KAJIAN KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2014 KAJIAN KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 Oleh : Sahat M. Pasaribu Budiman Hutabarat Delima Hasri Azahari Saktyanu Kristianto D Arief Iswariyadi Edi Supriyadi Yusuf PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

2 PENDAHULUAN Latar Belakang RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pada KTT ASEAN ke-12 (Cebu, Filipina, 13 Januari 2007), para pemimpin ASEAN berkeinginan membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Kawasan pasar tunggal dan basis produksi ini memiliki 5 (lima) elemen utama, yaitu pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang bebas dengan 2 (dua) komponen penting, yaitu sektorsektor untuk prioritas integrasi serta komponen pangan, pertanian dan kehutanan. Semua anggota ASEAN semakin menginginkan terwujudnya kelompok masyarakat politik-keamanan, ekonomi dan sosio kultural budaya yang memengaruhi kehidupan seluruh penduduk yang mendiami negaranegara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. 2. Bagi Indonesia, pasar tunggal ASEAN 2015 adalah sebuah tantangan dan sekaligus peluang untuk mengembangkan produk dalam negeri bersaing di pasar ASEAN. Sehubungan dengan hal tersebut, daya saing produk Indonesia dituntut dan harus dipacu untuk mampu menghadapi serbuan berbagai produk sejenis di pasar tunggal MEA 2015, termasuk produk-produk pertanian dan industri berbasis pertanian. 3. Salah satu target utama pembangunan sektor pertanian adalah meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan ekspor untuk menghadapi pasar global di kawasan ASEAN pada waktu yang akan datang. Dalam konteks ini, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian mengambil inisiatif mengkaji dan menyusun strategi penyiapan sektor pertanian menghadapi pasar tunggal ASEAN tahun Tujuan Penelitian 4. Tujuan penelitian adalah untuk: (a) Mengidentifikasi produk pertanian strategis dan menganalisis kekuatan dan kelemahannya dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN; (b) Memahami kondisi daya saing produk pertanian strategis dan infrastruktur pertanian dalam persiapan menghadapi pasar tunggal ASEAN; (c) Mengetahui kesiapan negara-negara ASEAN lainnya menyongsong diberlakukannya komunitas ekonomi ASEAN; dan (d) Mengidentifikasi berbagai jenis program dan kegiatan pembinaan dan penguatan kelembagaan untuk menyiapkan produk pertanian strategis menghadapi pasar tunggal ASEAN. Metodologi 5. Kajian ini mencakup komoditas pertanian strategis nasional yang memerhatikan potensi daerah dengan peluang pengembangan. Berdasarkan hasil diskusi dengan pemangku kepentingan terkait, komoditas hortikultura lebih diprioritaskan untuk dijadikan contoh dalam penelitian ini. 6. Lokasi kajian dipilih secara purposif di tingkat provinsi. Provinsi terpilih adalah wilayah yang memiliki potensi produk pertanian strategis (hortikultura) yang berpeluang untuk memberikan nilai tambah, memiliki xv

3 daya saing, dan dapat bersaing di pasar ekspor. Provinsi-provinsi tersebut Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Utara. Adapun responden yang dipilih untuk masing-masing provinsi: (a) Dinas terkait pengambil keputusan, (b) eksportir atau pedagang, (c) pengolah, dan (d) produsen/petani. 7. Analisis terhadap data yang dikumpulkan dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Kesiapan sektor pertanian dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN 2015 dianalisis dengan menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) pada tiga aspek penting, yaitu budidaya (petani/kelompok tani), pengolahan, dan pemasaran/perdagangan sesuai dengan peran, fungsi dan kebijakannya. Faktor internal produk pertanian strategis merupakan kekuatan (strength) sekaligus kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal adalah kesempatan (opportunity) sekaligus ancaman (threat). HASIL PENELITIAN Produk Pertanian Strategis 8. Dalam kurun , produksi buah-buahan meningkat cukup nyata. Laju pertumbuhan produksi jeruk, nenas, manggis dan melon diatas 10 persen per tahun. Sementara produksi jenis buah lainnya juga meningkat dengan laju pertumbuhan yang bagus, seperti mangga (6,2 persen) dan jamur (21,6 persen) per tahun. Namun, bawang putih dan kentang mengalami penurunan produksi, masing-masing 13 dan 2 persen per tahun. 9. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komoditas hortikultura strategis yang dinilai mampu bersaing di pasar regional/pasar tunggal ASEAN adalah manggis, salak, mangga, melon, dan jeruk (buah-buahan) serta buncis, kubis, dan kentang (sayuran). Kondisi Daya Saing, Kualitas dan Standar Mutu Produk Pertanian Strategis 10. Peningkatan kualitas komoditas pertanian (hortikultura) tidak selalu termonitor ditengah peningkatan produksi dan produktivitasnya. Dalam kaitan kualitas ini, produk pertanian dan hortikultura Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara produsen/eksportir produk hortikultura lainnya. 11. Standar mutu menjadi salah satu ukuran yang semakin penting dalam menghadapi persaingan perdagangan yang semakin ketat. Inilah tantangan paling serius yang dihadapi Indonesia pada saat MEA 2015 diberlakukan (1 Januari 2016). Persiapan penyesuaian dan perubahan harus dilakukan agar dapat memenangkan persaingan dan memperoleh manfaat maksimal dari pasar tunggal ASEAN Hasil analisis SWOT komoditas hortikultura terpilih yang mencakup aspekaspek budidaya (kelompok petani/petani), (b) pengolahan, dan (c) pemasaran/ perdagangan diperkirakan mampu memberikan berbagai informasi terkait dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). xvi

4 Budidaya (Petani/Kelompok Tani) 13. Analisis SWOT secara umum menunjukkan bahwa posisi pelaku usaha budidaya Indonesia berada dalam kuadran IV, seperti ditunjukkan oleh posisi Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Bali dan Sumatera Utara berada dalam kuadran III. Indonesia, Jabar, Jateng dan Jatim menempati kuadran IV yang memperlihatkan bahwa kondisi budidaya pada tingkat kelompok tani masih menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal yang tidak menguntungkan. 14. Strategi perbaikan usaha perlu difokuskan pada bebagai permasalahan yang dihadapi oleh petani, diantaranya terkait dengan (a) ketersediaan benih unggul, (b) pengembangan kelembagaan pertanian, termasuk penyelenggaraannya, sarana dan pembiayaan maupun lembaga penyuluhnya, (c) penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi, (d) fasilitas pengembangan alsintan, (e) gangguan bencana dan adanya organisme pengganggu tumbuhan, dan (f) kurangnya pengembangan pelayanan informasi pasar. 15. Kondisi lain menunjukkan untuk Provinsi Bali dan Sumut, meskipun kedua provinsi ini masuk ke dalam kuadran yang berbeda, yaitu kuadran III. Petani/kelompok tani menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi memiliki beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi petani sebagai pelaku usaha budidaya adalah meminimalkan masalah internal sehingga mampu merebut peluang yang lebih baik. 16. Peluang di Provinsi Sumatera Utara sangat baik karena posisinya sebagai sumber komoditas hortikultura untuk ekspor ke Malaysia dan Singapura. Komoditas kentang Brastagi sangat populer di Singapura sebagai campuran makanan yang khas bagi konsumen Singapura. Selain itu, Provinsi Bali yang dikenal sebagai daerah turis dengan permintaan konsumen yang cukup besar sangat membutuhkan hasil produk pertanian. 17. Prioritas perbaikan untuk meminimalkan masalah internal pada kelima provinsi tersebut adalah dengan melakukan (a) Peningkatan nilai tambah produk dengan cara perbaikan pengelolaan budidaya pertanian; dan (b) Pengembangan sumberdaya manusia dan teknologi serta pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal. Dibutuhkan partisipasi lembaga pemerintah terkait (seperti litbang dan lembaga penelitian di perguruan tinggi) sebagai pendamping dan pengawal dalam pengembangan usaha ini. Pengolahan 18. Secara umum posisi pelaku usaha pengolahan produk pertanian Indonesia berada dalam kuadran I, kecuali Provinsi Jawa Barat yang berada dalam kuadran IV. Indonesia, secara agregat bersama provinsi-provinsi Jateng, Jatim, Bali dan Sumut menempati kuadran I yang memiliki situasi sangat menguntungkan. Pelaku usaha pengolahan memiliki peluang dan kekuatan internal yang mampu memanfaatkan peluang yang tersedia. Namun demikian, strategi operasional perlu dirumuskan untuk mendukung kebijakan pertumbuhan dan perkembangan secara agresif. xvii

5 19. Pelaku usaha pengolahan di Provinsi Jawa Barat perlu membenahi kelemahan internal yang masih dominan, khususnya terkait dengan (a) kurangnya ketrampilan teknis yang sesuai dalam produksi, pengolahan dan perawatan peralatan; (b) rendahnya produktivitas komoditas; dan (c) masih lemahnya koordinasi kegiatan antar instansi. Juga perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkait dengan faktor eksternal, seperti (a) masuknya perusahaan pesaing berskala besar, (b) beban ekonomi biaya tinggi, dan (c) pesatnya perkembangan sistem teknologi informasi pasar. 20. Empat prioritas strategi perbaikan kinerja usaha pengolahan untuk kelima provinsi tersebut adalah: (a) Memelihara keberlanjutan produk dan peluang pasar melalui keunggulan kompetitif dan komparatif; (b) Meningkatkan kerjasama antar pelaku usaha untuk pengembangan usaha pengolahan produk pertanian; (c) Memberikan kesempatan investasi bagi pihak luar negeri untuk bekerjasama dengan pelaku usaha pengolahan di dalam negeri dengan mematuhi peraturan yang berlaku; dan (d) Meningkatkan kapasitas produk dan dapat memanfaatkan peluang pasar yang baru. Pemasaran/Perdagangan 21. Posisi pelaku usaha pemasaran produk pertanian Indonesia bersama provinsiprovinsi Jabar, Jateng, Jatim, dan Bali menempati kuadran I, sementara Provinsi Sumatera Utara berada dalam kuadran III. Pelaku usaha pemasaran memiliki peluang dan kekuatan secara internal untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan kinerja usaha. 22. Strategi pemasaran/perdagangan produk perlu secara terus-menerus disiapkan untuk mendukung kebijakan pertumbuhan dan perkembangan secara agresif. Khusus untuk pemasaran di Provinsi Sumatera Utara, peluang pasar sangat besar, tetapi pelaku usaha menghadapi berbagai kelemahan internal yang memerlukan pembenahan terlebih dahulu. Fokus strategi usaha di sini adalah meminimalkan kendala internal agar mampu merebut pasar dan peluang yang lebih baik. Tiga indikator utama yang cukup memengaruhi masalah internal dan perlu segera diatasi adalah (a) ekonomi biaya tinggi; (b) ketersediaan dan kapasitas produk tidak kontinu; dan (c) ketidakpastian harga ekspor. 23. Strategi usaha pemasaran komoditas strategis Indonesia relatif beragam menurut urutan prioritas tertentu dengan kebijakan pemasaran/perdagangan pertanian yang relatif dinamis. Walaupun demikian, dua prioritas perbaikan strategis yang dapat dilakukan secara nasional adalah (a) memberikan kesempatan bekerjasama antara pelaku usaha pemasaran dalam negeri dan luar negeri; dan (b) melakukan peningkatan kerjasama pemasaran antar pelaku usaha yang saling menguntungkan. Kedua strategi ini juga disarankan sebagai prioritas utama pada provinsi-provinsi Jabar, Jateng dan Jatim. 24. Strategi pengembangan usaha pemasaran/perdagangan di Pulau Jawa relatif berbeda dengan penerapan strategi pengembangan usaha di luar Pulau Jawa. Strategi usaha di Pulau Jawa sudah mengedepankan kerjasama antar pelaku usaha dengan baik serta bersama pelaku usaha dalam atau luar negeri dalam xviii

6 menyambut peluang pasar dan menghadapi berbagai ancaman yang mengganggu pengembangan pasar produk. 25. Peningkatan kerjasama antar pelaku usaha pemasaran di Provinsi Bali dan Sumatera Utara perlu diprioritaskan. Kerjasama merupakan cara yang efektif untuk menekan kelemahan dalam menghadapi peluang basar yang cukup besar dan dinamis. Dalam konteks ini, peran usaha pemasaran di Pulau Jawa menjadi lokomotif (penghela) usaha pemasaran produk pertanian di luar Pulau Jawa. Kesiapan Negara-negara ASEAN Menghadapi MEA 2015 Thailand 26. Salah satu upaya Thailand yang menonjol adalah mempersiapkan para pelaku usaha dengan memberikan kursus-kursus, pelatihan/training jangka pendek dalam berbagai aspek menyangkut kehidupan manusia dan ekonomi. Pembinaan usaha kecil, khususnya industri berbasis pertanian diprioritaskan supaya dapat berdiri sendiri dan mampu menembus pasar. Produk-produk OTOP (One Tambon, One Product) menjadi andalan usaha kecil Thailand memasuki pasar global dengan kualitas produk yang dapat memenuhi berbagai standar mutu internasional. 27. Pembiayaan pembinaan usaha kecil, termasuk usaha industri pertanian atau berbasis pertanian disediakan dan dialokasikan dalam anggaran pembangunan negara yang memadai setiap tahun. Dana dari pusat dikucurkan ke daerah dan daerah menggunakannya secara terencana dan tepat pada sasaran. Keseriusan pembinaan yang konsisten dan berkesinambungan telah menghasilkan nilai ekonomi yang dinikmati para pelaku usaha dan negara. Filipina 28. Pemerintah Filipina berupaya meningkatkan daya saing produk pada tataran perdagangan internasional (Philippine Development Plan ). Upaya yang dilakukan meliputi: (i) perluasan akses pasar produk-produk Filipina melalui kerjasama bilateral, regional, maupun multilateral; (ii) National Single Window dengan fasilitasi perdagangan internasional dan logistik; (iii) pembangunan infrastruktur; (iv) mendorong pertumbuhan sektor usaha kecil, termasuk produk sektor pertanian secara kualitas dan kuantitas; (v) reformasi kebijakan perdagangan internasional dan peninjauan ulang proses-proses negosiasi serta capacity building oleh Komite TRM (Trade Related Matters). 29. Produk-produk pertanian Filipina masih memerlukan banyak perbaikan, termasuk upaya peningkatan kualitas produk. Masalah-masalah utama yang masih harus diselesaikan antara lain permodalan, promosi, bahan baku, dan standardisasi. Laos 30. Sebagai salah satu negara yang belum berkembang, Laos menghadapi berbagai kendala pembangunan ekonomi, khususnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Laos masih harus mencari strategi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan produk pertanian lokal dapat bersaing di Pasar Tunggal ASEAN. xix

7 31. Pemerintah berupaya keras melaksanakan pembangunan infrastruktur, pengembangan pariwisata, dan promosi berbasis sumber daya alam agar terhubung dengan negara lain. Diharapkan masa mendatang Laos memiliki akses penuh ke pelabuhan dari negara-negara tetangga dan jaringan regional lainnya untuk pertumbuhan ekonomi. Kamboja 32. Kamboja masih bergulat dengan tantangan pembangunan ekonomi, seperti tingkat tinggi kemiskinan, kesenjangan pendapatan, basis produksi yang rendah, dan kurangnya sumber daya manusia. Sektor utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kamboja adalah industri garmen, pariwisata, konstruksi, dan pertanian. Ekspor produk yang berwujud produk akhir masih berkualitas buruk, sehingga sulit bagi negara ini bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. 33. Visi Rencana Pembangunan Strategis Nasional Kamboja 2030 meliputi: (a) Pengembangan modal manusia melalui reformasi sektoral; (b) Diversifikasi ekonomi dengan promosi untuk menarik investasi, pembangunan infrastruktur yang mendukung pedesaan, perbaikan akses pasar, dan kebijakan fasilitasi perdagangan lintas batas; (c) Pengurangan kemiskinan dengan berbagai program; (d) Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; (e) Penguatan tata kelola dan lembaga secara transparan; dan (f) Manajemen makroekonomi untuk pertumbuhan berkelanjutan. Vietnam 34. Kebijakan Vietnam menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015 mencakup kegiatan: (a) promosi keunggulan komparatif melalui rantai nilai dengan diversifikasi produk ekspor dan memperkuat daya saing, menarik investasi asing (FDI) yang efisien, dan meningkatkan kapasitas SDM/keterampilan manajemen; (b) mempercepat reformasi badan usaha milik negara (BUMN); (c) meletakkan prasyarat yang lebih baik untuk pengembangan pasar keuangan dan membangun sistem pengawasan keuangan yang efektif; dan (d) melakukan reformasi pajak. 35. Kerjasama perdagangan tingkat ASEAN dan global telah dan terus dilakukan untuk mendorong perdagangan serta menawarkan pasar ekspor yang lebih besar sambil meningkatkan kualitas produk. Vietnam telah melakukan beberapa upaya liberalisasi di sektor jasa dan distribusi, terkait dengan MEA 2015, Vietnam sudah berkomitmen untuk meliberalisasi empat sub-sektor termasuk agen, grosir, ritel dan waralaba, namun masih berhati-hati dalam distribusi. Myanmar 36. Setelah puluhan tahun terisolasi, Myanmar kini kembali terlibat dengan ekonomi global dengan menerapkan reformasi ekonomi yang komprehensif ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015, Myanmar memiliki potensi besar yang belum dimanfaatkan dalam pembangunan ekonomi, termasuk (a) keterbukaan pasar lokal, (b) sumber daya alam yang melimpah, dan (c) tenaga kerja muda. xx

8 37. Secara regional, pembangunan ekonomi Myanmar juga akan didorong oleh percepatan ekonomi yang didukung oleh reformasi keuangan, penyelarasan nilai tukar, promosi usaha kecil dan menengah (UKM) dan kawasan ekonomi khusus (KEK); serta mengambil keuntungan dari lokasi geografis Myanmar antara Tiongkok, India, dan ASEAN. Program dan Penyiapan Kelembagaan Pertanian Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN Program pemerintah terkait dengan peningkatan mutu produk didominasi oleh kegiatan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional disebutkan bahwa SNI merupakan satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI bertujuan untuk: (a) Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; (b) Membantu kelancaran perdagangan; dan (c) Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. 39. Berdasarkan Permentan 58 Tahun 2007, Sistem Standardisasi Nasional di bidang Pertanian atau Sistem Standardisasi Pertanian (SSP) merupakan tatanan jaringan sarana dan kegiatan standardisasi yang serasi, selaras dan terpadu serta berwawasan nasional di bidang pertanian, yang meliputi penelitian dan pengembangan standardisasi, perumusan standar, penetapan standar, pemberlakuan standar, penerapan standar, persiapan akreditasi, verifikasi, sertifikasi, pembinaan dan pengawasan standardisasi, kerjasama, informasi dan dokumentasi, pemasyarakatan, serta pendidikan dan pelatihan standardisasi. 40. Standardisasi bidang pertanian dimaksudkan sebagai acuan dalam mengukur mutu produk dan/atau jasa didalam perdagangan, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan pada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya saing dan kelancaran perdagangan. 41. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan telah memberi kewenangan kepada Menteri Pertanian untuk mengatur, membina dan/atau mengawasi kegiatan atau proses produksi pangan dan peredaran pangan segar. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, Ditjen PPHP diberikan tugas sebagai otoritas yang berwenang menangani keamanan pangan produk segar pertanian di Indonesia atau Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKP-P). 42. Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (Good Agricultural Practices for Fruit and Vegetables) sebagai panduan budidaya dalam proses produksi untuk menghasilkan produk aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan dimana GAP ini telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/10/2009. xxi

9 43. Dalam kerangka Pasar Tunggal ASEAN 2015, penerapan jaminan mutu dalam sistem standarisasi pertanian sangat diperlukan. Pengembangan dan penerapan sistem jaminan mutu terus dilakukan menghadapi persaingan perdagangan domestik maupun global. Beberapa hal pengembangan mutu dan standar yang telah dilakukan adalah SNI bidang pertanian yang hingga tahun 2012 berjumlah 599, yakni: (a) SNI Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura, yaitu (i) benih 25, (ii) pupuk dan pestisida 21, (iii) produk segar 44, (iv) produk olahan 65, (v) alat dan mesin 85, serta (vi) metode uji 12 SNI; (b) SNI Subsektor Perkebunan, mencakup (i) benih 12, (ii) produk 97, (iii) alat dan mesin 36, serta (iv) metode uji 23 SNI; (c) SNI Subsektor Peternakan, yakni (i) bibit 21, (ii) pakan ternak dan bahan baku pakan 48, (iii) produk 55, (iv) alat dan mesin 27, (v) serta metode uji 22 SNI; dan (d) SNI Standar Non Komoditi 6 SNI. 44. Sejalan dengan perkembangan agribisnis dan prospeknya untuk Pasar Tunggal ASEAN 2015, program dan kegiatan pembangunan pertanian bersama petani produsen saat ini sudah berorientasi dan diarahkan pada perencanaan proses produksi yang berdaya saing dan didasarkan atas prospek permintaan pasar/konsumen yang lebih luas. Dengan demikian, penetapan pilihan komoditas, penentuan skala usaha dan jadwal waktu produksi (pola tanam/panen) sangat memengaruhi keberhasilan mata rantai sistem agribisnis yang berorientasi pasar. Untuk mendukung hal tersebut, sistem agribisnis perlu ditata dan dikembangkan baik kualitas maupun penyebarannya sampai di tingkat masyarakat petani/kelompok tani/koperasi tani. 45. Dalam kerangka penyiapan kelembagaan yang kuat di tingkat petani/kelompok tani, pengolah dan pemasaran/perdagangan, pemerintah (pusat dan daerah) perlu melakukan berbagai program dan kegiatan yang mencakup: (a) perbaikan pengelolaan budidaya dan pertanaman, (b) pengembangan SDM dan teknologi dan (c) pemanfaatan SDA. Selain itu, di tingkat pengolah, pemerintah diharapkan dapat memerhatikan: (a) kontinuitas produk olahan yang berdaya saing, (b) optimalisasi kerjasama usaha produk olahan, (c) kerjasama investasi luar negeri dengan pengolah dalam negeri, dan (d) peningkatan produk olahan yang berorientasi pasar. Terkait dengan pemasaran, perhatian pemerintah diarahkan pada (a) penguatan kerjasama pelaku usaha pemasaran dalam dan luar negeri; dan (b) penguatan kerjasama antar pelaku usaha pemasaran dalam negeri. IMPLIKASI KEBIJAKAN Tujuan Kebijakan 46. Produk pertanian harus memiliki daya saing yang tinggi di pasar ASEAN dan global, dan oleh karena itu pemerintah perlu segera membenahi industri berbasis pertanian lokal secara terencana, konsisten, dan berkesinambungan. Kebijakan yang diambil harus mampu meningkatkan daya saing produk-produk pertanian strategis untuk menguasai pasar domestik dan sekaligus mampu menembus pasar ASEAN dan global. xxii

10 Dasar Pertimbangan 47. Permintaan produk pertanian diperkirakan terus meningkat sejalan dengan peningkatan penduduk dan kemampuan ekonomi masyarakat. Daya saing produk menjadi kata kunci bersama-sama dengan tingkat harga yang ditawarkan. 48. Dengan bebasnya arus barang keluar dan masuk ke pasar di kawasan Asia Tenggara, maka kekuatan daya saing harus cukup lentur untuk bertahan dan atau meningkatkan kekuatan di pasar. Dalam konteks inilah produk strategis sektor pertanian dipersiapkan menghadapi pasar tunggal ASEAN tahun Isi Kebijakan 49. Persiapan sektor pertanian Indonesia harus dilakukan secara terus-menerus, termasuk setelah MEA 2015 diberlakukan, dengan orientasi yang semakin tinggi terhadap penguasaan pasar komoditas/produk strategis pertanian. Beberapa aspek terkait dengan penyiapan sektor pertanian diantaranya mencakup (a) perbaikan sistem agribisnis dengan kegiatan pengolahan untuk meningkatkan daya saing produk; (b) instrumen kebijakan yang didasarkan atas harmonisasi, sinkronisasi, dan konsistensi kebijakan pembangunan ekonomi antara pemerintah pusat dan daerah; (c) ketersediaan infrastruktur pertanian (produksi, pengolahan, dan pemasaran); dan (d) penguatan kelembagaan ekonomi yang membuka peluang pasar produk pertanian strategis. 50. Hasil-hasil kajian yang diarahkan membantu strategi pengembangan produk berkualitas diantaranya mencakup: (a) Penyediaan inovasi teknologi dan kelembagaan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian; (b) Pengembangan industri hilir pertanian/agro-industri berbasis kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian (segar dan olahan); (c) Peningkatan jaringan kemitraan ekonomi (publicprivate partnership) produk pertanian; dan (d) Perbaikan data dan informasi (real-time, complete, reliable) atas produk pangan (segar dan olahan). 51. Kegiatan pelatihan/pengawalan kepada produsen/pelaku usaha (penerapan teknologi dan inovasi perlu dirancang dan dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Pelatihan dan pendampingan dalam berbagai uji coba peningkatan mutu produk pertanian (segar dan olahan) oleh Desk Pertanian ASEAN 2015 harus dilakukan secara terkoordinasi melalui kerjasama kegiatan dengan instansi/dinas terkait, khususnya untuk mengembangkan komoditas strategis manggis, salak, mangga, melon, dan jeruk (buah-buahan) serta buncis, kubis, dan kentang (sayuran). 52. Perlu dibentuk Desk Pertanian MEA 2015 di Kementerian Pertanian dengan agenda kegiatan yang relevan dan langsung terkait dengan penyiapan dan pengendalian kinerja sektor pertanian di pasar tunggal ASEAN. Kebijakan dan strategi harus dilengkapi dengan berbagai langkah operasional yang dapat diterapkan, khususnya di berbagai sentra produksi di daerah. xxiii

11 53. Kebijakan strategis perlu segera disiapkan, mencakup kegiatan budidaya, pengolahan, dan pemasaran/perdagangan dengan implementasi aksi untuk meningkatkan daya saing dan penerapan standar produk, sebagai pedoman membangun instrumen kebijakan dan sekaligus berupaya meningkatkan scorecard value menghadapi pasar tunggal ASEAN Instrumen kebijakan juga mencakup penyiapan peta jalan (road map) MEA 2015 produk pertanian Indonesia yang didiseminasikan secara terprogram kepada berbagai kalangan (stakeholders) terkait di pusat dan daerah. xxiv

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 Dr. Sahat M. Pasaribu Pendahuluan 1. Semua Negara anggota ASEAN semakin menginginkan terwujudnya kelompok masyarakat politik-keamanan,

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan KEBIJAKSANAAN UMUM 1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan 5. Pengembangan Perlindungan Hortikultura 6. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor

Lebih terperinci

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.

Lebih terperinci

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keadilan diartikan sebagai keadilan antar kelompok masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU Oleh : Budiman Hutabarat Delima Hasri Azahari Mohamad Husein Sawit Saktyanu Kristyantoadi

Lebih terperinci

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan BAB 3 ISU ISU STRATEGIS 1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN a. Urusan Perdagangan, menghadapi permasalahan : 1. Kurangnya pangsa pasar

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat sekarang ini pertanian tidak lagi menjadi aktivitas yang sederhana, tidak sekedar bercocok tanam, tetapi menjadi suatu kegiatan bisnis yang kompleks. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Lebih terperinci

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA Pendahuluan Policy Brief PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA 1. Dinamika perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini memberikan sinyal tentang pentingnya peningkatan daya saing pertanian. Di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sayur dan buah merupakan komoditas pertanian yang sangat berpotensi dalam memajukan dan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, komoditas sayur dan buah Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL RUMUSAN SEMINAR NASIONAL PENDAHULUAN Undang-Undang No 18/2012 tentang Pangan dan Undang-Undang No 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pangan dan perlindungan

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN PPHP TAHUN 2015

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN PPHP TAHUN 2015 RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN PPHP TAHUN 2015 DISAMPAIKAN OLEH IR. YUSNI EMILIA HARAHAP, MM DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN PADA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM 2016-2025 RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM 2016-2025

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN Kementerian Pertanian Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis, 1 April 2017 Pendahuluan Isi Paparan Kinerja dan permasalahan Posisi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LAMPIRAN I PERATURAN STRUKTUR ORGANISASI DAERAH STAF AHLI 1. STAF AHLI HUKUM, POLITIK DAN PEMERINTAHAN 2. STAF AHLI EKONOMI, DAN PEMBANGUNAN 3. STAF AHLI KEMASYARAKATAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA SEKRETARIS

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Gubernur Bank Indonesia Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Rakornas VI TPID 2015, Jakarta 27 Mei 2015 Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Para Menteri Kabinet Kerja Yth. Para Gubernur Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices Good Agricultural Practices 1. Pengertian Good Agriculture Practice Standar pekerjaan dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang dihaslikan memenuhi standar internasional. Standar ini harus dibuat

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan potensi wilayah dengan peluang yang cukup prospektif salah satunya adalah melalui pengembangan agrowisata. Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,

Lebih terperinci

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Good Agricultural Practices (GAP) GAP menjamin keamanan dan kualitas pangan viabilitas

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sub-sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar di sektor pertanian. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pemerintah

Lebih terperinci

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban untuk mewujudkan visi dan misi organisasinya sehingga visi dan misi Pemerintah dapat terwujud dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi

Lebih terperinci

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian, urusan perumahan rakyat, urusan komunikasi dan informatika, dan urusan kebudayaan. 5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) Pembangunan di tahun kelima diarahkan pada fokus pembangunan di urusan lingkungan

Lebih terperinci