GUBERNUR JAMBI RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GUBERNUR JAMBI RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Transkripsi

1 GUBERNUR JAMBI RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Adat Melayu Jambi merupakan sistem pandangan hidup masyarakat Jambi yang kokoh seperti tersirat dalam seloko; Titian teras betanggo batu, cermin yang tidak kabur, lantak nan tidak goyah, dak lapuk dek hujan dak lekang dek panas, kato nan saiyo, adat bersendi syara, syara bersendi kitabullah, syara mengato, adat memakai; b. bahwa Adat Melayu Jambi berisi nilai-nilai, aturan-aturan, norma dan kebiasaan-kebiasaan kuat dan benar serta menjadi pedoman dalam penataan tatanan masyarakat, sistem hukum, sistem kepemimpinan dan pemerintahan yang dipegang teguh masyarakat Melayu Jambi dengan sistem sanksi yang tegas jika anggota masyarakat melakukan pelanggaran; c. bahwa Lembaga Adat Melayu Jambi adalah wadah fasilitasi, koordinasi, mediasi, dan menjaga stabilitas, keutuhan, kebersamaan serta saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat dengan berpedoman pada adat bersendi syara, syara bersendi kitabullah, syara mengato, adat memakai; d. bahwa Lembaga Adat Melayu Desa dan/atau sebutan lain sebagai wilayah ico pakai adat merupakan unit terdepan bagi penegakan hukum serta pelestarian nilai-nilai sosial budaya Melayu Jambi, maka wajib bagi Lembaga Adat Melayu Jambi, sesuai tingkatannya memperkuat peran dan fungsi Lembaga Adat Melayu Desa dan/atau sebutan lain; e. bahwa untuk memperkokoh jatidiri masyarakat Melayu Jambi maka perlu dilaksanakan pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi; f. bahwa...

2 -2- f. bahwa untuk menjamin dan menjaga hak-hak masyarakat Jambi dalam rangka kepentingan peningkatan pendidikan dan kesejahteraan lahiriah serta batiniah, maka peran Lembaga Adat Melayu Jambi, sesuai tingkatannya perlu diperkuat fungi, tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya; g. bahwa untuk memperkuat fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab Lembaga Adat Melayu Jambi maka Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 5 Tahun 2007 tentang Lembaga Adat Melayu Jambi perlu diganti; h. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Lembaga Adat Melayu Jambi; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Undang...

3 -3-6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Pengesahan Convention For The Safeguarding Of The Intangible Cultural Heritage (Konvensi Untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 81); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pedoman Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton, dan Lembaga Adat dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat; 11. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberdayaan Masyarakat di Provinsi Jambi (Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2011 Nomor 7); 12. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Melayu Jambi (Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2013 Nomor 7); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAMBI dan GUBERNUR JAMBI MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU JAMBI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi...

4 -4-1. Provinsi adalah Provinsi Jambi; 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi. 5. Kabupaten/Kota adalah bagian dari daerah Provinsi Jambi sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Bupati/Walikota. 6. Kecamatan adalah kecamatan dalam Provinsi Jambi. 7. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Adat Melayu Jambi adalah sistem pandangan hidup masyarakat Jambi yang kokoh seperti yang tersirat dalam seloko; Titian teras betanggo batu, cermin yang tidak kabur, lantak nan tidak goyah, dak lapuk dek hujan dak lekang dek panas, kato nan saiyo, adat bersendi syara, syara bersendi kitabullah, syara mengato, adat memakai. 9. Hukum Adat Melayu Jambi adalah hukum adat yang berlandaskan Adat bersendi syara, Syara bersendi kitabullah. Adat Melayu Jambi berisi nilainilai, aturan-aturan, norma dan kebiasaan-kebiasaan kuat dan benar serta menjadi pedoman dalam penataan tatanan masyarakat, sistem hukum, sistem kepemimpinan dan pemerintahan yang dipegang teguh masyarakat Melayu Jambi dengan sistem sanksi yang tegas jika anggota masyarakat melakukan pelanggaran. 10. Lembaga Adat Melayu Jambi selanjutnya disingkat LAM Jambi adalah organisasi kemasyarakatan yang karena kesejarahan atau asal usulnya menegakkan hukum adat dan mendorong anggota-anggotanya untuk melakukan kegiatan pelestarian dan pengembangan Adat Melayu Jambi. 11. Lembaga/organisasi kebudayaan adalah organisasi legal non pemerintah bervisi kebangsaan dengan tujuan melakukan pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi dan terdaftar di pemerintah daerah setempat, bukan afiliasi dari organisasi sayap partai. 12. Fasilitasi adalah upaya dalam bentuk penerbitan kebijakan dan atau/pemberian bantuan serta kemudahan untuk mendorong, memajukan dan mengembangkan kegiatan. 13. Pembinaan dan pemberdayaan adalah semua kegiatan dalam rangka memelihara dan memajukan Adat Melayu Jambi yang menunjang kelangsungan pembangunan dan ketahanan nasional serta tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan ketentuan peraturan Perundang-undangan. 14. Pelestarian...

5 Pelestarian adalah upaya menjaga dan memelihara Adat Melayu Jambi, terutama nilai-nilai akhlak, moral dan adab yang merupakan inti dari adat, kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat agar keberadaannya tetap terjaga dan berlanjut. 15. Pengembangan adalah upaya yang terencana, terpadu dan terarah agar Adat Melayu Jambi dapat berkembang mengikuti perubahan sosial budaya dan ekonomi yang sedang berlangsung. 16. Adat Istiadat adalah serangkaian tingkah laku yang terlembaga dan mentradisi dalam masyarakat yang berfungsi mewujudkan nilai sosial budaya ke dalam kehidupan sehari-hari. 17. Nilai Sosial Budaya adalah konsepsi ideal tentang baik buruk yang dibingkai dalam hakikat hidup manusia yakni lingkup hubungan manusia dengan pencipta, antar manusia, dan manusia dengan alam. 18. Perlindungan adalah upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian atau kepunahan yang diakibatkan oleh manusia ataupun proses alam. 19. Penelitian adalah melakukan kajian terhadap aspek-aspek adat Melayu Jambi secara ilmiah oleh para peneliti, ilmuan atau pakar dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan. 20. Inventarisasi adalah upaya untuk mencatat informasi tentang adat Melayu Jambi dan menyimpannya ke dalam buku catatan, katalog, database atau sejenisnya. 21. Pendokumentasian adalah upaya menghimpun, mengolah dan menata informasi adat Melayu Jambi dalam bentuk rekaman melalui tulisan, gambar, suara dan gabungan unsur-unsur tersebut. 22. Pemanfaatan adalah upaya penggunaan adat Melayu Jambi untuk kepentingan pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi. 23. Sistem adalah rangkaian hal, kejadian, gejala, atau unsur yang berkaitan satu dengan lain sehingga merupakan kesatuan organis. 24. Sistem Budaya yaitu rangkaian gagasan, konsepsi, norma, adat, dan adatistiadat yang menata tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang merupakan wujud ideologis kebudayaan. 25. Sistem Nilai Budaya yaitu rangkaian gagasan dan konsep manusia mengenai masalah-masalah dasar dalam hidup yang dipandangnya paling penting dan bernilai sehingga dijadikan pedoman tingkah laku manusia. 26. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya, yang terdiri atas unsur-unsur universal, yaitu: bahasa, teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi dan kesenian dan tersistem dalam tiga wujud yaitu ide, aktivitas, dan kebendaan yang masing-masing biasanya disebut sistem budaya atau sistem adat istiadat, sistem sosial dan kebudayaan kebendaan. 27. Sistem Agama adalah rangkaian jaringan umat beragama dengan keyakinan mengenai alam gaib, aktivitas ritual dan seremonialnya serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi manusia dengan kekuatan-kekuatan dalam alam gaib melalui penghayatan keagamaan yang diintensikan. 28. Depati...

6 Depati adalah unsur pimpinan tertinggi dalam adat Kerinci-Jambi, dalam adat Kerinci dikatakan; Depati adalah kata memutus. Dialah yang memakan habis memenggal putus dan membunuh mati dalam adat Sko Tigo Takah artinya segala perkara yang sampai kepadanya dan diadilinya di rumah adat, maka keputusannya tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. 29. Badan Lit adalah badan permusyawaratan adat di Desa yang dibentuk oleh lembaga adat setempat, yang terdiri dari unsur pemangku adat, kaum adat, pegawai syara, kepala kampung, mangku, debalang, dan pemuda. 30. Ninik Mamak (wilayah Kerinci) adalah orang yang dituakan dalam sebuah kalbu/kelembu (suku), dialah yang mengawasi dan menjadi nenek yang akan menasehati warga kalbu/kelembunya, dia juga menjadi mamak (paman) yang membimbing keponakannya. Ninik mamak menyandang gelar Sko dari Ninik Mamak terdahulu, jadi gelar sko lah yang menyebabkan ninik mamak didahulukan selangkah dari mamak-mamak yang lain. Ninik mamak berhak untuk mengajun, mengarah, menyusun, dan menata anak kemenakan. 31. Ninik Mamak (wilayah di luar Kerinci) adalah kumpulan yang dituakan dari beberapa tuo tengganai. Ninik mamak berhak mengajun, mengarah, dan menata anak kemenakan dalam masyarakat. 32. Pegawai Syara adalah Imam, Khatib, Bilal, dan Hakim. Keberadaan pegawai syara dalam kerapatan/permusyawaratan adat dimaksudkan untuk menjaga agar keputusan adat tidak bertentangan dengan ajaran Islam, yaitu adat bersendi syara, syara bersendi kitabullah. 33. Sko Nan Tigo Takah adalah bentuk struktur lapisan sosial yang terdapat pada masyarakat adat Kerinci. Sistem sko tiga takah itu adalah Depati atau setingkat Depati, Permenti atau Ninik Mamak, dan Tengganai atau anak jantan. 34. Ico Pakai adalah wujud aplikasi dalam penerapan hukum adat di Provinsi Jambi yang memiliki corak/bentuknya masing-masing dengan tetap berpijak pada asas Adat bersendi syara, Syara bersendi kitabullah. 35. Pemangku Adat adalah orang yang melaksanakan keputusan adat yang dihasilkan melalui musyawarah adat. 36. Rio/Penghulu/Depati/Pembarap dan/atau sebutan lainnya adalah sebutan pemangku adat dalam wilayah adat Melayu Jambi di Provinsi Jambi. 37. Debalang adalah salah satu unsur dari pemerintahan adat yang berfungsi membantu peran pemangku adat dan/atau Rio/Penghulu/Depati/Pembarap dibidang keamanan. 38. Kepala Kampung dan Mangku adalah salah satu unsur dari pemerintahan adat yang berfungsi membantu peran pemangku adat dan/atau Rio/Penghulu/Depati/Pembarap. 39. Kerjasama adalah jalinan struktural atau pun kultural antar lembaga untuk mensukseskan tugas pokok kelembagaan. 40. Penghargaan adalah bentuk apresiasi terhadap pihak-pihak yang telah berperan dalam mengembangkan dan memajukan adat Melayu Jambi. 41. Sanksi adalah bentuk hukuman kepada anggota masyarakat yang tidak menjalankan konsensus atau menyimpang dari konsensus yang telah disepakati. 42. Lumbung-lumbung Negeri adalah orang perorangan atau kelompok yang memiliki kemampuan finansial di atas rat-rata. 43. Aset Adat adalah hak ulayat adat, hutan adat, lebak-lebung, lubuk larangan, badan usaha milik adat, dan lain-lain. 44. Harta...

7 Harta Kekayaan Adat adalah kekayaan yang telah ada maupun yang akan ada yang berupa harta bergerak dan tidak bergerak, material dan immaterial serta benda-benda yang bersifat religius magis yang menjadi milik adat. 45. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat AD/ART adalah Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Lembaga Adat Melayu Jambi. BAB II ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Asas Pasal 2 LAM Jambi berasaskan pada Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia 1945, dan nilai-nilai adat dan agama yaitu Adat bersendi syara, Syara bersendi kitabullah. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 LAM Jambi bertujuan: 1. Menggali, membina, melestarikan, memelihara, dan menggembangkan nilainilai adat dan nilai-nilai sosial budaya Melayu Jambi sebagai landasan memperkuat dan memperkokoh jati diri masyarakat Melayu Jambi; dan 2. Melindungi dan membela hak-hak tradisional dan konstitusional masyarakat adat dan nilai sosial budaya Melayu Jambi untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan lahiriah dan batiniah masyarakat Melayu Jambi. Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 4 Ruang lingkup Peraturan Daerah ini, meliputi: 1. Kelembagaan; 2. Kaderisasi, penelitian, dan pengembangan; 3. Sistem pengambilan keputusan; dan 4. Pembiayaan. BAB III LAMBANG, TANDA-TANDA KEBESARAN, DAN GELAR KEHORMATAN Pasal 5 (1) Lambang LAM Jambi diatur dalam AD/ART dan/atau dalam ketentuan khusus. (2) LAM...

8 -8- (2) LAM Jambi sesuai tingkatan dan perangkatnya mempunyai tanda-tanda kebesaran, ciri-ciri pakaian dan sebagiannya diatur dalam AD/ART dan/atau dalam ketentuan khusus. (3) LAM Jambi sesuai tingkatannya dapat memberi gelar Adat kepada tokoh yang patut dan layak, sesuai dengan jasa-jasanya terhadap masyarakat dan pembangunan daerah Jambi. (4) Ketentuan sebagaimana dimaskud pada ayat (3) dimuat dalam AD/ART dan/atau dalam ketentuan khusus. (1) LAM Jambi berbentuk fungsional. BAB IV KELEMBAGAAN ADAT Bagian Pertama Bentuk Pasal 6 (2) Bentuk fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam AD/ART LAM Jambi Provinsi. Bagian Kedua Struktur dan Susunan Organisasi Pasal 7 (1) Struktur organisasi, kedudukan, dan wilayah LAM Jambi terdiri dari: a. LAM Jambi tingkat Desa/Kelurahan berkedudukan di wilayah Desa/Kelurahan yang bersangkutan; b. LAM Jambi tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, dan merupakan lembaga adat tertinggi di wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan; c. LAM Jambi tingkat Provinsi berkedudukan di ibukota Provinsi dan merupakan lembaga adat tertinggi dalam wilayah Provinsi. (2) LAM Jambi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat otonom. (3) Bersifat otonom sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diatur dalam AD/ART LAM Jambi Daerah. (4) Stuktur LAM Jambi sebagaimana ayat (1) memiliki hubungan hierarki struktural yang bersifat fungsional. Pasal 8 (1) Susunan Pengurus LAM Jambi diatur dan ditetapkan dengan AD/ART LAM Jambi Provinsi. (2) Pengurus...

9 -9- (2) Pengurus LAM Jambi dipilih dan disahkan dalam musyawarah sesuai dengan AD/ART LAM Jambi Provinsi. (3) Keputusan LAM Jambi yang lebih tinggi tingkatannya menjadi pedoman bagi LAM Jambi yang lebih rendah beserta perangkat bawahannya dengan memperhatikan adat istiadat setempat (Ico Pakai) sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga Wewenang dan Tanggung Jawab Pasal 9 LAM Jambi sesuai dengan tingkatanya memiliki wewenang. Pasal 10 (1) Kewenangan LAM Jambi tingkat Desa/Kelurahan, meliputi: a. Menegakkan hukum adat Melayu Jambi; b. Memantau, mengawasi, dan menerapkan adat Melayu Jambi; c. Menetapkan ketentuan adat Melayu Jambi (Ico Pakai); d. Menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan; e. Menjaga eksistensi nilai-nilai adat dan adat istiadat Melayu Jambi dalam lingkupnya; f. Menyelenggarakan upacara keagamaan atau adat Melayu Jambi. (2) Kewenangan LAM Jambi tingkat Kabupaten/Kota, meliputi: a. Mengelola hak-hak dan/atau harta kekayaan adat untuk meningkatkan kemajuan dan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik; b. Menyelesaikan perselisihan yang menyangkut perkara perdata dan pidana adat, sepanjang penyelesaiannya tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Memberikan pendapat dan saran, baik diminta maupun tidak diminta, kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dalam meningkatkan peran serta masyarakat adat untuk menggerakkan proses dan pelaksanaan pembangunan; d. Memberikan penghargaan kepada tokoh dan pelaku yang berprestasi sekaligus peduli dalam bidang pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi; e. Membentuk Badan Musyawarah Adat Kecamatan yang beranggotakan seluruh pemangku adat Desa, sesuai dengan ico pakai masing-masing wilayah adat. (3) Kewenangan LAM Jambi tingkat Provinsi, meliputi: a. Memberikan pendapat dan saran baik diminta maupun tidak diminta, kepada Pemerintah Daerah dalam meningkatkan peran serta masyarakat adat untuk menggerakkan proses dan pelaksanaan pembangunan serta pelestarian nilai Adat Melayu Jambi; b. Sebagai penengah dalam kasus adat yang tidak dapat diselesaikan pada tingkat Kabupaten/Kota; c. Menyusun...

10 -10- c. Menyusun dan menetapkan kebijkan pelestarian dan pengembangan Adat Melayu Jambi yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota serta pihak terkait; d. Menyusun dan menetapkan standar pengawasan dan pelaksanaan pengawasan pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi; e. Memberikan penghargaan kepada tokoh dan pelaku yang berprestasi sekaligus peduli dalam bidang pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi. Pasal 11 LAM Jambi sesuai tingkatannya memiliki tanggung jawab. Pasal 12 (1) Tanggung jawab LAM Jambi tingkat Desa, meliputi: a. Menjadi fasilitator dan mediator dalam penyelesaian perselisihan yang menyangkut perkara perdata dan pidana adat masyarakat dalam lingkupnya; b. Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis antara lembaga adat Melayu Desa/Kelurahan, dengan aparat Pemerintah Desa serta organisasi seni budaya lainnya; c. Mengayomi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ico pakai dan nilai-nilai adat Melayu Jambi; (2) Tanggung jawab LAM Jambi tingkat Kabupaten/Kota, meliputi: a. Menguatkan peran dan fungsi LAM Jambi tingkat Desa/Kelurahan; b. Memelihara dan membela nilai-nilai Adat Melayu Jambi serta membela kepentingan masyarakat Adat Melayu Jambi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; c. Memperluas pengetahuan masyarakat terhadap Adat Melayu Jambi dan nilai sosial budaya Melayu Jambi dalam mempersiapkan generasi penerus yang berjati diri melayu dan bermanfaat dalam mengangkat tuah, marwah, harkat dan martabat Melayu Jambi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; d. Mengupayakan pengembalian dan pemulihan hak-hak tradisional dan konstitusional masyarakat Adat Melayu Jambi sesuai dengan rasa keadilan, kepatutan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Memberdayakan, mengembangkan, dan melestarikan adat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Melayu Jambi dalam rangka memperkaya budaya daerah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari budaya nasional; f. Memberikan saran usul dan pendapat ke berbagai pihak perorangan, kelompok/lembaga maupun Pemerintah Daerah tentang masalah adat di tiap Kecamatan; g. Melaksanakan penyuluhan adat dan adat istiadat secara menyeluruh. (3) Tanggung jawab LAM Jambi tingkat Provinsi, meliputi: a. Menguatkan peran dan fungsi LAM Jambi tingkat Kabupaten/Kota; b. Bersama...

11 -11- b. Bersama Dewan Kebudayaan dan organisasi bidang budaya dan/atau perorangan melaksanakan kegiatan skala nasional atau international yang berfungsi sebagai tempat pembinaan, pengembangan, dan pemanfaatan; c. Memfasilitasi kelompok dan organisasi dalam mengembangkan adat Melayu Jambi; d. Menyediakan dana pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi; e. Menjalin kerjasama kelembagaan adat Melayu Jambi dengan negara Melayu dan negara lain; f. Melakukan pendataan, inventarisasi, dokumentasi dan publikasi hukum, dan nilai adat Melayu Jambi; g. Melakukan pembinanan terhadap kelompok, komunitas dan organisasi seni budaya di Kabupaten/Kota dalam program pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi; h. Memelihara dan membela nilai Adat Melayu Jambi serta membela kepentingan masyarakat Adat Melayu Jambi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; i. Memperluas pengetahuan masyarakat terhadap Adat Melayu Jambi dan nilai Sosial Budaya Melayu Jambi dalam membentuk generasi penerus yang berjati diri Melayu dan bermanfaat dalam mengangkat tuah, marwah, harkat, dan martabat Melayu Jambi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; j. Memberikan saran usul dan pendapat ke berbagai pihak perorangan, kelompok/lembaga maupun Pemerintah Daerah tentang masalah adat di Provinsi. Bagian Keempat Fungsi dan Tugas Pasal 13 LAM Jambi sesuai dengan tingkatannya memiliki fungsi. Pasal 14 (1) Fungsi LAM Jambi tingkat Desa/Kelurahan, meliputi: a. Mengemban, mengamalkan, dan memelihara nilai, aturan, norma dan kebiasaan kuat dan benar serta menjadi pedoman dalam penataan tatanan masyarakat, sistem hukum, sistem kepemimpinan dan pemerintahan yang dipegang teguh masyarakat Melayu Jambi dengan sistem sanksi yang tegas jika anggota masyarakat melakukan pelanggaran; b. Menetapkan ketentuan adat Melayu Jambi (Ico Pakai); c. Menyelesaikan perselisihan dan perkara perdata dan pidana adat sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Mengurus dan mengelola hal yang berkaitan dan berhubungan dengan adat istiadat Melayu Jambi; e. Menjaga eksistensi nilai adat dan adat istiadat Melayu Jambi; f. Sebagai sarana saringan/filter terhadap pengaruh negatif budaya luar; (2) Fungsi...

12 -12- (2) Fungsi LAM Jambi tingkat Kabupaten/Kota, meliputi: a. Menguatkan peran dan fungsi LAM Jambi tingkat Desa/Kelurahan dalam lingkupnya; b. Mediasi dalam kasus perdata dan pidana adat yang tidak dapat diselesaikan dalam lingkupnya; c. Melakukan pembinaan pengurus dan organisasi LAM Jambi dalam lingkupnya; d. Melaksanakan kaderisasi yang berpedoman pada pedoman pengkaderan LAM Jambi Daerah; e. Menjadi lembaga pertimbangan bagi setiap kebutuhan, kepentingan, dan perkara yang melingkupi adat Melayu Jambi di tiap Desa; f. Fasilitasi bagi pemberian bantuan serta kemudahan untuk mendorong, memajukan, mengembangkan kegiatan pengembangan, dan pelestarian adat Melayu Jambi di Desa; g. Melaksanakan koordinasi antar lembaga dalam rangka penguatan program LAM Jambi sesuai tingkatannya. (3) Fungsi LAM Jambi tingkat Provinsi, meliputi: a. Menguatkan peran dan fungsi LAM Jambi tingkat Kabupaten/Kota; b. Mediasi dalam kasus-kasus perdata dan pidana adat yang tidak dapat diselesaikan pada tingkat Kabupaten/Kota; c. Melakukan pembinaan untuk kaderisasi sumber daya manusia dan manajemen organisasi lembaga adat tiap Kabupaten/Kota; d. Menjadi lembaga pertimbangan bagi setiap kebutuhan, kepentingan, dan perkara yang melingkupi adat Melayu Jambi Kabupaten/Kota; e. Fasilitasi bagi pemberian bantuan serta kemudahan untuk mendorong, memajukan, dan mengembangkan kegiatan pengembangan, dan pelestarian adat di Kabupaten/Kota; f. Mengkoordinasikan setiap kebutuhan dan perkara lembaga adat Melayu Jambi Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Daerah atau struktur pemerintahan di atasnya; g. Melakukan pendataan, inventarisasi, dokumentasi dan publikasi hukum adat Melayu Jambi; Pasal 15 LAM Jambi sesuai tingkatannya memiliki tugas. Pasal 16 (1) Tugas LAM Jambi tingkat Desa/Kelurahan, meliputi: a. Optimalisasi Badan Lit dengan menerapkan kembali struktur lama adat Melayu Jambi, yaitu Rio, Kepala Kampung, Mangku, dan Debalang, dan/ atau sebutan lainnya, sebagaimana ico pakai di masing-masing wilayah adat; b. Mengatur kebijakan dan tata cara pelaksanaan hukum adat sesuai ico pakai masing-masing wilayah adat; c. Mengurus, menyelenggarakan, dan memimpim seluruh kegiatan yang berkenaan dengan upacara agama dan adat; d. Memberi nasihat dan pendapat kepada Pemerintahan Desa, baik diminta maupun tidak diminta dalam rangka pencapaian kualitas pembangunan Desa; e. Melaksanakan...

13 -13- e. Melaksanakan tugas-tugas lain dalam bidang adat sesuai dengan kebutuhan masyarakat; f. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat adat dalam penyelengaraan Pemerintahan Desa; g. Menjaga dan mengelola hak dan/atau harta kekayaan adat untuk meningkatkan kemajuan dan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik; h. Melakukan uji kelayakan dan kepatutan bagi Calon Kepala Desa tentang adat Melayu Jambi apabila dipersyaratkan untuk itu. (2) Tugas LAM Jambi tingkat Kabupaten/Kota, meliputi: a. Menyelenggarakan musyawarah antar LAM Jambi dalam lingkupnya; b. Fasilitasi pemberdayaan dan pengembangan adat Melayu Jambi dalam lingkupnya; c. Menjadi mediator dan fasilitator bagi LAM Jambi tingkat Desa/Kelurahan, jika terjadi konflik antar kecamatan; d. Menjadi penghubung bagi masing-masing ke LAM Jambi tingkat Provinsi dan lembaga Pemerintah Daerah; e. Menjadi badan pertimbangan bagi LAM Jambi tingkat Desa/Kelurahan dan lembaga Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; f. Membantu Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan dan memelihara hasil pembangunan pada segala bidang, terutama pada bidang sosial kemasyarakatan dan sosial budaya; g. Memberi kedudukan hukum menurut hukum adat terhadap hal-hal yang menyangkut harta kekayaan masyarakat hukum adat pada setiap tingkat LAM Jambi berkenaan dengan perkara perdata dan pidana adat; h. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan nilai adat Melayu Jambi dalam rangka memperkaya, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah pada khususnya dan kebudayaan nasional umumnya; i. Menjaga, memelihara, dan memanfaatkan ketentuan-ketentuan adat Melayu Jambi yang hidup dan berkembang dalam masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat. (3) Tugas LAM Jambi tingkat Provinsi, meliputi: a. Menyelenggarakan musyawarah antar LAM Jambi Kabupaten/Kota dan; b. Fasilitasi pemberdayaan dan pengembangan adat melayu Jambi Kabupaten/Kota di masing-masing lembaga adat; c. Menjadi mediator dan fasilitator bagi LAM Jambi Kabupaten/Kota, jika terjadi konflik antar Kabupaten/Kota; d. Menjadi penghubung bagi masing-masing LAM Jambi Kabupaten/Kota ke lembaga Pemerintah Daerah atau pemerintahan di atasnya; e. Menjadi badan pertimbangan bagi LAM Jambi Kabupaten/Kota dan untuk lembaga Pemerintah Daerah; f. Membantu Pemerintah Daerah dalam melaksanakan dan memelihara hasil pembangunan pada segala bidang, terutama pada bidang sosial kemasyarakatan dan sosial budaya; g. Memberi kedudukan hukum menurut hukum adat terhadap hal-hal yang menyangkut harta kekayaan masyarakat hukum adat pada setiap tingkat LAM Jambi berkenaan dengan perkara perdata dan pidana adat; h. Melaksanakan...

14 -14- h. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat Melayu Jambi dan mengembangkan kebudayaan daerah pada khususnya dan kebudayaan nasional umunya; i. Menjaga, memelihara, dan memanfaatkan ketentuan adat Melayu Jambi yang hidup dan berkembang dalam masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat; j. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia dalam unit kerja khusus Pusat Pendidikan dan Pelatihan Adat Melayu Jambi yang terintegrasi dengan struktur LAM Jambi Daerah; k. Melaksanakan kajian atau penelitian terhadap hukum adat Melayu Jambi dengan segala aspeknya dalam unit kerja khusus Pusat Penelitian dan Pengembangan Adat Melayu Jambi yang terintegrasi dengan struktur LAM Jambi Daerah. Bagian Kelima Masa Jabatan Pasal 17 Masa jabatan pengurus LAM Jambi sesuai dengan tingkatannya selama 5 (lima) tahun, dan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya. Bagian Keenam Musyawarah dan Pengambilan Keputusan Pasal 18 (1) Kekuasaan tertinggi dalam LAM Jambi berada sepenuhnya pada Musyawarah Besar untuk tingkat Provinsi dan Musyawarah Daerah untuk tingkat Kabupaten/Kota; (2) Mekanisme Musyawarah Besar dan Musyawarah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam AD/ART LAM Jambi Provinsi. (3) Musyawarah Adat Desa/Kelurahan berada sepenuhnya pada musyawarah adat tingkat Desa/Kelurahan. Bagian Ketujuh Pengurus dan Keanggotaan Pasal 19 Pengurus LAM Jambi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Menguasai, memahami, menghayati, dan mengamalkan adat Melayu Jambi; b. Bersedia mengelola, mengembangkan, melestarikan adat dan tradisi yang hidup dan berkembang di masyarakat Melayu Jambi; c. Bertanggungjawab dan berkomitmen untuk menghidupkan dan mengembangkan organisasi LAM Jambi; d. Memiliki...

15 -15- d. Memiliki pandangan yang luas mengenai adat dan adat-istiadat Melayu Jambi, juga memiliki solidaritas yang tinggi terhadap adat dan adat-istiadat lain, serta memiliki dedikasi atau pengabdian untuk mengetahui, memahami dan menghormati adat dan budaya lain yang dianggap baik; e. Tidak menjabat pengurus partai politik bagi ketua LAM Jambi. Pasal 20 Seluruh masyarakat Desa wajib menjadi anggota komunitas dari lembaga adat Melayu Jambi; Bagian Kedelapan Pembentukan Lembaga Adat Melayu Jambi Pasal 21 Dalam rangka pembinaan, pemberdayaan, pelestarian, pengembangan, dan fasilitasi adat Melayu Jambi di masyarakat dibentuk LAM Jambi di Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota yang belum memiliki Lembaga Adat. BAB V PROGRAM LEMBAGA ADAT MELAYU JAMBI Pasal 22 Dalam rangka pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi di tengah masyarakat, program LAM Jambi sesuai dengan tingkatannya, meliputi: a. Menguatkan peran dan fungsi LAM Jambi Desa/Kelurahan; b. Inventarisasi aktifitas penyelesaian perkara perdata dan pidana adat dalam lingkupnya; c. Menguat masyarakat adat dan/atau komunitas adat di lingkupnya; d. Melaksanakan kegiatan pelestarian serta pengembangan aktifitas adat, seni, dan nilai sosial budaya Melayu Jambi dalam lingkupnya; e. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan serta pendayagunaan aset kekayaan adat dan peninggalan sejarah Daerah Melayu Jambi dalam lingkupnya; f. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan manajemen organisasi lembaga adat dalam lingkupnya; g. Melakukan pendataan, inventarisasi, dokumentasi dan publikasi hukum adat Melayu Jambi; h. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia dalam unit kerja khusus Pusat Pendidikan dan Pelatihan Adat Melayu Jambi yang terintegrasi dengan struktur LAM Jambi Provinsi; i. Menyelenggaraan upacara keagamaan atau adat Melayu Jambi dalam lingkupnya; j. Melaksanakan penelitian terhadap adat Melayu Jambi secara ilmiah oleh peneliti, ilmuwan atau pakar dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan yang dilaksanakan oleh unit kerja khusus Pusat Penelitian dan pengembangan adat Melayu Jambi yang terintegrasi dengan struktur LAM Jambi Provinsi. BAB...

16 -16- BAB VI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ADAT Pasal 23 Dalam rangka pembinaan, pemberdayaan, pelestarian, dan pengembangan adat Melayu Jambi dibentuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan Adat Melayu Jambi yang terintegrasi dengan struktur LAM Jambi Provinsi. Pasal 24 (1) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Adat Melayu Jambi bersifat otonom yang berkedudukan di Provinsi. (2) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Adat Melayu Jambi beranggotakan yang terdiri dari: a. Ketua; b. Sekretaris; dan c. Anggota. Pasal 25 (1) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Adat Melayu Jambi memiliki tugas: a. Merumuskan kebijakan pelestarian dan pengembangan sumber daya manusia adat yang berpedoman pada master plan pembangunan budaya Melayu Jambi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Mengkoordinasikan semua kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia adat Melayu Jambi; c. Bersama Pemerintah Daerah dan Dewan Kebudayaan menyusun rencana aksi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia adat Melayu Jambi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Mengelola dan melaksanakan pendidikan pelatihan adat Melayu Jambi; e. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam mengembangan sumber daya manusia adat baik secara regional, nasional, dan internasional. (2) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Adat Melayu Jambi dalam melaksanakan tugasnya dibiayai oleh APBD Provinsi Jambi dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB VII PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT Pasal 26 Dalam rangka pembinaan, pemberdayaan, pelestarian, dan pengembangan adat Melayu Jambi dibentuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Adat Melayu Jambi yang terintegrasi dengan struktur LAM Jambi Provinsi. Pasal...

17 -17- Pasal 27 (1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Adat Melayu Jambi bersifat otonom yang berkedudukan di Provinsi. (2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Adat Melayu Jambi beranggotakan yang terdiri dari: a. Ketua; b. Sekretaris; dan c. Anggota. Pasal 28 (1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Adat Melayu Jambi memiliki tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan penelitian di bidang adat Melayu Jambi. (2) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Adat Melayu Jambi mempunyai fungsi: a. Penyusunan kebijakan teknis dibidang penelitian dan pengembangan adat Melayu Jambi; b. Penyusunan program penelitian dan pengembangan dibidang adat Melayu Jambi; c. Fasilitasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan dibidang adat Melayu Jambi; d. Pelaksanaan kerjasama penelitian dan pengembangan dibidang adat Melayu Jambi; e. Pelaksanaan urusan dokumentasi dan publikasi hasil penelitian dan pengembangan adat Melayu Jambi; f. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan dibidang adat Melayu Jambi; g. Pelaksanaan administrasi. (3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Adat Melayu Jambi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibiayai oleh APBD Provinsi Jambi dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundangundangan. BAB VIII PENGUATAN MASYARAKAT ADAT Pasal 29 (1) LAM Jambi sesuai tingkatannya wajib: a. menguatkan masyarakat adat dan/atau komunitas adat dalam lingkupnya; b. memfasilitasi atau mediasi bagi masyarakat adat dan/atau komunitas adat dalam memperoleh hak-haknya secara akomodatif, persuasif, dan tidak diskriminatif. (2) Fasilitasi...

18 -18- (2) Fasilitasi masyarakat adat dan/atau komunitas adat dilakukan dengan menyusun dan melaksanakan program-program yang mendukung pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi. (3) Pemberdayaan organisasi masyarakat adat dan/atau komunitas adat tidak diskriminatif. (4) Masyarakat adat dan/atau komunitas adat wajib memelihara, membina dan mengembangkan adat Melayu Jambi yang hidup, berkembang, dan bermanfaat bagi pembangunan daerah. BAB IX WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA Pasal 30 Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan Adat Melayu Jambi sesuai kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. Pasal 31 (1) Kewenangan Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 meliputi: a. Bersama LAM Jambi dan Dewan Kebudayaan Melayu Jambi menyusun dan menetapkan kebijkan pelestarian dan pengembangan Adat Melayu Jambi yang akan dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota serta pihak-pihak terkait; b. Bersama LAM Jambi Dewan Kebudayaan Melayu Jambi menetapkan standar pengawasan dan pelaksanaan pengawasan pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi. (2) Tanggung jawab Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 meliputi: a. Bersama LAM Jambi, Dewan Kebudayaan Melayu Jambi, organisasi bidang budaya, dan/atau perorangan, melaksanakan kegiatan skala nasional atau international yang berfungsi sebagai tempat pembinaan, pengembangan, dan pemanfaatan adat Melayu Jambi; b. Memfasilitasi LAM Jambi sesuai dengan tingkatannya dalam pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi; c. Mendukung pengembangan kualitas sumber daya manusia adat Melayu Jambi; d. Menyediakan dana pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi dalam lingkupnya pada APBD Provinsi secara berkelanjutan; e. Memfasilitasi kerjasama kelembagaan adat Melayu Jambi dengan negara melayu dan negara lain dalam lingkupnya; f. Memfasilitasi duta adat Melayu Jambi keluar Provinsi. Pasal...

19 -19- Pasal 32 (1) Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud Pasal 30 meliputi: a. Penetapan regulasi tentang pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi pada wilayah Kabupaten/Kota; b. Menetapkan event seni budaya Melayu Jambi yang bertujuan melestarikan adat Melayu Jambi dalam lingkupnya; c. Bersama LAM Jambi Kabupaten/Kota memberikan penghargaan kepada tokoh dan pelaku yang berprestasi dan peduli dalam bidang pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi; d. Menentukan hari jadi Ibukota Kabupaten/Kota dengan melakukan kajian secara ilmiah oleh para peneliti, ilmuan atau pakar dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 meliputi: a. Memfasilitasi LAM Jambi sesuai dengan tingkatannya dalam pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi; b. Melaksanakan kegiatan seni budaya Melayu Jambi skala nasional dan international; c. Mendukung program LAM Jambi Kabupaten/Kota dan Desa/kelurahaan; d. Menyediakan dana pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi dalam lingkupnya pada APBD masing-masing; e. Memfasilitasi duta-duta adat Melayu Jambi keluar Provinsi dan luar negeri atas sepengetahuan Dewan Kebudayaan. BAB X HUBUNGAN DAN KETENTUAN KERJASAMA Pasal 33 (1) LAM Jambi sesuai tingkatannya wajib melakukan hubungan kerja sama dengan: a. Lembaga adat lainnya; b. Aparat penegak hukum; c. Lembaga pendidikan; d. Pusat kajian atau penelitian; e. Lembaga terkait. (2) LAM Jambi dalam mengadakan hubungan kerja sama dengan lembaga adat lainnya, baik nasional maupun internasional dengan sepengetahuan lembaga adat sekurang-kurangnya setingkat di atasnya. (3) Pelaksanaan hubungan kerjasama secara internasional dilakukan sesuai prosedur dan mekanisme yang diatur dalam peraturan perundangundangan. (4) Setiap...

20 -20- (4) Setiap kegiatan investasi atau penanaman modal di wilayah adat Provinsi, baik dilakukan oleh perusahaan atau pun perorangan, wajib mendapat persetujuan dari masyarakat adat dan/atau komunitas adat serta LAM Jambi dalam lingkupnya. (5) LAM Jambi Provinsi dalam melakukan kerjasama dengan lembaga terkait diatur lebih rinci dalam AD/ART dan/atau dalam ketentuan khusus. BAB XI PENDANAAN DAN ASET Bagian Pertama Sumber Dana Pasal 34 (1) Sumber dana pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi berasal dari: a. APBD Provinsi; b. APBD Kabupaten/Kota; c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat. (2) Perusahaan yang berada di wilayah Provinsi wajib mengalokasikan anggaran untuk pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi sebagai bentuk tanggung jawab sosial yang diatur melalui Peraturan Gubernur. Bagian Kedua Pertanggungjawaban Dana Pasal 35 (1) Pertanggungjawaban dana berdasarkan pada prinsip keterbukaan dalam mengelola setiap kegiatan di LAM Jambi. (2) Penggunaan dana dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan serta mekanisme pertanggungjawaban sesuai ketentuan pertanggungjawaban keuangan daerah. (3) Penggunaan dana meliputi 2 (dua) pilar utama, yaitu: a. Adanya keterbukaan para penyelenggara dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola lembaga; b. Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan wewenang, tanggung jawab, fungsi, dan tugas. (4) Dana yang digunakan oleh LAM Jambi sesuai tingkatan dalam pelaksanaan kegiatan harus efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang keuangan daerah. Bagian...

21 -21- Bagian Ketiga Pengelolaan dan Pengembangan Aset Pasal 36 (1) LAM Jambi sesuai tingkatannya melaksanakan pengelolaan dan pengembangan aset adat berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, terbuka, efektif dan efisien. (2) Pengelolaan dan pengembangan aset adat sebagimana yang dimaksud ayat (1), dilakukan secara profesional yang memberikan komitmen terhadap optimalisasi aset. BAB XII PENGHARGAAN DAN SANKSI Pasal 37 (1) LAM Jambi Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi dapat memberikan penghargaan kepada individu, kelompok, atau lembaga yang telah berperan besar dan berkelanjutan dalam pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi. (2) LAM Jambi sesuai tingkatannya dapat memberi sanksi terhadap pengurusnya dan pihak-pihak baik individu atau kelompok yang melanggar aturan hukum dan nilai adat Melayu Jambi. (3) Pemberian Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam AD/ART dan/atau dalam ketentuan khusus. BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 38 LAM Jambi yang ada pada saat ditetapkannya Peraturan Daerah ini tetap diakui keberadaannya dan wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Peraturan Daerah ini. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 39 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Lembaga Adat Melayu Jambi (Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2007 Nomor 5) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal...

22 al 40Pasal 40 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal dundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jambi. Diundangkan di Jambi pada tanggal 11 Maret 2014 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAMBI, ttd H. SYAHRASADDIN Peraturan Daerah ini mulai Ditetapkan di Jambi pada tanggal 11 Maret 2014 GUBERNUR JAMBI, ttd H. HASAN BASRI AGUS LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 NOMOR 2 Diundangkan di Jambi pada tanggal SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAMBI, H. SYAHRASADDIN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 NOMOR...

23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU JAMBI I. UMUM Adat Melayu Jambi merupakan sistem pandangan hidup masyarakat Jambi yang berisi nilai, aturan, norma dan kebiasaan yang kuat dan benar serta menjadi pedoman dalam penataan tatanan masyarakat, sistem hukum, sistem kepemimpinan dan pemerintahan yang dipegang teguh masyarakat Melayu Jambi dengan sistem sanksi yang tegas jika anggota masyarakat melakukan pelanggaran. Lembaga Adat Melayu Jambi merupakan wadah fasilitasi, koordinasi dan mediasi untuk menjaga stabilitas, keutuhan, kebersamaan yang saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat sehingga peran Lembaga Adat Melayu Jambi sesuai tingkatannya perlu diperkuat fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa adat yang merupakan wujud ideal dari kebudayaan merupakan urusan wajib yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Daerah sehingga untuk memperkuat peran Lembaga Adat Melayu Jambi perlu adanya pengaturan untuk memberikan kepastian hukum dalam pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) LAM Jambi berbentuk fungsional maksudnya bahwa organisasi LAM Jambi sesuai tingkatannya disusun berdasarkan sifat dan pembagian kerja dalam bentuk wewenang, tanggung jawab, fungsi, tugas yang jelas, dan dapat dibedakan.

24 Ayat (2) Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Pembentukan Badan Musyawarah Adat Kecamatan berfungsi dan bertugas fasilitasi, mediasi, koordinasi segala kebutuhan dan kepentingan adat serta melaksanakan segala bentuk upacara keagamaan atau adat Melayu Jambi. Ayat (3) Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Ayat (1) Huruf a

25 Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Uji kelayakan bagi Calon Kepala Desa dilakukan apabila peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pencalonan untuk Kepala Desa mensyaratkan adanya uji kelayakan tentang adat Melayu Jambi, maka uji kelayakan tersebut dilakukan oleh LAM Jambi tingkat Desa. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Ayat (1)

26 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Anggota Pusat Pendidikan dan Pelatihan Adat Melayu Jambi harus memenuhi unsur dari akademisi, pakar kebudayaan, praktisi adat dan organisasi profesi. Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Anggota Pusat Penelitian dan Pengembangan Adat Melayu Jambi harus memenuhi unsur dari akademisi, pakar kebudayaan, praktisi adat dan organisasi profesi. Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Ayat (1) Huruf a

27 Huruf b Kerjasama dengan aparat penegak hukum dilakukan oleh LAM Jambi tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam upaya penegakan hukum adat. Huruf c Kerjasama dengan lembaga pendidikan dilakukan oleh LAM Jambi tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam upaya untuk pembinaan adat di sekolah dan perguruan tinggi. Huruf d Kerjasama dengan pusat kajian atau penelitian dilakukan oleh LAM Jambi tingkat Provinsi dalam upaya pelestarian dan pengembangan adat Melayu Jambi. Huruf e Kerjasama dengan lembaga terkait dilakukan oleh LAM Jambi tingkat Provinsi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Jambi. Pasal 34 Pasal 35 Ayat (1) Prinsip keterbukaan meliputi jumlah, rincian penggunaan dan pertanggungjawaban. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU JAMBI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU TANAH PILIH PUSAKO BATUAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertahankan dan melestarikan adat

Lebih terperinci

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA ADAT KAUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengakui, menghormati,

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa adat istiadat dan Lembaga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat GUBERNUR GORONTALO, : a. bahwa lembaga adat di Daerah memiliki

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang: PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASIR Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN ADAT ISTIADAT SERTA LEMBAGA ADAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa adat istiadat dan Lembaga Adat

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT KABUPATEN MUARO JAMBI DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI [[ BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 13 TAHUN 20112011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGUKUHAN DAN PEMBINAAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Provinsi Jambi merupakan daerah yang

Lebih terperinci

BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa adat istiadat, nilai-nilai budaya, kebiasaan-kebiasaan

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa budaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI TORAJA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA Nomor Tahun Seri PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT BANGGAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT BANGGAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT BANGGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DESA NITA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA,

PERATURAN DESA NITA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, PERATURAN DESA NITA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan nilai adat-istiadat tumbuh, berkembang serta dipelihara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR NO. : 6, 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERLAKUAN DAN PENERAPAN HUKUM ADAT REJANG KEPAHIANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA BANJAR, : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 811 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA Menimbang : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 13 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 13 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN SERTA PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT, KEBIASAAN-KEBIASAAN MASYARAKAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS, Menimbang : a. bahwa untuk terselenggaranya urusan pemerintahan,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 2 TAHUN 2007 Menimbang : TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa adat istiadat dan nilai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 2 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA ADAT MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 2 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA ADAT MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 2 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA ADAT MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM, Menimbang : a. b. c. bahwa sebagai upaya pelestarian adat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT SERTA LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 94

Lebih terperinci

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal, AD/ART IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA KEPUTUSAN MUNAS I IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA Nomor : 2/MUNAS I/ IGPKhI /I/ 2017 Tentang : ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IGPKhI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 089 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 089 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 089 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN FASILITASI ORGANISASI KEMASYARAKATAN BIDANG KEBUDAYAAN, KERATON, DAN LEMBAGA ADAT DALAM PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ~ 1 ~ SALINAN BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH,

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH, QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang : a. BUPATI ACEH TENGAH, bahwa dengan diakuinya keistimewaan Aceh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara mengakui dan menghormati

Lebih terperinci

TENTANG TATA PEMERINTAHAN DESA BUPATI DOMPU,

TENTANG TATA PEMERINTAHAN DESA BUPATI DOMPU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG TATA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DOMPU, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai

Lebih terperinci

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2007 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang: a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 209 dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci