BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat menjadi naik atau meningkat. Sedangkan menurut Samuelson dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat menjadi naik atau meningkat. Sedangkan menurut Samuelson dan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi 1. Konsep dan Definisi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sukirno (2005: 9), pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan dalam kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi pada masyarakat bertambah sehingga kemakmuran dalam masyarakat menjadi naik atau meningkat. Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (2004: 99), pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran ekspansi Produk Domestik Bruto (PDB) potensial atau output nasional suatu negara yang terjadi apabila batas kemungkinan dalam melakukan produksi (Production Possibility Frotier) suatu bangsa bergeser ke luar. Menurut Mankiw (2007: 17-19) salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi secara makro yaitu dengan menggunakan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama waktu tertentu. PDB sering dijadikan sebagai indikator terbaik untuk mengukur kinerja perekonomian. Hal ini didasarkan pada tujuan PDB yaitu meringkas kegiatan ekonomi dalam nilai mata uang tunggal pada periode waktu tertentu, mengukur pendapatan total dan pengeluaran total nasional atau arus uang output barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Alasan PDB dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran. 9

2 Menurut Mankiw (2007: 23), untuk mengukur kemakmuran ekonomi suatu negara yang lebih baik dengan menghitung output barang dan jasa serta tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga. Para ekonom menggunakan PDB rill atau PDB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) untuk menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika jumlah berubah tetapi harga tidak. Hal ini disebabkan PDB rill suatu negara bukan dipengaruhi atas perubahan harga melainkan perubahan jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam skala ekonomi yang luas. Dengan demikian, inti dari pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan perekonomian suatu negara yang dapat diukur dengan menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) atau PDB rill. PDB ADHK atau PDB rill dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut ini merupakan komponen PDB dari sisi pengeluaran (Y) dibagi atas empat komponen yaitu: konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran negara (G), dan ekspor neto (NX) (Mankiw, 2007: 25). Semua komponen PDB dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = C + I + G + NX (2.1) Keterangan: Y C I G NX = Produks Domestik Bruto (PDB) = Konsumsi = Investasi = Pengeluaran pemerintah = Ekspor neto 10

3 Persamaan di atas disebut identitas pos pendapatan nasional dengan penjabaran variabel-variabel persamaan sebagai berikut (Mankiw, 2007: 26): a. Konsumsi (consumption) adalah pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga. Barang konsumsi dibagi menjadi tiga subkelompok: barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Barang tidak lahan lama (nondurable goods) merupakan barang-barang dalam waktu singkat. Barang tahan lama (durable goods) merupakan barang-barang yang memiliki usia panjang. Jasa merupakan sesuatu yang dibeli tidak meliputi produksi hal fisik. b. Investasi (investment) adalah pembelian barang-barang untuk digunakan pada masa yang akan datang. Investasi juga dibagi menjadi tiga subkelompok: investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis merupakan pembuatan pabrik dan pembelian peralatan baru oleh perusahaan. Investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan rumah. Investasi persediaan merupakan peningkatan dalam persediaan barang perusahaan. c. Pengeluaran atau pembelian pemerintah (government purchase) mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat (federal). d. Ekspor neto (net exports) memperhitungkan perdagangan internasional (perdagangan antar negara) dengan cara pembelian produk dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga negara (impor). 11

4 2. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi Terdapat beberapa faktor pertumbuhan yang dapat membantu menjelaskan pertumbuhan ekonomi suatu negara yang dikenal sebagai Agregat Production Function (APF), antara lain (Samuelson dan Nordhaus, 2004: ): a. Sumber daya manusia merupakan input tenaga kerja yang terdiri dari kuantitas dan kualitas angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh keterampilan, pengetahuan, dan dispilin angkatan kerja. b. Sumber daya alam merupakan faktor produksi yang sangat penting. Sumber-sumber daya yang penting ini berupa tanah yang baik untuk ditanami, minyak, dan gas, hutan, air, mineral. Negara yang kaya dengan sumber daya alam dapat meningkatkan output dalam bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan, sehingga mengalami pertumbuhan ekonomi. c. Pembentuk modal berupa jalan, tenaga listrik, pabrik, dapat meningkatkan tingkat investasi serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi yang berdampak meningkatnya pertumbuhan ekonomi. d. Perubahan teknologi dan inovasi di bidang sains, rekayasa, manajerial dan kewirausahaan menunjukkan perubahan proses produksi atau pengenalan produk atau jasa baru. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas dan tingkat output. APF menghubungkan total output nasional dengan teknologi dan input, dimana Q = AF (K, L, R) (2.2) 12

5 Keterangan: Q K L R A F = output = jasa-jasa produktif modal = input tenaga kerja = input sumber daya alam = tingkat teknologi dalam ekonomi = fungsi produksi Ketika sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal bertambah, maka suatu negara dapat mengharapkan adanya pertambahan ouput. Produktivitas sebagai rasio output terhadap rata-rata input yang tertimbang. Ketika teknologi (A) meningkat melalui invensi atau pengambilalihan teknologi dari luar negeri, maka kemajuan ini memungkinkan negara memproduksi lebih banyak output dengan tingkat input yang sama. 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Terdapat berbagai teori mengenai pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi diantaranya sebagai berikut: a. Teori Ekonomi Neoklasik Ramalan Malthus mengenai keterbatasan produksi lahan untuk bisa mencukupi kebutuhan manusia dipatahkan oleh pemikiran Robert Solow dengan model pertumbuhan neoklasiknya yang berfungsi sebagai alat dasar untuk memahami proses pertumbuhan negara maju. Akumulasi modal dan teknologi baru menjadi kekuatan dominan yang dapat memengaruhi perkembangan ekonomi. Model pertumbuhan neoklasik 13

6 menjelaskan ekonomi pada output homogen tunggal yang diproduksi oleh dua jenis input, yaitu modal dan tenaga kerja. Model Solow menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya subtitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan batuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula sesuai dengan yang dibutuhkan (Samuelson & Nordhaus, 2004: 258). b. Teori Harrod-Domar Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan stabil dalam jangka panjang. Teori pertumbuhan Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi, di antaranya (Arsyad, 2010: 84): 1) Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2) Perekonomian terdiri dari 2 sektor, yaitu rumah tangga dan perusahaan, di mana tidak terdapat pemerintahan dan perdagangan luar negeri. 3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, di mana fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, dengan demikian rasio antara modal-ouput (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital output = ICOR). 14

7 Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal yang tidak dapat dipakai. Namun untuk menumbuhkan tingkat perekonomian, dibutuhkan tambahan stok modal berupa investasi-investasi baru. Jika dianggap ada hubungan secara langsung antara besarnya modal dengan total output maka setiap tambahan modal baru akan mengakibatkan kenaikan total output. Hubungan ini dikenal dengan istilah rasio modal-ouput (COR). Teori Harrod-Domar ini juga menjelaskan bahwa jika ingin tumbuh dengan baik, maka perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh. c. Teori Pertumbuhan Endogen Teori pertumbuhan endogen diperkenalkan oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) memberikan dasar teori yang lebih lugas mengenai hubungan positif antara perdagangan internasional dengan pertumbuhan dan pembangunan jangka panjang. Teori pertumbuhan endogen merumusakan bahwa penurunan hambatan perdagangan akan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dalam jangka panjang dengan cara sebagai berikut (Salvatore, 2014: 348): 1) Memperkenankan negara berkembang untuk menyerap teknologi yang dikembangkan oleh negara maju pada taraf yang lebih cepat dibandingkan dengan keterbukaan yang lebih rendah. 15

8 2) Meningkatkan manfaat yang mengalir melalui penelitian dan pengembangan. 3) Mendorong skala ekonomi produksi yang lebih besar. 4) Mengurangi distorsi harga dan mendorong penggunaan sumber daya lebih efisien. 5) Mendorong spesialisasi yang lebih besar dan produksi bahan baku setengah jadi yang lebih efisien. 6) Mendorong pengenalan barang dan jasa baru dengan lebih cepat. Teori pertumbuhan endogen mendalami dan mencoba menjelaskan dengan lebih teliti mengenai saluran atau cara di mana hambatan perdagangan lebih sedikit sehingga dapat memicu pertumbuhan dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori pertumbuhan endogen mecoba menjelaskan secara teoritis melalui perdagangan bebas dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan pembangunan dalam jangka panjang. d. Teori Mundell-Fleming Menurut Mankiw (2007: ) model Mundell-Fleming pada dasarnya merupakan pengembangan dari model IS-LM. Kedua model tersebut menekankan interaksi antara pasar barang dan pasar uang. Perbedaannya pada model Mundell-Fleming mengasumsikan perekonomian terbuka (small open economic). Dalam perekonomian terbuka terdapat unsur ekspor dan impor serta neraca pembayaran (balance of payment). Dengan asumsi small open economic dan mobilitas modal 16

9 sempurna berarti tingkat bunga dalam perekonomian tersebut (r) ditentukan oleh tingkat bunga dunia (r*) atau r = r*. Tingkat bunga dunia ini diasumsukan tetap secara eksogen karena perekonomian tersebut relatif kecil dibandingkan perekonomian dunia sehingga dapat meminjam atau memberi pinjaman sebanyak yang diinginkan di pasar uang dunia tanpa mempengaruhi tingkat bunga dunia. Mundell (dalam Mankiw, 2007: 328) menjelaskan bahwa kebijakan moneter akan memengaruhi nilai tukar dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap output dan inflasi. Mundell menunjukkan bahwa mobilitas modal sempurna akan menimbulkan hubungan sederhana antara tingkat suku bunga jangka pendek dengan nilai tukar (interest parity relationship). Dia juga menjelaskan bahwa perbedaan tingkat suku bunga antara dua negara sama dengan perubahan ekspektasi nilai tukarnya. Model Mundell-Fleming tersebut dapat digunakan untuk menganalisis kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan fiskal yang ekspansif berupa peningkatan pengeluaran pemerintah atau penurunan pajak pada mulanya akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kurva IS bergeser ke kanan. Peningkatan pendapatan masyarakat tersebut pada awalnya akan meningkatkan suku bunga domestik. Karena suku bunga domestik meningkat melebihi suku bunga dunia sehingga terjadi aliran modal masuk sampai suku bunga domestik tersebut permintaan uang domestik akan meningkatkan sehingga menyebabkan terjadinya apresiasi. Apresiasi mata uang akan menyebabkan daya saing ekspor menurun akibatnya ekspor neto akan 17

10 menurun sehingga dapat menurunkan output. Kurva IS-LM dengan kebijakan fiskal ekspansif dalam sistem kurs sebagai berikut: Kurs LM IS 0 IS 1 E 0 E 1 0 Y Pendapatan, output, Y Gambar 2.1. Kurva IS-LM Dengan Ekspansi Fiskal Dalam Sistem Kurs Sumber: Mankiw (2007: 333) Sementara itu, kebijakan moneter yang ekspansif dalam nilai tukar cukup efektif dalam meningkatkan output nasional. Peningkatan uang beredar berarti akan menaikkan keseimbangan uang rill sehingga akan menggeser kurva LM ke kanan. Kenaikan uang beredar pada mulanya akan menurunkan suku bunga domestik. Karena suku bunga domestik lebih kecil dari suku bunga dunia sehingga modal akan mengalir ke luar sampai pada tingkat suku bunga domestik sama dengan suku bunga domestik di pasar valuta asing meningkat sehingga terjadi depresiasi. Depresiasi (penurunan nilai mata uang) akan menyebabkan daya saing ekspor meningkat yang pada akhirnya akan menyebabkan ekspor neto meningkat. Peningkatan ekspor neto tersebut akan meningkatkan output. Kurva IS-LM dengan kebijakan moneter dalam sistem kurs dapat digambarkan sebagai berikut: 18

11 Kurs LM 0 LM 1 IS E 1 E 0 0 Y 0 Y 1 Pendapatan, output, Y Gambar 2.2. Kurva IS-LM Dengan Ekspansi Moneter Dalam Sistem Kurs Sumber: Mankiw (2007: 335) B. Perdagangan Internasional 1. Konsep dan Definisi Perdagangan Internasional Menurut Case dan Fair (2007: 356) menyatakan bahwa semua perekonomian terlepas dari ukurannya, bergantung pada perekonomian lain dan terpengaruh berpengaruh oleh peristiwa di luar batasnya. Suatu negara pasti membutuhkan negara lain dalam memenuhi kebutuhan domestiknya karena tidak semua komoditas dimiliki oleh setiap negara. Dengan demikian, untuk memiliki barang yang tidak dapat diproduksi sendiri maka terjadilah perdagangan internasional. Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena masingmasing negara mendapatkan keuntungan perdagangan bagi mereka. Keuntungan perdagangan terjadi ketika suatu negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang-barang dibandingkan suatu negara harus 19

12 memproduksi semua jenis barang. Suatu negara akan mengekspor barangbarang yang diproduksi dengan menggunakan sumberdaya melimpah dan mengimpor barang-barang yang diproduksi dengan sumberdaya langka di dalam negeri (Krugman, Obstfeld, dan Meltiz 2012: 34). 2. Ekspor Mankiw (2007: 230) menjelaskan bahwa ekspor adalah kegiatan memproduksi berbagai macam barang dan jasa di dalam negeri kemudian dijual di luar negeri. Menurut Amir (2004: 100) ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Penjualan barang ke luar negeri, dapat secara langsung tanpa mengubah bentuk barang dan penjualan barang ekspor dengan mengolah barang terlebih dahulu, yang disesuaikan dengan keinginan maupun selera konsumen di luar negeri. Amir (2004: 101) menyatakan bahwa kegiatan ekspor tersebut memiliki tujuan diantaranya adalah: a. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba). b. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik (membuka pasar ekspor). c. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity). d. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat. 20

13 Pembelian di luar negeri, ataupun untuk pembayaran jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengharuskan setiap negara berusaha untuk memiliki atau menguasai alat-alat pembayaran luar negeri. Alat pembayaran luar negeri atau juga disebut foreign exchange currency atau devisa dapat dianggap sebagai tagihan terhadap luar negeri yang dapat dipergunakan untuk melunasi utang yang terjadi dengan luar negeri. Salah satu sumber devisa dalam suatu negara adalah berasal dari hasil-hasil ekspor. Setiap negara dengan masing-masing struktur ekonominya, mempunyai sumber devisa yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalah suatu negara yang struktur ekonominya merupakan negara industri, maka sumber devisa utamanya adalah berasal dari ekspor produksi sektor industri (Amir, 2000: ). Menurut Mankiw (2006: 231) terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi ekspor, impor, dan net ekspor suatu negara, yaitu sebagai berikut: a. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri. b. Harga barang-barang di dalam dan luar negeri. c. Nilai tukar yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli sejumlah mata uang asing. d. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri. e. Biaya membawa barang dari suatu negara ke negara lain. f. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional. Hipotesis yang menganggap adanya hubungan antara pertumbuhan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi disebut dengan export-led growth 21

14 hypothesis (ELGH). Hipotesis ini menjelaskan perananan ekspor sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dengan mendorong perdagangan menjadi lebih aktif dalam pertumbuhan ekonomi. Kilavuz dan Topcu (2012) menjelaskan bahwa ekspor yang dilakukan industri manufaktur sebagai mesin pertumbuhan dan menciptakan eksternalitas positif dalam perekonomian. Dengan terciptanya eksternalitas positif akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekspor industri manufaktur tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga meningkatkan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini yang jadi pertimbangan Kilavuz dan Topcu bahwa ekspor sektor industri manufaktur sebagai mesin pertumbuhan. Tekin (2012) menjelaskan bahwa cara ekspor meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan cara menggunakan sumberdaya yang tidak terpakai yang berdampak meningkatkan produktivitas industri sehingga mempercepat pertumbuhan output. Selain itu, kontribusi ekspor sebagai sumber pemasukan devisa negara yang digunakan untuk mengimpor input sehingga dapat memenuhi kebutuhan barang dalam negeri serta memperlancar ekspansi output. Dengan demikian, pertumbuhan ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan ukuran pasar yang efisien serta mempercepat pembentukan modal. C. Foreign Direct Investment (FDI) 1. Konsep dan Definisi Foreign Direct Investment (FDI) Ball et al. (2014: 51) menjelaskan bahwa Foreign Direct Investment (FDI) adalah pembelian saham yang cukup di mana investor berpartisipasi 22

15 dalam manajemen perusahaan selain menerima keuntungan pada modal mereka. Krugman, Obstfeld, dan Meltiz (2012: 630) menjelaskan bahwa FDI merupakan aliran dana masuk (capital inflow) ke suatu negara, seperti perusahaan multinasional yang mendirikan cabang perusahaan di negara lain. 2. Jenis-Jenis Investasi Asing Investasi luar negeri diklasifikasikan oleh Salvatore (2014: 382) menjadi dua jenis investasi, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung (FDI). a. Investasi portofolio merupakan aset keuangan murni, seperti obligasi yang dihitung dalam mata uang domestik. Melalui obligasi, investor dapat dengan mudah meminjamkan modal untuk mendapatkan return pada kisaran tertentu dan menerima tunai pada tanggal yang ditentukan Pemerintah Federal Amerika Serikat mendefinisikan investasi portofolio sebagai investasi keuangan pembelian saham dengan jumlah tidak lebih dari 10% dari total saham yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pembelian lebih dari 10% dianggap sebagai investasi langsung. Investasi portofolio atau investasi keuangan sebagian besar berada di institusi keuangan seperti bank dan institusi pengelola dana investasi. b. Investasi langsung atau direct investment adalah investasi rill dalam bentuk pabrik, barang modal, tanah, dan persediaan di mana modal dan manajemen keduanya terlibat dan investor tetap memegang kendali atas modal yang diinvestasikan. Investasi langsung ini biasanya dalam bentuk sebuah perusahaan besar membuka cabang perusahaan di lokasi lain atau mengambil alih perusahaan lain dengan cara pembelian saham. 23

16 Pemerintah Federal Amerika Serikat mengkategorikan pembelian saham dengan persentasi 10% atau lebih dikategorikan sebagai investasi langsung, maka dalam konteks internasional investasi langsung merupakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional (MNC) yang bergerak dalam bidang manufaktur, ekstraksi sumber daya alam, atau jasa. Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing langsung sama pentingnya seperti investasi portofolio sebagai bentuk aliran modal swasta internasional. 3. Motif Melakukan Investasi Asing Langsung Salvatore (2014: ) menjelaskan motif utama melakukan investasi langsung di luar negeri adalah untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Kemungkinan mendapat tingkat pengembalian yang tinggi bisa disebabkan oleh tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi di luar negeri, pengenaan pajak yang lebih baik, atau ketersediaan infrastruktur yang lebih baik. Selain untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi tersebut. Perusahaan multinasional (MNC) berinvestasi asing langsung juga guna melakukan diversifikasi risiko dengan tidak meletakan keseluruhan aset perusahaannya di suatu lokasi atau negara yang sama. Salvatore menambahkan, perusahaan multinasional (MNC) (umumnya di pasar monopolistik dan oligopolistik) memiliki kemampuan produksi dan keahlian manajerial yang dapat menguntungkan apabila melakukan ekspansi ke luar negeri serta masih mempertahankan kendali secara langsung. Salvatore menyebut hal tersebut dengan istilah integrasi horizontal mengenai kegiatan perusahaan yang melakukan ekspansi usaha ke luar negeri. Ketika suatu 24

17 perusahaan telah maju di dalam negeri, secara naluri mereka akan mencoba untuk melakukan ekspansi. Proses ekspansi inilah yang dimaksud integrasi horizontal. Dengan melakukan investasi langsung di luar negeri, mereka dapat memperoleh kemungkinan keuntungan yang lebih besar karena perusahaan tersebut menguasai apa yang tidak dimiliki oleh perusahaan di negera tujuan. Selain itu, MNC melakukan investasi asing langsung untuk menjaga kerahasiaan proses produksi, memiliki kontrol penuh atas pengetahuan perusahaan, sekaligus memastikan kualitas produk dan pelayanan. Motif penting lainnya adalah untuk memegang kendali atas bahan mentah yang dibutuhkan dan memastikan kontinuitas suplai pada biaya yang terendah. Hal itu yang disebut Salvatore sebagai sebuah integrasi vertikal dan merupakan bentuk sebagian besar penanaman modal asing di negara berkembang dan di negara maju yang mempunyai sumberdaya alam atau sumber bahan baku melimpah seperti yang dilakukan Chevron di Indonesia. Salvatore menambahkan, dengan cara menguasai integrasi vertikal ini, MNC dapat melakukan penguasaan terhadap penjualan dan distribusi barang yang telah diproduksi. Motif selanjutnya melakukan investasi langsung di negara lain adalah untuk menghindari hambatan tarif halangan lainnya seperti proteksi yang diberlakukan suatu negara terhadap impor barang dan jasa. Contohnya adalah investasi asing langsung yang dilakukan oleh perusahaan Amerika Serikat di negara Uni Eropa dan beberapa penanaman modal asing dalam sektor manufaktur di negara berkembang. Selain itu, untuk memasuki pasar asing oligopolistik demi membagi keuntungan serta meningkatkan pangsa ekspor. 25

18 4. Dampak FDI Terhadap Negara Investor dan Negara Tuan Rumah Menurut Salvatore (2014: ) membagi dampak kehadiran FDI menjadi dua, yaitu terhadap negara investor dan terhadap negara tuan rumah. Berikut ini merupakan dampak aliran FDI dengan asumsi modal dan tenaga kerja digunakan secara penuh (full employment): a. Memberikan total dan rata-rata imbal hasil atau pengembalian modal di negara tuan rumah, akan tetapi total dan rata-rata imbal hasil tenaga kerja di negara investor menurun. Sehingga, ketika negara investor mendapat keuntungan agregat dari investasi di negara tuan rumah, terdapat redistribusi pendapatan dalam negeri dari tenaga kerja ke modal dengan alasan yaitu tenaga kerja yang dikelola oleh negara investor berlawanan dengan investasi yang dilakukan oleh negara investor di negara sasaran. b. Transfer modal FDI dapat memengaruhi neraca pembayaran (mengukur total penerimaan dan pengeluaran) di negara investor dan negara tuan rumah. Negara investor mengalami defisit neraca pembayaran disebabkan meningkatnya pengeluaran asing di negara investor, sedangkan neraca pembayaran negara tuan rumah mengalami surplus atau perbaikan neraca pembayaran pada saat menerima investasi asing pada tahun tersebut, sehingga terjadi peningkatan output nasional negara tuan rumah dan penyerapan tenaga kerja juga bertambah. c. Transfer modal awal dan meningkatnya pengeluaran di luar negeri pada negara investor atau defisit neraca pembayaran negara investor dapat diatasi oleh naiknya ekspor barang modal, komponen kecil, dan produk lain di negara investor, serta melalui kelanjutan aliran keuntungan di 26

19 negara investor. Pengembalian transfer modal awal diestimasi lima sampai sepuluh tahun. d. FDI memengaruhi kesejahteraan di negara investor dan negara tuan rumah dari perbedaan tingkat pajak dan penerimaan asing di berbagai negara. Contohnya, pajak perusahaan di Amerika Serikat (AS) sebagai negara investor sebesar 40% dari penerimaan tetapi pajak penerimaan di Inggris hanya 30% sebagai negara tuan rumah, maka perusahaan AS melakukan investasi langsung di Inggris atau mengubah rute penjualan luar negeri melalui cabangnya di Inggris untuk mendapatkan tingkat pajak yang lebih rendah. Karena sebagian negara termasuk AS merupakan penggagas perjanjian pajak berganda, (untuk menghindari pajak berganda dengan dasar ekuitas), sehingga AS hanya memungut pajak sebesar 10% dari penerimaan luar negerinya (selisih antara tingkat pajak dalam negeri 40% dan tingkat pajak luar negeri sebesar 30%) saat penerimaan luar negeri diterima. Akibatnya, terjadi penurunan dasar dan jumlah pajak yang dipungut di negara investor, sedangkan negara tuan rumah mengalami kenaikan jumlah pajak. e. FDI memengaruhi output dan volume perdagangan di kedua negara serta cenderung memengaruhi neraca perdagangan. FDI juga berdampak pada kemajuan teknologi negara investor dan negara tuan rumah melalui perekonomiannya serta dapat mampu mengambil kebijakan ekonominya sendiri. 27

20 D. Nilai Tukar 1. Konsep dan Definisi Nilai Tukar Nilai tukar adalah harga suatu mata uang dalam negeri dari satu unit mata uang luar negeri (Salvatore, 2014: 80). Nilai tukar mata uang antara kedua negara adalah harga mata uang yang digunakan oleh penduduk negara-negara tersebut untuk saling melakukan perdagangan antara satu sama lain (Mankiw, 2007: 128). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar adalah harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang digunakan dalam melakukan perdagangan antara kedua negara tersebut di mana nilai ditentukan oleh penawaran dan permintaan dari kedua mata uang. Dengan terjadinya permintaan dan penawaran nilai tukar dapat menyebabkan perubahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya. Dalam Case dan Fair (2007: 394), peningkatan nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang negara lain disebut apresiasi mata uang. Sebaliknya, penurunan nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang negara lain disebut depresiasi mata uang. 2. Nilai Tukar Nominal dan Nilai Tukar Rill Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua macam, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar rill, berikut penjelasannya (Mankiw, 2007: 128): a. Nilai Tukar Nominal Nilai tukar nominal adalah perbandingan harga relatif dari mata uang antara dua negara. Nilai tukar nominal tersebut merupakan nilai tukar antar dua negara yang diberlakukan di pasar valuta asing. 28

21 b. Nilai Tukar Rill Nilai tukar rill adalah perbandingan harga relatif dari barang yang terdapat di dua negara. Dengan kata lain, mata uang rill menjelaskan tingkat harga di mana kita dapat memperdagangkan barang dari satu negara dengan barang negara lain. Nilai tukar rill ditentukan oleh nilai tukar nominal dan perbandingan tingkat harga domestik dan luar negeri. Berikut adalah rumus menghitung nilai tukar rill: Nilai tukar rill = Nilai tukar nominal x harga barang domestik Harga barang luar negeri......(2.3) Dengan demikian, nilai tukar rill ditentukan oleh tingkat harga barang dalam mata uang domestik serta nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Apabila nilai tukar uang rill dari mata uang domestik tinggi, maka harga barang-barang di luar negeri relatif lebih murah dan harga barang-barang di dalam negeri relatif lebih mahal. Sebaliknya, apabila nilai tukar rill dari mata uang domestik rendah, maka harga barang-barang di luar negeri relatif lebih mahal dan harga barangbarang di dalam negeri relatif lebih murah. 3. Sistem Nilai Tukar Madura (2006: 220) menjelaskan bahwa dalam perkembangan ekonomi dan keuangan internasional, sistem nilai tukar dapat dikategorikan dalam beberapa jenis berdasarkan pada seberapa kuat tingkat pengawasan pemerintah terhadap nilai tukar. Secara umum kebijakan nilai tukar uang digolongkan dalam empat kebijakan sebagai berikut: 29

22 a. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System) Dalam sistem nilai tukar ini, nilai tukar mata uang akan diatur oleh otoritas moneter untuk selalu konstan atau dapat berfluktuasi dengan suatu batas yang kecil. Bila nilai tukar berfluktuasi terlalu besar, maka otoritas moneter akan melakukan intervensi untuk menjaga fluktuasi dalam batasbatas yang dikehendaki. Pada kondisi tertentu bila dibutuhkan otoritas moneter akan melakukan pemotongan mata uangnya (devalue) terhadap mata uang negara lain. Pada kondisi lain, otoritas moneter dapat mengembalikan nilai mata uang (revalue) atau meningkatkan nilai mata uangnya terhadap mata uang lain. b. Sistem Nilai Tukar mengambang Bebas (Freely Floating Exchange Rate) Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar mata uang diperbolehkan berfluktuasi sehingga nilainya sangat fleksibel. Dalam kondisi nilai tukar mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terus menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate) Sistem nilai tukar ini yang terletak diantara tetap dan mengambang bebas. Dalam sistem ini nilai tukar mata uang dibiarkan berfluktuasi, tetapi pemerintah memberi batas minimal dan maksimal dari nilai tukar mata 30

23 uang domestik terhadap mata uang asing untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. d. Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged Exchange Rate System) Dalam sistem nilai tukar terikat, nilai tukar mata uang domestik diikatkan pada satu atau beberapa mata uang asing, biasanya pada mata uang yang nilainya cenderung stabil seperti dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing (selain dolar Amerika Serikat) akan berfluktuasi sesuai fluktuasi dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, jika nilai tukar dolar Amerika Serikat stabil, maka mata uang domestik juga akan stabil. 4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai Tukar Ada beberapa faktor utama yang memengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing (Madura, 2009: 89) yaitu: a. Perubahan Tingkat Inflasi Relatif Perubahan tingkat relatif antara negara dengan negara lainnya akan dapat berdampak pada aktivitas perdagangan internasional. Perubahan aktivitas perdagangan ini akan berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran mata uang negara tersebut. Hal ini kemudian dapat pula memengaruhi nilai tukar. b. Suku Bunga Relatif Perubahan suku bunga dapat memengaruhi investasi pada sekuritas asing, yang akan memengaruhi permintaan dan penawaran suatu mata uang. Terjadi investasi cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaaan tingkat suku bunga 31

24 di dalam dan luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau luar negeri. Dengan demikian, sumber dari perbedaaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri. c. Tingkat Pendapatan Relatif Perubahan tingkat pendapatan relatif antara satu negara dengan negara lainnya akan berdampak terhadap tingkat permintaan ekspor dan impor negara tersebut. Perubahan permintaan ekspor dan impor ini akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran mata uang negara tersebut. Hal ini kemudian akan memengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut. d. Kontrol Pemerintah Kebijakan pemerintah dapat memengaruhi kesimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk: 1) Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing. 2) Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri. 3) Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang. adalah: Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang 1) Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar domestik yang bersangkutan. 2) Untuk membuat kondisi nilai tukar di dalam batas-batas yang ditentukan. 3) Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara. 32

25 4) Berpengaruh terhadap variabel makro seperti makro seperti inflasi, tingkat suku bunga, dan pendapatan. e. Ekspektasi Masa Depan Sebagaimana pada pasar keuangan lainnya, ekspektasi masa depan dapat memengaruhi nilai tukar pada pasar valuta asing. Umumnya ekspektasi pasar ini didasarkan pada kemungkinan terjadinya perubahan tingkat suku bunga dan kondisi ekonomi suatu negara di masa depan. Kemudian spekulator dapat memanfaatkan hal tersebut untuk mengambil posisi yang berakibat langsung pada perubahan nilai tukar mata uang. 5. Teori Paritas Daya Beli Teori paritas daya beli (purchasing-power parity-ppp) merupakan teori perdagangan internasional yang menyatakan bahwa tingkat kurs ditetapkan sedemikian rupa sehingga harga barang yang serupa di negara berbeda adalah sama (Case dan Fair, 2007: 396). Pada teori purchasing power parity (PPP) ini dibagi menjadi dua yaitu: a. Teori Paritas Daya Beli Mutlak Teori paritas daya beli mutlak merumuskan bahwa keseimbangan nilai tukar di antara dua mata mata uang sama dengan rasio dari tingkat harga di kedua negara. Bentuk persamaannya adalah: R= P p (2.4) Dimana R adalah nilai tukar atau kurs spot serta P dan P * adalah tingkat harga umum di dalam negeri dan di luar negeri. Teori ini mengacu pada hukum the law of one price di mana sebuah komoditi yang sama 33

26 seharusnya memiliki harga yang sama pada kedua negara jika dinyatakan dalam mata uang yang sama. Teori ini dinilai tidak realistis karena mengabaikan transaksi modal. Jadi ketika negara mengalami arus masuk keluar akan mendapati defisit di neraca pembayaran, sementara negara yang menerima arus modal masuk akan mengalami surplus jika nilai tukar merupakan satusatunya yang menyeimbangkan perdagangan. Selain itu, teori PPP tidak dapat menunjukkan bahwa nilai tukar dapat menyeimbangkan perdagangan barang dan jasa akibat gagal memperhitungkan biaya transportasi atau hambatan lain dalam perdagangan internasional (Salvatore, 2014: 70-71). b. Teori Paritas Daya Beli Relatif Teori paritas daya beli relatif (relative purchasing-power parity) menjelaskan bahwa fluktuasi nilai tukar merupakan perubahan tingkat harga di kedua negara selama periode waktu yang sama. Teori PPP relatif dirumuskan sebgai berikut (Salvatore, 2014: 72): R = P 1/P 0 P 1 /P 0 = R (2.5) Di mana R1 dan R0 merupakan nilai tukar pada periode 1 dan periode dasar. Misalkan tingkat harga umum di negara A tidak mengalami perubahan pada periode dasar ke periode 1 (yakni, P * 1/P * 0 =1), sementara tingkat harga di negara B mengalami kenaikan sebesar 50%, maka menurut teori PPP relatif, nilai tukar negara B terhadap nilai tukar negara 34

27 A naik sebesar 50% atau mata uang negara B mengalami depresiasi terhadap mata uang negara A sebesar 50%. E. Hubungan Variabel Independen Dengan Variabel Dependen 1. Hubungan Ekspor Dengan Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan endogen menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara perdagangan internasional dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Perdagangan internasional berupa ekspor meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara mendorong skala ekonomi produksi yang lebih besar sehingga berdampak terhadap meningkatnya produktivitas. Hal tersebut didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Azam, et al. (2015), Tekin (2012), Kilavuz dan Topcu (2012), Haseb, et al. (2014), Tang, Lai, dan Ozturk (2015) yang menunjukkan bahwa ekspor signifikan dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Harberler (dalam Salvatore, 2014: 347), kontribusi perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dapat mendorong penggunaan penuh sumber daya dalam negeri yang setengah menganggur. Maksudnya negara berkembang dapat bergerak dari titik produksi yang tidak efisien di dalam batas produksinya, dengan sumberdaya yang tidak digunakan akibat permintaan dalam yang tidak mencukupi menuju titik pada batas produksinya melalui perdagangan sehingga perdagangan menunjukkan lubang surplus (vent surplus) atau saluran keluar untuk potensi surplus komoditas pertanian dan bahan mentah terutama negara di Asia Tenggara dan Afrika Barat. 35

28 2. Hubungan Foreign Direct Investment (FDI) Dengan Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik yang dikemukakan oleh Robert Solow menjelaskan bahwa akumulasi modal dan teknologi baru menjadi kekuatan dominan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, teori Harrod-Domar menyatakan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan tambahan modal berupa investasi-investasi baru. Dengan masuknya Foreign Direct Investment (FDI) memengaruhi output dan pendapatan dengan meningkatkan persediaan modal yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, FDI dapat meningkatkan penyerapan angkatan kerja melalui penciptaan lapangan kerja serta meningkatkan modal manusia melalui teknologi dan transfer pengetahuan melalui pelatihan tenaga kerja (Hoang, Wibhoonchutikula, dan Tubtimtong, 2010). Dengan demikian, masuk FDI dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatkan modal dan teknologi. Hal tersebut sesuai dengan teori pertumbuhan neoklasik dan teori Harrod-Domar. Selain itu, didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Lamsiraroj (2016), Kilavuz dan Topcu (2012), Haseb et al. (2014) yang menunjukkan bahwa FDI berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Hubungan Nilai Tukar Dengan Pertumbuhan Ekonomi Teori Mundell-Fleming menjelaskan bahwa depresiasi nilai tukar dapat meningkatkan output. Dengan terdepresiasinya nilai tukar akan menyebabkan ekspor neto meningkat. Peningkatan ekspor neto tersebut akan meningkatkan output sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut 36

29 didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gbenga dan Ayo Joy (2014) serta Yusof dan Febrina (2014) yang menunjukkan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. F. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. Judul (Penulis) Alat Analisis Variabel Hasil Penelitian 1. Foreign Direct Data Panel Dependen: FDI dan ekspor Investment, Trade and Economic Growth: A New PDB Independen: mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan Paradigm of the Ekspor negara BRICS. BRICS (Azam, et FDI Dengan demikian, al., 2015). FDI dan ekspor merupakan mesin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan atau jangka panjang. 2. Economic Panel Data Dependen: Terdapat signifikansi Growth, Export and Foreign Direct Investment Granger Causality dengan PDB Independen: dan hubungan positif antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi in Least pendekatan Ekspor di tiga negara, yaitu Developed Seemingly FDI Haiti, Sierra Leone, Countries: A Unraleted dan Rwanda. Haiti. Panel Granger Regression Benin dan Togo Causality (SUR) merupakan negara yang terdapat 37

30 Analysis (Tekin, hubungan antara FDI 2012). dan pertumbuhan ekonomi. 3. Economic Growth Data panel Dependen: Ekspor industri in The Case of The Manufacturing Industry: Panel PDB Independen: manufaktur berbasis teknologi tinggi signifikan dan Data Analysis of Developing Countries (Kilavuz dan Ekspor Industri manufakt berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, Topcu (2012). ur pengaruh impor teknologi industri manufaktur tinggi berbasis teknologi dan rendah berpengaruh rendah positif dan signifikan Impor terhadap pertumbuhan industri ekonomi. manufakt ur teknologi tinggi dan rendah 38

31 4. How export-led Metode vector Dependen: Hipotesis export-led growth hypothesis? Evidance From Asia s Four Little autoregressio n (VAR) dengan uji kasualitas PDB Independen: growth (ELG) signifikan di Hongkong dan Dragons (Tang, Lai, dan Ozturk, 2012). Modified Wald (MWALD) Ekspor Singapura, sedangkan di Taiwan dan Korea Selatan menunjukkan tidak signifikan. Hal ini dikarenakan rasio ekspor terhadap PDB di Hongkong pada tahun 2007 mencapai 165% dan rasio ekspor terhadap PDB di Singapura pada tahun 2006 mencapai 138%. Sedangkan, rasio ekspor terhadap PDB di Korea Selatan dan Taiwan hanya 38% dan 64%. 5. Export, Foreign Autoregressiv Dependen: Dalam jangka panjang Direct Investment and Economic e Distributed Lag (ARDL) PDB dan jangka pendek ekspor dan FDI 39

32 Growth Empirical dan Error Independen: pertumbuhan ekonomi Evidance From Malaysia (1971- Correction Model (ECM) Ekspor mempunyai hubungan signifikan dan positif. 2013) (Haseb, et.al, 2014). FDI Hasil tersebut mendukung hipotesis Export Led Growth (ELG) dan FDI Led Growth (FLG) di Malaysia. 6. The Foreign Data panel Dependen: Hubungan FDI Direct Investment- dengan pendekatan PDB dan dengan pertumbuhan ekonomi signifikan Economic Growth Nexus (Lamsiraroj, simultaneous system of equation FDI Independen: dan positif di mana FDI dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi 2016). FDI dan PDB dan FDI berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. 7. Does Foreign Data Panel Dependen: Hasil penelitian Direct Investment Promote Economic Growth in Vietnam? PDB Independen: menunjukkan bahwa FDI, investasi domestik, modal (Hoang, Wibhoonchutikul a, Tubtimtong, 2010). FDI Investasi domestik manusia, ekspor dan tenaga kerja berpengaruh positif Modal manusia Ekspor dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, 40

33 Tenaga kerja pengaruh FDI rendah terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut disebabkan transfer teknologi dan pengetahuan belum berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Transfer modal dari masuknya FDI menjadi satusatunya aliran yang membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Vietnam. 8. Effective Real Panel unit Dependen: Dalam jangka panjang Exchange Rate Volatility and Economic Growth root dan cointergration PDB Independen nilai tukar efektif berpengaruh negatif in Sub-Saharan Volatilitas dan signifikan, Africa: Evidance from Panel Unit Root and Cointegration nilai tukar Pertumbu han tenaga sedangkan investasi dan financial development kerja 41

34 (Ndambendia dan Investasi berpengaruh positif Al-Hayky 2011). Financial developm ent dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pertumbuhan tenaga kerja tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 9. The Effect of Data panel Dependen: Hasil penelitian ini Exchange Rate Fluctuations on PDB menjelaskan bahwa financial development Economic Growth Independen dan nilai tukar Consedering The Nilai berpengaruh negatif Level of tukar dan signifikan Development of Financial Markets in Selected Financial Develop ment terhadap pertumbuhan ekonomi di 18 negara berkembang. Developing. Countries (Basirat, Nasirpour, 42

35 Jorjorzadeh (2014). 10. The Impact Ordinary Dependen: Nilai tukar, JUB, suku Exchange Rate On Economic Least Square (OLS) PDB bunga, berpengaruh positif terhadap Growth in Independen: pertumbuhan ekonomi Nigeria (1980- Nilai di Nigeria, sedangkan 2012). (Gbenga tukar inflasi berpengaruh dan Ayo Joy 2014). Neraca pembaya negatif. ran JUB Inflasi 11. Trade Opennes, Johansen Dependen: Dalam jangka panjang Real Exchange Rate, Gross Domestic kointegrasi dan granger causality PDB Independen: variabel trade openness, investasi Investment and Nilai domestik bruto, dan Growth in Indonesia.Yusof dan Febrina (2014). tukar Investasi domestik bruto nilai tukar signifikan serta berpengaruh positif terhadap Trade openness pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan 43

36 uji Granger causality menunjukkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara PDB dan nilai tukar. G. Kerangka Pemikiran Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh ekspor, FDI, dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, serta Vietnam periode Secara sederhana, kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Ekspor Foreign Direct Investment (FDI) Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Nilai Tukar Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan berhasilnya pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan menggunakan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan 44

37 nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama waktu tertentu. Dari kerangka pemikiran di atas dapat dijelaskan bahwa penentu pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam adalah ekspor, Foreign Direct Investment (FDI), dan nilai tukar. Ekspor merupakan suatu kegiatan memproduksi barang di dalam negeri kemudian menjual ke luar negeri. Ekspor dapat meningkatkan produktivitas dan laju pertumbuhan ekonomi. Selain itu, ekspor berkontribusi sebagai sumber pemasukan devisa negara yang digunakan untuk mengimpor input produksi yang belum diproduksi dalam negeri sehingga dapat mempelancar ekspansi output. Hal tersebut sesuai dengan teori pertumbuhan endogen yang menjelaskan terdapat hubungan positif antara perdagangan internasional dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Foreign Direct Investment (FDI) merupakan aliran dana masuk (capital inflow) ke suatu negara, seperti perusahaan multinasional yang mendirikan cabang perusahaan di luar negeri. Masuknya FDI dapat terjadi transfer modal, teknologi, dan pengetahuan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berlandaskan teori pertumbuhan neoklasik menjelaskan bahwa akumulasi modal dan teknologi menjadi kekuatan dominan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, teori Harrod-Domar juga menjelaskan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan tambahan modal berupa investasi-investasi baru. 45

38 Nilai tukar merupakan harga suatu mata uang dalam negeri dari satu unit mata uang luar negeri. Nilai tukar mempunyai peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan teori Mundell-Fleming menjelaskan bahwa dengan menurunnya nilai tukar (depresiasi) akan menyebabkan meningkatnya ekspor neto. Peningkatan ekspor neto tersebut akan meningkatkan output serta pertumbuhan ekonomi. H. Hipotesis: Berdasarkan teori pertumbuhan endogen, teori neoklasik, teori Harrod- Domar, teori Mundell-Fleming serta kerangka pemikiran yang sebelumnya dijelaskan, maka hipotesis yang akan dibuktikan adalah sebagai berikut: 1. Diduga ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan di lima negara ASEAN yang meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam periode Diduga Foreign Direct Investment (FDI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI di lima negara ASEAN yang meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam periode Diduga nilai tukar berpengaruh positif (depresiasi nilai tukar meningkatkan pertumbuhan ekonomi) dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN yang meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam periode

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh ekspor, FDI, dan nilai

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh ekspor, FDI, dan nilai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh ekspor, FDI, dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi dengan Fixed Effect Model dan pendekatan Seemingly Unrelated Regression

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara menandakan berhasilnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Tukar (Kurs) Krugman dan Obstfeld (1994:73) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan

Lebih terperinci

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA Makroekonomi Perekonomian Terbuka : Konsep Dasar Perekonomian Tertutup dan Terbuka Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Produk Domestik Bruto (PDB) Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Gross Domestic Product (GDP).

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Gross Domestic Product (GDP). 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Gross Domestic Product (GDP) dan GDP per kapita Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian berlangsung

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Teori Investasi Asing Menurut Samuelson dan Nordhaus (1996:89), menyatakan bahwa investasi (pembelian barang-barang modal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan analisis penulis mengenai hubungan kedua variabel utama, yaitu Foreign Direct Investment (FDI) dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu. angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu. angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu perekonomian. Tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang disetiap periode. Dalam setiap periode upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 1. Para ekonom menggunakan beberapa variabel makroekonomi untuk mengukur prestasi seuah perekonomian. Tiga variable yang utama adalah real GDP, inflation

Lebih terperinci

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1 Ilmu Ekonomi Nilai Tukar PIEw11 1 Perekonomian Terbuka Perdagangan dapat mensejahterakan setiap orang Perekonomian tertutup (closed economy): sebuah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Investasi adalah mereka yang memiliki pendapatan, yang dipergunakan bukan untuk tujuan konsumsi melainkan investasi. Investasi, dalam pengertian sehari-hari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL

EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI ampir H EKONOMI INTERNASIONAL tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan perdagangan internasional. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan II. LANDASAN TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pane tahun 2009 dengan judul Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk menerangkan pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs, cadangan devisa, tingkat suku bunga riil, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai rujukan untuk menulis. Peneliti mengkaji beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA III. NERACA PEMBAYARAN PENDAHULUAN REKENING NERACA PEMBAYARAN REKENING TRANSAKSI BERJALAN REKENING MODAL KETIDAKSESUAIAN STATISTIK REKENING

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Indonesia memiliki perekonomian yang masih rapuh dan tidak konstan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Terhadap Kurs Rupiah Tahun Teknik analisis yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Terhadap Kurs Rupiah Tahun Teknik analisis yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN TERBUKA

PEREKONOMIAN TERBUKA 1. Arus Modal dan Barang Internasional PEREKONOMIAN TERBUKA Dalam perekonomian terbuka pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yg mereka hasilkan dr meproduksi barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id NERACA PEMBAYARAN REKENING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan kemampuan atau sumber daya yang terbatas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA ANALISA DENGAN KURVA IS, LM DAN BP

KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA ANALISA DENGAN KURVA IS, LM DAN BP Bahan 6 Keijakan Moneter dan Fiskal Dalam Ekonomi Teruka KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA ANALISA DENGAN KURVA IS, LM DAN BP 1. Hal-hal Krusial Untuk Analisa Dengan Kurva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin ketat, ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi/penanaman modal Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan suatu penambahan modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan utama yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini tertulis dalam UU No. 3 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP) Bahan 5 - Ekonomi Terbuka PEREKONOMIAN TERBUKA (AN OPEN ECONOMY) DAN DERIVASI KURVA BP (NERACA PEMBAYARAN) SERTA SISTEM KURS DAN SISTEM DEVISA YANG DIBERLAKUKAN 1. Transaksi Internasional Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang lebih terbuka (oppeness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO TEORI EKONOMI MAKRO PEREKONOMIAN TERBUKA

PENGANTAR EKONOMI MAKRO TEORI EKONOMI MAKRO PEREKONOMIAN TERBUKA PENGANTAR EKONOMI MAKRO TEORI EKONOMI MAKRO PEREKONOMIAN TERBUKA Pembina: Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE, MS Disusun Oleh: Kelompok 10 I Nyoman Krisna Prabawa Kusuma (1506205145) Mohammad Natsir

Lebih terperinci

KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG

KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI Salah satu konsep

Lebih terperinci

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN. 1

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN.  1 Materi 3 NERACA PEMBAYARAN http://www.deden08m.com 1 PENDAHULUAN (1) Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara.perekonomian terbuka membawa suatu dampak ekonomis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian terbuka dalam arus perdagangan internasional adalah suatu fakta yang tidak mungkin dihindari. Perdagangan internasional sangat diperlukan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini dan juga studi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang terkait dengan penelitian ini. Teori ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau harga mata uang domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

1 Universitas indonesia

1 Universitas indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa pertanyaan menggelitik dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai pelarian modal yang terjadi di suatu Negara cukup menarik perhatian untuk dicermati oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci