Evaluasi Kondisi Struktur Perkerasan Landas Pacu Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya
|
|
- Hartono Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas x Vol. Xx Desember 2015 Evaluasi Kondisi Struktur Perkerasan Landas Pacu Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya CHAIRUNISA NASTITI 1, SILVIA SUKIRMAN 2, RAHMI ZURNI 2 1. Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional 2. Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional chairunisanastiti@gmail.com ABSTRAK Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya merupakan bandar udara terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia berdasarkan gerak pesawat dan penumpang. Meningkatnya beban lalu lintas udara dan kerusakan fasilitas udara yang terjadi menjadi latar belakang dilakukannya evaluasi kondisi perkerasan landas pacu Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Data sekunder yang didapatkan dari Angkasa Pura I diolah untuk mengetahui kepadatan campuran pada benda uji, kadar aspal, dan gradasi agregat. Hasil perhitungan ratio kepadatan yang harus memenuhi syarat pada spesifikasi sebesar 94%. Hasil perhitungan kadar aspal benda uji dibandingkan dengan kadar aspal optimum sebesar 6,2%. Hasil perhitungan gradasi agregat benda uji harus memenuhi persentase lolos agregat yang telah ditentukan spesifikasi teknis KP 576. Rasio kepadatan campuran beraspal rata-rata adalah 98,369%, kadar aspal rata-rata 5,51% dan gradasi agregat masuk dalam gradasi yang telah ditentukan dalam spesifikasi. Kata kunci : uji, Kepadatan campuran, Kadar aspal, Gradasi agregat. ABSTRACT Juanda International Airport Surabaya is the second biggest and crowded in Indonesia in the point of view of the number of passangers and the the movement of aircraft. The increase of air traffic and deficiencies of the runway is the reason to evaluate the condition of the runway pavement. The study comprises of analize the secondary data obtained from Angkasa Pura I. This secondary data was evaluated to determine density of the specimen, asphalt content, and the gradation of the agregates. According to the technical spesification KP 576, he calculated density must be at least 94%, the asphalt content 6,2% of the optimum asphalt content and gradation of the agregates conform to the spesification. Based on the analisys result, the average density ratio of the asphalt is 98,369%, the average asphalt content is 5,51% and the agregates gradation conform to the spesification. Keywords: specimen, density of the mixture, asphalt content, agregates gradation. Rekaracana - 1
2 CHAIRUNISA NASTITI, SILVIA SUKIRMAN, RAHMI ZURNI 1. PENDAHULUAN Bandar udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu, namun bandar udara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya. Majunya sistem transportasi udara pada umumnya ditandai dengan peningkatan dan penambahan fasilitas bandar udara dan bertambahya masyarakat pengguna jasa angkutan udara. Landas pacu adalah suatu daerah persegi panjang yang ditentukan pada bandar udara yang dipergunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat terbang. Pada struktur perkerasan landas pacu, muatan roda pesawat terjadi sampai berulang kali selama periode rencana. Repetisi beban menyebabkan terjadinya retakan yang pada akhirnya mengakibatkan kerusakan. Perkerasan landas pacu dibuat dengan tujuan untuk memberikan permukaan yang halus dan aman pada segala kondisi cuaca, serta ketebalan dari setiap lapisan harus cukup aman untuk menjamin bahwa beban pesawat yang bekerja tidak merusak perkerasan lapisan di bawahnya. Bandar Udara Internasional Juanda terletak di Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya adalah bandar udara terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta berdasarkan pergerakan pesawat dan penumpang. Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang peningkatan pengguna jasa transportasi udara. Beban lalu lintas udara dan kerusakan fasilitas udara yang terjadi di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya semakin meningkat, maka sejalan dengan itu dilakukan pemeliharaan rutin khususnya pada landas pacu. Bandara Internasional Juanda Surabaya Gambar 1. Lokasi Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya (Sumber: googlemaps, 2015) Rekaracana - 2
3 EVALUASI KONDISI STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Panjang landas pacu Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya adalah 3000 m dengan lebar 45 m. Ditemukan beberapa kerusakan eksisting yang terdapat pada landas pacu di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan dibeberapa titik kerusakan untuk mengevaluasi kondisi kerusakan perkerasan yang terjadi pada landas pacu Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Dari hasil uji benda uji inti yang diambil diharapkan dapat diperoleh penyebab kerusakan yang ditemui. Gambar 2. Lokasi pengambilan benda uji inti pada landas pacu (Sumber: Angkasa Pura I) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landas Pacu Landas pacu adalah jalur perkerasan yang dipergunakan oleh pesawat terbang untuk mendarat dan melakukan lepas landas. Lapisan permukaan landas pacu dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dan memiliki daya tahan yang lama. 2.2 Struktur Perkerasan Lentur Perkerasan didefinisikan sebagai struktur yang terdiri dari satu atau lebih lapisan perekerasan yang dibuat dari bahan terpilih. Perkerasan dapat berupa agregat yang diikat dengan aspal yang dikenal dengan sebutan perkerasan lentur. Desain perkerasan lentur didasarkan pada analisis sistem lapisan dimana beban kendaraan dipikul oleh semua lapisan sebagai satu kesatuan. 2.3 Campuran Beton Aspal Campuran beton aspal merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Pekerjaan pencampuran dilakukan di pabrik pencampur, kemudian dibawa ke lokasi dan dihampar dengan mempergunakan alat penghampar (paving machine) sehingga diperoleh lapisan lepas yang seragam dan merata untuk seanjutnya dipadatkan dengan mesin pemadat dan akhirnya diperoleh lapisan aspal beton. Rekaracana - 3
4 CHAIRUNISA NASTITI, SILVIA SUKIRMAN, RAHMI ZURNI 1. Aspal Aspal adalah suatu material perekat yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat sementasi. Aspal yang digunakan sebagai bahan perkerasan lentur berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi. Fungsi aspal adalah sebagai bahan pengikat aspal dan agregat dan juga sebagai pengisi rongga pada agregat. 2. Agregat Agregat merupakan campuran dari pasir, kerikil, batu pecah, atau material lain yang berasal dari bahan mineral alami atau buatan. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkerasan jalan, dimana agregat menempati proporsi terbesar dalam campuran, umumnya berkisar antara 90% - 95% dari berat total campuran atau 75 % - 85 % dari volume campuran. 2.4 Pengujian Uji Inti Coredrill machine (mesin benda uji inti) adalah sebuah alat yang mampu mengebor sebuah beton, beton bertulang ataupun aspal. uji inti ini menggunakan mata bor yang biasa disebut dengan diamond drill bit. Ukuran dari mata bor ini juga bervariasi, mulai dari 1 inci sampai dengan 8 inci. Sampel yang diperoleh dari uji coredrill berbentuk silinder. 2.5 Pengujian Ekstraksi Ekstraksi adalah proses menguraikan kembali dari suatu campuran menjadi bahan bahan pembentuknya melalui proses kimiawi. Campuran bahan padat seringkali sukar dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis. Pengujian ekstraksi ini sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih. 2.6 Pengujian Evaporasi Evaporasi (penguapan) merupakan pemisahan padatan dari suatu larutan dengan cara menguapkan pelarutnya. Tujuan metode ini adalah untuk memisahkan aspal dari bahan pelarut, sehingga dapat digunakan kembali. Pemisahan ini didasarkan pada keadaan bahwa titik didih pelarut lebih rendah dari titik didih zat padat terlarutnya. 2.7 Pengujian Analisis Ayakan Analisa ayakan adalah pengujian untuk mengetahui distribusi ukuran butir agregat baik kasar maupun halus dengan menggunakan ukuran ukuran tertentu yang telah distandarkan. Analisis ayakan dilakukan dalam suatu alat yang terdiri dari susunan ayakan dan mesin penggetar atau vibrator. Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar di atas dan ayakan berlubang kecil di bawah secara berurutan. 2.8 Kepadatan Nilai kepadatan adalah nilai berat volume untuk menunjukkan kepadatan dari campuran beton aspal. Faktor faktor yang mempengaruhi kepadatan yaitu temperatur pemadatan dan komposisi bahan penyusun. Semakin bertambahnya kadar aspal, semakin banyak rongga rongga udara yang terisi aspal, sehingga kepadatan semakin tinggi. 2.9 Kadar Aspal Kadar aspal sangat berpengaruh terhadap karakteristik campuran. Kadar aspal yang terlalu kecil akan mengakibatkan kurangnya lapisan pengikat antar butir, jika kadar rongga yang dapat diresapi aspal besar. Kadar aspal yang kecil akan mengakibatkan lapisan pengikat aspal cepat lepas dan durabilitas berkurang. Rekaracana - 4
5 EVALUASI KONDISI STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA 3. ANALISIS DATA 3.1 Identifikasi Masalah Dan Pengumpulan Data Sekunder Angkasa Pura I melakukan usaha pemeliharaan rutin sisi udara Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Ditemukannya kerusakan pada kondisi struktur perkerasan landas pacu bandar udara tersebut, sehingga perlu dilakukan evaluasi kondisi yang terjadi pada perkerasan landas pacu Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Data data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Angkasa Pura I. Data sekunder yang digunakan untuk evaluasi pada penelitian ini yaitu data berat benda uji inti (berat di udara, berat di dalam air dan SSD), data berat tertahan gradasi agregat dan data berat aspal dari hasil pengujian 20 sampel benda uji inti. 3.2 Pengolahan Data Sekunder Data berat benda uji inti yang didapatkan dari Angkasa Pura I diolah untuk mengetahui nilai rasio kepadatan, kemudian dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditentukan pada spesifikasi teknis KP 576. Tahapan untuk mengetahui nilai rasio kepadatan yaitu menghitung nilai isi benda uji inti dan menghitung nilai berat isi benda uji inti. Kemudian dilakukan perhitungan rasio kepadatan. Data berat tertahan gradasi agregat benda uji inti yang didapatkan dari Angkasa Pura I diolah untuk mengetahui gradasi agregat benda uji inti, kemudian dibandingkan dengan dengan spesifikasi yang telah ditentukan pada spesifikasi teknis KP 576. Tahapan untuk mengetahui gradasi agregat yaitu menghitung persetase tertahan dan persentase lolos agregat. Persentase lolos yang didapatkan dibandingkan dengan persentase lolos agregat pada spesifikasi teknis KP 576 seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Persyaratan Persentase Lolos Gradasi Agregat (Sumber: KP 576, 2014) Ukuran Saringan Spesifikasi Persen Lolos inci mm Maks Min 3/ /2 12, /8 9, , , , , , Data berat aspal benda uji inti yang didapatkan dari Angkasa Pura I diolah untuk mengetahui kadar aspal, kemudian dibandingkan dengan kadar aspal optimum sesuai Job Mix Formula. Rekaracana - 5
6 CHAIRUNISA NASTITI, SILVIA SUKIRMAN, RAHMI ZURNI Perhitungan dilakukan secara manual dan mengacu pada persyaratan yang telah ditentukan yaitu spesfikasi teknis KP 576. Hasil perhitungan rasio kepadatan, gradasi agregat campuran, dan kadar aspal yang telah dihitung tersebut akan ditarik kesimpulan untuk dijadikan bahan tinjauan pengembangan rencana pemeliharaan landas pacu Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. 4. PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Ratio Kepadatan Uji Inti Perhitungan isi benda uji inti didapat dari pengurangan berat benda uji inti SSD dengan berat benda uji inti di dalam air. Perhitungan berat isi benda uji inti didapat dari pembagian berat benda uji inti di udara dengan isi benda uji inti. Berat isi yang diperoleh dibandingkan dengan berat isi standar yaitu sebesar 2,4 gram/cm³, kemudian dikali 100% untuk mendapatkan rasio kepadatan. Hasil ratio kepadatan harus melebihi persyaratan ratio kepadatan yang telah ditentukan pada spesfikasi teknis KP 576 sebesar 94%. Pada nomor urut benda uji inti 4 diperoleh ratio kepadatan sebesar 85,94% < 94% (persyaratan ratio kepadatan). Nomor urut benda uji inti 4 tidak memenuhi persyaratan. uji inti yang tidak memenuhi persyaratan harus dilakukan pengujian ulang untuk memastikan kualitas lapisan perkerasan. Urut uji inti Tabel 2. Data Perhuitungan Kepadatan Uji Berat uji inti Berat Isi Jenis uji Ratio Di Udara Dalam Air SSD uji inti inti Kepadatan Ruas (gram) (gram) (gram) (cm 3 ) (gr/cm 3 ) ,2 1728, ,5 2,49 103,95% ,8 1682,7 2821,1 1138,4 2,48 103,17% ,8 1268,6 529,8 2,39 99,57% 4 791,2 409,3 792,9 383,6 2,06 85,94% ,5 667,6 1140,9 473,3 2,41 100,23% ,7 1006,4 1701,6 695,2 2,44 101,87% ,2 643,5 1130,1 486,6 2,32 96,61% 8 574,6 328,5 579,1 250,6 2,29 95,54% 9 860,2 505,1 865,6 360,5 2,39 99,42% ,8 355,1 616,5 261,4 2,34 97,36% ,9 383,4 654,7 271,3 2,41 100,43% ,6 377, ,8 2,34 97,53% ,4 446,9 748,5 301,6 2,48 103,25% ,9 291,9 505,7 213,8 2,33 97,23% ,8 494,2 832,6 338,4 2,46 102,42% ,8 345,1 599,2 254,1 2,34 97,37% ,1 573,7 983, ,38 99,20% ,1 1183,9 2075,8 891,9 2,32 96,66% ,1 691,2 1222,7 531,5 2,27 94,79% , ,3 625,3 2,28 94,85% Rekaracana - 6
7 EVALUASI KONDISI STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA 4.2 Perhitungan Gradasi Agregat Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase lolos atau persentase tertahan ayakan, yang dihitung berdasarkan berat agregat. Data yang ditunjukkan pada Tabel 3 merupakan data berat tertahan agregat yang diperoleh dari PT. Angkasa Pura I. Perhitungan persentase tertahan diperoleh dari pembagian berat tertahan dibagi dengan total berat tertahan dikali 100%, kemudian mencari persentase lolos. Tabel 3. Data Berat Tertahan Gradasi Agregat Urut uji inti 3/4 1/2 3/8 4 Berat Tertahan (gram) Pan Berat Total (gram) ,9 67, , ,3 25,1 463, ,8 35,2 96,8 111, ,2 45, ,6 49, ,2 28,2 20, ,9 85,7 77, ,3 30,8 14,7 478, ,8 88,3 81, ,9 33,1 24,1 24,2 471, ,1 83, ,9 22,9 20,5 24,2 472, ,3 93, ,1 26,1 18,5 471, ,6 40, ,2 42,6 27, ,8 76,6 86, ,3 27,8 31,9 472, ,4 64,7 65, ,1 25,1 25,9 20, ,8 68, , ,7 471, ,6 50,3 75, ,4 25,9 33,5 11,5 478, ,5 44,3 94, ,1 45,5 9,9 473, ,1 62,2 76, ,6 25,2 23,7 25,3 466, ,2 77, ,7 28,4 22, , ,1 34,3 20,3 475, , , ,4 35, ,7 43, ,3 28,8 3,9 468, ,8 97,4 98, ,5 31,7 476, ,3 47,5 83, ,4 32,6 45,7 469,7 Hasil persen lolos gradasi agregat nomor urut benda uji inti 1 sampai dengan 4 dapat dilihat pada Tabel 3.Persentase lolos gradasi agregat benda uji inti yang memenuhi spesifikasi teknis persentase lolos gradasi pada KP 576 hanya pada nomor urut benda uji inti 3, 5, 6, 6 10, 14, 15, 9, 16, dan 19, sedangkan nomor urut benda uji inti lain tidak memenuhi spesifikasi KP 576. Jadi, sebanyak 60% dari lokasi pengujian benda uji inti tidak memenuhi spesifikasi teknis gradasi agregat. Gradasi yang diuji lebih halus dari gradasi yang disyaratkan, sehingga dapat berakibat berkurangnya stabilitas perkerasan landas pacu yang artinya menurunkan kinerja landas pacu Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya dalam menerima beban. Rekaracana - 7
8 CHAIRUNISA NASTITI, SILVIA SUKIRMAN, RAHMI ZURNI Tabel 4. Hasil Persen Lolos Gradasi Agregat Nomor urut 1 sampai dengan 4 Urut Uji Inti Spesifikasi Max Min Persen Lolos 3/ /2 96,8 96,8 98,5 98,5 89,5 89,5 96,1 96, /8 82,2 82,2 91,0 91,0 79,0 79,0 78,2 78,2 75,2 75, ,2 66,2 70,1 70,1 57,4 57, ,1 46,1 34,2 34,2 40,1 40,1 36,5 36, ,4 23,4 24,3 24, ,1 17,1 17,3 17, ,3 14,3 17,4 17,4 10,3 10,3 9,5 9,5 10,2 10, ,4 5,4 7,5 7,5 4,3 4,3 3,7 3,7 5,1 5, Perhitungan Kadar Aspal Kadar aspal yang digunakan dalam campuran beraspal menjadi salah satu penentu untuk menghasilkan perkerasan dengan kinerja baik. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kadar aspal pada benda uji inti yaitu dengan melakukan pengujian evaporasi dari hasil pengujian ekstraksi sebelumnya. Pengujian evaporasi bertujuan untuk menguraikan benda uji inti menjadi aspal melalui proses kimiawi. Berat aspal yang diperoleh dihasilkan dari pengujian evaporasi. Perhitungan kadar aspal didapat dari pembagian berat aspal dengan berat benda uji inti. Kemudian, kadar aspal optimum dari job mix formula benda uji inti minimal sebesar 6,2%. uji inti yang tidak memenuhi kadar aspal optimum harus dilakukan pengujian ulang untuk memastikan kadar aspal yang digunakan. Sebanyak 25% (5 benda uji inti dari 20 benda uji inti) yang memiliki kadar aspal lebih besar dari yang disyaratkan dan 75% lebih kecil dari yang disyaratkan. Kadar aspal yang lebih kecil dari yang disyaratkan menunjukkan durabilitas perkerasan rendah. Tabel 4 Data Perhitungan Kadar Aspal Nomor Urut 1 sampai dengan 10 Berat Urut Berat Aspal Kadar uji inti KAO JMF uji inti Aspal Ruas (gram) (gram) 1 463,40 34,8 7,51% > 6, ,00 33,6 7,24% > 6, ,00 25,5 5,39% < 6, ,90 21,3 4,45% < 6, ,60 29,6 6,28% > 6, ,90 26,1 5,52% < 6, ,70 28,3 6,00% < 6, ,00 23,3 4,89% < 6, ,60 27,6 5,84% < 6, ,00 20,1 4,20% < 6,2 Rekaracana - 8
9 EVALUASI KONDISI STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA 5 KESIMPULAN Hasil perhitungan kepadatan campuran beraspal benda uji inti sebagian besar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebesar 94%, hanya nomor urut benda uji inti 3 (II) yang tidak memenuhi persyaratan ratio kepadatan. Hasil perhitungan persentase lolos gradasi agregat sebesar 60% dari benda uji inti tidak memenuhi persyaratan gradasi campuran. Hasil gradasi campuran menunjukkan beberapa benda uji tidak memenuhi gradasi agregat yang disyaratkan, hal ini disebabkan oleh segregasi yang terjadi akibat beban pergerakan pesawat dan menurunnya nilai kadar aspal. Hasil perhitungan kadar aspal sebesar 75% dari benda uji inti tidak memenuhi persyaratan kadar aspal dan umumnya memiliki kadar aspal lebih sedikit dari kadar aspal optimum sesuai JMF, hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan (udara, temperatur dan sinar matahari). Hasil pengujian benda uji inti menunjukkan durabilitas campuran rendah, sehingga kerusakan pada landas pacu Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya cepat terjadi. DAFTAR RUJUKAN Sukirman, S. (2012). Beton Aspal Campuran Panas. Bandung: Institut Teknologi Nasional. Sukirman, S. (2014). Rekayasa Bandar Udara. Bandung: Institut Teknologi Nasional. Kementrian Perhubungan 576. (2014). Spesifikasi Teknis Pekerjaan Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara, BAB III.2 Konstruksi Perkerasan. Jakarta: Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. (2012). Faktor Faktor Penyebab Kerusakan Dini pada Perkerasan. [Online] Available at: [Accessed 4 November 2015] Laporan Teknik Sipil. (2012). Mengambil Sampel Perkerasan Dengan Core Drill. [Online] Available at: [Accessed 24 Desember 2015] Ridho, M. (2012). Laporan Praktikum Pemeriksaan Kadar Aspal Dengan Cara Ekstraksi. [Online] Available at: [Accessed 21 Desember 2015] Intekna. (2012). Prebandingan Metode Ekstraksi Kadar Aspal Alat Centrifuge Extractor Dengan Reflux. [Online] Available at: index.php/intekna/article/view/162 [Accessed 20 Desember 2015] Agung, G. (2013). Kadar Aspal Umur Pelayanan. [Online] Available at: [Accessed 6 November 2015] Ngedis, B. (2011). Perkerasan Padas Runway. [Online] Available at: [Accessed 11 Desember 2015] Meida, N. (2012). Soklet dan Reflux. [Online] Available at: [Accessed 11 Desember 2015] Rekaracana - 9
Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT
Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen
Lebih terperinciPengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Desember 2015 Pengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell TIARA GAVIRARIESA¹, SILVIA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Kevin Chandra 1, Percy Tambran 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Penggunaan Campuran Aspal Emulsi Dingin
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,
Lebih terperinciKajian Pengendalian Mutu Lapis Permukaan Landas Pacu Bandara Kuala Pembuang Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Rekarencana Teknik Sipil Itenas No.1 Vol. XVI Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 Kajian Pengendalian Mutu Lapis Permukaan Landas Pacu Bandara Kuala Pembuang Palangkaraya, Kalimantan
Lebih terperinciKata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA. 26+500 s.d.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciPENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC
PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk
Lebih terperinciKAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN DAN MIX DESIGN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (ACWC) GRADASI HALUS
KAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN DAN MIX DESIGN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (ACWC) GRADASI HALUS Lusi Dwi Putri 1, Sugeng Wiyono 2, dan Anas Puri 3 1 Program Studi Teknik
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KERAMIK SEBAGAI TAMBAHAN AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KERAMIK SEBAGAI TAMBAHAN AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL THE EFFECT OF USING CERAMIC POWDERS AS ADDITIONAL FINE AGREGATES IN ASPHALT MIXTURE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan suatu lapis perkerasan yang berada diantara permukaan tanah dengan roda kendaraan yang berfungsi memberikan rasa aman, nyaman dan ekonomis
Lebih terperinciStudi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal
Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal SYAMSI FAJRI, N.¹, SUKIRMAN,
Lebih terperinciPEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON
PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON JF Soandrijanie L 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl Babarsari 44 Yogyakarta Email: jose@staff.uajy.ac.id
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC
ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC DONNY SUGIHARTO NRP : 9321069 NIRM: 41077011930297 Pembimbing: TAN LIE ING, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS Dwinanta Utama Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Borobudur Jl. Raya Kali Malang No. 1,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun
Lebih terperinci(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)
(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) LABORATORIUM INTI JALAN RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan PEMERIKSAAN
Lebih terperinciTINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER
TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER Senja Rum Harnaeni 1, Pancar Endah Kirnawan 2 1Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciDjoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK
Tinjauan Teknis dan Ekonomi Penggunaan Aspal Beton dan Hot Rolled Sheet Sebagai Bahan Pelapisan Ulang Permukaan Jalan ( Kasus Ruas Widang Gresik Sta 7+150 s/d Sta 10+200 ) Djoko Sulistiono, Amalia FM,
Lebih terperinciEVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK
EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN Asrul Arifin ABSTRAK Pengujian dilaboratorium terdiri dari Tes Ekstraksi, Uji Analisa Saringan dan Tes Marshall. Uji Ekstraksi harus dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur
Lebih terperinciAlik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Berdasarkan kebutuhan manusia akan pentingnya berkomunikasi maka jalan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)
PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) Vonne Carla Pangemanan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)
PENGARUH PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) Kiftheo Sanjaya Panungkelan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B
PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B Sabaruddin Fakultas Teknik Universitas Khairun Kampus Gambesi Kotak Pos 53 - Ternate 97719 Ternate Selatan Telp. (0921)
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciJurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
JURNAL PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL HALUS BUKIT PASOLO SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON dipersiapkan dan disusun oleh PRATIWI DUMBI NIM: 5114 08 051 Jurnal ini telah disetujui
Lebih terperinciAgus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4
STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRSWC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan lentur terdiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus dalam penelitian ini meliputi pengujian
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Harry Zentino 1, Oktavianus Danny Sivananda 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Serat ijuk merupakan
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1
PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1 Windi Nugraening Pradana INTISARI Salah satu bidang industri yang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:
PENGARUH PERUBAHAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LATASTON JENIS LAPIS PONDASI DAN LAPIS AUS Tri Utami Wardahni Oscar H.
Lebih terperinciPENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL EFFECTS OF TAPIOCA AS ADDITIVE MATERIAL ON THE VALUE OF STABILITY
Lebih terperinciGRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT
Persentase Lolos (%) GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT Nomor Saringan 00 30 8 3/8 / 3/4 90 80 70 60 50 40 30 0 0 0 No 00 No. 30 No.8 "3/8" /" 3/4" Grafik Pasir Grafik abu Batu Grafik kasar Garis Diagonal ANALISA
Lebih terperinciPENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)
PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) M. Zainul Arifin, Ludfi Djakfar dan Gina Martina Jurusan Sipil Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perhatian terhadap masalah lingkungan mulai meningkat beberapa tahun belakangan ini. Kesadaran akan lingkungan telah mendorong usaha daur ulang untuk keperluan tertentu,
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG
PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH SIFAT FISIK AGREGAT TERHADAP RONGGA DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.3, Februari 2013 (184189) PENGRUH SIFT FISIK GREGT TERHDP RONGG DLM CMPURN BERSPL PNS Fernando Rondonuwu O.H. Kaseke,.L.E. Rumayar, M.R.E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciPERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI
38 PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI Aidil Putra 1), Rika Sylviana 2), Anita Setyowati Srie Gunarti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natural Rubber Natural rubber (karet alam) berasal dari getah pohon karet atau yang biasa dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet mentah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton (Laston) Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Agregat Kasar A. Hasil Pengujian Agregat Agregat kasar yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari desa Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan bahan
Lebih terperinciEVALUASI KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC - WC
EVALUASI KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC - WC Mochamad Shamier NRP: 0421057 Pembimbing: Silvia Sukirman, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK Dalam penelitian
Lebih terperinciTINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 90 TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT Raden Hendra Ariyapijati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciPENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 153 PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET-BASE (HRS-BASE) Oleh: Hendri Agung 1), Supiyan 2),
Lebih terperinciKAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS
KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS Prylita Rombot Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi
Lebih terperinciPENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010
Surabaya, 18 Juni 2014, ISSN 23016752 PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM DAN Fadly Achmad dan Nospiati Sunardi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur Bali, 25 April 2015 KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010
Lebih terperinciPENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS
PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS Sumarni Hamid Aly Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar, 90445 Telp: (0411) 587636 marni_hamidaly@yahoo.com
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS
PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS M. Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jln. Mayjen Haryono
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan itu berfungsi untuk
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi
Lebih terperinciEVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK
EVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK Cessy Priscilla S. B NRP : 9921046 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS
PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS Ir. Nusa Sebayang, MT. Dosen Teknik Sipil ITN Malang Jl. Danau Ranau I G2 B/15 Malang Tel : o341-721142 Email :nusasebayang@yahoo.com.au
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan
Lebih terperinciPEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik - Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR ASPAL HASIL EKTRAKSI PADA CAMPURAN ASPAL AC-BC
ISSN 2407-733X E-ISSN 2407-9200 pp. 54-63 Jurnal Teknik Sipil Unaya PERBANDINGAN KADAR ASPAL HASIL EKTRAKSI PADA CAMPURAN ASPAL AC-BC Fitridawati Soehardi 1 1) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat. Dengan melihat peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:
KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1
VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 Dosen Pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana E-mail : agusariawan17@yahoo.com
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1), Isyak Bayu M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall
98 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 98-107, November 2012 Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall (Effect of Using
Lebih terperinciANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH
ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH Sri Sunarjono 1, Robby Samantha 2 1 Dosen Pengajar Program Pascasarjana
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)
PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M) JF Soandrijanie L 1 dan Andri Kurniawan 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl Babarsari 44 Yogyakarta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman Belanda, yang dibangun dari Anyer di Banten sampai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian
Lebih terperinciTINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1, Arys Andhikatama 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciDAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat
III. METODE PENELITIAN A. Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat tekan paving block. Di Indonesia, paving block pada umumnya dibuat dari campuran semen, pasir, dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi pelayanan fasilitas umum yang dapat mendukung mobilitas penduduk. Salah satu
Lebih terperinciINVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL
INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelessaikan Pendidikan Strata
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
OPTIMALISASI PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BERASPAL PANAS (ASPHALTIC CONCRETE) TIPE AC-BASE COURSE (AC-BASE) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL MODIFIKASI ASBUTON (BNA) (Studi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai pengaruh penggunaan polyethylene glycol 6000 dalam campuran beton aspal yang dilakukan di Laboratorium Transportasi Program Studi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciKAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN CAMPURAN AC-WC GRADASI KASAR DENGAN JOB MIX FORMULA
KJIN KDR SPL HSIL EKSTRKSI PENGHMPRN CMPURN C-WC GRDSI KSR DENGN JOB MIX FORMUL Muthia nggraini 1, Sugeng Wiyono 2, dan rhan Wanim 3 1 Teknik Sipil Universitas Lancang Kuning 2 dan 3 Program Pasca Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan adalah lapis perkerasan yang berada diantara lapis tanah dasar dan roda kendaraan. Fungsi dari perkerasan jalan ini yaitu sebagai pelayanan untuk transportasi
Lebih terperinciSpesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciStudi Pemanfaatan RAP Dan Aspal Elvaloy Pada Campuran Laston AC-BC
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 1 Maret 2016 Studi Pemanfaatan RAP Dan Aspal Elvaloy Pada Campuran Laston AC-BC ARDI SENO¹, SILVIA SUKIRMAN²,
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 Dosen
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Polsri Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 1 ) E-mail:cecesumi@yahoo.com
Lebih terperinciBABII TINJAUAN PUSTAKA
BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspal Secara urnum aspal dikenal sebagai material yang lengket, bersifat viscoelastic pada suhu kamar, dan berwarna coklat gelap sampai hitam. Aspal sebagai material penting
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN TUMBUKAN LIMBAH BOTOL KACA SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON
66 PENGARUH PENAMBAHAN TUMBUKAN LIMBAH BOTOL KACA SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON Ayu Suhartini 1), Anita Setyowati Srie Gunarti 2), Azharie Hasan 3) 1,2,3)
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Aspal Pengujian Agregat Pengujian filler Syarat Bahan Dasar Tidak Memenuhi Uji Marshall
Lebih terperinci