PENGARUH PENGGUNAAN BIAYA STANDAR KOMPONEN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN LABA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGGUNAAN BIAYA STANDAR KOMPONEN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN LABA"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGGUNAAN BIAYA STANDAR KOMPONEN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN LABA (Studi Kasus : Usaha Mikro Pembuatan Sepatu Sandal Maju Bersama di Kampung Nambo, Desa Sukajaya, Ciapus, Kabupaten Bogor) Oleh FUJI TYAS NASTITI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN FUJI TYAS NASTITI. H Pengaruh Penggunaan Biaya Standar Komponen Biaya Produksi Terhadap Peningkatan Laba (Studi Kasus : Usaha Mikro Pembuatan Sepatu Sandal Maju Bersama di Kampung Nambo, Desa Sukajaya, Ciapus, Kabupaten Bogor. Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. UKM Pembuatan Sepatu Sandal Maju Bersama adalah salah satu UKM pengrajin Sepatu Sandal di sentra Sepatu Sandal kota Bogor tepatnya di desa Nambo, Ciapus. UKM Maju Bersama ini memiliki keterbatasan dalam upaya peningkatan laba karena UKM ini hanya dapat menjadi price taker. Oleh karena itu diperlukan cara lain untuk meningkatkan laba, yaitu dengan efisiensi biaya produksi menggunakan biaya standar. Sehingga perlu dianalisis bagaimanakah sistem penerapan standar biaya produksi pada UKM ini dan pengaruh efisiensi komponen biaya produksi, yaitu bahan baku langsung (BBL), tenaga kerja langsung (TKL) dan overhead pabrik (BOP), dengan menggunakan biaya standar terhadap peningkatan laba. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui bagaimana penerapan standar biaya produksi yang dilakukan oleh UKM Maju Bersama. (2) Mengetahui pengaruh efisiensi komponen biaya produksi dengan biaya standar terhadap peningkatan laba. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan metode wawancara dan data historis berupa nota belanja. Dan data sekunder yang diperoleh melalui studi literature, dan referensi lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Analisis yang dilakukan adalah analisis regresi linier berganda. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 15. Hasil dari penelitian ini menunjukkan penerapan standar yang dilakukan UKM Maju Bersama belum dilakukan secara formal. Untuk pengaruh penggunaan biaya standar terhadap peningkatan laba menunjukkan hasil persamaan : Laba = TKL BOP hasil diatas menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya TKL berarti diiringi dengan peningkatan kapasitas produksi, karena sistem pengupahan yang dilakukan adalah dengan sistem borongan. Peningkatan kapasitas produksi berarti juga peningkatan pada penjualan karena perusahaan menggunakan sistem pesanan dimana jumlah yang diproduksi adalah jumlah yang terjual yang pada akhirnya turut meningkatkan laba.

3 PENGARUH PENGGUNAAN BIAYA STANDAR KOMPONEN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN LABA (Studi Kasus : Usaha Mikro Pembuatan Sepatu Sandal Maju Bersama di Kampung Nambo, Desa Sukajaya, Ciapus, Kabupaten Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh : FUJI TYAS NASTITI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

4 Judul Skripsi Nama NIM : Pengaruh Penggunaan Biaya Standar Komponen Biaya Produksi Terhadap Peningkatan Laba (Studi Kasus : Usaha Mikro Pembuatan Sepatu Sandal Maju Bersama di Kampung Nambo, Desa Sukajaya, Ciapus Kabupaten Bogor) : Fuji TyasNastiti : H Menyetujui, Pembimbing (Farida Ratna Dewi, S.E., M.M.) NIP: Mengetahui, Ketua Departemen : (Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP: Tanggal Lulus:

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Februari 1990 di Bogor, dan dibesarkan di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak sulung dari pasangan Agus Wahyudi Margono (Alm) dan Ratna Pujawati. Memiliki dua orang adik yaitu Muhammad Fathan dan Hestyana Wayangkau. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri Semeru IV Bogor, dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bogor, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB pada tanggal 30 Juni Selama menjadi mahasiswa di IPB penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan berbagai kegiatan kemahasiswaan di kampus IPB diantaranya menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa UNI Konservasi Fauna pada Divisi Primata pada 2009, dan juga anggota Biro BEM Corporation Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM IPB Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan di FEM IPB seperti acara PUJANGGA 2010, ESPRESSO 2010, GREENATION 2010, Business Plan Competition 2011 dan JUST! Penulis juga mendapatkan prestasi diantaranya juara 2 Cooking Competition Nutrition Fair Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB 2010 dan 15 Besar Business Plan Competition MBA ITB Jakarta Penulis juga pernah melaksanakan magang di Bank Indonesia Direktorat Logistik dan Pengamanan, Tim Pelaksanaan Logistik 2 Jakarta. iv

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah,rahmat, dan pertolongan-nya saya mampu menyelesaikan Skripsi dengan judul Pengaruh Penggunaan Biaya Standar Komponen Biaya Produksi Terhadap Peningkatan Laba (Studi Kasus : Usaha Mikro Pembuatan Sepatu Sandal MajuBersama di Kampung Nambo, Desa Sukajaya, Ciapus Bogor) sebagai salahsatu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada DepartemenManajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.Skripsi ini membahas tentangbagaimana biaya standar yang telah ditetapkan pada komponen biaya produksi dapat mempengaruhi peningkatan laba di UKM Maju Bersama di Kampung Nambo, Desa Sukajaya, Ciapus Bogor. Skripsi ini juga membandingkan antara biaya yang telah distandarkan dengan biaya aktual yang dikeluarkan. Analisis pengaruh dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dariberbagai pihak. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapatpada skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bogor, April 2012 Penulis v

7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu: 1. Ibu Tercinta, Ibu Ratna Pujawati atas semua dukungan, bantuan, dan kasih sayang yang tidak terhingga selama ini. 2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan dukungan, koreksi, saran, motivasi,dan memberikan pengarahan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Ali Mutasowifin, SE, M.Ak dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM. yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada sidang skripsi ini dan memberikan banyak masukan yang mambangun bagi skripsi ini. 4. Om Syarif Hidayat dan Tante Irma Yanthy yang telah banyak memberikan dukungan dalam proses perkuliahan dan pembuatan skripsi ini. 5. Bapak Endang dari UKM Maju Bersama yang telah membantu dalam memperoleh data penelitian dan memberikan banyak informasi serta pengetahuan mengenai praktik usaha UKM Maju Bersama Ciapus Bogor. 6. Seluruh karyawan di UKM Maju Bersama atas segala bantuan dalam proses penelitian. 7. Seluruh staf pengajar dan staf penunjang Departemen Manajemen yang telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas dan mempermudah proses dalam penelitian penulis. 8. Teman teman terdekat Nisa Ulkaromah, Ria Septiani, Niear Rindy Afrillia dan teman teman GURAME lainnya yang telah setia menemani dan memberikan dukungan selama ini. vi

8 9. Teman-teman satu bimbingan yang telah memberkan banyak masukan, semangat, dan bertukar pikiran mengenai skripsi ini. 10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu selama penyusunan skripsi ini. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah didapatkan penulis. Tidak hanya terkait dalam bidang penelitian, tetapi juga berbagai masukan bagi pengembangan diri penulis, terutama pembentukan attitude dan softskills yang baik. Akhir kata pada skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Bogor, April 2012 Penulis vii

9 RINGKASAN DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... viii Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Biaya Pengertian Biaya Jenis Jenis Biaya Konsep Biaya Produksi Pengertian Biaya Produksi Klasifikasi Biaya Produksi Konsep Biaya Standar Pengertian Biaya Standar Tujuan Penetapan Biaya Standar Penetapan Standar KonsepLaba Pengertian dan Karakteristik Laba Pengertian dan Ciri Usaha Mikro Analisis Regresi Linier Berganda Analisis Korelasi Analisis Varians HasilPenelitianTerdahulu III. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Metode Analisis Data iv v vi viii x xi xii

10 Analisis Regresi Linier Berganda Tujuan Menggunakan Analisis Regresi Berganda Asumsi Persyaratan Penggunaan Model Regresi Linieritas Pengujian Hipotesis Distribusi F Pada Model Regresi Berganda Karakteristik Model yang Baik Analisis Korelasi Analisis Varians Analisis Deskriptif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Sejarah UKM PembuatanSepatu Sandal Maju Bersama Tujuan dan Struktur Organisasi Proses Produksi Sepatu Sandal Penentuan Biaya Standar Biaya Produksi Biaya Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Penetapan Standar Analisis Regresi Linier Berganda UjiKorelasi Uji Regresi Linier Berganda Uji Normalitas Residu Uji Autokorelasi Uji Multikolinieritas Uji Homoskedastisitas PengambilanKeputusan Uji F Uji T AnalisisVarians Analisis Varians Baku Langsung Analisis Varians Tenaga Kerja Langsung Analisis Varians Overhead Pabrik Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil, Menengah (UMKM) Tahun Daftar Mesin dan Alat Daftar Baku Sepatu Sandal per Model Daftar Pemakaian Baku Untuk Model Sampan Daftar Pemakaian Baku Untuk Model Wedges Kaca Daftar Pemakaian Baku Untuk Model Pasir Daftar Pemakaian Baku Untuk Model Double Bensole Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Biaya Pengeluaran Komponen Biaya Overhead Pabrik Tetap Pemakaian Komponen Biaya Overhead Pabrik Variabel Standar Harga Beli Baku Sepatu Sandal Semua Model Kuantitas Standar Baku Sepatu Sandal Sandal/Kodi Hasil Uji Korelasi x

12 No. DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian Scatterplot chart uji homoskedastisitas xi

13 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Kuesioner Wawancara Struktur Organisasi Data Biaya Baku Mingguan Selama 20 Minggu Data Biaya Tenaga Kerja Langsung Mingguan Selama 20 Minggu Data Biaya Overhead Pabrik Mingguan Selama 20 Minggu Data Pemasukan Mingguan Selama 20 Minggu Data Regresi Hasil Uji Korelasi Variabel Hasil Uji Regresi Linier Berganda Analisis Varians Harga Baku Langsung Analisis Varians Kuantitas Baku Langsung Analisis Varians Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Analisis Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung Analisis Varians Pengeluaran Overhead Tetap Analisis Varians Pengeluaran Overhead Variabel Analisis Varians Efisiensi Overhead Variabel Gambar Empat Model Sepatu Sandal Produksi UKM Maju Bersama xii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang No Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku ekonomi yang memiliki peran, kedudukan dan potensi yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi baik secara regional maupun nasional. Selain itu, daya tahan terhadap krisis telah membuktikan UMKM sebagai penyelamat bangsa Indonesia dari krisis moneter yang berkepanjangan. Begitupun dengan pembangunan ekonomi, UMKM memiliki peran terutama dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Tabel 1.Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil, Menengah (UMKM) Tahun Tahun Indikator Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % , , , , , , , sumber : tanggal akses 19 November 2011 pukul 16:00 Perkembangan jumlah usaha mikro yang pesat seperti ditunjukkan pada tabel diatas berperan dalam membuka lapangan pekerjaan, jumlah usaha mikro yang mencapai unit pada 2010 dapat menyerap tenaga kerja pada sektor usaha mikro mencapai atau sekitar 91,03% dari keseluruhan total angkatan kerja yang mampu diserap industri ( Dengan peran yang sedemikian usaha mikro dapat menjadi solusi untuk mengentaskan kemiskinan. Usaha mikro banyak berkembang di Pulau Jawa, hal ini dikarenakan Pulau Jawa adalah pulau yang paling padat penduduknya sehingga memiliki keunggulan dalam kemudahan mendapatkan faktor faktor produksi. Di Jawa Barat sendiri khususnya di Bogor sampai akhir 2010 jumlah UMKM yang masuk dalam pembinaan Pemerintah Kabupaten Bogor mencapai

15 UMKM dengan jumlah tenaga yang diserap sektor UMKM secara keseluruhan mencapai tenaga kerja ( Sedangkan UMKM yang bergerak di bidang pembuatan sepatu di Kabupaten Bogor menurut data profil KUKM PemKab Bogor baik formal maupun non formal sebanyak 360 unit usaha. ( Sektor UMKM juga memeberikan sumbangan yang cukup besar terhadap PDB, yaitu sekitar 53% dari total PDB pada tahun Dari penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa UMKM memiliki potensi keunggulan yang sangat besar, memiliki fungsi dan peran yang juga sangat penting bagi perekonomian bangsa. Namun, melihat begitu banyaknya jumlah UMKM yang berkembang dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja menimbulkan pertanyaan apakah prestasi UMKM dapat dinyatakan hanya berdasarkan kuantitasnya saja? Tentu tidak, pada umumnya ukuran prestasi suatu usaha dapat dilihat dari laba bersih yang didapat oleh usaha itu sendiri. Ukuran prestasi ini belum dapat terukur secara baik pada UMKM karena adanya 5 permasalahan UMKM yaitu : 1. Pemasaran, keterbatasan akses terhadap pasar; 2. Permodalan; 3. Produksi, quality control yang lemah; 4. Manajemen, ketidakmampuan usaha dalam membedakan pengelolaan keuangan usaha dan keuangan keluarga. Hal ini dapat menimbulkan kerugian; 5. Mentalitas pengusaha UMKM yang mudah menyerah (www. jurnalukm.wordpress.com). Hal hal inilah yang membuat banyaknya kuantitas UMKM terkadang tidak ada artinya karena banyaknya UMKM yang kurang berkembang. UMKM juga memiliki permasalahan klasik yang berpotensi membawa kerugian kepada unit usaha. Ketidakmampuan UMKM dalam mengelola manajemen khususnya keuangan usaha membuat UMKM hanya dapat menghasilkan laba minimum bahkan mungkin merugi. Karena sistem manajemen yang belum dapat dikelola inilah pembiayaan pada UMKM tidak terinci dan tidak akurat. Ketidakakuratan ini dapat menjadi beban biaya bagi UMKM sehingga mengurangi keuntungan. Oleh karena itu, perlu dicarikan jalan untuk meningkatkan laba usaha UMKM ini dengan merapikan sistem

16 3 pembiayaan pada UMKM agar biaya yang dikeluarkan bisa lebih efisien. Dan salah satu caranya adalah menggunakan biaya standar (standard costing). Peningkatan laba dapat dicapai dengan meminimalisir biaya biaya yang dikeluarkan pada proses produksi. Biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dapat diminimalisir dengan menggunakan biaya standar yang fungsinya mirip seperti anggaran biaya. Biaya standar adalah biaya yang ditentukan sebelumnya melalui data historis penggunaan biaya input proses produksi untuk menghasilkan efisiensi dalam penggunaan biaya input yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output tertentu. Apabila suatu usaha dapat mematuhi biaya standar yang telah ditetapkan maka hal ini dapat mengurangi biaya produksi yang mana akan berakibat pada peningkatan margin keuntungan dan peningkatan laba pada akhirnya. Pada Usaha Mikro Maju Bersama sendiri sejak didirikan tahun 2007 hingga saat ini, Permintaan terhadap produk Sepatu UKM Maju Bersama ini sebenarnya cukup tinggi, untuk model model yang rutin diproduksi memiliki permintaan mencapai 100 kodi per produksi, namun karena keterbatasan modal dan kapasitas produksi tenaga kerjanya maka UKM ini tidak dapat memenuhi permintaan tersebut. Karena keterbatasan dalam hal inilah maka UKM Maju Bersama membutuhkan jalan keluar lain untuk meningkatkan laba usahanya, salah satu jalannya adalah dengan melakukan efisiensi biaya, karena sistem pembiayaan pada UKM Maju Bersama ini masih belum teratur. Laba yang meningkat pada akhirnya dapat menjadi solusi bagi masalah keterbatasan modal dan dapat meningkatkan kapasitas produksi. Salah satu alternatifnya adalah dnegan menggunakan sistem biaya standar pada komponen biaya produksi, usaha ini belum menerapkan sistem biaya standar pada komponen biaya produksinya untuk menekan total biaya produksi secara detail, namun pada pelaksanaannya usaha ini memiliki standar yang ditentukan secara internal oleh pemilik. Standar ini berpotensi untuk diterapkan dan digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan laba dari Usaha Mikro Maju Bersama.

17 4 Mengapa harus menggunakan biaya standar? Karena usaha ini terbentur dengan masalah kapasitas dimana kapasitas per minggunya hanya dapat memproduksi maksimum 50 kodi, sehingga peningkatan laba dengan meningkatkan penjualan dirasa sulit, begitupun dengan peningkatan harga, karena Usaha Mikro Maju bersama ini hanya dapat bertindak sebagai price taker. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Biaya Standar Komponen Biaya Produksi Terhadap Peningkatan Laba (Studi Kasus : Usaha Mikro Pembuatan Sepatu Maju Bersama di Kampung Nambo, Desa Sukajaya, Ciapus Kabupaten Bogor) 1.2. Perumusan Masalah Usaha Mikro pembuatan Sepatu Maju Bersama merupakan salah satu unit usaha yang bergerak dalam industri pembuatan Sepatu dan sandal khusus wanita. Letak usaha ini berada di Kampung Nambo, Desa Sukajaya, Ciapus Kabupaten Bogor dan mulai berdiri sejak Produk yang dihasilkan adalah sepatu dan sandal khusus wanita dengan berbagai model yang sesuai dengan tren. Produknya dipasarkan ke pasar grosiran atau menjadi pemasok bagi beberapa merek sepatu terkenal dengan bayaran yang bisa dikatakan murah. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi usaha ini, dengan produk yang berkualitas namun hanya bisa menjadi price taker sehingga terkadang margin yang didapatkan cukup kecil. Namun, untuk berganti pasar atau memasarkan ke pasar lain pemilik merasa cukup kesulitan sehingga harus dicarikan jalan lain agar margin keuntungan dapat meningkat dan dapat meningkatkan laba secara keseluruhan. UKM Maju Bersama ini belum memiliki sistem mengenai penentuan biaya standar dalam proses poduksinya. Oleh karena itu, diperlukan analisis mengenai penggunaan biaya standar terhadap komponen biaya produksi pada UKM Maju Bersama agar terjadi efisiensi biaya produksi yang dikeluarkan

18 5 sehingga dapat meningkatkan margin keuntungan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana penerapan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang selama ini dilakukan oleh UKM Maju bersama? 2. Apakah efisiensi komponen biaya produksi dengan penggunaan biaya standar dapat mempengaruhi peningkatan laba pada UKM Maju Bersama? 3. Bagaimana varians yang terjadi antara biaya standar yang telah ditetapkan dengan biaya aktual yang terjadi pada Usaha Mikro Maju Bersama? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui secara mendalam penerapan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang selama ini dilakukan oleh UKM Maju Bersama. 2. Menganalisis pengaruh efisiensi komponen biaya produksi dengan penggunaan biaya standar terhadap peningkatan laba pada UKM Maju Bersama. 3. Menganalisis varians yang terjadi antara biaya standar yang telah ditetapkan dengan biaya aktual yang terjadi pada Usaha Mikro Maju Bersama Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan ataupun pedoman bagi proses produksi selanjutnya dalam penentuan biaya standar untuk meningkatkan laba usaha dan sebagai pedoman untuk mengendalikan varians yang terjadi dari biaya standar tersebut. 2. Bagi penelitian, hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya ataupun sebagai bahan untuk penelitian lanjutan.

19 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai analisis pengaruh penggunaan biaya standar komponen biaya produksi terhadap peningkatan laba pada Usaha Mikro pembuatan sepau sandal Maju Bersama. Analisis penelitian ini berfokus pada penerapan penggunaan biaya produksi yaitu, biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik yang telah dilakukan dan efisiensi biaya produksi penggunaan biaya standar terhadap peningkatan laba. Penelitian ini hanya membahas 4 model yang diproduksi secara continue oleh UKM Maju Bersama, dan memberikan kontribusi paling besar terhadap penjualan selama ini karena permintaannya yang cukup tinggi yaitu sekitar 70% dari total penjualan. Dengan permintaan per produksi masing masing adalah 50 kodi untuk model sampan, 100 kodi untuk model wedges kaca, 35 kodi untuk model double bensole, dan 60 kodi untuk model pasir (sumber : Data UKM Maju Bersama).

20 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan. Menurut lkatan Akuntan lndonesia (1994), pengertian biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu, sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomiuntuk memperoleh aktiva. Menurut Supriyono (2000) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Menurut Mulyadi (2005) dalam arti luas biaya adalah : pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan didalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan. Menurut Simamora (2002) biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi, dalam hal ini, perusahaan. Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan seperti menurut Hansen dan Mowen (2001) bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba.

21 Jenis Jenis Biaya Menurut Mulyadi (2005) biaya digolongkan sebagai berikut : 1. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Biaya Produksi, semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya Pemasaran, adalah biaya biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dan lain lain. c. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan kegiatan produksi dan pemasaran produk. 2. Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai ada dua golongan, yaitu : a. Biaya langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya tidak langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik. 3. Menurut perilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dibagi menjadi empat, yaitu : a. Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu.

22 9 b. Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas. c. Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. d. Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Menurut Kuswadi (2005), untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya digolongkan juga menjadi dua jenis, biaya ini digolongkan pada saat penetapannya, yaitu : 1. Biaya yang Ditetapkan (Predetermined Cost) Biaya yang ditetapkan (predetermined cost) adalah biaya yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan analisis masa lalu atau prediksi masa datang. Biaya yang ditetapkan dilakukan untuk penyusunan standar atau anggaran. 2. Biaya Historis (Historical Cost) Biaya historis adalah biaya yang besarnya dihitung setelah ada realisasi Konsep Biaya Produksi Pengertian Biaya Produksi Biaya atau Cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar menukar ataupun melalui pemberian jasa. ( Prinsip Akuntansi Indonesia dalam Rony, 1990). Pada pengertian lain tentang biaya atau cost ini dinyatakan pengeluaran untuk memperoleh barang/jasa yang mempunyai manfaat bagi perusahaan lebih dari satu periode operasi dan sebaliknya. (Rony, 1990).

23 10 Menurut Mulyadi (2005), biaya produksi merupakan biaya biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut Hansen dan Mowen (2001), biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya biaya yang dikorbankan untuk mengolah bahan baku yang diukur dengan nilai uang untuk memperoleh produk jadi berupa barang dan jasa yang siap untuk dijual dan menghasilkan manfaat dimasa mendatang Klasifikasi Biaya Produksi Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis biaya, yaitu (Rony, 1990) : a. Biaya Baku Langsung (Direct Material Cost) Suatu biaya produksi disebut biaya bahan baku langsung apabila bagian tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat dan diukur secara jelas dan mudah serta ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam wujud produk yang dihasilkan. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour Cost) Suatu biaya produksi disebut biaya tenaga kerja langsung bila biaya itu dikeluarkan atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada tenaga kerja yang langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir. Biaya ini dapat ditelusuri karena secara jelas dapat diukur dengan waktu yang dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk produksi akhir. c. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost) Biaya ini adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena sifatnya baik sebagai bagian yang memiliki eksistensi dalam produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau

24 11 sebagai penggerak kegiatan itu sendiri. Umumnya biaya ini sukar ditelusuri secara konkrit dalam produk akhir Konsep Biaya Standar Pengertian Biaya Standar Secara umum standar diartikan sebagai suatu ukuran kuantitas yang harus dicapai sehubungan dengan adanya operasi atau kegiatan tertentu. Jumlah yang harus dicapai ini ditetapkan berdasarkan penelitian dan penilaian data yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Biaya standar dapat diartikan juga sebagai biaya yang diperhitungkan secara wajar harus terjadi dalam memperoduksi suatu barang, jadi biaya standar adalah standar kuantitas input yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit produksi tertentu (Rony, 1990). Suatu biaya standar memiliki dua komponen : Standar Fisik, yang merupakan kuantitas standar dari input per unit output, dan Standar Harga yang merupakan biaya standar atau tarif standar per unit input. Biaya standar ditetapkan melalui penyelidikan khusus dan analisis catatan masa lalu Tujuan Penetapan Biaya Standar Penetapan biaya standar sangat bermanfaat bagi manajemen dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan, karena biaya standar bermanfaat bagi : 1. Pembuatan Anggaran 2. Pengendalian biaya dan mengukur efisiensi 3. Mendorong upaya kemungkinan pengurangan biaya 4. Memudahkan dalam pencatatan dan penyiapan laporan biaya 5. Merencanakan biaya bahan baku, pekerjaan dalam proses maupun persediaan barang jadi 6. Sebagai pedoman penetapan harga penawaran dalam tender suatu proyek atau kontrak tertentu Penetapan Standar Menghitung biaya standar memerlukan standar fisik. Dua jenis standar fisik adalah standar dasar dan standar sekarang. Standar dasar adalah tolok ukur yang digunakan untuk membandingkan kinerja yang

25 12 diperkirakan dengan kinerja aktual. Standar sekarang terdiri atas tiga jenis : 1. Standar Aktual yang diperkirakan mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi yang diperkirakan. Standar ini merupakan estimasi yang paling dekat dengan hasil aktual. 2. Standar Normal mencerminkan tingkat dan efisiensi normal. Standar ini mencerminkan hasil yang menantang namun dapat dicapai. 3. Standar Teoritis mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi maksimum. Standar ini merupakan target yang ingin dituju dan bukannya kinerja yang dapat dicapai sekarang. Untuk menentukan standar yang diperbolehkan untuk setiap komponen biaya, maka kuantitas standar yang diperbolehkan per unit produk dikalikan dengan jumlah unit ekuivalen dari unit produk yang diproduksi selama periode tersebut Konsep Laba Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap dan Kumala (2008) kelebihan penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Menurut Wild, Subramanyam, dan Hasley (2005) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan

26 13 lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Chariri dan Ghozali (2003) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut: a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu, c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan, d. laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan e. laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000) Pengertian dan Ciri Usaha Mikro Usaha mikro menurut KepMenKeu No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan yang memiliki pendapatan per tahun paling banyak Rp ,- dan dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp ,- Ciri ciri usaha mikro pada umumnya adalah :

27 14 Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu waktu dapat berganti. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu waktu dapat berpindah tempat. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan antara keuangan keluarga dengan keuangan usaha. Tingkat pendidikan rata rata sangat rendah. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke lembaga non bank. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Peran dan Fungsi Usaha Mikro Pada prinsipnya usaha mikro adalah sektor yang cukup berperan dalam perkembangan perekonomian bangsa. Sektor usaha mikro merupakan katup pengaman bagi perekonomian bangsa ketika dilanda krisis. Ketika krisis melanda, sektor usaha mikro adalah sektor yang mampu bertahan karena sektor ini tidak terpengaruh akibat krisis yaitu kurangnya permodalan dari perbankan dan menurunnya permintaan, dimana permodalan sektor ini sebagian besar tidak bergantung pada perbankan dan produk yang dihasilkan adalah produk yang memiliki elastisitas rendah terhadap pendapatan sehingga permintaan akan produk mereka cenderung tidak berubah. Peran usaha mikro tidak berhenti sampai di situ saja, usaha ini pun sangat berperan dalam mengurangi angka pengangguran. Berdasarkan data Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia 99% dari total unit usaha di seluruh Indonesia merupakan unit UMKM. ( Analisis Regresi Linier Berganda Gujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variable) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory variable). Variabel pertama disebut juga sebagai variabel terikat dan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas

28 15 lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linear berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung.. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas/ independen terhadap variabel terikat Analisis Korelasi Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi atau hubungan. Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistika bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel, yaitu variabel terikat atau variabel yang sedang diprediksi dan variabel bebas, variabel yang menjadi dasar dari perkiraan atau estimasi. Pengkuran asosiasi menggunakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak maka variabel variabel tersebut dikatakan bebas. (Lind, Marchal dan Wathen, 2008) Analisis Varians Analisis varians mengukur selisih yang terjadi antara biaya standar dan biaya aktual yang sebenarnya terjadi. Varians dianggap baik apabila biaya aktualnya lebih kecil daripada biaya standarnya dan menganalisis kemungkinan penyebab terjadinya perbedaan tersebut sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi (Kuswadi, 2005). 1. Variansi Biaya Baku Langsung Varians biaya bahan baku langsung terdiri atas standar kuantitas penggunaan dan standar harga. 2. Variansi Biaya Tenaga Kerja Langsung Varians biaya tenaga kerja langsung terdiri atas tarif tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang digunakan per unit. 3. Variansi Biaya Overhead

29 Hasil Penelitian Terdahulu Harahap dan Kumala (2008) meneliti tentang Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih pada PT Perkebunan Nusantara III Medan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda, analisis korelasi, uji F dan uji T. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan variabel biaya produksi yang terdiri atas efisiensi biaya bahan baku, efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik secara bersama sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba bersih. Secara parsial hasil penelitian menunjukkan bawa variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap laba bersih, sedangkan variabel lain yaitu efisiensi biaya bahan baku berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap laba bersih. Adapun variabel yang berpengaruh paling dominan adalah variabel overhead pabrik. Ksheshariani (2011) meneliti tentang Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi pada UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang. Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis varians. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan standar yang seharusnya terjadi dengan realisasi berdasarkan analisis varians bahwa sebagian besar komponen bahan baku masih dalam batas pengendalian. Untuk varians tenaga kerja langsung, tarif masih dalam batas pengendalian manajemen sedangkan efisiensi diluar batas pengendalian manajemen.

30 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Laba merupakan tolok ukur paling sederhana untuk menentukan kesuksesan kinerja suatu usaha. Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan mengendalikan biaya produksinya. Usaha mikro Maju Bersama, adalah sebuah unit usaha yang memproduksi sepatu dan sandal wanita yang bertempat di Kampung Nambo, Desa Sukajaya, Ciapus, Kabupaten Bogor. Biaya produksi yang timbul pada usaha ini adalah, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Permasalahan yang dihadapi adalah kemungkinan pengaruh penggunaan biaya standar yang telah ditetapkan sebelumnya terhadap peningkatan laba yang diperoleh agar dapat menjadi modal untuk pengembangan usaha kedepannya. Analisis biaya standar merupakan metode yang akan digunakan untuk mempermudah menetapkan harga pokok yang sebenarnya terjadi. Hal ini dapat menekan biaya produksi yang dapat terjadi dan mengoptimalkan laba yang ingin dicapai. Penelitian ini mengkaji efektivitas penggunaan biaya standar dalam mengendalikan biaya produksi dan pengaruhnya terhadap perolehan laba dibandingkan dengan penggunaan biaya biasanya yang tidak ditetapkan terlebih dahulu. Penelitian ini ingin melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari penggunaan biaya standar tersebut. Alat analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi linear berganda untuk memperolah gambaran yang sebenarnya dan melihat adanya hubungan atau pengaruh dari komponen biaya standar terhadap laba. Uji F juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh keseluruhan komponen biaya standar terhadap laba, dan menentukan hipotesis yang tepat dengan model. Analisis varians juga digunakan untuk melihat perbandingan standar biaya produksi dengan realisasinya.

31 18 Setelah melakukan dan mendapatkan hasil analisis, maka dari hasil analisis tersebut dapat memberikan saran dan rekomendasi bagi usaha mikro Maju Bersama agar dapat membantu mengembangkan usaha tersebut. Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1. Usaha Mikro Maju Bersama Biaya Produksi Biaya Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Standar Biaya Produksi Realisasi Biaya Produksi Laba Varians Biaya Produksi - Analisis Korelasi - Analisis Regresi Linier Berganda - Uji F - Uji T Analisis Varians Saran dan Rekomendasi Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

32 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di tempat pembuatan Sepatu Usaha Mikro Maju Bersama yang beralamat di Kampung Nambo Desa Sukajaya RT 04 RW 01 Kecamatan Taman Sari Ciapus Kabupaten Bogor. Waktu Penelitian dimulai sejak Desember Maret Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data data yang relevan dari perusahaan yang kemudian diolah dan hasilnya dievaluasi Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang belum diolah lebih lanjut. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik usaha dan juga data time series perusahaan berupa arsip nota pembelian bahan baku dan data historis penjualan produk. Data yang dipakai adalah data mingguan selama 20 minggu sejak bulan Oktober 2011 Maret Pengolahan dan Analisis Data Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Korelasi, Analisis Regresi Linier Berganda, Uji F dan Uji T serta Analisis Varians. Analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara tiap tiap variabel bebas yaitu komponen biaya terhadap variabel terikat yaitu biaya produksi dan laba secara tidak langsung. Analisis korelasi merupakan suatu metode dimana data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan dan dianalisis kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran kekuatan hubungan yang sebenarnya. Kemudian uji F juga dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara keseluruhan. Uji T juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel variabel yang diteliti secara parsial terhadap laba. Analisis varians digunakan untuk melihat perbandingan biaya standar dengan realisasi biaya yang terjadi. Sehingga dapat dicari

33 20 apakah terjadi penyimpangan dan penyebab dari penyimpangan tersebut dan memberi rekomendasi perbaikan kepada pemilik usaha. Varians yang terjadi dapat menguntungkan (favorable) atau tidak menguntungkan (unfavorable). Varians dikatakan menguntungkan jika biaya aktualnya lebih kecil dari biaya standar. Sedangkan varians dikatakan tidak menguntungkan jika biaya aktualnya lebih besar dari biaya standar. Pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis varians menggunakan alat bantu piranti lunak pada komputer, yaitu Microsoft Excel Sedangkan untuk analisis korelasi, regresi berganda, Uji F dan Uji T menggunakan piranti lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows Analisis Regresi Linier Berganda Gujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variable) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory variable). Variabel pertama disebut juga sebagai variabel terikat dan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linear berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung.. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas/ independen terhadap variabel terikat. Analisis regresi berganda dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X b n X n...(1) Dimana: Y adalah variabel tak bebas/ terikat X adalah variabel-variabel bebas a adalah konstanta (intersept) b adalah koefisien regresi/ nilai parameter

34 Tujuan Menggunakan Analisis Regresi Berganda Membuat estimasi rata-rata dan nilai variabel tergantung dengan didasarkan pada nilai variabel bebas. Menguji hipotesis karakteristik dependensi Untuk meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada nilai variabel bebas diluar jangkauan sampel Asumsi Penggunaan regresi linear sederhana didasarkan pada asumsi di antaranya sebagai berikut : Model regresi harus linier dalam parameter Variabel bebas tidak berkorelasi dengan disturbance term (Error). Nilai disturbance term sebesar 0 atau dengan simbol sebagai berikut: (E (U / X) = 0 Varian untuk masing-masing error term (kesalahan) konstan Tidak terjadi otokorelasi Model regresi dispesifikasi secara benar. Tidak terdapat bias spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis empiris. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka antara variabel bebas (explanatory) tidak ada hubungan linier yang nyata Persyaratan Penggunaan Model Regresi Model kelayakan regresi linear didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: a. Model regresi dikatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05 b. Prediktor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation

35 22 c. Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji F. Koefesien regresi signifikan jika F hitung > F table (nilai kritis) d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Syarat ini hanya berlaku untuk regresi linier berganda dengan variabel bebas lebih dari satu. e. Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Durbin dan Watson (DB) sebesar < 1 dan > 3 f. Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai r 2 semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1 maka model regresi semakin baik. Nilai r 2 mempunyai karakteristik diantaranya: 1) selalu positif, 2) Nilai r 2 maksimal sebesar 1. Jika Nilai r 2 sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya jika r 2 sama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X dan Y. g. Terdapat hubungan linier antara variabel bebas (X) dan variabel tergantung (Y) h. Data harus berdistribusi normal i. Data berskala interval atau rasio j. Kedua variabel bersifat dependen, artinya satu variabel merupakan variabel bebas (disebut juga sebagai variabel predictor) sedang variabel lainnya variabel tergantung (disebut juga sebagai variabel response) Linieritas Ada dua macam linieritas dalam analisis regresi, yaitu linieritas dalam variabel dan linieritas dalam parameter. Yang pertama, linier dalam variabel merupakan nilai rata-rata kondisional variabel tergantung yang merupakan fungsi linier

36 23 dari variabel (variabel) bebas. Sedang yang kedua, linier dalam parameter merupakan fungsi linier parameter dan dapat tidak linier dalam variabel Pengujian Hipotesis Distribusi F Pada Model Regresi Berganda Tabel F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Langkah-langkah/ urutan menguji hipotesa dengan distribusi F : 1. Merumuskan hipotesa Ho : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha : β 1 β 2 β 3 β 4 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. 2. Menentukan taraf nyata/ level of significance = α Taraf nyata / derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1%, 5%, 10%. Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada dua, yaitu : df numerator = dfn = df 1 = k 1 df denumerator = dfd = df 2 = n k Dimana: df = degree of freedom/ derajat kebebasan n = Jumlah sampel k = banyaknya koefisien regresi 3. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah dimana hipotesa nol diterima atau tidak Ho diterima apabila F hitung F tabel, artinya semua variabel bebas secara bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Ho ditolak apabila F hitung > F tabel, artinya semua variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. 4. Menentukan uji statistik nilai F Bentuk distribusi F selalu bernilai positif

37 24 5. Mengambil keputusan Keputusan bisa menolak Ho atau menerima Ha. Nilai F tabel yang diperoleh dibandingkan dengan nilai F hitung apabila F hitung lebih besar dari F tabel, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen Karakteristik Model yang Baik Model dikatakan baik menurut Gujarati (2006), jika memenuhi beberapa kriteria seperti di bawah ini: Parsimoni: Suatu model tidak akan pernah dapat secara sempurna menangkap realitas; akibatnya kita akan melakukan sedikit abstraksi ataupun penyederhanaan dalam pembuatan model. Mempunyai Identifikasi Tinggi: Artinya dengan data yang ada, parameter-parameter yang diestimasi harus mempunyai nilai-nilai yang unik atau dengan kata lain, hanya akan ada satu parameter saja. Keselarasan (Goodness of Fit): Tujuan analisis regresi ialah menerangkan sebanyak mungkin variasi dalam variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas dalam model. Oleh karena itu, suatu model dikatakan baik jika eksplanasi diukur dengan menggunakan nilai adjusted r 2 yang setinggi mungkin. Konsistensi Dalam Teori: Model sebaiknya segaris dengan teori. Pengukuran tanpa teori akan dapat menyesatkan hasilnya. Kekuatan Prediksi: Validitas suatu model berbanding lurus dengan kemampuan prediksi model tersebut. Oleh karena

38 25 itu, pilihlah suatu model yang prediksi teoritisnya berasal dari pengalaman empiris Analisis Korelasi Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi atau hubungan. Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistika bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel, yaitu variabel terikat atau variabel yang sedang diprediksi dan variabel bebas, variabel yang menjadi dasar dari perkiraan atau estimasi. Pengkuran asosiasi menggunakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak maka variabel variabel tersebut dikatakan bebas. Koefisien Korelasi Koefisien korelasi diciptakan oleh Karl Pearson pada tahun 1900 untuk menunjukkan kekuatan hubungan antara dua himpunan variabel. Karakteristik dari koefisien korelasi adalah : 1. Sampel dari koefisien korelasi diidentifikasikan oleh huruf kecil r. 2. r menunjukkan arah dan kekuatan dari hubungan linier (garis lurus) variabel. 3. Nilainya dari 1 sampai dan sama dengan Sebuah nilai yang mendekati 0 menunjukkan sedikit hubungan antarvariabel. 5. Sebuah nilai yang mendekati 1 menunjukkan sebuah arah atau hubungan positif antarvariabel. 6. Sebuah nilai yang mendekati 1 menunjukkan hubungan kebalikan atau negatif antarvariabel. Rumus koefisien korelasi : r =...(2)

39 Analisis Varians Analisis varians mengukur selisih yang terjadi antara biaya standar dan biaya aktual yang sebenarnya terjadi. Varians dianggap baik apabila biaya aktualnya lebih kecil daripada biaya standarnya dan menganalisis kemungkinan penyebab terjadinya perbedaan tersebut sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi. 1. Variansi Biaya Baku Langsung Varians biaya bahan baku langsung terdiri atas standar kuantitas penggunaan dan standar harga. a. Perhitungan varians harga bahan baku langsung (Material Price Variance) MPV = (AP SP) AQ..(3) b. Perhitungan varians efisiensi kuantitas bahan baku langsung (Material Usage Variance) MUV = (AQ SQ) SP.(4) c. Total varians biaya bahan baku langsung Total Material Variance = (SQ x SP) (AQ x AP)..(5) Keterangan : AP = Harga Aktual per Unit SP = Harga Standar per unit AQ = Kuantitas Aktual SQ = Kuantitas Standar 2. Variansi Biaya Tenaga Kerja Langsung Varians biaya tenaga kerja langsung terdiri atas tarif tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang digunakan per unit. a. Perhitungan varians tarif tenaga kerja langsung (Labour Rate Variance) LRV = (AR SR) AH (6) b. Perhitungan varians efisiensi tenaga kerja langsung (Labour Efficiency Variance) LEV = (AH SH) SR.(7) d. Total Varians biaya tenaga kerja langsung

40 27 Total Labour Variance = (SH x SR) (AH x AR)...(8) Keterangan : AR = Tarif upah aktual per unit SR = Tarif upah standar per unit AH = Jam aktual tenaga kerja langsung yang digunakan SH = Jam standar tenaga kerja langsung yang seharusnya digunakan. 3. Variansi Biaya Overhead a. Varians Overhead Variabel 1. Perhitungan Varians Pengeluaran Overhead Variabel VPOV = (AVOR SVOR) AH..(9) 2. Perhitungan Varians Efisiensi Overhead Variabel VEOV = (AH SH) SVOR (10) Keterangan : AVOR = Tarif aktual overhead variabel SVOR = Tarif standar overhead pabrik b. Varians Overhead Tetap Overhead tetap yang dibebankan (OTYB) dihitung menggunakan rumus : OTYB = tarif standar overhead tetap x Jam Standar..(11) Varians total overhead tetap (VTOT) dihitung menggunakan rumus : VTOT = Biaya aktual overhead tetap OTYB (12) c. Perhitungan varians pengeluaran overhead tetap pada intinya relatif kecil dan dapat ditoleransi karena lebih sedikit overhead tetap dikeluarkan daripada yang dianggarkan. Perhitungan volume overhead tetap dihitung menggunakan rumus : Varians volume = OTYA OTYB (13) Keterangan : OTYA = Overhead tetap yang dianggarkan

41 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif memberikan uraian atau menjelaskan tentang apakah dengan menggunakan biaya standar dapat mempengaruhi peningkatan laba, analisis ini juga memberikan gambaran perbandingan biaya standar dengan realisasi biaya aktual dan menjelaskan penyebab apabila terjadi perbedaan dan tindakan koreksi atau rekomendasi yang perlu dilakukan oleh usaha tersebut agar dapat meningkatkan kinerja dan mengembangkan usahanya.

42 29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah UKM Pembuatan Sepatu Maju Bersama Bogor adalah salah satu kota dengan sentra pembuatan Sepatu yang cukup besar setelah Cibaduyut, Bandung. Sentra pembuatan Sepatu di Bogor terdapat di daerah Ciomas, Cikaret, Ciapus dan sekitarnya. Salah satu penghasilnya adalah UKM Maju Bersama di kampung Nambo Desa Sukajaya Taman Sari Ciapus Kabupaten Bogor yang didirikan sejak tahun 2007 oleh Bapak Endang di rumah tempat tinggalnya. Usaha ini berawal dari keinginan bapak Endang untuk memiliki usaha mandiri dalam pembuatan sepatu setelah memiliki pengalaman sebagai pengrajin sepatu di tempat orang lain. Bapak Endang melihat peluang yang terbuka ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan dirinya sebagai pengusaha dan bukan lagi sebagai buruh. Bapak Endang memulai usaha ini kecil kecilan dengan memasok sepatu ke pasar sebanyak 5 kodi per minggu dengan harga Rp ,00 per kodi untuk percobaan apakah produknya sesuai standar toko atau tidak, dengan keterampilan yang dimiliki dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar sehingga permintaan terus meningkat, namun produk bapak Endang ini belum memiliki merek sendiri. Pada awalnya bapak Endang hanya dibantu oleh satu orang pekerja dengan kapasitas produksi hanya 5 kodi per minggu. Seiring dengan perkembangan usahanya kini UKM Maju Bersama memiliki 25 pengrajin Sepatu sebagai karyawan dengan kapasitas produksi 50 kodi per minggu dengan harga jual rata rata Rp ,00 Rp ,00 per kodi tergantung model dan seorang pengawas yang membantu mengawasi jalannya proses produksi.

43 30 UKM Maju Bersama ini juga memiliki pengalaman menjadi supplier bagi beberapa merek terkenal seperti Fladeo, Sophie Martin, dan Yongki Komaladi. Kesempatan ini dijadikan sebagai ajang untuk menguji kualitas produk dari UKM milik bapak Endang ini. Permintaan terhadap produk Sepatu UKM Maju Bersama ini sebenarnya cukup tinggi, untuk model model yang rutin diproduksi memiliki permintaan mencapai 100 kodi per produksi, namun karena keterbatasan modal dan kapasitas produksi tenaga kerjanya maka UKM ini tidak dapat memenuhi permintaan tersebut. Karena keterbatasan dalam hal inilah maka UKM Maju Bersama membutuhkan jalan keluar lain untuk meningkatkan laba usahanya, salah satu jalannya adalah dengan melakukan efisiensi biaya, karena sistem pembiayaan pada UKM Maju Bersama ini masih belum teratur. Laba yang meningkat pada akhirnya dapat menjadi solusi bagi masalah keterbatasan modal dan dapat meningkatkan kapasitas produksi Tujuan dan Struktur Organisasi Tujuan didirikannya UKM Pembuatan Sepatu Maju Bersama ini adalah untuk memulai usaha mandiri pemilik dan membuka lapangan pekerjaan bagi saudara saudara dan tetangga sekitar tempat usaha. Untuk perkembangan kedepannya UKM Maju Bersama ini memiliki tujuan untuk memiliki merek dagangnya sendiri dan memiliki outlet penjualan langsung di beberapa mall sehingga dapat menjadi perusahaan Sepatu yang lebih besar dan mampu bersaing di pasar. UKM Maju Bersama adalah jenis perusahaan perseorangan yang memiliki struktur organisasi sederhana yang terdiri dari pemilik yang dibantu seorang pengawas dan 25 tenaga kerja pengrajin Sepatu (Lampiran 2). Pemilik yaitu Bapak Endang sendiri bertanggung jawab penuh atas segala proses yang terjadi di UKM ini mulai dari awal perencanaan produksi sampai pemasaran. Pengawas di sini berfungsi seperti asisten dari pemilik itu sendiri.

44 31 Jenis organisasi seperti ini efektif digunakan pada UKM seperti ini karena memberikan kemudahan bagi pemilik sebagai penanggung jawab penuh dalam mengambil keputusan dengan cepat dan proses pengawasan terhadap segala kegiatan yang terjadi di dalam organisasi. Bagian bagian dalam organisasi : 1. Pemilik Bertanggung jawab sepenuhnya dalam setiap aktivitas usaha mulai dari aktivitas dasar perencanaan produksi, melakukan pembelian, pengawasan proses produksi, pemasaran, keuangan dan hal- hal terkait dengan karyawan. 2. Pengawas Pengawas di UKM ini memiliki tanggung jawab membantu pemilik mengawasi proses produksi harian dan membantu melakukan proses pengambilan dan pengiriman barang. 3. Karyawan Melakukan proses produksi mulai dari awal sampai produk siap dijual Proses Produksi Sepatu Sandal Proses produksi adalah suatu cara ataupun metode yang digunakan untuk mengolah faktor produksi yang ada sehingga menjadi produk yang memiliki nilai tambah sehingga produk siap untuk dijual. Sepatu sandal produk UKM Maju Bersama ini diproduksi setiap minggu dengan 5 hari kerja sebanyak 50 kodi per minggu atau 1000 pasang. Jenis Sepatu sandal yang diproduksi setiap minggunya berbeda beda untuk menjaga ketersediaan model di toko. Model Sepatu sandal yang diproduksi secara rutin dengan permintaan yang tidak pernah surut adalah model Sampan, High Heel Pasir, Wedges kaca, dan Double Bensole. 1. baku dan alat alat yang diperlukan untuk membuat 4 model Sepatu tersebut :

45 32 Tabel. 2. Daftar Mesin dan Alat Mesin Alat Mesin jahit Lis kayu Mesin Embos Palu Mesin Label Pisau Mesin Pon Tang Gerinda Kursi Meja Kayu Kuas Gunting Uplik Pensil Pulpen Amplas Kompor Table 3. Daftar Baku Sepatu Sandal per Model Sampan High Heel Pasir Wedges Kaca Double Bensole Refil Pasir Silkinafa Refil Hak Novotel Wedges Pur Sol (fiber non Hak Sol (fiber non Hak slip) slip) Tekson 1,6 Sol (fiber non Tekson 1,6 Sol (fiber non slip) slip) Tekson 0.8 Tekson 1,6 Tekson 0.8 Tekson 1,6 Spon 2mm Tekson 0.8 Spon 2mm Tekson 0.8 Variasi (gesper) Tamsin Variasi (m12) Tamsin Lem Spon 2mm Lem Spon 2mm Latex Variasi (gesper) Latex Variasi (m12) Benang Lem Benang Lem Label Latex Label Latex Paku Benang Paku Benang Kardus Label Kardus Label Minyak Tanah Paku Minyak Tanah Paku Kardus Kardus Minyak Tanah Minyak Tanah 2. Proses Pembuatan Sepatu a. Pembentukan Pola Pembentukan pola dilakukan oleh pemilik usaha. Pola disesuaikan dengan model dan variasi yang sedang diminati saat ini. Setelah terbentuk pola awal, selanjutnya karyawan pembentuk muka atas menggambar pada bahan sesuai dengan jumlah yang akan diproduksi.

46 33 Kemudian bahan tersebut dilapisi dengan latex dan kemudian didiamkan hingga mengering. Setelah mengering bahan akan menjadi lebih keras, lalu siap digunting mengikuti pola yang telah dibuat. b. Pembentukan Muka Atas yang telah digunting, kemudian dijahit sesuai dengan model dan variasi. Selain itu bentuk disesuaikan dengan cetakan dan ukuran yang tersedia. Ukuran yang tersedia yaitu dari ukuran Setelah dijahit, bahan siap untuk dipasangkan pada kerangka sandal. c. Pembentukan kerangka Bentuk pondasi sandal sesuai dengan ukuran yang akan dibuat. Untuk beberapa sandal dilakukan pemasangan tamsin, hal ini dilakukan untuk membuat sandal lebih kuat dan tahan lama. Kemudian dilakukan perapihan pada kerangka menggunakan amplas. d. Pembuatan sandal Kerangka yang telah selesai dibentuk kemudian dipasangkan dengan bagian muka atas dengan menggunakan lem. Untuk membuat lem lebih merekat, setiap penempelan dilakukan pembakaran secara singkat menggunakan kompor. Sandal yang telah merekat kuat kemudian diberikan label sesuai dengan pemesanan. Setelah pemberian label, dilakukan pemasangan hak dan sol pada bagian bawah Sepatu, Pemasangan hak menggunakan paku agar hak terpasang secara kuat dan tidak mudah lepas. e. Finishing Sandal yang telah selesai dibuat kemudian dilanjutkan pada tahap finishing yaitu, proses pembersihan dan pengepakan ke dalam dus. Dan dikemas per kodi hingga produk siap untuk dikirim. Proses pemasaran dilakukan langsung oleh pemilik pada awalnya dengan menawarkan produknya kepada pemilik toko sepatu di pasar. Pemilik pun melakukan proses pengiriman produknya sendiri. UKM Maju Bersama tidak melakukan kegiatan promosi secara langsung melalui media tertentu, namun proses promosi ini berjalan secara alami melalui sistem word of mouth di antara para pelanggannya sehingga produk UKM Maju

47 34 Bersama ini cukup dikenal oleh para pemilik toko sepatu sandal di daerah Bogor Penentuan Biaya Standar Penentuan biaya standar pada Usaha Mikro Pembuatan Sepatu Maju Bersama terdiri atas Biaya Baku Langsung Standar, Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar dan Biaya Overhead Pabrik Standar. 1. Biaya Baku Langsung Standar Biaya bahan baku langsung standar terdiri atas harga bahan baku langsung standar dan kuantitas bahan baku langsung standar. a. Harga Baku Langsung Standar Harga bahan baku langsung standar didasarkan pada harga rata rata dari daftar harga toko grosir yang menjadi pemasok untuk UKM Maju Bersama dan informasi lain yang terkait dengan perubahan harga bahan baku. b. Kuantitas Baku Langsung Standar Standar kuantitas bahan baku langsung yang digunakan ditetapkan sendiri oleh pemilik usaha berdasarkan pengalaman pemakaian standar per produksi selama ini. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar Biaya tenaga kerja langsung standar terdiri atas tarif upah tenaga kerja langsung standar dan jam tenaga kerja langsung standar. a. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar Tarif upah tenaga kerja langsung standar dari UKM Maju Bersama didasarkan pada tarif upah yang ditetapkan oleh pemilik sendiri disesuaikan dengan model Sepatu sandal yang dikerjakan. Sistem pengupahan di UKM Maju Bersama diberikan secara borongan. b. Jam Tenaga Kerja Langsung Standar Para karyawan pengrajin Sepatu sandal UKM Maju Bersama bekerja mulai pukul dengan waktu Ishoma pada pukul dan pukul ,00. dengan 14 jam kerja masing masing karyawan mampu menyelesaikan sekitar 1 kodi sepatu sandal per harinya.

48 35 3. Biaya Overhead Pabrik Standar Biaya overhead pabrik standar terdiri atas biaya overhead pabrik tetap standar dan biaya overhead pabrik variabel standar. a. Biaya Overhead Pabrik Tetap Standar Biaya overhead pabrik tetap standar terdiri atas biaya penyusutan investasi bangunan bengkel kerja dan gudang, mesin dan peralatan, biaya makan dan minum serta upah pengawas. b. Biaya Overhead Pabrik Variabel Standar 4.4 Biaya Produksi Biaya overhead pabrik variabel standar terdiri atas biaya transportasi dan listrik yang digunakan untuk membuat Sepatu. Data mengenai biaya produksi UKM Pembuatan sepatu Maju Bersama meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. UKM Maju Bersama memproduksi berbagai model sepatu sandal wanita, namun pada penelitian ini hanya dipilih empat model yang diproduksi secara continue dan memberikan kontribusi paling besar terhadap penjualan yaitu model sampan, wedges kaca, pasir dan double bensole Biaya Baku Langsung baku langsung yang digunakan untuk membuat keempat model Sepatu ini hampir sama, hanya berbeda pada pemilihan jenis bahan dan accessories yang digunakan pada setiap jenis Sepatu. Khusus untuk model wedges kaca juga memiliki perbedaan dalam pemilihan jenis hak. Berikut daftar bahan baku yang digunakan pada tiap model beserta kuantitas yang yang dibutuhkan per pasang. Tabel 4. Daftar Baku Untuk Model Sampan per Kodi Baku Pemakaian /Pasang unit Refil 2.75 m Hak 40 unit Sol (fiber non slip) 20 lbr Tekson 1,6 1.5 lbr Tekson lbr Spon 2mm 1 lbr Variasi (gesper) 40 unit Lem 3.25 kg

49 36 Lanjutan Tabel 4 Latex 1 ltr Benang 1 gulung Label 40 unit paku 80 unit Kardus 20 unit Sumber : Data UKM Maju Bersama (diolah) Tabel 5. Daftar Baku Untuk Model Wedges Kaca per Kodi Baku Pemakaian /Pasang unit Silkinapa 2.75 m Wedges 40 unit Sol (fiber non slip) 1 lbr Tekson 1,6 1.5 lbr Tekson lbr Spon 2mm 1 lbr Variasi (m12) 320 unit Lem 3.25 kg Latex 1 ltr Benang 1 gulung Label 40 unit paku 80 unit kardus 20 Unit Sumber : Data UKM Maju Bersama (diolah) Tabel 6. Daftar Baku Untuk Model Pasir per Kodi Baku Pemakaian /Pasang unit Pasir 2.75 m Novotel 1 m Hak 40 unit Sol (fiber non slip) 1 lbr Tekson 1,6 1.5 lbr Tekson lbr Tamsin 40 unit Spon 2mm 1 lbr Variasi (gesper) 40 unit Lem 3.25 kg Latex 1 ltr Benang 1 gulung Label 40 unit paku 80 unit kardus 20 unit Sumber : Data UKM Maju Bersama (diolah)

50 37 Tabel 7. Daftar Baku Untuk Model Double Bensole per Kodi Baku Pemakaian /Pasang unit Refil 2.75 m Pur 1 m Hak 40 unit Sol (fiber non slip) 1 lbr Tekson 1,6 1.5 lbr Tekson lbr Tamsin 40 unit Spon 2mm 1 Lbr Variasi (m12) 80 Unit Lem 3.25 Kg Latex 1 Ltr Benang 1 Gulung Label 40 Unit paku 80 Unit kardus 20 Unit Sumber : Data UKM Maju Bersama (diolah) Tenaga Kerja Langsung UKM Pembuatan Sepatu Maju Bersama memiliki 25 orang tenaga kerja, yaitu para pengrajin Sepatu yang berasal dari tetangga sekitar dan kerabat. Sistem pengupahan pada UKM ini adalah dengan sistem borongan dengan tarif yang berbeda beda sesuai dengan model Sepatu sandal yang dikerjakan. Berikut tarif upah tenaga kerja langsung per kodi berdasarkan model. Tabel 8. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Model Sepatu Sandal Tarif Upah Per Kodi Total Model Sampan Rp 110,000 Rp Model Wedges Kaca Rp 125,000 Rp Model Pasir Rp 113,000 Rp ModelDouble Bensole Rp 120,000 Rp Sumber : Data UKM Maju Bersama Setiap minggunya UKM Maju Bersama memproduksi Sepatu sandal sebanyak 50 kodi, untuk menjaga ketersediaan setiap model di toko maka UKM Maju Bersama memproduksi Sepatu sandal dengan model yang berbeda beda setiap minggunya. Sehingga total biaya

51 38 tenaga kerja yang harus dikeluarkan per produksi setiap minggunya pun berbeda beda Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik pada UKM Maju Bersama terdiri atas biaya overhead tetap dan biaya overhead variabel. Biaya overhead tetap terdiri dari biaya penyusutan (bangunan, mesin, dan peralatan), biaya upah pengawas, biaya pengeluaran air dan makan. Perhitungan biaya penyusutan dilakukan menggunakan metode garis lurus (Horngren, 2008) yaitu : Tarif penyusutan = Nilai Perolehan Nilai Sisa (14) Umur Ekonomis Total biaya overhead tetap yang dikeluarkan oleh UKM Maju Bersama setiap minggunya adalah sebesar : Tabel 9. Biaya Pengeluaran Komponen Biaya Overhead Pabrik Tetap Overhead Tetap Pengeluaran per Minggu Penyusutan Rp ,- Air dan Makan Rp ,- Pengawas Rp ,- Total Rp ,- Biaya overhead variabel yang dikeluarkan oleh UKM Maju bersama terdiri atas biaya listrik, transportasi, dan minyak tanah. Berikut adalah tabel pemakaian komponen biaya overhead variabel UKM Maju Bersama per kodi. Tabel 10. Pemakaian Komponen Biaya Overhead Pabrik Variabel 4.5 Penetapan Standar Overhead Variabel Pemakaian/kodi Listrik Rp 274,- Transportasi Rp 3500,- Minyak Tanah Rp 5750,- Total Rp 9524,- Penetapan standar harus dilakukan agar dapat dijadikan dasar ukuran harga dan kuantitas yang seharusnya terjadi agar poses produksi dapat efisien.

52 39 Standar harga yang diteliti adalah komponen biaya produksi yang terkait dengan perhitungan laba dalam laporan keuangan yaitu, bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Penetapan standar berasal dari sumber pengembangan internal UKM Maju Bersama berdasarkan pengalaman masa lalu dan berdasarkan data pembelian dimasa lalu. Berikut disajikan data mengenai standar harga dan kuantitas penggunaan dalam proses produksi. Tabel 11. Standar Harga Beli Baku Sepatu Semua Model Baku Satuan Standar Harga Okt Nov Des Jan Feb Mar Refil m Silkinafa m Pasir m Novotel m Pur m Wedges Kaca Kodi Hak Kodi Hak Bungkus Unit Sol (Fiber non slip) Lbr Tekson 1,6 Lbr Tekson 0.8 Lbr Tamsin Kodi Spon 2mm Lbr Fariasi (gesper) Kodi Fariasi (M12) m Lem Galon Latex Liter Benang Lusin Label Kodi Paku Dus Kardus unit

53 40 Tabel 12. Kuantitas Standar Baku Sepatu Sandal Per Kodi Baku Satuan Standar Kuantitas Model Sepatu Sandal Sampan Wedges Kaca Double Bensole Pasir Refil M Silkinafa M Pasir M Novotel M Pur M Wedges Kaca Unit Hak Unit Hak Bungkus Unit Sol (Fiber non Lbr slip) Tekson 1,6 Lbr Tekson 0.8 Lbr Tamsin Unit Spon 2mm Lbr Fariasi (gesper) Unit Fariasi (M12) Unit Lem Galon Latex Liter Benang Gulung Label Unit Paku Unit Kardus Unit Standar Kuantitas yang disajikan diatas adalah standar kuantitas yang digunakan oleh UKM Maju Bersama, untuk jumlah kuantitas per kodinya cenderung sama hanya berbeda pada komponen bahan baku itu sendiri yang disesuaikan dengan model Sepatu sandal yang sedang dibuat pada minggu produksi. Untuk standar tarif upah bahan tenaga kerja ditentukan sendiri oleh UKM Maju Bersama berdasarkan tingkat kesulitan model Sepatu yang sedang dibuat. Tarif upah tenaga kerja standar adalah seperti yang disajikan pada Tabel 7. Penetapan standar untuk overhead variabel disesuaikan dengan iumlah produksi per minggu produksinya. Standar pengeluaran untuk overhead variabel ditetapkan sendiri oleh UKM Maju Bersama berdasarkan perhitungan dari data pengeluaran overhead tersebut dimasa lalu.

54 Analisis Regresi Linier Berganda Hubungan penggunaan biaya standar atas komponen biaya produksi seperti bahan baku langsung (BBL), tenaga kerja langsung (TKL) dan overhead pabrik (BOP) yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perolehan keuntungan atau laba bersih dari UKM Maju Bersama per produksinya dapat dilihat menggunakan analisis regresi linier berganda karena menggunakan lebih dari satu variabel independen. Analisis ini menggunakan komponen biaya produksi yaitu, BBL, TKL, dan BOP sebagai variabel independen dan Laba sebagai variabel dependen. Uji Regresi Linier Berganda dilakukan menggunakan software SPSS 15 for Windows berikut adalah hasil dari uji tersebut : Uji Korelasi Sebelum melakukan uji regresi linier berganda dilakukan terlebih dahulu uji korelasi untuk melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antar variabel independen. Hal ini diperlukan untuk menghindari bias hasil regresi karena antar variabel saling mempengaruhi. Tabel 13. Hasil Uji Korelasi Correlations BBL TKL BOP Pearson 1.840(**).825(**) Correlation BBL Sig. (2-tailed) N Pearson.840(**) 1.587(**) Correlation TKL Sig. (2-tailed) N BOP Pearson.825(**).587(**) 1 Correlation Sig. (2-tailed) N Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

55 42 Dari hasil uji korelasi diatas dapat dilihat bahwa untuk variabel Baku Langsung (BBL) dan Tenaga Kerja Langsung (TKL) memiliki hubungan sebesar hal ini menunjukkan hubungan yang sangat erat karena nilai tersebut mendekati dan kedua variabel ini saling mempengaruhi. Sedangkan untuk variabel Biaya Overhead Pabrik (BOP) dan variabel TKL memiliki hubungan sebesar hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel ini saling mempengaruhi namun tidak signifikan. Oleh karena itu salah satu variabel yang terlalu erat hubungannya dikeluarkan, sehingga hanya variabel BOP dan TKL yang akan diuji pengaruhnya terhadap laba Uji Regresi Linier Berganda Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan hasil persamaan regresi yang menggambarkan bagaimana pengaruh variabel independen yaitu, BBL dan TKL terhadap variabel dependen yaitu, Laba. Berikut adalah persamaan regresinya: Laba = TKL BOP Yang artinya adalah setiap peningkatan standar biaya tenaga kerja langsung sebesar 1 rupiah akan meningkatkan laba sebesar 4,268 rupiah dan peningkatan standar biaya overhead pabrik setiap 1 rupiah akan menurunkan laba sebesar 36,015 rupiah. Jadi tenaga kerja langsung berpengaruh positif terhadap peningkatan laba dan biaya overhead pabrik berpengaruh negatif terhadap laba. Dengan nilai korelasi variabel TKL terhadap Laba sebesar yang artinya tenaga kerja langsung memiliki hubungan yang erat sebesar 85,7%, sedangkan nilai korelasi variabel BOP terhadap Laba sebesar yang artinya keeratan hubungan negatif yang timbul antara biaya overhead pabrik terhadap laba hanya sebesar 10.3%. Biaya Tenaga Kerja Langsung (TKL) memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan laba karena pada setiap peningkatan upah TKL berarti meningkat juga kapasitas produksinya, karena sistem pengupahan pada UKM Maju Bersama ini adalah sistem borongan. Dengan meningkatnya kapasitas produksi berarti meningkat juga

56 43 jumlah penjualan dengan asumsi jumlah yang diproduksi sama dengan jumlah yang terjual karena produk yang diproduksi sudah merupakan produk pesanan, sehingga peningkatan total biaya TKL dapat meningkatkan pendapatan dan meningkatkan laba. Sedangkan Untuk BOP berpengaruh negatif karena komponen BOP tetap, memiliki nilai persentase yang lebih tinggi sekitar 69% 71% sedangkan persentase dari BOP variabel lebih kecil yaitu sekitar 29% - 31% sehingga pengeluaran overhead untuk overhead tetap besarnya akan selalu sama baik ada produksi maupun tidak ada produksi, sedangkan untuk overhead variabel bergantung pada jumlah produksi, maka pengeluaran overhead variabel ini dapat ditoleransi oleh nilai jual dari produk, sedangkan overhead tetap tidak bergantung pada jumlah produksi, maka ketika jumlah yang diproduksi menurun biaya overhead tetap akan meningkat dan meningkatkan biaya produksi yang memberikan efek negatif pada laba Uji Normalitas Residu Model dikatakan layak apabila residual dari data menyebar normal yang artinya tidak ada data yang condong ke arah nilai tertentu. Dapat dilihat dari nilai probabilitas Asymp.Sig.2- Tailed sebesar dimana nilainya lebih dari 0.05 sehingga data dinyatakan normal Uji Autokorelasi Model dikatakan layak apabila tidak terjadi autokorelasi, yaitu adanya hubungan antara kesalahan pada periode t dan t 1 atau kesalahan berlanjut, hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji durbin-watson pada regresi yang nilainya berada diantara rentang nilai du < dw < 4 du. Dimana nilai rentang durbin Watson untuk k (variabel) = 2 dan N (sampel) = 20 adalah du = dan 4 du = Nilai durbin watson untuk model diatas adalah 2.805, nilai tersebut terletak pada rentang tersebut sehingga dinyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi terhadap data.

57 Regression Studentized Residual Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas adalah uji untuk melihat apakah antar variabel memiliki hubungan linier yang dapat memberikan bias terhadap hasil. Syarat suatu data tidak multikolinier adalah nilai Variance Inflated Factors (VIF) yang < dan nilai tolerance yang berada dikisaran pada hasil regresi model diatas didapat hasil VIF untuk variabel TKL dan BOP adalah sama yaitu, < 10 dan tolerance < 1.00 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel Uji Homoskedastisitas Uji homoskedastisitas adalah uji untuk melihat bahwa varians dari data adalah sama pada seluruh pengamatan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil persilangan nilai residu SRESID dengan residu ZPRED pada scatterplot dimana nilai residunya menyebar di atas dan di bawah nilai 0.0 pada sumbu Y. berikut gambar scatterplot dari model diatas : Scatterplot Dependent Variable: Laba Regression Standardized Predicted Value Gambar 2. Scatterplot chart uji homoskedastisitas Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat titik titik yang menyebar di atas dan di bawah nilai 0.0 pada sumbu Y dan tidak memiliki pola tertentu sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan demikian persamaan model regresi linier berganda diatas telah memenuhi keempat asumsi dasar kelayakan

58 45 sebuah model regresi berganda. Sehingga persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai model yang layak untuk menjelaskan hubungan antara penggunaan biaya standar tenaga kerja langsung dan standar biaya overhead pabrik terhadap laba yang diperoleh oleh UKM Maju Bersama. Untuk variabel standar biaya bahan baku langsung yang telah dikeluarkan sebelumnya, tidak diperhitungkan kembali karena memiliki pengaruh yang sama seperti variabel biaya tenaga kerja langsung karena antar variabel ini memiliki korelasi yang tinggi Pengambilan Keputusan Uji F Hipotesis yang dibuat pada uji regresi linier berganda ini adalah : H0 : Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Standar Biaya Overhead Pabrik secara bersama sama tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap laba. H1 : Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Standar Biaya Overhead Pabrik secara bersama sama memiliki pengaruh signifikan terhadap laba. Dasar pengambilan keputusan adalah : Jika F hitung F tabel atau probabilitas 0,05 maka H0 diterima Jika F hitung > F tabel atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak Dari hasil Uji F regresi model diatas menghasilkan nilai F hitung sebesar 395,779 sedangkan Ftabel sebesar , sehingga F hitung > dari F tabel dan nilai probabilitas atau sig sebesar jauh dibawah jadi hipotesis yang diambil adalah tolak H0. Sehingga dari hasil uji F dapat dinyatakan bahwa standar biaya bahan tenaga kerja langsung dan standar biaya overhead pabrik

59 46 secara bersama sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laba baik secara positif maupun negatif Uji T Hipotesis yang dibuat pada uji regresi linier berganda ini adalah : H0 : Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Standar Biaya Overhead Pabrik secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap laba. H1 : Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Standar Biaya Overhead Pabrik secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap laba. Dasar pengambilan keputusan adalah : Jika T hitung T tabel atau probabilitas 0,05 maka H0 diterima Jika T hitung > T tabel atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak Dari hasil Uji T regresi model diatas menghasilkan nilai T hitung sebesar 10,665 sedangkan T tabel sebesar , sehingga T hitung > dari T tabel dan nilai probabilitas atau sig sebesar jauh dibawah jadi hipotesis yang diambil adalah tolak H0. Sehingga dari hasil uji F dapat dinyatakan bahwa standar biaya bahan tenaga kerja langsung dan standar biaya overhead pabrik secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laba baik secara positif maupun negatif Analisis Varians Penetapan harga dan kuantitas standar yang telah dilakukan sebelumnya menyisakan pertanyaan apakah pada kenyataannya terjadi perbedaan atau varians dengan harga dan kuantitas aktual per produksi? Hal tersebut dapat diukur dengan menggunakan analisis varians, untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan atau tidak dan apakah perbedaan tersebut menguntungkan (favorable) atau merugikan (unfavorable) bagi

60 47 UKM Maju Bersama dalam proses produksinya. Berikut hasil analisis varians atas biaya bahan baku langsung, tarif upah tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik Analisis Varians Baku Langsung Analisis varians bahan baku langsung terdiri atas varians harga bahan baku dan varians efisiensi penggunaan. Berikut hasil kedua analisis tersebut. i. Refil Standar harga bahan refil per meternya selama 20 minggu adalah Rp 56000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 35600,- berdasarkan hasil analisis varians harga, rataan varians harga yang terjadi adalah sebesar Rp ( ) untuk satu bulan produksi sebanyak 195 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 35,36% dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk bahan refil adalah sebesar Rp 8900,- dengan standar kuantitas sebesar 233,75 m dan kuantitas aktual sebesar 234 m untuk satu bulan produksi. Dengan presentase penyimpangan sebesar -0.11% dikategorikan unfavorable. ii. Silkinafa Standar harga bahan silkinafa per meternya selama 19 minggu adalah Rp 56000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 48600,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp ( ) untuk satu bulan produksi sebanyak 195 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 21.43% dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk bahan silkinafa adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual

61 48 yaitu sebesar 137,5 m untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). iii. Pasir Standar harga bahan pasir per meternya selama 19 minggu adalah Rp 56000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 44000,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp ( ) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 21.43% dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk bahan pasir adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 165 m untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). iv. Novotel Standar harga bahan novotel per meternya selama 19 minggu adalah Rp 56000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 56000,- berdasarkan hasil analisis varians, tidak terdapat nilai varians karena harga standar dan harga aktual memiliki nilai yang sama, namun hal ini masih dikategorikan kepada favorable(f). Nilai varians efisiensi untuk bahan novotel adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 60m untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). v. Pur Standar harga pur per meternya selama 17 minggu adalah Rp 25000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp ,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp (18.529) untuk satu kali

62 49 produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 12% dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk pur adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 35m untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). vi. Wedges Kaca Standar harga wedges kacaper kodinya selama 19minggu adalah Rp 12000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 12000,- berdasarkan hasil analisis varians, tidak terdapat nilai varians karena harga standar dan harga aktual memiliki nilai yang sama, namun hal ini masih dikategorikan kepada favorable(f). Nilai varians efisiensi untuk wedges kaca adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 50 kodi untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). vii. Hak Standar harga hakper kodinya selama 17 minggu adalah Rp 36000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 25000,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp ( ) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 30,56 % dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk hak adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 95

63 50 kodi untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). viii. Hak Bungkus Standar harga hakbungkus per kodinya selama 18 minggu adalah Rp 22000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 23800,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp 25000,- untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar -13,64 % dan dapat dikategorikan unfavorable (U). Nilai varians efisiensi untuk hak bungkus adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 50 kodi untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). ix. Sol (Fiber Non Slip) Standar harga sol (fiber non slip) per lembarnya selama 20 minggu adalah Rp 35000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 25250,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp (460500) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar % dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk sol (fiber non slip) adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 195 lembar untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). x. Texon 1.6 Standar harga texon 1.6 per lembarnya selama 20 minggu adalah Rp 12500,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 10500,- berdasarkan hasil analisis varians,

64 51 rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp ( ) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 16,00 % dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk texon 1.6 adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar lembar untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). xi. Texon 0.8 Standar harga texon 0.8 per lembarnya selama 20 minggu adalah Rp 8500,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 5900,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp (118950) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar % dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk texon 0.8 adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 195 lembar untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). xii. Tamsin Standar harga tamsin per dusnya selama 20 minggu adalah Rp 50000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 25000,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp (136250) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar % dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk tamsin adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan

65 52 antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 19 dus untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). xiii. Spon 2mm Standar harga spon 2mm per lembarnya selama 20 minggu adalah Rp 12000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 9500,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp (118750) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar % dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk spon 2mm adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 195 lembar untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). xiv. Fariasi Gesper Standar harga fariasi gesper per kodiselama 18 minggu adalah Rp 11000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 9200,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp (60000) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar % dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk fariasi gesper adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 110 kodi untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). xv. Fariasi M12 Standar harga fariasi m12 per meter selama 19minggu adalah Rp 20000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp

66 ,- berdasarkan hasil analisis varians, tidak terdapat nilai varians karena harga standar dan harga aktual memiliki nilai yang sama, namun hal ini masih dikategorikan kepada favorable(f). Nilai varians efisiensi untuk fariasi m12 adalah sebesar Rp 5000,- dengan standar kuantitas sebesar 34,75 m dan kuantitas aktual sebesar 35 m untuk satu bulan produksi. Dengan presentase penyimpangan sebesar -0.72% dikategorikan unfavorable. xvi. Lem Standar harga lem per galon selama 20minggu adalah Rp ,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp ,- berdasarkan hasil analisis varians, tidak terdapat nilai varians karena harga standar dan harga aktual memiliki nilai yang sama, namun hal ini masih dikategorikan kepada favorable(f). Nilai varians efisiensi untuk lem adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 195 galon untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). xvii. Latex Standar harga latex per galonselama 20 minggu adalah Rp ,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp ,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp (171562) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 20,00% dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk latex adalah sebesar Rp 27500,- dengan standar kuantitas sebesar 48,75 galon dan kuantitas aktual sebesar 49 galon untuk satu bulan

67 54 produksi. Dengan presentase penyimpangan sebesar % dikategorikan unfavorable. xviii. Benang Standar harga benang per lusinselama 20 minggu adalah Rp 15000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 12500,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp (20625) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 16,67% dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai rata rata varians efisiensi untuk benang adalah sebesar Rp 6117,- dengan standar kuantitas sebesar lusin dan kuantitas aktual sebesar untuk satu bulan produksi. Dengan presentase penyimpangan sebesar 1.43% dikategorikan unfavorable. xix. Label Standar harga label per kodiselama 20 minggu adalah Rp 4000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 2000,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp (91250) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 50.00% dan dapat dikategorikan favorable (F) Nilai varians efisiensi untuk label adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 195 kodi untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). xx. Paku Standar harga paku per dus selama 20minggu adalah Rp 12000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 12000,- berdasarkan hasil analisis varians, tidak terdapat

68 55 nilai varians karena harga standar dan harga aktual memiliki nilai yang sama, namun hal ini masih dikategorikan kepada favorable(f). Nilai varians efisiensi untuk paku adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 19.5 dus untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). xxi. Kardus Standar harga kardus per kodiselama 20 minggu adalah Rp 45000,- dengan nilai rataan realisasi sebesar Rp 31000,- berdasarkan hasil analisis varians, rataan varians yang terjadi adalah sebesar Rp ( ) untuk satu kali produksi per minggunya sebanyak 50 kodi, dengan rataan presentase varians sebesar 31,11% dan dapat dikategorikan favorable (F). Nilai varians efisiensi untuk kardus adalah Rp 0 atau tidak memiliki varians karena tidak terdapat perbedaan antara kuantitas standar dan kuantitas aktual yaitu sebesar 195 kodi untuk satu bulan produksi. Sehingga dapat dikategorikan favorable (F). Pada hasil analisis varians harga dan kuantitas bahan baku langsung diatas, dapat dilihat bahwa ada bahan baku yang memiliki varians favorable dan unfavorable. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktor fluktuasi harga di toko tempat UKM Maju bersama berbelanja, juga dipengaruhi oleh kecenderungan pemilik dalam menganggarkan harga standar tertinggi dari pengalaman pembelian periode sebelumnya untuk mengantisipasi fluktuasi harga antar bahan baku sehingga dapat saling menutupi kekurangan dan kelebihan dari varians bahan baku langsung yang mungkin terjadi.

69 56 Perbedaan hasil pada varians harga dan kuantitas juga terjadi pada beberapa bahan baku seperti bahan refil, fariasi m12, latex, dan benang yang pada varians harga menunjukkan favorable sedangkan pada varians efisiensi terjadi unfavorable, hal ini dapat terjadi karena pada proses produksi bahan ini dipakai oleh semua model yang berbeda sehingga konsumsi untuk tiap modelnya dapat berbeda walaupun sebelumnya telah distandarkan bahwa penggunaannya sama Analisis Varians Tenaga Kerja Langsung Analisis varians tenaga kerja langsung terdiri atas varians tarif upah tenaga kerja langsung dan varians varians efisiensi jam tenaga kerja langsung. Pada varians tarif upah tenaga kerja langsung yang diperhitungkan selama 20 minggu, tidak terjadi varians tarif upah tenaga kerja langsung atau standar tarif upah tenaga kerja langsung sama dengan tarif aktualnya, dimana tarif upah yang ditetapkan adalah Rp 5650,-/pasang untuk model pasir, Rp 6250,-/pasang untuk model wedges kaca, Rp 6000/pasang untuk model double bensole, dan Rp 5500,-/pasang untuk model sampan. Ketiadaan varians ini dikategorikan favorable karena sesuai dengan standar tarif upah yang telah ditetapkan oleh UKM Maju Bersama. Efisiensi jam tenaga kerja UKM Maju Bersama pun menghasilkan varians yang negatif yang dikategorikan favorable, karena jam kerja aktual berada dibawah jam kerja yang distandarkan yaitu, 1,75 jam kerja standar/ pasang, sedangkan jam kerja aktual adalah 1,4 jam/pasang dengan 14 jam kerja sehari 5 hari seminggu. Penyimpangan positif yang terjadi adalah 21,5%.

70 Analisis Varians Overhead Pabrik Varians overhead pabrik terdiri atas varians overhead tetap, varians tarif overhead variabel, dan varians efisiensi overhead variabel. Pada analisis varians overhead tetap yang dihitung selama 20 minggu, tidak terjadi varians, dikarenakan nilai overhead tetap yang dianggarkan berasal dari perhitungan penyusutan dan beberapa komponen overhead tetap lain yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 1,069,646 per minggu, tidak terdapat perbedaan dengan pengeluaran aktualnya. Hal ini karena nilai overhead yang ditetapkan tidak dipengaruhi oleh faktor lain seperti jumlah produksi, sehingga nilainya sama. Varians tarif overhead variabel terdiri atas tiga komponen yaitu, tarif listrik, transportasi, dan minyak tanah yang Overhead masing masing dianggarkan sebesar Rp 13700,- ; Rp ,- dan Rp ,- untuk satu bulan produksi sebanyak 50 kodi. Dari analisis varians ketiga komponen tersebut yang diperhitungkan selama 20 minggu, tidak terjadi varians, atau pengeluaran overhead variabel yang dianggarkan sama dengan pengeluaran overhead aktual yang dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan, pada setiap kali produksinya UKM Maju bersama dapat menentukan dengan pasti berapa jumlah yang akan diproduksi sehingga biaya overhead variabel standar dapat diperhitungkan relatif sesuai dengan biaya overhead aktualnya. Untuk biaya overhead aktual pada komponen listrik, relatif sesuai karena pengenaan biaya listrik UKM Maju Bersama masih menginduk kepada rumah inti, sehingga tidak ada penunjuk pemakaian yang terperinci. Sedangkan untuk varians efisiensi overhead variabel pada UKM Maju Bersama bernilai negatif, hal ini dikarenakan jam kerja aktual yang terjadi jauh di bawah jam kerja yang distandarkan. hal ini merupakan varians yang menguntungkan sehingga dikategorikan favorable.

71 Implikasi Manajerial Hasil penelitian mengenai pengaruh penggunaan biaya standar terhadap peningkatan laba pada UKM Maju Bersama, menunjukkan bahwa dari ketiga komponen biaya produksi yang distandarkan yaitu, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dua diantaranya secara bersama sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan laba. Biaya yang memiliki pengaruh adalah biaya tenaga kerja langsung yang pada setiap peningkatannya memiliki pengaruh positif terhadap laba, sedangkan untuk biaya overhead pabrik pada setiap peningkatannya memberikan pengaruh negatif. Biaya bahan baku tidak diperhitungkan karena antara biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung saling mempengaruhi sehingga jika keduanya diperhitungkan akan memberikan nilai yang bias terhadap laba atau menghasilkan nilai double counting. Pengaruh positif dari biaya tenaga kerja menunjukkan adanya kesempatan bagi UKM maju bersama untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada dengan mengusahakan jam produksi yang lebih efisien dari yang sekarang misalnya dengan melakukan spesialisasi kerja yaitu dengan membagi karyawan kedalam beberapa Jobdesknya masing masing dan membatasi jam kerja. jika dibandingkan dengan usaha sejenis yang telah melakukan spesialisasi kerja, mereka dapat menghasilkan produk sebanyak 4 kodi per orang setiap harinya. Jika hal ini diterapkan pada UKM Maju bersama maka tidak menutup kemungkinan bahwa produktivitas tenaga kerja pada UKM ini dapat meningkat. Spesialisasi kerja ini juga dapat menjadi solusi bagi penghematan biaya overhead yang memberikan pengaruh negatif terhadap peningkatan laba dengan nilai koefisien yang cukup besar sekitar rupiah dengan nilai korelasi sekitar 10,3%. Namun demikian setiap peningkatan biaya overhead pabrik, tetap akan memberikan pengaruh negatif terhadap laba, jika UKM Maju Bersama menerapkan spesialisasi kerja maka salah satu komponen biaya overhead tetap yang yaitu air dan makan dapat dipangkas karena jam kerja yang berkurang dari 14 jam sehari menjadi 9 jam per hari.

72 59 Hasil analisis varians yang dilakukan menunjukkan bahwa pada UKM Maju bersama relatif tidak banyak terjadi varians yang merugikan UKM Maju Bersama, hal ini dikarenakan jenis produk yang diproduksi yaitu, Sepatu sandal memiliki kemudahan untuk diperhitungkan kebutuhan bahan baku produksinya dengan relatif tepat, serta pemilihan dan pembelian bahan baku yang dilakukan langsung oleh pemilik membuat varians yang mungkin terjadi semakin tipis karena dipilih dan dibeli jumlahnya secara tepat sesuai dengan perhitungan pemilik. Untuk varians tenaga kerja juga tidak terjadi karena upah tenaga kerja yang dibayarkan sesuai yang distandarkan yang mana standar tarif ini disesuaikan dengan model yang dikerjakan setiap kali produksinya. Untuk overhead pabrik sendiri juga tidak memiliki varians yang merugikan karena biaya overhead yang ditetapkan relatif melebihi dari yang aktual dikeluarkan. Jadi, dapat dikatakan bahwa harga standar yang ditetapkan oleh UKM Maju Bersama berfungsi dengan baik dalam usaha peningkatan dan pengendalian laba dengan menetapkan standar yang relatif tinggi untuk membackup kemungkinan fluktuasi harga yang terjadi sehingga UKM Maju bersama selalu siap dengan segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Namun, akan lebih baik apabila UKM Maju bersama dapat menurunkan harga standar yang telah ditentukan disesuaikan dengan data yang terbaru, sehingga UKM Maju Bersama dapat menekan lagi pengeluaran aktualnya dan dapat memberikan peningkatan laba yang lebih signifikan.

73 60 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di UKM Maju Bersama maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : a. UKM pembuatan sepatu sandal Maju Bersama belum melakukan penerapan biaya standar pada proses produksinya. Penetapan standar biaya yang dilakukan tidak secara detail, karena pemilik mengambil standar aman yang tertinggi. Sehingga penggunaan biaya standar itu sendiri belum efektif untuk menekan biaya produksi. b. Pengaruh biaya standar atas biaya produksi yaitu, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, hanya dua diantaranya yang berpengaruh terhadap laba, yaitu, biaya tenaga kerja langsung yang berpengaruh positif dan biaya overhead pabrik yang berpengaruh negatif dengan nilai keeratan masing masing 85,7% dan 10,3% dengan persamaan sebagai berikut : Laba = TKL BOP Biaya bahan baku langsung tidak diperhitungkan karena biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung saling mempengaruhi dengan nilai keeratan yang sama. c. Analisis varians atas biaya standar dari komponen biaya produksi dibandingkan dengan biaya aktualnya menunjukkan bahwa pada UKM Maju Bersama tidak banyak terjadi varians yang merugikan, hal ini dikarenakan UKM Maju Bersama dapat menentukan standar penggunaan yang relatif tepat dengan aktualnya, dan harga standar yang ditentukan cenderung lebih tinggi dari harga aktual, sehingga varians yang terjadi selalu positif dan ini menguntungkan organisasi. 2. Saran a. Dengan mengetahui pengaruh komponen biaya produksi terhadap laba, maka UKM Maju bersama perlu memperhatikan komponen

74 61 yang memberikan pengaruh negatif terhadap laba dan juga meningkatkan komponen yang memberikan pengaruh positif terhadap laba. Keduanya dapat diperhatikan jika UKM Maju Bersama mulai menerapkan sistem spesialisasi kerja yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada dan dapat memangkas komponen air dan makan sehingga dapat menekan biaya overhead. b. Varians biaya standar yang terjadi, dimana tidak banyak terjadi varians. Hal ini sudah cukup baik dengan standar harga yang cenderung tinggi, maka akan lebih baik apabila UKM Maju Bersama dapat menurunkan standar harga yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga dapat mendorong organisasi untuk lebih menekan biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menekan biaya produksi dan akhirnya dapat meningkatkan laba secara lebih signifikan.

75 62 DAFTAR PUSTAKA Chariri, A dan Ghazali, I Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. D.A. Lind, W.G. Marchal, S.A. Wathen Teknik Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global, edisi tiga belas. Salemba Empat, Jakarta. Gujarati, D Dasar dasar ekonometrika. Erlangga, Jakarta. Hansen, D.R & Mowen Manajemen Biaya. Edisi Bahasa Indonesia, Buku Dua, Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta. Harahap, N dan Kumala, D Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan). Jurnal Akuntansi FE Usu, Vol. 20, No. 1. Dari [19 November 2011] Horngren, C. T., Srikant M. D., George.F Akuntansi Biaya; Penekanan Manajerial Edisi Keduabelas. P.A.Lestari, penerjemah. Indeks, Jakarta. Terjemahan dari : Cost Accounting; A Managerial Emphasis Twelfth Edition. Kuswadi Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. Ksheshariani, W. A.W Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus : UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor Mulyadi Akuntansi Biaya, edisi ke -6. STIE YKPN, Yogyakarta. Rony, H Akuntansi Biaya Pengantar untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Simamora, H Akuntansi Manajemen. Salemba Empat, Jakarta. Supranto J Statistik : Teori dan Aplikasi Jilid 2 edisi keenam. Penerbit Erlangga, Jakarta. Supriyono Akuntansi Biaya, Buku 1, edisi dua. BPFE, Yogyakarta. Warsidi & Pramuka Pemahaman Ekonomi Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

76 63 Wild J.J, Subramanyam K. R., and Hasley, R. F Financial Statement Analysis. Salemba Empat, Jakarta. [19 November 2011] [19 November 2011] [26 April 2012]

77 64

78 65 Lampiran 1. Kuesioner Wawancara DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PENGARUH PENGGUNAAN BIAYA STANDAR TERHADAP PENINGKATAN LABA (Studi Kasus: UKM Pembuatan Sepatu Maju Bersama Di Desa Nambo) Dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana,saya Fuji Tyas Nastiti (H ) mahasiswa DepartemenManajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, memohon kesediaan Bapak untuk melakukan wawancara guna penelitian saya. Sayamelakukan wawancara ini sebagai data primer dalam penelitian saya yangberjudul Pengaruh Penggunaan Biaya Standar Terhadap Peningkatan Laba (Studi Kasus : UKM Pembuatan Sepatu Maju Bersama Di Desa Nambo). A. Sumber Informasi 1. Pemilik UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang. 2. Bagian Produksi UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang. B. Daftar Pertanyaan 1. Gambaran Umum Perusahaan a. Bagaimana sejarah dan perkembangan UKM pembuatan Sepatu Maju Bersama? b. Apa tujuan didirikannya UKM pembuatan Sepatu Maju Bersama? c. Bagaimana struktur organisasi UKM pembuatan Sepatu Maju Bersama? 2. Konsep Biaya Standar a. Apa saja bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat keempat model Sepatu? b. Berapakah harga masing masing bahan baku tersebut? Lanjutan Lampiran 1. c. Berapa standar jumlah pemakaian bahan baku pada tiap model Sepatu per kodinya?

79 66 d. Apakah dasar dalam menentukan tarif upah yang akan dibayarkan kepada tenaga kerja? e. Bagaimana sistem pembayaran upah tenaga kerja? f. Berapa lama waktu standar yang diperlukan untuk memproduksi sepasang/sekodi Sepatu? g. Berapakah standar tarif biaya overhead pabrik tetap? Dan dasar apakah yang digunakan untuk menentukan tarif tersebut?

80 67 Lampiran 2. Struktur Organisasi Pemilik UKM Maju Bersama Bapak Endang PENGAWAS 25 Orang Karyawan Pengrajin Sepatu

81 68 Lampiran 3. Data Biaya Baku Mingguan Selama 20 Minggu Periode Model Jumlah Produksi Biaya Baku Langsung Total 22 Okt 2011 Pasir 50 25,138 24,850, Okt 2011 Wedges Kaca 50 25,363 25,362, Nov2011 Double Bensole + Pasir 45 22,680 20,846, Nov 2011 Sampan 50 22,650 22,650, Nov 2011 Pasir 50 25,650 24,850, Nov 2011 Wedges Kaca 50 25,138 25,362, Des 2011 Double Bensole + Pasir 45 22,794 20,846, Des 2011 Sampan 50 22,968 22,650, Des 2011 Pasir 50 25,650 24,850, Des 2011 Wedges Kaca 50 25,138 25,362, Des 2011 Double Bensole + Pasir 45 22,794 20,846, Jan 2012 Sampan 50 25,650 22,650, Jan 2012 Pasir 50 22,794 24,850, Jan 2012 Wedges Kaca 50 25,138 25,362, Jan 2012 Double Bensole + Pasir 45 25,650 20,846, Feb 2012 Sampan 50 22,968 22,650, Feb 2012 Pasir 50 22,968 24,850, Feb 2012 Wedges Kaca 50 25,138 25,362, Feb 2012 Double Bensole + Pasir 45 22,794 20,846, Mar2012 Sampan 50 25,650 22,650,000

82 69 Lampiran 4. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung Mingguan Selama 20 Minggu Periode Model Jumlah Tarif Total Produksi 22 Okt Pasir 50 5,650 5,650, Okt 2011 Wedges Kaca 50 6,250 6,250, Nov Double Bensole + Pasir 45 6,000 5,330, Nov Sampan 50 5,500 5,500, Nov Pasir 50 6,250 5,650, Nov Wedges Kaca 50 5,650 6,250, Des Double Bensole + Pasir 45 5,500 5,330, Des Sampan 50 6,000 5,500, Des Pasir 50 6,250 5,650, Des Wedges Kaca 50 5,650 6,250, Des Double Bensole + Pasir 45 5,500 5,330, Jan Sampan 50 6,250 5,500, Jan Pasir 50 5,500 5,650, Jan Wedges Kaca 50 5,650 6,250, Jan Double Bensole + Pasir 45 6,250 5,330, Feb Sampan 50 6,000 5,500, Feb Pasir 50 6,000 5,650, Feb Wedges Kaca 50 5,650 6,250, Feb Double Bensole + Pasir 45 5,500 5,330, Mar Sampan 50 6,250 5,500,000

83 Lampiran 5. Data Biaya Overhead Pabrik Mingguan Selama 20 Minggu Periode Model Jumlah Produksi Air Makan Transportasi Listrik Pengawas Penyusutan Minyak Tanah 22 Okt Pasir 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Okt 2011 Wedges Kaca 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Nov Double Bensole + Pasir 45 17, , ,500 12, , , ,750 1,498, Nov Sampan 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Nov Pasir 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Nov Wedges Kaca 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Des Double Bensole + Pasir 45 17, , ,500 12, , , ,750 1,498, Des Sampan 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Des Pasir 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Des Wedges Kaca 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Des Double Bensole + Pasir 45 17, , ,500 12, , , ,750 1,498, Jan Sampan 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Jan Pasir 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Jan Wedges Kaca 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Jan Double Bensole + Pasir 45 17, , ,500 12, , , ,750 1,498, Feb Sampan 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Feb Pasir 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545,846 Total

84 Lanjutan Lampiran Lampiran 5. Data Biaya 5, Overhead Pabrik Mingguan Selama 20 Minggu 18 Feb Wedges Kaca 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545, Feb Double Bensole + Pasir 45 17, , ,500 12, , , ,750 1,498, Mar Sampan 50 17, , ,000 13, , , ,500 1,545,846

85 72 Lampiran 6. Data Pemasukan Mingguan Selama 20 Minggu Periode Model Jumlah Produk si Harga /Kodi Pemasuka n 22 Okt Pasir ,500, Okt 2011 Wedges Kaca ,500, Nov Double Bensole + Pasir ,750, Nov Sampan ,000, Nov Pasir ,500, Nov Wedges Kaca ,500, Des Double Bensole + Pasir ,500, Des Sampan ,500, Des Pasir ,500, Des Wedges Kaca ,500, Des Double Bensole + Pasir ,500, Jan Sampan ,500, Jan Pasir ,000, Jan Wedges Kaca ,500, Jan Double Bensole + Pasir ,350, Feb Sampan ,500, Feb Pasir ,500, Feb Wedges Kaca ,000, Feb Double Bensole + Pasir ,350, Mar Sampan ,500,000

86 Lampiran 5. Data Biaya Overhead Pabrik Mingguan Selama 20 Minggu Lampiran 7. Data Regresi Periode Model Jumlah Biaya BBL TKL BOP Produksi Produksi Pemasukan Laba 22 Okt Pasir Okt 2011 Wedges Kaca Nov Double Bensole + Pasir Nov Sampan Nov Pasir Nov Wedges Kaca Des Double Bensole + Pasir Des Sampan Des Pasir Des Wedges Kaca Des Double Bensole + Pasir Jan Sampan Jan Pasir Jan Wedges Kaca Jan Double Bensole + Pasir Feb Sampan Feb Pasir

87 Lampiran Lanjutan Lampiran 5. Data Biaya 7. Overhead Pabrik Mingguan Selama 20 Minggu 18 Feb2012. Wedges Kaca Feb Double Bensole + Pasir Mar Sampan

88 75 Lampiran 8. Hasil Uji Korelasi Variabel Correlations Correlations BBL TKL BOP BBL Pearson Correlation 1.840(**).825(**) Sig. (2-tailed) N TKL Pearson Correlation.840(**) 1.587(**) Sig. (2-tailed) N BOP Pearson Correlation.825(**).587(**) 1 Sig. (2-tailed) N ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

89 76 Lampiran 9. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Regression Descriptive Statistics Mean Laba TKL BOP Std. Deviation N Pearson Correlation Correlations Laba TKL BOP Laba TKL BOP Sig. (1-tailed) Laba TKL BOP N Laba TKL BOP Variables Entered/Removed(b) Mode l Variables Entered Variables Removed Method 1 BOP, TKL(a). Enter a All requested variables entered. b Dependent Variable: Laba Model Summary(b) Mode Adjusted l R R Square R Square 1.989(a) a Predictors: (Constant), BOP, TKL b Dependent Variable: Laba Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 2.805

90 77 Lanjutan Lampiran 9 ANOVA(b) Mode l Sum of Squares 1 Regressio n Residual Total a Predictors: (Constant), BOP, TKL b Dependent Variable: Laba LanjutanLampiran 9. df Mean Square F Sig (a) Model 1 (Constant ) TKL BOP Coefficients(a) Unstandardized Coefficients B Std. Error Standardi zed Coefficien ts Beta t sig.000 Collinearity Statistics Tolera nce VIF a Dependent Variable: Laba Collinearity Diagnostics(a) Mod Dimensio Eigenval Condition el n ue Index Variance Proportions (Constan (Constan TKL BOP t) t) TKL E a Dependent Variable: Laba

91 Expected Cum Prob 78 Lanjutan Lampiran 9 Residuals Statistics(a) Minimu m Maximu m Mean Std. Deviation N Predicted Value Residual Std. Predicted Value Std. Residual a Dependent Variable: Laba Charts Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Laba Observed Cum Prob 1.0

92 Regression Studentized Residual 79 Lanjutan Lampiran 9. NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N 20 Normal Mean Parameters(a,b) Most Extreme Differences Std. Deviation Absolute.250 Positive.184 Negatif Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed).164 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Charts Scatterplot Dependent Variable: Laba Regression Standardized Predicted Value

93 80 Lampiran 10. Analisis Varians Harga Baku Langsung Baku Refil Silkinafa Pasir Novotel Wedges Kaca Sol (Fiber non slip) Analisis Varians Harga Baku bulan Oktober 2011 Material Price Varians = (Actual Price - Standard Price) Actual Quantity Harga Harga Kuantitas Varians U/ Satuan Aktual Standar Aktual F Penyimpangan (%) m 36,200 56, ,633,200 F 35.36% m 37,000 56, ,612,500 F 33.93% m 44,000 56, ,650,000 F 21.43% m 56,000 56, F 0.00% Kodi 120, , F 0.00% Lbr 26,000 35, ,000 F 25.71% Tekson 1,6 Lbr 10,500 12, ,000 F 16.00% Tekson 0.8 Lbr 5,900 8, ,000 F 30.59% Tamsin Kodi 25,000 50, ,000 F 50.00% Spon 2mm Lbr 9,500 12, ,500 F 20.83% Fariasi (M12) m 20,000 20, F 0.00% Lem Galon 120, , F 0.00% Latex Liter 120, , ,250 F 4.00% Benang Lusin 12,500 15, ,500 F 16.67% Label Kodi 2,000 4, ,000 F 50.00% Paku Dus 12,000 12, F 0.00% Kardus unit 31,000 45, ,190,000 F 31.11% Baku Refil Silkinafa Pasir Analisis Varians Harga Baku bulan November 2011 Material Price Varians = (Actual Price - Standard Price) Actual Quantity Harga Harga Kuantitas Varians U/ Satuan Aktual Standar Aktual F Penyim pangan (%) m 36,200 56, ,633,200 F m 37,000 56, ,612,500 F m 44,000 56, ,980,000 F 21.43

94 81 Lanjutan Lampiran 10. Baku Satuan Harga Aktual Harga Standar Kuantitas Aktual Varians U/ F Penyim pangan (%) Novotel m 56,000 56, F 0.00 Pur m 22,000 25, ,000 F Wedges Kaca Kodi 120, , F 0.00 Hak Kodi 25,000 36, ,045,000 F Hak Bungkus Kodi 22,000 22, F 0.00 Sol (Fiber non slip) Lbr 26,000 35, ,755,000 F Tekson 1,6 Lbr 10,500 12, ,000 F Tekson 0.8 Lbr 5,900 8, ,000 F Tamsin Dus 25,000 50, ,000 F Spon 2mm Lbr 9,500 12, ,500 F Fariasi (gesper) Kodi 6,500 11, ,000 F Fariasi (M12) m 20,000 20, F 0.00 Lem Galon 120, , F 0.00 Latex Liter 120, , ,750 F 4.00 Benang Lusin 12,500 15, ,250 F Label Kodi 2,000 4, ,000 F Paku Dus 12,000 12, F 0.00 Kardus unit 31,000 45, ,730,000 F Analisis Varians Harga Baku bulan Desember 2011 Material Price Varians = (Actual Price - Standard Price) Actual Quantity Baku Refil Silkinafa Pasir Novotel Satuan Harga Aktual Harga Standar Kuantitas Aktual Varians U/ F Penyimpangan (%) m 36,200 56, ,534,000 F m 37,000 56, ,612,500 F m 44,000 56, ,310,000 F m 56,000 56, F 0.00

95 82 Lanjutan Lampiran 10. Baku Satuan Harga Aktual Harga Standar Kuantitas Aktual Varians U/ F Penyimpangan (%) Pur m 22,000 25, ,000 F Wedges Kaca Kodi 120, , F 0.00 Hak Kodi 25,000 36, ,155,000 F Hak Bungkus Kodi 22,000 22, F 0.00 Sol (Fiber non slip) Lbr 26,000 35, ,070,000 F Tekson 1,6 Lbr 10,500 12, ,000 F Tekson 0.8 Lbr 5,900 8, ,000 F Tamsin Dus 25,000 50, ,000 F Spon 2mm Lbr 9,500 12, ,000 F Fariasi (gesper) Kodi 6,500 11, ,000 F Fariasi (M12) m 20,000 20, F 0.00 Lem Galon 120, , F 0.00 Latex galon 120, , ,500 F 4.00 Benang Lusin 12,500 15, ,500 F Label Kodi 2,000 4, ,000 F Paku Dus 12,000 12, F 0.00 Kardus unit 31,000 45, ,220,000 F Baku Analisis Varians Harga Baku bulan Januari 2012 Material Price Varians = (Actual Price - Standard Price) Actual Quantity Satuan Harga Aktual Harga Standar Kuantitas Aktual Varians Refil m F 38 Silkinafa m F 21 Pasir m F 21 Novotel m F 0 Pur m F 0 U/ F Penyim pangan (%)

96 83 Lanjutan Lampiran 10. Baku Satuan Harga Aktual Harga Standar Kuantitas Aktual Varians Wedges Kaca Kodi F 0 Hak Kodi F 31 Hak Bungkus Kodi U -14 Sol (Fiber non slip) Lbr F 30 Tekson 1,6 Lbr F 16 Tekson 0.8 Lbr F 31 Tamsin Dus F 50 Spon 2mm Lbr F 21 Fariasi (gesper) Kodi F 0 Fariasi (M12) m F 0 Lem Galon F 0 Latex Galon F 20 Benang Lusin F 15 Label Kodi F 50 Paku Dus F 0 Kardus unit F 31 Baku Analisis Varians Harga Baku bulan Februari 2012 Material Price Varians = (Actual Price - Standard Price) Actual Quantity Satuan Harga Aktual Harga Standar Kuantitas Aktual Varians Refil m F 38 Silkinafa m F 21 Pasir m F 21 Novotel m F 0 Pur m F 0 Wedges Kaca Kodi F 0 U/ F U /F Penyim pangan (%) Penyimpangan (%)

97 84 Lanjutan Lampiran 10. Baku Satuan Harga Aktual Harga Standar Kuantitas Aktual Varians Hak Kodi F 31 Hak Bungkus Kodi U -14 Sol (Fiber non slip) Lbr F 30 Tekson 1,6 Lbr F 16 Tekson 0.8 Lbr F 31 Tamsin Dus F 50 Spon 2mm Lbr F 21 Fariasi (gesper) Kodi F 0 Fariasi (M12) m F 0 Lem Galon F 0 Latex Galon F 20 Benang Lusin F 17 Label Kodi F 50 Paku Dus F 0 Kardus unit F 31 Analisis Varians Harga Baku bulan Maret 2012 Material Price Varians = (Actual Price - Standard Price) Actual Quantity U /F Penyim pangan (%) Baku Refil Hak Bungku s Sol (Fiber non slip) Tekson 1,6 Tekson 0.8 Satuan Harga Aktual Harga Standar Kuantitas Aktual m Varians U /F F 38 Kodi U -14 Lbr F 30 Lbr F 16 Lbr F 31 Penyimpangan (%)

98 85 Lanjutan Lampiran 10. Baku Satuan Harga Aktual Harga Standar Kuantitas Aktual Varians Tamsin Dus F 50 Spon 2mm Lbr F 21 Fariasi (gesper) Kodi F 0 Lem Galon F 0 Latex galon F 20 Benang Lusin F 17 Label Kodi F 50 Paku Dus F 0 Kardus unit F 31 U /F Penyimpangan (%)

99 86 Lampiran 11. Analisis Varians Kuantitas Baku Langsung Analisis Varians Kuantitas Baku bulan Oktober 2011 Material Usage Varians = (Actual Quantity - Standard Quantity) Actual Price Satua Harga Kuantitas Kuantita U/ Penyimpangan Varians Baku n Aktual Standar s Aktual F Refil m U -0.11% Silkinafa m F 0.00% Pasir m F 0.00% Novotel m F 0.00% Wedges Kaca Kodi F 0.00% Sol (Fiber Lbr F 0.00% non slip) Tekson 1,6 Lbr F 0.00% Tekson 0.8 Lbr F 0.00% Tamsin Kodi F 0.00% Spon 2mm Lbr F 0.00% Fariasi (M12) m F 0.00% Lem Galon F 0.00% Latex Liter U -1.18% Benang Lusin F 1.18% Label Kodi F 0.00% Paku Dus F 0.00% Kardus Kodi F 0.00% Analisis Varians Kuantitas Baku bulan November 2011 Material Usage Varians = (Actual Quantity - Standard Quantity) Actual Price Baku Refil Silkinafa Pasir Satuan Harga Aktual Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Varians U/ F Penyim pangan m U -0.11% m F 0.00% m F 0.00%

100 Lanjutan Lampiran Harga Kuantitas Kuantitas U/ Penyimpangan Satuan Varians Baku Aktual Standar Aktual F Novotel m F 0.00% Pur m F 0.00% Wedges Kaca Kodi F 0.00% Hak Kodi F 0.00% Hak Bungkus Kodi F 0.00% Sol (Fiber Lbr F 0.00% non slip) Tekson 1,6 Lbr F 0.00% Tekson 0.8 Lbr F 0.00% Tamsin Dus F 0.00% Spon 2mm Lbr F 0.00% Fariasi (gesper) Kodi F 0.00% Fariasi (M12) m U -0.72% Lem Galon F 0.00% Latex Liter U -0.51% Benang Lusin U -1.54% Label Kodi F 0.00% Paku Dus F 0.00% Kardus Kodi F 0.00% Analisis Varians Kuantitas Baku bulan Desember 2011 Material Usage Varians = (Actual Quantity - Standard Quantity) Actual Price Harga Kuantitas Kuantitas U/ Penyim Satuan Varians Baku Aktual Standar Aktual F pangan Refil m F 0.00% Silkinafa m F 0.00% Pasir m F 0.00% Novotel m F 0.00% Pur m F 0.00% Wedges Kaca Kodi F 0.00%

101 88 Lanjutan Lampiran 11. Harga Kuantitas Kuantitas U/ Penyim Satuan Varians Baku Aktual Standar Aktual F pangan Hak Kodi F 0.00% Hak Bungkus Kodi F 0.00% Sol (Fiber Lbr F 0.00% non slip) Tekson 1,6 Lbr F 0.00% Tekson 0.8 Lbr F 0.00% Tamsin Dus F 0.00% Spon 2mm Lbr F 0.00% Fariasi (gesper) Kodi F 0.00% Fariasi (M12) m F 0.00% Lem Galon F 0.00% Latex Galon F 0.00% Benang Lusin F 0.87% Label Kodi F 0.00% Paku Dus F 0.00% Kardus Kodi F 0.00% Analisis Varians Kuantitas Baku Bulan Januari 2012 Material Usage Varians = (Actual Quantity - Standard Quantity) Actual Price Harga Kuantitas Kuantitas U/ Penyim Satuan Varians Baku Aktual Standar Aktual F pangan Refil m U -0.11% Silkinafa m F 0.00% Pasir m F 0.00% Novotel m F 0.00% Pur m F 0.00% Wedges Kaca Kodi F 0.00% Hak Kodi F 0.00% Hak Bungkus Kodi F 0.00%

102 89 Lanjutan Lampiran 11. Harga Kuantitas Kuantitas U/ Penyim Satuan Varians Baku Aktual Standar Aktual F pangan Sol (Fiber Lbr F 0.00% non slip) Tekson 1,6 Lbr F 0.00% Tekson 0.8 Lbr F 0.00% Tamsin Dus F 0.00% Spon 2mm Lbr F 0.00% Fariasi (gesper) Kodi F 0.00% Fariasi (M12) m U -0.72% Lem Galon F 0.00% Latex Galon U -0.51% Benang Lusin U -1.54% Label Kodi F 0.00% Paku Dus F 0.00% Kardus Kodi F 0.00% Analisis Varians Kuantitas Baku Bulan Februari 2012 Material Usage Varians = (Actual Quantity - Standard Quantity) Actual Price Baku Refil Silkinafa Pasir Novotel Satuan Harga Aktual Kuantitas Standar Kuantitas Aktual Varians U/ F Penyim pangan m U -0.11% m F 0.00% m F 0.00% m F 0.00% Pur m F 0.00% Wedges Kaca Kodi F 0.00% Hak Kodi F 0.00% Hak Bungkus Kodi F 0.00% Sol (Fiber non slip) Lbr F 0.00%

103 90 Lanjutan Lampiran 11. Harga Kuantitas Kuantitas U/ Penyim Satuan Varians Baku Aktual Standar Aktual F pangan Tekson 1,6 Lbr F 0.00% Tekson 0.8 Lbr F 0.00% Tamsin Dus F 0.00% Spon 2mm Lbr F 0.00% Fariasi (gesper) Kodi F 0.00% Fariasi (M12) m U -0.72% Lem Galon F 0.00% Latex Galon U -0.51% Benang Lusin U -1.54% Label Kodi F 0.00% Paku Dus F 0.00% Kardus Kodi F 0.00% Analisis Varians Kuantitas Baku Bulan Maret 2012 Material Usage Varians = (Actual Quantity - Standard Quantity) Actual Price Harga Kuantitas Kuantitas U Penyim Satuan Varians Baku Aktual Standar Aktual /F pangan Refil m F 0.00% Hak Bungkus Kodi F 0.00% Sol (Fiber Lbr F 0.00% non slip) Tekson 1,6 Lbr F 0.00% Tekson 0.8 Lbr F 0.00% Tamsin Dus F 0.00% Spon 2mm Lbr F 0.00% Fariasi (gesper) Kodi F 0.00% Lem Galon F 0.00% Latex Galon F 0.00% Benang Lusin F 4.00% Label Kodi F 0.00% Paku Dus F 0.00% Kardus Kodi F 0.00%

104 91 Lampiran 12. Analisis Varians Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Periode Analisis Varians Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Labour Rate Variance = (Actual Rate - Standard Rate) Standard Hour Model Tarif Aktual Tarif Standar Jam Standar Varians 22 Okt 2011 Pasir F 0% 29 Okt 2011 Wedges Kaca F 0% 05 Nov2011 Double Bensole F 0% 12 Nov 2011 Sampan F 0% 19 Nov 2011 Pasir F 0% 26 Nov 2011 Wedges Kaca F 0% 03 Des 2011 Double Bensole F 0% 10 Des 2011 Sampan F 0% 17 Des 2011 Pasir F 0% 24 Des 2011 Wedges Kaca F 0% 31 Des 2011 Double Bensole F 0% 07 Jan 2012 Sampan F 0% 14 Jan 2012 Pasir F 0% 21 Jan 2012 Wedges Kaca F 0% 28 Jan 2012 Double Bensole F 0% 04 Feb 2012 Sampan F 0% 11 Feb 2012 Pasir F 0% 18 Feb 2012 Wedges Kaca F 0% 25 Feb 2012 Double Bensole F 0% 03 Mar2012 Sampan F 0% U/ F Penyimpangan

105 92 Lampiran 13. Analisis Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung Analisis Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung Labour Efficiency Variance = (Actual Hour - Standard Hour) Standard Rate Periode Model Tarif Standar Jam Standar Jam Aktual Varians U/F Penyim pangan 22 Okt 2011 Pasir F 20% 29 Okt 2011 Wedges Kaca F 20% 05 Nov2011 Double Bensole F 23% 12 Nov 2011 Sampan F 20% 19 Nov 2011 Pasir F 20% 26 Nov 2011 Wedges Kaca F 20% 03 Des 2011 Double Bensole F 23% 10 Des 2011 Sampan F 20% 17 Des 2011 Pasir F 20% 24 Des 2011 Wedges Kaca F 20% 31 Des 2011 Double Bensole F 23% 07 Jan 2012 Sampan F 20% 14 Jan 2012 Pasir F 20% 21 Jan 2012 Wedges Kaca F 20% 28 Jan 2012 Double Bensole F 23% 04 Feb 2012 Sampan F 20% 11 Feb 2012 Pasir F 20% 18 Feb 2012 Wedges Kaca F 20% 25 Feb 2012 Double Bensole F 23% 03 Mar2012 Sampan F 20%

106 93 Lampiran 14. Analisis Varians Pengeluaran Overhead Tetap Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Tetap untuk Air Periode BOP Tetap BOP Tetap VTOT Standar Aktual U/F Penyimpangan 22 Okt F 0% 29 Okt F 0% 05 Nov F 0% 12 Nov F 0% 19 Nov F 0% 26 Nov F 0% 03 Des F 0% 10 Des F 0% 17 Des F 0% 24 Des F 0% 31 Des F 0% 07 Jan F 0% 14 Jan F 0% 21 Jan F 0% 28 Jan F 0% 04 Feb F 0% 11 Feb F 0% 18 Feb F 0% 25 Feb F 0% 03 Mar F 0% Periode Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Tetap untuk Makan BOP Tetap Standar BOP Tetap Aktual VTOT U/F 22 Okt F 0% 29 Okt F 0% 05 Nov F 0% 12 Nov F 0% 19 Nov F 0% 26 Nov F 0% 03 Des F 0% 10 Des F 0% 17 Des F 0% 24 Des F 0% 31 Des F 0% Penyimpangan

107 94 Lanjutan Lampiran 14. Periode BOP Tetap Standar BOP Tetap Aktual VTOT U/F 07 Jan F 0% 14 Jan F 0% 21 Jan F 0% 28 Jan F 0% 04 Feb F 0% 11 Feb F 0% 18 Feb F 0% 25 Feb F 0% 03 Mar F 0% Penyimpangan Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Tetap untuk Penyusutan Periode BOP Tetap Standar BOP Tetap Aktual VTOT U/F 22 Okt F 0% 29 Okt F 0% 05 Nov F 0% 12 Nov F 0% 19 Nov F 0% 26 Nov F 0% 03 Des F 0% 10 Des F 0% 17 Des F 0% 24 Des F 0% 31 Des F 0% 07 Jan F 0% 14 Jan F 0% 21 Jan F 0% 28 Jan F 0% 04 Feb F 0% 11 Feb F 0% 18 Feb F 0% 25 Feb F 0% 03 Mar F 0% Penyimpangan

108 95 Lanjutan Lampiran 14. Periode Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Tetap untuk Pengawas BOP Tetap Standar BOP Tetap Aktual VTOT U/F 22 Okt F 0% 29 Okt F 0% 05 Nov F 0% 12 Nov F 0% 19 Nov F 0% 26 Nov F 0% 03 Des F 0% 10 Des F 0% 17 Des F 0% 24 Des F 0% 31 Des F 0% 07 Jan F 0% 14 Jan F 0% 21 Jan F 0% 28 Jan F 0% 04 Feb F 0% 11 Feb F 0% 18 Feb F 0% 25 Feb F 0% 03 Mar F 0% Penyimpangan Lampiran 15. Analisis Varians Pengeluaran Overhead Variabel Periode Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Variabel untuk Listrik BOP Variabel Standar BOP Variabel Aktual Jam TKL Aktual Varians 22 Okt F 0% 29 Okt F 0% 05 Nov F 0% 12 Nov F 0% 19 Nov F 0% 26 Nov F 0% 03 Des F 0% 10 Des F 0% 17 Des F 0% U/ F Penyimpangan

109 Lanjutan Lampiran Periode BOP Variabel Standar BOP Variabel Aktual Jam TKL Aktual Varians 24 Des F 0% 31 Des F 0% 07 Jan F 0% 14 Jan F 0% 21 Jan F 0% 28 Jan F 0% 04 Feb F 0% 11 Feb F 0% 18 Feb F 0% 25 Feb F 0% 03 Mar F 0% U/ F Penyimpangan Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Variabel untuk Transportasi Periode BOP Variabel Standar BOP Variabel Aktual Jam TKL Aktual Varians 22 Okt F 0% 29 Okt F 0% 05 Nov F 0% 12 Nov F 0% 19 Nov F 0% 26 Nov F 0% 03 Des F 0% 10 Des F 0% 17 Des F 0% 24 Des F 0% 31 Des F 0% 07 Jan F 0% 14 Jan F 0% 21 Jan F 0% 28 Jan F 0% 04 Feb F 0% 11 Feb F 0% 18 Feb F 0% 25 Feb F 0% 03 Mar F 0% U/ F Penyimpangan

110 97 Lanjutan Lampiran 15. Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Variabel untuk Minyak Tanah Periode BOP Variabel Standar BOP Variabel Aktual Jam TKL Aktual Varians 22 Okt F 0% 29 Okt F 0% 05 Nov F 0% 12 Nov F 0% 19 Nov F 0% 26 Nov F 0% 03 Des F 0% 10 Des F 0% 17 Des F 0% 24 Des F 0% 31 Des F 0% 07 Jan F 0% 14 Jan F 0% 21 Jan F 0% 28 Jan F 0% 04 Feb F 0% 11 Feb F 0% 18 Feb F 0% 25 Feb F 0% 03 Mar F 0% U /F Penyimpangan Lampiran 16.Analisis Varians Efisiensi Overhead Variabel Analisis Varians Efisiensi Biaya Overhead Variabel untuk Listrik Overhead Efficiency Variance = (Actual Hour - Standard Hour) Standard Rate Periode Model Tarif Aktual Jam Standar Jam Aktual Varians U/ F Penyim pangan 22 Okt 2011 Pasir F 20% 29 Okt 2011 Wedges Kaca F 20% 05 Nov2011 Double Bensole F 23% 12 Nov 2011 Sampan F 20% 19 Nov 2011 Pasir F 20%

111 Lanjutan Lampiran Periode Model Tarif Aktual Jam Standar Jam Aktual Varians U/ F Penyim pangan 26 Nov 2011 Wedges Kaca F 20% 03 Des 2011 Double Bensole F 23% 10 Des 2011 Sampan F 20% 17 Des 2011 Pasir F 20% 24 Des 2011 Wedges Kaca F 20% 31 Des 2011 Double Bensole F 23% 07 Jan 2012 Sampan F 20% 14 Jan 2012 Pasir F 20% 21 Jan 2012 Wedges Kaca F 20% 28 Jan 2012 Double Bensole F 23% 04 Feb 2012 Sampan F 20% 11 Feb 2012 Pasir F 20% 18 Feb 2012 Wedges Kaca F 20% 25 Feb 2012 Double Bensole F 23% 03 Mar2012 Sampan F 20% Analisis Varians Efisiensi Biaya Overhead Variabel untuk Tranportasi Overhead Efficiency Variance = (Actual Hour - Standard Hour) Standard Rate Periode Model Tarif Aktual Jam Standar Jam Aktual Varians U/ F Penyim pangan 22 Okt 2011 Pasir F 20% 29 Okt 2011 Wedges Kaca F 20% 05 Nov2011 Double Bensole F 23% 12 Nov 2011 Sampan F 20% 19 Nov 2011 Pasir F 20% 26 Nov 2011 Wedges Kaca F 20% 03 Des 2011 Double Bensole F 23% 10 Des 2011 Sampan F 20% 17 Des 2011 Pasir F 20%

112 Lanjutan Lampiran Periode Model Tarif Aktual Jam Standar Jam Aktual Varians U/ F Penyim pangan 24 Des 2011 Wedges Kaca F 20% 31 Des 2011 Double Bensole F 23% 07 Jan 2012 Sampan F 20% 14 Jan 2012 Pasir F 20% 21 Jan 2012 Wedges Kaca F 20% 28 Jan 2012 Double Bensole F 23% 04 Feb 2012 Sampan F 20% 11 Feb 2012 Pasir F 20% 18 Feb 2012 Wedges Kaca F 20% 25 Feb 2012 Double Bensole F 23% 03 Mar2012 Sampan F 20% Analisis Varians Efisiensi Biaya Overhead Variabel untuk Minyak Tanah Overhead Efficiency Variance = (Actual Hour - Standard Hour) Standard Rate Periode Model Tarif Aktual Jam Standar Jam Aktual Varians U/F Penyim pangan 22 Okt 2011 Pasir F 20% 29 Okt 2011 Wedges Kaca F 20% 05 Nov2011 Double Bensole F 23% 12 Nov 2011 Sampan F 20% 19 Nov 2011 Pasir F 20% 26 Nov 2011 Wedges Kaca F 20% 03 Des 2011 Double Bensole F 23% 10 Des 2011 Sampan F 20% 17 Des 2011 Pasir F 20% 24 Des 2011 Wedges Kaca F 20% 31 Des 2011 Double Bensole F 23% 07 Jan 2012 Sampan F 20%

113 100 Lanjutan Lampiran 16. Periode Model Tarif Aktual Jam Standar Jam Aktual Varians U/F Penyim pangan 14 Jan 2012 Pasir F 20% 21 Jan 2012 Wedges Kaca F 20% 28 Jan 2012 Double Bensole F 23% 04 Feb 2012 Sampan F 20% 11 Feb 2012 Pasir F 20% 18 Feb 2012 Wedges Kaca F 20% 25 Feb 2012 Double Bensole F 23% 03 Mar2012 Sampan F 20%

114 101 Lampiran 17. Gambar Empat Model Sepatu Produksi UKM Maju Bersama 4. Model Sampan 5. Model Double Bensole

115 102 Lanjutan Lampiran Model High Heel Pasir 7. Model Wedges Kaca

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya 2.1.1. Pengertian Biaya Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang No 1. 2 3. Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku ekonomi yang memiliki peran, kedudukan dan potensi yang sangat penting dan strategis dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Laba merupakan tolok ukur paling sederhana untuk menentukan kesuksesan kinerja suatu usaha. Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Biaya 1. Pengertian Biaya Segala tindakan yang telah dipikirkan secara matang akan meminta pertimbangan antara manfaat dan pengorbanan. Begitu juga dalam sektor produksi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Pengertian Biaya Jenis-jenis Biaya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Pengertian Biaya Jenis-jenis Biaya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Bustami dan Nurlela (2006), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi

BAB II URAIAN TEORITIS. Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Rasio Profit Margin

Lebih terperinci

SESI 13 STATISTIK BISNIS

SESI 13 STATISTIK BISNIS Modul ke: SESI 13 STATISTIK BISNIS Sesi 13 ini bertujuan agar Mahasiswa dapat mengetahui teori Analisis Regresi dan Korelasi Linier yang berguna sebagai alat analisis data Ekonomi dan Bisnis. Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1. Mengetahui pengertian penelitian metode regresi. 2. Mengetahui contoh pengolahan data menggunakan metode regresi.

BAB I Pendahuluan. 1. Mengetahui pengertian penelitian metode regresi. 2. Mengetahui contoh pengolahan data menggunakan metode regresi. BAB I Pendahuluan 1.1. Latar belakang Sepanjang sejarah umat manusia, orang melakukan penelitian tentang ada tidaknya hubungan antara dua hal, fenomena, kejadian atau lainnya. Dan ada tidaknya pengaruh

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kinerja perusahaan ditentukan oleh bagaimana perusahaan mampu menerapkan fungsi pengendalian yang baik atas aktivitas perusahaan. Biaya produksi juga harus

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 73 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan Indonesia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap jumlah wisatawan dan implikasinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah UKM Pembuatan Sepatu Maju Bersama Bogor adalah salah satu kota dengan sentra pembuatan Sepatu yang cukup besar setelah Cibaduyut,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menekankan kepada usaha untuk memperoleh informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Definisi Biaya Menurut Bustami dan Nurlela (2007:4) biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU (Studi Kasus UKM Hunter, Depok) Oleh EDI WINARTO H

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU (Studi Kasus UKM Hunter, Depok) Oleh EDI WINARTO H ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU (Studi Kasus UKM Hunter, Depok) Oleh EDI WINARTO H24053894 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Edi

Lebih terperinci

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN (Studi Kasus : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor) Oleh DEDEH H

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN (Studi Kasus : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor) Oleh DEDEH H ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN (Studi Kasus : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor) Oleh DEDEH H24052089 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah industri manufaktur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 10 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Data laporan keuangan perusahaan konsolidasi digunakan sebagai dasar dari analisis manajemen piutang PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif yang merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendapat Sugiyono (2010:13) mengenai pengertian objek penelitian

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendapat Sugiyono (2010:13) mengenai pengertian objek penelitian BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010:13) mengenai pengertian objek penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP HARGA POKOK PRODUK (Study Kasus Pada Perusahaan Galunggung Raya Blok) Oleh :

PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP HARGA POKOK PRODUK (Study Kasus Pada Perusahaan Galunggung Raya Blok) Oleh : PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP HARGA POKOK PRODUK (Study Kasus Pada Perusahaan Galunggung Raya Blok) Oleh : IRVAN NURDIANSYAH RIZAL (Jurusan Akuntansi FE Universitas Siliwangi) Tedi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian merupakan sesuatu target atau sasaran untuk

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian merupakan sesuatu target atau sasaran untuk BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek Penelitian merupakan sesuatu target atau sasaran untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi yang berarti peramalan, penaksiran, atau pendugaan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton (1822-1911) sehubungan dengan penelitiannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari PAD, transfer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini dengan judul Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Modal Sendiri dan Pendapatan Margin terhadap Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada Bank Syariah Mandiri dari periode Maret 2006 Juni 2014.Setelah seluruh data yang diperlukan dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 90 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian 3.1.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini memuat tentang tingkat pengangguran terbuka yang terjadi di Indonesia selama. Adapun yang menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI SEDERHANA

ANALISIS REGRESI SEDERHANA ANALISIS REGRESI SEDERHANA ANALISIS KORELASI DAN REGRESI Koefisien Regresi Analisis untuk mengukur besarnya pengaruh X terhadap Y Koefisien Korelasi Analisis untuk mengukur kuat tidaknya hubungan X dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berfungsi untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Menurut. Singarimbun&Efendi (1995) explanatory research adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Menurut. Singarimbun&Efendi (1995) explanatory research adalah penelitian 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Menurut Singarimbun&Efendi (1995) explanatory research adalah penelitian pengujian hipotesis. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Secara garis besar bahwa akuntansi dapat diartikan sebagai pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam buku Sugiono, menurut tingkat explanasinya atau tingkat penjelas yaitu dimana penelitian yang menjelaskan kedudukan variabelvariabel yang diteliti serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Dana Pensiun Karyawan Pupuk Kujang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Dana Pensiun Karyawan Pupuk Kujang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Dana Pensiun Karyawan Pupuk Kujang Dana Pensiun Karyawan Pupuk Kujang (DPPK) awalnya bernama Yayasan Dana Pensiun Kujang yang didirikan pada tahun 1978 dengan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih Bursa Efek Indonesia sebagai tempat untuk melakukan riset. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder dalam runtun waktu (time Series) yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik),

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN

PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN PENGARUH MODAL USAHA DAN PENJUALAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI UD. SARI TANI TENGGEREJO KEDUNGPRING LAMONGAN Mohamad Rizal Nur Irawan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas perusahaan. Biaya didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan bukan merupakan tipe akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Bastian (2006:137) Biaya adalah suatu bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-korelasional (kausal) yang menjelaskan adakah hubungan dan seberapa besar pengaruh tiap-tiap variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini bersifat studi kasus dengan cara mengumpulkan, mempelajari, menganalisis dan mengintegrasi variabel-variabel dari hasil publikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis data yang dilakukan pada bab ini pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian. Bagian pertama merupakan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempunyai karekteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempunyai karekteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.I Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karekteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah explanatory reseach. Menurut Singarimbun (1995)

III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah explanatory reseach. Menurut Singarimbun (1995) 39 III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah explanatory reseach. Menurut Singarimbun (1995) penelitian eksplanatori (explanatory reseach) adalah penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PRAKTIK MANAJEMEN BIAYA: PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

PRAKTIK MANAJEMEN BIAYA: PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) PRAKTIK MANAJEMEN BIAYA: PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) RINGKASAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek / Subyek Penelitian Obyek yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Kampus Terpadu, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil daerah Kota Malang. Hal ini dikarenakan Kota Malang merupakan salah satu propinsi yang memiliki sumbangan potensi cukup besar bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam keadaan siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dijual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, dengan waktu pelaksanaan pengumpulan data pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian di PT. Bangunperkasa Adhitamasentra yang berlokasi di Gedung Graha GRC board lantai 3, Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi yang terjadi saat ini akan menjadi suatu. tantangan bagi perekonomian Indonesia karena pada kenyataannya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi yang terjadi saat ini akan menjadi suatu. tantangan bagi perekonomian Indonesia karena pada kenyataannya Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi yang terjadi saat ini akan menjadi suatu tantangan bagi perekonomian Indonesia karena pada kenyataannya Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejenis akan semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan pasar untuk industri

BAB I PENDAHULUAN. sejenis akan semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan pasar untuk industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maraknya kegiatan usaha dalam kaitannya dengan pasar, mengakibatkan persaingan diantara para produsen terutama produsen yang membuat barang yang

Lebih terperinci

PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H

PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H24104025 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia yang diambil dari website Data diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia yang diambil dari website  Data diperoleh 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diambil dari website www.idx.co.id. Data diperoleh

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. obyek penelitian adalah para pengguna software akuntansi pada perusahaanperusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. obyek penelitian adalah para pengguna software akuntansi pada perusahaanperusahaan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dari kuesioner dalam penelitian ini dilakukan sekitar satu bulan dari tanggal 13 Oktober sampai 14 November 2014. Dengan obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan 3.1.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah dana perimbangan dan kinerja keuangan Pemerintah Kota Cimahi sejak tahun 2008 hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linier berganda sebagai alat analisis data. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penulis melakukan penelitian pada bulan November 2010. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan 3.1.1 Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 29), objek penelitian adalah: Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu sesuatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian data ini adalah Pemerintah Daerah pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitiannya, yaitu data PAD, DAU, DAK, dan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING (Studi Kasus Pada UKM Kaswanto Kampung Potrojayan, Serengan, Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci