PENGARUH BEBAN PADA PERMUKAAN TANAH DAN FREKUENSI GEMPA TERHADAP RESPON SEISMIK LINIER ELASTIS LAPISAN TANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH BEBAN PADA PERMUKAAN TANAH DAN FREKUENSI GEMPA TERHADAP RESPON SEISMIK LINIER ELASTIS LAPISAN TANAH"

Transkripsi

1 PENGARUH BEBAN PADA PERMUKAAN TANAH DAN FREKUENSI GEMPA TERHADAP RESPON SEISMIK LINIER ELASTIS LAPISAN TANAH As a Puiano Teknik Sipil Fakulas Teknik Universias Muhammadiyah Yoyakara Jl. Linkar Bara, Tamaniro, Banul Yoyakara 5583 Telp ex 9 ABSTRAKSI Respon seismik lapisan anah akiba empa merupakan suau parameer erakan anah akiba empa. Selama earan meramba dari pusa empa sampai ke permukaan anah, maka fakor anah sebaai penhanar earan mempunyai peran yan sana penin. Berbaai parameer penin menenai enis anah ersebu melipui keadaan eoloi secara lokal dan kondisi anah iu sendiri. Di sampin iu ua ada beberapa fakor yan berpenaruh erhadap respon anah, di anaranya adalah indeks plasisias (PI), kandunan frekwensi empa sera keadaan beban diaas permukaan lapisan anah. Beban pada permukaan lapisan anah akan berpenaruh erhadap kekakuannya. Kekakuan anah yan mempunyai beban lebih kecil akan berbeda denan anah yan mempunyai beban lebih besar. Denan keadaan seperi iu maka anah yan mempunyai bera beban banunan berbeda akan menhasilkan respon yan berbeda ua. Peneliian denan menunakan sau daa profil anah anpa beban dan lima variasi pembebanan elah dilakukan, akiba empa Koyna dan Buchares yan elah dinormalisai, sehina hanya mempunyai perbedaan frekuensi. Analisis hiunan menunakan proram sederhana denan dasar meode analisis dinamika srukur Muli Deree of Freedom dan pemodelan maemais lapisan anah berupa model Shear Buildin sera penyelesaian problema dinamik denan meode numerik Cenral Difference. Hasil analisis menunukan bahwa Semakin besar beban menakibakan simpanan semakin kecil. Denan percepaan maksimum sama akiba empa Koyna dan Buchares, namun mempunyai frekuensi yan berbeda, menakibakan respon yan idak sama besar. Parameer percepaan anah bukan sau-saunya parameer yan dapa dipakai unuk meneahui damae poenial suau empa eapi erdapa parameer lain yan harus diperhaikan. Kandunan frekuensi empa Koyna maupun Buchares erhadap frekuensi srukur masih cukup auh (idak berimpi), sehina ika eradi empa denan frekuensi ersebu srukur anah idak akan menalami resonansi. Kaa kunci : percepaan anah, beban banunan, frekuensi, respon seismik Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, Vol. 8, No., 005: 9

2 PENDAHULUAN Apabila eradi empa bumi, maka perama-ama yan merasakan earan adalah anah di sekelilin pusa empa. Gearan akiba empa kemudian disebarkan ke seala penuru sampai pada ke lokasi pencaa empa di permukaan anah. Selama earan menalar dari pusa empa sampai ke permukaan anah, maka fakor anah sebaai penhanar earan mempunyai peran yan sana penin. Berbaai parameer penin menenai enis anah ersebu melipui keadaan eoloi secara lokal dan kondisi anah iu sendiri. Kondisi eoloi dan kondisi anah erenu, akan menyebabkan respon anah akiba empa menadi berlainan. Di sampin iu ua ada beberapa fakor yan berpenaruh erhadap respon anah, di anaranya adalah indeks plasisias (PI), kandunan frekwensi empa sera keadaan beban di aas permukaan lapisan anah. Beban pada permukaan lapisan anah akan berpenaruh erhadap kekakuannya, sehina akan menakibakan respon anah yan berlainan. Oleh karena iu perlu dielii percepaan anah yan menalami perubahan perilaku akiba adanya pembebanan yan berbeda. Meliha problemaika ersebu maka dapa dirumuskan suau permasalahan yan akan menadi obek peneliian ini yaiu Apakah erdapa perbedaan respon anara anah yan mempunyai beban banunan berbeda ika erkena beban empa yan mempunyai frekwensi ini dan rendah. Berdasarkan perumusan masalah ersebu, maka peneliian ini mempunyai uuan inin meneahui apakah erdapa perbedaan respon ika bera beban banunan pada permukaan anah bervariasi, dan ua apakah erdapa perbedaan respon ika diunakan dua beban empa yan mempunyai dua frekuensi yan sana berlainan, yaiu beban empa Koyna (967) yan mempunyai frekuensi ini dan beban empa Buchares (977) yan mempunyai frekuensi cukup rendah. Denan analisis seperi iu akan dikeahui besarnya perbedaan nilai respon seismik yan berupa simpanan, kecepaan, percepaan dan ua frekuensi srukur anah. Denan meliha banyaknya fakor yan mempenaruhi respon seismik lapisan anah, misalnya seperi : Besarnya maniude empa, arak episener empa, properi lapisan anah, kondisi oporafi lapisan anah, keebalan lapisan anah, enis mekanisme eradinya empa, dan kondisi eoloi anah yan dilalui elomban empa, maka aar analisis ini menadi sederhana dan lebih mudah dipahami namun eap realisis, perlu adanya baasan masalah. Adapun baasan masalah pada peneliian ini adalah : anah berperilaku linier elasis (idak memperhiunkan adanya perubahan massa dan kekakuan seelah eradi empa), idak memperhiunkan adanya peninkaan ekanan air pori anah akiba eradinya empa, idak mempehiunkan enis mekanisme eradinya empa, lapisan anah dianap idak menalami defleksi dalam arah verikal, lapisan anah diinau dalam dua dimensi, lapisan anah dianap berperilaku seperi Shear Buildin, sera empa eradi pada base rock denan cara melakukan scale down rekaman empa dipermukaan anah. Penaruh Beban pada Permukaan Tanah (As a Puiano) 3

3 Karakerisik dan Dinamik Unuk mempelaari enan perilaku erakan anah (round moion), maka perlu dikeahui enan karakerisik saik dan dinamik lapisan anah empa elomban empa meramba. Semua karaker ersebu akan berpenaruh pada erakan anah dan respon srukur/banunan di aas permukaan anah. Karakerisik Saik, Secara umum anah dibedakan menadi anah berpasir (kohesi c = 0) dan anah lempun murni ( = 0). Karena pasir idak mempunyai kohesi, maka pada saa eradi empa, buir-buir pasir dapa memada aaupun bahkan menemban denan mudah seperi pada liquefacion, yaiu perisiwa hilannya esekan anar buir akiba meninkanya ekanan air pori sebaai akiba oncanan empa. Karena anah pasir bersifa kasar maka ahanan eser anah pasir berambah sehina akan menambah pula sudu esek dalamnya. Fakor-fakor yan mempenaruhi kua eser anah pasir adalah : ukuran buir, air yan erdapa di dalam buirannya, kekerasan buirannya, anka pori aau kekakuan relaifnya, disribusi ukuran buirnya, dan benuk buirannya. Dari fakor-fakor yan mempenaruhi kua eser anah pasir di aas, yan palin besar penaruhnya adalah nilai anka pori, karena anka pori akan berpenaruh erhadap kerapaannya. Pada penuian eser lansun maupun riaksial, bila anka pori rendah aau kerapaan relaif ini, maka nilai kua eser akan ini pula. Jika dua macam anah pasir mempunyai kerapaan relaif sama, eapi radasinya berlainan, maka pasir yan mempunyai radasi lebih baik akan mempunyai sudu esek dalam yan lebih besar. Ukuran buiran unuk pasir denan anka pori yan sama, idak banyak berpenaruh pada sudu esek dalamnya. Jadi pasir halus dan pasir kasar pada anka pori yan sama akan mempunyai sudu esek yan sama. Tanah lempun umumnya erdiri aas buir-buir yan sana halus dari enis mineral yan mempunyai nilai kohesi. Sifa kohesi ini adalah suau nilai ineraksi anara mineral-mineral penyusun lempun denan air. Denan adanya ineraksi ersebu maka akan eradi lekaan/rekaan anara buir yan sau denan buir yan lain. Perisiwa inilah yan menyebabkan lempun mempunyai nilai kohesi erenu. Karakerisik Dinamik, Respon anah akiba beban dinamik yan dilakukan pada percobaan di laboraorium adalah unuk mensimulasi perilaku elemen anah pada kedalaman erenu akiba earan elomban empa. Simulasi yan dilakukan umumnya menanap bahwa elomban eser meramba secara verikal sehina elomban eser ersebu akan menakibakan suau elemen anah berubah-ubah benuk akiba adanya aya eser bolak balik. Massa dan Kekuaan Lapisan Tanah Jika suau profil anah erdiri dari beberapa lapis, maka lapisan anah ersebu dapa dimodel sebaai suau massa erumpal (lump mass) seperi diunukan pada Gambar. Massa ersebu dapa dianap sebaai suau banunan eser dimana prinsip banunan eser (shear buildin) menasumsi bahwa balok 4 Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, Vol. 8, No., 005: 9

4 pada lanai inka dianap eap horisonal baik sebelum maupun sesudah eradi penoyanan. k m h k m h m 3 k i- m -i h i- k i m i h i m +i k n m n h n Gambar. Massa erumpal pada lapisan horizonal. Dari Gambar ersebu massa (m, m, m 3,..., m n ) dan kekakuan lapisan anah dapa dihiun denan rumus pendekaan seperi diunukan pada Persamaan,, dan 3 (Idriss dan Seed, 968 dalam Das, 993). m = γ h () m i = γ i hi γ ihi denan i =,,,n () k i = Gi hi denan i =,,,n (3) denan: m i = massa erumpal yan erleak pada lapisan anah ke-i. k i = kekakuan yan menhubunkan massa m i dan m i+. i = bera sauan anah pada lapisan ke-i. h i = seenah kedalaman pada lapisan anah ke-i. Penaruh Beban pada Permukaan Tanah (As a Puiano) 5

5 Meode Penyebarabn Beban Apabila di aas lapisan anah erdapa beban banunan maka akan menambah besarnya eanan yan eradi. Bermacam-macam cara elah diunakan unuk menhiun penaruh eanan akiba beban fondasi. Salah sau cara pendekaan yan sana sederhana unuk menhiun ambahan eanan beban di permukaan diberikan oleh Boussinesq (885), yaiu denan cara membua aris penyebaran beban V : H ( verikal dibandin horisonal). Dalam cara ini dianap beban pondasi Q didukun oleh pyramid yan mempunyai kemirinan sisi V : H, seperi erliha pada Gambar. B Q B Z V : H Z B L L+Z B + Z B + Z Gambar. Penyebaran beban V : H (Boussinesq, 885). Cara pendekaan ini, menhasilkan nilai ambahan eanan verikal yan dinyaakan dalam Persamaan 4 dan 5. z = z = ( L ( L Q Z )( B Z ) qlb Z )( B Z ) (4) (5) denan : z = ambahan eanan verikal. Q = beban oal pada dasar pondasi. q = beban erbai raa pada dasar pondasi. L = panan area pondasi. B = lebar area pondasi. Z = kedalaman yan diinau. 6 Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, Vol. 8, No., 005: 9

6 Cara ini dapa ua unuk menhiun pondasi berbenuk alur memanan. Dalam hal ini, benuk penyebaran beban yan berupa pyramid berubah menadi berbenuk rapezoidal. Selanunya, ambahan verikal pada pondasi memanan dinyaakan denan Persamaan 6. z = qb ( B Z ) Dalam menhiun besarnya eanan oal yan eradi dalam anah, seelah eanan verikal yan diperoleh dari persamaan-persamaan Boussinesq, Weseraard, maupun dari eori penyebaran V : H diperoleh, hasilnya masih harus diambahkan denan eanan akiba beban anah di kedalaman yan diinau (yaiu ekanan overberden). Hal ini perlu dimeneri, karena pada cara elasis dianap bahwa anah yan sedan menalami pembebanan idak mempunyai bera. Persamaan Differensial Gerakan MDOF Unuk memperoleh persamaan differensial erakan dipakai prinsip keseimbanan dinamik pada suau massa yan diinau. Persamaan erakan ersebu umumnya disusun berdasarkan aas oyanan srukur menuru mode perama. Seelah nilai mode shape didapa maka denan mudah nilai percepaan anah, kecepaan anah dan simpanan anah diperoleh, berdasarkan Persamaan 7. T T T T M Z C Z K Z M y (7) (6) Jika, T M = M Z T C = C Z T K = K Z T P = M y maka Persamaan 7 dapa menadi Persaamaan 8. M Z C Z K Z P y (8) Jika Persamaan 8 dibai denan M, denan C K P =.. J, = J, dan = J, (9) M M M Penaruh Beban pada Permukaan Tanah (As a Puiano) 7

7 Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, Vol. 8, No., 005: 9 8 maka dapa diulis dalam benuk differensial menadi Persamaan 0 y Z Z Z (0) denan : Z = modal apliudo, yan diulis denan Persamaan s/d Persamaan 3. Z = () Z = () Z = (3) denan : = parisipasi mode. Denan mensubsiusi Persamaan s/d Persamaan 3 ke dalam Persamaan 0, maka didapa Persaamaan 4. y (4) Unuk menhiun besarnya dapa diunakan meode ceral difference, sehina diperoleh Persamaan 5. dan (5) Denan mesubsiusi Persamaan 5 ke dalam Persamaan 4 diperoleh Persamaan 6 yan dapa menhasilkan nilai +, yan dapa diulis menadi Persamaan 7. y (6) y (7) Persamaan 7 dapa diulis menadi Persamaan 8. kˆ b a y (8) denan : a =, b =, kˆ = = sep inerasi (d). = frekwensi sudu (rad/d). y = daa rekaman empa (percepaan anah).

8 Denan demikian diperoleh persamaan simpanan, kecepaan, dan percepaan yan diulis beruru-uru menadi Persamaan 9, Persamaan 0, dan Persamaan. y = y = y = Z Z (9) Z (0) () denan : = mode shape. y = y = y = simpanan anah. kecepaaan anah percepaan anah. Kandunan Frekuensi Gempa Unuk membua suau kaian seperi yan dimaksud di aas, maka perlu dikeahui erlebih dahulu enan kandunan frekuensi empa. Sebaaimana dikeahui bahwa empa bumi yan erekam dalam percepaan anah merupakan abunan dari beberapa frekuensi. Oleh karena iu dipakai beberapa isilah kandunan frekuensi sebaai suau cara unuk mendiskripsikan abunan beberapa frekuensi. Pada kenyaaannya kandunan frekuensi pada suau empa dapa saa mempunyai renan yan sempi sehina frekuensi dominan lebih elas aaupun kandunan frekuensi yan menyebar denan renan yan panan. Beberapa hal akan berpenaruh erhadap hal-hal ersebu. Kandunan frekuensi kemudian dikeahui menadi parameer penin selain durasi empa (Tso, dkk. 99). Hal ersebu dimunkinkan karena parameerparameer ersebu dapa dideeksi mulai dari cara yan sederhana. Housner (97) menusulkan cara yan sederhana unuk meneahui kandunan frekuensui empa yaiu denan menhiun umlah aris yan memoon sumbu-waku unuk seiap deik pada rekaman parcepaan anah akiba empa. Konsep ini sana sederhana dan ua dipakai oleh Araya dan Saraoni (988) dalam bukunya (Uan dan Berero 988) unuk mendiskripsikan damae poenial suau empa. Konsep lain yan cukup sederhana unuk mendeeksi kandunan frekuensi empa adalah seperi yan disampaikan oleh Tso dkk. (99). Konsep yan dimaksud adalah A/V raio yaiu denan memakai perbandinan anara percepaan dan kecepaan anah maksimum. Gazaeas (987) dalam buku (Baneree 987) menaakan bahwa media anah umumnya akan berfunsi menyarin frekuensi ini pada elomban empa, sehina pada arak yan auh percepaan anah akiba empa cenderun berbenuk sinusoidal/harmonik. Denan demikian pada daerah yan deka denan episener percepaan cenderun mempunyai frekuensi ini, bersifa implusif, percepaan anahnya relaif ini dan durasi empa relaif Penaruh Beban pada Permukaan Tanah (As a Puiano) 9

9 sinka. Pada daerah yan auh denan episener, keadaannya akan berkebalikan. Sebaai konsekuensinya nilai A/V raio akan ini (frekuensi ini) pada daerah yan deka denan episener A/V raio rendah (frekuensi rendah). Denan demikian A/V raio dapa ua dipakai unuk menenukan kandunan frekuensi empa secara lebih mudah. Krieria inilah yan dipakai dalam menhiun kandunan frekuensi anah. METODOLOGI PENELITIAN Model dan Daa Srukur. Daa anah yan diperunakan di dalam analisis ini diambil dari daerah Dermaa Pelabuhan Pankal Balam Banka sebaaimana erambar pada Gambar 3. Unuk meneahui penaruh beban banunan erhadap respon seismik pada lapisan anah, maka perlu diperunakan variasi beban banunan yan berbeda, sehina mempunyai eanan yan berbeda pula. Denan kondisi seperi iu, maka penaruh beban banunan erhadap respon seismik akan dapa dideeksi. Jika diasumsi ukuran banunan 60m x 8m, beban hidup dan beban mai dianap, /m, maka besarnya beban unuk : Tanah anpa beban banunan (free field) sebesar 0 Ton. Tanah denan beban banunan 0 lanai = 60 x 8 x, x 0 = 960 on on. Tanah denan beban banunan 0 lanai = 60 x 8 x, x 0 = 5 90 on on. Tanah denan beban banunan 30 lanai = 60 x 8 x, x 30 = on on. Tanah denan beban banunan 40 lanai = 60 x 8 x, x 40 = on on. 0 Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, Vol. 8, No., 005: 9

10 cm cm cm cm - 00 cm cm cm cm Pasir kasar berlempun abu-abu kehiaman, lunak. b =,93 r/cm 3 d =,484 r/cm 3 e = 0,88 GS =,697 PI = 0 OCR = = =,7 Lanau berlempun merah keabu-abuan, aak lunak. b =,65 r/cm 3 d =,033 r/cm 3 e =,44 GS =,5 PI = 30,99 ÒCR = = =,8 Lempun kelanauan campur kayuan lapuk, hiam, kenyal. b =,695 r/cm 3 d =,83 r/cm 3 e =,00 GS =,367 PI = 63,07 OCR = = = 0,95 Lempun kelanauan puih keabu-abuan, sana kenyal. b =,886 r/cm 3 d =,48 r/cm 3 e = 0,884 GS =,67 PI = 0 OCR = = = 5,7 Lanau berpasir halus, puih kekuninan, keras. b =,070 r/cm 3 d =,477 r/cm 3 e = 0,77 GS =,55 PI = 6,60 OCR = = = 0,7 Lanau berpasir halus, puih kekuninan, keras. b =,840 r/cm 3 d =,50 r/cm 3 e = 0,749 GS =,640 PI = 9,07 OCR = = 0 Lanau berpasir halus, puih kekuninan, keras. b =,070 r/cm 3 d =,705 r/cm 3 e = 0,605 GS =,737 PI = 0 ÒCR = = 0 Gambar 3. Daa properi anah asli Pelabuhan Pankal Balam Banka Daa Gempa. Unuk mendeeksi penaruh massa banunan erhadap respon seismik, maka dalam hal ini akan dipakai beban empa yan berbeda dan mempunyai kandunan frekuensi yan berbeda pula, dan elah discale down erlebih dahulu sehina mempunyai percepaan yan sama sebesar 56,8 cm/d. Adapun empaempa ersebu adalah sebaai beriku : Penaruh Beban pada Permukaan Tanah (As a Puiano)

11 Gempa Koyna, India, 967, yaiu empa yan mempunyai Maniude 6,5 Richer, arak episenum 5,6 km, dan percepaan maksimum sebesar 548,80 cm/d. Beban empa yan diambil adalah rekaman percepaan anah horisonal di Koyna Dam yan arahnya eak lurus erhadap sumbu panan Dam. Menuru Tso dkk. (99), empa ersebu erolon empa yan mempunyai frekuensi ini. Grafik yan elah dinormalisasi disaikan pada Gambar 4. Gempa Buchares, Rumania, 977 yaiu empa yan mempunyai Maniude 6,5 Richer dan arak episenum 5,6 km percepaan maksimum sebesar 5,4 cm/d. Berdasarkan krieria yan disusun oleh Tso dkk. (99), empa ersebu erolon empa yan mempunyai frekuensi rendah. Grafik yan elah dinormalisasi disaikan pada Gambar Periode (d) Gambar 4. Rekaman Gempa Koyna Scale Down 0,0 (0 d) Periode (d) Gambar 5. Rekaman Gempa Buchares Scale Down 0,435 ( d). Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, Vol. 8, No., 005: 9

12 Ala Analisis. Peneliian ini didasarkan aas analisis dinamika srukur denan model anah yan dipakai dan beban empa seperi disebukan sebelumnya. Unuk keperluan analisis ersebu perlu dibua suau proram sederhana yan dapa menhasilkan respon dinamik berupa pola/raam oyanan yan eradi berupa : simpanan, kecepaana dan percepaan. Cara Analisis. Perama yan perlu dihiun adalah kekakuan iap-iap lapis anah. Massa dan kekakuan unuk seiap lapis anah dapa dihiun denan memakai prinsip shear buildins berdasarkan persamaan dan 3. Tambahan eanan verikal akiba adanya beban pada permukaan dapa diunakan persamaan 5. Seelah nilai koordina mode shapes dihiun denan proram, maka proses analisis berikunya adalah inerasi secara numerik aas persamaan independen seperi pada persamaan 4. Meode cenral difference dipakai unuk menhiun nilai seperi erliha pada persamaan ersebu. Unuk dapa menhiun fakor ampliudo iap-iap mode, Z maka nilai parisipasi iap-iap mode (mode paricipaion facors) dapa dihiun dahulu denan menunakan persamaan 0. Nilai fakor ampliudo Z merupakan funsi dari waku. Selanunya simpanan horisonal, kecepaan dan percepaan pada anah dapa dihiun denan menunakan persamaan 9, 0, dan. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kandunan Frekuensi pada Respon Spekrum Beban Gempa. Selain denan cara seperi yan elah dikemukakan sebelumnya, maka respon spekrum sebeulnya ua dapa dipakai unuk meneahui kandunan/sebaran frekuensi empa. Sudi inensif seperi yan dilakukan oleh Seed dkk. (976), Sucuolu dan Nuru (995) menunukkan bahwa kondisi/properi anah dimana elomban empa meramba. Denan demikian respon spekrum dapa dipakai unuk mendeeksi kandunan frekuensi empa. Perbandinan benuk respon spekrum empa Koyna dan Buchares disaikan pada Gambar 6. Pada ambar ersebu ampak bahwa disribusi respon spekrum empa Koyna mencapai puncak-puncaknya pada renan yan relaif sempi dan berada pada periode ear anara 0,0-0,40 d. Hal ini sesuai denan eori secara umum aau seperi yan disampaikan oleh Kramer (996) bahwa empa bumi yan mempunyai kandunan frekuensi relaif ini, puncak-puncak spekrumnya mempunyai renan yan relaif sempi. Hal ini ua dikaakan bahwa periode dominan (predominan period) empa relaif lebih elas leaknya, karena puncak spekrumnya relaif sempi., yaiu sebesar T = 0.6 d. Sedankan empa Buchares sana berbeda dibandin denan empa Koyna. Benuk spekrum empa ini cenderun menyebar pada renan yan relaif lebar yaiu anara,35,68 d. Walaupun frekuensi empa menyebar pada renan yan relaif lebar, eapi frekuensi yan dianap dominan umumnya ua dapa diprakirakan, yaiu Penaruh Beban pada Permukaan Tanah (As a Puiano) 3

13 sebesar T =.68 d. Dari dua daa empa ersebu berari bahwa idak ada periode ear yan dominan aau idak ada frekuensi yan dominan. Hasil seperi ini senada seperi yan disampaikan oleh Kramer (996). Denan perbedaan kandunan frekuensi ersebu, diharapkan keduanya akan mempunyai penaruh yan berbeda erhadap respon srukur. 400 Respon Percepaan (cm/d ) Periode Gear (d) Gambar 6. Respon Spekrum Efek Normalisasi Percepaan Tanah erhadap Simpanan. Normalisasi empa yan dimaksud dalam hal ini adalah bahwa semua percepaan anah akiba empa Koyna dan Buchares diskala sedemikian sehina percepaan anah maksimumnya sama denan empa Buchares, yaiu sebesar 56.8 cm/d. Denan percepaan anah yan sama, maka akan dapa dikeahui seberapa besar penaruh empa masin-masin erhadap respon (simpanan, kecepaan, dan percepaan) pada srukur yan sama denan srukur sebelumnya. Kadan-kadan hal ersebu ua diisilahkan sebaai damae poensial aau daya rusak empa erhadap srukur. Unuk membahas masalah ersebu dapa diinau dari hasil perbandinan simpanan horisonalnya. Hasil simpanan anah lapis eraas akiba empa Koyna anpa beban dan denan beban banunan sebesar 3000 on, 6000 on, on, dan 5000 on yan elah diabun menadi sau disaikan pada ambar 7, sedankan akiba empa Buchares disaikan pada Gambar 8. Perbandinannya selenkapnya disaikan pada Tabel. 4 Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, Vol. 8, No., 005: 9

14 , Simpanan Akiba Gempa Koyna (cm) 0,9 0,6 0,3-0,3-0,6-0,9 -, Waku (d) Gambar 7. Simpanan vs. Waku lapis eraas akiba Gempa Koyna. Beban 0 Ton Beban 3000 Ton Beban 6000 Ton Beban Ton Beban 5000 Ton,6, Simpanan Akiba Gempa Buchares (cm) 0,8 0,4-0,4-0,8 -, -, Waku (d) Beban 0 Ton Beban 3000 Ton Beban 6000 Ton Beban Ton Beban 5000 Ton Gambar 8. Simpanan vs. Waku lapis eraas akiba Gempa Buchares. Dari kedua kondisi ersebu simpanan anah berada pada sau phase arinya simpanan horisonal unuk semua beban yan berbeda eradi pada arah yan sama, baik akiba empa Koyna maupun Buchares. Besarnya perbandinan simpanan akiba empa Buchares anara,8 sampai denan,39 kali lebih besar dari pada empa Koyna, perbandinan ersebu mesinya sama karena percepaan empanya sama, namun ernyaa hasilnya idak sama. Kondisi ersebu menunukan bahwa parameer percepaan anah bukan sau- Penaruh Beban pada Permukaan Tanah (As a Puiano) 5

15 saunya parameer yan dapa dipakai unuk meneahui damae poenial suau empa eapi erdapa parameer lain yan harus diperhaikan. Kondisi ersebu ua diunukan adanya perbandinan kecepaan dan percepaan. Tabel. Selisih Respon maksimum anara anah akiba empa Buchares erhadap Koyna Beban Simpanan Kecepaan Percepaan (Ton) Buchares Koyna Selisih Buchares Koyna Selisih Buchares Koyna Selisih 0,54,8,37 5,975 6,393 0,97 8,636 38,79 0, ,36 0,98,39 4,368 5,839 0,9 08, ,779 0, ,48 0,9,37,63 5,3 0,8 75, ,358 0, ,67 0,858,36 0,70 5,46 0,69 75, ,78 0, ,095 0,853,8 0,058 6,077 0,63 69, ,54 0,46 Oleh karena iu kalau menanap bahwa percepaan anah merupakan sausaunya parameer empa adalah idak epa, aau dapa dikaakan bahwa parameer percepaan anah unuk mendiskripsikan damae poenial suau empa idaklah selalu valid. Hasil ersebu idaklah bersifa kasuisik melainkan dapa meneala sebaaimana diunukan oleh hasil penamaan kerusakan srukur akiba empa di lapanan seperi disampaikan oleh Housner (97) pada empa Parkfield di California pada ahun 966 dan empa Elcenro pada ahun 940. Gempa Parkfied mempunyai percepaan anah maksimum kuran lebih 0.48, namun demikian kerusakan yan eradi hanya relaif kecil (lile damae) ika dibandinkan denan empa Elcenro yan mempunyai percepaan anah maksimum 0.3. Hal inilah yan disebu oleh para ahli sebaai suau paradoks, karena percepaan anah akiba empa yan auh lebih besar usru idak menakibakan kerusakan banunan yan berari. Para penelii waku iu menyimpulkan bahwa oncanan empa yan kua eapi hanya eradi waku yan relaif sinka (pada empa Parkfied) idak akan menakibakan kerusakan. Kemunkinan yan kedua adalah adanya redaman yan cukup kua pada srukur, sehina respon srukur/kerusakan dapa dieliminasi. Lebih auh Housner (97) ua memberikan buki keidak akuraan percepaan anah akiba empa yaiu empa Koyna di India pada ahun 967. Percepaan anah maksimum akiba empa pada Dam Koyna kuran lebih mencapai 0.5, namun kerusakan pada dam relaif kecil walaupun dam hanya didisain denan aya horisonal 0.05 (berdasarkan eori meode ekivalen saik). Buki lain menunukan bahwa kerusakan kecil ua hanya eradi pada banunan 3- inka yan berarak 0 km dari paahan (pusa empa) denan esimasi percepaan anah sebesar 0.3. Berdasarkan buki-buki dilapanan, Tso dkk. (99), Paulay dan Priesley (99), Rodriuez (994) menaakan hal yan senada. Keidak akuraan anah sebaai parameer empa dapa dielaskan denan membua suau kaian/analisis denan memperhaikan kedekaan anara frekuensi beban dan frekuensi srukur. 6 Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, Vol. 8, No., 005: 9

16 Penaruh Pembebanan erhadap Simpanan. Dari hasil simpanan yan disaikan pada Tabel ersebu, erliha bahwa semakin besar beban, simpanan yan eradi semakin kecil baik akiba empa Buchares maupun Koyna. Hal ersebu sesuai denan eori earan, yan dirumuskan denan = k m, denan semakin besarnya beban maka srukur akan mempunyai kekakuan (k) lebih besar pula, ika massa (m) berambah besar dan iniial eienvalue ( ) eap, sera menhasilkan Frekwensi naural ( ) yan lebih besar, maka menuru persamaam T = akan menhasilkan periode ear (T) yan lebih kecil. Jika periode ear kecil dan nilai frekwensi naural besar maka simpanan horisonalnya akan menadi lebih kecil. Disampin iu denan beramabah besarnya kekakuan anah akan mempunyai redaman yan lebih besar pula, sehina kemampuan unuk meredam earan semakin besar pula. Dari kondisi ersebu dapa disimpulkan, bahwa semakin besar beban maka akan menakibakan simpanannya semakin kecil Kandunan Frekuensi Srukur erhadap Simpanan. Kandunan frekuensi srukur dapa dihiun denan cara sebaaimana yan disampaikan oleh Tso dkk. (99), yaiu denan membandinkan anara percepaan dan kecepaan anah maksimum, aau serin dikenal denan Konsep A/V raio. Yaiu denan cara membai percepaan (cm/d ) denan raviasi (980 cm/d ), kemudian dibai lai denan kecepaan yan sauannya elah diadikan (m/d). Hasil selenkapnya akiba empa Buchares disaikan pada Tabel, dan akiba empa koyna disaikan pada Tabel 3. Tabel. Kandunan Frekuensi A/V rasio Akiba Gempa Buchares. Beban (Ton) Simpanan (cm) Kecepaan (cm/d) Percepaan (cm/d) Aplikasi (%) Frekuensi (cps) 0,54 5,975 8,636 45,8, ,3608 4,368 08,578 33,0, ,477,63 85,676 8,4, ,670 0,70 75,778,0, ,0953 0,058 69,567 8,4,7 Tabel 3. Kandunan Frekuensi A/V rasio Akiba Gempa Koyna. Beban (Ton) Simpanan (cm) Kecepaan (cm/d) Percepaan (cm/d) Aplikasi (%) Frekuensi (cps) 0,80 6,393 38,79 09,69, ,987 5, ,779,6, ,908 5,3 367,358 34,8, ,8577 5,46 379,78 40,5, ,8534 6, ,54 36,30,35 Penaruh Beban pada Permukaan Tanah (As a Puiano) 7

17 Frekuensi dominan empa Buchares pada base rock sebesar 0,6 /m/d, sedankan kandunan frekuensi pada lapis eraas anara,46 sampai denan,7. Frekuensi dominan empa Koyna pada base rock sebesar,68 /m/d, sedankan kandunan frekuensi pada lapis eraas anara,05 sampai denan,49. Dari Tabel dan Tabel 3 ersebu menunukan bahwa semakin besar beban, frekuensi pada lapis eraas semakin menauhi frekuensi dominannya. Sedankan simpanan menunukan bahwa semakin besar beban, simpanan yan eradi pada lapis eraas semakin kecil. Hal ersebu menunukan bahwa denan semakin menauhinya frekuensi lapis anah eraas erhadap frekuensi dominan akan menakibakan semakin kecil simpanannya. Sebaliknya denan semakin dekanya frekuensi srukur erhadap frekuensi empa menakibakan simpanan cenderun semakin besar. Hasil ersebu menunukan bahwa akiba empa Buchares maupun Koyna frekuensi srukur idak ada yan berimpi denan frekuensi empa, yan berari bahwa r idak sama denan, sehina dapa disimpulkan bahwa akiba empa Koyna dan Buchares idak akan eradi resonansi, yan berari bahwa srukur anah idak akan hancur oal. Selisih frekuensi ua masih masih auh (idak berdekaan) sehina simpanan yan eradi idak ada yan menalami pembesaran. Hal inilah yan dikaakan bahwa frekuensi yan eradi mempunyai efek posiif erhadap respon elasik sruur. KESIMPULAN Dari hasil analisis dan pembahasan yan elah dilakukan dapa diambil beberapa kesimpulan sebaai beriku :. Semakin besar beban menakibakan simpanan semakin kecil, baik akiba empa denan frekuensi ini maupun frekuensi rendah.. Denan percepaan maksimum sama akiba empa Koyna dan Buchares, namun mempunyai frekuensi yan berbeda, menakibakan respon yan idak sama besar. 3. Parameer percepaan anah bukan sau-saunya parameer yan dapa dipakai unuk meneahui damae poenial (daya rusak) suau empa eapi erdapa parameer lain yan harus diperhaikan. 4. Kandunan frekuensi empa Koyna maupun Buchares erhadap frekuensi srukur masih cukup auh (idak berimpi), sehina ika eradi empa denan frekuensi ersebu srukur anah idak akan menalami resonansi. 8 Jurnal Ilmiah Semesa Teknika, Vol. 8, No., 005: 9

18 DAFTAR PUSTAKA Clouh, R.W., Penzien, J., 988, Dinamika Srukur, (eremahan) ilid sau dan dua, Erlana Jakara. Das, B. M., 993, Principles of Soil Dynamic, PWS-Ken Publishin Company, Boson. Housner, G.W., 97, Earquake Reasearch for Nuclear Power Plans, Journal of he Power Devision, ASCE, Vol 97, PO. Meskouris, K., Krazi W.B., 989, Seismic Damae Assemen of Buildin, Proceedin of The Inernaional Conference of Earquake Resisan Consruion and Desin. Paz, M., 993, Dinamika Srukur, (eremahan edisi ke-3), Erlana, Jakara. Paulay, T., Priesly, M.J.N., 99, Seismic Desin of Reinforce Concree and Mansonry Buildin, John Wiley and Sons Inc. Rodiuesz, M., A Measure of he Capaciy of Earquake Ground Moions o Damae Srucure, Journal of Earquake Enineerin and Srucure Dynamic, Vol. 3, pp Trifunac, M. D., 997, Relaive Erhquake Moion of Buildin Foundaion, ASCE Journal, Vol. 3 No. 4., pae 46, Widodo, 997, Validasi Parameer Percepaan Tanah dan efek Frekwensi Gempa Terhadap Respon Srukur Banunan Berinka, Journal Teknisia Vol. II, No. 7, pp. -5, UII, Yoyakara. Widodo, 00, Respon Dinamik Srukur Elasik, UII Press Joakara, Yoyakara. Penaruh Beban pada Permukaan Tanah (As a Puiano) 9

Pengaruh Lapisan Pasir di Bawah Fondasi terhadap Redaman dan Frekuensi Natural Akibat Beban Gempa

Pengaruh Lapisan Pasir di Bawah Fondasi terhadap Redaman dan Frekuensi Natural Akibat Beban Gempa 8 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol., No., 8-43, Mei 009 Penaruh Lapisan Pasir di Bawah Fondasi erhadap Redaman dan Frekuensi Naural Akiba Beban Gempa (Effec of Sand Layer under Foundaion on Dampin and

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. Waktu : 3 jam

SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. Waktu : 3 jam SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 05 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA Waku : 3 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

[1.7 Hukum Kekekalan Energi]

[1.7 Hukum Kekekalan Energi] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 07 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [FISIKA] [.7 Hukum Kekekalan Eneri] [Susilo] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 07 .7

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Kinematika. Posisi ; kedudukan suatu benda disuatu saat relatif terhadap suatu titik acuan.

Kinematika. Posisi ; kedudukan suatu benda disuatu saat relatif terhadap suatu titik acuan. Kinemaika mempelajari erak benda anpa mempelajari penyebabnya. Posisi ; kedudukan suau benda disuau saa relaif erhadap suau iik acuan. Linasan ; S ab perpindahan suau benda dari suau posisi ke ab p p p

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN BOOST CHOPPER STEP UP (BCSU) yang dirancang dan sistem yang dibuat adalah rangkaian tertutup.

BAB III PERANCANGAN BOOST CHOPPER STEP UP (BCSU) yang dirancang dan sistem yang dibuat adalah rangkaian tertutup. BAB III PEANCANGAN BOOS CHOPPE SEP UP (BCSU) BCSU yan dirancan unuk menhasilkan eanan keluaran sebesar 48 vol denan daya 6 Wa dan eanan masukannya adalah vol, spesifikasi i sesuai denan aplikasi aau kebuuhan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah horizontal dan vertikal

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah horizontal dan vertikal Hubungan Koefesien Konsolidasi arah Verikal (C v ) dan Horizonal (C h ) Pada Tanah Marine Clay ( sudi kasus : Kawasan Indusri Terboyo - Semarang Uara) Penulis : Daniel Harano 1. Pendahuluan Laar Belakang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci