BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Berikut merupakan spesifikasi sistem yang digunakan penulis untuk membuat dan menjalankan program aplikasi dalam melakukan pengujian metode normalisasi. Tabel 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi Perangkat Keras MotherBoard Asus P5GC-MX/1333 Clock: 200 MHz (QDR) Processor DualCore Intel Pentium E2180, Memory Storage 2000 MHz (10 x 200) 2GB 74GB Graphic Card ATI Radeon HD 5570 Monitor Spesifikasi Perangkat Lunak Sistem Operasi Framework IDE Library Samsung SyncMaster 591s/591v Microsoft Windows 7 Professional Microsoft.NET Framework RTMRel Microsoft Visual Studio C# 2010 Express AForge.NET2.2.1 EmguCV Penulis juga sudah mengujicobakan program aplikasi pada berbagai sistem operasi, seperti Windows XP SP2, XP SP3, dan Vista. Pada sistem operasi yang berbeda, program aplikasi tetap berjalan dengan baik. Untuk menjalankan program di komputer pengguna, pengguna cukup meng-install Microsoft NET 4.0 Framework.

2 Implementasi Program Aplikasi Untuk mempermudah penulis dalam implementasi pengujian, program aplikasi dibuat dalam modul-modul tugas. Konstruksi penelitian yang digunakan adalah sama seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Berikut adalah tampilan dan implementasi program aplikasi Modul Metode Normalisasi Modul ini bertujuan untuk menguji output dari metode normalisasi. Ketika program dijalankan, citra dapat di-load dengan memilih File Open Image. Selanjutnya, dengan memilih menu Source Filters atau tombol toolstrip yang ada pada window citra, metode normalisasi dapat dilakukan dan waktu pemrosesan juga ditampilkan pada bagian atas window citra output. Gambar 4.1 Tampilan program pada modul metode normalisasi

3 54 Pada gambar 4.1, diperlihatkan perbandingan output dari metode normalisasi. Sebagai contoh, output dari metode Multi-Scale Retinex ditunjukkan pada bagian kanan bawah dengan waktu pemrosesan 27 milisekon. Selanjutnya, hasil dari tiap citra wajah ternormalisasi akan disimpan dalam suatu folder terpisah dengan citra original. Pemrosesan seluruh citra menggunakan sistem yang terotomatisasi. Waktu pemrosesan juga dicatat dan disimpan pada suatu file excel. Gambar 4.2 Contoh hasil pemrosesan Multi-Scale Retinex pada database Extended Yale B yang telah disimpan dalam folder Modul Training Modul Training merupakan modul yang digunakan untuk melakukan pelatihan citra wajah. Hal yang perlu disiapkan pertama kali adalah folder yang berisi sampel citra yang ingin didaftarkan pada training set. Pendaftaran dilakukan ketika menu File Enroll Faces dipilih. Dialog untuk memilih folder training set akan dimunculkan.

4 55 Setelah folder training set dipilih, pelatihan citra akan dilakukan dengan metode Principal Component Analysis (PCA). Citra yang sudah didaftarkan dapat dilihat pada program dan dihapus dengan memilih File Clear Database jika diperlukan Modul Pencocokan Citra Citra yang sudah di-load dapat dicocokkan terhadap training set dengan memilih menu Faces Recog Match Face jika ingin mencocokkan citra tanpa melalui proses deteksi wajah dan cropping. Pada program juga terdapat menu Faces Recog Detect and Match Faces yang dapat dipilih jika proses deteksi wajah dan cropping ingin dieksekusi. Hasil keluaran dari pilihan ini adalah identitas subjek yang paling mendekati dengan citra wajah dan ditampilkan pada suatu kotak pesan. Gambar 4.3 Contoh hasil pencocokan citra yang sudah diproses dengan Multi-Scale Retinex terhadap training set

5 56 Pada gambar 4.2, citra yaleb01_p00a+085e+20 di-load. Jika citra belum dinormalisasi, sistem mengidentifikasi citra sebagai yaleb35. Setelah citra dinormalisasi dengan Multi-Scale Retinex, citra wajah dengan tepat diidentifikasi sebagai yaleb01. Untuk melakukan pengujian secara terotomatisasi, menu File Match Faces dapat dipilih. Dialog untuk memilih folder citra uji akan ditampilkan. Setelah folder citra uji dipilih, proses pencocokan antara semua citra uji terhadap semua citra pada training set akan dilakukan dan hasil identitas citra uji tersebut akan ditampilkan pada file excel. Gambar 4.4 Contoh file excel hasil dari skenario no. 36 Contoh di atas merupakan contoh hasil dari skenario no. 36 (pencocokan seluruh citra uji Multi-Scale Retinex dengan 38 subjek pada Database Extended Yale B). Terdapat 2414 baris yang menunjukkan hasil pengenalan dari setiap citra wajah. Pada baris ke-19 pada file tersebut, citra yaleb01_p00a+035e+65 (individu no.1) dikenali sebagai yaleb09_p00a-005e+10 (individu no. 9) yang berarti terjadi salah identifikasi.

6 Hasil dan Interpretasi Pengujian Sesuai dengan konstruksi penelitian yang sudah dibuat sebelumnya, berikut adalah hasil pengujian metode normalisasi dalam bentuk tabel. Tabel 4.2 Tabel hasil pengujian metode normalisasi No Database subjek Uji Metode nuji nsr %SRR (ms) % - 2. Gam % - 3. HE % - TS 4. Retinex % - 5. SSR % - 6. MSR % ,50% - 8. Gam ,12% - 9. HE ,88% - DB 10. Retinex ,63% SSR ,06% MSR ,50% % Gam % HE % - TS 16. Retinex % SSR % MSR % - E.Yale B ,25% Gam ,09% HE ,60% - DB 22. Retinex ,46% SSR ,64% MSR ,73% % Gam % HE % - TS 28. Retinex % SSR % MSR % ,34% Gam ,07% 0, HE ,42% 0,54 DB 34. Retinex ,82% 80, SSR ,82% 13, MSR ,61% 26,47

7 ,90% Gam ,21% HE ,72% - 36 DB 40. Retinex ,21% SSR ,41% MSR ,06% - Faces ,97% Gam ,12% 0, HE ,43% 0,25 72 DB 46. Retinex ,19% 22, SSR ,50% 4, MSR ,74% 7, % Gam % 0, HE ,57% 0,31 Grimace 18 DB 52. Retinex ,43% 22, SSR ,29% 4, MSR ,26% 8,01 Keterangan tabel: nuji: banyaknya citra yang diuji untuk dicocokkan dengan training set. nsr (n Successful Recognition): banyaknya citra yang berhasil dikenali dengan benar oleh PCA. %SRR (Percentage of Successful Recognition Rate): persentase keberhasilan citra uji yang berhasil dikenali dengan benar oleh PCA. Nilai persentase ini dihitung dengan membagi jumlah citra yang berhasil dikenali dengan jumlah citra uji. : waktu eksekusi rata-rata metode normalisasi untuk keselutuhan citra uji yang dilakukan sebelum ukuran citra diperkecil dalam milidetik (ms). TS (Training Set): uji citra pada training set terhadap training set untuk mengukur validitas pelatihan citra. DB (database): uji seluruh citra efektif (citra frontal yang 100% dapat terdeteksi wajah dan dalam kondisi baik) pada database terhadap training set.

8 59 Berdasarkan tabel hasil pengujian di atas, hasil interpretasi terhadap uji Training Set (TS) pada database Extended Yale B digambarkan pada grafik berikut. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Yale B 10 Yale B 19 Yale B 38 Gambar 4.5 Grafik uji training set No Mthd Gamma HE Retinex SSR MSR Grafik di atas menunjukkan bahwa citra yang berada dalam training set dapat dikenali 100% jika tidak menggunakan metode normalisasi maupun jika menggunakan metode normalisasi. Hasil ini juga tidak bergantung pada jumlah citra pada training set. Baik database Yale dengan jumlah subjek 10 orang, 19 orang, maupun 38 orang seluruhnya dapat dikenali dengan sempurna. Hasil dari pengujian ini membuktikan bahwa pelatihan PCA dapat me-recall secara sempurna seluruh citra dalam training set. Hal ini berarti pelatihan ini valid dan dapat digunakan untuk pengujian pengenalan citra. Meskipun demikian, tidak ada informasi tambahan mengenai validitas ataupun akurasi yang sama untuk citra di luar training set. Selain itu, penggunaan metode normalisasi untuk pengujian pada citra training set tidak mempengaruhi akurasi pengenalan citra. Citra tetap dikenali 100%. Hal ini belum membuktikan apapun. Hasil yang lebih akurat ditunjukkan pada skenario yang lain.

9 60 Berikut adalah grafik yang memperlihatkan hasil dari skenario pengujian untuk seluruh citra efektif pada Database Extended Yale B. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 89% 88% 85% 81% 86% 77% 74% 75% 67% 66% 60% 63% 58% 54% 52% 49% 45% 42% Yale B 10 Yale B 19 Yale B 38 No Mthd Gamma HE Retinex SSR MSR Gambar 4.6 Grafik uji citra efektif pada database Extended Yale B Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase pengenalan tanpa metode normalisasi (No Mthd) adalah paling rendah, yaitu 58%, 52%, dan 42%. Metode koreksi gamma memberikan persentase pengenalan sebesar 60%, 54%, dan 45% yang memberikan hasil selalu lebih baik namun tidak signifikan. Metode ekualisasi histogram (HE) memberikan pengaruh yang lebih baik daripada koreksi gamma, yaitu 67%, 63%, dan 49%. Selanjutnya, metode Retinex memberikan persentase yang jauh lebih baik, yaitu sebesar 81%, 77%, dan 66%. Terlihat bahwa hasil paling baik diberikan oleh metode Single-Scale Retinex (SSR) dan Multi-Scale Retinex (MSR) dengan persentase 89%, 85%, 74% untuk SSR dan persentase 88%, 86%, dan 75% untuk MSR. Persentase ini menunjukkan hasil yang signifikan lebih baik dibandingkan metode normalisasi lainnya.

10 61 Hasil yang diberikan SSR dan MSR ini memiliki selisih 1%. Dengan demikian, sulit untuk menentukan metode yang lebih baik. Parameter dari SSR dan MSR perlu diuji lebih lanjut pada penelitian yang lain. Berikut adalah grafik yang memperlihatkan hasil dari skenario pengujian untuk seluruh citra efektif pada database Faces95 (36 dan 72 subjek) dan database Grimace. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 97% 98% 96% 94% 94% 94% 98% 99% 98% 98% 98% 97% 94% 94% 94% 98% 99% 98% Faces95 36 Faces95 72 Grimace No Mthd Gamma HE Retinex SSR MSR Gambar 4.7 Grafik uji citra efektif pada database Faces95 dan Grimace Grafik di atas menunjukkan bahwa meskipun metode normalisasi tidak digunakan, pengenalan wajah dapat berlangsung dengan sangat baik, yaitu sebesar 97%, 84%, dan 98%. Hal ini dikarenakan database Faces95 dan Grimace tidak memiliki variasi iluminasi yang signifikan. Dapat dilihat pada grafik bahwa pada database Faces95 dengan subjek 36, metode SSR memiliki persentase keberhasilan pengenalan wajah sebesar 96% yang lebih rendah 1% dibandingkan dengan jika metode tidak digunakan. Hal ini memperlihatkan bahwa

11 62 metode normalisasi dapat memberikan pengaruh negatif. Namun, secara keseluruhan, penggunaan metode normalisasi pada citra database ini tidak mempengaruhi pengenalan wajah secara signifikan dengan selisih persentase yang diberikan adalah 2%, sehingga metode normalisasi dapat digunakan pada sistem pengenalan wajah jika tidak terdapat variasi iluminasi. Berikut adalah grafik yang memperlihatkan waktu permosesan rata-rata (dalam milisekon) metode normalisasi pada database Extended Yale B, Faces95, dan Grimace Ext. Yale B Faces95 Grimace No Method Gamma HE Retinex SSR MSR Gambar 4.8 Grafik waktu pemrosesan rata-rata (dalam ms) metode normalisasi Dapat dilihat pada grafik bahwa metode koreksi gamma dan ekualisasi histogram melakukan pemrosesan paling cepat, yaitu sekitar 0.2 milisekon hingga 0.5 milisekon pada citra database Extended Yale B, Faces95, dan Grimace. Waktu pemrosesan pada database Extended Yale B lebih lama karena ukuran citra wajah yang diproses lebih besar, yaitu 168x192 pixel, sedangkan ukuran wajah hasil cropping dari database Faces95 dan Grimace cenderung lebih kecil dari citra Yale dan cenderung bervariasi.

12 63 Waktu pemrosesan Retinex paling lama dari semua metode normalisasi, yaitu 80ms, 23ms, dan 23ms. Hal ini disebabkan karena metode Retinex membutuhkan jalur untuk melewati pixel secara random, sehingga jalur yang dipilih haruslah panjang. Metode SSR membutuhkan waktu pemrosesan 13ms, 4ms, dan 5ms, sedangkan metode MSR cenderung membutuhkan waktu pemrosesan 2 kali lipat dibandingkan SSR. Hal ini sesuai perkiraan sebelumnya, karena pada MSR dipilih jumlah skala adalah 2 sedangkan SSR hanya memiliki satu skala. Berikut diringkaskan perbandingan antara metode normalisasi. Persentase keberhasilan pengenalan wajah dirata-ratakan dari semua skenario dengan subjek berbeda pada database Extended Yale B. Waktu pemrosesan dirata-ratakan dari semua skenario dari semua database. Sebagai contoh, %SSR (Successful Recognition Rate) dari MSR dihitung dengan 88% 86% 75% 3. Selanjutnya, setiap nilai tersebut akan direpresentasikan relatif terhadap metode ekualisasi histogram. Tabel 4.3 Perbandingan %SSR dan metode normalisasi serta nilai relatifnya dengan ekualisasi histogram Indikator Gamma HE Retinex SSR MSR %SSR 53% 60% 75% 83% 83% %SSR ms 0.37 ms 42 ms 7.33 ms 14 ms Dibandingkan dengan ekualisasi histogram, metode MSR memiliki persentase keberhasilan pengenalan wajah 1,38 kali lebih baik, namun memiliki waktu pemrosesan 37,84 kali lebih lama. Dengan melihat metode SSR yang memiliki persentase yang sama dengan MSR dan waktu yang lebih cepat, metode SSR dapat dikatakan memiliki performa yang lebih baik dari MSR.

13 Analisis Multi-Scale Retinex Untuk dapat mengetahui cara kerja Multi-Scale Retinex dan dapat mengimplementasikan Multi-Scale Retinex pada lingkungan yang sebenarnya, penulis merasa perlu untuk melakukan analisis lebih lanjut terhadap metode metode tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab 2, formula Multi-Scale Retinex (MSR) adalah dengan, log, log,,, dan merupakan setiap channel dari R, G, dan B. Citra yang diproses dalam pengujian merupakan citra grayscale sehingga simbol dapat dihilangkan. Formula MSR dapat dijabarkan menjadi: log, log,,, log, log,,,... log, log,,, Karena 1, maka formula di atas dapat disederhanakan menjadi: log, log,,, log,,,... log,,, Dengan penyederhanaan di atas, perhitungan log, cukup dihitung sekali untuk setiap pixel, sehingga dapat mempersingkat waktu komputasi yang dibutuhkan. Meskipun sudah dapat mempersingkat waktu komputasi, secara keseluruhan waktu yang dibutuhkan oleh MSR bergantung dari waktu pemrosesan untuk menghasilkan citra Gaussian. Semakin besar sigma, maka fungsi sekitar akan memperbesar lebar kernel yang

14 65 dibutuhkan untuk konvolusi sehingga waktu yang dibutuhkan akan lebih lama. Sebagai perbandingan, metode ekualisasi histogram menghitung frekuensi setiap pixel dengan membentuk histogram, kemudian memodifikasi pixel-pixel tersebut sesuai frekuensi tersebut. Oleh karenanya, kompleksitas yang dibutuhkan untuk ekualisasi histogram adalah 2x x dengan dan merupakan sebagai lebar dan tinggi citra. Sedangkan untuk MSR, jika jumlah skala ( ) adalah 1, sigma adalah 8 dan dengan asumsi lebar kernel yang digunakan adalah 9 (lebar kernel haruslah ganjil), maka kompleksitas algoritma dari MSR adalah x9x9x x 81x x yaitu membutuhkan 40 kali lebih lama daripada ekualisasi histogram. Untuk mempersingkat kompleksitas yang dibutuhkan, maka modifikasi proses konvolusi ini perlu dilakukan, yaitu dengan memperkecil nilai, dan lebar kernel. Sedangkan untuk metode koreksi gamma, metode ini membuat tabel pemetaan untuk setiap byte kemudian melakukan modifikasi pixel, sehingga kompleksitasnya adalah 255. Kompleksitas metode Retinex statis adalah x ) dengan adalah jumlah jalur dan adalah jumlah pixel yang dilalui untuk setiap jalur, sehingga pada penelitian ini kompleksitas Retinex adalah x100 25x x. Pada hasil penelitian menunjukkan hal yang berbeda, yaitu waktu yang dibutuhkan Retinex statis adalah sekitar 100 kali lebih besar daripada ekualisasi histogram. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan jalur secara random pada perulangan masih kompleks. Source code bisa dilihat pada lampiran. Menurut Barnard et al. (Barnard & Funt, p. 1), selain untuk mendapatkan pendekatan reflektansi absolut (color constancy), MSR juga melakukan kompresi jarak dinamis dan mempertajam kontras (Rahman, 1995). Pada literatur tersebut, efek yang diberikan MSR hanya dilihat secara visual. Untuk dapat memperlihatkan hal ini, penulis

15 66 memberi ilustrasi dalam bentuk tabel untuk memperlihatkan hubungan antara, sebagai intensitas citra sumber dan,,, sebagai intensitas dari citra sekitarnya. Untuk mempermudah analisis, digunakan 1 sehingga MSR dapat dilihat sebagai Single-Scale Retinex (SSR) serta diambil sampel diskrit pada intensitas dengan kedalaman 8 bit dari byte 0 hingga 255. Tabel 4.4 Nilai perkiraan log, log,,,, (byte),,, dalam byte Isi dari tabel di atas merupakan hasil dari log, log,,, sebagai algoritma SSR. Untuk menghindari nilai 0 pada log, maka pada perhitungan logaritma, dan,,, ditambah dengan 1. Hasil dari algoritma SSR tersebut berada pada interval -2,408 dan Dengan menggunakan prinsip normalisasi atau contrast streching (Gonzalez & Woods, 2002, p. 85), nilai tersebut dipetakan ke byte 0 hingga 255. Normalisasi ini bergantung secara global dengan melihat keseluruhan pixel pada citra dan hasilnya bisa berbeda-beda untuk tiap citra, sehingga nilai pada tabel 4.3 merupakan nilai perkiraan jika citra sumber memiliki jarak dinamis yang lebar (memiliki semua rentang nilai pixel dimulai dari 0 hingga 255). Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa SSR juga melakukan kompresi jarak dinamis citra. Intensitas yang gelap (0, 32, 64, dan 96) akan cenderung meningkat,

16 67 sedangkan intensitas terang (160, 192, 224, 255) akan cenderung menurun. Algoritma SSR juga memiliki sifat mempertajam kontras citra. Sebagai contoh, jika intensitas sumber adalah 64 dan nilai intensitas sekitarnya lebih rendah dari 64 (misalnya 32), maka output dari SSR akan meningkat secara signifikan (64 menjadi 159). Sebaliknya, jika intensitas sekitarnya lebih tinggi dari 64 (misalnya 160), maka peningkatannya tidak signifikan (64 menjadi 86). Masalah yang dihadapai oleh algoritma SSR adalah pengabu-abuan pixel. Jika nilai intensitas sumber dan nilai intensitas sekitarnya relatif sama (misalnya 64 dengan 64 dan 96 dengan 96), maka output SSR akan menjadi abu-abu (intensitas 128). Masalah ini lebih sering dijumpai jika skala yang digunakan adalah rendah ( < 8) karena area sekitarnya relatif kecil. Selain itu, SSR bisa menimbulkan efek halo, yaitu munculnya cahaya putih pada sekeliling objek, yang disebabkan karena intensitas sekitarnya yang gelap (misalnya 0) sehingga menghasilkan output intensitas yang tinggi. Berdasarkan pengamatan histogram, frekuensi intensitas dari MSR akan terlihat menyebar dari nilai 0 hingga 255 karena efek peningkatan kontras, namun lebih memuncak di tengah (sekitar 128) sebagai akibat dari efek kompresi dinamis dari MSR. Seringkali, histogram pada MSR meningkat di pixel 0 dan 255 karena efek halo dari MSR. Sebagai perbandingan, metode ekualisasi histogram juga akan menyebarkan frekuensi pixel pada citra sesuai dengan distribusi kumulatif histogram. Metode ekualisasi histogram akan mempertahankan jumlah frekuensi pixel dari histogram awalnya. Metode Retinex statis dan koreksi gamma secara umum akan meningkatkan kecerahan citra, sehingga histogram akan terlihat bergeser ke kanan. Untuk lebih jelasnya, citra dan histogram dapat dilihat pada lampiran.

17 68 Walaupun jarang, MSR bisa menimbulkan distorsi warna yang tidak diharapkan, misalnya hijau menjadi biru. Hal ini dikarenakan MSR bekerja pada channel R, G, dan B yang terpisah. Untuk mengatasi hal ini, menurut Funt et al. (1997) MSR dimodifikasi menjadi Luminance-Based Multi-Scale Retinex (LMSR) yang dikatakan lebih baik daripada MSRCR (Multi-Scale Retinex with Color Restoration). Pada LMSR, algoritma bekerja pada channel grayscale yang selanjutnya output dari grayscale tersebut digunakan untuk memodifikasi pixel dari channel warna R, G, dan B. Penelitian pada skripsi ini belumlah melibatkan LMSR karena citra yang diolah berformat grayscale, namun peranan LMSR menjadi penting jika citra yang digunakan merupakan citra warna. Berdasarkan sifat-sifat penskalaan pada MSR, dapat diketahui bahwa MSR bersifat lokal. Dengan demikian, pemrosesan untuk setiap pixel MSR hanya memperhitungkan area sekitar pada pixel tersebut. Semakin besar parameter sigma, maka semakin besar area lokalnya. Berbeda dengan metode ekualisasi histogram yang memperhatikan histogram, histogram dibuat secara global dengan melihat seluruh frekuensi seluruh pixel pada citra. Dengan melihat sifat ini, metode ekualisasi histogram sangat dipengaruhi oleh latar. Hal ini merupakan kelebihan dari MSR karena MSR tidak dipengaruhi latar. Namun, sebagai timbal baliknya, MSR memiliki kelemahan dalam pemrosesan citra yang ukurannya berbeda. Sebagai contoh, citra original dengan ukuran pixel 400x400 pixel yang diperkecil lalu diproses akan memiliki output yang berbeda dengan citra yang diproses terlebih dahulu kemudian diperkecil. Hal ini disebabkan karena nilai sigma MSR dianggap tetap (ukuran area sekitar adalah tetap) namun ukuran citra berubah sehingga area yang diproses pada citra sebelum dan sesudah diperkecil akan berbeda.

18 Usulan Penerapan Berdasarkan hasil pengujian dan analisis metode normalisasi, penulis memberi usulan agar bisa diterapkan pada lingkungan yang sebenarnya dan tidak terkonstrain yaitu sebagai berikut. 1. Pada sistem pengenalan wajah, algoritma Single-Scale Retinex (SSR) dapat digunakan untuk menormalisasikan iluminasi pada citra. Namun, pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah variasi iluminasi yang terdapat pada lingkungan pengambilan citra. Jika variasi iluminasi sangat tinggi, metode SSR sangat baik untuk digunakan dalam pemrosesan. Sebaliknya, jika variasi iluminasinya sedikit, metode ekualisasi histogram memiliki performa yang lebih baik. 2. Metode SSR memiliki kompleksitas yang tinggi pada penelitian ini, yaitu sekitar 20 kali lebih besar daripada ekualisasi histogram. Penggunaan SSR memungkinkan jika kecepatan processor tinggi atau mengurangi frame rate pada kasus video. Penurunan frame rate pada video ini perlu dipertimbangkan terutama jika pergerakan objek memiliki kecepatan yang tinggi, namun tidak menjadi masalah yang berarti jika pergerakan objeknya rendah. 3. Nilai skala SSR yang digunakan pada penelitian ini adalah 8. Namun, skala ini tidak konsisten untuk semua objek yang diambil kamera karena SSR bergantung pada resolusi citra. Oleh karenanya, nilai ini perlu diatur sesuai dengan resolusi kamera atau dibuat dinamis sesuai dengan ukuran objek yang diambil. Pengujian langsung di lapangan sangat dibutuhkan. 4. Pendekatan aktif, misalnya mengatur iluminasi langsung pada lingkungan pengambilan objek, juga perlu dipertimbangkan sebagai solusi alternatif.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Masalah Penelitian M asalah-masalah penelitian yang dihadapi oleh penulis berawal dari penelitianpenelitian terdahulu, yaitu sebagai berikut. 1. Iluminasi yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Adapun spesifikasi komputer yang digunakan penulis dalam melakukan simulasi pada aplikasi penelitian pengenalan citra wajah dengan variasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Computer Vision Computer Vision adalah suatu bidang ilmu yang bertujuan untuk mendeskripsikan dunia yang dilihat dalam satu atau lebih citra dan merekonstruksikan properti-properti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi komputer yang digunakan dalam melakukan simulasi pada aplikasi perancangan pencarian daftar hitam dengan deteksi wajah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. Program yang telah dibuat melakukan proses deteksi dan pembelajaran. Proses deteksi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. Program yang telah dibuat melakukan proses deteksi dan pembelajaran. Proses deteksi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM 4.1 Implementasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Hardware Program yang telah dibuat melakukan proses deteksi dan pembelajaran. Proses deteksi pada gambar tidak bergerak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk membuat sebuah aplikasi untuk mengatur kontras pada gambar secara otomatis. Dan dapat meningkatkan kualitas citra

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini dibahas mengenai implementasi serta evaluasi terhadap metode transformasi wavelet dalam sistem pengenalan sidik jari yang dirancang. Untuk mempermudah evaluasi,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI SMART READER

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI SMART READER BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI SMART READER Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai implementasi dan evaluasi dari program aplikasi Smart Reader ini. Adapun implementasi dan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Lunak Aplikasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang dibutuhkan agar dapat menjalankan aplikasi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK Pemrosesan gambar secara digital telah berkembang dengan cepat. Pengolahan gambar ini didukung dengan kemajuan teknologi perangkat keras yang signifikan. Produk produk pengolah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi yang digunakan dalam menjalankan sistem kontrol akses berbasis real time face recognition dan gender information ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 68 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Algoritma Pengujian dilakukan untuk mendapatkan algoritma yang paling optimal dari segi kecepatan dan tingkat akurasi yang dapat berjalan secara real time pada smartphone

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Webcam Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media yang berorientasi pada image dan video dengan resolusi tertentu. Umumnya webcam adalah sebuah perngkat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA

IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA Murinto 1), Eko Aribowo, Elena Yustina Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email : murintokusno@yahoo.com

Lebih terperinci

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini, pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi sistem meliputi kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk melakukan perancangan

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Aplikasi Pada bagian ini, Penulis akan menjelaskan kebutuhan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak, serta menjelaskan bagaimana cara program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini penggunaan citra digital semakin meningkat karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh citra digital tersebut, antara lain kemudahan dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Kerangka Pikir Pengenalan wajah merupakan suatu teknologi dalam dunia kecerdasan buatan agar komputer dapat meniru kemampuan otak manusia dalam mendeteksi dan mengenali

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjelaskan mengenai tahapan analisis dan perancangan sistem yang akan dikembangkan, yaitu Sistem Identifikasi Buron. Bab ini terbagi atas 5 bagian yang

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deteksi kulit manusia berperan penting dan digunakan secara luas sebagai langkah awal pada aplikasi pengolahan citra seperti gesture analysis, content based

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dari perangkat keras (Tabel 4.1) dan perangkat lunak (Tabel 4.2). Berikut adalah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dari perangkat keras (Tabel 4.1) dan perangkat lunak (Tabel 4.2). Berikut adalah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem yang digunakan dalam pembuatan program aplikasi ini terdiri dari perangkat keras (Tabel 4.1) dan perangkat lunak (Tabel 4.2). Berikut

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 84 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi sistem yaitu spesifikasi sistem dan cara menggunakan aplikasi segmentasi citra dengan menggunakan metode Fuzzy C- Means

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. perangkat lunak yang sama untuk semua pengujian. analisa citra bioinformatika ini dalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. perangkat lunak yang sama untuk semua pengujian. analisa citra bioinformatika ini dalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Spesifikasi Sistem Perangkat analisis citra bioinformatika ini menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang sama untuk semua pengujian. 4.1.1 Spesifikasi Perangkat

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Untuk mengetahui manfaat dari aplikasi backup dan restore ini, perlu dilakukan suatu implementasi. Implementasi yang benar dan tepat sasaran memerlukan pula ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Jones, kami membuat sebuah aplikasi sederhana, dengan spesifikasi perangkat lunak

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Jones, kami membuat sebuah aplikasi sederhana, dengan spesifikasi perangkat lunak BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Aplikasi Pengujian Untuk menguji kecepatan dan keakuratan metode pendeteksian wajah Viola Jones, kami membuat sebuah aplikasi sederhana, dengan spesifikasi perangkat

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Tahapan analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum masuk ke tahapan perancangan. Tujuan dilakukannya analisis terhadap suatu sistem

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Sinar Monika 1, Abdul Rakhman 1, Lindawati 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat keras yang dibutuhkan sebagai berikut: a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi;

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat keras yang dibutuhkan sebagai berikut: a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi; BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem informasi geografi untuk aplikasi ini terbagi menjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1 Perangkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap instansi, terutama instansi pendidikan tinggi yang memiliki kegiatan secara rutin setiap harinya selalu mengadakan proses pendidikan dengan cara melakukan tatap

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Sistem-sistem pendukung yang digunakan oleh penulis dalam menjalankan aplikasi yang telah dirancang ini dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok hardware

Lebih terperinci

PENGHITUNG JUMLAH MOBIL MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN INPUT VIDEO DIGITAL

PENGHITUNG JUMLAH MOBIL MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN INPUT VIDEO DIGITAL PENGHITUNG JUMLAH MOBIL MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN INPUT VIDEO DIGITAL Mawaddah Aynurrohmah, Andi Sunyoto STMIK AMIKOM Yogyakarta email : andi@amikom.ac.id Abstraksi Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan kamera digital sebagai alat untuk mengambil citra saat ini sudah banyak digunakan karena kepraktisannya, terkadang hasil citra memiliki tampilan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Adapun spesifikasi komputer yang digunakan pada aplikasi penelitian pengenalan ekspresi wajah ini seperti pada tabel Tabel 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek[11]. Suatu citra diperoleh dari penangkapan kekuatan sinar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memanfaatkan ciri wajah yang telah tersimpan pada database atau wajah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memanfaatkan ciri wajah yang telah tersimpan pada database atau wajah BAB I 1. asd PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi di bidang informasi khususnya dengan menggunakan komputer telah berkembang, hal ini menyebabkan banyak aplikasi baru

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MEMPERBAIKI CITRA DIGITAL

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MEMPERBAIKI CITRA DIGITAL PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MEMPERBAIKI CITRA DIGITAL 1. Pendahuluan Citra / gambar merupakan hal yang vital dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Pada kepentingan tertentu,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) a. Processor Intel Pentium 4. b. Hard Disk Drive 50 Gb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) a. Processor Intel Pentium 4. b. Hard Disk Drive 50 Gb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) Spesifikasi Perangkat Keras minimum yang diperlukan untuk menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam BAB PEMBAHASAN.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi karyawan berdasarkan input citra hasil capture webcam. Sistem akan melakukan posting

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. implementasi dari program aplikasi yang dibuat. Penulis akan menguraikan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. implementasi dari program aplikasi yang dibuat. Penulis akan menguraikan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM Dari hasil perancangan yang dilakukan oleh penulis, pada bab ini disajikan implementasi dari program aplikasi yang dibuat. Penulis akan menguraikan spesifikasi sistem

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1), S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai berbagai teknik perbaikan citra pada domain spasial, antara lain : Transformasi

Lebih terperinci

PROTOTYPE PENGENALAN WAJAH MELALUI WEBCAM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PRICIPAL COMPONENT ALAYSIS (PCA) DAN LINIER DISCRIMINANT ANALYSIS (LDA)

PROTOTYPE PENGENALAN WAJAH MELALUI WEBCAM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PRICIPAL COMPONENT ALAYSIS (PCA) DAN LINIER DISCRIMINANT ANALYSIS (LDA) PROTOTYPE PENGENALAN WAJAH MELALUI WEBCAM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PRICIPAL COMPONENT ALAYSIS (PCA) DAN LINIER DISCRIMINANT ANALYSIS (LDA) Jemmy E.Purwanto Jemmy.e.Purwanto@Gmail.com Pembimbing I :

Lebih terperinci

Alat Koresi Warna & Tonal

Alat Koresi Warna & Tonal BAB 4 Alat Koresi Warna & Tonal Keserasian warna dan tonal menjadi hal yang sangat penting dalam dunia desain grafis karena menentukan indah atau tidaknya sebuah gambar yang dibuat. Bukan saja untuk dunia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri:

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri: BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Retrival Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri: 1. Kategori Gajah Gambar 4.1 Hasil kueri kategori gajah dengan histogram biasa 48 Gambar 4.2

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK Berkembangnya teknologi informasi pasti menimbulkan masalah dalam pengamanan informasi. Salah satu cara untuk mengamankan informasi dapat dilakukan dengan autentikasi terhadap

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakang Penggunaan satelit landsat adalah salah satunya sebagai alat untuk mengambil citra bumi dari luar angkasa, data citra tersebut banyak kegunaannya seperti untuk

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM. dengan struktur yang sederhana dengan algoritma yang rumit, sehingga

BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM. dengan struktur yang sederhana dengan algoritma yang rumit, sehingga 38 BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM 4.1 Perancangan Program Aplikasi 4.1.1 Bentuk Program Perancangan program cutting stock problem solver tergolong program dengan struktur yang sederhana dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini dibahas mengenai implementasi aplikasi yang telah dibuat dan evaluasi terhadap aplikasi Multivariate Statistical Process Control. 4.1 Spesifikasi Kebutuhan

Lebih terperinci

Normalisasi Iluminasi Citra Wajah Dengan Menggunakan Varian Retinex Dan Histogram Remapping Pada Pengenalan Wajah Berbasis Eigenspace

Normalisasi Iluminasi Citra Wajah Dengan Menggunakan Varian Retinex Dan Histogram Remapping Pada Pengenalan Wajah Berbasis Eigenspace Normalisasi Iluminasi Citra Wajah Dengan Menggunakan Varian Retinex Dan Histogram Remapping Pada Pengenalan Wajah Berbasis Eigenspace Rita Dwi Handayani Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan Gambar 8 Struktur PNN. 1. Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Diagram Blok Sistem Rancangan perangkat keras dari aplikasi pengenalan wajah ini dapat dilihat pada diagram blok Gambar 3.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan informasi yang tepat, akurat dan cepat semakin dibutuhkan oleh semua orang dengan intensitas yang semakin meningkat seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih locker

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih locker BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Pada perancangan tugas akhir ini menggunakan metode pemilihan locker secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

Lebih terperinci

TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR

TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR DWI ACHTI NOVIATUR R. 2208100656 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Wirawan, DEA (Ir. Hendra Kusuma, M.Eng) PIE Problem Representasi Citra

Lebih terperinci

3.2.1 Flowchart Secara Umum

3.2.1 Flowchart Secara Umum BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui dan memahami permasalahan dari suatu sistem yang akan dibuat. Dalam aplikasi menghilangkan derau

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Algoritma yang telah dirancang, akan diimplementasikan dalam program simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang BAB IV PENGUJIAN SISTEM Sistem yang di ujicoba merupakan dari hasil program yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan citra dari WebCam, pengolahan citra yang dimulai dengan update citra kondisi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini dibahas mengenai implementasi dan evaluasi dari program kompresi video yang telah dibuat. Implememtasi dan evaluasi menggunakan file video yang dibuat sendiri

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. bagian dekompresi dan bagian client server yang dapat melakukan kompresi dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. bagian dekompresi dan bagian client server yang dapat melakukan kompresi dan 1 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Program Program kompresi data ini terdiri dari beberapa bagian. Bagian kompresi, bagian dekompresi dan bagian client server yang dapat melakukan kompresi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berdasarkan hasil analsis dan perancangan serta pengujian sistem aplikasi yang akan ditawarkan kepada instansi, maka dapat ditampilkan beberapan screen

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini disajikan hasil pengujian program beserta spesifikasi sistem yang di gunakan dalam pengujian program steganografi dengan menggunakan metode MELSBR. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN PROGRAM

BAB 4 PERANCANGAN PROGRAM BAB 4 PERANCANGAN PROGRAM 4.1 Spesifikasi Sistem Untuk mengimplementasikan aplikasi ini diperlukan adanya beberapa komponen pendukung, yaitu konfigurasi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Pada penelitian tugas akhir ini ada beberapa tahapan penelitian yang akan dilakukan seperti yang terlihat pada gambar 3.1 : Mulai Pengumpulan Data Analisa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis III.1.1 Analisis Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, keamanan dalam berteknologi merupakan hal yang sangat penting. Salah satu cara mengamankan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJI COBA. Pengenalan Pola dengan Algoritma Eigen Image, dibutuhkan spesifikasi

BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJI COBA. Pengenalan Pola dengan Algoritma Eigen Image, dibutuhkan spesifikasi BAB IV IMPLEMENTASI DAN UJI COBA 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan implementasi dan menjalankan aplikasi Model Pengenalan Pola dengan Algoritma Eigen Image, dibutuhkan spesifikasi perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. B fch a. d b

HASIL DAN PEMBAHASAN. B fch a. d b 7 dengan nilai σ yang digunakan pada tahap pelatihan sebelumnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat akurasi SVM terhadap citra yang telah diprediksi secara benar dan tidak benar oleh model klasifikasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital. PSNR Histogram Nilai perbandingan antara intensitas maksimum dari intensitas citra terhadap error citra. Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan perangkat lunak dari sistem biometrik sidik jari dibuat dibagi menjadi 2 module utama yakni : module enhencement sidik jari berikut aplikasi penyimpanan kedalam database

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 95 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk menjalankan aplikasi ini dengan baik adalah sebagai

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang implementasi dan pengujian dari sistem yang dikembangkan berdasarkan hasil perancangan yang didapat pada BAB IV. V.1 Implementasi V.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor Intel Pentium IV atau lebih tinggi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor Intel Pentium IV atau lebih tinggi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk dapat menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

One picture is worth more than ten thousand words

One picture is worth more than ten thousand words Budi Setiyono One picture is worth more than ten thousand words Citra Pengolahan Citra Pengenalan Pola Grafika Komputer Deskripsi/ Informasi Kecerdasan Buatan 14/03/2013 PERTEMUAN KE-1 3 Image Processing

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI. Fraktal cukup rendah. Proses pembuatan di jalankan pada Komputer 1 dan diuji-cobakan pada. Monitor: VGA 15 resolusi 1024 x 768

BAB 4 EVALUASI. Fraktal cukup rendah. Proses pembuatan di jalankan pada Komputer 1 dan diuji-cobakan pada. Monitor: VGA 15 resolusi 1024 x 768 BAB 4 EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras Kebutuhan perangkat keras untuk Perangkat lunak Generator Gambar dan Musik Fraktal cukup rendah. Proses pembuatan di jalankan pada Komputer 1 dan diuji-cobakan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi pengolahan citra semakin pesat. Salah satu bidang pengolahan citra tersebut adalah bidang identifikasi citra

Lebih terperinci