BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produktivitas Secara Umum Menurut Roger Schroeder dalam Operation Management produktivitas adalah hubungan antara input dan output dalam sebuah sistem produksi. Pengukuran Produktivitas secara teknis pada dasarnya adalah hasil dari Output (O) dibagi Input (I) atau: (M. Riza Radyanto, 2003 : 14) Menurut International Labor Organization (ILO), Produktivitas adalah perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Elemen-elemen produksi tersebut berupa: tanah, perusahaan, buruh dan organisasi. Menurut Dewan Produksi Nasional (DPN), produktivitas didefinisikan secara filosofis sebagai sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Pada dasarnya produktivitas harus dapat memenuhi unsur efektifita, efisien dan kualitas. Masih menurut Schroeder, Total Factory Productivity (TFP) atau Faktor Produktivitas Total adalah rasio yang diperoleh dari GNP dibagi dengan total labor dan capital input. (M. Riza Radyanto, 2005 : 15) TFP dapat dipakai untuk pengukuran produktivitas di tingkat perusahaan, dimana dihasilkan dari perhitungan nilai tambah, labor share dan capital share. Rasio TFP merupakan metode terbaik untuk menjelaskan produktivitas secara menyeluruh karena meliputi berbagai komponen input. 5

2 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Sebelum membahas lebih jauh mengenai pemeliharaan mesin, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian dari manajemen produksi dan operasi itu sendiri. Pengertian manajemen begitu luas, sehingga terdapat perbedaan definisi beberapa pakar manajemen. Pengertian manajemen menurut T. Hani Handoko (2001 : 3) : Manajemen adalah seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stephen P. Robbins (2002 : 2) dalam bukunya Management mengatakan bahwa: Management is process of coordinating work activities so that they are completed efficienty and effectively with and throught other people. Pengertian manajemen menurut Basu Swastha dan Ibnu Suktjo (200 : 82): Manajemen adalah ilmu dan seni merencakan, mengorganisasi, mengarahkan dan mengkoordinasi serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu usaha atau kegiatan yang harus dilakukan secara efisien dan efektif dengan menggunakan bantuan dan bersama orang lain melalui kerjasama yang terpadu, agar tercapai tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan maksimal. Sedangkan pengertian produksi begitu luas, sehingga terdapat perbedaan definisi dari beberapa pakar sebagai berikut: Menurut Sukanto (2004 : 3), Produksi merupakan penciptaan atau penambahan faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2000 : 4) adalah Production is the creation of goals and services. Dari pengertian prosuksi tersebut, maka disimpulkan bahwa produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah atau kegunaan atas faktor faktor produksi yang telah diolah sedemikian rupa sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia sehari hari. Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi, menurut Sofyan Assuari (2004 : 12) adalah Manajemen Produksi dan Operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber dana serta bahan, secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan sesuatu barang atau jasa. Sedangkan menurut T. Hani Handoko (200 : 3): Manajemen Produksi dan Operasi merupakan usaha usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya sumber daya (atau sering disebut faktor faktor produksi), tenaga kerja, mesin mesin peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa. Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi, menurut Nicholas J. Aquilano (2001 : 6) adalah: Operation management is defidend as the design, operation and improvement of the system that creat and deliver the firm s primary product and services. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahwa Manajemen Prosuksi dan Operasi merupakan usaha usaha pengelolaan sumber daya yang ada secara optimal di dalam proses produksi agar dapat menciptakan dan menambah nilai atau kegunaan suatu produk atau jasa.

3 7 2.3 Pengertian Proses Produksi Perusahaan tidak lepas dari proses produksi dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha agar proses produksi dapat dilaksanakan dengan baik, ekonomis, sertamencegah timbulnya hambatan terhadap kegiatan operasi perusahaan. Pengertian proses produksi menurut Aquilano (2001 : 8) adalah: A system that uses resources to transform inputs into some desired outputs. Sedangkan pengertia proses produksi menurut Sofyan Assauri (2004 : 75) adalah: Proses produksi adlah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber sumber (tenaga kerja, mesin, bahan bahan, dana) yang ada. Proses produksi menurut Sofyan Assauri (2004 : 75), proses produksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Proses produksi yang terus menerus (countinuous processes) Menurut beberapa ahli, pengertian proses produksi yang terus menerus adalah sebagai berikut: Menurut Sofyan Assauri (2004 : 75), Proses produksi terus menerus adalah produksi yang menggunakan mesin dan peralatan yang dipersiapkan untuk memproduksi produk dalam jangka panjang waktu yang lama / panjang tanpa mengalami perubahanuntuk jenis produksi yang sama. Sedangkan menurut T. Hani Handoko (200 : 122), yaitu: Proses produksi yang terus menerus adalah proses produksi yang memproduksi kumpulan kumpulan produk dalam jumlah besar dengan mengikuti serangkaian operasi yang sama dengan kumpulan produk sebelumnya. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa proses produksi yang terus menerus adala suati proses produksi yang memproduksi produk yang sejenis dalam jangka waktu yang panjang. 2. Proses yang terputus putus (intermittent processes) Menurut beberapa ahli, pengertian dari proses produksi yang terputus putus itu adalah sebagai berikut: Menurut Sofyan Assauri (2004 : 75), yaitu: Proses produksi yang terputus putus adalah produksi yang menggunakan waktu yang pendek dalam persiapan peralatan untuk perubahan yang cepat guna dapat menghadapi variasi produk yang berganti ganti. Sedangkan menurut T. Hani Handoko (2000 : 123), yaitu: Proses produksi yang terputus putus adalah suatu proses produksi yang mempunyai ciri produk dalam kumpulan- kumpulan / kelompok kelompok barang yang sejenis dalam interval waktu yang terputus putus. Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses produksi yang terputus putus adalah proses produksi yang memproses produk yang variasainya berganti ganti dalam jangka pendek dengan menggunakan mesin atau peralatan yang cepat guna. 2.4 Mesin Produksi Penemuan mesin mesin dan perlatan merupakan bagian dari sejarah dan peradaban manusia dalam usaha produktivitas dan memperbanyak produk baik

4 8 8 variasi maupun jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi adanya mesin mesin sangat membantu manusia dalam melaksanakan proses pengerjaan atau produksi suatu barang, sehingga barang dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Menurut Sofyan Assauri (2004 : 79) pada prinsipnya mesin dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Mesin produksi bersifat umum atau serba guna (general purpose machine) Mesin produksi yang serba guna merupakan suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan pekerjaan pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang atau produk atau bagian dari produk. 2. Mesin mesin yang bersifat khusus (special purpose machine) Mesin mesin yang bertujuan bersifat khusus (special purpose machine) adalah mesin mesin yang direncanakan dan dibuat untuk mengerjakan satu atau beberapa jenis kegiatan. 2.5 Pengertian dan Tujuan Maintenance Pengertian Maintenance Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industry manufaktur yang sama pentingnya dengan funsi fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena apabila kita mempunyai mesin / peralatan, maka biasanya kita selalu berusaha untuk tetap dapat mempergunakan mesin / peralatan sehingga kegiatan produksi dapat berjalan lancer. Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus mesin / peralatan agar kontinuitas produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan kegiatan pemeliharaan yang meliputi: (Stephens, 2004 : 3) a. Kegiatan pengecekan. b. Meminyaki (lubrication). c. Perbaikan / reparasi atas kerusakan kerusakan yang ada. d. Penyesuaian / penggantian spare part atau komponen. Ada dua jenis penurunan kemampuan mesin / peralatan, yaitu: a. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin / peralatan secara alami akibat terjadi pemburukan / keausan pada fisik mesin / peralatan selama waktu pemakaian walaupun penggunaan secara benar. b. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin / perlatan akibat kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat keausan mesin / peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak seharusnya dilakukan terhadap mesin / peralatan. Dalam usaha mencegah dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan yang timbul ketika proses produksi berjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk mengatisipasinya dengan melakukan kegiatan pemeliharaan mesin / peralatan. Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga mesin / peralatan dan mengadakan perbaikan ayau penyesuaian / penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sasuai dengan apa yang direncakan. Jadi dengan adanya kegiatan maintenance maka mesin

5 9 / peralatan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum jangka waktu tertentu direncanakan tercapai. Hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan mesin / peralatan (equipment maintenance) merupakan berdasarkan dua hal sebagai berikut: 1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin / peralatan agar berfungsi dengan baik sehingga komponen komponen yang terdapat dalam mesin juga berfungsi dengan umur ekonomisnya. 2. Replecement maintenance yaitu mempertahankan tindakan perbaikan dan penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan Tujuan Maintenance Maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan pkomersil, maka seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin / peralatanproduksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncakan tercapai. (Wati, 2009) Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain, yaitu: 1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu. 3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasiakn dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai investasi tersebut. 4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya. 5. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut. 6. Memaksimalkan ketersediaan semua peralatan sistem produksi (mengurangi downtime). 7. Untuk memperpanjang umur / masa pakai dari mesin / peralatan. 2.6 Jenis jenis Maintenance Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) Planned maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang terorganisir dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh Karena itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat mesin / peralatan. Konsep planned maintenance ditujukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan pelaksanaan kegiatan maintemance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi

6 10 10 data yang lengkap untuk mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan perbaikan dan lain lain. Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk pelaksanaan, yaitu: (Stephen, 2004 : 15) a. Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan) Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian semua fasilitas produksi yang diberikan preventive maintenance akan terjaminkelancarannya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suatu rencana dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih tepat. b. Corrective maintenance (pemeliharaan perbaikan) Corrective maintenance adalah suatu kegiatanmaintenance yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelalaian pada mesin / peralatansehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. c. Predictive maintenance Predictive maintenance adalah tindakan tindakan maintenance yang dilakukan pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu dapat berupa getaran, temperature, vibrasi, flow rate dan lain lainnya. Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari operator di lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana) Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown / emergency maintenance. Breakdown / emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah tindakan maintenance yang tidak dilakukan pada mesin / peralatan yang masih dapat beroperasi, sampai mesin / peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari mesin / perlatan dan dapat memeprkecil frekuensi kerusakan Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri) Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatau untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin / peralatan melalui kegiatan kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara mesin / peralatan yang mereka tangani sendiri. Prinsip prinsip yang terdapat pada 5 S, merupakan prinsip yang mendasari autonomous maintenance, yaitu:

7 11 a. Seiri (clearing up): Menyinkirkan benda benda ynng tidak diperlukan. b. Seiton (organizing): Menempatkan benda benda yang diperlukan dengan rapi. c. Seiso (cleaning): Membersihkan peralatan dan tempat kerja. d. Seiketsu (standarizing): Membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi. e. Shitsuke (training and discipline): Meningkatkan skill dan moral. Autonomous maintenance diimplemetasikan melalui 7 langkah yang akan membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan. Tujuh langkah yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah: 1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect). 2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan. 3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminate problem and anaccesible area). 4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance). 5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection). 6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance). 7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidiness). 2.7 Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance Semua tugas tugas atau kegiatan dari pada maintenance dapat digolongkan ke dalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut: 1. Inspeksi (Inspections) Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara berkala (routine schedule check) terhadap mesin / peralatan sesuai dengan rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas mesin / peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran prose produksi. 2. Kegiatan Teknik (Engineering) Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli adan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian penelitian terhadap kemungkinan pengembangan komponen atau peralatan juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan. 3. Kegiatan Produksi Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin / peralatan produksi. 4. Kegiatan Administrasi Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan pencatatan mengenai biaya biaya yang terjadi dalam melakukan kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana kapan kegiatan suatu mesin / peralatan tersebut harus diperiksa, diservice dan diperbaiki. 5. Pemeliharaan Bangunan Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.

8 Total Productive Maintenance (TPM) Pendahuluan Manajemen pemeliharaan mesin / peralatan modern dimulai dengan apa yang disebut preventive maintenance yang kemudian berkembang menjadi productive maintenance. Kedua metode pemeliharaan ini umumnya disingkat dengan PM dan pertama kali diterapkan oleh industri industri manufaktur di Amerika Serikat dan pusat segala kegiatannya ditempatkan satu departemen yang disebut maintenance department. Preventive maintenance mulai dikenal pada tahu 1950-an yang kemudian berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang ada dan kemudian pada tahun 1960-an muncul yang disebut productive maintenance. Total productive maintenance (TPM) mulai berkembang pada tahun 1970-an pada perusahaan di negara Jepang yang merupakan pengembangan konsep maintenance yang diterapkan pada perusahaan industri manufaktur Amerika Serikat yang disebut preventive maintenance. Seperti dapat dilihat masa periode perkembangan PM di Jepang dimana periode tahun 1950-an juga bisa dikategorikan sebagai periode breakdown maintenance. Memepertahankan kondisi mesin / peralatan yang mendukung pelaksanaan proses produksi merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pemeliharaan unit produksi. Tujuan pemeliharaan produktif (productive maintenance) adalah untuk mencapai apa yang disebut dengan profitable PM. (Wireman, 2004 : 1) Pengertian Total Productive Maintenance (TPM) TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan oraganisasi produksi secara menyeluruh yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi, mengurangi weast, mengurangi biaya produksi, meningkatkan kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada perusahaan manufaktur. Secara menyeluruh definisi dari total productive maintenance mencakup lima elemen, yaitu sebagai berikut: (Wireman, 2004 : 3) 1. TPM bertujuan menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM) untuk memperpanjang umur penggunaan mesin / peralatan. 2. TPM diterapkan pada bebagai departemen (seperti engineering, bagian produksi dan bagian maintenance). 3. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas mesin / peralatan secara keseluruhan (overall effectiveness). 4. TPM melibatkan semua orang dari tingkatanmanajemen tertinggi hingga para karyawan / operator lantai produksi. 5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM melalui manajemen motivasi.

9 Manfaat daari Total Productive Maintenance Manfaat studi aplikasi TPM secara sistematik dalam rencana kerja jangka panjang pada perusahaan khususnya menyangkut faktor faktor berikut: (Panneerselyam, 2005 : 469) 1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip prinsip TPM akan meminimalkan kerugian kerugian pada perusahaan. 2. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan pada mesin / peralatan dan downtime mesin dengan metode metode terfokus. 3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi yang tanpa gengguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan. 4. Biaya produksi rendah karena rugi dan pekerjaan yang tidak memberi nilai tambah dapat dikurangi. 5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik. 6. Meningkatkan motivasi kerja, karena hal dan tanggung jawab didelegasikan oleh setiap orang. 2.9 Analisa Produktivitas: Six Big Losses (Enam Kerugian Besar) Kerugian dan tindakan tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin / peralatan dan meminimalkan downtime mesin / peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat menyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin / peralatan saja. Rendahnya produktivitas mesin / peralatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering diakibatkan oleh penggunaan mesin / peralatan yang tidak efektif dan efisien terdapat enam faktor yang disebut enam kerugian besar (six big losses). Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya sumber sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi merupakan karakteristik proses mengukur performasi aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan, sedangkan efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses mengukur derajat pencapaian output dari sisitem produksi. Efektifitas diukur dari aktual output rasio terhadap output direncanakan. Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya mengacu pada kuantitas output semata akan dapat menyesatkan karena pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama dari proses yaitu: kapasitas, efisiensi dan efektivitas. Menggunakan mesin / peralatan seefisien mungkin artinya adalah memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin / peralatan produksi dengan tepat guna dan berdaya guna. Untuk dapat meningkatkan produktivitas mesin / peralatan yang digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi mesin / peralatan pada six big losses. Adapun enam kerugian besar (six big losses) tersebut adalah sebagai berikut: (Wireman, 2004 : 8) 1. Downtime (Penurunan Waktu) a. Equipment failure/breakdown (Kerugian karena kerusakan peralatan). b. Set-up and adjustment (Kerugian karena pemasangan dan penetelan). 2. Speed losses (Penurunan Kecepatan) a. Idling and minor stoppages (Kerugian karena beroperasi tanpa beban maupun berhenti sesaat). b. Reduced speed (Kerugian karena penurunan kecepatan).

10 Defects (Cacat) a. Process defect (Kerugian karena produk cacat maupun karena kerja produk diproses ulang). b. Reduced yieled losses (Kerugian pada awal waktu produksi hingga mencapai waktu produksi yang stabil) Equipment Failure / Breakdowns (Kerugian Karena Kerusakan Peralatan) Kerusakan mesin / peralatan (equipment failure breakdown) akan mengakibatkan waktu yang terbuang sia sia yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan akibat berkurangnya volume produksi atau kerugian material akibat produk yang dihasilkan cacat Set-up and Adjustment Losses (Kerugian Karena Pemasangan dan Penyetelan) Kerugian karena set-up dan adjustment adalah semua waktu set-up termasuk waktu penyesuaian (adjustment) dan juga waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan kegiatan mengganti suatu jenis produk ke jenis produk berikutnya untuk produksi selanjutnya. Dengan kata lain total yang dibutuhkan mesin / peralatan tidak berproduksi guna mengganti peralatan (dies) bagi jenis produk berikutnya sampai dihasilkan produk yang sesuai untuk proses selanjutnya Idling and Minor Stoppages Losses (Kerugian Karena Beroperasi Tanpa Beban Maupun Karena Berhenti Sesaat) Kerugian karena beroperasi tanpa beban maupun karena sesaat muncul jika faktor eksternal mengakibatkan mesin / peralatan berhenti berulang ulang atau mesin / peralatan beroperasi tanpa menghasilkan produk Reduced Speed Losses (Kerugian Karena Penurunan Kecepatan Operasi) Menurunnya kecepatan produksi timbul jika kecepatan operasi aktual kecil dari kecepatan mesin / peralatan yang telah dirancang beroperasi dalam kecepatan normal. Menurunnya kecepatan produksi antara lain disebabkan oleh: (Wireman, 2004 : 8) a. Kecepatan mesin / peralatan yang dirancang tidak dapat karena berubahnya jenis produk atau material yang tidak sesuai dengan mesin / peralatan yang digunakan. b. Kecepatan produksi mesin / peralatan menurun akibat operator tidak mengetahui berapa kecepatan normal mesin / peralatan sesungguhnya. c. Kecepatan produksi sengaja dikurangi untuk mencegah timbulnya masalah pada mesin / peralatan dan kualitas produk yang dihasilkan jika diproduksi pada kecepatan produksi yang lebih tinggi.

11 Process Defect Losses (Kerugian Karena Produk Cacat Maupun Karena Kerja Produk Diproses Ulang) Produk cacat yang dihasilkan akan mengakibatkan kerugian material,mengurangi jumlah produksi, limbah produksi meningkat dan biaya untuk pengerjaan ulang. Kerugian akibat pengerjaan ulang termasuk biaya tenaga kerja dan waktu yang dibutuhkan untuk mengolah dan mengerjakan kembali ataupun memperbaiki cacat produk cuma sedikit akan tetapi kondisi seperti ini bisa menimbulkan masalah yang semakin besar. (Wireman, 2004 : 9) Reduced Yieled Losses (Kerugian Pada Awal Waktu Produksi Hingga Mencapai Kondisi Produksi Yang Stabil) Reduced yieled losses adalah kerugian waktu dan material yang timbul selama waktu yang dibutuhkan oleh mesin / peralatan untuk menghasilkan produk baru dengan kualitas produk yang diharapkan. Kerugian yang timbul tergantung pada faktor faktor seperti keadaan operasi yang tidak stabil tidak tepatnya penanganan dan pemasangan mesin / peralatan atau cetakan (dies) ataupun operator tidak mengerti dengan kegiatan proses produksi yang dihasilkan. (Wireman, 2004 : 9) 2.10 Overall Equipment Effectiveness (OEE) Overall equipment effectiveness (OEE) merupakan produk dari six big losses pada mesin / peralatan. Keenam faktor dalam six big losses dapat dikelompokkan menjadi tiga komponen utama dalam OEE untuk dapat digunakan dalam mengukur kinerja mesin / peralatan yakni: downtime losses, speed losses dan defect losses seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini. (Wireman, 2004 : 10) Gambar 2.1. Overall Equipment Effectiveness

12 16 16 OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengindentifikasikan tingkat produktifitas mesin / peralatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas ataupun efisiensi mesin / peralatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada lintasan produksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk jaminan peningkatan produktivitas penggunaan mesin / peralatan. Formula matematis dari OEE (overall equipment effectiveness) dirumuskan sebagai berikut: OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100% Kondisi operasi mesin / peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance efficiency saja. Dari enam yang ada pada six big losses haarus diikutkan dalam perhitunga OEE kemudian kondisi aktual dari mesin / peralatan dapat dilihat secara akurat Availability Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading time-nya. Sehingga dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai dari: a. Operation time b. Loading time c. Downtime Nialai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut: Availability = Availability = Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau per bulan dikurang dengan waktu downtime mesin direncanakan (planned downtime). Loading time = Total availability Planned downtime Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin untuk pemeliharaan (scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya. Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu downtime mesin (nonoperation time) dengan kata lain operation time adalah waktu operasi tersedia (availability time) setelah waktu downtime mesin dikeluarkan dari total availability yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu proses seharusnya digunakan mesin akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin / peralatan (equipment failures) mengakibatkan tidak ada output yang dihasilkan. Downtime meliputi mesin

13 17 berhenti beroperasi akibat kerusakan mesin / peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur setup dan adjesment dan lain lainnya. (Wireman, 2004 : 10) Performance Efficiency Performance efficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed rate dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakukan proses produksi (operation time). Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal mesin berdasarkan kapasitas mesin seharusnya (theoretical / ideal cycle time) dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Persamaan matematiknya ditunjukkan sebagai berikut: (Wireman, 2004 : 11) Operation speed rate = Net operation rate = Net operation rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang diproses (processes amount) dikali actual cycle time dengan operation time. Net operation time berguna untuk menghitung rugi rugi yang diakibatkan oleh minor stoppages dan menurunnya kecepatan produksi (reduced speed). Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency: 1. Ideal cycle (waktu siklus ideal / waktu standart). 2. Processed amount (jumlah produk yang diproses). 3. Operation time (waktu operasi mesin / peralatan). Performance efficiency dapat dihitung sebagai berikut: Perfomance efficiency = net operating x operating cycle time

14 Rate Of Quality Product Rate of quality product adalah rasio jumlah produk yang lebih baik terhadap jumlah total produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut: (Wireman, 2004 : 12) a. Processed amount (jumlah produk yang diproses). b. Defect amount (jumlah produk cacat). Rate of quality product dapat dihitung sebagai berikut: 2.11 Tahapan PDCA Siklus PDCA umunya digunakan untuk mengetes dan mengimplementasikan perubahan perubahan untuk memperbaiki kinerja produk, proses atau pun sistem produksi di masa yang akan datang. Gambar 2.2. Siklus PDCA Penjelasan dari tahap tahap dalam siklus PDCA adalah sebagai berikut (M. N. Nasution, 2005:32) 1. Mengembangkan rencana (Plan) Merencanakan spesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas yang terbaik bagi produk mau pun sistem produksi, memberikan pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas dari produk dan sistem produksi, pengendalian kualitas ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. 2. Melakukan rencana (Do) Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian tugas merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dari setiap personil. Selama dalam melakukan rencana harus dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana dilakukan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai.

15 19 3. Memberikan atau meneliti hasil yang dicapai (Check) Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncakan. Membandingkan kualitas hasil produksi dengan standar yang ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh data kegagalan dan kemudian ditelaah penyebab kegagalannya. 4. Melakukan penyesuaian bila diperlukan (Action) Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standardisasi prosedur baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya. Untuk melaksanakan pengendalian kualitas terhadap produk dan sistem produksi, terlebih dahulu perlu dipahami beberapa langkah dalam melaksanakan pengendalian kulitas. Menururt Roger G. Schroeder (2007:173) untuk mengimplementasikan perencanaan, pengendalian kualitas terhadap produk maupun sistem produksi, pengendalian dan pengembangan kualitas diperlukan langkah langkah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakterristik (atribut) kualitas. 2. Menentukan bagaimana cara mengukur setiap karakteristik. 3. Menetapkan standar kualitas. 4. Menetapkan program inspeksi. 5. Mencari dan memperbaiki penyebab kualitas yang rendah. 6. Terus menerus melakukan perbaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance 2.1.1. Pengertian Maintenance Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Mesin atau peralatan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian pengeringan di PT. XYZ yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Kakao Mas Gemilang dan pengambilan data dilakukan pada department teknik dan produksi. 3.2. Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall 1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Six Big Losses sesuai dengan prinsip TPM (Total Produktive Maintenance) untuk mengetahui

Lebih terperinci

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Achmad Nur Fauzi Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan macam-macam langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. 3.1 Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan penyusunan landasan

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

Universitas Widyatama

Universitas Widyatama BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Tujuan Maintenance 2.1.1 Definisi Maintenance Perawatan atau yang lebih dikenal dengan kata Maintenance dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan teori-teori yang mendukung, diperoleh dari mata kuliah yang pernah didapat dan dari referensi-referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Performansi Pengukuran performansi sering disalah artikan oleh kebanyakan perusahaan saat ini. Indikator performansi hanya dianggap sebagai indikator yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodelogi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapatahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan 2.1.1 Definisi Pemeliharaan Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance adalah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT. Gramedia Printing Group dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Tofiq Dwiki Darmawan *1) dan Bambang Suhardi 2) 1,2) Program

Lebih terperinci

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 ANALISIS PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) DAN SIX BIG LOSSES PADA MESIN CAVITEC DI

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Seminar Nasional Teknik IV STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS () MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Didik Wahjudi, Soejono Tjitro, Rhismawati Soeyono Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Pada bagian ini akan diuraikan langkah-langkah pemecahan masalah yang dihadapi dan dapat digambarkan pada flowchart di bawah ini: Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskritif yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah terhadap

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan adalah dengan meningkatkan efektivitas mesin/peralatan yang ada seoptimal mungkin. Pada

Lebih terperinci

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) Aldila Samudro Mukti 1, Hudaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahaluan Total Produktive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu paradigma untuk memecahkan masalah yang terjadi agar penelitian ini lebih sistematis dan terarah. Bab ini berisi langkahlangkah pembahasan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). Analisis perhitungan overall equipment effectiveness pada PT. Selamat Sempurna Tbk. dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

PENERAPAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DALAM IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) STUDI KASUS DI PT. ADI SATRIA ABADI KALASAN

PENERAPAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DALAM IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) STUDI KASUS DI PT. ADI SATRIA ABADI KALASAN MAKALAH PENELITIAN TUGAS AKHIR Makalah Penelitian Tugas Akhir 2015 PENERAPAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DALAM IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) STUDI KASUS DI PT. ADI SATRIA ABADI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Berikut ini merupakan flowchart kerangka keseluruhan untuk melakukan penelitian. Menentukan Tema Identifikasi Masalah Menentukan latar belakang masalah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Pemeliharaan Pemeliharaan atau perawatan dalam suatu industri merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung proses produksi. Oleh karena itu proses produksi harus didukung

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang Yustine Intan Dwi Wijaya1), Ilham Priadythama2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk Disusun Oleh : Nama : Gabriella Aningtyas Varianggi NPM : 33412072 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diperkenalkan di Jepang. Bagaimanapun juga konsep dari pemeliharaan pencegahan

BAB II LANDASAN TEORI. diperkenalkan di Jepang. Bagaimanapun juga konsep dari pemeliharaan pencegahan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan TPM adalah konsep inovatif dari orang-orang Jepang. Asal mula dari TOM bisa dilacak pada tahun 1951 dimana pemeliharaan pencegahan pertama kali diperkenalkan di Jepang.

Lebih terperinci

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Tahap identifikasi masalah adalah tahap dimana peneliti ingin menemukan masalah yang akan menjadi fokus penelitian. Tahap ini merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya perusahaan. Semakin berkembangnya industri semakin banyak pula teknologi yang dikembangkan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Hasil yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS MESIN CUTTING GLASS DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (di PT. Asahimas Flat Glass, Tbk.

PENINGKATAN EFEKTIVITAS MESIN CUTTING GLASS DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (di PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. PENINGKATAN EFEKTIVITAS MESIN CUTTING GLASS DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (di PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. Sidoarjo) Oleh Ferry Wicaksono, Enny Aryani, Dwi Sukma Prodi TeknikIndustri,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN PENGISIAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG (Studi Kasus Di PT. Prima Cahaya Utama) Tugas Akhir

ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN PENGISIAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG (Studi Kasus Di PT. Prima Cahaya Utama) Tugas Akhir ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN PENGISIAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG (Studi Kasus Di PT. Prima Cahaya Utama) Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Yang diperlukan

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September PRESENTASI SIDANG SKRIPSI 1 ANALISIS KINERJA DAN KAPABILITAS MESIN DENGAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. X Disusun oleh Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses operasional kapal laut yang berlangsung dalam suatu industri pelayaran semuanya menggunakan mesin dan peralatan. Menurut Siringoringo dan Sudiyantoro (2004)

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Effektivitas dari pada mesin mesin m/c.cr.shaft yaitu mesin : Grinding,Fine Boring,dan Gun drilling. Sebagai langkah di dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 48 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian perlu dibuat urut-urutan proses pengerjaan yang dilakukan. Urut-urutan proses pengerjaan tersebut disebut Metodologi Penelitian. Hal ini

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) 48 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisis perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Inkoasku dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB II KAJIAN LITERATUR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i PERNYATAAN KEASLIAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN....iii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...iv LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN...vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Produksi Produksi merupakan salah satu kegiatan yang berhubungan erat dengan kegiatan ekonomi. Melalui proses produksi bisa dihasilkan berbagai macam barang yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menunjukkan penelitian melalui penelitian lapangan yang

Lebih terperinci

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan) Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan) Melani Anggraini *1), Rawan Utara *2), dan Heri Wibowo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Tugas Akhir 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang dan Nipondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan konsep TPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi 3.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Untuk tetap bertahan di persaingan usaha, sebuah industri harus selalu melakukan perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance) 1 adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau untuk memperbaikinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Maintenance Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena apabila

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) 8 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan merupakan kegiatan pengembalian setiap peralatan dan mesin pada kondisi siap beroperasi. Presepsi

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) Fitri Agustina Jurusan Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Box 2 Kamal,

Lebih terperinci

ANALISA KEEFEKTIFAN MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT BUKAKA TEKNIK UTAMA DIVISI BOARDING BRIDGE

ANALISA KEEFEKTIFAN MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT BUKAKA TEKNIK UTAMA DIVISI BOARDING BRIDGE ANALISA KEEFEKTIFAN MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT BUKAKA TEKNIK UTAMA DIVISI BOARDING BRIDGE Badik Yuda Asgara, Gunawarman Hartono Badik Yuda Asgara (badik_yuda_asg@yahoo.com),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terhentinya suatu proses pada lantai produksi sering kali di sebabkan adanya masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE) NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang PERHITUNGAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS MESIN MIXER BANBURY 270 L DAN MESIN BIAS CUTTING LINE 2 (STUDI KASUS PT. SURYARAYA RUBBERINDO INDUSTRIES) Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN Achmad Said, Joko Susetyo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi --- 45 Kata Pengantar Alha dulillahi robbil ala i, puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Lebih terperinci

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN PERHITUNGAN TINGKAT EFEKTIFITAS MESIN CANE MILL DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USULAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Turbin Uap Turbin adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari aliran fluida. Turbin sederhana memiliki satu bagian yang bergerak, "asembli rotorblade". Fluida yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Industri dalam bidang kesehatan mengalami perkembangan yang sangat baik, pasar farmasi pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 12% serta perkiraan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap industri manufaktur hampir semua proses produksinya menggunakan mesin atau peralatan sebagai fasilitas produksi yang utama. persaingan dalam penjualan produk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) Oleh : MOCHAMAD ROMADHANI NBI : 411306085 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PROSES PERAWATAN MESIN POTONG VELEG RODA DUA DENGAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. ENKEI INDONESIA Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Tujuan Maintenance 2.1.1 Pengertian Maintenance Pentingnya fungsi maintenance dalam industri merupakan hal yang tak terbantahkan. Maintenance merupakan suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1.Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan OEE di PT. XYZ dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan mesin di mesi reaktor R-102

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Total Porductive Maintenance 3.1.1 Pengertian Total Productive Maintenance Salah satu cara yang sangat efektif dan efesien untuk meningkatkan pendayagunaan

Lebih terperinci

Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo)

Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo) Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo) Maulita Farah Zevilla*, Wahyunanto Agung Nugroho, Gunomo Djojowasito

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian atau kerangka pemecahan masalah merupakan tahap tahap penelitian yang harus ditetetapkan terlebih dahulu, sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... DAFTAR ISI Judul... i Pengajuan... ii Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xii Abstrak... xiii Abstract... xiv Bab I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Kerusakan Mesin dan Keputusan Pelaksanaan Retrofit Jika merujuk pada tabel 5.4 data pencapaian target tahun 2010 tertulis bahwa target kerusakan mesin yang

Lebih terperinci

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia Heru Winarno 1) dan Setiyawan 2) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Serang Raya Banten

Lebih terperinci

Universitas Bakrie BAB I

Universitas Bakrie BAB I BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, persaingan dunia usaha yang semakin berkembang, menuntut perusahaan untuk terus mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan lingkungan. Perusahaan

Lebih terperinci

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Friendy Negarawan 1, Ja far Salim 2, Wahyu Susihono 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Sulfindo Adi Usaha dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

HASBER F. H. SITANGGANG

HASBER F. H. SITANGGANG KAJIAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP BLOK I ST 1.0 SICANANG BELAWAN DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA TURNTABLE VIBRRATING COMPACTOR GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero)

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA TURNTABLE VIBRRATING COMPACTOR GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero) ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA TURNTABLE VIBRRATING COMPACTOR GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

completed efficiently and effetively with and through other people.

completed efficiently and effetively with and through other people. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Sebelum membahas lebih jauh mengenai pemeliharaan mesin, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian dari manajemen dan manajemen

Lebih terperinci

KEPEKAAN TERHADAP ADANYA LOSSES

KEPEKAAN TERHADAP ADANYA LOSSES FOCUSED IMPROVEMENT Definisi Semua kegiatan yang diarahkan untuk melakukan improvement pada kinerja dan kapabilitas mesin dan tidak terbatas pada merawat kondisi dasar mesin saja Pada umumnya diarahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Mutu ( Quality ) Mutu adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pelanggan. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Ruang Lingkup Kegiatan Perawatan Sejarah perawatan dimulai dari break downtime maintenance, preventive maintenance, productive maintenance. Total Productive Maintenance adalah

Lebih terperinci

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho KALKULASI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS MESIN KOMATZU 80T (Studi Kasus pada PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri) Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way 15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu Pesawaran jenis Karet Remah (Crumb Rubber) dari bulan Desember

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. BTU, DIVISI BOARDING BRIDGE

ANALISIS EFEKTIFITAS MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. BTU, DIVISI BOARDING BRIDGE ANALISIS EFEKTIFITAS MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. BTU, DIVISI BOARDING BRIDGE Badik Yuda Asgara; Gunawarman Hartono Industrial Engineering Department,

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PTP.N II PABRIK RSS TANJUNG MORAWA KEBUN BATANG SERANGAN

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PTP.N II PABRIK RSS TANJUNG MORAWA KEBUN BATANG SERANGAN STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PTP.N II PABRIK RSS TANJUNG MORAWA KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Betrianis, et al.

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Betrianis, et al. PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Betrianis, et al.) PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan atau perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai

Lebih terperinci

Evaluasi Peningkatan Kinerja Produksi melalui Penerapan Total Productive Maintenance di PT Xacti Indonesia

Evaluasi Peningkatan Kinerja Produksi melalui Penerapan Total Productive Maintenance di PT Xacti Indonesia 32 Livia, Fewidarto Evaluasi Peningkatan Kinerja Produksi Evaluasi Peningkatan Kinerja Produksi melalui Penerapan Total Productive Maintenance di PT Xacti Indonesia Khalishah Livia Departemen Manajemen,

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan menurut Aritonang dan Lerbin (2005, p2), dapat diartikan sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli

Lebih terperinci