BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran PNS di kota Salatiga Pemerintah Kota Salatiga pada tahun 2013 mempunyai orang Pegawai Negeri Sipil yang tersebar di 26 Satuan Kerja Perangkat Daerah. Tabel 4. Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga No SKPD Jumlah % 1. Badan Kepegawaian Daerah 42 0,95 2. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 42 0,95 3. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan 44 1,00 Penanaman Modal 4. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, 47 1,07 Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 36 0,82 6. Dinas Bina Marga dan Pendayagunaan Sumber 66 1,50 Daya Air 7. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang 198 4,50 8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 34 0,77 9. Dinas Kesehatan 387 8, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset 83 1,88 Daerah 11. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga , Dinas Perhubungan Komunikasi Kebudayaan dan 84 1,91 Pariwisata 13. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan 113 2,56 Usaha Mikro Kecil dan Menengah 14. Dinas Pertanian dan Perikanan 78 1, Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi 45 1, Inspektorat 37 0, Kantor Lingkungan Hidup 21 0, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah 25 0, Rumah Sakit Umum Daerah , Satuan Polisi Pamong Praja 58 1, Sekretariat Daerah 165 3, Sekretariat DPRD 27 0, Kecamatan Argomulyo 79 1, Kecamatan Sidomukti 62 1, Kecamatan Sidorejo 81 1, Kecamatan Tingkir 83 1,87 Jumlah ,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Desember

2 Dilihat dari tingkat pendidikan, maka komposisi Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kota Salatiga adalah sebagai berikut: Tabel 5. Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah % 1. SD 145 3,29 2. SLTP 141 3,20 3. SLTA ,71 4. DI 11 0,25 5. DII 115 2,61 6. DIII ,77 7. DIV 29 0,66 8. S ,93 9. S , S3 1 0,02 Jumlah ,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Desember 2013 Komposisi Pejabat struktural pada Pemerintah Kota Salatiga adalah sebagai berikut: Tabel 6. Pejabat Struktural Pemerintah Kota Salatiga Berdasarkan Eselon No Eselon Jumlah 1. IIa (Pimpinan Tinggi Pratama) 1 2. IIb (Pimpinan Tinggi Pratama) IIIa (Administrator) IIIb (Administrator) IVa (Pengawas) IVb (Pengawas) 115 Jumlah 581 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Desember 2013 Berdasarkan data tersebut, 581 jabatan struktural pada Pemerintah Kota Salatiga terdiri dari eselon IIa atau disetarakan dengan Pimpinan Tinggi Pratama yaitu Sekretaris Daerah, eselon IIb atau disetarakan dengan Pimpinan Tinggi Pratama yaitu Asisten Sekretaris Daerah, Staf Ahli Walikota, Kepala Badan, Kepala Dinas, Inspektur dan Direktur RSUD. Eselon IIIa atau disetarakan dengan administrator yaitu Camat, Kepala Bagian pada Sekretariat Daerah, Kepala bagian pada Sekretariat DPRD, Kepala Kantor, Inspektur Pembantu Wilayah, Sekretaris Badan, 72

3 Sekretaris Dinas, Wakil Direktur RSUD. Eselon IIIb atau disetarakan dengan administrator yaitu Kepala Bidang, dan Sekretaris Kecamatan. Eselon IVa atau disetarakan Pengawas adalah Kasi pada Dinas, Kasi pada Kantor, Kasi pada Kecamatan, Kasubbid pada Badan, kasubbag pada Sekretariat Daerah, Kasubbag pada Sekretariat DPRD, Kasubbag pada Dinas, Kasubbag pada Badan, Kasubbag pada Kantor, Lurah dan Kepala UPTD. Eselon IVb atau disetarakan pengawas terdiri dari Kasubbag pada Kecamatan, Sekretaris Kelurahan dan Kasi pada Kelurahan. Komposisi Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kota Salatiga berdasarkan golongan adalah sebagai berikut: Tabel 7. Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga Berdasarkan Golongan No Golongan Jumlah % 1. IV/d 4 0,01 2. IV/c 24 0,05 3. IV/b 81 1,84 4. IV/a ,23 5. III/d ,91 6. III/c ,73 7. III/b ,70 8. III/a ,39 9. II/d 211 4, II/c 427 9, II/b 286 6, II/a 97 2, I/d 68 1, I/c 21 0, I/b 86 1, I/a 19 0,43 Jumlah ,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Desember 2013 Sedangkan komposisi Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kota Salatiga berdasarkan usia adalah sebagai berikut: Tabel 8. Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga Berdasarkan Usia No Usia (Tahun) Jumlah % , ,02 73

4 , ,41 Jumlah ,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Desember 2013 Berdasarkan data diatas terlihat bahwa Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kota Salatiga didominasi oleh pegawai yang telah berusia tahun. 2. Pegawai Negeri Sipil yang mencapai Batas Usia Pensiun pada Pemerintah Kota Salatiga Pegawai Negeri Sipil yang mencapai batas usia pensiun tahun 2014 adalah sebagai berikut: Tabel 9. Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Salatiga yang Mencapai Batas Usia Pensiun Tahun 2014 Sebelum Berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 No SKPD Jumlah % 1. Badan Kepegawaian Daerah Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 1 0,68 3. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan 7 4,76 Penanaman Modal 4. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, 1 0,68 Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 1 0,68 6. Dinas Bina Marga dan Pendayagunaan Sumber 4 2,72 Daya Air 7. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang 5 3,40 8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 3 2,04 9. Dinas Kesehatan 4 2, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan 2 1,36 Aset Daerah 11. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga 56 38, Dinas Perhubungan Komunikasi Kebudayaan 1 0,68 dan Pariwisata 13. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan 4 2,72 Usaha Mikro Kecil dan Menengah 14. Dinas Pertanian dan Perikanan 7 4, Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan 5 3,40 Transmigrasi 16. Inspektorat 4 2, Kantor Lingkungan Hidup 1 0, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Rumah Sakit Umum Daerah 13 8, Satuan Polisi Pamong Praja 2 1, Sekretariat Daerah 5 3,40 74

5 22. Sekretariat DPRD 3 2, Kecamatan Argomulyo 2 1, Kecamatan Sidomukti 5 3, Kecamatan Sidorejo 7 4, Kecamatan Tingkir 4 2,72 Jumlah ,00 Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kota Salatiga per 31 Desember 2013 Berdasarkan data tersebut, sebanyak 38,10 % dari jumlah 147 PNS yang pensiun pada tahun 2014, 75 didominasi oleh PNS dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga yang berprofesi sebagai guru. Sedangkan pegawai yang Pensiun Bulan Januari 2014 sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 adalah sebagai berikut: Tabel 10. Pegawai Negeri Sipil yang Pensiun Bulan Januari Tahun 2014 sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 No Jabatan Jumlah % 1. Eselon IIa (Pimpinan Tinggi Pratama) 0 0,00 2. Eselon IIb (Pimpinan Tinggi Pratama) 0 0,00 3. Eselon IIIa (Administrator) 0 0,00 4. Eselon IIIb (Administrator) 0 0,00 5. Eselon IVa (Pengawas) 6 85,71 6. Eselon IVb (Pengawas) 0 0,00 7. Fungsional Umum (Pelaksana) 1 14,29 Jumlah 7 100,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Desember 2013 Pegawai Negeri Sipil yang tetap mengajukan pensiun bulan Februari sampai dengan bulan Desember tahun 2014 adalah sebagai berikut: Tabel 11. Pegawai Negeri Sipil yang Tetap Pensiun Tahun 2014 No Jabatan Jumlah % 1. Eselon IIa (Pimpinan Tinggi Pratama) 0 0,00 2. Eselon IIb (Pimpinan Tinggi Pratama) 0 0,00 3. Eselon IIIa (Administrator) 0 0,00 4. Eselon IIIb (Administrator) 1 1,92 5. Eselon IVa (Pengawas) 6 11,54 6. Eselon IVb (Pengawas) 0 0,00 7. Fungsional Umum (Pelaksana) 9 17,31 8. Fungsional tertentu 36 69,23 Jumlah ,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Januari 2014

6 Berdasarkan data tersebut, dari jumlah 52 orang yang tetap pensiun didominasi oleh fungsional tertentu yang tidak mendapatkan perpanjangan batas usia pensiun. Pegawai negeri sipil yang bersedia melaksanakan tugas kembali adalah sebagai berikut: Tabel 12. Pegawai Negeri Sipil yang Bersedia Melaksanakan Tugas Kembali No Jabatan Jumlah % 1. Eselon IIa (Pimpinan Tinggi Pratama) 1 1,23 2. Eselon IIb (Pimpinan Tinggi Pratama) 7 8,64 3. Eselon IIIa (Administrator) 4 4,94 4. Eselon IIIb (Administrator) 4 4,94 5. Eselon IVa (Pengawas) 16 19,75 6. Eselon IVb (Pengawas) 7 8,64 7. Fungsional Umum (Pelaksana) 42 51,85 Jumlah ,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Januari 2014 Berdasarkan data tersebut, dari jumlah 81 orang yang bersedia melaksanakan tugas kembali, pejabat struktural eselon II semuanya bersedia melaksanakan tugas kembali, termasuk 2 orang Pejabat struktural eselon II yang seharusnya pensiun tahun 2013 kemudian diperpanjang karena kebutuhan organisasi yaitu kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang pensiun tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 13. Pegawai Negeri Sipil yang Pensiun Tahun 2015 No Jabatan Jumlah % 1. Eselon IIa (Pimpinan Tinggi Pratama) Eselon IIb (Pimpinan Tinggi Pratama) Eselon IIIa (Administrator) Eselon IIIb (Administrator) Eselon IVa (Pengawas) Eselon IVb (Pengawas) Fungsional Umum (Pelaksana) Fungsional tertentu Jumlah Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Januari

7 Berdasarkan data tersebut, pada tahun 2015 Pegawai Negeri Sipil yang pensiun hanya fungsional tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan pejabat struktural dan pelaksana (fungsional umum) diperpanjang batas usia pensiunnya. berikut: Pegawai Negeri Sipil yang pensiun tahun 2016 adalah sebagai Tabel 14. Pegawai Negeri Sipil yang Pensiun Tahun 2016 No Jabatan Jumlah % 1. Eselon IIa (Pimpinan Tinggi Pratama) 0 0,00 2. Eselon IIb (Pimpinan Tinggi Pratama) 0 0,00 3. Eselon IIIa (Administrator) 4 3,20 4. Eselon IIIb (Administrator) 4 3,20 5. Eselon IVa (Pengawas) 16 12,80 6. Eselon IVb (Pengawas) 7 5,60 7. Fungsional Umum (Pelaksana) 42 33,60 8. Fungsional tertentu 54 43,20 Jumlah ,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Januari 2014 Berdasarkan data tersebut, pada tahun 2016 pejabat struktural yang pensiun sebanyak 31 orang, fungsional umum (pelaksana) sebanyak 42 orang, dan fungsional tertentu sebanyak 54 orang. Pejabat struktural dan pelaksana yang pensiun di tahun 2016 adalah Pegawai Negeri Sipil yang seharusnya pensiun di tahun 2014 sebelum adanya perpanjangan batas usia pensiun, namun karena bersedia melaksanakan tugas kembali, diperpanjang 2 tahun sampai usia 58 tahun. berikut: Pegawai Negeri Sipil yang pensiun Tahun 2017 adalah sebagai Tabel 15. Pegawai Negeri Sipil yang Pensiun Tahun 2017 No Jabatan Jumlah % 1. Eselon IIa (Pimpinan Tinggi Pratama) 0 0,00 2. Eselon IIb (Pimpinan Tinggi Pratama) 2 1,30 3. Eselon IIIa (Administrator) 5 3,25 4. Eselon IIIb (Administrator) 6 3,90 5. Eselon IVa (Pengawas) 17 11,04 6. Eselon IVb (Pengawas) 9 5,84 77

8 7. Fungsional Umum (Pelaksana) 47 30,51 8. Fungsional tertentu 68 44,16 Jumlah ,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Januari 2014 Berdasarkan data tersebut, pada tahun 2017 pejabat struktural yang pensiun sebanyak 39 orang, pelaksana (fungsional umum) sebanyak 47 orang, dan fungsional tertentu sebanyak 68 orang. Pejabat struktural dan pelaksana yang pensiun di tahun 2017 adalah pegawai negeri sipil yang sebelum adanya perpanjangan batas usia pensiun seharusnya pensiun di tahun 2015, termasuk 2 orang pejabat struktural eselon II yang telah diperpanjang batas usia pensiunnya di tahun berikut: Pegawai Negeri Sipil yang pensiun tahun 2018 adalah sebagai Tabel 16. Pegawai Negeri Sipil yang Pensiun Tahun 2018 No Jabatan Jumlah % 1. Eselon IIa (Pimpinan Tinggi Pratama) 1 0,50 2. Eselon IIb (Pimpinan Tinggi Pratama) 5 2,50 3. Eselon IIIa (Administrator) 3 1,50 4. Eselon IIIb (Administrator) 2 1,00 5. Eselon IVa (Pengawas) 16 8,00 6. Eselon IVb (Pengawas) 7 3,50 7. Fungsional Umum (Pelaksana) 68 34,00 8. Fungsional tertentu 98 49,00 Jumlah ,00 Sumber: BKD Kota Salatiga, data per 31 Januari 2014 Berdasarkan data tersebut, pada tahun 2018 pejabat struktural yang pensiun sebanyak 34 orang, pelaksana (fungsional umum) sebanyak 68 orang, dan fungsional tertentu sebanyak 98 orang. Pejabat struktural eselon II yang pensiun di tahun 2018 adalah Pegawai Negeri Sipil yang sebelum adanya perpanjangan batas usia pensiun seharusnya pensiun di tahun 2014, yaitu 1 Orang Pejabat Struktural Eselon IIa dan 5 orang Pejabat Struktural Eselon IIb. 78

9 3. Mekanisme Pelaksanaan Perpanjangan Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 pada Pemerintah Kota Salatiga. Pelaksanaan perpanjangan batas usia pensiun PNS disampaikan oleh Adhi Isnanto, S.Sos, M.Si selaku Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Salatiga mulai berlaku sejak 01 februari Dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis, Adhi Isnanto, S.Sos, M.Si menyatakan bahwa: yang diambil oleh 16 orang atau lanjut. Ada yang mengambil kesempatan. Perpanjangan BUP untuk PNS struktural dan fungsional umum ini sudah tertinggal dari yang lain misalnya guru yang pensiun usia 60 tahun. Dengan meningkatnya angka harapan hidup maka usia 56 sebenarnya PNS masih cukup produktif. sehingga cukup logis jika PNS diberi penghargaan dengan perpanjangan 128 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ditindaklanjuti dengan Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.7-3/99 Tanggal 17 Januari 2014 Perihal Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil berlaku efektif bagi Pegawai Negeri Sipil yang mencapai batas usia pensiun tanggal 1 Februari 2014 dan seterusnya. Berkenaan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor. Bl4SlM.PAN-RB/O1 /2014 tanggal 3 Januari 2014 perihal Tindak Lanjut Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, sambil menunggu ditetapkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil, diatur halhal sebagai berikut: a. Dalam Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, ditentukan bahwa: 1) Jabatan Aparatur Sipil Negara terdiri atas: Juli Wawancara dengan Adhi Isnanto,S.Sos, selaku Kepala BKD kota Salatiga, pada Selasa 22 79

10 a) Jabatan Administrasi; b) Jabatan Fungsional; dan c) Jabatan Pimpinan Tinggi. 2) Jabatan Administrasi terdiri atas: a) Jabatan Administrator; b) Jabatan Pengawas; dan c) Jabatan Pelaksana. 3) Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas: a) Jabatan Pimpinan Tinggi Utama; b) Jabatan Pimpinan Tinggi Madya; dan c) Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama. b. Dalam Pasal 87 ayat (1) huruf c dan Pasal 90 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, ditentukan bahwa Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat karena mencapai batas usia pensiun, yaitu: 1) 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi; 2) 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi; dan 3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat Fungsional. c. Dalam Pasal 131 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, ditentukan bahwa pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, terhadap jabatan Pegawai Negeri Sipil dilakukan penyetaraan: 1) jabatan eselon la Kepala lembaga pemerintah nonkementerian setara dengan Jabatan Pimpinan Tinggi Utama; 2) jabatan eselon la dan eselon lb setara dengan Jabatan Pimpinan Tinggi Madya; 3) jabatan eselon ll setara dengan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama; 4) jabatan eselon lll setara dengan Jabatan Administrator; 5) jabatan eselon lv setara dengan Jabatan Pengawas; dan 80

11 6) jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan Jabatan Pelaksana. Berdasarkan ketentuan tersebut, pada saat mulai berlakunya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 (15 Januari 2014) maka: a. Batas Usia Pensiun (BUP) Pejabat Pimpinan Tinggi Utama, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, dan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon I dan eselon ll) adalah 60 (enam puluh) tahun tanpa melalui mekanisme perpanjangan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. b. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan Tinggi Madya, dan Pimpinan Tinggi Pratama (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon I dan eselon ll) belum berusia 60 (enam puluh) tahun tetapi keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil telah ditetapkan karena mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun atau lebih dan pemberhentiannya ditetapkan berlaku terhitung mulai akhir Januari 2014 dan seterusnya, berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) apabila tidak diberhentikan dari jabatannya, maka batas usia pensiunnya 60 (enam puluh) tahun; 2) apabila telah diberhentikan dari jabatannya, maka batas usia pensiunnya 58 (lima puluh delapan) tahun; 3) apabila telah diberhentikan dari jabatannya dan usianya lebih dari 58 (lima puluh delapan) tahun, maka diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan pemberhentian dari jabatannya. c. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1) dan angka 2) telah diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun atau lebih dan pemberhentiannya ditetapkan 81

12 berlaku terhitung mulai akhir Januari 2014 dan seterusnya, berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) apabila keputusan pemberhentiannya telah ditetapkan baik yang sudah diterima maupun yang belum diterima oleh yang bersangkutan dan masih bersedia melaksanakan tugas, maka keputusan pemberhentian dan kenaikan pangkat pengabdiannya (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) ditinjau kembali; 2) apabila keputusan pemberhentiannya telah ditetapkan, baik yang sudah diterima maupun yang belum diterima oleh yang bersangkutan tetapi tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, maka mengajukan surat pernyataan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian, dan keputusan pemberhentian serta pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya yang sudah ditetapkan (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) tetap berlaku. Dalam hal demikian, apabila yang bersangkutan masih bersedia melaksanakan tugas, maka keputusan pemberhentiannya dan kenaikan pangkat pengabdiannya (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) ditinjau kembali. Apabila yang bersangkutan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, maka mengajukan surat pernyataan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian, dan keputusan pemberhentian serta pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya yang sudah ditetapkan (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) tetap berlaku. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang sebelumnya menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan Tinggi Madya, dan Pimpinan Tinggi Pratama (sebelumnya dikenal sebagai jabatan struktural eselon I dan eselon II) dan sedang menjalani masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun, maka berlaku ketentuan sebagai berikut: 82

13 1) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun telah berusia 58 (lima puluh delapan) tahun atau lebih, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan perundang-undangan. 2) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun belum berusia 58 (lima puluh delapan) tahun dan yang bersangkutan masih bersedia melaksanakan tugas, maka ditugaskan kembali dengan ketentuan tidak berhak lagi mengajukan masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun pada saat akan mencapai batas usia pensiun 58 (lima puluh delapan) tahun. 3) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun belum berusia 58 (lima puluh delapan) tahun, dan tidak bersedia melaksanakan tugas kembali, maka yang bersangkutan mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian. Keputusan pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Batas Usia Pensiun (BUP) Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, dan Pejabat Pelaksana (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon III ke bawah dan fungsional umum) adalah 58 (lima puluh delapan) tahun. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, dan Jabatan Pelaksana (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon III ke bawah dan jabatan fungsional umum) belum berusia 56 (lima puluh enam) tahun, tetapi keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil telah ditetapkan karena mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun dan pemberhentiannya ditetapkan berlaku terhitung mulai akhir Januari 2014 dan seterusnya, berlaku ketentuan sebagai berikut: 83

14 1) apabila keputusan pemberhentiannya telah ditetapkan baik yang sudah diterima maupun yang belum diterima oleh yang bersangkutan dan masih bersedia melaksanakan tugas, maka keputusan pemberhentian dan kenaikan pangkat pengabdiannya (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) ditinjau kembali; dan 2) apabila keputusan pemberhentiannya telah ditetapkan, baik yang sudah diterima oleh yang bersangkutan tetapi tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, maka mengajukan surat pernyataan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian, dan keputusan pemberhentian serta pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya yang sudah ditetapkan (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) tetap berlaku. Dalam hal terdapat Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, dan Pejabat Pelaksana (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon lll ke bawah dan fungsional umum), sedang menjalani masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun, maka berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun dan masih bersedia melaksanakan tugas, maka ditugaskan kembali dengan ketentuan tidak berhak lagi mengajukan masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun pada saat akan mencapai batas usia pensiun 58 (lima puluh delapan) tahun. 2) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun dan tidak bersedia melaksanakan tugas kembali, maka yang bersangkutan mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian. Keputusan pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 84

15 Batas usia pensiun bagi pejabat fungsional yang tidak ada perpanjangan batas usia pensiunnya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku saat ini, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan sementara dari jabatan negeri karena ditahan oleh pihak yang berwajib karena menjadi tersangka tindak pidana dan belum berusia 56 (lima puluh enam) tahun pada Desember 2013, maka batas usia pensiunnya 58 (lima puluh delapan) tahun. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dari jabatan organik karena diangkat sebagai Pejabat Negara atau Kepala Desa, dan belum berusia 56 (lima puluh enam) tahun pada Desember 2013, maka batas usia pensiunnya adalah 58 (lima puluh delapan) tahun. Batas usia pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan lain yang ditentukan Undang-Undang (antara lain Guru, Dosen, Jaksa, dan Panitera), dinyatakan tetap berlaku. Kemudian terbit Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.28-6/99 tanggal 11 Maret 2014 perihal Penjelasan terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang masih bersedia/tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, yang isinya adalah berkenaan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang ditindaklanjuti dengan Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: K.26-30/V.7-3/99 tanggal 17 Januari 2014 yang antara lain mengatur tentang Batas usia Pensiun (BUP) PNS, yaitu: a. BUP PNS: 1) Bagi pejabat administrasi (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon III kebawah dan pejabat fungsional umum) adalah 58 (lima puluh delapan) tahun; 2) Bagi pejabat pimpinan tinggi (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon I dan pejabat struktural eselon II) adalah 60 (enam puluh) tahun. 85

16 b. Dalam hal terdapat PNS yang sedang menjalani masa Persiapan Pensiun (MPP) maupun tidak sedang menjalani MPP dan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, baik Keputusan/Pertimbangan Teknis Pensiun yang telah ditetapkan maupun yang belum ditetapkan, yang TMT pensiunnya mulai berlaku 1 Februari 2014 sampai dengan 1 Desember 2015 yang mencapai BUP minimal 56 (lima puluh enam) tahun, maka Keputusan Pemberhentian dan Keputusan Pensiun termasuk Keputusan Kenaikan Pangkat Pengabdian dapat diberikan apabila memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Dalam hal terdapat PNS yang Keputusan pemberhentian/ Pertimbangan Teknis Pensiunnya telah ditetapkan dan TMT pensiunnya mulai berlaku 1 Februari 2014 sampai dengan 1 Desember 2015 yang mencapai BUP minimal 56 (lima puluh enam) tahun, apabila bersedia lagi melaksanakan tugas maka Keputusan pemberhentian/pertimbangan Teknis Pensiun yang bersangkutan akan ditinjau kembali. d. Dalam hal terdapat PNS yang: 1) Menyatakan bersedia lagi melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada huruf c, kemudian mengajukan pemberhentian sebelum mencapai usia 58 (lima puluh delapan) tahun; atau 2) Belum pernah diusulkan pensiunnya, kemudian mengajukan pemberhentian sebelum mencapai 58 (lima puluh delapan) tahun, Maka diberhentikan dengan hormat sebagai PNS serta diberikan kenaikan pangkat pengabdian apabila memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundangan. e. Usul pemberhentian dan kenaikan pangkat pengabdian sebagaimana dimaksud pada huruf d disampaikan kepada kepala Badan kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara dengan menggunakan Sistem Aplikasi Pelayanan kepegawaian (SAPK) dan selanjutnya ditetapkan oleh Presiden bagi PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda Golongan IV/c ke atas dan Kepala Badan kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian 86

17 Negara bagi PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I Golongan Ruang IV/b ke bawah. Kemudian ada Surat Deputi Mutasi kepegawaian Nomor D26-30/V 104-2/99 Tanggal 10 Juni 2014 Perihal Tindak Lanjut Perubahan BUP berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2014 dan PP 21 Tahun 2014, yang mengatur hal-hal sebagai berikut: 1. Sehubungan dengan telah ditetapkannya Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor SE-19/PB/2014 Nomor 1/SE/2014 tentang tindak lanjut perubahan batas usia pensiun berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang mencapai batas usia pensiun bagi Pejabat Fungsional, yang mana Surat Edaran Bersama tersebut telah disampaikan kepada Para Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, yang isinya antara lain sebagai berikut: a. Pejabat Pembina Kepegawaian menyampaikan daftar nominatif yang berisi nama seluruh PNS di lingkungannya masing-masing yang menyatakan bersedia lagi melaksanakan tugas, ditujukan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara cq. Direktur Pensiun PNS dan Pejabat Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara sebagai dasar untuk meninjau kembali Keputusan/Pertimbangan Teknis Pensiun yang telah ditetapkan Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara dengan menggunakan formulir yang telah ditentukan. b. Penyampaian daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada huruf a harus sudah diterima Kepala Badan Kepegawaian Negara cq. Direktur Pensiun PNS dan Pejabat Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara paling lambat 3 (tiga) bulan kalender sejak Surat Edaran Bersama tersebut ditetapkan. c. Kepala Badan kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara mencabut/meninjau kembali keputusan/ 87

18 Pertimbangan teknis pemberhentian PNS yang telah mencapai batas usia pensiun. 2. Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, penyampaian daftar nominatif seluruh PNS di lingkungan instansinya masing-masing yang menyatakan bersedia lagi melaksanakan tugas, paling lambat 3 (tiga) bulan kalender sejak Surat Edaran bersama ditetapkan (SEB ditetapkan tanggal 22 Mei 2014) dan apabila daftar nominatif tersebut disampaikan melewati batas waktu yang sudah ditentukan (lewat dari 3 bulan kalender) maka daftar nominatif tersebut tidak akan diterima, dengan demikian Keputusan/Pertimbangan Teknis Pemberhentian PNS tersebut tetap berlaku dan PNS yang bersangkutan tidak dapat lagi melaksanakan tugas, sehingga dengan sendirinya gajinya tidak dapat dibayarkan. Berkaitan dengan pelaksanaan perpanjangan batas usia pensiun, maka terbit Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor SE-19/PB/2014 Nomor 1/SE/2014 tentang Tindak Lanjut Perubahan Batas Usia Pensiun Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang mencapai batas usia pensiun bagi Pejabat Fungsional, yang berisi ketentuan sebagai berikut: A. Umum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang mencapai batas usia pensiun bagi Pejabat Fungsional, perlu menyampaikan petunjuk kepada para pejabat pembina kepegawaian pusat, para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara mengenai tindak lanjut pelaksanaan dan pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil 88

19 berkenaan dengan perubahan batas usia pensiun dalam peraturan perundang-undangan tersebut. B. Maksud dan Tujuan Memberikan pedoman/petunjuk bagi pejabat Pembina Kepegawaian dalam menindaklanjuti perubahan batas usia pensiun pegawai negeri sipil dan bagi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dalam melaksanakan pembayaran gaji kepada pegawai negeri sipil yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi (setara dengan jabatan struktural eselon I dan eselon III), Jabatan Administrasi (setara dengan jabatan struktural eselon III ke bawah), dan Jabatan fungsional sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang mencapai batas usia pensiun bagi Pejabat Fungsional. C. Ruang Lingkup 1. Pelaksanaan ketentuan batas usia pensiun dan pembayaran gaji bagi pegawai negeri sipil yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi; 2. Pelaksanaan ketentuan batas usia pensiun dan pembayaran gaji bagi pegawai negeri sipil yang menduduki Jabatan Administrasi; dan 3. Pelaksanaan ketentuan batas usia pensiun dan pembayaran gaji bagi D. Dasar Pegawai Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Fungsional. 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5494). 2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5423). 3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Yang Mencapai Batas Usia Pensiun bagi 89

20 Pejabat Fungsional (Lembaran Negara Republik Tahun 2014 Nomor 58). 90 Indonesia 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191). 5. Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.7-3/99 tanggal 17 Januari 2014 perihal Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil. 6. Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.28-6/99 tanggal 11 Maret 2014 perihal Penjelasan Terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang masih bersedia/tidak bersedia lagi melaksanakan tugas. E. Ketentuan umum 1. Aparatur sipil negara yang selanjutnya disebut pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaiannya dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. 2. Pegawai negeri sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. 3. Jabatan Aparatur Sipil negara terdiri atas: a. Jabatan administrasi; b. Jabatan fungsional; dan c. Jabatan pimpinan tinggi. 4. Jabatan Administrasi terdiri atas: a. Jabatan administrator; b. Jabatan pengawas; dan

21 c. Jabatan pelaksana. 5. Jabatan pimpinan tinggi terdiri atas: a. Jabatan pimpinan tinggi utama; b. Jabatan pimpinan tinggi madya; dan c. Jabatan pimpinan tinggi pratama. 6. PNS diberhentikan dengan hormat karena mencapai batas usia pensiun, yaitu: a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi pejabat administrasi; b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat pimpinan tinggi; dan c. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi pejabat fungsional. 7. Penyetaraan jabatan PNS ditentukan: a. Jabatan eselon Ia Kepala lembaga pemerintah non kementerian setara dengan jabatan pimpinan tinggi utama. b. Jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan jabatan pimpinan tinggi madya. c. Jabatan eselon II setara dengan jabatan pimpinan tinggi pratama. d. Jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator. e. Jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas. f. Jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan jabatan pelaksana. Sampai dengan berlakunya peraturan pelaksanaan mengenai jabatan ASN dalam undang-undang aparatur sipil negara. F. Pelaksanaan ketentuan batas usia pensiun dan pembayaran gaji bagi PNS yang menduduki jabatan pimpinan tinggi. 1. Terhitung mulai saat berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 (15 Januari 204) maka batas usia pensiun pejabat pimpinan tinggi (pejabat pimpinan tinggi utama, pejabat pimpinan tinggi madya, dan pejabat pimpinan tinggi pratama, yang sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon I dan eselon II) adalah 60 91

22 (enam puluh) tahun tanpa melalui mekanisme perpanjangan oleh pejabat pembina kepegawaian. 2. Pembayaran gaji kepada PNS yang menduduki jabatan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dihentikan pada bulan berikutnya setelah pejabat tersebut mencapai usia 60 (enam puluh) tahun. 3. Dalam hal terdapat PNS yang menduduki jabatan pimpinan tinggi belum berusia 60 (enam puluh) tahun, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Apabila telah diberhentikan dari jabatannya dan belum diterbitkan surat keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai PNS, maka terhadap PNS dimaksud berlaku batas usia pensiun dan diberikan pembayaran gaji sampai dengan usia 58 (lima puluh delapan) tahun; b. Apabila telah diberhentikan dari jabatannya dan usianya 58 (lima puluh delapan) tahun atau lebih, maka diberhentikan sebagai PNS dan dihentikan pembayaran gajinya terhitung mulai tanggal 1 bulan berikutnya setelah pemberhentian dari jabatannya; c. Apabila telah diberhentikan dari jabatannya dan keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai PNS telah ditetapkan karena mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun atau lebih dan pemberhentiannya sebagai PNS ditetapkan berlaku terhitung mulai akhir januari 2014 dan seterusnya, maka: 1) Apabila bersedia melanjutkan melaksanakan tugas, batas usia pensiunnya adalah 58 (lima puluh delapan) tahun. 2) Apabila tidak bersedia melanjutkan melaksanakan tugas, diberhentikan sebagai PNS mulai akhir bulan yang bersangkutan mencapai batas usia pensiun. 92

23 d. Gaji PNS sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1) dapat dibayarkan sampai dengan usia 58 (lima puluh delapan) tahun dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Apabila Surat keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) gaji PNS yang bersangkutan telah diterbitkan dari satker terkait, gajinya dapat dibayarkan kembali setelah surat keputusan pemberhentiannya sebagai PNS dan SKPP nya dicabut/ditinjau kembali; 2) Apabila SKPP gaji PNS yang bersangkutan belum diterbitkan dari satker terkait, gajinya dapat dibayarkan kembali setelah surat keputusan pemberhentiannya sebagai PNS dicabut/ditinjau kembali. e. Gaji PNS sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 2) dihentikan pembayarannya mulai tanggal 1 bulan berikutnya setelah pemberhentiannya sebagai PNS. 4. Dalam hal terdapat PNS yang sebelumnya menduduki jabatan pimpinan tinggi dan sedang menjalani masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun berusia 58 (lima puluh delapan) tahun atau lebih, maka diberhentikan sebagai PNS dan dihentikan pembayarannya terhitung mulai tanggal 1 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun; b. Apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun belum berusia 58 (lima puluh delapan) tahun dan surat keputusan pemberhentian sebagai PNS belum diterbitkan serta bersedia melaksanakan tugas kembali, maka berlaku batas usia pensiun dan dibayarkan gajinya sampai mencapai 58 (lima puluh delapan) tahun. 93

24 c. Apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun belum berusia 58 (lima puluh delapan) tahun dan surat keputusan pemberhentian sebagai PNS telah diterbitkan serta bersedia melaksanakan tugas kembali, maka berlaku batas usia pensiun 58 (lima puluh delapan) tahun. Pembayaran gaji terhadap PNS tersebut adalah: 1) Apabila surat keterangan penghentian pembayaran (SKPP) gaji PNS yang bersangkutan telah diterbitkan dari satker terkait, gajinya dibayarkan kembali setelah surat keputusan pemberhentiannya sebagai PNS dan SKPP dicabut/ditinjau kembali; 2) Apabila SKPP gaji PNS yang bersangkutan belum diterbitkan dari satker terkait, gajinya dibayarkan kembali setelah surat keputusan pemberhentiannya sebagai PNS dicabut/ditinjau kembali. d. Apabila PNS sebagaimana dimaksud pada huruf b tidak bersedia melaksanakan tugas kembali, maka PNS yang bersangkutan menyampaikan permohonan berhenti kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara/ Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara. e. Apabila PNS sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak bersedia melaksanakan tugas kembali, maka Surat keputusan Pemberhentiannya tetap berlaku dan pembayaran gajinya dihentikan mulai bulan berikutnya setelah pemberhentian PNS yang bersangkutan. 5. Usul permohonan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf d disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara dengan menggunakan Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) dan selanjutnya ditetapkan oleh Presiden bagi PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas dan 94

25 kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan kepegawaian Negara bagi PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah. G. Pelaksanaan ketentuan batas usia pensiun dan pembayaran gaji bagi PNS yang menduduki jabatan administrasi 1. Terhitung mulai saat berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 (15 Januari 2014) maka batas usia pensiun pejabat administrasi (jabatan eselon III, jabatan eselon IV, jabatan eselon V dan pelaksana) adalah 58 tahun. 2. PNS yang menduduki jabatan administrasi dan keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai PNS belum ditetapkan karena mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun serta pemberhentiannya berlaku terhitung mulai akhir bulan januari 2014 dan bulan-bulan berikutnya, berlaku batas usia pensiun dan dibayarkan gajinya sampai mencapai usia 58 (lima puluh delapan) tahun. 3. Dalam hal PNS sebagaimana dimaksud pada angka 2 tidak besedia melanjutkan bertugas sampai dengan usia 58 tahun, maka PNS yang bersangkutan menyampaikan usul permohonan berhenti kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara dengan menggunakan Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) dan selanjutnya ditetapkan oleh Presiden bagi PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas dan kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan kepegawaian Negara bagi PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah. 4. PNS yang menduduki jabatan administrasi dan keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai PNS telah ditetapkan karena mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun serta pemberhentiannya ditetapkan berlaku terhitung mulai akhir bulan 95

26 januari 2014 dan bulan-bulan berikutnya, maka pembayaran gajinya dihentikan. 5. Terhadap PNS yang menduduki jabatan administrasi sebagaimana dimaksud pada angka 4 berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Apabila PNS yang bersangkutan bersedia melaksanakan tugas sampai usia 58 tahun, surat keputusan pemberhentian dan pensiunnya dicabut/ ditinjau kembali. b. Apabila PNS yang bersangkutan tidak bersedia melaksanakan tugas sampai usia 58 tahun maka surat keputusan pemberhentian dan pensiunnya tetap berlaku. c. Pembayaran kembali gaji PNS sebagaimana dimaksud pada huruf a dilaksanakan: 1) Apabila SKPP gaji PNS yang bersangkutan telah diterbitkan dari satker terkait, gajinya dapat dibayarkan kembali setelah Surat Keputusan pemberhentiannya sebagai PNS dan SKPP nya dicabut/ ditinjau kembali. 2) Apabila SKPP gaji PNS yang bersangkutan belum diterbitkan dari satker terkait, gajinya dapat dibayarkan kembali setelah surat keputusan pemberhentiannya sebagai PNS dicabut/ ditinjau kembali. H. Pelaksanaan ketentuan batas usia pensiun dan pembayaran gaji bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional. 1. Batas usia pensiun PNS yang menduduki jabatan fungsional yaitu: a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat fungsional Ahli Muda dan Ahli Pertama serta Pejabat fungsional Keterampilan; b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku: 1) Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya; 2) Jabatan Fungsional Apoteker; 3) Jabatan Fungsional Dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri; 96

27 4) Jabatan Fungsional Dokter Gigi yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri; 5) Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Muda dan Pertama; 6) Jabatan Fungsional Medik Veteriner; 7) Jabatan Fungsional Penilik; 8) Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah; 9) Jabatan Fungsional Widyaiswara Madya dan Muda; atau 10) Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden. c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku: 1) Jabatan Fungsional Peneliti Utama dan Peneliti Madya yang ditugaskan secara penuh di bidang penelitian; 2) Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Utama dan Madya; 3) Jabatan Fungsional Widyaiswara Utama; 4) Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi Utama; 5) Jabatan Fungsional Perekayasa Utama; 6) Jabatan Fungsional Pustakawan Utama; 7) Jabatan Fungsional Pranata Nuklir Utama; atau 8) Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden. d. PNS yang pada tanggal 30 Januari 2014 sedang menduduki jabatan fungsional ahli muda, ahli pertama, dan penyelia selain jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada huruf b, yang sebelumnya batas usia pensiunnya dapat diperpanjang sampai dengan 60 (enam puluh) tahun, maka batas usia pensiunnya adalah 60 (enam puluh) tahun. e. PNS yang diangkat setelah tanggal 30 Januari 2014 dalam jabatan fungsional ahli muda, ahli pertama, dan penyelia sebagaimana dimaksud pada huruf d, batas usia pensiunnya adalah 58 (lima puluh delapan) tahun. 97

28 f. PNS yang menduduki jabatan fungsinal lain yang ditentukan Undang-Undang, batas usia pensiunnya sesuai ketentuan Undang-Undang berkenaan. 2. PNS yang menduduki jabatan fungsional yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan sebelum berlakunya peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2014 telah mencapai batas usia pensiun pada akhir bulan januari 2014 atau bulan-bulan berikutnya: a. Apabila belum diterbitkan surat keputusan pemberhentian sebagai PNS, maka gajinya dibayarkan sampai dengan batas usia pensiun sebagaimana ditetapkan dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun b. Apabila belum diterbitkan surat keputusan pemebrhentian sebagai PNS dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 mendapatkan perpanjangan batas usia pensiun namun tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, maka PNS dimaksud harus mengajukan permohonan pemberhentian dengan hormat kepada pejabat pembina kepegawaian. c. Apabila telah diterbitkan surat keputusan pemberhentian sebagai PNS serta tidak dicabut/ditinjau kembali maka pembayaran gajinya dihentikan. d. Apabila PNS sebagaimana dimaksud pada huruf c mendapatkan perpanjangan batas usia pensiun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014, maka: 1) Apabila SKPP gaji PNS yang bersangkutan telah diterbitkan dari satker terkait, gajinya dapat dibayarkan kembali setelah surat keputusan pemberhentiannya sebagai PNS dan SKPP nya dicabut/ ditinjau kembali. 2) Apabila SKPP gaji PNS yang bersangkutan belum diterbitkan dari satker terkait, gajinya dapat dibayarkan kembali setelah surat keputusan pemberhentiannya sebagai PNS dicabut/ ditinjau kembali. 98

29 e. Usul permohonan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada huruf b disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara dengan menggunakan Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) dan selanjutnya ditetapkan oleh Presiden bagi PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas dan kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara bagi PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah. I. Tata Cara peninjauan kembali surat keputusan pemberhentian sebagai PNS: 1. Pejabat pembina kepegawaian menyampaikan daftar nominatif yang berisi nama selruh PNS di lingkungan masing-masing yang menyatakan bersedia lagi melaksanakan tugas kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara sebagai dasar untuk meninjau kembali Keputusan/Pertimbangan teknis pensiun yang telah ditetapkan Kepala Badan Kepagawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara. 2. Penyampaian daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 diterima Kepala Badan Kepegawaian Negara/ Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Surat Edaran bersama ini ditetapkan. 3. Kepala Badan Kepegawaian Negara/ Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara mencabut/meninjau kembali keputusan pemberhentian PNS yang mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun. J. Tata Cara Pembayaran: 1. Semua surat keputusan kepegawaian yang terkait dengan pelaksanaan batas usia pensiun dalam Undang-Undang Aparatur 99

30 Sipil Negara harus direkam dalam Aplikasi GPP (Gaji Pegawai Pusat). 2. Pembayaran kembali gaji pegawai yang telah dihentikan sebagaimana dimaksud pada bagian F angka 3 huruf d dan angka 4 huruf c, bagian G angka 5 huruf c, serta bagian H angka 2 huruf d, dilakukan bersamaan dengan pembayaran gaji induk satker berkenaan (dalam daftar gaji yang sama), sedangkan gaji yang belum diterima pada bulan sebelumnya karena dihentikan pembayarannya diajukan sekaligus melalui SPM gaji susulan yang diajukan secara terpisah. 3. Dalam pembayaran gaji bagi PNS yang sebelumnya telah diterbitkan surat keputusan pemberhentian dan telah diterbitkan SPP, Kauasa Pengguna Anggaran harus memastikan bahwa tidak terdapat pembayaran ganda (gaji dan uang pensiun) kepada PNS yang dibuktikan dengan Surat Pernyataan Bermaterai. 4. Untuk keperluan pembayaran gaji sehubungan dengan perubahan batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam surat edaran ini, KPPN agar mengunduh update aplikasi GPP pada alamat dan menyampaikan kepada satker mitra kerjanya. 5. Tata cara pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM) dan penerbitan surat perintah pencairan dana (SP2D) dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. 6. Pelaksanaan pembayaran, penghentian pembayaran, dan pembayaran kembali gaji PNS sehubungan dengan perubahan batas usia pensiun berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun 2014 merupakan tanggung jawab kuasa pengguna anggaran. K. Penutup: 100

31 1. Kepala KPPN agar memberitahukan maksud surat edaran bersama ini kepada satker di wilayah kerjanya. 2. Pejabat pembina kepegawaian pusat agar memberitahukan kepada seluruh unit kerja masing-masing untuk menindaklanjuti surat edaran bersama ini. 3. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan diminta untuk mengawasi pelaksanaan surat edaran bersama ini. Pelaksanaan perpanjangan batas usia pensiun PNS di Salatiga tidak menemui kendala, beberapa Pegawai Negeri Sipil tidak mengalami masalah dalam pengurusan pelaksanaan tugas kembali. 4. Dampak Perpanjangan Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 pada Pemerintah Kota Salatiga. Perpanjangan Batas usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 pada Pemerintah Kota Salatiga menurut Adhi Isnanto, S.Sos, Msi selaku Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Salatiga cukup membantu kekurangan sumber daya manusia yang dihadapi Pemerintah Kota Salatiga, apalagi untuk rekruitmen PNS yang memiliki kapasitas, cukup mahal karena harus didiklatkan. Selain itu dengan adanya pensiun yang rata-rata 125 orang pertahun sedangkan pengajuan formasi hanya disetujui 57 orang seperti tahun 2014 maka perpanjangan pensiun selama 2 tahun merupakan solusi bagi pengelola kepegawaian untuk memberdayakan pegawai tersebut di SKPD-SKPD yang masih kekurangan pegawai. 129 Beberapa Pegawai Negeri Sipil bersedia melaksanakan tugas kembali dengan beberapa alasan, seperti yang diungkapkan oleh Sri Ahmaniah,SIP Sekretaris Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga yang bersedia melaksanakan tugas kembali karena aturannya diperpanjang 2 (dua) tahun, selain itu juga karena ingin mengabdi kepada negara. Hal 129 Wawancara dengan Adhi Isnanto, S.Sos, MSi selaku Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Salatiga pada Selasa 22 Juli

NOMOR : K.26-30 lv.7-3199 TANGGAL : 17 JANUARI 2OI4 BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

NOMOR : K.26-30 lv.7-3199 TANGGAL : 17 JANUARI 2OI4 BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SURAT KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : K.26-30 lv.7-3199 TANGGAL : 17 JANUARI 2OI4 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Nomor : K.26-30N.7-3199

Lebih terperinci

NOMOR : K lv.2a-6199 TANGGAL : 11 MARET 2OL4 PENJELASAN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNSI BADAN KEPEGAWNAN NEGARA. MELAKSAIiIAI{AN TUGAS

NOMOR : K lv.2a-6199 TANGGAL : 11 MARET 2OL4 PENJELASAN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNSI BADAN KEPEGAWNAN NEGARA. MELAKSAIiIAI{AN TUGAS BADAN KEPEGAWNAN NEGARA PENJELASAN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNSI YANG MASIH BERSEDIA/TIDN{ BERSEDIA LAGI MELAKSAIiIAI{AN TUGAS SURAT KEPALA BADAN KEPE{GAWAIAN NEGARA NOMOR : K.26-30 lv.2a-6199 TANGGAL

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 7 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam Lembaran Daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 36 Tahun 2010 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGAN YAR NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGAN YAR NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGAN YAR NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN KEPUTUSAN DAN SURAT-SURAT DI BIDANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

- 1 - BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG - 1 - si PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN NASKAH DINAS KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia No.553, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Penandatanganan Keputusan dan Surat. Pemberian Kuasa. Pendelegasian Wewenang. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Selayar berkantor dijalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 1 Benteng, Nomor Telpon/Fax (0414) 21118, website: bkdselayaronline.blogspot.com,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN PENANDATANGANAN KEPUTUSAN DAN SURAT-SURAT DI BIDANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Menimbang : BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 34 TAHUN 2016 T E N T A N G NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SERUYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK. 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 5. Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO. Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Wajo berkantor dijalan Kejaksaan Nomor 5 B Sengkang, Nomor Telpon (0485) 21021 dan Nomor Fax (0485)

Lebih terperinci

WALIKOTA SALATIGA PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2014

WALIKOTA SALATIGA PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2014 SALINAN WALIKOTA SALATIGA PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR, KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH, DAN KENAIKAN PANGKAT REGULER KE PEMBINA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.265, 2015 PERATURAN BERSAMA. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purwakarta Tahun 2017

Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purwakarta Tahun 2017 Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purwakarta Bersama ini kami sampaikan Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Purwakarta. Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2079, 2016 KEMENDAGRI. Perangkat Daerah. Prov-DKI Jakarta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2014 T E N T A N G

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2014 T E N T A N G WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2014 T E N T A N G KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG IZIN BELAJAR, PENGGUNAAN GELAR AKADEMIK DAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege No.439, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Inpassing. Jabatan Fungsional Auditor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: 6. Jabatan...

MEMUTUSKAN: 6. Jabatan... PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN-KP/2015 TENTANG PENGANGKATAN DALAM JABATAN PIMPINAN TINGGI DAN/ATAU JABATAN ADMINISTRASI MELALUI SELEKSI TERBUKA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. BKDD Kab. Banyumas

KATA PENGANTAR. BKDD Kab. Banyumas KATA PENGANTAR Booklet Informasi Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Banyumas Tahun 2017 ini berisi tabel dan grafik serta analisis singkat informasi pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA -1- PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENURUNAN JABATAN, PENGANGKATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. BKDD Kab. Banyumas

KATA PENGANTAR. BKDD Kab. Banyumas KATA PENGANTAR Profil Pegawai Pemerintah Kabupaten Banyumas Tahun 2017 ini berisi kondisi pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas sampai dengan 31 Desember 2017. Data yang kami sajikan bersumber

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

SALINAN. Mengingat : 1. Menimbang :

SALINAN. Mengingat : 1. Menimbang : SALINAN PRE SID E N PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 2OI4 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENCAPAI BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Jabatan Fungsional Tertentu. PNS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Jabatan Fungsional Tertentu. PNS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 62 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA

Lebih terperinci

1/9 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Ne

2017, No Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Ne No.265, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Jabatan Fungsional. Arsiparis. Penilaian Prestasi Kerja. Pedoman. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN RESCUER, KEAGAMAAN,

Lebih terperinci

BAGI PNS YANG MENDUDUKI JABATAN FUNGSIONAL

BAGI PNS YANG MENDUDUKI JABATAN FUNGSIONAL BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BATAS USIA PENSIUN BAGI PNS YANG MENDUDUKI JABATAN FUNGSIONAL SURAT KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR r K.26-30 I V.1 I9-2 199 TANGGAL : SOKTOBER2OLT Nomor Sifat Lampiran Perihal

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

2012, No

2012, No 2012, No.882 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PEJABAT YANG BERWENANG MENJATUHKAN HUKUMAN DISIPLIN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

Lebih terperinci

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BULELENNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 dan Pasal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2014 NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NATUNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NATUNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NATUNA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2016, No atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian Penetapan Angka Kredit Guru Pegawai Negeri Sip

2016, No atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian Penetapan Angka Kredit Guru Pegawai Negeri Sip No.505, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Penetapan Angka Kredit. Guru. PNS dan Bukan PNS. Penyesuaian. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

================================================================ PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 40 TAHUN

================================================================ PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 40 TAHUN ================================================================ PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAGI PEJABAT FUNGSIONAL BERDASARKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.458, 2015 PERATURAN BERSAMA. Penera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN ARSIPARIS, PUSTAKAWAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 473 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 473 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN NOMOR SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR TAHUN T E N T A N G PERUMUSAN BEBAN KERJA APARATUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

-1- BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

-1- BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH -1- BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BENGKULU SELATAN PROVINSI BENGKULU

BUPATI BENGKULU SELATAN PROVINSI BENGKULU BUPATI BENGKULU SELATAN PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR 09 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka memperkuat tugas dan

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten Tana Toraja berkantor dijalan Pongtiku Nomor 120 (0423) 22114

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1 -2-3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

- 1 - PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG - 1 - PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190 TAHUN 2014 TENTANG UNIT STAF KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190 TAHUN 2014 TENTANG UNIT STAF KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190 TAHUN 2014 TENTANG UNIT STAF KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.666, 2017 KEMENAKER. Jabatan Fungsional bidang Ketenagakerjaan. Penyesesuaian. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

b) Struktur Organisasi BKD Kabupaten Enrekang; SEKRETARIS Kasubag. Kabid. Mutasi /Informasi Pegawai Kasubid. Mutasi Tenaga Administrasi

b) Struktur Organisasi BKD Kabupaten Enrekang; SEKRETARIS Kasubag. Kabid. Mutasi /Informasi Pegawai Kasubid. Mutasi Tenaga Administrasi PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Enrekang berkantor di jalan Jenderal Sudirman Nomor 13, Nomor Telpon (0420) 21243, website : bkdenrekang.wordpress.com,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DAN PEMBERIAN KUASA BIDANG KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

2017, No Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah No.349, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Prov.Papua dan Prov.Papua Barat. Perangkat Daerah PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ALUR KARIR PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI

ALUR KARIR PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI LAMPIRAN I : PERATURAN WALIKOTA BEKASI Nomor : 16 Tahun 2013III/2009 Tanggal : 15 April 20139 Maret 2009 ALUR KARIR PNS CPNS PNS JABATAN FUNGSIONAL UMUM JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU JABATAN STRUKTURAL PENSIUN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2016 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2016 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2016 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BEKASI

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 27 PENDAHULUAN A. KEDUDUKAN Undang-undang Nomor 2 Tahun 23 tentang

Lebih terperinci

BUPATI JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA

BUPATI JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAWIJAYA NOMOR 04 TAHUN 2016 T E N T A N G PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JAYAWIJAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN SOPPENG.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN SOPPENG. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN SOPPENG. Badan Kepegawaian Dan Diklat Daerah Kabupaten Soppeng berkantor dijalan Palekanrebete Nomor 90 Kelurahan Lalabata Rialau Watansoppeng Nomor

Lebih terperinci

% B. Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

% B. Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON % B NOMOR 12 TAHUN 2016 SERI, D. 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG - - PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR TAHUN 0 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL, GURU DAN AUDITOR SERTA JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER -1005/K/SU/2010 TENTANG PEJABAT YANG BERWENANG MENJATUHKAN HUKUMAN DISIPLIN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL.

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2008 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PEMBINAAN DAN PELAKSANAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL RUMPUN PENGAWAS KUALITAS

Lebih terperinci