Perilaku Perempuan dalam Menentukan Pilihan Politik pada Pemilu DPRD Kota Medan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perilaku Perempuan dalam Menentukan Pilihan Politik pada Pemilu DPRD Kota Medan"

Transkripsi

1 Perilaku Perempuan dalam Menentukan Pilihan Politik pada Pemilu DPRD Kota Medan 2014 M HABIBIE FITRAWAN HASIBUAN 1, T. IRMAYANI 2 1 Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: , abib_compact@yahoo.co.id 2 Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: , t.irmayani@gmail.com Diterima tanggal 28 Juli 2016/Disetujui tanggal 1 November 2016 The representation of women is one of the most highlighted in the general elections in Indonesia in the last period.this is because the representation of women in the legislature is very minimal. This study describe female behavior in determining political choices in the legislative election in Especially at dapil 2 (electoral district) in the Kota Medan. The findings of the study is there are three approaches that can see and analyze how the behavior of voters (women) determine the political choices in elections. First, sociological approach; Second, a psychological approach; Thirdly, the approach of rational voters.female voter behavior influenced the figures and the track record of candidates,there is a tendency to choose the incumbent candidates, independently, saw the vision, mission, or the track record of candidates. The study used the approach to political ideology. This study method is descriptive. Collecting data with depth interview. Analysis of data using qualitative analysis. Keywords: Behavior voters, women voters, political participation. Pendahuluan Kesetaraan gender dalam bidang politik diciptakan demi mewujudkan cita-cita demokrasi perwakilan dengan menciptakan keseimbangan komposisi perwakilan antara laki-laki dan perempuan di lembaga parlemen khususnya. Karena apabila mandat diberikan kepada kaum laki-laki saja itu tidak akan mewakili seluruh rakyat yang pada dasarnya masyarakat terdiri dari golongan laki-laki dan perempuan, yang masing-masing di antara laki-laki dan perempuan terdapat kepentingan dan kebutuhan yang tidak selalu sama, sehingga seperti dalam permasalahan perempuan dianggap perempuanlah yang memberikan solusi terhadap permasalahan perempuan tersebut. Hal ini terjadi karena sangat kecil peluang laki-laki yang bisa memperjuangkan hak perempuan karena laki-laki tidak mengalami apa yang di rasakan oleh perempuan. 1 Kesetaraan gender dalam bidang politik khusunya di parlemen dapat diwujudkan melalui pemilihan umum. Melalui pelaksanaan pemilihan umum secara langsung inilah kesempatan untuk mewujudkan kesetaraan gender. Kesetaraan gender sangat penting untuk diwujudkan 1 Lihat Harmona Daulay Perempuan Dalam Kemelut Gender. Medan:USU Press.hal.35 1

2 dalam rangka untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di parlemen yang memang masih menjadi masalah, karena masih terjadi ketimpangan jumlah laki-laki dan perempuan di lembaga legislatif. Upaya meningkat keterwakilan perempuan di parlemen sudah dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya upaya dilakukan pemerintah adalah dengan menetapkan kuota minimal 30%. Akan tetapi, hal ini masih belum memperlihatkan hasil yang maksimal, hal ini dapat dilihat dari hasil pemilihan sampai pada periode 2009 secara konsisten masih dibawah 30 %, baik di tingkat DPR RI, DPRD Provinsi, dan kabupaten/kota.pada pemilu 2009 lalu, rata-rata keterwakilan perempuan secara nasional di tingkat DPRD Provinsi hanya 16%, begitupun dengan ratarata DPRD Kabupaten/Kota yang hanya 12% 2. Rendahnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif semata-mata tidak hanya dinilai dari kinerja pemerintah dalam membuat suatu kebijakan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan, hal ini dikarenakan bukan kebijakan yang merupakan bagian terpenting, melainkan pemilih itu sendiri. Jika kebijakan telah banyak dibuat tetapi para pemilih sangat sedikit untuk memilih perempuan tentunya harapan akan jumlah keterwakilan perempuan yang lebih besar, khususnya dalam memenuhi kuota 30% perempuan di lembaga legislatif akan sangat sulit diwujudkan. Hal ini dapat diartikan keterwakilan politik sangat ditentukan oleh pemilih, karena pemilih merupakan wujud dari partisipasi rakyat yang menentukan wakilnya di bidang politik, sehingga rakyat sebagai pemilih yang sangat menentukan keterwakilan politik khususnya di lembaga legislatif. Pemilih perempuan dipengaruhi oleh banyak faktor dalam menentukan pilihan seperti adanya pengaruh dari budaya patriarkhi yang ada. Hal ini dapat diartikan, keterwakilan politik perempuan yang rendah bisa dikarenakan pemilih yang sedikit untuk memilih calon perempuan dalam pemilu legislatif. Pa- dahal jika dilihat dari perbandingan jumlah penduduk dan pemilih perempuan secara nasional pada tahun 2010 perbedaannya tidak jauh dengan laki-laki, yaitu jumlah penduduk perempuan dan jumlah penduduk laki-laki Akan tetapi banyak provinsi yang memiliki jumlah penduduk perempuan lebih besar, seperti di Sumatera Utara dimana jumlah penduduk perempuan berjumlah jiwa dan jumlah laki-laki jiwa 4, sehingga seharusnya apabila mayoritas dari penduduk perempuan tersebut memilih calon legislatif dari kaum perempuan juga tentunya perolehan suara calon perempuan akan lebih besar dan keterwakilan politik perempuan di legislatif akan lebih banyak pula, minimal memenuhi kuota 30% keterwakilan perempuan. Permasalahan kurangnya dukungan terhadap calon legislatif perempuan masih terjadi pada pemilu legislatif 2014, bahkan seperti pada pemilihan anggota DPRD Kab/Kota di Medan terdapat dua daerah pemilihan yang tidak berhasil meloloskan calong anggota DPRD Kab/Kota berjenis kelamin perempuan, yaitu dapil1 dan dapil 2. Pda penulisan ini, penulis hanya membahas dapil 2 kota Medan dikarenakan pada dapil 2 kota Medan memiliki pemilih (perempuan) yang lebih banyak dibandingkan dapil lainnya. Selain itu dapil 2 memiliki jatah kursi yang lebih nayak dari dapil lainnya. Jumlah pemilih (perempuan) dan jumlah jatah kursi yang lebih banyak ketimbang dapil lain tentu merupakan suatu keuntungan bagi calon anggota DPRD kota Medan yang berjenis kelamin perempuan, karena peluang untuk memperebutkan kursi sudah lebih besar, akan tetapi nyatanya dari hasil pemilu DPRD kota Medan pada tahun 2014, dapil 2 kota Medan tidak berhasil meloloskan satupun caleg perempuan. Pendekatan dan Metode Studi ini membahasbagaimana perilaku pemilih (perempuan) dalam menentukan pilihan politiknya pada pemilihan anggota DPRD kota Medan tahun Pendekatan 2 Ayu Anastasia, Lembar Fakta WRI Reperesentasi Perempuan, [artikel online], tersedia di situs: Diakses pada 5 Mei 2014, Pukul Wib. 3 Badan Pusat Statistik, Data Penduduk, tersedia disitus: diakses pada 18 Agustus 2014, Pukul Wib. 4 Ibid. 2

3 yang digunakan oleh penulis dalam studi ini adalah pendekatan perilaku politik. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam dan studi dokumen. Teknik analisa data adalah dengan menggunakan analisis kualitatif. Pemilu Legislatif Kota Medan Tahun 2014 Pemilihan umum legislatif kembali diselenggarakan pada tanggal 9 April Pemilu legislatif 2014 ini dilaksanakan untuk memilih anggota legislatif di tingkat DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Pada pemilu DPRD Kota Medan tahun 2014 diikuti 597 calon anggota DPRD Kota Medan dari seluruh daerah pemilihan 5. Pemilu legislatif tahun 2014 diikuti 12 partai politik nasional dan 3 partai politik lokal yang berasal dari Aceh. Partai politik yang ikut dalam pelaksanaan pemilu DPRD Kota Medan 2014 yaitu Partai Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PPP, Partai Hanura, PBB dan PKPI. Selain itu, pemilu DPRD Kota Medan memiliki jumlah pemilih sebanyak Daerah pemilihan 2 kota Medan memiliki jumlah pemilih yang paling besar, baik pemilih yang berjenis kelamin laki-laki maupun pemilih yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah Seluruh caleg tersebut nantinya akan memperebutkan 50 kursi untuk seluruh daerah pemilihan pada pemilu DPRD kota Medan tahun Jumlah alokasi kursi untuk anggota DPRD Kota Medan 2014 paling besar dimiliki daerah pemilihan 2 kota Medan dengan jumlah 12 kursi, sedangkan yang terendah dimiliki oleh dapil 3 dan dapil 4 yang memiliki jatah 8 kursi dari 50 kursi yang tersedia untuk anggota DPRD kota Medan Selain itu, daerah-daerah pemilihan ini memiliki beberapa kecamatan yang tercakup di dalamnya. Pemilihan umum anggota DPRD Kota Medan tahun 2014 sebagian besar dimenangkan 5 Data Sertifikat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dari Setiap Kecamatan Di Tingkat Kabupaten/Kota Dalam Pemilihan Umum Anggota DPRD Kabupaten/Kota Tahun oleh calon yang berjenis kelamin laki-laki. Anggota legislatif yang memperoleh suara paling tinggi mewakili dapilnya yaitu untuk dapil 1 Hasyim,SE dari partai PDIP dengan jumlah perolehan suara suara, dapil 2 dimenangkan oleh H.Iswanda Nanda Ramli dari partai Golkar dengan jumlah perolehan suara suara, dapil 3 Drs.Herri Zulkarnaen,Msi dari partai Demokrat dengan suara, dapil 4 dimenangkan oleh 2 caleg dari partai PDIP yaitu Paul. M. A. Simanjuntak & Drs. Wong Chun Sen dengan jumlah perolehan suara yang sama yaitu sebesar suara, dan terakhir dapil 5 dari partai Golkar dengan nama Mulia Asri Rambe dengan jumlah suara. Keterwakilan perempuan merupakan salah satu hal yang paling disoroti dalam pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia beberapa periode terakhir. Hal ini dikarenakan perwakilan perempuan di lembaga legislatif masih sangat minim, selain untuk meningkatkan kesetaraan gender di parlemen, anggota legislatif perempuan sangat dibutuhkan mengingat saat ini semakin banyak kasus-kasus yang melibatkan perempuan, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kasus pelecehan seksual, dan sebagainya. Kasus-kasus tersebut seharusnya menjadi pembahasan yang penting di lembaga legislatif, dan pembahasan ini tentunya juga harus melibatkan perempuan secara aktif dalam proses pembuatan dan pengambilan. Oleh karena itu, caleg-caleg perempuan seharusnya banyak yang terpilih untuk duduk di lembaga legislatif agar permasalahanpermasalahan tadi dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat. Akan tetapi, hal tersebut tampaknya masih sangat sulit, seperti pada pemilu anggota DPRD kota Medan tahun 2014, caleg perempuan masih sangat sedikit yang mendapatkan jatah kursi untuk duduk di kursi DPRD kota Medan. Kurangnya caleg perempuan yang lolos dalam pemilu legislatif DPRD kota Medan tahun 2014 disebabkan karena ada 2 dapil yang tidak berhasil meloloskan satupun caleg perempuan, seperti di dapil 1 dan 2 kota Medan. Daerah pemilihan kota Medan 2 merupakan dapil yang memiliki jumlah kecamatan paling banyak yaitu terdapat 6 3

4 kecamatan, diantaranya kecamatan Medan Polonia, kecamatan Medan Johor, kecamatan Medan Maimun, kecamatan Medan Selayang, kecamatan Medan Sunggal, dan kecamatan Medan Tuntungan. Selain itu, daerah pemilihan 2 merupakan dapil yang memiliki jumlah pemilih yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan dapil lainnya. Hal ini bukan berarti dapat memudahkan caleg perempuan dalam mendapatkan jatah kursi untuk duduk di lembaga parlemen. Hal ini seperti yang terjadi pada pemilu anggota DPRD kota Medan 2014 khususnya pada dapil 2 kota Medan beberapa waktu yang lalu dimana tidak satupun caleg perempuan yang berhasil maju menjadi anggota DPRD kota Medan. Padahal setiap partai politik peserta pemilu tahun 2014 sudah memenuhi kuota 30% pencalonan perempuan, hal ini terbukti mulai dari partai Nasdem yang persentase keterwakilan perempuannya untuk dijadikan calon anggota DPRD di dapil 2 sebesar 36,36% (4 calon perempuan), partai PKB 33,33% (4 calon perempuan), partai PKS 33,33% (4 calon perempuan), PDIP 33,33%, partai Golkar 41,67 (5 calon perempuan), partai Gerindra 33,33% (3 calon perempuan), PAN 33,33% (4 calon perempuan), PPP 33,33% (4 calon perempuan), partai Hanura 33,33% (4 calon perempuan), PBB 33,33% (4 calon perempuan), dan PKPI sebanyak 33,33% (4 calon perempuan) keterwakilan perempuan. Dari 36 caleg perempuan yang ada tidak satupun ada yang berhasil menjadi anggota DPRD kota Medan periode Upaya pemerintah sampai saat ini sudah cukup baik dalam usaha meningkatkan keterwakilan perempuan di parlemen, akan tetapi sekarang yang menjadi permasalahan bukan satu-satunya terletak pada kebijakan yang diciptakan pemerintah, tetapi ada hal yang lebih mendasar dalam melihat permasalahan kurangnya perwakilan perempuan di kursi DPRD kota Medan khusunya untuk dapil 2, yaitu terletak pada pemilih (perempuan) itu sendiri. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Asmawati dalam wawancara yang dilakukan. Ia berpendapat bahwa : Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan keterwakilan perempuan sudah sangat baik, karena sudah memberikan peluang yang luar biasa kepada wanita dengan membuat kebijakan kuota 30% bagi keterwakilan perempuan, tetapi sekarang tergantung kami sebagai perempuan ini sekarang meningkatkan kesempatan, sumber daya manusia,dan memanfaatkan kesempatan tersebut. 6 Dari kutipan wawancara dengan salah satu pemilih (perempuan) tersebut dapat dimaknai bahwasannya informan tersebut menyadari bahwa pemilih (perempuan) harus lebih memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan pemerintah kepada kaum perempuan, tentunya hal ini mengasumsikan bahwasannya sebanyak apapun produk kebijakan yang akan diciptakan pemerintah namun pemilih (perempuan) masih enggan untuk memilih calon legislatif perempuan, tentunya sampai kapanpun kuota 30% keterwakilan perempuan di lembaga legislatif tidak akan terpenuhi. Perilaku Pemilih Perempuan Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang khususnya perempuan dalam menentukan pilihan politiknya, pertimbangan dan penilaian-penilaian pribadi selalu dimiliki setiap pemilih sebelum menentukan pilihan politiknya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut bisa sama dan bisa berbeda setiap orangnya, tergantung dari motivasi,kepentingan, dan hal-hal lain yang daapat mempengaruhi perilaku pemilih dalam menentukan pilihan politiknya. Seperti halnya pada pemilihan anggota DPRD kota Medan tahun 2014, dimana para pemilih memiliki banyak pertimbangan dan penilaian-penilaian terhadap calon anggota DPRD kota Medan 2014, hal ini dikarenakan pada pemilu yang lalu, pemilih dianggap sudah benar-benar mempersiapkan dengan matang siapa yang akan dipilih untuk menjadi anggota DPRD kota Medan Hal ini merupakan implikasi dari sistem pemilu yang menerapkan sistem daftar terbuka dengan sistem suara terbanyak untuk pemilu legislatif Ada beberapa cara atau pendekatan untuk mengetahui bagaimana perilaku pemilih (perempuan) dalam 6 Hasil wawancara dengan Asmawati, pada tanggal 14 Januari 2015 di Kantor Camat Medan Tuntungan. 4

5 menentukan pilihan politiknya pada pemilu DPRD tahun 2014 di dapil 2 kota Medan. Pertama, dilihat dari pendekatan sosiologis, pendekatan ini melihat latar belakang seseorang atau sekelompok orang atas dasar jenis kelamin, kelas sosial, ras, etnik, agama, pekerjaan, bahkan daerah asal menjadi variabel yang mempengaruhi terhadap keputusannya untuk memberikan suara pada saat pemilihan 7.Pilihan politik pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan ditinjau dari pendekatan sosiologis faktor keluarga yang dalam hal ini diperankan oleh Ayah masih berpengaruh tehadap pilihan politik pemilih. Meskipun tidak banyak responden dalam penelitian ini yang menganggap Ayah/Suami yang merupakan sosok pemimpin dalam sebuah keluarga, sudah tidak lagi bisa mempengaruhi pilihan politik anggota keluarganya. Adapun reponden yang dipengaruhi oleh faktor keluarga (Ayah) dalam menentukan pilihnnya yaitu Silvia yang merupakan seorang mahasiswi, ia mengungkapkan dalam wawancara sebagai berikut, Ayah saya mempengaruhi pilihan politik kami sekeluarga, karena apa yang dipilih Ayah memang biasanya kami ikuti. 8 Kutipan wawancara dengan Silvia tersebut dapat dimaknai bahwasannya sosok Ayah yang merupakan kepala kelurga masih sangat dominan posisinya, termasuk dalam mempengaruhi pilihan politik anggota keluarganya. Pada kutipan wawancara ini juga mendeskripsikan bahwa di dalam lingkungan keluarga terdapat norma-norma dan nilainilai yang biasanya dibentuk oleh kepala keluarga (ayah/suami) untuk diikuti oleh anggota keluarganya. Selanjutnya, berdasarkan pendekatan sosiologis faktor yang mempengaruhi pilihan politik pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan yaitu adanya faktor Agama. Hal ini seperti yang dikatakan Silvia dalam wawancara sebagai berikut, Yang saya lihat tentunya agamanya, urusan yang saya pilih 7 Lihat T.Irmayani, Perilaku Perempuan Pemilih dalam Menetapkan Pilihan pada Pemilu 2009, Jurnal Politeia Ilmu Politik (Volume 4,Nomor 1, 2012),hal Hasil wawancara dengan Silvia pada tanggal 25 Februari 2015 di kecamatan Medan Maimun. nantinya tidak memenuhi janjinya itu sudah tanggung jawabnya sama Tuhan. 9 Faktor agama ini sebenarnya berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan sosial secara lebih luas. Hal ini sejalan dalam pendekatan sosiologis yang melihat hubungan antara predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilh. Menurut Pomper predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilih mempunyai hubungan yang berkaitan dengan perilaku memilih seseorang. Misalnya, preferensi-preferensi politik keluarga, apakah preferensi politik Ayah, atau preferensi politik ibu akan berpengaruh pada preferensi politik anak. Predisposisi sosial ekonomi bisa berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas sosial, karakteristik demografi, dan sebagainya. 10 Kedua, melalui pendekatan psikologis yang menekankan pentingnya sikap dan sosialisasi sebagai aspek yang saling sebenarnya saling berkaitan untuk menjelaskan mengenai perilaku pemilih. Hal ini dikarenakan adanya sosialisasi akan mempengaruhi sikap dan preferensi politik pemilih. Pendekatan psikologis menurut Richard Rose dan Ian Mc.Allicer, yaitu ikatan emosional pada satu parpol, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat. 11 Berdasarkan pendekatan psikologis, orientasi terhadap kandidat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan. Figur caleg yang mampu menginspirasi dan figur caleg yang bersih dari segala isu negatif seperti kasus korupsi, dll, merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih (perempuan) secara psikologis. Faktor kandidat yang menginspirasi dapat mempengaruhi sikap pemilih (perempuan). 12 Sikap merupakan fungsi penyesuaian diri, artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keinginan orang itu untuk sama atau tidak dengan tokoh yang disegani atau ke- 9 Hasil wawancara dengan Silvia pada tanggal 25 Februari 2015 di kecamatan Medan Maimun. 10 Indar Melani,Perilaku Pemilih Pemula Di Kecamatan Duampanua Pada Pemilukada Kabupaten Pinrang Tahun 2013, (Makassar: Jurusan Ilmu PolitikFISIPUniversitas Hasanuddin, 2014), hal Ibid.,hal T.Irmayani. Loc.cit. 5

6 lompok panutan. Hal ini dapat dimaknai bahwasannya figur caleg yang menginspirasi dapat menimbulkan sikap untuk menyamakan diri yang dilakukan pemilih untuk meniru figur yang menginspirasinya tersebut, sehingga membentuk ikatan emosional dalam diri pemilih. Figur caleg yang menginspirasi juga diungkapkan informan pada saat wawancara seperti berikut.pernyataan ini diungkapkan Nani Rianti dalam wawancaara sebagai berikut. Yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih anggota legislatif khususnya anggota DPRD kota Medan tahun 2014 yaitu karena figur kandidatnya yang menginspirasi, dan juga memihak kepada masyarakat. 13 Pernyataan yang diungkapkan Nani rianti tersebut semakin memperjelas bahwa figur calon anggota DPRD kota Medan yang dapat menginspirasi dirinya akan mempengaruhi dirinya secara psikologis dalam menentukan pilihan pada pemilihan umum anggota legislatif DPRD kota Medan tahun Pilihan pada figur yang dapat menginspirasi menunjukkan bahwa pemilih (perempuan) memilih figur dengan melihat adanya kesamaan emosional atau adanya ikatan emosional antara si pemilih (perempuan) dengan kandidat yang akan dipilihnya, akan tetapi memang faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih berdasarkan pendekatan psikologis ini tidak banyak pemilih (perempuan) yang diwakili informan-informan menunjukkan perilaku ini. Terakhir, (3) pendekatan pemilih rasional; Berkaitan dengan pendekatan psikologis tadi, pendekatan pemilih rasional menganggap dalam menentukan pilihannya, pemilih memiliki pertimbangan apa yang menjadi keuntungan/kerugian apabila ia memutuskan untuk memilih partai ataupun kandidat tertentu. Antara pendekatan psikologis dengan pendekatan pemilih rasional saling berkaitan, dimana pada bagian pendekatan psikologis pemilih melihat pada orientasi terhadap kandidat yang melihat kualitas dari calon anggota DPRD kota Medan tahun 2014 berdasarkan kinerjanya yang dinilai sudah berkontribusi langsung terhadap masyarakat, sedangkan berdasarkan pendekatan pemilih rasion- al, pemilih (perempuan) juga melihat kualitas dari para kandidat calon anggota DPRD kota Medan tahun 2014 dipandang dari segi rasionalitas pemilih yang menganggap kualitas dari kontestan merupakan hal yang penting, karena berharap dengan memilih kandidat yang berkualitas dan sudah tau kinerja caleg tersebut sebelumnya, pemilih akan mengetahui apa untung/rugi nya apabila memilih kandidat/partai tersebut. Pada pendekatan pemilih rasional, faktor kualitas calon menjadi pertimbangan utama, dan bahkan mayoritas dari informan yang diwawancarai pada penelitian ini mengungkapkan bahwa mereka memilih dengan melihat kualitas yang dimiliki figur caleg sebelum akhirnya menentukan pilihannya. Kualitas caleg yang dimaksud adalah kelayakan seorang caleg yang dianggap sudah memberikan kontribusi nyata yang bermanfaat kepada masyarakat, yang artinya calon legislatif yang akan dipilih dilihat dari kinerjanya dan kiprahnya di masyarakat, manfaat apa yang telah mereka (caleg) berikan kepada masyarakat. Konkretnya faktor rasional yang dipilih informan dengan melihat kualitas kandidat yang akan dipilih dilihat dari visi misi dan rekam jejak calon legislatif DPRD kota Medan tahun 2014 yang akan dipilih. Rasionalitas pemilih dapat dilihat dalam pernyataan Idah Bintang,SE yang diungkapkan saat wawancara seperti berikut, Saya melihat dari segi kualitas figurnya. Orangnya harus punya dedikasi ke masyarakat dan tidak boleh ada yang lagi terkena kasus. 14 Pernyataan yang diungkapkan Idah Bintang,SE tersebut menunjukkan perilaku pemilih yang rasional, karena sebagai pemilih memang sudah seharusnya memilih caleg yang berkualitas dan berdedikasi kepada masyarakat. Perilaku pemilih (perempuan) yang menginginkan kualitas tersebut cenderung memilih caleg yang sudah berpengalaman dan kiprahnya sudah dikenal baik. Hal ini seperti yang diungkapkan Sarah dalam wawancara seperti berikut. 13 Hasil wawancara dengan Nani Rianti, pada tanggal 20 Januari 2015 di kantor Camat Medan Johor. 14 Hasil wawancara dengan Idah Bintang, pada tanggal 20 Januari 2015 di Kantor Camat Medan Johor. 6

7 ... Saya memilih karena melihat kualitasnya tanpa melihat suku,agama,ataupun gender nya. Kualitas yang dimaksud yaitu kinerja nyatanya yang sudah pernah dirasakan masyarakat, ngapain milih caleg yang baru kalau memang sudah ada yang terbukti kualitasnya. 15 Pernyataan Sarah tersebut menunjukkan perilaku pemilih (perempuan) yang menentukan pilihannya dipengaruhi oleh rekam jejak figur caleg, hal ini juga menunjukkan sebagai pemilih (perempuan) juga ada kepekaan untuk memilih caleg yang benar-benar dianggap mampu untuk menjadi anggota legislatif khususnya DPRD kota Medan tahun 2014 dengan catatan harus memiliki rekam jejak yang dianggap baik dengan telah berkontribusi secara positif dan telah memberikan manfaat bagi kepentingan masyarakat khususnya masyarakat di dapil 2 kota Medan. Evaluasi terhadap kandidat sangat dipengaruhi oleh sejarah dan pengalaman masa lalu kandidat, baik dalam kehidupan bernegara maupun bermasyarakat 16. Hal ini sejalan dengan pendapat V.O.Key, salah satu tokoh penting yang menggagas pendekatan pilihan rasional, Key menyatakan: Yang menentukan pilihan para pemilih adalah sejauh mana kinerja pemerintah, partai, atau wakilwakil mereka baik bagi dirinya sendiri atau bagi negaranya, atau justru sebaliknya. 17 Adanya perilaku untuk melihat rekam jejak kandidat yang mengevaluasi kinerja kandidat ini menunjukkan perilaku pemilih (perempuan) yang cenderung memilih caleg incumbent karena seperti apa yang diungkapkan Sarah sebelumnya dapat dimaknai bahwasannya apabila sudah terlihat caleg yang benar-benar berkualitas dan juga dapat dirasakan kotribusi positifnya di masyarakat, maka secara sadar pemilih akan memilih caleg tersebut. Selain itu, perilaku dengan melihat rekam jejak kandidat tersebut inilah yang melahirkan kriteria-kriteria yang mempengaruhi perilaku pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan seperti kualitas kandidat yang dilihat bukan hanya dari rekam jejak seperti yang telah di- 15 Hasil wawanara dengan Sarah, pada tanggal 22 Februari 2015 di Kecamatan Medan Johor. 16 Indar Melani,op.cit., hal Ibid. jelaskan sebelumnya, melainkan juga melihat faktor visi-misi. Visi misi penting untuk dilihat karena dari visi misi pemilih mengetahui apa yang akan diperbuat caleg apabila terpilih. Faktor visi misi ini mempengaruhi pilihan politik perempun di dapil 2 kota Medan seperti yang terlihat dari ungkapan Asmawati dalam wawancara sebagai berikut. Yang menjadi pertimbangan saya adalah kualitas,visi-misinya harus betul dilihat. Jangan memilih karena adanya hubungan kekeluargaan, kita harus melihat apakah dia itu pantas untuk dipilih,apakah dia bisa menaikkan taraf hidup kita. 18 Seperti pernyataan Asmawati tersebut, dapat dilihat bahwasannya visi misi sangat mempengaruhi perilakunya dalam menentukan pilihan. Selain itu, pernyataan Asmawati tersebut tersirat makna bahwasannya visi misi penting untuk dilihat, karena pemilih harus melihat apakah caleg tersebut bisa menaikkan taraf hidup masyarakat atau tidak. Pendapat Asmawati tersebut sangat rasional, karena memang seharusnya sebagai pemilih harus merasakan keuntungan apabila ia memutuskan untuk memilih seorng caleg tertentu. Kualitas, rekam jejak, dan visi misi, semua yang diungkapkan oleh para informan tersebut pada nyatanya menunjukkan dasar dari teori perilaku pemilih rasional itu sendiri. Penutup Perilaku pemilih (perempuan) dalam menentukan pilian politiknya pada pemilu DPRD tahun 2014 di dapil 2 kota Medan merupakan hal yang penting untuk diketahui. Dalam studi ini terdapat tiga pendekatan yang dapat melihat dan menganalisis bagaimana perilaku pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan dalam menentukan pilihan politiknya. antara lain: Pertama, pendekatan sosiologis; Kedua, pendekatan psikologis; Ketiga, pendekatan pemilih rasional. Berdasarkan hal tersebut pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan sedikit yang memilih caleg perempuan dikarenakan para pemilih (perempuan) masih meragukan kualitas dari caleg perempuan yang ada di dapil 2 kota Medan khususnya pada tingkat DPRD kab/kota dan kurangnya popularitas 18 Hasil wawancara dengan Asmawati, pada tanggal 14 Januari 2015 di Kantor Camat Medan Tuntungan. 7

8 dari caleg perempuan sehingga pemilih (perempuan) tidak mengetahui figur dan rekam jejak caleg perempuan tersebut.pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan menunjukkan kecenderungan untuk memilih caleg incumbent. Pemilih (perempuan) mampu menentukan pilihan politiknya secara mandiri tanpa dipengaruhi oleh suami, ayah, ataupun kelompok-kelompok sosial tertentu. Rasioalitas pemilih (perempuan) di dapil 2 kota Medan juga dapat dilihat dari kriteria-kriteria yang diinginkan terhadap seorang caleg yang akan dipilih seperti kualitas caleg yang dilihat dari visi-misi ataupun rekam jejak caleg tersebut. Kritera-kriteria tersebut menunjukkan perilaku pemilih (perempuan) yang sudah rasional, karena kualitas yang diharapkan diaharapkan akan mampu menguntungkan masyarakat. Wawancara dengan Nani Rianti (Kasubbag Keuangan Kecamatan Medan Johor), pada tanggal20 Januari 2015 di kantor Camat Medan Johor. Wawancara dengan Idah Bintang (Kasubbag Pelum Kecamatan Medan Johor), pada tanggal20 Januari 2015 di Kantor Camat Medan Johor. Wawancara dengan Sarah (mahasiswi), pada tanggal 22 Februari 2015 di Kecamatan Medan Johor. Wawancara dengan Asmawati (Kasubbag Umum Kecamatan Medan Tuntungan), pada tanggal14 Januari 2015 di Kantor Camat Medan Tuntungan. Daftar Pustaka Anastasia, Ayu. Lembar Fakta WRI ReperesentasiPerempuan1. Tersedia di situs: Diakses pada 5 Mei 2014, Pukul Wib. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk. Tersedia disitus: Diakses pada 18 Agustus 2014, Pukul Wib. Daulay, Harmona Perempuan Dalam Kemelut Gender. Medan:USU Press. Data Sertifikat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dari Setiap Kecamatan Di Tingkat Kabupaten/Kota Dalam Pemilihan Umum Anggota DPRD Kabupaten/Kota Tahun Irmayani, T Perilaku Perempuan Pemilih dalam Menetapkan Pilihan pada Pemilu Jurnal Politeia Ilmu Politik (Volume 4,Nomor 1),hal Melani,Indar Perilaku Pemilih Pemula Di Kecamatan Duampanua Pada Pemilukada Kabupaten Pinrang Tahun Makassar: Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Hasanuddin. Wawancara dengan SilviaPada tanggal25 Februari 2015 di kecamatan Medan Maimun. 8

PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENENTUKAN PILIHAN POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MEDAN M Habibie Fitrawan Hasibuan

PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENENTUKAN PILIHAN POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MEDAN M Habibie Fitrawan Hasibuan PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENENTUKAN PILIHAN POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MEDAN 2014 M Habibie Fitrawan Hasibuan 100906096 DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi perwakilan dengan menciptakan keseimbangan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi perwakilan dengan menciptakan keseimbangan komposisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesetaraan gender dalam bidang politik diciptakan demi mewujudkan citacita demokrasi perwakilan dengan menciptakan keseimbangan komposisi perwakilan antara laki-laki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI... Lampiran 2 Model F6-Parpol REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI 1 PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2 PARTAI BULAN BINTANG (PBB) TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang sering kali diperdebatkan. Sejak tahun 2002, mayoritas para aktivis politik, tokoh perempuan dalam partai

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013 ANATOMI CALEG PEMILU 2014 FORMAPPI 3 Oktober 2013 I. Pengantar Alasan melakukan kajian: Membantu pemilih mendapatkan informasi yang utuh tentang Caleg dalam Pemilu 2014. Lingkup kajian: Profil Caleg Pemilu

Lebih terperinci

PERILAKU PEREMPUAN ISLAM PEMILIH PADA PEMILUKADA PUTARAN II KOTA MEDAN 2010

PERILAKU PEREMPUAN ISLAM PEMILIH PADA PEMILUKADA PUTARAN II KOTA MEDAN 2010 PERILAKU PEREMPUAN ISLAM PEMILIH PADA PEMILUKADA PUTARAN II KOTA MEDAN 2010 (studi kasus : Kemenangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin di Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur) Disusun Oleh: EFRIDA

Lebih terperinci

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan

Lebih terperinci

BAB III DATA RESPONDEN

BAB III DATA RESPONDEN BAB III DATA RESPONDEN A. JENIS KELAMIN RESPONDEN Penelitian ini sebagian besar mengambil kelompok laki-laki sebagai responden. Dari 8 responden yang diwawancarai dan yang ikut FGD, terdapat orang responden

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini

Lebih terperinci

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019 Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 Pokok Bahasan 1. Keterpilihan Perempuan di Legislatif Hasil Pemilu 2014 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik - FISIP Universitas Indonesia (PUSKAPOL FISIP UI) Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

ISU KRUSIAL SISTEM PEMILU DI RUU PENYELENGGARAAN PEMILU

ISU KRUSIAL SISTEM PEMILU DI RUU PENYELENGGARAAN PEMILU ISU KRUSIAL SISTEM PEMILU DI RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SISTEM PEMILU Adalah konversi suara menjadi kursi yg dipengaruhi oleh beberapa variabel teknis pemilu Besaran Daerah Pemilihan Metode Pencalonan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014 EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014 Temuan Survei di 45 Dapil April 2013 Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng - Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 3919582, Fax

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014 PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014 Kata Pengantar PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Pemilu Legislatif 2014 telah selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 31 /Kpts/KPU-Kab-012.329506/2014 TENTANG PENETAPAN TANGGAL DAN TEMPAT PELAKSANAAN KAMPANYE RAPAT

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN Nomor 11/Kpts/022.658791/III/2014 TENTANG JADWAL KAMPANYE RAPAT UMUM PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental (Adinda Tenriangke Muchtar, Arfianto Purbolaksono The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research) http://www.shnews.co/detile-28182-gelombang-efek-jokowi.html

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu (Budiardjo, 2009:461). Pemilihan umum dilakukan sebagai

Lebih terperinci

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon

Lebih terperinci

Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan

Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan x 2.2.2. Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis... 224 3. Ringkasan... 226 BAB IV. ELECTORAL VOLATILITY NASIONAL DAN LOKAL: SEBUAH PERBANDINGAN... 228 A. Membandingkan Electoral Volatility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Prasyarat Gelar... ii Persetujuan... iii Penetapan Panitia Penguji... iv Ucapan Terima Kasih... v Ringkasan... vii Sumary... viii Abstrak... ix Daftar Isi... x Daftar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 106 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian pembahasan, maka peneliti dapat menarik simpulan dari hasil penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebijakan affirmative action merupakan kebijakan yang berusaha untuk menghilangkan tindakan diskriminasi yang telah terjadi sejak lama melalui tindakan aktif

Lebih terperinci

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1)

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1) Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (1) Oleh MIFTAKHUL HUDA* Lebih mudah cara menghitung perolehan kursi bagi partai politik (parpol) peserta pemilu 2014 dan penetapan calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disuatu negara menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan

Lebih terperinci

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016 PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016 Paska Munaslub : Golkar Perlu Branding Baru? Paska Munaslub dengan terpilihnya Setya Novanto (Ketum) dan Aburizal

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin

Lebih terperinci

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK Agustus 2014 Harapan & Ancaman Jokowi - JK Pemerintahan Jokowi JK secara resmi akan dilantik pada Oktober mendatang. Harapan publik pada pemerintahan ini berada di posisi

Lebih terperinci

Metodologi Quick Count

Metodologi Quick Count PRESS RELEASE: QUICK COUNT dan EXIT POLL PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN 22 JANUARI 213 Jl. Lembang Terusan D57, Menteng, Jakarta Pusat Telp. (21) 3919582, Fax (21) 3919528 Website: www.lsi.or.id,

Lebih terperinci

BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN Dengan meningkatnya keberadaaan badan legislatif yang menjadi mitra sejajar dengan badan eksekutif, akan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat jika fungsi badan

Lebih terperinci

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3) Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (3) Oleh MIFTAKHUL HUDA* Sebelumnya telah dikemukakan Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (1) untuk Pemilu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat untuk memilih secara langsung, baik pemilihan kepala negara,

I. PENDAHULUAN. masyarakat untuk memilih secara langsung, baik pemilihan kepala negara, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menganut konsep demokrasi yang ditandai dengan adanya pemilihan umum (pemilu) yang melibatkan masyarakat untuk memilih secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan bukan masalah sederhana. Esensi demokrasi adalah membangun sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Pileg 2014, Diolah dari Hasil Wawancara dengan Berbagai Narasumber, Hasil Rekapitulasi

DAFTAR TABEL. Pileg 2014, Diolah dari Hasil Wawancara dengan Berbagai Narasumber, Hasil Rekapitulasi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv SURAT PERNYATAAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN...vi MOTTO... vii UCAPAN TERIMAKASIH... viii DAFTAR ISI...xi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap yang terdaftar tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan pro dan kontra padahal banyak kemampuan kaum perempuan yang tidak dimiliki oleh laki - laki.

Lebih terperinci

MAYORITAS PUBLIK INGIN CAPRES SIAP TERIMA KEKALAHAN. Konpers LSI Juli 2014

MAYORITAS PUBLIK INGIN CAPRES SIAP TERIMA KEKALAHAN. Konpers LSI Juli 2014 MAYORITAS PUBLIK INGIN CAPRES SIAP TERIMA KEKALAHAN Konpers LSI Juli 2014 1 MAYORITAS PUBLIK INGINKAN CAPRES SIAP TERIMA KEKALAHAN Menjelang pengumuman pemenang Pilpres oleh KPU tanggal 22 Juli besok,

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Voting Behavior 1. Definisi Voting Behavior Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

Jokowi Pasca Naiknya BBM. LSI DENNY JA November 2014

Jokowi Pasca Naiknya BBM. LSI DENNY JA November 2014 Jokowi Pasca Naiknya BBM LSI DENNY JA November 2014 Jokowi Pasca Naiknya BBM Pemerintahan Jokowi-JK akhirnya memutuskan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Jokowi menaikan dua harga BBM bersubsidi

Lebih terperinci

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014 BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014 1 Rebutan dukungan di 5 Kantong Suara Terbesar (NU, Muhammadiyah, Petani, Buruh, dan Ibu Rumah Tangga) Empat puluh hari

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014 HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF 2014 Rabu, 9 April 2014 Metodologi Exit Poll Exit poll merupakan penelitian perilaku memilih (voting behavior) ketika pemilih berada di TPS. Total sampel 2000 responden,

Lebih terperinci

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. HASIL RISET PARTISIPASI MASYARAKAT OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Partai politik hadir sebagai elemen demokratisasi sekaligus menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Partai politik hadir sebagai elemen demokratisasi sekaligus menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partai politik hadir sebagai elemen demokratisasi sekaligus menjadi sarana bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan politik. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

WORKSHOP DPRD KABUPATEN REMBANG 15 JUNI 2012

WORKSHOP DPRD KABUPATEN REMBANG 15 JUNI 2012 WORKSHOP DPRD KABUPATEN REMBANG 15 JUNI 2012 MEMBACA TEKS UNDANG-UNDANG PEMILU NO 8 TH 2012-DIANALISIS DARI KONTEKS LAHIRNYA UU TERSEBUT, KEPENTINGAN APA DAN SIAPA YANG IKUT MENENTUKAN LAHIRNYA UU PEMILU?

Lebih terperinci

Head to Head Dukungan Capres Pasca Penetapan Resmi KPU

Head to Head Dukungan Capres Pasca Penetapan Resmi KPU Head to Head Dukungan Capres Pasca Penetapan Resmi KPU Agustus 2014 Head to Head Dukungan Prabowo-Jokowi Pasca Keputusan Resmi KPU Sejatinya Pemilu Presiden (pilpres) telah usai. Pihak pemegang otoritas

Lebih terperinci

2. Usia Responden : tahun tahun tahun ke atas

2. Usia Responden : tahun tahun tahun ke atas Kuesioner IKLAN POLITIK DAN MINAT MEMILIH (Studi Korelasional tentang Iklan Politik di Televisi terhadap Minat Memilih Pemilih Pemula di Kelurahan Mangga Medan Tuntungan) Petunjuk Pengisian 1. Seluruh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan 119 BAB V PENUTUP A. Simpulan Calon legislatif merupakan lembaga perwakilan yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap rancangan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa : Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem demokrasi memiliki pemikiran mendasar mengenai konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang Oleh : Radityo Pambayun Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN PELABUHAN KOTA SAMARINDA

STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN PELABUHAN KOTA SAMARINDA ejournal Ilmu Pemerintahan, 5 (3) 2017: 1003-1012 ISSN 2477-2458(online), ISSN 2477-2631(Cetak),ejournal.ipfisip-unmul.ac.id Copyright 2017 STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep penting yang harus dipahami dalam membahas kaum perempuan adalah membedakan antara konsep seks (Jenis Kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih 1. Perilaku Pemilih Sikap politik seseorang terhadap objek politik yang terwujud dalam tindakan atau aktivitas politik merupakan perilaku politik

Lebih terperinci

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA Profile Singkat SPIN SPIN (Survey & Polling Indonesia) adalah lembaga riset independen yang tidak

Lebih terperinci

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014 Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri LSI DENNY JA November 2014 Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segera Bubarkan Diri Mayoritas publik. sebesar 61. 20 %, ingin DPR tandingan yang

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEREMPUAN KOTA MOJOKERTO PADA PEMILU LEGISLATIF 2014

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEREMPUAN KOTA MOJOKERTO PADA PEMILU LEGISLATIF 2014 PERILAKU POLITIK PEMILIH PEREMPUAN KOTA MOJOKERTO PADA PEMILU LEGISLATIF 2014 Irtanto Badan Penelitian & Pengembangan Provinsi Jawa Timur Jl. Gayung Kebonsari No. 56 Surabaya, telepon (031) 8285671, fax

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewakili mereka dalam lembaga negara seperti lembaga legislatif dan eksekutif.

BAB I PENDAHULUAN. mewakili mereka dalam lembaga negara seperti lembaga legislatif dan eksekutif. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi dilandasi dengan prinsip kedaulatan yang berada di tangan rakyat. Rakyat yang berkuasa sehingga berhak terlibat dalam aktivitas politik. Untuk mewujudkan keberadaan

Lebih terperinci

Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014

Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 15 KPU KABUPATEN CILACAP TAHUN 2014 www.kpud-cilacapkab.go.id 0 B u k u P e m i l u L e g i

Lebih terperinci

Kronologi perubahan sistem suara terbanyak

Kronologi perubahan sistem suara terbanyak Sistem Suara Terbanyak dan Pengaruhnya Terhadap Keterpilihan Perempuan Oleh: Nurul Arifin Jakarta, 18 Maret 2010 Kronologi perubahan sistem suara terbanyak Awalnya pemilu legislatif tahun 2009 menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Kabupaten Luwu Utara Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan wilayah penelitian dimana wilayah penelitian ini berada di Kabupaten Luwu Utara Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF PADA MAHASISWA PEMILIH PEMULA 1 Dwissa Lestari, 2 Agus Sofyandi

Lebih terperinci