BAB II TINJAUAN TEORETIS. Tae kwon do adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga populer di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORETIS. Tae kwon do adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga populer di"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Definisi dan Aspek Tae Kwon Do Tae kwon do adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga populer di Indonesia, olahraga ini juga merupakan olahraga nasional Korea. Ini adalah seni bela diri yang paling banyak dimainkan di dunia. Dalam bahasa Korea, Tae kwon do memiliki arti yakni: untuk Tae berarti "menendang atau menghancurkan dengan kaki". Kwon berarti "tinju". Dan Do berarti "jalan" atau "seni". Jadi, Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai "seni tangan dan kaki" atau "jalan" atau "cara kaki dan kepalan". Menurut Ady Putra (2009) tae kwon do yang dikenal sebagai seni beladiri yang berarti cara menendang dan memukul. Dalam Korea hanja untuk Tae berarti menendang dengan kaki, Kwon berarti pukulan dengan tangan, dan Do berarti sifat. Jadi tae kwon do dapat diartikan sebagai kaki, tangan, dan sifat. Maksudnya kaki lebih sering digunakan dari pada tangan saat latihan dan itu akan menunjukkan sifat seseorang. Popularitas tae kwon do telah menyebabkan seni ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, tae kwon do adalah gabungan dari teknik perkelahian, seni, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan dan filsafat. 19

2 BAB II TINJAUAN TEORETIS B. Definisi dan Aspek Tae Kwon Do Tae kwon do adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga populer di Indonesia, olahraga ini juga merupakan olahraga nasional Korea. Ini adalah seni bela diri yang paling banyak dimainkan di dunia. Dalam bahasa Korea, Tae kwon do memiliki arti yakni: untuk Tae berarti "menendang atau menghancurkan dengan kaki". Kwon berarti "tinju". Dan Do berarti "jalan" atau "seni". Jadi, Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai "seni tangan dan kaki" atau "jalan" atau "cara kaki dan kepalan". Menurut Ady Putra (2009) tae kwon do yang dikenal sebagai seni beladiri yang berarti cara menendang dan memukul. Dalam Korea hanja untuk Tae berarti menendang dengan kaki, Kwon berarti pukulan dengan tangan, dan Do berarti sifat. Jadi tae kwon do dapat diartikan sebagai kaki, tangan, dan sifat. Maksudnya kaki lebih sering digunakan dari pada tangan saat latihan dan itu akan menunjukkan sifat seseorang. Popularitas tae kwon do telah menyebabkan seni ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, tae kwon do adalah gabungan dari teknik perkelahian, seni, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan dan filsafat. 20

3 Meskipun ada banyak perbedaan doktrin dan teknik di antara berbagai organisasi tae kwon do, seni ini pada umumnya menekankan tendangan yang dilakukan dari suatu sikap bergerak, dengan menggunakan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar untuk melumpuhkan lawan dari kejauhan. Dalam suatu pertandingan, tendangan berputar, 45 derajat, depan, kapak dan samping adalah yang paling banyak dipergunakan; tendangan yang dilakukan mencakup tendangan melompat, berputar, skip dan menjatuhkan, seringkali dalam bentuk kombinasi beberapa tendangan. Latihan taekwondo juga mencakup suatu sistem yang menyeluruh dari pukulan dan pertahanan dengan tangan, tetapi pada umumnya tidak menekankan grappling (pergulatan) (Wikipedia Indonesia). Olahraga ini merupakan olahraga perorangan. Dalam suatu pertandingan seperti halnya olahraga Karate, lamanya permainan Tae Kwon Do ditentukan oleh waktu pada tiap babaknya, satu menit tiap babak pada penyisihan dan tiga menit tiap babak untuk semifinal dan final. Atlet yang mendapat skor lebih banyak sebelum bel dibunyikan di babak akhir itulah yang memenangkan pertandingan. Pertandingan Tae Kwon Do biasanya dilangsungkan di suatu ruangan yang cukup luas, di atas matras berukuran 10x10 meter menurut ketentuan WTF (Word Federation Taekwondo). Terdiri dari 2 pemain yang saling berlawanan dan 1 wasit pemimpin pertandingan. Seorang pemain akan keluar sebagai pemenang jika berhasil mendapatkan skor terbanyak hingga bel babak terakhir dibunyikan. Pertandingan dimulai saat bel berbunyi. Dalam olahraga Tae Kwon Do yang lebih dominan 21

4 digunakan adalah kaki, atlet Tae Kwon Do akan berusaha menjangkau lawan untuk mendapatkan poin. Terdapat tiga aspek pokok yang dilatihkan dalam cabang olahraga bela diri Tae Kwon Do, yakni 1) pomsae atau rangkaian jurus, 2) kyukpa atau teknik pemecahan benda keras, dan 3) kyoruki atau pertarungan (Ady putra hutabarat). 1. Pomsae adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri, yang dilakukan melawan lawan yang imajiner, dengan mengikuti diagram tertentu. Setiap diagram rangkaian gerakan poomse didasari oleh filosofi timur yang menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa Korea. 2. Kyukpa adalah latihan teknik dengan memakai sasaran/obyek benda mati, untuk mengukur kemampuan dan ketepatan tekniknya. Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata, genting, dan lainlain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan, pukulan, sabetan, bahkan tusukan jari tangan. 3. Kyoruki adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomsae, dimana dua orang yang bertarung saling mempraktekkan teknik serangan dan teknik pertahanan diri. Ketiga komponen materi tersebut merupakan materi yang saling berkesinambungan, maka dalam pelatihannya harus dilakukan secara bersama-sama. Pomsae yang merupakan sebuah teknik dari gerakan dasar menyerang (attack) 22

5 maupun bertahan (hold out atau yang lebih dikenal dengan defend) ini terbagi dalam beberapa klasifikasi yang dilihat dari geup atau grup/kategori tingkatan sabuk tae kwon do mulai dari sabuk putih sampai dengan sabuk hitam (Dan I). Filosofi tae kwon do dalam Blog Moners Khasoes Taekwondo Club Kodya Bekasi (29 November 2009) yakni sebagai salah satu tindakan yang dapat kita pelajari dari tindakan lain dalam kegiatan sehari-hari. Filosofi taekwondo mewakili prinsip-prinsip dan perubahan dalam pergerakan manusia. Taekwondo dapat membantu member pengertian yang lebih baik dan peningkatan kehidupan kita. B. Hakikat self-talk Self-talk merupakan salah satu teknik pelatihan mental yang muncul dari dalam diri masing-masing atlet. Self-talk atau secara sederahana dapat diartikan berbicara kepada diri sendiri. Dengan self-talk yang atlet lakukan, diharapkan ia mampu memiliki mental yang kuat guna mengahdapi tugas-tugasnya dari segala kemungkinan. Pada umumnya pelatihan mental menekankan pengembangan keterampilan dan teknik psikologis, seperti: mengelola kecemasan, imajinasi, penetapan target/tujuan, konsentrasi, berbicara kepada diri sendiri atau self-talk, menghentikan pemikiran yang keliru, mengatur kegiatan rutinitas dan kepercayaan diri (Williams, Jean, et el (dikutip dari psikologi kepelatihan 2007: 148)). Pelatihan mental dalam tiap program latihan sangat dibutuhkan agar atlet dapat mempertahankan prestasi 23

6 dalam keadaan bagaimanapun, juga dalam menghadapi situasi-situasi pertandingan yang penuh ketegangan. Aspek psikologis atlet sering kali diabaikan oleh para pembina dan atlet dalam menjalankan latihan. Padahal aspek psikologis ini sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet, Harsono dalam (psikologi olahraga, 2010: 37) mengemukakan bahwa: Perkembangan mental atlet tidak kurang pentingnya dari perkembangan kemampuan lainnya, sebab betapa sempurnapun perkembangan fisik, teknik dan taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang, prestasi tidak akan mungkin akan dapat dicapai. Latihan mental (Psychological Training) adalah latihan yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan dan kekuatan mental atlet terutama menjelang pertandingan dan ketika bertanding. Kondisi pada saat pertandingan serta tekanan yang diakibatkan oleh jumlah penonton, kondisi pertandingan, kemampuan lawan, dan situasi pertandingan. Latihan mental terutama menjelang pertandingan,sudah seyogyanya wajib diberikan pelatih pada setiap sesi latihan. Latihan mental sering diabaikan atau hanya mendapat porsi latihan yang tidak seimbang dibandingkan dengan latihan yang lain (Harsonno, 2007: 2). Dalam hal lain, Juliantine et.al, (2007: 375) menerangkan bahwa: Latihan mental adalah latihan yang menekankan pada perkembangan kedewasaan (maturitas) serta perkembangan emosional dan implusif seperti semangat bertanding, percaya diri, motivasi, sikap pantang menyerah dan sikap pantang 24

7 menyerah. Latihan mental ditekankan pada kemampuan psikis atlet untuk mengurangi tekanan yang dihadapi terutama menjelang pertandingan.tekanan dapat menimbulkan stress, rendah diri, cemas, dan menyerah terutama pada atlet muda dan belum berpengalaman. Sementara Sukandar (dikutip dari artikel: penanaman mental untuk Tae kwon do in, 2009), menyebutkan bahwa tiap cabang olahraga kebutuhan mental itu sama besarnya seperti kebutuhan teknik, taktik, maupun strategi yang harus dimiliki setiap atlet dalam suatu pencapaian prestasi terlebih kepada atlet-atlet elit yang setidaknya mempunyai hasil prestasi cukup yang telah diraihnya. Kebutuhan mental pada atlet sebenarnya tidak bisa diklasifikasikan hanya untuk atlet baru yang dominan masih baru berprofesi sebagai atlet saja, atau hanya untuk atlet-atlet elit saja yang sudah lebih berpengalaman. Karena kebutuhan mental merupakan kebutuhan yang sama besarnya bagi tiap individu, sekalipun itu adalah atlet nomor satu dunia. Setiap atlet akan selalu meghadapi situasi psikologis seperti adanya harapan untuk sukses dan ketakutan akan kegagalan, melalui pelatihan mental ketakutan akan gagal yang dihadapi atlet akan segera diperkecil dan akibat-akibat negatif yang timbul juga diharapkan segera teratasi. Prestasi atlet disamping ditentukan oleh kemampuan fisik dan keterampilan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kejiwaan, terutama aspek mental atlet. Ibrahim dan Komarudin (2007: 154) mengatakan bahwa prestasi tinggi hanya akan dicapai 25

8 dengan total mobilization of energy. Pada hakikatnya bukan hanya meliputi aspek fisik saja, tetapi juga menuntut mobilisasi aspek psikhis untuk mencapai prestasi puncak yang setinggi-tingginya. Terpenuhinya kebutuhan mental tiap atlet, maka atlet secara otomatis akan mendapatkan ritme permainan seperti yang diharapkan dan hasil prestasi terbaik pun akan ia raih secara maksimal. Tingkat kecemasan dalam diri atlet pun dapat diminimalisir. Perasaan penyesalan yang berlebih ketika atlet kalah dalam suatu pertandingan akan segera teratasi karena ia mampu melewati keadaan yang sebenarnya tidak ia harapkan. Program latihan keterampilan psikologis merupakan perpaduan dari berbagai metode latihan keterampilan psikologis seperti latihan rileksasi, imajeri mental, konsentrasi, penetapan tujuan, dan self-talk (Hidayat, 2010: 34). Self-talk merupakan sebuah teknik kognitif yang melibatkan aktivasi proses mental untuk merubah atau mempengaruhi pola-pola berpikir seseorang. Secara sederhana self-talk adalah berbicara kepada dirinya sendiri. Secara sadar ataupun tidak sadar, hampir setiap saat seseorang melakukan metode self-talk baik dalam bentuk positif maupun dalam bentuk negatif. Self-talk dikelompokan menjadi self-talk positif, negatif, dan netral. Self-talk positif yakni merupakan (suatu ucapan-ucapan positif guna membangun kepercayaan diri seseorang), self-talk positif dapat digunakan untuk meningkatkan harga diri, motivasi, dan membantu atlet agar dapat melakukan konsentrasi secara lebih efisien, misalnya seperti semangat,kamu pasti bisa menghadapi lawan kamu, kamu pasti 26

9 bisa, ayo pecahkan rekormu sendiri, dan sebagainya. Self-talk negatif (ucapanucapan yang mengandung unsur ketidak percayaan diri akan kemampuannya), oleh karena itu self-talk negatif seperti ini dapat meningkatkan kecemasan dan keraguan akan kemampuan dirinya, sehingga akan berimbas pada penurunan penampilan motoriknya. Kecemasan dan keraguan atlet merupakan aspek mental yang dapat mengganggu prestasi atlet. Hal tersebut diungkapkan Juliantine et. al (2007: 375) bahwa bahwa diantaranya yaitu ketegangan dan kecemasan, motivasi rendah, gangguan emosional, keraguan, atau takut. Ketegangan dapat diartikan sebagai stress yaitu tekanan yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Secara fisik ketegangan dapat dikenali melalui gejala-gejala fisik yang terjadi seperti tekanan darah tinggi, suara berat dan salah tingkah serta denyut nadi cepat. Kecemasan menurut Straub dalam Juliantine et.al (2007: 386) bahwa kecemasan adalah reaksi situasional terhadap rangsang stress. Menurut Juliantine et.al (2007 : 387) bahwa kecemasan dapat di interpretasikan dalam dua cara yaitu kecemasan yang dirasakan dalam waktu tertentu misalnya menjelang pertandingan (State anxiety) atau kecemasan yang dirasakan karena atlet tergolong pencemas (trait anxiety). Contoh self-talk negatif seperti duh, lawannya atlet nasional nih??, ah, aku pasti kalah.. dan sebagainya. Self-talk netral, ini berkaitan dalam pembelajaran tugas-tugas motorik dengan menggunakan kata-kata kunci yang sesuai dengan jenis keterampilan yang dipelajari dalam latihan. 27

10 Self-talk menjadi salah satu metode yang harus dilatihkan kepada atlet guna mencapai prestasi sesuai dengan harapan. Alasan dasarnya adalah karena dengan self-talk dapat mengajari seseorang untuk selalu bersikap waspada dan berpikiran positif terhadap dirinya akan semua kemampuan yang dimilikinya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa self-talk memberikan pengaruh postif dalam peningkatan kepercayaan diri, menurunkan tingkat kecemasan, dan meningkatkan penampilan motorik dalam beragam cabang olahraga (Hidayat, 2010: 35). Sejalan dengan Zinseser (Hidayat, 2010: 35) yang mengungkapkan bahwa : Self-talk menunjukkan hubungan positif dengan peningkatan kepercayaan diri atlet baik secara langsung maupun tidak langsung, meningkatkan harga diri kearah yang lebih positif, meningkatkan konsentrasi, mengurangi kecemasan, dan pada akhirnya meningkatkan penampilannya. Selain itu self-talk dapat digunakan sebagai sebuah strategi untuk memotivasi atlet (Hardy,dkk,. 2001), meningkatkan kepercayaan diri (Landin & Hebert, 1999), menigkatkan penampilan motorik olahraga (Mahhoney & Avener, 1997). Ketika seorang atlet sudah mulai ragu dengan penampilannya, dan mulai mengatakan hal-hal yang negatif berkaitan dengan diri dan kemampuan dirinya, maka kemampuan potensial atlet tersebut dengan sendirinya akan berkurang. Efeknya, kepercayaan diri, motivasi, akan menurun sehingga keraguan serta kecemasan akan meningkat dan akibatnya atlet tidak mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. 28

11 C. Hakikat kepercayaan diri Kepercayaan diri merupakan suatu bentuk sikap mental yang mutlak diperlukan dalam proses mencapai prestasi setinggi-tingginya. Manipestasi sebuah kepercayaan diri seorang atlet dapat dilihat dari keinginannya untuk mencapai prestasi maksimal. Dari mulai sikap disiplin diri yang bersedia merespon dan bertindak terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam bentuk suatu ketentuan yang berlaku, tata tertib, aturan dan semua kaidah yang berlaku dalam proses latihan dari mulai periodisasi awal hingga akhir. Sebuah disiplin diri yang berarti control penguasaan diri terhadap impuls yang tidak diinginkan atau proses mengarahankan impuls kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai dampak yang lebih besar. Kedisiplinan diri dalam banyak hal berhubungan dengan kontrol diri (self-control), sikap penuh rasa tanggung jawab (self responsibility), rasa harga diri (self esteem), rasa percaya diri (self confidence), persepsi atau konsep diri (self concept), dan sebagainya (Husdarta, 2010: 92). Salah satu modal utama dan syarat mutlak untuk mencapai prestasi olahraga yang gemilang adalah memiliki rasa percaya diri (self confidence atau confidence in one self). Pengoptimalisasian terhadap kepercayaan diri sendiri merupakan penentu kritis pada tiap penampilan, sehingga dalam hubungan antara percaya diri dengan penampilan ditunjukkan oleh bentuk kurva U terbalik. Dengan percaya diri yang optimal akan kemampuannya, seorang atlet pasti akan berusaha dengan kerja keras, dan maksimal agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Atlet bisa saja membuat 29

12 beberapa kesalahan dan keputusan yang salah (tidak tepat dalam mengambil keputusan), hilang konsentrasinya, dan mengakibatkan penurunan mental yang berimbas pada hasil penampilan dilapangan, juga hasil prestasi rendah dari kemampuannya. Tetapi dengan adanya rasa kepercayaan diri yang kuat pada dri sendiri ini akan membantu memperbaiki kesalahan secara efektif, dan atlet akan tetap bekerja keras untuk mencapai keberhasilan. Percaya diri dapat menimbulkan rasa aman, yang tampak pada sikap dan tingkah laku atlet, misalnya atlet akan lebih tenang dan merasa lebih rileks, tidak mudah bimbang/ragu, tidak mudah gugup, tegas dan sebagainya. Adanaya kepercayaan diri dapat ditandai dengan tingginya harapan untuk sukses. Percaya diri dapat membantu atlet dalam beberapa area yakni : 1) Positive emotion 2) Concentration 3) Goals 4) Effort 5) Game strategy dan 6). Momentum. Percaya diri akan menggugah emosi yang positif, ketika atlet merasa percaya diri atlet cenderung rileks dan tenang dibawah tekanan, percaya diri akan memfasilitasi atlet. Ketika atlet merasa percaya diri, mental bebas untuk fokus pada tugas yang dihadapi, dan ketika atlet merasa kurang percaya diri atlet cenderung merasa cemas tentang bagaimana melakukan sesuatu yang baik. Secara sederhana percaya diri berarti adanya rasa percaya terhadap kemampuan atau kesanggupan diri untuk mencapai prestasi tertentu (Homby, 1987). Over confidence atau percaya diri yang berlebihan dapat berakibat kurang menguntungkan terhadap atlet, dari rasa percaya diri yang berlebih ini akan muncul 30

13 rasa dan pikir menganggap enteng lawan. Disisi lain over confidence dapat menyebabkan atlet mudah mengalami frustasi jika ia dikalahkan lawannya. Frustasi biasanya timbul manakala seseorang merasa gagal dan tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap atlet olahraga prestasi pada dasarnya memiliki tujuan yaitu ingin menjadi juara, paling tidak dia memiliki harapan untuk mencapai kepuasan, ingin terpenuhi segala kebutuhannya, dan apabila hal tersebut tidak dapat terwujud, maka ia akan menhadapi kekecewaan dan akhirnya dapat menimbulkan frustasi. Frustasi tidak hanya terjadi apabila menghadapi kegagalan saja, tetapi dapat pula disebabkan karena adanya tekanan dari dalam dirinya atlet itu sendiri yang diliputi perasaan gagal. Pada umumnya frustasi terjadi pada siswa atau atlet yang memiliki sifat pesimis, atlet yang memiliki sifat pesimis biasanya setiap mengalami ketidak berhasilan dalam upayanya mencapai sesuatu yang diinginkan mungkin atlet tersebut sudah merasa gagal terlebih dahulu, atau yang sering dikenal dengan istilah gagal sebelum berperang. Atlet yang pesimistis biasanya setiap mengalami kegagalan sianggapnya sebagai kegagalan yang selalu akan dialaminya. Atlet yang memiliki sifat optimis biasanya lebih baik dan tidak mengalami frustasi. Dengan sifat optimisnya ia akan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dan berusaha untuk mencapai tujuannya. Apabila menghadapi ketidak berhasilan biasanya ia akan tetap berusaha untuk mencoba lagi dan berusaha lebih keras, tetapi apabila ia terlalu optimis atas usahanya tersebut, dan manakala 31

14 tidak berhasil kembali maka ini akan mengakibatkan frustasi pula (Husdarta, 2010: 83) Mengurangi rasa frustasi dalam diri bukanlah merupakan hal yang mudah, seperti menurut Julliantine et.al (2007: 386) bahwa kegagalan yang dihadapi atau perasaan prestasi yang timbul akibat seseorang yang merasa gagal, serta adanya tekanan dalam diri atlet yang diliputi perasaan gagal. Seperti halnya over confidence, lack confidence atau kurang percaya diri terhadap kemampuan diri dapat berakibat tidak baik. Husdarta (2010: 93) menyebutkan, seorang atlet yang memiliki lack confidence tidak akan mencapai tangga juara, karena sasaran atau target yang ditetapkan lebih rendah dari kemampuan yang dimilikinya. Untuk sampai pada tangga juara yang paling tinggi,maka seorang atlet harus full confidence. Karena dengan sikap mental seperti ini akan sangat membantu atlet dalam proses adaptasi menghadapi ketegangan yang berlebihan, memantapkan emotional security-nya, berusaha mencapai target yang ditetapkannya sendiri, dan menghindarkan atlet dari perasaan frustasi karena kegagalan. Menurut para ahli psikologi olahraga berpendapat bahwa : confidence as the believe that you can successfully perform a desaired behavior... bahwa esensi diri adalah kepercayaan terhadap diri anda bisa menampilkan keberhasilan sesuai dengan prilaku yang diinginkan. 32

15 Sesuai dengan penjelasan diatas, percaya diri yang berhubungan dengan adanya kontrol diri, sikap penuh rasa tanggung jawab, rasa harga diri, juga persepsi atau konsep diri. Persepsi diri erat kaitannya dengan kepercayaan diri. Karena orang yang kurang percaya diri biasanya mempersepsikan dirinya lebih rendah dari kemampuannya. Akibatnya atlet tidak dapat mencapai prestasi maksimal. Konsep diri seperti menurut (Husdarta, dikutip dari Willian D. Brooks (1974)) menyebutkan bahwa : those physical, sosial, and psychological perception of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others. Jadi konsep diri adalah pandangan atau perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini dapat bersifat psikologis, sosial dan fisik. Konsep diri merupakan faktor penentu dalam sebuah komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. Bila seorang atlet menganggap dirinya sebagai seorang yang rajin, maka ia akan menghadiri latihan secara teratur, mengikuti latihan dengan sungguh-sungguh, sehingga menghasilkan progres latihan yang memuaskan. Bila seorang atlet merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan, maka kesulitan apapun yang dihadapi ketika bertanding pada akhirnya ia dapat mengatasinya. Maltz (19970) seorang tokoh psikosibernetika menyebutkan bahwa menumbuhkan konsep diri itu perlu guna meningkatkan rasa percaya diri. Selain itu Maltz meluncurkan sebuah nasihat yang amat popular dikalangan psikosibernetika believe in yourself and you will succed. 33

16 D. Hakikat prestasi Tingakah laku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan. Seseorang melakukan perbuatan atau tindakan, selalu didasarkan dan ditentukan oleh faktor-faktor yang datang dari dalam dan dipengaruhi oleh apa yang dipikirkannya. Faktor dari dalam dirinya ikut menentukan perbuatannya, sedangkan faktor dari luar dapat memperkuat atau juga memperkecil motif seseorang. Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi. Motif diartikan sebagai sesuatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme, yang menyebabkan organisme itu bertindak, maka kebutuhan dan keinginan itu dikatakan motif. Husdarta, dikutip dari Husaeni & Noor (1981), motif adalah suatu rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. kemudian Gunarsa (1978), mengemukakan bahwa motif artinya dorongan atau kehendak yang menyebabkan seseorang bertingkah laku. Jadi motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif bagi manusia merupakan dorongan, keinginan hasrat yang menjadi penggerak yang berasal dari dalam diri manusia yang memberi tujuan atau arah kepada tingkah laku manusia. Termotivasinya seseorang yang berbuat tergantung pada besar kecilnya motif seseorang. Motivasi disini diartikan sebagai proses yang menggerakan seseorang hingga berbuat sesuatu. 34

17 Adanya prestasi dari seorang atlet tidak luput akan adanya sebuah motivasi dalam diri untuk dapat berprestasi, istilah ini sering disebut dengan motivasi berprestasi. Banyak para ahli yang mengartikan definisi dari motivasi, seperti menurut (Krech, 1962; Murray, 1964; Atkinson, 1964; Fernald, 1969; Miller, 1978; Singer, 1972, 1984; Barelson & Stainer, 1980; dan Good & Brophy, 1990) dapat dirumuskan sebuah definisi integrative bahwa motivasi adalah proses aktualisasi generator penggerak internal didalam diri individu untuk menimbulkan aktivitas, menjamin kelangsungannya dan menentukan arah atau haluan aktivitas terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana motivasi sebagai proses psikologis adalah refleksi kekuatan interaksi antara kognisi, pengalaman dan kebutuhan. Dalam pendidikan jasmani dan olahraga, Alderman (1974) menyebutkan bahwa tidak ada prestasi tanpa motivasi. Sedangkan prestasi adalah analgamasi latihan/keterampilan dengan motivasi (Straub, 1978). Atkinson dalam sebuah artikel (1953), mengatakan bahwa the term motivation refers to the arousal of tendency to act to produce one or more effects. Yang berarti motivasi merujuk pada gairah kecenderungan untuk bertindak guna menghasilkan satu atau lebih efek. Sarlito (2006) mengungkapkan bahwa motivasi ialah: 35

18 Sebuah istilah yang lebih umum, yang menunjukkan kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Sedangkan definisi lain mengenai motivasi menurut Harold (Moekijat, 2004) menjelaskan bahwa motivation refers the drive and effort to satisfy a want or goal. Motivasi menunjukkan dorongan atau usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah motivasi tergantung dari besar kecilnya motif sebagai daya penggerak dalam diri seseorang guna menargetkan prestasi yang ingin diraihnya. Motivasi terjadi akibat adanya motif dan dorongan dalam diri untuk diaplikasikan kedalam sebuah bentuk usaha dan kerja kerasnya guna mencapai apa yang menjadi harapannya yakni tercapainya prestasi maksimal. Husdarta (2010: 36) menerangkan bahwa prestasi yang tinggi tidak hanya tegantung pada penguasaan teknik dan taktik saja, tetapi peranan kemantapan jiwa dalam latihan dan pertandingan ternyata juga ikut menentukan. Prestasi maksimal dapat dicapai oleh seorang atlet yang benar-benar telah siap untuk berkompetisi dengan segala kemampuannya. Sejalan dengan ini (Husdarta, dikutip dari muchlas (2006)) mengemukakan pendapatnya mengenai kesiapan fisik dan psikologis atlet dalam rangka mencapai prestasi secara maksimal, yakni prestasi olahraga tidak hanya bergantung kepada keterampilan teknis, olahraga dan kesehatan fisik yang 36

19 dimiliki atlet yang bersangkutan, tetapi juga bergantung pada keadaan psikologis dan kesehatan mentalnya. Dalam olahraga kompetitif, pengaruh faktor psikologis pada atlet secara khusus terlihat ketika atlet itu sedang bertanding. Hal ini dapat dilihat antara lain dari kuat lemahnya motivasi untuk meraih prestasi dan memenangkan pertandingan. Secara umum prestasi olahraga dapat diartikan sebagai sukses besar yang dicapai atlet atau suatu tim, misalnya menjuarai suatu kompetisi, memecahkan rekor, memenangkan pertandingan perebutan gelar atau pertandingan bergengsi lainnya (Husdarta, 2010: 37). 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang perlu diolah dan dianalisis terlebih dahulu agar data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taekwondo adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae berarti kaki untuk menghancurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi positif. Selain bermanfaat untuk kesehatan jasmani, olahraga juga merupakan tempat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga futsal merupakan salah satu modifikasi olahraga sepak bola yang dimainkan di dalam ruangan. Jumlah pemain dalam olahraga futsal sebanyak lima orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan pertandingan dan dalam pertandingan sangat diperlukan adanya wasit. Betapa pentingnya wasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga melalui slogan Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga melalui slogan Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini olahraga sudah semakin digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini tak lepas dari usaha pemerintah untuk memasyarakatkan olahraga melalui slogan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah yang penting dalam usaha pembangunan bangsa adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia,olahraga yang selama ini masih bisa dipandang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tarung Derajat merupakan seni bela diri full body contact yang praktis dan efektif berasal dari Indonesia, Tarung derajat diciptakan dan dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Olahraga bola voli merupakan salah olahraga bola besar yang dimainkan pada nomor kategori beregu yang masing-masing terdiri 6 pemain, di lapangan dibagi 2 sama besar

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN DINAMIS DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KORYO) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO

2015 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN DINAMIS DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KORYO) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taekwondo adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae berarti kaki

Lebih terperinci

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga permainan yang saat ini menjadi tren masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Cabang olahraga yang dianggap berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang berasal dari Korea Selatan, yang kini menjadi olahraga yang cukup dikenal oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) masa sekarang, permainan bulutangkis tidak hanya dijadikan sebagai alat hiburan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Karena kegiatan olahraga merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Olahraga yang dilakukan dengan rutin dan tidak berlebihan akan membuat manusia menjadi sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bulutangkis cukup digemari oleh masyarakat dan merupakan salah satu cabang olahraga yang mempunyai peluang untuk menghasilkan medali dalam kejuaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan modern. Hal ini ditunjukkan dengan adanya minat untuk memandang olahraga dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga bola basket yang diselenggarakan seperti NBL (National Basketball League),

Lebih terperinci

2014 PROFIL KECEPATAN TENDANGAN IDAN DOLLYO CHAGI PADA ATLET TIM TAEKWONDO UPI

2014 PROFIL KECEPATAN TENDANGAN IDAN DOLLYO CHAGI PADA ATLET TIM TAEKWONDO UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tae Kwon Do adalah bela diri modern yang berasal dari bela diri tradisional Korea. Menurut Yoyok (2002:XV) bahwa: Taekwondo mempunyai banyak kelebihan, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan oleh manusia demi menjaga dan meningkatkan kebugaran tubuh. Olahraga sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang mempunyai berbagai manfaat baik bagi pelaku olahraga maupun orang lain yang menonton. Perkembangan

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan emosi Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan maupun saat bertanding. Menurut Suranto (2005, dalam Anggraeni, 2013) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Definisi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 0 SUMBANGAN POWER OTOT TUNGKAI, KESEIMBANGAN, KOORDINASI DAN KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PRESTASI POOMSAE TAEKWONDO ( Studi Korelasional Prestasi Poomsae Atlet Taekwondoin Putra di Surakarta ) TESIS Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Annisa Karima Ramadhanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Annisa Karima Ramadhanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taekwondo adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu : Tae yang berarti kaki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan yang sudah dikenal dan biasa dilakukan oleh setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang pesat. Masyarakat mulai sadar bawah olahraga adalah sarana untuk menjaga dan meningkat kesehatan. Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang mempunyai nilai luhur. Dalam perkembanganya hingga saat ini pencak silat sudah dipertandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bola basket akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang sangat pesat, yaitu dengan banyaknya perkumpulan dan pertandingan serta banyaknya jumlah penonton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pelatihan dalam cabang olahraga renang adalah salah satu upaya untuk meningkatkan olahraga sebagai sarana meraih prestasi. Pelatihan olahraga merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia olahraga, motivasi berprestasi, lebih populer dengan istilah competitiveness merupakan modal utama dalam mencapai keberhasilan penampilan. Tidak mengherankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga secara rohani. Adapun olahraga menurut Ensiklopedia Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS ATLET BELADIRI KARATE

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS ATLET BELADIRI KARATE BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Beladiri pada jaman dulu dipergunakan untuk membela diri dari gangguan mahluk buas, tapi seiring perkembangan manusia beladiri selain dipergunakan untuk membeladiri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang. Pengaruh Kondisi Fisik Dan AgresivitasTerhadap Performance Olahragawan Pada Pertandingan Karate Nomor Kumite A. Latar Belakang Masalah Karate merupakan cabang olahraga beladiri yang mempertandingkan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktifitas fisik yang sering kali dilakukan dengan tujuan menunjang kesehatan. Ada pula yang dilakukan dengan tujuan kesenangan atau rekreasi.

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga tim yang berkembang dalam masyarakat saat ini salah satunya adalah bolabasket. Olahraga bolabasket sudah mengalami banyak perubahan dari pertama lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat adalah gerak bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak

Lebih terperinci

KETAHANAN MENTAL Pengantar Ketahanan Mental Pengertian

KETAHANAN MENTAL Pengantar Ketahanan Mental Pengertian KETAHANAN MENTAL Pengantar Mengapa pada suatu hari atlet bermain baik dan hari berikutnya bermain jelek? Atlet sering merasakan perasaan seperti layaknya roller coaster, satu hari naik dan hari berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan perlombaan dari kegiatan intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syahrul Akbar, 2014 Tingkat kepercayaan diri tim dengan kehadiran libero dalam pertandingan bola voli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syahrul Akbar, 2014 Tingkat kepercayaan diri tim dengan kehadiran libero dalam pertandingan bola voli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bola voli adalah bagian dari cabang olahraga permainan. Permainan bola voli pertama kali diperkenalkan pada tahun 1895 oleh William G. Morgan, yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taekwondo merupakan salah satu jenis olahraga fisik beladiri yang berasal dari Korea, karena itu taekwondo mengandung unsur filosofi yang mendalam sehingga dengan mempelajari

Lebih terperinci

n Rata-rata Simpangan baku Kepercayaan diri ,25 11,89 Penalti 20 13,45 4,25

n Rata-rata Simpangan baku Kepercayaan diri ,25 11,89 Penalti 20 13,45 4,25 A. Pemaparan Data BAB IV PEMAPARAN DAN ANALISIS DATA Tujuan dari penetitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepercayaan diri terhadap ketepatan tendangan penalti dalam olahraga sepakbola.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang atlet diperlukan kerja keras dari awal sampai akhir, seperti persiapan saat latihan yang keras, mempersiapkan kondisi fisik dan tubuh mereka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri atau dengan orang lain atau konfrontasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wushu di Indonesia yang sebelumnya dikenal dengan nama Kuntauw dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wushu di Indonesia yang sebelumnya dikenal dengan nama Kuntauw dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wushu di Indonesia yang sebelumnya dikenal dengan nama Kuntauw dan di dunia dikenal dengan nama Kungfu merupakan seni bela diri yang memiliki sejarah ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga tidak hanya diperuntukkan bagi para atlet atau siswa. Olahraga merupakan sarana untuk membentuk kebugaran jasmani dan rohani bagi semua orang. Para olahragawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembinaan olahraga di Indonesia adalah untuk meningkatkan prestasi, tidaklah mudah untuk mencapai prestasi yang maksimal diperlukan usaha dan latihan

Lebih terperinci

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANXIETY Oleh : Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OLAHRAGA Kegiatan yang melibatkan aspek mental atau aspek psikis Man in Movement Proses Psiko-fisik A. Ketegangan &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International

BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas yang sudah menjadi kebutuhan manusia karena dengan tingkah laku atau aktivitas olahraga yang teratur, terukur dan terarah maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (DBL) Indonesia, setelah berakhirnya babak Championship Series di Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (DBL) Indonesia, setelah berakhirnya babak Championship Series di Jogjakarta. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Olahraga bola basket tahun 2015 ini menunjukkan peningkatan yang sangat pesat, yaitu dengan banyaknya perkumpulan dan pertandingan serta banyaknya jumlah penonton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia. Olahraga ini digemari tidak hanya oleh laki-laki, tetapi juga perempuan dan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taekwondo adalah olahraga beladiri asal Korea yang juga popular di Indonesia. Cabang olahraga Taekwondo ini sudah berkembang pesat sehingga pertandingannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan yang dinamis selalu bergerak dan ingin berubah menjadi lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Olahraga bola basket merupakan salah satu dari banyaknya olahraga permainan, karena ada alat atau objek yang digunakan untuk bermain yaitu bola dan aktivitas bermain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal menjadi salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer dan banyak diminati oleh berbagai kalangan di dunia. Hal ini terlihat dari antusiasme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlombakan yaitu kiyouruki (fighting) dan poomsae (gerakan. maka peserta ujian tersebut dapat dinyatakan lulus.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlombakan yaitu kiyouruki (fighting) dan poomsae (gerakan. maka peserta ujian tersebut dapat dinyatakan lulus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tae kwon do adalah olahraga seni beladiri yang mengandalkan kaki dan tangan kosong. Banyak teknik beladiri yang diajarkan dalam tae kwon do, seperti teknik menendang

Lebih terperinci

PROBABILITAS TENDANGAN KE ARAH BADAN DAN MUKA TERHADAP PELUANG POIN PADA PERTANDINGAN TAEKWONDO SIMULASI PRA KUALIFIKASI PORDA XI 2010

PROBABILITAS TENDANGAN KE ARAH BADAN DAN MUKA TERHADAP PELUANG POIN PADA PERTANDINGAN TAEKWONDO SIMULASI PRA KUALIFIKASI PORDA XI 2010 PROBABILITAS TENDANGAN KE ARAH BADAN DAN MUKA TERHADAP PELUANG POIN PADA PERTANDINGAN TAEKWONDO SIMULASI PRA KUALIFIKASI PORDA XI 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB II KAJIAN TEORETIK BAB III METODE PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga tenis lapangan akhir akhir ini ini menunjukkan kemajuan yang pesat, hal ini dapat dilihat komunitas tenis lapangan atau klub tenis dan pertandingan serta banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat konsentrasi yang tinggi pada atlet memiliki peranan penting untuk dilatihkan guna menunjang penampilan yang baik pada atlet serta dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan 1 Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan Indra Darma Sitepu E-mail: pieblux@gmail.com Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan Abstrak Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permainan bola basket merupakan salah satu olahraga yang paling populer di dunia. Penggemarnya yang berasal dari segala usia merasa bahwa permainan bola basket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi dan merupakan salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan manusia sejak dulu. Sejarah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seseorang mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa peningkatan kesehatan, kebungaran jasmani, aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu buktinya antara lain

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN Program Studi Ilmu Keolahragaan Departemen Pendidikan Kesehahatan Dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

Ketegaran Mental (Mental Toughness) Oleh: Agus Supriyanto

Ketegaran Mental (Mental Toughness) Oleh: Agus Supriyanto Ketegaran Mental (Mental Toughness) Oleh: Agus Supriyanto Email: Agus_Supriyanto@uny.ac.id Ketegaran Mental Ketegaran mental/daya tahan /ketangguhan mental: merupakan kondisi kejiwaan yang mengandung kesanggupan

Lebih terperinci

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat di seluruh dunia. Di Indonesia, sepakbola bukan hanya dipandang sebagai salah satu cabang olahraga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae berarti kaki

BAB I PENDAHULUAN. tradisional Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae berarti kaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taekwondo adalah olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional Korea. Taekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae berarti kaki untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan bola voli dalam perkembangannya pada saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan bola voli dalam perkembangannya pada saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli dalam perkembangannya pada saat ini semakin dapat diterima dan digemari oleh masyarakat, gejala ini terjadi karena permainan bola voli merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gulat merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang mempunyai ciri khas dimana terdapat dua pegulat yang saling berhadapan satu sama lain dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam seni beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah Pencak Silat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

2015 KORELASI ANTARA GOAL SETTING DENGAN MOTIVASI BERLATIH ATLET EKSTRAKULIKULER FUTSAL MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANDUNG

2015 KORELASI ANTARA GOAL SETTING DENGAN MOTIVASI BERLATIH ATLET EKSTRAKULIKULER FUTSAL MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga futsal merupakan olahraga permainan yang sudah berkembang pesat. Futsal sangat diminati oleh seluruh kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja sampai orang

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 15 (1), Januari Juni 2016: 77-84

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 15 (1), Januari Juni 2016: 77-84 Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 15 (1), Januari Juni 2016: 77-84 HUBUNGAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BOLA BASKET DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP MINAT MAHASISWA MENJADI WASIT CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis adalah merupakan salah satu cabang olahraga yang menjadi andalan di negara Indonesia dalam mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah International.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh cabang olahraga. Dengan demikian latihan mental perlu mendapat perhatian yang sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong,

BAB I PENDAHULUAN (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karate merupakan seni beladiri yang dikembangkan di Jepang pada tahun 1922 (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. FIDE (Federation Internasional Des Echecs). Hingga sekarang FIDE. mencapai 156 federasi dari seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. FIDE (Federation Internasional Des Echecs). Hingga sekarang FIDE. mencapai 156 federasi dari seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani juga secara rohani. Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Di era

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal adalah permainan yang cepat dan dinamis, oleh karena itu apabila ingin mendapatkan permainan yang diharapkan dalam permainan tersebut, sebaiknya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah berkembang di masyarakat luas, baik di klub-klub, maupun sekolah-sekolah. Berbagai tingkatan

Lebih terperinci

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Definisi Pencak

Lebih terperinci

MENGGUGAH MOTIVASI ATLET

MENGGUGAH MOTIVASI ATLET MENGGUGAH MOTIVASI ATLET The more you dream, the further you get. Michael Phelps Tampaknya sederhana apa yang diucapkan oleh Peraih 8 medali emas Olimpiade Beijing 2008 ini. Semakin tinggi mimpi, maka

Lebih terperinci

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI Danu Hoedaya Ilustrator: Didin Budiman Kementerian Negara Pemuda & Olahraga Republik Indonesia Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Pengembangan

Lebih terperinci

Pengaruh Fleksibilitas dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Tendangan Eolgol Dollyo-Chagi pada Olahraga Taekwondo

Pengaruh Fleksibilitas dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Tendangan Eolgol Dollyo-Chagi pada Olahraga Taekwondo Pengaruh Fleksibilitas dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Tendangan Eolgol Dollyo-Chagi pada Olahraga Taekwondo Gustom Azmi Agam, Email: gustom.azmiagam@yahoo.com Abstrak Eolgol dollyo-chagi merupakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA Oleh : YOCE REZA FREDIAN RAVAIE RA. RETNO KUMOLOHADI. FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga anggar merupakan salah satu keterampilan dalam membela diri dengan cara menangkis atau menyerang yang menggunakan kayu, besi, dan bahkan barang apapun

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETEPATAN SERVIS DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETEPATAN SERVIS DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Bulutangkis adalah suatu permainan yang saling berhadapan satu orang lawan satu orang atau dua orang lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan satelkok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Selain olahraga dapat berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan latihan fisik, teknik, taktik yang baik tetapi juga latihan mental. Perkembangan latihan mental baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu bentuk aktifitas fisik yang memiliki dimensi kompleks. Dalam berolahraga individu mempunyai tujuan yang berbeda-beda, antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga prestasi merupakan olahraga yang lebih menekankan pada peningkatan prestasi seorang atlet pada cabang olahraga tertentu, Prestasi olahraga suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shella Abdillah Sunjaya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shella Abdillah Sunjaya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gulat merupakan salah satu cabang olahraga beladiri individu yang mempunyai ciri khas yang saling berhadapan dengan menggunakan anggota tubuh untuk menjatuhkan

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna pendidikan apabila diartikan dalam suatu batasan tertentu maka dapat diartikan bermacam-macam dan memunculkan beragam pengertian. Pendidikan dalam arti sederhana

Lebih terperinci

MENTAL TRAINING UNTUK PELARI

MENTAL TRAINING UNTUK PELARI 1 MENTAL TRAINING UNTUK PELARI Pengantar Setiap atlet dalam pertandingan selalu berjuang dengan dirinya sendiri dan orang lain dan lingkungan disekitar pertandingan itu, dan selalu menghadapi sikap-sikap

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN STABILISASI TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KEUMGANG) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO

2015 PENGARUH LATIHAN STABILISASI TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KEUMGANG) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Popularitas poomsae telah berkembang pesat sejak dipertandingkan secara resmi dalam kejuaraan tingkat dunia pada tahun 2010 hingga sekarang, Sebenarnya poomsae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang berkembang di Indonesia maupun di dunia yang berasal dari negara Korea Selatan, taekwondo mulai berkembang

Lebih terperinci