhasilan pemangkasan oleh wanita semakin menurun dan pada uji t-student taraf 5 % memberikan pengaruh berbeda nyata.

4 ABSTRACT ANGELA. Pruning Management of Cacao (Theobroma cacao L.) in Rumpun Sari Antan I Plantation, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Central Java. (Guided by DARDA EFENDI). The internship activity was held to find out, learn, and analyze the pruning management of cacao (Theobroma cacao L.) in Rumpun Sari Antan I Plantation, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Central Java started from 14 th February until 14 th June Internship activity include the technical and managerial aspects that positioning the author as field worker for one month, as assistant foreman for one month, and as assistant field lead for two month. During as field worker, specific observations on the author to capture the primary data about pruning aspects of cacao trees include kinds of pruning, pruning time, the area under the pruning, pruning job performance, which is divided based on the success of pruning by tools, sex, age, relationship between the sexes and age, and comparison with observations of a few years earlier. In addition it also conducted observations between plants pruned and not pruned. Through secondary data, analyzed the influence of rotation of the pruning and rainfall toward the production of wet cocoa beans. Cacao plants in Rumpun Sari Antan I Plantation completely have produced, so pruning is done every year is the maintenance pruning and production pruning. Type of pruning is done during February to June is pruning maintenance. Maintenance pruning in Rumpun Sari Antan I Plantation do with the rotation on average three times a year at intervals of 2-5 months. Pruning production conducted once a year around November or December. Company standards for work performance of maintenance pruning is 4 HK / ha and for pruning production is 6 HK / ha. Based on the results of calibration, one pruner can prun 122 trees / HK for maintenance pruning activities. Success of pruning is influenced by a number of branch cuts where the skin is not damaged. Pruning is done by the labour of men and women, ages of labour years and > 36 years, and cungkring tool or trim saws, do not give a

5 significantly different effect on the t-student test level of 5%. While success of pruning is done by women aged > 36 years has the lowest and significantly different effect on the t-student test level of 5%. Based on comparison with observations of a few years earlier, the success of pruning by women declined and the student t-test level of 5% gave significantly different effects. Effect of pruning on the production can be seen about two months after the maintenance pruning and approximately 5-6 months after the production pruning. Pruning is done during high rainfall provide higher production than the current pruning of low rainfall. The development of chupons and flowering cushions in pruned plants increases more than the plants that are not pruned. Keywords: cacao, pruning management, success of pruning, rotation

6 i PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Angela A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

7 Judul : PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH ii Nama NRP : ANGELA : A Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si. NIP Mengetahui Ketua Departemen Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP Tanggal Lulus:

8 iii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 17 Juli Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Surya Chandra dan Ibu Gina Kameria. Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Inpres Lolu I Kota Palu, Sulawesi Tengah, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 25 Kota Padang, Sumatera Barat. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kota Bogor, Jawa Barat. Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB melalui jalur USMI.

9 iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi ini terselesaikan bukan hanya upaya penulis semata. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Papa, Mama, dan adik-adikku atas semangat serta dukungannya. 2. Dr. Ir. Darda Efendi M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Dr. Ir. Ade Wachjar M.S. dan Dr. Ir. Hariyadi M.S. selaku dosen penguji skripsi. 4. Dr. Ir. Adiwirman M.S. dan Maryati Sari, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik. 5. Seluruh direksi, staf dan karyawan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. 6. Kekasih, sahabat-sahabatku, dan rekan-rekan AGH Serta berbagai pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat. Bogor, September 2011 Penulis

10 v DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Sistematika Kakao... 3 Kakao Indonesia... 5 Pemangkasan pada Kakao... 7 Alat Pangkas Prinsip Pemangkasan Kerusakan dan Keberhasilan Pemangkasan Hubungan Pemangkasan dengan Iklim Mikro dan Kesuburan Tanah Iklim Mikro dan Kesuburan Tanah yang Ideal bagi Tanaman Kakao METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM Letak Geografis Keadaan Tanah dan Iklim Luas Areal dan Tataguna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan Luas Areal dan Prestasi Kerja Pemangkasan Keberhasilan Pemangkasan Pengaruh Rotasi Pemangkasan dan Curah Hujan terhadap Produksi Pengamatan Perlakuan Pemangkasan vii viii ix

11 vi Halaman KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 63

12 vii Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Produksi dan Luas Areal Panen Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun Produktivitas Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun Jumlah dan Nilai Ekspor Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun Jumlah Staf dan Karyawan di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun Prestasi Kerja KHL, Penulis, dan Standar Perusahaan untuk Aspek Teknis di Kebun Rumpun Sari Antan I Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Basah (BCB) Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Kering (BCK) Kebutuhan Pupuk per Blok di Afdeling C Tahun Jadwal Pemupukan di Afdeling A dan Afdeling C Tahun Prestasi Kerja KHL untuk Pemangkasan Pemeliharaan Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Keberhasilan Pemangkasan Pengaruh Usia terhadap Keberhasilan Pemangkasan Pengaruh Alat Pangkas terhadap Keberhasilan Pemangkasan Keberhasilan Pemangkasan berdasarkan Hubungan Jenis Kelamin dan Usia Perbandingan Data Hasil Pengamatan untuk Keberhasilan Pemangkasan... 52

13 Nomor DAFTAR GAMBAR viii Halaman 1. Pembentukan Tunas dan Sudut Cabang Primer Tanaman Kakao Skema Pemangkasan Bentuk Cabang yang Dipangkas Alat Pangkas yang Digunakan Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia Alat untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan Penyakit Kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I Tunas Air yang Seharusnya Diwiwil Perubahan Warna Buah Kakao Kegiatan Pemanenan Kotak Fermentasi Dua Tingkat Tempat Pengeringan Biji Cokelat dengan Sinar Matahari Pengeringan secara Mekanis menggunakan Samoan Drier Mesin Sortasi Biji Cokelat Kering (BCK) Kerusakan Kulit Cabang Akibat Pemangkasan Rotasi Pemangkasan dan Produksi Afdeling A Blok 6 di Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun Rotasi Pemangkasan dan Produksi Afdeling A Blok 8 di Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun Jumlah Tunas Air, Bantalan Berbunga, dan Pentil Buah pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas Jumlah Buah Ukuran 1-4 pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas Total Buah Ukuran 1-4 pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas... 58

14 Nomor DAFTAR LAMPIRAN ix Halaman 1. Peta Wilayah Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun Data Curah Hujan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun Produksi Biji Cokelat Basah (BCB) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun Produksi Biji Cokelat Kering (BCK) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun Struktur Organisasi Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun Contoh Blangko Surat Pengantar Buah Contoh Blangko Buku Kerja Asisten Bagian Tanaman Contoh Blangko Laporan Perincian Pekerjaan Harian PT Rumpun Sari Antan I Contoh Blangko Bukti Permintaan Barang Data Hasil Pengamatan Keberhasilan Pemangkasan di Afdeling C, Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun Data Tenaga Pemangkas dan Jumlah Pohon yang Dipangkas per Hari Pengaruh Rotasi Pemangkasan dan Produksi Data Pengamatan Tunas Air, Bantalan Berbunga, dan Pentil Buah antara Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas Data Pengamatan Jumlah Buah Berdasarkan Ukuran antara Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas... 80

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan utama andalan nasional. Sejak awal tahun 1980-an, pertumbuhan dan perkembangan kakao semakin pesat di Indonesia dan berperan penting sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan petani, serta penyediaan lapangan pekerjaan. Kondisi iklim, kondisi lahan dan permintaan terhadap kakao mendorong meningkatnya pembangunan perkebunan kakao Indonesia (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Luas areal produksi kakao di Indonesia tahun 2009 sebesar ha dengan 94 % luas areal adalah perkebunan rakyat. Total produksi biji kakao Indonesia untuk tahun 2009 sebesar ton (Ditjenbun, 2011) dan pada tahun 2009, Indonesia berada di peringkat kedua setelah Pantai Gading (Cote d Ivore) sebagai negara produsen kakao dunia (FAO, 2011). Kakao merupakan komoditas yang mampu memberikan penghasilan yang cukup baik dan terus menerus sepanjang tahun bagi masyarakat petani kakao. Penanaman kakao tidak harus monokultur dalam budidayanya, tetapi dapat ditanam bersama dengan tanaman lain sebagai tumpangsari ataupun dengan tanaman penaung sehingga petani memperoleh keuntungan ganda (Baon dan Abdoellah, 2004). Namun, saat ini produktivitas tanaman kakao rata-rata baru mencapai kg/ha sedangkan potensi produktivitas dapat mencapai ton/ha (Kardiyono, 2010). Untuk menjaga agar produktivitas kakao meningkat dapat dilakukan pemeliharaan tanaman yang salah satu aspeknya adalah pemangkasan. Pemangkasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan perkebunan kakao untuk mengoptimalkan nilai LAI (Leaf Area Indeks) dan mengutamakan ranting sebagai obyek pemangkasan (Soedarsono, 1996) sehingga tanaman kakao dapat berproduksi baik dan terus menerus. Pengaruh pemangkasan pada tanaman kakao berdampak besar, yaitu menurunkan kelembaban kebun, memperoleh iklim mikro yang sehat dan produksi tinggi, serta pemangkasan yang efektif dan tepat waktu dapat membantu pengontrolan penyakit tanaman kakao (Wood and Lass,

16 2 1985). Pemangkasan pada tanaman kakao antara lain pemangkasan bentuk untuk membentuk kerangka tanaman, pemangkasan pemeliharaan untuk mempertahankan kerangka dan membuang cabang sakit, serta pemangkasan produksi yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Kebun Rumpun Sari Antan I adalah salah satu perkebunan kakao yang terletak di Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Perkebunan kakao Rumpun Sari Antan I memiliki areal pertanaman kakao seluas ha pada tahun 2011 dengan tipe kakao yang ditanam adalah Criollo dan Forastero. Salah satu upaya yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao adalah melalui pemangkasan. Pemangkasan yang masih dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi karena semua tanaman kakao telah berproduksi. Magang adalah salah satu bentuk tugas akhir dengan bobot akademik sebanyak enam satuan kredit semester dan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja mahasiswa dalam aspek teknis dan aspek manajerial. Melalui kegiatan magang juga dapat diperoleh solusi pemecahan masalah-masalah yang terdapat di lapangan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis maupun manajerial tentang pengelolaan tanaman kakao khususnya aspek pemangkasan dapat dilakukan dengan kegiatan magang di Kebun Rumpun Sari Antan I. Tujuan Tujuan magang secara umum adalah meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa tentang aspek teknis maupun manajerial sehingga dapat mengetahui, memahami, dan memecahkan permasalahan-permasalahan di lapangan. Tujuan secara khusus adalah mengetahui, mempelajari dan menganalisis pengelolaan pemangkasan tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah sehingga dapat memberikan manfaat timbal balik antara mahasiswa dan perusahaan.

17 3 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika Kakao Kakao adalah tanaman yang berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara. Pengusahaan kakao sebagai makanan dan minuman dilakukan pertama kali oleh penduduk suku Indian Maya dan suku Aztec. Selanjutnya, bangsa Spanyol dan Belanda yang berperan dalam mengenalkan dan menyebarkan tanaman kakao hingga ke Asia termasuk Indonesia (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Sistematika tanaman kakao sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. Kakao terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu Criollo, Forastero, dan Trinitario. Criollo dalam tata niaga kakao termasuk kelompok kakao mulia (fineflavoured), Forastero termasuk kakao lindak (bulk), dan Trinitario merupakan hibrida Criollo dengan Forastero (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Menurut Susanto (1994) Criollo termasuk kakao yang bermutu tinggi dengan ciri-ciri memiliki tunas muda yang umumnya berbulu, kulit buah tipis dan mudah diiris, terdapat 10 alur yang letaknya berselang-seling (lima alur agak dalam dan lima alur dangkal), ujung buah umumnya tumpul dengan sedikit bengkok tanpa bottle neck, tiap buah berisi biji yang bentuknya agak bulat hingga bulat dengan endosperm putih, fermentasi cepat, rasa tidak begitu pahit, warna buah muda umumnya merah dan setelah masak menjadi oranye. Namun

18 4 tipe Criollo memiliki pertumbuhan tanaman kurang kuat, produksi rendah, masa berbuah lambat, dan agak peka terhadap serangan hama dan penyakit. Kakao tipe Forastero termasuk kakao bermutu rendah dengan ciri-ciri pertumbuhan tanaman kuat dengan produksi lebih tinggi, masa berbuah lebih awal, relatif tahan terhadap serangan hama penyakit, kulit buah agak keras dengan alur agak dalam, buah ada yang memiliki bottle neck, endosperm warna ungu tua dan berbentuk gepeng, fermentasi lebih lama, rasa biji lebih pahit, dan kulit buah muda berwarna hijau saat masak menjadi kuning (Susanto, 1994). Tipe Trinitario yang merupakan hasil persilangan Criollo dan Forastero dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu Angoleta, Cundeamor, Amelonado, dan Calabacillo. Angoleta memiliki ciri bentuk luar buah mendekati Criollo, tanpa bottle neck, beralur dalam, dan berbiji bulat dengan endosperm ungu. Cundeamor dengan bentuk buah seperti Angoleta, memiliki bottle neck, alur tidak dalam, biji gepeng dan mutu superior. Amelonado dengan ciri bentuk buah bulat telur, biji gepeng, endosperm warna ungu. Calabacillo dengan bentuk buah pendek dan bulat, alur buah dangkal, biji gepeng, rasa pahit, endosperm ungu (Susanto, 1994). Tanaman kakao memiliki tinggi mencapai meter pada umur tiga tahun dan mencapai meter pada umur 12 tahun yang bergantung pada intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat dimorfisme yaitu mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa tunas ortotrop memiliki arah pertumbuhan ke atas contohnya tunas air, dan tunas plagiotrop yang pertumbuhannya mengarah ke samping contohnya cabang kipas (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Tanaman kakao asal biji setelah mencapai tinggi meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket (jorquette) yaitu pergantian percabangan dari pola ortotrop ke plagiotrop. Pembentukan jorket akan membentuk 3-6 cabang primer yang membentuk sudut 0-60 dengan arah horisontal (Gambar 1). Kemudian dari cabang primer tersebut tumbuh cabang-cabang lateral sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

19 5 a) b) Gambar 1. Pembentukan Tunas dan Sudut Cabang Primer Tanaman Kakao. (a) Tunas Ortotrop dan Tunas Plagiotrop pada Tanaman Kakao. (b) Cabang Primer. Cabang primer ditunjukkan oleh huruf a dan jorket ditunjukkan oleh huruf j (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004) Kakao Indonesia Indonesia pada tahun 2009 merupakan produsen biji kakao peringkat kedua di dunia setelah Pantai Gading dengan jumlah produksi dan luas areal panen sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1 dan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 2. Tahun Tabel 1. Produksi dan Luas Areal Panen Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun Pantai Gading Ghana Indonesia Luas Luas Areal Produksi Areal Produksi Panen (ha) (ton) Panen (ton) (ha) Produksi (ton) Luas Areal Panen (ha) Sumber: FAO (2011)

20 Tabel 2. Produktivitas Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun Tahun Pantai Gading Ghana Indonesia Produktivitas (kg/ha) Sumber: FAO (2011) Sedangkan, sebagai negara pengekspor biji kakao, pada tahun 2008 Indonesia menempati peringkat ketiga setelah Pantai Gading, dan Ghana dengan jumlah dan nilai ekspor sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah dan Nilai Ekspor Biji Kakao di Negara Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia Tahun Pantai Gading Ghana Indonesia Tahun Jumlah (ton) Nilai (1000 $) Jumlah (ton) Nilai (1000 $) Jumlah (ton) Nilai (1000 $) Sumber : FAO (2010) Perbandingan Indonesia dengan Pantai Gading terutama terletak pada kondisi pertanaman kakao. Pantai Gading melakukan peremajaan yang cukup cepat dan sebagian besar tanaman kakao masih muda (Prawoto, 1993). Sedangkan, mayoritas kakao yang saat ini masih berproduksi di Indonesia ditanam 6

21 7 pada tahun 1980-an dengan demikian sekarang sudah berumur antara tahun, sehingga potensi produksi sudah menurun. Indonesia juga masih menghadapi kendala yaitu rendahnya mutu biji kakao karena serangan hama penggerek buah kakao (Wahyudi dan Abdoellah, 2009). Permasalahan tersebut dapat dihadapi salah satunya dengan mengintensifkan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas-Pro-Kakao) yang salah satunya meliputi kegiatan pemangkasan (Wahyudi dan Abdoellah, 2009). Pemangkasan yang dilakukan dikenal dengan Sistem Pangkasan Eradikasi (SPE) yang merupakan salah satu upaya untuk menghilangkan serangan penggerek buah kakao (PBK). Pemangkasan ini dilaksanakan serentak dan tuntas pada musim hujan dan dilakukan dengan cara memotong cabang tersier atau sekunder (Sulistyowati, 2006), diikuti dengan rampasan buah pada akhir panen, yaitu semua sisa buah kakao dipetik dan dimusnahkan (Widodo, 2010). Cara ini dilakukan untuk memutus siklus makanan hama sehingga pemusnahan terjadi secara alami (Prawoto, 1993). Pemangkasan pada Kakao Produk primer semua jenis komoditas tanaman adalah asimilat atau hasil fotosintesis yang selanjutnya akan dikonversi menjadi senyawa-senyawa sekunder berupa hasil yang dipanen. Pemangkasan kakao merupakan salah satu upaya agar laju fotosintesis berlangsung optimal, hasil bersih fotosintesis maksimal, dan distribusinya ke organ-organ yang membutuhkan berlangsung lancar. Proses tersebut dan faktor-faktor yang berpengaruh perlu dipahami sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemangkasan yang benar. Agar memperoleh hasil buah yang banyak, tanaman harus mampu menghasilkan asimilat yang banyak pula. Pada kenyataannya, tidak semua daun di tajuk tanaman mampu melakukan fotosintesis secara optimal. Adanya flush juga mempengaruhi kanopi dan praktek pemangkasan (Winarsih dan Zaenudin, 1996). Daun-daun yang ternaungi juga dapat menjadi pemakai (sink) asimilat. Parameter yang erat kaitannya dengan fotosintesis ini adalah indeks luas daun (ILD), yaitu angka yang menunjukkan nisbah antara total luas seluruh daun yang ada di tajuk tanaman dan luas bidang tanah yang dinaungi tajuk tanaman tersebut. Pada

22 8 dasarnya, pemangkasan kakao dimaksudkan untuk memperoleh angka ILD optimal agar hasil bersih fotosintesis maksimal. Nilai ILD optimal pada tanaman kakao adalah 3-5 yang setara dengan hasil fotosintesis mg bahan kering/dm 2 /hari atau ton/ha/tahun (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Kegiatan pemangkasan tanaman kakao dimaksudkan agar tunas-tunas liar yang tumbuh dihilangkan, sehingga dapat membantu pembentukan buah. Tujuan lain dari pemangkasan adalah membentuk pohon yang sedang berkembang, memudahkan akses saat penyemprotan atau pemanenan, membantu pengontrolan hama dan penyakit, memastikan pohon memberikan hasil tinggi dan optimum (Wood, 1975), membuang bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki, memacu tanaman membentuk daun baru yang potensial untuk sumber asimilat (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004), serta mengurangi sebagian daun, ranting, dan cabang yang bersifat parasit atau merugikan tanaman (Winarsih dan Zaenudin, 1996). Pemangkasan Bentuk Pemangkasan bentuk dilakukan agar tanaman kakao memiliki bentuk/kerangka yang baik agar pertumbuhan seimbang dan terkena sinar matahari secara merata. Waktu pemangkasan adalah saat tanaman kakao muda telah membentuk jorket dan cabang primer (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004) agar tujuan optimal maka pemangkasan dilakukan saat tanaman berumur 8-12 bulan (tanaman muda) dan bulan (tanaman remaja) pada tanaman yang sama (Prawoto, 2008). Objek pemangkasan bentuk untuk tanaman asal semaian atau okulasi dari tunas ortotrop adalah cabang utama (primer). Cabang utama untuk tanaman kakao di Indonesia umumnya dari 4-6 cabang primer hanya disisakan sebanyak tiga cabang. Sedangkan untuk tanaman asal stek atau okulasi dari cabang plagiotrop, pemangkasan bentuk ditujukan untuk mengarahkan cabang kipas agar pertumbuhan cabang mengarah ke atas (Soedarsono, 1996). Saat ini, pemangkasan bentuk sering dilakukan pada tanaman kakao yang berasal dari bahan tanam plagiotrop. Tanaman kakao asal cabang plagiotrop

23 9 cenderung menghasilkan tajuk yang pendek, tanaman cepat berbuah, dan produksinya tinggi. Habitus yang pendek memudahkan dalam pengelolaannya (Prawoto, 2008). Pemangkasan bentuk dilakukan dengan cara sebagai berikut cabang primer (lazimnya 4-6 cabang) dipotong hingga tersisa hanya tiga cabang yang tumbuh sehat dan arahnya simetris (Gambar 2), cabang-cabang sekunder yang tumbuh terlalu dekat dengan jorket (berjarak cm) dibuang, cabang-cabang sekunder berikutnya diatur agar jaraknya tidak terlalu rapat satu sama lain dengan membuang sebagian cabangnya, dan cabang-cabang yang tumbuh meninggi dipotong untuk membatasi tinggi tajuk kakao, sehingga tinggi tanaman kakao hanya 4-5 m (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Gambar 2. Skema Pemangkasan Bentuk. Cabang primer a, b, d disisakan karena pertumbuhannya sehat dan arahnya simetris sedangkan cabang primer c, e, f dipotong (Soedarsono, 1996) Pemangkasan Pemeliharaan Pemangkasan ini bertujuan untuk memelihara tanaman kakao sehingga pertumbuhannya tidak terganggu dan terpacu untuk membentuk organ-organ tanaman seperti daun, bunga, dan buah (Prawoto, 2008). Pemangkasan pemeliharaan berlangsung sampai saatnya tanaman kakao menghasilkan. Objek pemangkasan pemeliharaan adalah cabang sekunder (Soedarsono, 1996). Kegiatan dalam pemangkasan pemeliharaan yang sering dikenal dengan istilah wiwilan, yaitu kegiatan membuang tunas air. Wiwilan bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan (Prawoto, 2008). Pemangkasan pemeliharaan dilakukan sebagai berikut sebagian daun yang rimbun di tajuk tanaman dikurangi dengan cara memotong ranting-ranting yang

24 10 terlindung dan yang menaungi, cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di dekatnya dan diameter kurang dari 2.5 cm sebaiknya dipotong, mengurangi daun yang menggantung dan menghalangi aliran udara di dalam kebun, pemangkasan dilakukan secara ringan di sela-sela pemangkasan produksi dengan frekuensi 2-3 bulan sekali per pohon menurut kegigasan (kecepatan tumbuh) varietas/klon dan jarak tanam (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Setelah pemangkasan, intensitas cahaya yang diterima sebagian besar daun meningkat dari 50 % menjadi % dengan cahaya yang mencapai permukaan tanah meningkat dari 0-1 % menjadi 1-3 %. Pemangkasan juga dilakukan untuk mengurangi tinggi tanaman dari 5 m menjadi 3-4 m (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004) Pemangkasan Produksi Pemangkasan produksi bertujuan untuk mengatur keseimbangan percabangan muda masing-masing cabang primer hingga distribusi daun tetap merata, aerasi baik dan mendapatkan produksi tinggi. Pemangkasan jenis ini diterapkan pada tanaman kakao produktif yang telah mengalami pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan (Roesmanto, 1991). Pemangkasan produksi dilakukan secara periodik pada tanaman menghasilkan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah yang tumbuh sekitar enam bulan setelah pemotongan cabang yang tumbuh meninggi (lebih dari 3-4 m), serta ranting dan daun dipangkas hingga %. Pemangkasan produksi dilakukan dua kali setahun, yaitu pada akhir musim kemarau-awal musim hujan serta pada akhir musim hujan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Selain itu, untuk mengurangi bagian tanaman yang rimbun, cabang yang sakit, overlapping, dan menggantung untuk mencapai efisiensi pemanfaatan sinar matahari sebanyak-banyaknya pada pertanaman agar indeks luas daun (ILD) optimum dan produktivitas tinggi (Winarsih dan Zaenudin, 1996) karena tidak semua daun yang tumbuh produktif (Abdoellah dan Soedarsono, 1996).

25 11 Alat Pangkas Penggunaan alat pangkas yang tepat berpengaruh terhadap kondisi tanaman setelah pemangkasan dan keberhasilan pemangkasan. Alat pangkas harus dalam keadaan tajam agar luka merata dan teratur serta tidak merusak kulit cabang atau ranting. Alat pangkas yang digunakan berbeda sesuai dengan besar kecilnya cabang seperti pada cabang yang berukuran kecil (ranting) pemotongan menggunakan gunting pangkas atau pisau pangkas. Cabang lebih besar dapat dipotong dengan gergaji pangkas dan ranting yang tinggi letaknya dapat dipotong dengan sabit bergalah (Soedarsono, 1996). Penggunaan alat pangkas bergantung pada jenis pemangkasan yang akan dilakukan. Pemangkasan pemeliharaan menggunakan galah pangkas, gunting pangkas bergalah, dan golok sedangkan untuk pemangkasan produksi menggunakan galah pangkas, gergaji pangkas, gunting pangkas, gunting pangkas bergalah dan golok (Arifin, 2007). Berdasarkan hasil pengamatan Ermayasari pada tahun 2010, pemangkasan dengan menggunakan gergaji pangkas dan golok memiliki keberhasilan pemangkasan lebih besar 8.13 % dibandingkan menggunakan cungkring dan golok. Prinsip Pemangkasan Prinsip dasar pemangkasan kakao adalah memangkas secara ringan tetapi sering. Selain itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemangkasan antara lain: 1) menghindari pemotongan cabang yang terlalu besar (diameter lebih dari 2.5 cm) karena berisiko cabang menjadi mati, lapuk, dan menjalar ke arah pangkal tanaman (Prawoto, 2008). Jika terpaksa, luka bekas potongan harus ditutup dengan obat penutup luka, 2) pemotongan ranting dan cabang kecil yang letaknya rapat (kira-kira 0.5 cm) dengan cabang induknya, pemotongan cabang besar meninggalkan sisa sekitar 5 cm, 3) menghindari tajuk kakao yang terlalu terbuka, 4) tidak melakukan pemangkasan saat tanaman sedang berbunga banyak atau sebagian besar ukuran buah masih kecil, 5) jangan memotong cabang atau ranting tanpa mempertimbangkannya secara bijaksana (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

26 12 Kerusakan dan Keberhasilan Pemangkasan Pemangkasan pada kakao bertujuan untuk membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki, antara lain tunas air, cabang sakit atau patah, dan cabang atau ranting yang kurang kuat pertumbuhannya (cabang cacing). Tunas air sangat banyak menyerap makanan (asimilat), sehingga merupakan parasit bagi tanaman kakao. Cabang sakit juga harus dibuang dengan pemangkasan sanitasi yang teratur dan konsekuen sehingga tidak menjadi sumber penularan ke bagian tanaman yang masih sehat (Soedarsono, 1996). Pemangkasan yang salah atau penggunaan alat pangkas yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman kakao. Kerusakan yang terjadi salah satunya adalah banyaknya cabang-cabang besar (diameter lebih dari 2.5 cm) yang terpotong. Cabang besar yang terpotong mengakibatkan rusaknya kerangka tanaman, dan memerlukan waktu lama serta energi yang banyak untuk pembentukannya kembali. Selain itu, pemotongan cabang besar juga mendorong pertumbuhan tunas air lebih banyak (Soedarsono, 1996). Oleh karena itu, kriteria keberhasilan pemangkasan dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain, pada siang hari di lantai kebun terdapat bercakbercak cahaya matahari, tetapi gulma tidak tumbuh lebat. Proporsi cahaya langsung maksimum yang sampai pada lantai kebun 25 % dari luas areal sehingga suasana dalam kebun tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang. Pertumbuhan diameter batang kakao sama antara yang di tengah dan di pinggir kebun. Bunga dan buah merata di batang pokok dan cabang-cabangnya, serta merata di semua penjuru kebun (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004). Hubungan Pemangkasan dengan Iklim Mikro dan Kesuburan Tanah Pemangkasan yang optimum dapat dilakukan dengan pendekatan aspek iklim mikro dan kesuburan tanah, karena dua aspek tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Peran yang diharapkan dari pemangkasan terhadap iklim mikro adalah fungsinya untuk mengatur intensitas dan lama penyinaran matahari, suhu, kelembaban udara, dan gerakan udara di sekitar pohon kakao.

27 13 Pengaruh pemangkasan terhadap intensitas dan lama penyinaran matahari adalah agar sebagian besar daun menerima sinar matahari sampai titik jenuhnya dan dalam waktu yang sama sehingga produksi asimilat oleh setiap daun mencapai maksimum. Hubungan dengan suhu udara, pemangkasan dapat mengurangi perbedaan suhu udara di dalam dan di luar tajuk pohon kakao. Pemangkasan juga dapat mengurangi kelembaban udara di dalam tajuk tanaman karena kelembaban yang tinggi dapat memacu perkembangan jamur-jamur parasit. Selain itu, gerakan udara di dalam tajuk juga menjadi lebih leluasa akibat pemangkasan. Pemangkasan juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Brangkasan hasil pemangkasan dapat berguna sebagai mulsa atau cadangan hara bagi tanaman. Adanya mulsa melindungi permukaan tanah, menjadikan struktur tanah dan konsistensi tanah menjadi lebih baik, menekan erosi, meningkatkan kemampuan tanah mengikat air, serta menjaga agar perbedaan suhu tanah tidak terlalu besar. Serasah hasil pemangkasan juga merupakan tempat yang disukai serangga penyerbuk bunga kakao Forcipomyia sp. untuk bersarang dan berbiak (Abdoellah dan Soedarsono, 1996). Iklim Mikro dan Kesuburan Tanah yang Ideal bagi Tanaman Kakao Menurut Abdoellah dan Soedarsono (1996), iklim mikro dan kesuburan tanah yang ideal untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kakao adalah pada intensitas sinar matahari sebesar 30 sampai 60 % sinar matahari penuh. Selain itu, curah hujan mm/tahun dengan jumlah bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm/tahun tidak lebih dari tiga bulan. Suhu maksimum C dan suhu minimum C. Kecepatan angin kurang dari 4 m/detik dan tidak berlangsung terus menerus. Sedangkan kondisi tanah yang baik adalah dengan kedalaman solum lebih dari 1.5 m agar tidak menghambat pertumbuhan akar, mengandung pasir 50 %, debu %, lempung %, dan bahan organik 3.5 %, ph netral, nisbah C/N > 9, kapasitas tukar kation >12 me/100 g, kejenuhan basa > 35 %, kejenuhan Al kurang dari 30 %, dan tidak mengandung unsur racun.

28 14 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah mulai 14 Februari sampai 14 Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi aspek teknis budidaya dan aspek manajerial kebun. Metode magang yang dilaksanakan adalah dengan memposisikan penulis sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten afdeling selama dua bulan. Kegiatan selama menjadi KHL adalah meliputi berbagai kegiatan teknis budidaya tanaman kakao di lapangan yang sudah ditetapkan oleh kebun seperti pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pengolahan hasil. Selama menjadi KHL, pengamatan spesifik dilakukan penulis untuk pengambilan data primer tentang aspek pemangkasan tanaman kakao. Sebagai pendamping mandor, penulis bertugas merencanakan, mengorganisir, mengendalikan, dan mengawasi kegiatan di lapangan. Kegiatan selama menjadi pendamping asisten afdeling adalah membantu menyusun rencana kerja dan anggaran bulanan, mengelola dan mengawasi tenaga kerja serta mempelajari kegiatan manajerial di tingkat afdeling. Membuat jurnal kegiatan dilakukan penulis selama kegiatan magang. Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer yang berkaitan dengan kegiatan pemangkasan selama magang antara lain: 1. Jenis pemangkasan, mengamati jenis pemangkasan yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I selama bulan Februari hingga Juni 2011.

29 15 2. Alat pangkas, mengamati alat pangkas yang digunakan oleh pemangkas dan yang paling efisien untuk pemangkasan. Pengambilan sampel 7 orang pemangkas yang menggunakan cungkring dan golok, serta 3 orang pemangkas yang menggunakan gergaji pangkas dan golok. 3. Waktu pemangkasan, berkaitan dengan rotasi pemangkasan dan kesesuaian waktu pemangkasan dengan perencanaan kegiatan. 4. Luas areal pemangkasan, menghitung luas areal pemangkasan yang dikerjakan oleh satu orang pemangkas dalam satu hari. 5. Prestasi kerja pemangkasan dengan menghitung jumlah tanaman yang dapat dipangkas oleh satu orang pemangkas dalam sehari. 6. Keberhasilan pemangkasan dengan mengambil sampel 10 orang pemangkas dengan pengelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Jumlah pohon sebagai ulangan untuk keberhasilan pemangkasan. Berdasarkan usia yaitu 4 orang pemangkas berusia tahun dan 6 orang pemangkas berusia > 36 tahun. Berdasarkan jenis kelamin yaitu 5 orang pemangkas laki-laki dan 5 orang pemangkas perempuan. Pembagian kriteria untuk alat pangkas, usia, dan jenis kelamin pemangkas mengikuti kriteria pengamatan Arifin (2007) dan Ermayasari (2010) sehingga dapat diperbandingkan. Pengambilan sampel jumlah orang yang berbeda berdasarkan jumlah tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria yang terdapat di lapang. Pemangkasan pada kakao berkaitan erat dengan produksi yang dihasilkan, maka dilakukan pengambilan data dari perusahaan mengenai rotasi pemangkasan yang dilakukan dan produksi yang dihasilkan pada Blok A6 dan A8 dari tahun 2007 hingga Selain itu, dilakukan pula pengamatan antara tanaman yang dipangkas dan tanaman yang tidak dipangkas masing-masing sebanyak 15 tanaman untuk diamati jumlah tunas air, bantalan yang berbunga, pentil buah (cherelle), dan perkembangan buah dari ukuran 1 sampai ukuran 4 yang dihasilkan setelah dilakukan pemangkasan. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali selama 6 minggu.

30 16 Data sekunder lainnya adalah peta lokasi, data curah hujan dan kondisi umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan, keadaan tanaman, data produksi serta data lain yang menunjang. Analisis Data dan Informasi Analisis data untuk aspek pemangkasan dapat dilihat dari keberhasilan pemangkasan yang meliputi pengamatan jumlah cabang yang dipangkas dan jumlah cabang yang kulitnya rusak karena pemangkasan. Perhitungan keberhasilan pemangkasan menggunakan rumus berikut. ( a b c - e Keberhasilan pemangkasan (%) = d) 100% a b c d Keterangan : Σa : jumlah cabang berdiameter kurang dari 2.5 cm yang dipangkas Σb : jumlah cabang sakit yang dipangkas Σc : jumlah cabang kering yang dipangkas Σd : jumlah cabang berdiameter lebih dari 2.5 cm yang dipangkas Σe : jumlah cabang yang kulitnya rusak akibat pemangkasan (Arifin, 2007). Selanjutnya data dihitung dengan menggunakan analisis stastistik sederhana yaitu rata-rata dari keberhasilan pemangkasan berdasarkan perbedaan usia, jenis kelamin pemangkas, serta alat pangkas yang digunakan. Kemudian dibandingkan dengan nilai keberhasilan pemangkasan beberapa tahun sebelumnya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya peningkatan atau penurunan dengan menggunakan software statistik SAS untuk uji t-student. Kemudian dari data rotasi pemangkasan dan curah hujan serta produksi antara tanaman yang dipangkas dan tidak dipangkas akan dianalisis secara deskriptif pengaruh dilakukannya pemangkasan terhadap produksi kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I, Cilacap, Jawa Tengah.

31 17 KEADAAN UMUM Letak Geografis Kebun PT Rumpun Sari Antan I terletak di Desa Kutasari, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Jarak kebun 45 km dari Kecamatan Cipari dan 80 km dari kota Kabupaten Cilacap. Kebun PT Rumpun Sari Antan I sebelah utara berbatasan dengan PTPN IX Kawung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Mekarsari, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cidadap, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sidasari. Peta wilayah Kebun PT Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah dapat dilihat pada Lampiran 1. Keadaan Tanah dan Iklim Kebun PT Rumpun Sari Antan I terletak pada ketinggian m diatas permukaan laut dengan jenis tanah podzolik merah kuning, topografi berombak sampai bergelombang, lereng 0-10 %, dengan ph tanah berkisar antara 5.0 hingga 6.2. Data curah hujan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah pada tahun dapat dilihat pada Lampiran 2. Rata-rata curah hujan Kebun Rumpun Sari Antan I tahun sebesar mm/thn dengan rata-rata bulan basah 7.9 bulan dan bulan kering 3 bulan dan memiliki tipe iklim C berdasarkan klasifikasi Schmidth-Fergusson. Luas Areal dan Tataguna Lahan Luas areal Kebun Rumpun Sari Antan I adalah ha dengan komoditas yang diusahakan adalah kakao (TM) seluas ha, dan karet (TBM 1-5) seluas ha.yang terbagi atas 3 afdeling yaitu Afdeling A, B, dan C. Awalnya Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki lima afdeling yaitu Afdeling A, B, C, D, dan E. Namun, produksi dan nilai kakao yang berfluktuasi menyebabkan perusahaan mengambil tindakan efisiensi yaitu dengan melakukan penggabungan

32 afdeling. Afdeling A dan B menjadi Afdeling A, Afdeling C dan D menjadi Afdeling B, dan Afdeling E menjadi Afdeling C. Areal lainnya merupakan areal cadangan yang terdiri dari areal kering dan sorjan / genangan serta areal non produktif yang terdiri dari emplasment, jalan, sungai, dan mata air. Luas areal dan tataguna lahan Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah Tahun 2011 Areal Produktif Areal Non Produktif Luas Afd. Cadangan Mata Kakao Karet Sorjan / Emplasment Jalan Sungai Areal Air Genangan Kering......(ha) A B C Total Sumber : Arsip Kantor Induk Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun Keadaan Tanaman dan Produksi Tipe kakao yang ditanam di Kebun PT Rumpun Sari Antan I adalah tipe Criollo dan Forastero. Bahan tanam berupa benih hibrida dari PT. London Sumatra yang ditanam mulai dari tahun 1990 sampai Jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 2.5 m. Populasi tanaman secara keseluruhan pada tahun 2011 hanya yaitu % dari populasi normal yang seharusnya tanaman. Penurunan jumlah populasi tanaman kakao disebabkan oleh banyaknya tanaman yang telah tidak produktif, kering, atau mati sehingga dilakukan penebangan. Awalnya tanaman naungan yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Albizzia sp., kelapa, lamtoro, dan gamal. Namun, saat ini sebagian besar telah ditebang terutama Albizzia sp. sehingga saat ini areal pertanaman kakao tidak memiliki tanaman naungan. Rata-rata produksi biji kakao kering dari tahun adalah kg dengan produktivitas kg/ha. Produksi dan produktivitas tertinggi terdapat pada tahun 2005 sebesar kg dan

33 19 kg/ha. Produksi terendah pada tahun 2010 sebesar kg dan produktivitas terendah terdapat pada tahun 2006 sebesar kg/ha. Produksi dan produktivitas biji cokelat basah dan kering di Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Rumpun Sari Antan I dipimpin oleh seorang administratur yang dibantu oleh tiga orang asisten afdeling. Asisten afdeling dibantu oleh beberapa mandor yaitu mandor rawat, mandor hama dan penyakit, mandor panen. Struktur organisasi Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Lampiran 5. Tenaga kerja di Kebun PT Rumpun Sari Antan I terbagi menjadi empat bagian yaitu staf, non staf, pekerja harian tetap (PHT), dan karyawan harian lepas (KHL) dengan 6 jabatan yaitu tanaman, administrasi, teknik, pabrik, staf administratur, dan non job. Jumlah staf dan karyawan di Kebun Rumpun Sari Antan I dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Staf dan Karyawan di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 Jabatan Staf Non Staf PHT KHL Total 1. Tanaman Administrasi Teknik Pabrik Staf Administratur Non job Total Sumber : Arsip kantor induk Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun 2011 Karyawan staf terdiri atas administratur, asisten afdeling, kepala tata usaha, kepala teknik, dan eks-administratur. Karyawan non staf meliputi mandor tanaman, mandor teknik, mandor pabrik, kerani I, tata usaha/kerani administrasi, driver, helper teknik, dan Community Development Officer (CDO). Pekerja harian tetap (PHT) meliputi mandor, karyawan rawat, karyawan administrasi, tata usaha/kerani teknik, karyawan pabrik, dan satpam. Sedangkan karyawan harian

34 20 lepas (KHL) terdiri dari karyawan rawat, karyawan panen, karyawan teknik, dan satpam. Fasilitas umum yang diberikan oleh Kebun Rumpun Sari Antan I meliputi jaminan sosial, tempat ibadah, perumahan, dan keamanan. Selain itu, karyawan juga telah bergabung dalam asuransi tenaga kerja (ASTEK) yang meliputi asuransi kecelakaan, kematian, dan santunan hari tua bagi karyawan bulanan tetap.

35 21 PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Aspek kegiatan teknis yang dilakukan penulis selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) antara lain pemangkasan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, wiwil, pemanenan, dan pengolahan hasil. Jurnal harian kegiatan penulis selama menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 6. Pemangkasan Pemangkasan tanaman kakao merupakan kegiatan membuang dan memotong cabang sakit, cabang kering, dan cabang yang tidak produktif yang dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan intensitas cahaya matahari sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman kakao. Cabang yang dibuang adalah cabang kering, cabang sakit, cabang cacing, cabang kipas, dan cabang yang tidak produktif. Cabang kering dapat disebabkan oleh serangan hama Helopeltis antonii sebab tidak adanya buah pada tanaman kakao sehingga hama beralih menyerap nutrisi pada bagian pucuk tanaman hingga mengering. Cabang sakit merupakan cabang yang terserang hama dan penyakit seperti serangan jamur upas (Corticium salmonicolor) serta dililit oleh benalu. Cabang yang dipangkas dapat dilihat pada Gambar 3. a) b) Gambar 3. Cabang yang Dipangkas, (a) Cabang Sakit dan (b) Cabang Kering Alat pangkas yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah cungkring, gergaji pangkas, dan golok (Gambar 4). Cungkring merupakan alat panen tetapi dapat juga digunakan sebagai alat pangkas yaitu untuk memotong

36 22 cabang yang berdiameter < 2.5 cm. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm. Cungkring dan gergaji pangkas disambungkan dengan galah dan digunakan untuk memangkas cabang yang letaknya tinggi. Sedangkan golok digunakan untuk memotong cabang overlapping atau cabang menggantung yang letaknya rendah ataupun untuk menebas gulma yang menghalangi jalan pekerja. Pekerja yang menggunakan gergaji pangkas cukup sedikit, dari satu kelompok yang berjumlah 20 orang, pekerja yang menggunakan gergaji pangkas hanya 4 orang. Jika pekerja yang menggunakan cungkring hendak memangkas cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm, maka perlu memanggil pekerja yang menggunakan gergaji pangkas, sehingga waktu pemangkasan menjadi tidak efisien. Penggunaan gergaji pangkas diutamakan saat pemangkasan produksi, karena banyak cabang-cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm yang harus dipangkas. Gambar 4. Alat Pangkas yang Digunakan, Golok, Gergaji Pangkas, dan Cungkring Ketajaman alat pangkas berpengaruh terhadap kualitas pemangkasan, kurang tajamnya alat pangkas akan menyebabkan kulit cabang rusak atau terkelupas. Terkadang pekerja juga memangkas cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm yang tidak produktif dengan cungkring karena terlalu tinggi untuk dipangkas menggunakan golok sehingga mengakibatkan rusaknya kulit cabang. Kulit cabang yang rusak dan terkelupas akan memerlukan waktu lama dan menyerap nutrisi yang banyak untuk pemulihan, sehingga produksi buah menjadi terhambat. Selain itu kulit cabang yang terkelupas juga dapat disebabkan kurangnya keterampilan pemangkas dalam menggunakan alat.

37 Penulis melakukan kegiatan pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I selama 5 hari dengan 5 jam kerja/hari. Prestasi kerja pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Prestasi Kerja KHL, Penulis, dan Standar Perusahaan untuk Aspek Teknis di Kebun Rumpun Sari Antan I Rata-rata Prestasi Kerja Ha/HK Kegiatan Afdeling Standar Karyawan Penulis Perusahaan Pemangkasan C Pengendalian Gulma C Pengendalian HPT C Wiwil B C Pemanenan B C Pengendalian Gulma Gulma pada perkebunan menimbulkan berbagai masalah, yaitu berkompetisi dengan tanaman yang dibudidayakan terhadap penyerapan sumber daya, mempersulit pemeliharaan tanaman, sebagai inang hama dan penyakit tumbuhan, menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman, hingga mengakibatkan kerugian finansial. Pengendalian gulma dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah jalan pekerja saat pemeliharaan tanaman dan panen serta sebagai tindakan sanitasi karena gulma dapat menjadi inang perantara bagi hama dan penyakit tanaman kakao. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah pengendalian gulma secara manual dan kimiawi. Pekerja menggunakan golok dan sabit sebagai alat dalam pengendalian gulma manual dengan metode babad dumpes yang bertujuan untuk mempermudah jalan. Sedangkan pengendalian gulma kimia menggunakan herbisida dan dilakukan dengan rotasi dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan September. Gulma yang ditemui di areal pertanaman kakao Kebun Rumpun Sari Antan I antara lain dari golongan rumput, daun lebar dan teki-tekian. Chromolaena odorata (kirinyuh), Ageratum conyzoides (babadotan), Mikania

38 24 micranta, alang-alang, Setaria plicata, Keladi-keladian, dan Mimosa pudica (putri malu) adalah beberapa jenis gulma yang terdapat di Kebun Rumpun Sari Antan I. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15 liter berisi herbisida dengan bahan aktif Isopropilamina Glifosat 486 g/l atau setara dengan glifosat 360 g/l. Herbisida tersebut merupakan herbisida sistemik purna tumbuh, berwarna cokelat kekuningan, berbentuk larutan dalam air, berfungsi untuk mengendalikan gulma alang-alang, gulma berdaun lebar, dan gulma berdaun sempit. Dosis herbisida yang digunakan adalah 1.5 l/ha, dengan konsentrasi 0.6 % dan volume semprot 250 l/ha. Nozzle yang digunakan adalah VLV 200 yang terbuat dari plastik dan tembaga berwarna kuning keemasan. Sebelum digunakan untuk penyemprotan, herbisida terlebih dahulu dicampur detergen dengan takaran 1 gram detergen/liter herbisida. Tujuan dari pencampuran detergen ini adalah sebagai perekat agar herbisida tetap menempel pada permukaan daun hingga diserap oleh gulma. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia Penyemprotan dilakukan di antara barisan tanaman kakao oleh satu orang sehingga tenaga kerja berbaris pada tiap antar barisan tanaman dan penyemprotan dilakukan bersamaan agar gulma yang disemprot tepat sasaran dan tidak ada yang tertinggal. Hasil semprotan dapat terlihat setelah 3-6 hari setelah penyemprotan. Gulma yang telah disemprot akan berwarna kecokelatan, tapi bila masih terdapat belang-belang hijau berarti penyemprotan tidak dilakukan secara merata.

39 25 Banyaknya jenis gulma dan penggunaan herbisida yang hanya satu jenis menyebabkan tidak keseluruhan gulma dapat dikendalikan. Selain itu, kondisi gulma yang telah berbunga karena keterlambatan pengendalian gulma secara kimia dan tingginya curah hujan saat pengendalian mengakibatkan herbisida yang digunakan juga tidak efektif, walaupun dosis penggunaan telah ditingkatkan. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara kimia selama satu hari dengan 5 jam kerja/hari. Prestasi kerja pengendalian gulma dapat dilihat pada Tabel 6. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama utama yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Helopeltis antonii, dan penyakit utama adalah busuk buah kakao yang disebabkan Phytopthora palmivora. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan rotasi minimal dua kali dalam satu bulan. Pengendalian hama dan penyakit di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida dan fungisida. Aplikasi penyemprotan insektisida menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15 liter, tetapi untuk penyemprotan hanya diisi sebanyak 10 liter. Stick yang digunakan pada knapsack sprayer adalah stick panjang dengan tujuan agar mudah menjangkau buah terserang yang letaknya tinggi. Sedangkan alat untuk penyemprotan fungisida adalah mist blower berkapasitas 12 liter yang hanya diisi 10 liter untuk penyemprotan. Aplikasi mist blower menggunakan bahan bakar bensin sebanyak 1.5 liter dengan campuran oli. Perbandingan penggunaan bensin dan oli adalah 1 liter oli untuk 20 liter bensin. Insektisida yang digunakan untuk pengendalian Helopeltis antonii adalah bahan aktif Sipermetrin 30 g/l yang merupakan insektisida kontak. Insektisida dengan bahan aktif Sipermetrin 30 g/l merupakan insektisida berbentuk cairan berwarna jernih dengan dosis 0.4 l/ha, konsentrasi 0.1 % dengan volume semprot 400 l/ha. Selain Sipermetrin 30 g/l, juga digunakan bahan aktif Altaimetrin 15 g/l untuk pengendalian Helopeltis antonii. Insektisida berbahan aktif Altaimetrin 15 g/l adalah insektisida racun kontak, racun lambung berbentuk pekatan yang dapat

40 26 diemulsikan berwarna jernih kekuningan. Dosis yang digunakan 0.4 l/ha, konsentrasi 0.1 % dan volume semprot 400 l/ha. Beberapa tahun sebelumnya, insektisida bahan aktif Altaimetrin 15 g/l juga digunakan untuk pengendalian hama Zeuzera coffeae yang menggerek batang kakao dan banyak menimbulkan kematian cabang sekunder. Aplikasi penyemprotan tidak dilakukan ke seluruh bagian tanaman tetapi bersifat selektif yaitu hanya dilakukan pada buah yang telah ataupun baru terserang hama., sehingga insektisida lebih efisien dalam penggunaan dan tepat sasaran. Alat yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 6. Fungisida yang digunakan untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao memiliki kandungan bahan aktif Mankozeb 80 yang merupakan fungisida protektif berbentuk tepung berwarna kuning keabu-abuan yang dapat disuspensikan. Dosis fungisida 0.4 kg/ha, konsentrasi 0.2 %, dan volume semprot 200 l/ha. a) b) Gambar 6. Alat untuk Pengendalian Hama dan Penyakit. (a) Mist Blower (b) Knapsack Sprayer Penyemprotan hama dan penyakit dengan menggunakan mist blower mencampurkan bahan aktif Altaimetrin 15 g/l dengan Mankozeb 80 atau mencampurkan Sipermetrin 30 g/l dengan Mankozeb 80. Pencampuran bahan ini dilakukan karena banyaknya serangan Helopeltis antonii pada pucuk tanaman yang tidak dapat dijangkau jika penyemprotan dengan knapsack sprayer. Pengendalian hama penggerek buah kakao/pbk (Canopomorpha cramerella

41 27 Snell.) juga dilakukan dengan menggunakan Petrogenol 800 L sebagai atraktan. Petrogenol 800 L merupakan cairan dengan kandungan bahan aktif Metil eugenol 800 g/l. Atraktan diteteskan pada kapas sebanyak ml tetapi tidak menetes kemudian dimasukkan ke dalam tabung perangkap yang digantung pada dahan setinggi 2-3 m dari permukaan tanah. Selain pengendalian secara kimia, kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara membuang buah-buah busuk yang terserang Phytopthora palmivora, jamur, maupun buah yang telah dimakan oleh tupai atau tikus (cumplung). Kegiatan pengambilan buah busuk ini juga dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemangkasan dan panen. Gambar 7 adalah gambar gejala serangan hama dan penyakit pada kakao. a) b) c) d) e) Gambar 7. Hama dan Penyakit Kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I. (a) Gejala Helopeltis antonii (b) Cumplung (c) Zeuzera sp. (d) Gejala Phytophtora palmivora (e) Penggerek Buah Kakao. Aplikasi penyemprotan dilakukan per baris agar tidak ada tanaman yang terlewat dan belum disemprot. Barisan tanaman yang telah disemprot dengan mist blower berisi campuran fungisida dan insektisida tidak disemprot lagi dengan knapsack sprayer berisi insektisida, agar penggunaan bahan lebih efisien. Pengendalian hama dan penyakit juga harus sejalan dengan tim Early Warning System (EWS) yaitu tim yang melakukan pendeteksian perkembangan hama dan penyakit sejak dini di masing-masing afdeling. Tim EWS berada di bawah koordinator HPT dan harus dapat berkoordinasi dengan mandor HPT. Tim EWS menyarankan kepada mandor HPT tentang blok yang harus didahulukan untuk dilakukan pengendalian hama dan penyakit berdasarkan intensitas dan luas serangan hama dan penyakit di setiap blok dengan rumus berikut: Intensitas Serangan = jumlah tanaman sampel yang terserang total tanaman sampel 100 %

42 28 Luas Serangan = Intensitas Serangan Luas total blok yang diamati Jumlah tanaman sampel yang diambil adalah 5 % dari total tanaman dalam setiap blok yang diamati. Kegiatan EWS pun dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan dengan rotasi pertama untuk pengendalian HPT rotasi kedua bulan tersebut. Rotasi kedua EWS dilakukan untuk pengendalian HPT rotasi pertama bulan berikutnya. Penulis melakukan pengendalian hama dan penyakit selama satu hari di afdeling C selama 5 jam kerja/hari. Prestasi kerja pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 6. Wiwil Wiwil merupakan kegiatan pembuangan tunas-tunas air (chupon) yang berada di sekitar cabang tanaman kakao. Wiwil dilakukan dengan menggunakan tangan karena tunas air mudah untuk dilepaskan dari cabang. Namun, terkadang untuk mencapai target maka karyawan menggunakan golok untuk memangkas tunas air, hal ini yang sering menyebabkan kulit cabang terkelupas. Tunas air yang seharusnya diwiwil dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Tunas Air yang Seharusnya Diwiwil Tunas air dapat terbentuk lebih banyak akibat pemangkasan, sehingga Kebun Rumpun Sari Antan I menerapkan rotasi wiwil minimal dua kali dalam satu bulan. Apabila di lapangan terdapat tunas air dengan kondisi daun yang sudah berwarna hijau atau lentur ke bawah menandakan terlambatnya rotasi wiwilan. Terkadang tunas air yang berjarak 50 cm dari pangkal batang dibiarkan tidak

43 29 diwiwil dan dipelihara dengan tujuan untuk menggantikan cabang yang sudah tidak produktif lagi. Standar perusahaan untuk prestasi kerja wiwil adalah 2.5 ha/hk. Prestasi kerja kegiatan wiwil dapat dilihat pada Tabel 6. Pemanenan Proses budidaya pada tanaman kakao dilakukan dengan tujuan utama adalah memperoleh produksi buah dan biji kakao basah yang tinggi, berkualitas, dan berkelanjutan yang disebut kegiatan pemanenan. Buah kakao umumnya dapat dipanen sekitar 5-6 bulan dari masa pembungaan. Mengetahui periode kemasakan buah kakao dapat menggunakan rumus berikut N = / (T-9) Keterangan: N = Periode kemasakan buah kakao setelah penyerbukan (hari) T = Suhu harian rata-rata ( C) Pemanenan dilakukan dengan cara pemetikan buah kakao yang sudah matang dan dicirikan dengan perubahan warna pada kulit buah. Buah kakao tipe Criollo pada waktu muda berwarna merah dan ketika matang berwarna kuning jingga sedangkan buah kakao tipe Forastero yang berwarna hijau pada saat muda akan berubah warna menjadi kuning saat tua. Perubahan warna dapat dilihat pada Gambar 9. (a) (b) Gambar 9. Perubahan Warna Buah Kakao (a) Buah Tipe Forastero Saat Muda (Kiri) dan Tua (Kanan), (b) Buah Tipe Criollo Saat Muda (Kiri) dan Tua (Kanan) Pemanenan buah kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan sepanjang tahun dengan rotasi panen per blok rata-rata 5-8 hari sekali. Beberapa

44 30 tahun sebelumnya, terdapat panen raya yaitu pada bulan April hingga Mei yang ditandai dengan peningkatan produksi secara besar-besaran. Namun, disebabkan sepanjang tahun 2010 terjadi hujan terus menerus tanpa musim kemarau maka pada bulan April dan Mei 2011 tidak terjadi panen raya. Sebelum panen, mandor panen telah melakukan persiapan dengan cara pembagian hanca panen. Pembagian luas hanca berbeda setiap harinya bergantung pada kerapatan panen buah kakao. Apabila kerapatan buah panen tinggi maka hanca panen dipersempit, dan sebaliknya bila kerapatan panen rendah maka hanca diperluas. Penentuan blok yang dipanen juga berdasarkan kerapatan panen tiap blok. Blok dengan kerapatan panen tinggi akan didahulukan untuk dipanen karena buah yang terlambat dipanen akan menurunkan kualitas biji dan rentan terserang hama tikus atau tupai. Contoh perhitungan kerapatan panen di Afdeling B adalah sebagai berikut: Blok B9 Luas : ha Populasi : tanaman Sampel : 887 tanaman Indeks biji : 15 pod/kg BCB Jumlah buah pada tanaman sampel : 252 buah (pod) Standar panen/hk : 25 kg jumlah buah sampel Kerapatan Panen (KP) = 100 % jumlah tanaman sampel 252 pod = 100 % % 887 tanaman KP jumlah populasitotal Biji Cokelat Basah (BCB) yang dipanen = indeks biji 28.41% 8877 tanaman = 168 kg 15 Biji Cokelat Kering (BCK) yang diperoleh = BCB Rendemen = 168 kg 38 % = 63.8 kg

45 31 Kebutuhan tenaga pemanen = BCB yang dipanen standar panen/hk Luas blok yang akan dipanen Luas Hanca = Kebutuhan tenaga pemanen 168 kg = 6.72 orang 7 orang 25 kg/orang = ha 7 orang = 2.5 ha/orang Pemanenan buah kakao dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja per hanca panen dalam satu blok dengan menggunakan alat panen yaitu cungkring, golok, dan karung. Buah dipanen dengan menggunakan cungkring yang tajam. Saat pemetikan buah diusahakan tidak ada tangkai buah bahkan pangkal buah yang tertinggal di batang pohon kakao ataupun batang yang rusak dan terluka karena dapat menyebabkan bunga tidak dapat tumbuh kembali di tempat tersebut. Buah yang dipetik kemudian dimasukkan ke dalam karung dan ditumpuk di suatu tempat. Selesai pemetikan, kemudian dimulai pemecahan buah dengan menggunakan golok. Pemecahan dilakukan dengan hati-hati agar biji tidak terbelah. Setelah pemecahan, biji beserta pulpnya dilepaskan dari plasenta dan dimasukkan ke dalam karung. Pemisahan karung dilakukan untuk biji yang sehat dan biji yang terserang hama dan penyakit yaitu penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit busuk buah. Karung berisi biji kakao basah diletakkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) pada blok lokasi panen untuk kemudian ditimbang dan diangkut ke pabrik untuk dilakukan pengolahan hasil. Kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Gambar 10. a) b) c) Gambar 10. Kegiatan Pemanenan. (a) Pengambilan Buah, (b) Pemecahan Buah, (c) Penimbangan BCB oleh Mandor Panen

46 32 Kulit buah sisa pemecahan ditumpuk di suatu tempat agar menjadi sumber bahan organik. Kulit buah sisa pemecahan seharusnya dikubur agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit, tetapi tenaga kerja panen hanya menumpuk kulit buah di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Saat pemanenan banyak buah yang tidak bisa dipanen akibat telah terkena serangan tikus dan menjadi cumplung. Buah yang terserang harus dibuang agar tidak menjadi sumber penyakit dan tidak dianggap sebagai buah tertinggal. Apabila masih terdapat biji sehat di dalam cumplung maka buah tetap dipanen dan dimasukkan ke dalam karung untuk dikumpulkan bijinya agar tidak menjadi losses. BCB yang dikumpulkan di TPH kemudian ditimbang oleh mandor panen dan dicatat hasil per orang pemanen. Standar panen Kebun Rumpun Sari Antan I adalah minimal 25 kg BCB per orang pemanen. Di Afdeling C diterapkan sistem borongan yaitu menetapkan harga per kg BCB, sehingga bila pemanen telah mencapai dan menyelesaikan hanca panen, maka pemanen dapat pulang terlebih dahulu walaupun belum mencapai satu hari kerja dan mendapatkan upah sesuai dengan jumlah kg BCB yang diperoleh. Mandor panen juga membuat Surat Pengantar Buah yang berisi keterangan jumlah pemanen, blok yang dipanen, jumlah karung panen, bobot BCB dari kebun, dan rencana panen esok hari. Surat pengantar buah diantarkan bersama dengan BCB ke pabrik untuk penghitungan BCB di pabrik. Penulis melakukan kegiatan panen selama 3 hari dengan 5 jam kerja/hari di dua afdeling yaitu Afdeling B dan C. Prestasi kerja untuk kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Tabel 6. Pengolahan Hasil Pengolahan hasil Biji Cokelat Basah (BCB) di pabrik dimulai dari BCB yang diterima pabrik, setelah ditimbang bobotnya kemudian diambil sampel per afdeling minimal 5 kg untuk analisis BCB. Beberapa kriteria analisis BCB antara lain seperti pada Tabel 7.

47 Tabel 7. Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Basah (BCB) Kriteria Analisis Biji Cokelat Basah (BCB) Biji Biji Biji Biji Plasenta Afdeling Mentah Phytopthora Berkecambah Terpotong Standar Maksimal Perusahaan (%) A A B B C Rata-rata Sumber : Hasil analisis BCB pabrik Rumpun Sari Antan I tanggal 31 Mei 2011 Hasil analisis BCB per afdeling dicatat di surat pengantar buah yang dikirimkan bersama dengan pengangkutan BCB dari kebun ke pabrik. Biji cokelat basah kemudian dimasukkan ke dalam kotak fermentasi tingkat pertama dan dicatat pada papan monitor mulai dari bobot, nomor kotak fermentasi, tanggal pemasukkan, pembalikan, hingga penghentian fermentasi dalam kotak. Biji cokelat basah dalam pengolahannya diperlukan proses fermentasi yang merupakan tahapan untuk menjamin dihasilkannya cita rasa cokelat yang baik serta pengurangan rasa sepat dan pahit. Proses fermentasi di Kebun Rumpun Sari Antan I menggunakan kotak dangkal dua tingkat yang terbuat dari kayu (Gambar 11). Tujuan penggunaan kotak kayu adalah agar tidak terjadi oksidasi antara pulp biji kakao basah dengan logam karena dapat menimbulkan warna kebirubiruan pada pulp. Kotak fermentasi memiliki dua tingkat dengan tiap tingkat berukuran 2 m x 1.25 m x 0.4 m dan berkapasitas 900 kg. Sekeliling tiap kotak memiliki lubang-lubang kecil dengan jarak 10 cm dan berdiameter 1 cm yang bertujuan untuk mengeluarkan cairan dan sirkulasi udara. 33

48 34 Gambar 11. Kotak Fermentasi Dua Tingkat Lama waktu fermentasi yang dilakukan di Rumpun Sari Antan I adalah empat hari. Pembalikan atau pengadukkan dilakukan dua hari setelah pemasukkan BCB ke dalam kotak fermentasi. Cara pembalikan adalah dengan membuka sekat antara kotak pertama (atas) dan kedua (bawah) kemudian pemindahan BCB dari kotak tingkat pertama ke kotak tingkat dua. Tujuan dari pembalikan atau pengadukkan saat fermentasi adalah untuk menyeragamkan aerasi udara antara biji cokelat dalam kotak fermentasi dan agar tidak terjadi penggumpalan beberapa biji cokelat yang berada di bagian bawah tumpukan dalam kotak. Setelah fermentasi selama empat hari, biji cokelat telah terfermentasi dengan tanda-tanda biji kakao sudah tampak kering lembab, berwarna cokelat, berbau asam cuka, dan lendir yang melekat pada biji sudah mudah dikupas. Biji cokelat fermentasi pada kotak tingkat kedua dikeluarkan dan dipindahkan dengan menggunakan gerobak kayu ke lantai jemur. Lantai jemur berukuran 30 m x 3 m dan berkapasitas kg dan terbuat dari semen. Selain lantai jemur, terdapat juga anjang-anjang yaitu meja pengeringan yang terbuat dari bambu berukuran panjang 35 m, lebar 0.8 m, dan kapasitas 600 kg. Lantai jemur dan anjang-anjang merupakan tempat untuk pengeringan biji cokelat hasil fermentasi dengan bantuan panas sinar matahari. Namun, dikarenakan produksi biji cokelat masih sedikit maka untuk proses pengeringan matahari hanya lantai jemur yang digunakan. Gambar 12 adalah tempat pengeringan biji cokelat dengan sinar matahari.

49 35 a) b) Gambar 12. Tempat Pengeringan Biji Cokelat dengan Sinar Matahari, (a) Pengeringan di Lantai Jemur, (b) Anjang-anjang Pengeringan di lantai jemur dilakukan selama 2-3 hari bergantung pada cuaca dan produksi. Cuaca panas atau produksi tinggi maka pengeringan hanya selama dua hari, dan saat cuaca mendung atau produksi rendah maka waktu pengeringan di lantai jemur lebih lama maksimal tiga hari. Biji cokelat fermentasi dihamparkan di lantai jemur dengan ketebalan tumpukan maksimal tiga biji atau 10 kg/m 2. Selama pengeringan, dilakukan pemisahan biji yang menggumpal (kempel) juga dilakukan pembalikan biji di lantai jemur dengan sekop kayu setiap dua jam. Pengeringan di lantai jemur selama dua hari dilakukan untuk menurunkan kadar air biji cokelat hingga 20 %. Kemudian, untuk menurunkan kadar air biji cokelat hingga 7 %, biji kakao di lantai jemur dipindahkan ke Samoan drier untuk pengeringan secara mekanis menggunakan panas api (Gambar 13). Gambar 13. Pengeringan secara Mekanis menggunakan Samoan Drier Samoan drier merupakan sebuah bak yang terbuat dari tembok dengan alas plat aluminium yang diberi lubang-lubang dan dibawah plat tersebut terdapat

50 36 drum besi memanjang yang dipanasi dengan dapur api di bagian luar salah satu sisinya. Samoan drier berukuran panjang 7-8 m, lebar 3 m, tinggi dari plat aluminium 0.4 m, dan berkapasitas 5-6 ton. Saat cuaca baik, pengeringan biji cokelat fermentasi dilakukan di lantai jemur selama dua hari dan dilanjutkan selama tiga hari di Samoan drier. Saat musim hujan, proses pengeringan biji cokelat fermentasi tidak melalui lantai jemur melainkan langsung dimasukkan ke dalam Samoan drier. Pengeringan awal dengan Samoan drier dilakukan dengan suhu pemanasan 40 C untuk mencapai kadar air 20 %. Selama proses pengeringan awal dilakukan monitoring kadar air dan pertumbuhan jamur.pembalikan biji cokelat yang dikeringkan di Samoan drier dilakukan setiap dua jam. Pengecekan Samoan drier juga dilakukan sebelum dan setelah digunakan agar tidak terjadi kebocoran api pada drum yang dapat menyebabkan kebakaran. Setelah kadar air mencapai 20 %, suhu pemanasan dinaikkan hingga 60 C untuk mencapai kadar air maksimal 7 %. Hasil monitoring awal dan akhir dicatat dalam papan monitor dan form monitoring proses pengeringan. Setelah proses pengeringan selesai maka dilakukan analisis biji cokelat kering dan selanjutnya dilakukan proses sortasi, pengemasan, hingga penyimpanan. Analisis biji cokelat kering dilakukan dengan mengambil sampel biji hasil pengeringan dengan Samoan drier sebanyak 1 kg. Kemudian dihitung jumlah biji per 100 gram, selanjutnya dipisahkan antara kotoran, dan biji pipih untuk dihitung bobotnya. Biji cokelat lalu dipisahkan sebanyak 100 biji untuk di uji dengan membelah keping biji menjadi dua bagian dengan menggunakan gunting (cut-test) dan dihitung dengan kriteria biji mouldy yaitu biji berjamur, biji slaty yaitu biji tidak terfermentasi, biji purple yaitu biji yang terfermentasi sebagian, dan biji berserangga dengan standar maksimum perusahaan seperti pada Tabel 8. Selanjutnya dicatat dan dikemas menjadi BCK sampel hasil analisis.

51 Tabel 8. Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Kering (BCK) Kriteria Analisis Biji Cokelat Kering (BCK) Standar Maksimal Perusahaan (%) Hasil Analisis BCK Pabrik Tanggal 17 April 2011 (%) Mouldy Slaty Purple Biji Berserangga Sortasi yang dilakukan setelah dari Samoan drier adalah sortasi mekanis dan manual. Sortasi mekanis menggunakan mesin ayakan silinder berputar (Gambar 14) kapasitas 500 kg/jam untuk memisahkan antara grade IA, IC, dan UG. Grade IA memiliki jumlah biji kurang dari 85 biji per 100 gram. Grade IC memiliki jumlah biji 111 sampai 120 biji per 100 gram dan bila jumlah biji per 100 gram lebih dari 120 maka termasuk grade UG. Biji kempel dan pipih juga termasuk ke dalam grade UG. Sortasi manual dilakukan untuk memisahkan biji pipih dan kotoran pada grade IC agar dapat memperoleh grade IA. Gambar 14. Mesin Sortasi Biji Cokelat Kering (BCK) Setelah sortasi maka dilakukan pengemasan dengan bobot satu karung BCK adalah 62.5 kg dan diberikan label dengan rincian nomor karung dan nama perusahaan yang memproduksi BCK tersebut. Karung yang telah diisi dan dijahit rapat disimpan dalam gudang yang selalu dijaga kebersihan dan aerasi udaranya maksimal lima karung pada satu tumpukan agar tidak merusak BCK. Aspek Manajerial Aspek manajerial yang dilakukan penulis selama magang adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling. Jurnal harian kegiatan

52 penulis selama menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran Pendamping Mandor Kegiatan di lapangan selain didukung oleh aspek teknis juga ditentukan oleh aspek manajerial. Salah satunya adalah peran mandor untuk pengawasan kegiatan di lapang agar tidak terjadi penyimpangan. Setiap afdeling di Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki mandor rawat, mandor HPT, dan mandor panen. Tugas utama mandor adalah mengawasi kegiatan di kebun sesuai dengan tanggung jawabnya. Pekerjaan pengawasan mandor dimulai dari sebelum hingga setelah bekerja. Sebelum bekerja, mandor memimpin apel pagi dari pukul WIB dengan kegiatan absensi karyawan, evaluasi kegiatan hari kemarin, pengarahan kegiatan yang akan dilakukan hari ini, pembagian hanca, pemeriksaan alat dan material, motivasi, dan berdoa. Apel pagi dihadiri oleh karyawan harian lepas (KHL), pekerja harian tetap (PHT), mandor, dan asisten afdeling. Mandor di Kebun Rumpun Sari Antan I bekerja mulai pukul WIB dengan satu jam istirahat. Mandor melakukan pengawasan pekerjaan dengan tujuan untuk mencapai standar dan target perusahaan. Selama pengawasan, mandor mengamati kinerja pekerja, dan menegur serta memberikan pengarahan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Mandor juga melakukan pengawasan waktu karena kedisiplinan dan ketepatan waktu merupakan hal yang ditekankan di Kebun Rumpun Sari Antan I. Waktu yang terbuang percuma akan menurunkan prestasi kerja serta terhambatnya pencapaian target. Selama menjadi pendamping mandor, penulis diajari untuk mengenali karakteristik karyawan yang berbeda, mengatur karyawan, menegur dan memberikan instruksi yang baik dan benar saat terjadi kesalahan di kebun kemudian dianalisis untuk didiskusikan bersama mandor dan asisten afdeling. Penulis juga diberikan kepercayaan untuk mengawasi kegiatan di lapang seperti pemangkasan, pengendalian HPT, serta panen. Penulis bekerja sebagai pendamping mandor HPT selama 11 hari, rata-rata jumlah karyawan yang diawasi 3 orang/hari dengan luas areal yang diawasi 9.99 ha/hari. Sebagai pendamping mandor rawat selama 7 hari, rata-rata jumlah

53 39 karyawan yang diawasi 8 orang/hari dengan luas areal yang diawasi 1.10 ha/hari. Sebagai pendamping mandor panen selama 9 hari dengan rata-rata jumlah karyawan yang diawasi 6 orang/hari dan luas areal yang diawasi 9.29 ha/hari. Panen. Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor panen dimulai dari sebelum panen dilakukan yaitu diajari menghitung kerapatan panen blok yang akan dipanen hari ini. Kemudian menentukan jumlah hanca dan tenaga panen, membantu mengecek peralatan panen dan belajar cara memberitahu tenaga panen tentang hanca mereka masing-masing berdasarkan batas-batas umum yang ada di kebun (aliran air, jalan, dan pohon penaung) serta lokasi tempat pengumpulan hasil biji cokelat basah (BCB) untuk siap diangkut ke pabrik. Sebelum mengawasi, mandor panen melaporkan pada asisten afdeling jumlah tenaga panen hari ini dan blok lokasi pemanenan dan kesesuaiannya pada rotasi dan target di rencana kerja. Selain mengawasi kegiatan panen, mandor panen juga melakukan tinjauan blok yang akan dipanen esok hari untuk mengetahui kerapatan panennya. Penulis juga membantu mandor panen untuk mengecek jika ada buah yang tertinggal dan menegur tenaga panen di hanca tersebut. Mandor panen juga berkoordinasi dengan asisten afdeling dan supir mobil pengangkut hasil mengenai lokasi pengumpulan BCB hari ini. Setelah BCB dikumpulkan, mandor panen mengecek kondisi BCB dan menegur tenaga panen jika terdapat plasenta yang masih belum terbuang atau BCB sehat yang tercampur dengan BCB yang terserang penyakit dalam satu karung karena hal ini akan menurunkan kualitas BCB dari kebun. Kemudian penulis membantu mandor panen menimbang BCB dan mencatat hasil yang diperoleh setiap tenaga panen. Hasil total BCB, jumlah tenaga panen (HK), jumlah karung, dan estimasi panen untuk esok hari dicatat oleh mandor panen pada Surat Pengantar Buah (Lampiran 9) dan dititipkan pada supir untuk diserahkan kepada mandor pabrik. Siang hari, penulis dan mandor panen mengawasi penimbangan BCB di pabrik agar tidak terjadi kesalahpahaman serta menghitung susut bobot BCB dari kebun sampai ke pabrik dengan standar maksimum perusahaan adalah 10 %. Rumus menghitung susut bobot sebagai berikut:

54 Susut Bobot Biji Cokelat Basah = BCB dari kebun BCB dari pabrik BCB dari kebun 100% Hasil penimbangan BCB dari pabrik adalah hasil yang diperoleh tenaga panen saat pembayaran upah nantinya. Setelah penimbangan, mandor panen melaporkan kepada asisten afdeling secara rinci jumlah BCB dari kebun, BCB dari pabrik, susut bobot hari ini, estimasi panen esok hari, dan masalah yang terjadi di lapang agar dapat diselesaikan. Pengendalian Hama dan Penyakit. Selama menjadi pendamping mandor hama dan penyakit, penulis dan mandor bekerja sama dengan tim Early Warning System (EWS) untuk mengetahui blok yang harus dikendalikan terlebih dahulu hari ini, serta kesesuaiannya dengan rotasi atau kebutuhan tenaga yang terdapat pada rencana kerja. Sebelum kegiatan dimulai, penulis membantu mandor HPT untuk mengecek kondisi dan jumlah alat serta material insektisida dan fungisida yang akan digunakan. Kemudian penulis belajar caranya membagi tenaga kerja berdasarkan alat. Umumnya, tenaga kerja HPT tiap harinya adalah satu orang menggunakan mist blower, satu orang menggunakan knapsack sprayer, dan satu orang pengangkut air karena aliran air ataupun sumur terletak cukup jauh sehingga jika pengguna alat juga mengambil air maka waktu bekerja menjadi tidak efisien. Jumlah insektisida atau fungisida yang akan digunakan, juga telah diperhitungkan sebelumnya sesuai dengan rencana. Contoh perhitungan jumlah insektisida dan fungisida yang dibutuhkan: Mist blower (kapasitas 10 l) Kebutuhan insektisida Sipermetrin 30 g/l = Kebutuhan fungisida Mankozeb cc 10 L 20 kali penggunaan per hari = 200 cc/hari = 20 g 20 kali per hari = 400 g/hari 10 L Kebutuhan bensin dan oli masing-masing 2 l/hari dan 0.1 l/hari Knapsack Sprayer (kapasitas 10 l) Kebutuhan insektisida Sipermetrin 30 g/l = 10 cc 10 L 15 kali penggunaan per hari = 150 cc/hari 40

55 41 Kemudian memberitahu tenaga kerja HPT blok/lokasi yang dituju dan arah dari mulai bekerja sampai selesai. Selama kegiatan, penulis membantu mandor mengawasi dan memberitahu atau menegur jika terjadi kekurangan ataupun kesalahan. Saat kegiatan selesai, peralatan dibersihkan dan disimpan kembali di gudang. Penulis membantu mandor untuk mengecek sisa material dan melaporkan pada asisten afdeling jumlah material yang digunakan hari ini serta keperluan untuk esok hari. Permasalahan yang terjadi di lapang seperti kondisi alat, keefektifan material, tingkat serangan hama dan penyakit juga disampaikan pada asisten afdeling agar diperoleh solusinya. Berikut adalah perhitungan realisasi kebutuhan material insektisida dan fungisida Mist blower (kapasitas 10 l) Kemampuan menyemprot satu kali = 115 tanaman total tanaman kakao Satuan pokok per ha (SPH) = luas total areal produktif kakao Realisasi luas per hari = = = tanaman ha = 583 tanaman/ha kemampuan menyemprot penggunaan mist blower per hari 115 tanaman 20 kali/hari 583 tanaman/ha = 3.9 ha/hari 4 ha/hari Realisasi dosis Sipermetrin 30 g/l per ha = SPH 10 cc/10 l kali penggunaan realisasi luas per hari Realisasi dosis Mankozeb 80 per ha = cc/hari 4 ha /hari = cc/ha = 20 g/10 l kali penggunaan realisasi luas per hari = g/hari 4 ha /hari = g/ha Kebutuhan bensin dan oli masing-masing l/hari dan l/hari Knapsack Sprayer (kapasitas 10 l) Kemampuan menyemprot satu kali = 150 tanaman

56 Realisasi luas per hari = = kemampuan meny emprot penggunaan knapsack sprayer per hari 150 tanaman 15 kali/hari 583 tanaman/ha = 3.8 ha/hari 4 ha/hari SPH 42 Realisasi dosis Sipermetrin 30 g/l per ha = 10 cc/10 l kali penggunaan realisasi luas per hari = cc/hari 4 ha /hari = cc/ha Pemangkasan. Tersedianya tenaga pemangkas bergantung pada tenaga yang digunakan untuk panen dan pengendalian hama dan penyakit pada hari ini. Misal : Jumlah tenaga kerja yang tersedia di lapang = 30 orang Jumlah tenaga panen = 12 orang Jumlah tenaga HPT = 6 orang Jumlah tenaga pemangkas = = 12 orang Kemudian dilakukan pengecekan jumlah alat dan ketajaman alat pangkas. Selanjutnya memberitahu tenaga pemangkas lokasi yang perlu dipangkas dan batas awal serta target akhir minimal untuk pemangkasan hari ini. Blok yang akan dipangkas adalah blok yang memiliki kondisi tajuk yang rimbun. Hari berikutnya, pemangkas akan melanjutkan blok tersebut jika hari kemarin belum terselesaikan. Jumlah 12 orang tenaga pemangkas dengan standar perusahaan 4 HK/ha maka minimal target yang dipangkas adalah 3 ha walaupun belum tentu sesuai dengan rencana kerja. Realisasi yang tidak mencapai target dikarenakan terbatasnya jumlah tenaga kerja pemangkasan yang tersedia di lapangan serta kondisi lahan yang menyulitkan tenaga kerja. Saat mengawasi, mandor mengajari penulis untuk memperkirakan luas areal yang dipangkas dengan cara menghitung jumlah tanaman ataupun dengan batas-batas areal. Penulis membantu mandor menegur atau memberi pengarahan untuk cabang-cabang yang seharusnya dipangkas dan memperbaiki cara pemangkasan yang salah. Selesai kegiatan, luas areal yang dipangkas, jumlah tenaga pemangkas, dan permasalahan yang terjadi dilaporkan pada asisten afdeling untuk dianalisis dan diselesaikan.

57 43 Pendamping Asisten Afdeling Asisten afdeling memiliki peran utama dan tertinggi di tingkat afdeling. Asisten afdeling bertugas untuk mengkoordinasikan setiap kegiatan di afdeling dengan para mandor, melakukan pengecekan kebutuhan alat dan material untuk kebun yang diperlukan oleh afdelingnya, serta menguasai kondisi dan mengelola afdeling yang menjadi tanggung jawabnya agar dapat mencapai target perusahaan. Setiap afdeling memiliki tiga aset utama yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan dana. Sumber daya alam berhubungan dengan kondisi tanaman, dan iklim. Sumber daya manusia yaitu penggunaan tenaga kerja, sedangkan dana adalah modal penunjang dalam pengadaan material serta upah. Ketiga sumber daya tersebut diharapkan mampu dikelola oleh asisten afdeling dengan baik sehingga dapat memberikan hasil sesuai target yang ingin dicapai. Selama menjadi pendamping asisten afdeling, penulis diajari caranya membuat pengajuan rencana kerja dengan rincian pekerjaan yang akan dilakukan dan target, jumlah tenaga kerja per kegiatan, jumlah material, dan upah tenaga kerja untuk bulan depan. Setelah pengajuan disetujui, maka penulis membantu membuat rincian rencana kerja dan target per hari seperti pada Lampiran 10 dan menyampaikannya kepada mandor. Setiap hari, penulis membantu mengawasi kebun dengan berbagai jenis kegiatan antara lain kegiatan rawat, HPT, dan panen. Saat mandor melaporkan hasil kegiatan maka penulis diajari dan membantu mengisi laporan harian seperti pada Lampiran 11. Selain itu, juga dilakukan pengecekan kebutuhan alat dan material untuk afdeling dan diajukan dengan mengisi bukti permintaan barang (Lampiran 12). Kegiatan di lapang setiap harinya juga dibahas, dianalisis dan diselesaikan bersama dengan mandor dan asisten afdeling. Kegiatan pemupukan dilakukan saat penulis menjadi asisten afdeling. Jenis pupuk untuk tanaman kakao yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Urea, MOP, dan RP. Urea adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen dan mempengaruhi pertumbuhan akar, batang, dan daun. MOP (Muriate Of Potash) adalah pupuk yang mengandung unsur K yang berperan untuk memperkuat tubuh tanaman. Jenis pupuk RP (Rock Phosphate) mengandung

58 unsur P yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan bunga, pematangan biji dan buah. Penulis mempelajari dan menghitung kebutuhan pupuk tiap jenis untuk setiap blok sesuai dengan dosis pupuk per jenis. Dosis pupuk yang digunakan tiap afdeling pun berbeda karena bergantung pada hasil analisis tanah. Afdeling A memiliki dosis pupuk 45 g Urea/tanaman, 30 g MOP/tanaman, dan 29 g RP/tanaman. Afdeling B memiliki dosis pupuk 51 g Urea/tanaman, 38 g MOP/tanaman, dan 30 g RP/tanaman. Afdeling C memiliki dosis pupuk 45 g Urea/tanaman, 39 g MOP/tanaman, dan 38 g RP/tanaman. Tabel 9 adalah kebutuhan pupuk per blok di Afdeling C. Tabel 9. Kebutuhan Pupuk per Blok di Afdeling C Tahun 2011 Blok Luas (ha) Populasi (tanaman) Urea (kg) MOP (kg) RP (kg) Total (kg) Total g/tanaman Sumber : Arsip kantor Afdeling C Ketiga jenis pupuk dicampurkan di dalam gudang pada pagi hari sebelum dilakukan kegiatan pemupukan di lapangan. Sesuai dengan kapasitas gudang tempat pencampur pupuk yaitu maksimum tiga ton campuran pupuk per hari maka jadwal pemupukan yang bersamaan antara Afdeling A dan Afdeling C membagi jumlah pupuk yang dibutuhkan per hari seperti yang terlihat pada Tabel 10. Pupuk yang telah dicampurkan kemudian ditempatkan ke dalam beberapa karung sesuai kebutuhan tiap afdeling dan dinaikkan ke mobil pengangkut pupuk untuk diantar ke afdeling. Selanjutnya pupuk ditempatkan di lokasi terdekat dengan blok yang akan dipupuk untuk memudahkan pelangsiran pupuk. Realisasi pemupukan sesuai dengan target karena tenaga kerja telah dibekali takaran hasil kalibrasi jumlah ketiga jenis pupuk per tanaman sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan dosis pupuk per pohon. Pupuk ditaburkan ke dalam lubang 44

59 pupuk di tanah yang telah dibuat sebelumnya dengan jarak sekitar 30 cm dari pangkal batang tanaman kakao kemudian ditutup lagi. Tabel 10. Jadwal Pemupukan di Afdeling A dan Afdeling C Tahun 2011 Tanggal Afdeling Urea (kg) MOP (kg) RP (kg) Total (kg) 15 April 2011 A C April 2011 A C April 2011 A C April 2011 A C April 2011 A C April 2011 A C April 2011 A C April 2011 A C Total (kg) A C Sumber : Arsip kantor Afdeling A dan Afdeling C Penulis bekerja sebagai pendamping asisten afdeling dengan rata-rata 5 jam kerja/hari. Sebagai pendamping asisten afdeling B penulis bekerja selama 16 hari dengan jumlah mandor yang diawasi rata-rata 2 orang/hari dan luas areal yang diawasi ha/hari. Sebagai pendamping asisten afdeling C penulis bekerja selama 27 hari, jumlah mandor yang diawasi rata-rata 1 orang/hari serta luas areal yang diawasi ha/hari. 45 Sistem Manajemen Kebun Tingkat Afdeling Perencanaan merupakan fungsi fundamental proses pertama manajemen dan harus dilakukan terlebih dahulu dalam setiap kegiatan. Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki beberapa perencanaan berdasarkan periodisasi waktu yaitu rencana tahunan, rencana semester, rencana triwulan, rencana bulanan, dan rencana harian. Rincian perencanaan pekerjaan antara lain berisi jenis pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan material, serta target produksi. Perencanaan tahunan dibuat berdasarkan sensus produksi, laporan kegiatan tahun sebelumnya, dan standar kerja di perusahaan. Perencanaan semester dibuat lebih mendetail dibanding rencana tahunan dan juga tidak berbeda untuk rencana

60 46 triwulan, bulanan, dan harian yang semakin terinci untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan. Selama di PT Rumpun Sari Antan I, penulis dibimbing untuk membuat rencana harian, bulanan, triwulan, dan semesteran. Laporan harian adalah laporan yang dibuat afdeling tentang perincian pekerjaan yang telah dilakukan setiap harinya dan berisi jenis pekerjaan, jumlah tenaga kerja, hasil pekerjaan, jumlah bahan, dan biaya yang dikeluarkan. Hasil laporan kemudian dievaluasi, dianalisis, dan didiskusikan tentang pencapaian target, masalah yang terjadi, dan pemecahan masalah.

61 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang sakit, cabang kering, dan cabang overlapping terutama dalam hal mengatur iklim mikro yang tepat bagi pertumbuhan bunga dan buah atau untuk mengatur jumlah dan sebaran daun (Prawoto, 2008) sehingga tanaman kakao dapat memiliki kondisi yang baik untuk pertumbuhannya. Jenis dan Waktu Pemangkasan Jenis pemangkasan untuk tanaman kakao terbagi menjadi tiga yaitu pemangkasan bentuk, pemeliharaan, dan produksi. Pemangkasan bentuk dilakukan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik. Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk memelihara tanaman kakao agar pertumbuhannya dapat bertahan dengan baik dan sehat, sedangkan pemangkasan produksi untuk memaksimalkan produktivitas tanaman. Tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah tanaman yang telah menghasilkan sehingga kegiatan pemangkasan yang masih dilakukan setiap tahunnya adalah pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan untuk membuang cabang cacing, cabang yang terkena penyakit, dan cabang menggantung. Pemangkasan pemeliharaan sebaiknya merupakan pemangkasan yang ringan tetapi sering karena cabang yang dibuang adalah cabang yang berdiameter kurang dari 2.5 cm. Frekuensi pemangkasan pemeliharaan sebaiknya dilakukan setiap 2-3 bulan sedangkan di Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki rotasi rata-rata tiga kali dalam satu tahun dengan interval 2-5 bulan. Pemangkasan pemeliharaan sebaiknya menghindari pemotongan cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm. Apabila terpaksa dilakukan pemotongan cabang besar maka perlu meninggalkan sisa cabang sepanjang 5 cm (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Namun, terdapat beberapa cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm yang dipangkas saat pemangkasan

62 48 pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I karena adanya pertimbangan tertentu seperti cabang terserang penyakit, cabang kering, atau cabang yang overlapping sehingga pemangkasan yang dilakukan seolah terlihat sebagai pemangkasan produksi. Setelah pemotongan cabang berdiameter lebih dari 2.5 cm seharusnya luka potongan diolesi dengan obat penutup luka tapi Kebun Rumpun Sari Antan I belum melakukannya. Sedangkan pemangkasan produksi merupakan pemangkasan berat karena untuk merangsang pertumbuhan bunga dan buah. Pemangkasan produksi di Kebun Rumpun Sari Antan I hanya dilakukan satu kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan sekitar bulan November atau Desember. Berdasarkan perencanaan, kegiatan pemangkasan pemeliharaan mengalami keterlambatan disebabkan kurangnya jumlah tenaga kerja yang ada sehingga target pemangkasan untuk beberapa blok tidak tercapai secara maksimal. Terbatasnya jumlah tenaga kerja disebabkan adanya musim panen padi yang memberikan penghasilan lebih tinggi bagi karyawan dibandingkan dengan bekerja di kebun. Luas Areal dan Prestasi Kerja Pemangkasan Standar perusahaan untuk pemangkasan pemeliharaan adalah 4 HK per ha sedangkan untuk pemangkasan produksi adalah 6 HK per ha. Berdasarkan hasil kalibrasi untuk kegiatan pemangkasan pemeliharaan, rata-rata satu orang tenaga kerja dapat memangkas 122 pohon dalam satu hari kerja. Sumber Tabel 11. Prestasi Kerja KHL untuk Pemangkasan Pemeliharaan Blok Standar Perusahaan Prestasi Kerja (ha/hk) C C : Hasil Pengamatan Prestasi kerja pemangkasan tersebut dipengaruhi oleh kondisi tenaga kerja, lahan, dan keadaan tanaman. Seperti pada Tabel 11, Afdeling C Blok 9 merupakan blok terjauh dan memiliki kondisi lahan yang lebih miring dibanding blok 5 sehingga prestasi kerja pemangkas menjadi lebih rendah.

63 49 Keberhasilan Pemangkasan Kegiatan pemangkasan tidak terlepas dari keterampilan pemangkas dan peralatan yang digunakan. Kurangnya keterampilan pemangkas dapat menyebabkan menurunnya prestasi kerja karena pemangkas kurang mengetahui cabang mana yang harus dipangkas dan tidak dipangkas dan menyebabkan waktu yang digunakan untuk pemangkasan tidak optimal. Selanjutnya, alat pangkas yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah cungkring dan gergaji pangkas yang keduanya disambungkan dengan bambu panjang (galah) sehingga dapat menjangkau cabang yang tinggi. Namun, banyak tanaman kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I yang tingginya melebihi 3-4 m dan menyebabkan pemangkas sulit menjangkau cabang sakit atau cabang kering yang terdapat di pucuk tanaman karena keterbatasan tinggi pemangkas dan panjang alat pangkas. Akhirnya pemangkas harus memanjat tanaman kakao terlebih dahulu untuk memangkas cabang sakit atau cabang kering di bagian pucuk. Sebelum pemangkasan, memeriksa ketajaman alat merupakan hal penting yang harus dilakukan karena alat yang kurang tajam dapat menyebabkan kerusakan kulit pada batang. Rusaknya kulit cabang akibat pemangkasan berpengaruh terhadap keberhasilan pemangkasan. Kulit cabang yang terkelupas dan luka akan memerlukan waktu lama dalam pemulihannya bahkan dapat menimbulkan resiko masuknya jamur patogen melalui luka potongan dan sebaiknya luka tersebut diolesi dengan obat penutup luka (Soedarsono, 1996). Semakin besar jumlah kulit cabang rusak maka persentase keberhasilan pemangkasan semakin kecil. Kerusakan kulit cabang akibat pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Kerusakan Kulit Cabang Akibat Pemangkasan

64 Data hasil pengamatan untuk keberhasilan pemangkasan dapat dilihat pada Lampiran 13. Rata-rata keberhasilan pemangkasan oleh pria memiliki nilai 92 %, dan lebih besar 6.7 % dibandingkan dengan pemangkasan oleh wanita. Setelah dilakukan uji t-student pada Tabel 12, diperoleh bahwa jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % sehingga sama saja dalam penggunaan tenaga pemangkas antara pria atau wanita. Tabel 12. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Keberhasilan Pemangkasan Jumlah Pemangkas Jenis Kelamin Jumlah tanaman sampel 50 Rata-rata Keberhasilan Pemangkasan (%) 5 Pria a 5 Wanita a Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %. Hasil yang diperoleh dari Tabel 13 memperlihatkan bahwa pemangkas dengan usia tahun memiliki rata-rata keberhasilan pemangkasan sebesar 91.4 % dan lebih besar dibanding pemangkas usia > 36 tahun dengan rata-rata keberhasilan pemangkasan 86.8 %. Namun, melalui uji t-student, perbedaan usia tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % yang berarti usia tidak mempengaruhi keberhasilan pemangkasan. Tabel 13. Pengaruh Usia terhadap Keberhasilan Pemangkasan Jumlah Pemangkas Usia (tahun) Jumlah tanaman sampel Rata-rata Keberhasilan Pemangkasan (%) a 6 > a Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %. Tabel 14 membedakan keberhasilan pemangkasan berdasarkan alat pangkas yang digunakan yaitu antara penggunaan cungkring dan golok serta gergaji pangkas dan golok. Dapat dilihat bahwa penggunaan gergaji pangkas lebih baik 5.7 % dibanding dengan penggunaan cungkring dan golok, tetapi penggunaan alat pangkas yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda

65 nyata pada uji t-student taraf 5 %. Berarti penggunaan alat pangkas yang berbeda tidak mempengaruhi keberhasilan pemangkasan. Tabel 14. Pengaruh Alat Pangkas terhadap Keberhasilan Pemangkasan Jumlah Pemangkas Alat pangkas Jumlah tanaman contoh Rata-rata Keberhasilan Pemangkasan (%) 7 Cungkring dan golok a 3 Gergaji pangkas dan golok a Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %. Secara keseluruhan hubungan antara jenis kelamin dan usia pemangkas seperti pada Tabel 15 dapat dilihat keberhasilan pemangkasan oleh pria dan wanita dengan usia tahun dan > 36 tahun. Pemangkasan oleh pria dengan usia > 36 tahun memberikan nilai rata-rata keberhasilan pemangkasan yang tertinggi yaitu sebesar 92.6 % dan pemangkasan oleh wanita dengan usia > 36 tahun dengan nilai rata-rata keberhasilan pemangkasan 80.9 % merupakan yang terendah dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata berdasarkan hasil uji t- student pada taraf 5 %. Berdasarkan uji t-student berarti kriteria pemangkas berjenis kelamin wanita dengan usia > 36 tahun sebaiknya tidak digunakan sebagai tenaga pemangkas karena rendahnya keberhasilan pemangkasan yang dimiliki. Tabel 15. Keberhasilan Pemangkasan berdasarkan Hubungan Jenis Kelamin dan Usia Jumlah Pemangkas Jenis kelamin Usia (tahun) Jumlah tanaman sampel Rata-rata Keberhasilan Pemangkasan (%) 2 Pria a 3 Pria > a 2 Wanita a 3 Wanita > b Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %. 51

66 Selain pengamatan secara langsung, keberhasilan pemangkasan yang diamati penulis juga dibandingkan dengan pengamatan beberapa tahun sebelumnya yaitu berdasarkan pengamatan Arifin (2007) dan pengamatan Ermayasari (2010). Berikut adalah tabel perbandingan hasil pengamatan keberhasilan pemangkasan. Hasil pengamatan pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa perbandingan pengamatan keberhasilan pemangkasan untuk kriteria pemangkas berjenis kelamin pria, usia tahun dan > 36 tahun, serta penggunaan alat pangkas, memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada uji t-student taraf 5 %. Sedangkan, pada pengamatan Ermayasari (2010) dan penulis terjadi penurunan keberhasilan pemangkasan oleh wanita yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pengamatan Arifin (2007) dengan uji t-student pada taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa wanita sebaiknya perlu diberikan pengarahan lebih bila digunakan sebagai tenaga pemangkas. Tabel 16. Perbandingan Data Hasil Pengamatan untuk Keberhasilan Pemangkasan Pengamat Keberhasilan Pemangkasan (%) Jenis Kelamin Usia (tahun) Alat Pria Wanita > 36 Cungkring dan golok Ermayasari 89.0a 85.6b a 87.9a (2010) Penulis (2011) 92.0a 85.3b 91.4a 86.8a 86.9a 92.6a Sumber : Hasil Pengamatan, Data Pengamatan Arifin (2007) dan Ermayasari (2010) Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5 %. Penggunaan tenaga pemangkasan oleh wanita di Kebun Rumpun Sari Antan I disebabkan kurangnya jumlah tenaga kerja sehingga jumlah tenaga pemangkas berjenis kelamin wanita lebih banyak digunakan dibandingkan dengan jumlah tenaga pemangkas berjenis kelamin pria seperti pada Lampiran Gergaji pangkas dan Golok Arifin (2007) 89.7a 100.0a 89.6a 96.6a - -

67 53 Pengaruh Rotasi Pemangkasan dan Curah Hujan terhadap Produksi Pemangkasan juga merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan kakao untuk memperoleh produksi yang tinggi dan optimum. Produksi Biji Cokelat Basah (BCB) dan kegiatan pemangkasan yang dilakukan dari tahun 2007 sampai 2010 dapat dilihat pada Lampiran 15. Pengaruh rotasi pemangkasan terhadap produksi kakao juga dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Rotasi pangkas A6 pada tahun 2007 adalah tiga kali setahun yaitu dua pemangkasan pemeliharaan pada bulan Februari dan Juni serta satu pemangkasan produksi pada bulan Desember. Produksi pada tahun 2008 untuk A6 seperti pada Gambar 16 terdapat dua kali kenaikan yaitu pada bulan Maret hingga Mei dan bulan Agustus. Pemangkasan di tahun 2008 untuk A6 memiliki tiga kali pemangkasan pemeliharaan pada bulan Februari, April, dan Juni serta satu pemangkasan produksi di bulan Desember. Produksi di tahun 2009 pada Gambar 16 menunjukkan grafik yang tidak stabil dan terdapat penurunan yang signifikan dari bulan Mei ke Juni. Pemangkasan di tahun 2009 di A6 dilakukan tiga kali pemangkasan pemeliharaan di bulan Januari, Maret, dan Mei serta satu pemangkasan produksi di bulan November. Hasil biji cokelat basah di tahun 2010 untuk A6 mengalami dua kali kenaikan yaitu di bulan Mei dan Juli kemudian menurun hingga akhir tahun. Sedangkan A8 (Gambar 17) pada tahun 2007 memiliki rotasi pemangkasan empat kali setahun yaitu pemangkasan pemeliharaan pada bulan Januari, Mei, dan Juli serta pemangkasan produksi pada bulan Desember. Produksi A8 pada tahun 2008 memperlihatkan kenaikan pada bulan April kemudian stabil hingga bulan September dan tidak menunjukkan peningkatan atau penurunan yang drastis walau produksi masih lebih rendah daripada tahun Tahun 2008, terdapat satu pemangkasan pemeliharaan di bulan Februari dan pemangkasan produksi di bulan Desember yang dilakukan di A8 dan produksi di tahun 2009 terjadi kenaikan di bulan Maret hingga Mei dan Oktober.

68 54 Bulan Februari dan Mei tahun 2009 di A8 dilakukan pemangkasan pemeliharaan dan di bulan November dilakukan pemangkasan produksi. Produksi di A8 hanya mengalami kenaikan di bulan Mei. Penurunan produksi walau terlihat stabil tetapi lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Pengaruh peningkatan produksi dapat terlihat rata-rata dua bulan setelah dilakukannya pemangkasan pemeliharaan dan sekitar 5-6 bulan setelah dilakukan pemangkasan produksi. Hal ini sesuai pada perkembangan bunga kakao hingga menjadi buah masak yang memerlukan waktu sekitar 5-6 bulan (Prawoto, 2008). Pemangkasan pemeliharaan dan produksi seperti yang terlihat pada Gambar 16 dan Gambar 17 biasanya dilakukan pada saat curah hujan tinggi atau pun di akhir musim hujan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekeringan atau kematian tanaman kakao apabila pemangkasan dilakukan saat curah hujan rendah ataupun musim kemarau. Secara deskriptif, produksi yang terlihat beberapa bulan setelah pemangkasan yang dilakukan saat curah hujan tinggi memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksi dari pemangkasan yang dilakukan saat akhir musim hujan atau curah hujan rendah. Hal ini karena pemangkasan saat curah hujan tinggi dapat menyebabkan flush pada tanaman dan dengan adanya kegiatan wiwilan maka pertumbuhan tunas dapat dikendalikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buah. Namun, curah hujan yang tinggi juga dapat meningkatkan kelembapan kebun walaupun sudah dilakukan pemangkasan sehingga perlu disertai pengendalian hama dan penyakit yang lebih intensif.

69 Produksi BCB Kg) Bulan ke Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun Curah Hujan (mm/bulan) Sumber : Arsip Kantor Induk Rumpun Sari Antan I untuk Rotasi Pemangkasan dan Produksi (2011) = Pemangkasan Pemeliharaan = Pemangkasan Produksi = Produksi setelah Pemangkasan = Curah hujan Gambar 16. Rotasi Pemangkasan dan Produksi Afdeling A Blok 6 di Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun Produksi BCB (Kg) Bulan ke Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 = Pemangkasan Pemeliharaan = Pemangkasan Produksi = Produksi setelah Pemangkasan = Curah hujan Curah Hujan (mm/bulan) Sumber : Arsip Kantor Induk Rumpun Sari Antan I untuk Rotasi Pemangkasan dan Produksi (2011) Gambar 17. Rotasi Pemangkasan dan Produksi Afdeling A Blok 8 di Kebun Rumpun Sari Antan I Tahun

70 56 Pengamatan Perlakuan Pemangkasan Pengaruh pemangkasan juga dapat dilihat dari jumlah tunas air, bantalan yang berbunga, pentil buah, dan perkembangan buah antara pohon yang dipangkas dan tidak dipangkas dengan data selengkapnya pada Lampiran 16. Tunas air pada tanaman yang dipangkas pada minggu pertama memiliki jumlah lebih rendah dibanding tanaman yang tidak dipangkas tetapi pada minggu terakhir pengamatan, tunas air tanaman yang dipangkas lebih banyak daripada tanaman yang tidak dipangkas seperti pada Gambar 18. Hal ini karena banyaknya pemotongan cabang besar akan mendorong tanaman kakao membentuk lebih banyak tunas air (Soedarsono, 1996). Oleh karena itu, adanya kegiatan wiwilan untuk membuang tunas air agar dapat mengurangi persaingan dalam penyerapan unsur hara antara tunas air dan pertumbuhan bunga serta buah. Bantalan bunga pada tanaman kakao tidak semua yang menghasilkan bunga pada saat yang sama dan diharapkan setelah pemangkasan dapat merangsang pertumbuhan bunga. Oleh karena itu, pengamatan bantalan yang berbunga hanya dilakukan sebatas cabang primer. Seperti pada Gambar 18, bantalan berbunga pada tanaman yang tidak dipangkas lebih banyak pada minggu pertama dibanding tanaman yang dipangkas namun mengalami penurunan hingga minggu terakhir sedangkan bantalan yang berbunga pada tanaman yang dipangkas mengalami peningkatan yang perlahan. Jumlah Sumber Mei 13 Mei 20 Mei 27 Mei 3 Juni 10 Juni Minggu Pengamatan : Hasil Pengamatan = Tunas Air = Bantalan Berbunga = Pentil Buah = Tanaman Dipangkas = Tanaman Tidak Dipangkas Gambar 18. Jumlah Tunas Air, Bantalan Berbunga, dan Pentil Buah pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas.

71 57 Pemangkasan yang benar sebaiknya melindungi cabang primer dari penyinaran matahari langsung karena dapat menyebabkan bantalan bunga menjadi mati. Hal ini yang mungkin terjadi pada minggu keempat sehingga jumlah bantalan berbunga pada tanaman yang dipangkas mengalami penurunan namun minggu berikutnya mengalami kenaikan karena adanya pertumbuhan bantalan berbunga yang baru. Menurunnya bantalan bunga pada tanaman yang tidak dipangkas dapat disebabkan persaingan dalam penyerapan unsur hara dengan daun-daun muda yang terbentuk. Selain itu, bantalan bunga pada batang dan cabang tanaman kakao banyak yang tertutupi oleh lumut sehingga bunga sulit untuk tumbuh. Pertumbuhan lumut dapat disebabkan kondisi tanaman kakao yang basah dan lembap. Adanya pemangkasan dapat menambah intensitas cahaya yang masuk ke dalam tajuk dan menurunkan kelembapan di sekitar tanaman kakao dan lumut dapat mengering sehingga bantalan bunga dapat ditumbuhi kembali oleh bunga kakao. Pengamatan untuk jumlah pentil buah pada tanaman yang dipangkas ataupun tidak dipangkas keduanya mengalami peningkatan pada minggu terakhir. Minggu kedua hingga keempat pada tanaman yang tidak dipangkas pentil buah mengalami penurunan jumlah dari 156 pentil buah pada minggu kedua menjadi 122 pentil buah pada minggu keempat dan mulai naik hingga minggu terakhir. Berkurangnya jumlah pentil buah dapat disebabkan terjadinya layu pentil (cherelle wilt) akibat persaingan dalam penyerapan hasil fotosintesis atau terjadi peralihan menjadi buah ukuran 1. Pengamatan buah didasarkan pada ukuran atau ukuran panjang perkembangan buah yang terbagi menjadi ukuran 1 (<10 cm), ukuran 2 (10-15 cm), ukuran 3 (>16 cm), dan ukuran 4 dengan ukuran panjang sama dengan ukuran 3 tetapi terdapat perubahan warna pada alur buah atau warna menjadi lebih kusam. Bahan tanam kakao yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah hibrida sehingga ukuran dan bentuk buah berbeda antar pohon maka menentukan ukuran buah menggunakan perbandingan dengan ukuran buah terkecil dan pembentukan biji dalam buah pada pohon yang diamati. Data dapat dilihat pada Gambar 19. Ukuran 1 dan ukuran 4 pada tanaman yang dipangkas atau pun tidak dipangkas keduanya mengalami penurunan pada

72 58 minggu terakhir. Ukuran 2 dan ukuran 3 pada tanaman yang dipangkas mengalami peningkatan pada minggu terakhir dan pada tanaman yang tidak dipangkas mengalami penurunan. Jumlah buah pada awal pengamatan pada tanaman yang tidak dipangkas lebih banyak dibanding tanaman yang dipangkas. Peningkatan atau penurunan jumlah buah disebabkan peralihan ukuran buah, serangan hama dan penyakit, atau pemanenan pada buah ukuran 4. Jumlah Mei 13 Mei 20 Mei 27 Mei 3 Juni 10 Juni Minggu Pengamatan = ukuran 1 = ukuran 2 = ukuran 3 = ukuran 4 = Tanaman Dipangkas = Tanaman Tidak Dipangkas Sumber : Hasil Pengamatan Gambar 19. Jumlah Buah Ukuran 1-4 pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas Perkembangan buah dari bunga hingga siap panen memerlukan waktu 5-6 bulan yang berarti rata-rata peralihan ukuran buah terjadi sekitar 1 bulan. Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 20 dan Lampiran 17 memperlihatkan perkembangan buah terjadi lebih cepat pada tanaman yang dipangkas dibanding tanaman yang tidak dipangkas. 250 Total Buah = Tanaman Dipangkas = Tanaman Tidak Dipangkas 0 6 Mei 13 Mei 20 Mei 27 Mei 3 Juni 10 Juni Gambar 20. Total Buah Ukuran 1-4 pada Tanaman yang Dipangkas dan Tidak Dipangkas

73 59 Gambar 20 menunjukkan saat minggu pertama sampai minggu terakhir pengamatan, jumlah buah ukuran 1-4 pada tanaman yang tidak dipangkas lebih banyak dibandingkan tanaman yang dipangkas. Namun, pada tanaman yang tidak dipangkas jumlah buah semakin menurun dari 209 buah menjadi 187 buah pada pengamatan minggu keenam. Sedangkan, pada tanaman yang dipangkas jumlah buah meningkat dari 116 buah pada minggu pertama pengamatan menjadi 127 buah pada minggu keenam. Hal ini berarti pemangkasan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan buah.

74 60 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jenis pemangkasan yang dilakukan selama Februari hingga Juni adalah pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan rotasi rata-rata tiga kali setahun dengan interval 2-5 bulan. Pemangkasan produksi yang dilakukan satu kali setahun sekitar bulan November atau Desember. Keberhasilan pemangkasan tidak berbeda nyata berdasarkan usia antara pemangkas berusia tahun dan pemangkas berusia > 36 tahun, jenis kelamin antara pria dan wanita, serta alat pangkas antara cungkring dan gergaji pangkas. Sedangkan pemangkasan yang dilakukan oleh wanita berusia > 36 tahun keberhasilan pemangkasannya terendah dan berpengaruh berbeda nyata pada uji t- student taraf 5 %. Saran 1. Perlu dilakukannya topping atau pemangkasan tinggi tanaman kakao sebatas 3-4 m dari permukaan tanah untuk memudahkan pemangkas saat menggunakan alat pangkas. 2. Apabila dilakukan pemangkasan untuk cabang berdiameter lebih dari 2.5 cm, sebaiknya luka potongan ditutup dengan obat penutup luka. 3. Tenaga pemangkas sebaiknya telah terlatih dan tidak diganti-ganti serta perlu adanya pengarahan khusus dari mandor rawat untuk mengawasi kegiatan pemangkasan terutama pemangkasan oleh wanita berusia > 36 tahun.

75 61 DAFTAR PUSTAKA Abdoellah, S., dan Soedarsono Penaung dan pemangkasan kakao, suatu tinjauan dari aspek iklim mikro dan kesuburan tanah. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 12(3): Arifin Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun PT Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). Baon, J. B., dan S. Abdoellah Potensi lahan untuk pengembangan kakao rakyat Sumatera. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 20(3): Direktorat Jenderal Perkebunan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. [4 Juli 2011]. Ermayasari, I. W Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun PT Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). FAO Exports Countries by Commodity : Cocoa Beans. [5 Desember 2010]. FAO Crops Production : Cocoa Beans. [30 Juli 2011]. Kardiyono Tingkatkan produktivitas kakao dengan teknologi sambung samping. Surat Kabar Berkah Edisi 257. Prawoto, A. A Prospek Indonesia sebagai produsen kakao dunia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 14: Pemangkasan, hal Dalam T. Wahyudi, T.R. Panggabean, dan Pujiyanto (Eds.). Kakao: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 364 hal. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Panduan Lengkap Budidaya Kakao. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 328 hal. Roesmanto, J Kakao : Kajian Sosial Ekonomi. Aditya medika. Yogyakarta. 210 hal. Soedarsono Cara pemangkasan pada tanaman kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 12(3):

76 Sulistyowati, E Hasil identifikasi dan klarifikasi serangan hama penggerek buah kakao di Papua New Guinea. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 22 (1): Susanto, F. X Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius. Yogyakarta. 185 hal. Wahyudi, T., dan S. Abdoellah Indonesian Cocoa in 2008; Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats. justaden.blog.friendster.com. [25 November 2010]. Widodo, D Hama penggerek buah kakao (PBK). [24 Januari 2011]. Winarsih, S., dan Zaenudin Dasar-dasar fisiologi pemangkasan tanaman kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 12(3): Wood, G.A.R, and R.A. Lass Cocoa. 4 th Edition. Longman Group Ltd. London. 620 p. Wood, G.A.R Cocoa. 3 rd Edition. Longman. New York. 304 p. 62

77 63 Lampiran 1. Peta Wilayah Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah, Tahun 2011 AFDELING A AFDELING B Keterangan : : Kakao TM : tt : Karet TBM 5 (Intercrop) : tt Des '06 : Karet TBM 5 (Murni) : tt Des '06 : Karet TBM 4 : tt Des '07 : Karet TBM 3 : tt Des '08 : Karet TBM 2 : tt Des '09/ : tt Peb '10 : tt Jun '10 : Karet TBM 1 : tt Des '10 AFDELING C 63

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cilacap, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cilacap, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cilacap, Jawa Tengah Pruning Management of Cacao (Theobroma cacao L.) in Cilacap, Central Java Angela dan Darda Efendi * Departemen Agronomi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 15 Desember 2009 PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Kebun Pada awalnya PT Rumpun Sari Antan I adalah milik perusahaan asing asal Inggris yaitu NV Handel Mij Ja Wattie & Co. Ltd. yang berkantor di Tanah Abang, Jakarta. Tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) A. PENDAHULUAN Tanaman kakao/coklat termasuk dalam genus

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

Manajemen Sortasi dan Pemecahan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Jawa Tengah. Management of Handling Cocoa Pod (Theobroma cacao L.

Manajemen Sortasi dan Pemecahan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Jawa Tengah. Management of Handling Cocoa Pod (Theobroma cacao L. Manajemen Sortasi dan Pemecahan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Jawa Tengah Management of Handling Cocoa Pod (Theobroma cacao L.) in Central Java Ruswandi Rinaldo, dan M.A. Chozin 1* Departemen Agronomi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kakao Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi Perkebunan Unggulan, hal ini tergambar dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Tanaman Kakao 2.2. Morfologi Tanaman Kakao

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Tanaman Kakao 2.2. Morfologi Tanaman Kakao II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Tanaman Kakao Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian Utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A24051966 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama PEMANGKASAN KOPI Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : 19750323 200901 1 005 Penyuluh Pertama KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman PEMANGKASAN TUJUAN PEMANGKASAN Membentuk tajuk tanaman yang ideal. Membuang cabang-cabang tidak produktif, cabang sakit, tunas air, dan cabang kering. Menumbuhkan cabang-cabang produktif dalam jumlah cukup

Lebih terperinci

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING Pengertian Pembentukan dan pemangkasan tanaman merupakan bagian penting dari program pengelolaan (management) tanaman buah-buahan. Pembentukan (training)

Lebih terperinci

MANAJEMEN SORTASI DAN PEMECAHAN BUAH KAKAO [Theobroma cacao L.] DI PT RUMPUN SARI ANTAN I, CILACAP, JAWA TENGAH RUSWANDI RINALDO A

MANAJEMEN SORTASI DAN PEMECAHAN BUAH KAKAO [Theobroma cacao L.] DI PT RUMPUN SARI ANTAN I, CILACAP, JAWA TENGAH RUSWANDI RINALDO A MANAJEMEN SORTASI DAN PEMECAHAN BUAH KAKAO [Theobroma cacao L.] DI PT RUMPUN SARI ANTAN I, CILACAP, JAWA TENGAH RUSWANDI RINALDO A24070006 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Botani Tanaman Kakao Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian Utara. Penduduk yang pertama

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118 Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Dwi Suci Rahayu 1) dan Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118 Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk

Lebih terperinci

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP REKOMENDASI PENGENDALIAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO (Theobromae cocoa) di PT. PERKEBUNAN HASFARM SUKOKULON KEBUN BETINGA ESTATE KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA Christina

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors. L. Setyobudi

Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors. L. Setyobudi Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors L. Setyobudi 2013 Sistem Management lapangan Produksi dalam hubungannya dengan Mutu Produksi Tanaman Perkebunan: Budidaya Tanaman, Pengelolaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK TEKNIS NOMOR : 26/1801.013/011/B/JUKNIS/2013

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga Indonesia cocok untuk melestarikan dan memajukan pertanian terutama dalam penyediaan

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) Karterine Dewiˡ* ), Meihanaˡ, Nasrullahˡ Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang *) Corresponding

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA. Oleh : M. SANDI FACHRISAL NIM.

PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA. Oleh : M. SANDI FACHRISAL NIM. PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA Oleh : M. SANDI FACHRISAL NIM. 100 500 111 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A2400896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao memegang peranan penting dalam hal pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Komoditas ini memberikan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara, pengadaan lapangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae;

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae; II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Tinjauan Umum Tanaman Kakao Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Class: Dicotyledoneae; Ordo: Malvales; Family: Sterculiaceae;

Lebih terperinci

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan Kabupaten Probolinggo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PENINGKATAN PRODUKSI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PACLOBUTRAZOL PADA BERBAGAI KONSENTRASI Oleh WAHYU OKTAVIANI A 34104010 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci