BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KERAJINAN PATUNG BATU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KERAJINAN PATUNG BATU"

Transkripsi

1 BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KERAJINAN PATUNG BATU Pada bab II ini akan dibahas tentang pemahaman terhadap proyek yang akan dibangun yaitu Galeri Kerajinan Patung Batu. Beberapa hal yang akan dibahas pada bab ini adalah pemahaman terhadap galeri kerajinan patung batu, studi banding hingga membuat spesifikasi umum dari proyek. 2.1 Pemahaman Terhadap Galeri Pengertian Galeri Berikut ini merupakan beberapa pengertian galeri : Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia galeri adalah suatu ruangan atau bangunan yang berfungsi sebagai tempat memamerkan hasil benda atau karya seni ( diakses 24 April 2015). 6

2 Dalam ensiklopedia nasional Indonesia dikatakan galeri berasal dari bahasa latin Galleria. Galleria diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya seni (ensiklopedia nasional Indonesia, 1986). Menurut The American Heritage Dictionary of English Language, galeri adalah sebuah lembaga atau bangunan yang menjual hasil karya seni ( diakses 24 April 2015). Jadi berdasarkan ketiga pengertian diatas, dapat disimpulkan galeri merupakan suatu tempat atau bangunan dimana fungsinya digunakan untuk memamerkan serta menjual hasil karya seni dan budaya dalam bentuk dan penataan yang baik. Galeri dapat dikatakan sebagai sarana hiburan dan edukasi kepada setiap pengunjung. Galeri berbeda dengan museum, dilihat dari ukuran, perbedaan yang paling menonjol dari galeri dan museum adalah galeri sebagai tempat memamerkan dan menjual karya seni, sedangkan museum merupakan tempat untuk memamerkan koleksi benda-benda yang bersejarah dan langka Penyajian Koleksi Galeri Penyajian benda-benda koleksi di dalam galeri sangat penting karena berfungsi menginformasikan dan berkomunikasi dengan para pengunjung. Dalam penyajian koleksi galeri terdapat hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Faktor Waktu Penyajian Berdasarkan jangka waktu penyajian benda koleksi galeri dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu ( diakses 18 Maret 2015): 1. Pameran Tetap adalah pameran yang menyajikan karya-karya dari koleksi galeri berdasarkan durasi tertentu dan berganti secara pediodik yang didasarkan pada keinginan untuk menungkatkan promosi dan perdagangan. 7

3 2. Pameran Temporer adalah pameran tunggal atau pameran bersama yang menyajikan karya-karya seni pada waktu-waktu tertentu. waktu penyelenggaraanya disesuaikan dengan peringatan-peringatan tertentu seperti hari nasional atau tema tertentu. 3. Pameran Keliling adalah pameran yang diselenggarakan di luar galeri pemilik koleksi, dalam jangka waktu tertentu dengan tema khusus, sesuai koleksi yang dimiliki dan koleksi tersebut dipamerkan atau dikelilingkan dari satu tempat ke tempat lain. 2. Tata Letak Koleksi Tata peletakan koleksi dalam sebuah galeri berperan sangat penting untuk menarik perhatian pengunjung. Penyusunan tata letak koleksi pada galeri dapat dikembangkan sesuai dengan ide/gagasan penata. Tata letak koleksi galeri harus dapat memberikan informasi yang jelas dan menarik perhatian pengunjung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan koleksi galeri antara lain: keseimbangan, proporsi, keharmonisan, dan klimaks (Pickard, 2002:270). 3. Tata Cahaya Penyajian koleksi di dalam galeri harus memperhatikan pencahayaan yang baik. Tata cahaya di dalam galeri patung batu dilakukan agar pengunjung galeri dapat melihat warna asli dari koleksi yang ditampilkan (Neufert, 1995:198). Faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang tata cahaya di dalam galeri adalah sebagai berikut (Pickard, 2002:274): a. Faktor Psikologi Faktor psikologi meliputi bagaimana koleksi di dalam galeri dilihat, persepsi terhadap bangunan, dan suasana ruang. b. Faktor Fisiologi Faktor Fisiologi meliputi pencahayaan, kontras, pantulan cahaya, efisiensi, keseragaman, dan warna. Dalam suatu penyajian koleksi di dalam galeri terdapat beberapa teknik pencahayaan yang dapat digunakan. Teknik pencahayaan terdiri dari 7 (tujuh) jenis, yaitu sebagai berikut (Pickard, 2002:274): 8

4 1) Wall-washing (menyorot dinding): merupakan teknik pencahayaan yang mengarah ke koleksi galeri yang diletakkan di dinding. 2) Downlighting (pencahayaan ke arah bawah): merupakan teknik pencahayaan yang mengarah ke bawah. 3) Uplighting (pencahayaan ke arah atas): merupakan teknik pencahayaan yang mengarah ke atas. 4) Diffused (menyebar): Merupakan teknik pencahayaan yang menyebar. Umumnya teknik pencahayaan ini digunakan untuk pencahayaan ruang pameran atau galeri secara menyeluruh. 5) Directional spot/accent (menyorot langsung): merupakan teknik pencahayaan yang menyorot objek tertentu secara langsung. Teknik pencahayaan ini untuk memberikan aksen pada koleksi galeri. 6) Lighting of pale objects (pencahayaan benda pucat): merupakan teknik pencahayaan untuk objek yang berwarna pucat. 7) Increased illumination for dark objects (peningkatan penerangan untuk benda gelap): merupakan teknik pencahayaan untuk benda- benda yang gelap. Beberapa teknik pencahayaan koleksi tersebut digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Teknik Pencahayaan Sumber : Pickard, 2002: Penghawaan Penghawaan dalam galeri juga perlu dipertimbangkan, agar kondisi kelembaban di dalam ruangan stabil dan dapat memberikan rasa nyaman bagi civitas yang ada di dalam galeri. Penghawaan dapat dilakukan dengan cara alami maupun buatan seperti kipas angin dan Air Conditioner (AC) (Pickard, 2002:272). 9

5 5. Detail Penyajian Penyajian koleksi galeri harus memperhatikan pandangan dan penglihatan pengunjung. Dengan penyajian yang baik, pengunjung galeri dapat merasakan kenyamanan dalam melihat - lihat koleksi galeri. Batas pengelihatan normal manusia untuk melihat ke atas adalah 40 o. Dalam menentukan ketinggian peletakan koleksi galeri, ketinggian rata - rata pengunjung perlu dipertimbangkan. Ketinggian rata- rata pengunjung ± 170 cm. Sehingga ketinggian penyajian koleksi galeri maksimal adalah 210 cm. Sedangkan ketinggian optimum rak penyajian adalah 50 cm 150 cm, sehingga selain mudah dilihat, juga mudah diambil tanpa harus menggunakan tangga (Neufert, 1995:198). Gambar 2.2 Sudut Pandang Pengunjung Sumber : Neufert, 2000: Civitas di Dalam Galeri 1. Pengelola Untuk mengelola sebuah galeri, diperlukan beberapa petugas yang sesuai dengan bidangnya masing-masing, yaitu (Rapini dalam Putra, 2012:14): a. Direktur, memimpin galeri baik teknis, ilmiah maupun administratif b. Registrator, membantu konsevator dalam usaha melakukan tata administrasi galeri c. Ahli pameran, menyelenggarakan penataan ruang pamer/pajang untuk benda-benda seni koleksi d. Administrator, memimpin bagian administrasi meliputi staf tata usaha, kepegawaian, material, dan keuangan galeri serta staf pemasaran. 10

6 e. Penjaga ruang, menjaga ruang pajang, melayani pembeli/pengunjung dan memberikan informasi/penjelasan umum tentang benda-benda seni yang dipajang. 2. Pengrajin/Seniman Pengrajin yang dimaksud adalah orang yang mendemonstrasikan atau memperagakan cara pembuatan kerajinan yang akan dipamerkan dan dipasarkan di dalam galeri. Keberadaan pengrajin ini dapat menghidupkan kegiatan di dalam galeri. 3. Pengunjung Kategori pengunjung yang datang ke galeri dapat di bagi menjadi tiga yaitu (Rapini dalam Putra, 2012:15): a. Pengunjung pelaku studi, ialah mereka yang menguasai bidang studi tertentu berkaitan dengan koleksi galeri untuk menambah penalarannya, melaksanakan pekerjaan verifikasi persoalan-persoalan tertentu. b. Pengunjung yang mempunyai tujuan tertentu, ialah mereka yang datang ke galeri oleh karena tertarik akan sesuatu hal atau topik yang berkaitan dengan koleksi atau pameran di galeri dan membeli benda koleksi yang dipamerkan. c. Pengunjung yang bertujuan rekreasi, ialah mereka yang datang ke galeri melewati waktu senggangnya untuk menikmati kesenangan. 2.2 Pemahaman Seni Kerajinan Patung Batu Pengertian Kerajinan Berikut ini merupakan beberapa pengertian kerajinan : Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, kerajinan adalah suatu barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan misalnya kerajinan patung dan perusahakan kecil yang membuat suatu barang sederhana yang biasa mengandung unsur seni( diakses 24 April 2015). 11

7 Kerajinan tangan berarti pekerjaan membuat atau mengubah barang mentah seperti kayu, besi, batu, bambu dan sebagainya menjadi lebih baik, halus dan mempunyai nilai guna yang lebih tinggi (Budiartha, 1999). Berdasarkan pengertian kerajinan di atas, dapat disimpulkan bahwa kerajinan tangan merupakan suatu industri kecil atau home industry yang membuat barang-barang mengandung unsur seni dengan menggunakan bahan yang diperoleh dari alam. Barang yang dihasilkan berupa barang yang fungsional atau bersifat dekoratif dan umumnya dikerjakan secara tradisional dengan teknologi yang sederhana Seni Kerajinan Proses pembuatan seni kerajinan berlangsung bertahap, pertama-tama dimulai dengan penyedian bahan dan pengolahan bahan sampai dengan pengerjaan menjadi benda pakai. Tahap-tahapan pekerjaan tersebut pada seni kerajinan yang masih sederhana dilakukan sendiri oleh para pengrajinnya secara manual. Hal tersebut berakibat sebuah benda kerajinan membutuhkan waktu pembuatan yang cukup lama. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena benda kerajinan yang dibuat adalah untuk dipakai sendiri. Tetapi semenjak karya kerajinan menjadi benda dagangan, maka persoalan dalam waktu pengerjaan kerajinan menjadi penting. Untuk itu efisiensi kerja para pengrajin diperlukan dengan cara kerja yang lebih teratur berdasarkan pembagian kerja. Diperlukan tenaga-tenaga khusus untuk penyediaan bahan, pengolahan dan pengerjaan bahan menjadi benda kerajinan. Dengan demikian diperlukan keterampilan-keterampilan khusus yang dapat menjamin kelancaran proses produksi. Semakin banyak jumlah produksi yang ingin dicapai, semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan. Untuk itu dibutuhkan kemampuan yang dapat mengatur para pengrajin agar mereka ini dapat terjamin dalam proses kesatuan kerja yang dapat menentukan kualitas dan kuantitas hasil karya kerajinannya. Selama hasil kerajinan masih terbatas jumlah produksinya sesuai dengan tenaga pengrajin yang tersedia, maka seni kerajinan ini masih terbatas 12

8 kedudukannya sebagai usaha kerajinan rumah tangga atau industri kecil (Yudoseputro, 1983:20) Fungsi Seni Kerajinan Kerajinan memiliki dua buah fungsi yaitu sebagai berikut (Yudoseputro, 1983:89): a. Fungsi spiritual dari seni kerajinan Fungsi spiritual dari seni kerajinan adalah berkaitan dengan sumber ide yang didukung oleh kebutuhan rohaniah manusia. Kebutuhan spiritual manusia sejak semula mencapai manifestasinya dalam bentuk berbagai kegiatan termasuk kegiatan seni, begitu halnya terhadap seni kerajinan ini. Kebutuhan spiritual tersebut berakar pada pandangan manusia terhadap sesuatu yang gaib, yang ingin dipuja, segala sesuatu yang serba rahasia yang dapat kita kenal dalam segala bentuk kepercayaan dan agama serta falsafah hidup. Dari hal tersebut maka timbul tindakan manusia untuk membuat suatu barang atau benda. b. Fungsi fisikal dari seni kerajinan Fungsi fisikal dari seni kerajinan adalah menyangkut segi kegunaan praktis dan sebagai estetika. Sebagai suatu cabang dari seni guna desain bentuk dan hiasan benda kerajinan erat hubungannya dengan cara-cara penggunaannya, artinya nilai artistik dari bentuk dan hiasannya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi nilai artistik ini pula harus menjawab nilai pakainya Pengertian Seni Patung Secara umum patung merupakan bentuk yang memiliki bentuk tiga dimensi yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan patung merupkan boneka atau relief pada uang logam, sebuah tugu pahlawan, sebuah monumen, gerabah, perhiasan dan benda pakai lainnya yang pada dasarnya mempunyai bentuk tiga dimensi yang dapat dilihat dari berbagai sisi oleh mata manusia. 13

9 2.2.5 Proses Memahat Batu Dalam dasar-dasar mematuh terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam proses memahat batu, yaitu: 1. Mengenal Bahan Ada berbagai jenis batu yang terdapat di alam Indonesia mulai dari batu yang memiliki karakteristik lunak sampai yang sangat keras dan padat. Terdapat batu yang mudah dipahat begitupun sebaliknya. Berikut ini batu batu yang biasa dipahat. a. Batu padas Merupakan jenis batu yang berwarna terang, berkarakterisktik sangat lunak dan mudah dipahat. Batu ini banyak dipakai di desa-desa sebagai dinding rumah atau sendi yang berfungsi sebagai penumpu tiang kayu. Pada umumnya patung-patung dan hiasan-hiasan pada pura di Bali terbuat dari jenis batu ini. Gambar 2.3 Batu padas Sumber : bali.bisnis.com b. Batu andesit Merupakan jenis batu yang paling keras diantara batu alam yang umum dipakai serta memiliki tingkat porositas kecil karena berpori rapat. Batu jenis ini berasal dari gunung berapi atau daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi dan memiliki beberapa ciri yang mudah dikenali, yaitu berwarna abu-abu atau hitam serta ada pula yang memiliki bintik hitam karena adanya proses pembakaran lebih lanjut. 14

10 Gambar 2.4 Batu Andesit Sumber : 2. Peralatan untuk memahat Untuk memahat batu diperlukan beberapa peralatan yang disesuaikan dengan jenis batu yang dipakai. Pada dasarnya alat yang diperlukan adalah pahat batu, palu besi dan kikir. a. Pahat yang diperlukan ada tiga macam yaitu pahat lancip, pahat pipih dan pahat gigi. Pahat lancip terdiri dari yang besar dan kecil. Yang besar digunakan pada tahap awal pembuatan patung, sebagai pemotong bagianbagian besar yang perlu dibuang, agar tertinggal bagia-bagian yang membentuk bakal patung yang diinginkan. Kemudian pahat lancip digunakan untuk membuat bentuk-bentuk yang lebih detail, untuk membuat lubang, dan cekungan yang dalam. Pahat gigi digunakan untuk memangkas bentuk dan membuat bakal bentuk patung secara menyeluruh. Sedangkan pahat pipih digunakan untuk membuat bentuk yang rinci dan meratakan permukaan patung. b. Untuk menghantam pahat pada batu diperlukan palu besi yang beratnya antara 1 2 kg. Palu besar digunakan pada awal proses pekerjaan pembuatan bakalan bentuk patung. Pada pekerjaan yang semakin detail palu yang dipergunakan semakin ringan. c. Untuk pekerjaan akhir dipakai palu pemapak. Palu ini berbentuk persegi dengan ukuran yang berkisar antara 2 x 2 cm dan pada ujungnya terdapat gigi berbentuk piramida sebanyak buah. Berfungsi untuk memapak permukaan patung agar tampak rata dan teratur, dipakai dengan cara memukulkan sisi bergiginya pada permukaan patung. 15

11 d. Dalam memahat patung sangat dianjurkan memakai kacamata dan sarung tangan pengaman untuk menghindari pecahan-pecahan batu dari proses pembuatan patung yang dapat melukai dan mencederai tangan dan mata. Begitupun pada saat proses penghalusan permukaan patung dianjurkan menggunakan masker untuk melindungi hidung dari debu debu yang ditimbulkan akibat proses pemahatan. 3. Proses memahat patung Proses pemahatan batu tidak jauh berbeda dengan kayu namun dalam memahat batu memerlukan waktu yang lebih lama sehingga membutuhkan kesabaran, kesungguhan dan ketekunan. Perbedaan pada memahat batu terletak pada bagian peralatannya. Batu memiliki karakteristik yang sangat keras, kuat dan tidak lentur. Hal tersebut yang membuat waktu pengerjaan menjadi panjang dalam memahat yang sebagian besar berupa kerja fisik yang sangat melelahkan Jenis dan Dimensi Kerajinan Patung Batu 1. Jenis-Jenis Kerajinan Patung Batu Kerajinan patung batu merupakan kerajinan yang lebih menonjolkan seni dan estetika daripada fungsinya. Kerajinan patung batu ini biasanya digunakan sebagai benda hiasan atau pajangan. Berikut ini adalah jenis kerajinan patung batu yang baisa dibuat: a) Patung Tradisional Bali Gambar 2.5 Patung Tradisional Bali Sumber : Observasi tgl. 30 September

12 Patung tradisional Bali merupakan jenis patung yang mengadopsi bentukbentuk tradisonal dan budaya Bali, misalnya tokoh-tokoh pewayangan seperti patung Panca Pandawa, Dewi, dan lain-lain dalam epos mahabarata. b) Patung Binatang Gambar 2.6 Patung Binatang Sumber : Observasi tgl. 30 September 2015 Patung binatang merupakan patung yang mengadopsi bentuk-bentuk binatang seperti gajah, katak, burung, singa, dan lain-lain. c) Patung Budha Gambar 2.7 Patung Budha Sumber : Observasi tgl. 30 September 2015 Patung Budha merupakan patung berbentuk Budha yang sangat digemari oleh wisatawan. 17

13 d) Patung Kegiatan Masyarakat Tradisional Bali Gambar 2.8 Patung Masyarakat Tradisional Bali Sumber : Observasi tgl. 30 September 2015 Patung kegiatan masyarakat tradisional Bali merupakan patung yang mengisahkan kegiatan masyarakat tradisional Bali, seperti masyarakat sedang sabung ayam, menyusui, memancing, dan lain-lain e) Patung Modern Gambar 2.9 Patung Modern Sumber : Observasi tgl. 30 September 2015 Kerajinan patung batu modern merupakan jenis kerajinan yang berbentuk modern dengan bentuk lebih simple/minimalis. 2. Dimensi Kerajinan Patung Batu Secara garis besar terdapat tiga dimensi/ukuran kerajinan patung batu yaitu kategori small/kecil, medium/sedang dan large/besar. Dimensi ini berlaku untuk semua jenis kerajinan batu. 18

14 a) Kerajinan batu ukuran small/kecil biasannya berukuran 10x10-30x30 cm dengan tinggi cm. b) Kerajinan batu ukuran medium/sedang biasanya berukuran 30x30-50x50 cm dengan tinggi cm. c) Kerajinan batu large/besar biasanya berukuran 50x50 100x100 cm atau lebih dengan tinggi 150 cm-200 cm. 2.3 Kajian Terhadap Fasilitas Sejenis Kajian proyek sejenis ini dilakukan untuk mendapatkan suatu perbandingan mengenai fasilitas yang terdapat di dalam galeri maupun tampilan bangunannya. Objek yang dijadikan studi banding adalah sebagai berikut Rudana Museum & Fine Art Gallery Rudana Museum & Fine Art Gallery berlokasi di Jalan Cok Rai Pudak No. 44 Peliatan, Ubud. Di dalam site terdapat dua fungsi yaitu museum dan galeri lukisan dimana mueum berfungsi sebagai tempat mengkoleksi dan memamerkan hasil karya-karya seniman. Di dalam museum, pameran yang dilakukan adalah pameran tetap dan temporer. Arsitektur yang digunakan pada Rudana Museum & Fine Art Gallery adalah arsitektur tradisional Bali, yang terlihat dari banyaknya penggunaan bahan dan ornamen ornamen yang digunakan. Gambar 2.10 Fasade Museum Rudana Sumber : Observasi tgl. 17 Maret

15 Gambar 2.11 Interior Museum Rudana Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015 Gambar 2.12 Sketsa Layout Rudana Fine Art Gallery Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015 Gambar 2.13 Fasade Rudana Fine Art Gallery Sumber : Observasi tgl. 17 Maret

16 Pada bangunan yang disebelah museum berfungsi sebagai galeri, tempat memajang dan memamerkan serta menjual hasil karya lukisan. Di dalamnya terdapat ruang-ruang yang berfungsi untuk memajang lukisan, tiap-tiap lukisan ditata berdasarkan tema. Dan di tengah tengah galeri terdapat kolam dan bale. Di dalam galeri terdapat ruangan : 1. Foyer Merupakan area peralihan dari ruang luar menuju ke dalam galeri. Pada ruangan ini diterapkan arsitektur tradisional Bali dengan ciri memakai banyak saka (tiang) kayu dan atap ekspose serta dinding yang berisikan ornamen arsitketur bali dapat dilihat pada gambar pada bagian dindingnya menggunakan bata expose yang berisikan ornamen ornamen arsitektur tradisional Bali. Gambar 2.14 Pintu Masuk Rudana Fine Art Gallery Sumber : Observasi tgl. 17 Maret Ruang Pameran Gambar 2.15 Interior Rudana Fine Art Gallery Sumber : Observasi tgl. 17 Maret

17 Pada ruangan pameran ini lukisan lukisan yang dipamerkan dikelompokkan pada ruang ruang pameran yang sesuai dengan gaya lukisannya meliputi klasik, modern dan kontemporer. Pada ruangan ini memakai pencahayaan alami dan buatan, untuk pencahayaan pada lukisan koleksinya menggunakan teknik pencahayaan Wall-washing (menyorot dinding). Penghawaan yang digunakan adalah penghawaan alami karena di sekitar galeri lingkungan masih terasa sejuk. 3. Taman Di tengah galeri terdapat taman yang berisikan kolam hias dan bale bengong yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan menyejukkan suasana di dalam galeri. Gambar 2.16 Kolam dan bale di tengah galeri Sumber : Observasi tgl. 17 Maret Ruang workshop Gambar 2.17 Ruang workshop Sumber : Observasi tgl. 17 Maret

18 Ruangan ini berada di sisi depan galeri yang berfungsi sebagai tempat pembuatan lukisan, disamping itu ruang ini difungsikan sebagai tempat pelatihan melukis dan mendemontrasikan cara pembuatan lukisan kepada pengunjung. Total luas keseluruhan Rudana Museum & Fine Art Gallery ini adalah ±4000 m² di atas tanah seluas 2 Ha, dimana bangunan galeri ini hanya berlantai satu dan bermassa jamak. Status kepemilikan galeri ini adalah milik Yayasan Rudana dan sumber pemasukan diperoleh dari harga tiket masuk dan hasil penjualan karya seni lukisan pada galeri. Untuk waktu operasional daripada museum dan galeri ini adalah dari pukul WITA WITA. Presiden Direktur Bendahara Operasional HUMAS Sekretariat Perlengkapan Keamanan Kepala Teknis Koleksi Konservasi Dokumentasi Bimbingan Gambar 2.18 Struktur Organisasi Museum Rudana Sumber : Observasi tgl. 17 Maret

19 2.3.2 Bidadari Art Gallery Gambar 2.19 Fasade Bidadari Art Gallery Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015 Gambar 2.20 Sketsa Layout Bidadari Art Gallery Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015 Bidadari Art Gallery ini berlokasi Jl. Raya Mas No. 47 Ubud, Bali. Galeri ini merupakan sebuah tempat untuk memajang hasil karya seni patung kayu yang lebih unik dari pasaran dan menjual hasil karya patung yang dibuat oleh pematung yang senior yang kini hanya tersisa 8 orang. Menurut direktur sekaligus pemilik galeri ini mengatakan bahwa galeri merupakan suatu tempat atau wadah untuk memajang benda seni yang tidak diproduksi secara massal sehingga berbeda dari art shop yang menjual benda seni yang diproduksi secara massal. Gambar 2.21 Interior Bidadari Art Gallery Sumber : Observasi tgl. 17 Maret

20 Di dalam galeri yang berlantai dua ini hanya terdapat dua buah ruangan galeri dan ruang pengelola. Pada interior galeri didominasi dengan warna putih pada dinding, plafon dan lantai. Penggunaan warna putih tersebut bertujuan memberi kesan ruangan yang lebih luas dan bersih. Pada ruang pameran memakai pengahawaan alami dan bautan (kipas angin). Pencahayaan menggunakan teknik pencahayaan diffused (menyebar) untuk pencahayaan ruang secara menyeluruh, dan Directional spot (menyorot langsung) untuk benda - benda koleksi pada galeri. Untuk status kepemilikan galeri ini merupakan milik pribadi yaitu milik I Made Sudiana juga selaku direktur galeri. Untuk kepengurusan galeri tidak terdapat struktur organisasi yang pasti dikarenakan pemilik yang bekerja langsung mengurusi dan memantau galeri serta dibantu oleh seorang rekan. Total luasan bangunan galeri ini adalah ± 300 m². Untuk waktu operasional daripada galeri ini adalah dari pukul WITA WITA I Made Sura Stone Carving Gambar 2.22 Tampak Depan I Made Sura Stone Carving Sumber : Observasi tgl. 18 Maret

21 Gambar 2.23 Sketsa Layout I Made Sura Stone Carving Sumber : Observasi tgl. 18 Maret 2015 I Made Sura Stone Carving ini berlokasi di Jalan Raya Batubulan, Br. Batur, Batubulan. bangunan ini berfungsi sebagai tempat memajang, menjual dan memproduksi seni kerajinan patung mulai dari gaya tradisional hingga modern. Galeri ini menjadi satu dengan rumah tinggal yang masih memakai arsitketur tradisional bali pemiliknya sehingga memberi suasana yang kurang privasi terhadap penghuni rumah pada saat pagi dan siang hari dimana saat banyak pengunjung. Namun hal tersebut membuat para pengunjung baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara secara tak langsung saat mengunjungi art shop ini dapat merasakan suasana rumah tinggal tradisional Bali pada umumnya. Gambar 2.24 Ruang kantor sekaligus kasir Sumber : Observasi tgl. 18 Maret

22 Memasuki bangunan utama yang berfungsi sebagai galeri indoor sebagai tempat memajang patung dari kayu dan perunggu serta sebagai ruang kasir. Pada interiornya dinding dan lantai dominan berwarna putih, serta terdapat permainan ketinggian lantai. Dimensi ruang yang tidak terlalu besar mengakibatkan ruangan terasa sempit dan panas. Penghawaan pada galeri menggunakan penghawaan alami. Pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan diffused (menyebar) yang digunakan baik dari pagi, siang dan sore karena hanay sedikit cahaya alami yang dapat masuk ke dalam galeri. Gambar 2.25 Ruang pameran outdoor Sumber : Observasi tgl. 18 Maret 2015 Pada bagian sisi luarnya terdapat halaman dan workshop. Halaman tersebut berfungsi sebagai tempat pemajangan patung batu di area terbuka dan terdapat bangunan bale yang berfungsi sebagai tempat pemajangan patung batu, serta ada sebuah gazebo yang difungsikan sebagai tempat istirahat untuk menunggu tamu bagi para supir kendaraan pariwisata. Pada ruang workshop berfungsi sebagai tempat pembuatan kerajinan patung batu padas. Koleksi koleksi yang dipajang di dalam galeri mulai dari patung bertema manusia, binatang, tokoh pewayangan, tumbuhan dan sebagainya. Gambar 2.26 Ruang Workshop I Made Sura Stone Carving Sumber : Observasi tgl. 18 Maret

23 Gambar 2.27 Suasana di dalam I Made Sura Stone Carving Sumber : Observasi tgl. 18 Maret 2015 Di dalam galeri yang menjadi satu dengan rumah tinggal ini pada natah juga difungsikan sebagai tempat memajang patung batu, disebelah selatan ada ruang makan dan dapur serta ruangan yang berfungsi ganda sebagai tempat parkir penghuni rumah beserta pegawai dan tempat mengemas barang yang siap di kirim ke pembeli jika diperlukan. Kepengurusan galeri tidak terdapat struktur organisasi yang pasti dikarenakan pemilik yang bekerja langsung mengurusi dan memantau galeri. Waktu operasional daripada galeri ini adalah dari pukul WITA WITA. 2.4 Spesifikasi Umum Galeri Kerajinan Patung Batu Pada sub bab ini akan dijabarkan tentang spesifikasi umum dari galeri kerajinan patung batu berdasarkan hasil analisa dari teori dan studi banding yang telah dilakukan sebelumnya Pengertian Galeri kerajinan patung batu merupakan suatu tempat atau wadah yang digunakan sebagai tempat untuk memamerkan atau memajang hasil dari kerajinan patung yang dibuat oleh pengrajin dengan tradisional atau handmade dalam bentuk penataan yang baik. Galeri tidak hanya untuk mencari keuntungan saja, namun juga sebagai suatu wadah untuk tempat melestarikan dan mengembangkan kerajinan patung batu. 28

24 2.4.2 Tujuan Tujuan dari pengadaan galeri kerajinan patung di Gianyar adalah: 1. Untuk menampung dan memasarkan hasil kerajinan pengrajin lokal maupun seniman luar melalui kegiatan pameran. 2. Melestarikan dan menjaga keberadaan kerajinan patung batu yang merupakan bagian penting dari kebudayaan setempat. 3. Memberikan suatu wadah bagi masyarakat dan wisatawan untuk mengetahui informasi tentang kerajinan patung batu, sekaligus sebagai tempat bagi masyarakat dan wisatawan untuk mendapatkan kerajinan patung batu Fungsi Fungsi dari galeri kerajinan patung batu antara lain : a. Fungsi Utama Galeri memiliki fungsi utama sebagai tempat memamerkan dan menjual hasil karya seni para pengrajin setempat, sebagai upaya pelestarian dan pengembangan kerajinan patung batu. b. Fungsi penunjang Galeri berfungsi sebagai media informasi bagi pengunjung. Pengunjung dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan patung batu dengan melihat pengrajin yang sedang memperagakan cara pembuatan patung batu. c. Fungsi Pengelolaan Fungsi pengelolaan berhubungan dengan pengelolaan galeri patung batu ini, yang meliputi perawatan dan pengelolaan koleksi maupun fasilitas bangunan Lingkup Kegiatan Kegiatan yang diwadahi di dalam galeri adalah sebagai berikut : Kegiatan pameran yang untuk mempromosikan dan memperkenalkan produk kerajinan patung batu. Kegiatan jual beli kerajinan patung batu kepada konsumen baik untuk dijual kembali ataupun koleksi pribadi. Kegiatan workshop yang berupa kegiatan mendemonstrasikan atau memperagakan cara pembuatan patung batu. 29

25 Kegiatan pengelolaan Fasilitas Fasilitas utama adalah ruang pameran sebagai tempat untuk memajang hasil produk kerajinan patung batu dan ruang workshop. Fasilitas penunjang antara lain berupa gudang penyimpanan kerajinan, ruang pengelola dan ruang purchasing. Fasilitas servis yang berfungsi untuk operasional dan perawatan gedung seperti ruang MEP, pos satpam, CCTV dan parkir Civitas Civitas/pelaku kegiatan di dalam galeri dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengunjung, pengrajin, dan pengelola. Pengunjung merupakan orang yang berkunjung ke dalam galeri. Pengrajin dalam hal ini merupakan sekelompok orang yang membuat kerajinan patung batu. Sedangkan pengelola merupakan sekelompok orang yang mengelola sistem operasional galeri. 30

GALERI KERAJINAN PATUNG BATU DI GIANYAR

GALERI KERAJINAN PATUNG BATU DI GIANYAR LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana GALERI KERAJINAN PATUNG BATU DI GIANYAR OLEH MAHASISWA :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vii Daftar Tabel...x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...3 1.3 Tujuan dan Sasaran...3 1.3.1 Tujuan...3 1.3.2

Lebih terperinci

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KAIN TENUN ENDEK DI KOTA DENPASAR

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KAIN TENUN ENDEK DI KOTA DENPASAR BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KAIN TENUN ENDEK DI KOTA DENPASAR Bab ini membahas tentang pemahaman terhadap Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar. Beberapa hal yang dibahas dalam bab ini yaitu mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I. BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai

Lebih terperinci

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut: BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI 2.1 PENGERTIAN PASAR KERAJINAN DAN SENI Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu ( http://id.wikipedia.org/ : 7/9/2009

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan permasalahanpermasalahan yang ada, tujuan yang ingin dicapai serta metode penelitian yang mencakup teknik pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI KARYA DESAIN Oleh Debby Tiara Nauli Siregar 1211874023 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Galeri Seni Kriya Logam, Kulit dan Rotan di Denpasar

KATA PENGANTAR Galeri Seni Kriya Logam, Kulit dan Rotan di Denpasar KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya, penyusunan landasan konseptual perancangan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 2.1. Pengertian Judul Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan pengertian sebagai berikut. Gorontalo adalah nama dari daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan Desa Wukirsari merupakan salah satu desa sentra kerajinan di Kecamatan Imogiri yang mampu menghasilkan berbagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman BAB VI HASIL PERANCANGAN 1.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Eduwisata Kakao di Glenmore Banyuwangi mempunyai dasar tema Arsitektur Ekologis dengan mengacu pada ayat Al-quran. Tema Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III BAB III KONSEP DESAIN Sebagaimana fungsinya sebagai Museum Budaya Propinsi Jawa Barat, museum ini mewakili kebudayaan Jawa Barat, sehingga tema yang diangkat adalah Kesederhanaan Jawa Barat dengan mengadaptasi

Lebih terperinci

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM 5.1. Konsep Perancangan Umum Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan beragam budaya dan seni. Dari Yogyakarta lahir para seniman-seniman dan arsitek-arsitek handal yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permainan tradisional merupakan permainan yang diciptakan oleh leluhur kita, mereka membuat permainan dari benda benda atau tumbuhan yang terdapat di alam sekitar.

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok Ni Made Dristianti Megarini 3407100128 Potensi perkembangan kreatifitas dan seni Lombok sangat pesat dan

Lebih terperinci

berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan

berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia secara umum kian menurun tingkat ketertarikannya dengan dunia seni, khususnya pada dua cabang seni murni yaitu seni lukis dan seni

Lebih terperinci

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik 4.1 Tema Tema yang diambil dalam perancangan Museum Mobil Klasik ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan Industrial. Vintage

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB III PERENCANAAN PROYEK BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.2.1 Deskripsi Proyek Judul : Taman Budaya Sunda Lokasi : Wilayah Pasirlayung Cimenyan, Bandung Sifat Proyek : Non Institusional semi komersial Status : Fiktif, dikelola oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi

Lebih terperinci

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL JURNAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program S 1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda OLEH

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA 5.1 Konsep Ruang dan Bangunan Permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Galeri Seni Lukis Modern di Yogyakarta adalah

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

Desain Interior Galeri Handicraft Lombok dengan Fasilitas Pelatihan yang Berlanggam Budaya Lombok

Desain Interior Galeri Handicraft Lombok dengan Fasilitas Pelatihan yang Berlanggam Budaya Lombok Desain Interior Galeri Handicraft Lombok dengan Fasilitas Pelatihan yang Berlanggam Budaya Lombok Diajeng Okta Prathikasari 40810011 Anggri Indraprasti, S.Sn, M.Ds Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

cross ventilation system, maka konsep desain juga mengikuti fungsi tujuan arsitektur bangunan tersebut supaya terjadi keserasian, dan keselarasan anta

cross ventilation system, maka konsep desain juga mengikuti fungsi tujuan arsitektur bangunan tersebut supaya terjadi keserasian, dan keselarasan anta BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR BASKETBALL COMMUNITY CENTER 5.1 KONSEP PERENCANAAN INTERIOR 5.1.1 KONSEP DASAR Pengertian olahraga adalah gerak tubuh untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan BAB III ANALISIS 3.1 Pelaku, Aktivitas pengguna, kebutuhan ruang dan Besaran Ruang 3.1.1 Pelaku dan Aktivitas Pengguna Musuem Pelaku dalam museum dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengelola museum

Lebih terperinci

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER Oleh : Tony Sugiarto, Bambang Adji Murtomo, Bambang Suprijadi Perempuan merupakan sosok yang selalu menjadi sorotan di masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada BAB III KONSEP 3.1. KONSEP EDUKASI PADA BANGUNAN Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada pengadaan space I ruang yang memungkinkan pengunjung memahami betul bagaimana sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Kabupaten Pamekasan paling berpotensi untuk membangun sentra batik di Madura. Sentra batik di pamekasan ini merupakan kawasan yang berfungsi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR KATA PENGANTAR

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR KATA PENGANTAR ABSTRAK Dalam penulisan makalah perancangan desain ini, penulis membahas mengenai perancangan desain sebuah galeri kerajinan tangan dengan fasilitas penunjangnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Museum kereta api merupakan bangunan yang mewadahi aktivitas memajang / memamerkan lokomotif, dan menampung pengunjung museum dan aktivitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user digilib.uns.ac.id 101 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Ide Gagasan Ide gagasan perancangan desain interior Resort ini berupa konsep Bali Style. Bali Style merupakan konsep yang sering digunakan pada bangunan

Lebih terperinci

INSPIRED. by BALINESE PHILOSOPHY. Fotografer Shaylan Allman 9Koleksi Jeghier) Penulis Imelda Anwar. Vol. 16 No. 09 September 2015

INSPIRED. by BALINESE PHILOSOPHY. Fotografer Shaylan Allman 9Koleksi Jeghier) Penulis Imelda Anwar. Vol. 16 No. 09 September 2015 INSPIRED by BALINESE PHILOSOPHY Penulis Imelda Anwar Fotografer Shaylan Allman 9Koleksi Jeghier) 2 Vol. 16 No. 09 September 2015 Interior Rumah ini memang inspiratif. Tampilan rumah yang diliput ini merupakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA III.1 INTERPRETASI TEMA Urban yang berarti kota sering diinterpretasikan sebagai ruang tempat berbagai aktifitas manusia berlangsung dengan hiruk pikuknya. Tempat dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pusat es krim merupakan fasilitas yang dirancang untuk penikmat es krim. Pusat es krim menyediakan berbagai jenis es krim dan kebutuhan mengenai es krim bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan murni yang melibatkan pengamatan dan penjelasan tentang kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. PENDEKATAN ASPEK FUNGSIONAL 4.1.1. Studi Pelaku Kegiatan Galeri Batik berskala Kawasan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kota Pekalongan

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota yang sedang mengalami perkembangan pada sektor perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun dimana-mana. Akan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pagelaran merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang. Di tengah wilayah desa ini dilintasi jalan yang menghubungkan Malang dengan Bantur

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA

BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Dalam sejarah kehidupan manusia seni atau karya seni sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. kebutuhan akan seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Mandala Wisata Samuantiga 1

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Mandala Wisata Samuantiga 1 BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dibagi menjadi empat sub bab dengan isi yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metoda penulisan. Pembahasan menguraikan tentang faktor yang menjadi landasan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen. BENTUK Bentuk yang digunakan dapat berupa transformasi dari bentuk Tongkonan, ragam hias tradisional Makassar dan Toraja, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan budaya Makassar dan Toraja. Untuk menciptakan

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. TINJUAN UMUM 2.1.1 Galeri A. Pengertian galeri - Galeri adalah ruang atau gedung untuk memamerkan benda atau karya seni. - Galeri adalah sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Proyek Dewasa ini perkembangan dunia pariwisata di Indonesia semakin meningkat, dimana negara indonesia sendiri telah banyak melakukan promosi ke

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

pokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan

pokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan BAB III GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA 3.1. Pengertian Ada beberapa pengertian Galeri Seni (Art Gallery) yang antara lain : a. Menurut Amri Yahya.10 Galeri Seni adalah suatu tempat pemajangan benda-benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan 13.466 pulau 1, yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah adat Bali adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai

Lebih terperinci

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT

Lebih terperinci

Bab IV Analisa Perancangan

Bab IV Analisa Perancangan Bab IV Analisa Perancangan 4.1 Analisa Pemilihan Tapak Kriteria Pemilihan Tapak Pasar Baru Pasar baru adalah salah satu ruang publik diantara banyak ruang publik yang ada di jakarta yang persis bersebelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam objek wisata, seperti pulau-pulau dengan pemandangan pantai yang indah, pegunungan, dan keindahan baharinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya manusia dengan segala keindahan, dan kebebasan berekspresi dari manusia sendiri. Seiring dengan

Lebih terperinci

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Berdasarkan tinjauan dan proses analisis, permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 Penulis. Perdana Putra NIM

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 Penulis. Perdana Putra NIM ABSTRAK Sepeda motor merupakan alat transportasi yang banyak digunakan di Indonesia. Saat ini sepeda motor telah berkembang dalam berbagai jenis dan merek. Kegunaannya pun bukan hanya untuk transportasi

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Pendekatan Aspek Fungsional 5.1.1. Pendekatan Fasilitas Pusat Seni Budaya Rakyat Borobudur ini akan menyediakan fasilitas sebagai berikut

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

Museum Patung Batu di Desa Batubulan, Bali

Museum Patung Batu di Desa Batubulan, Bali JURNAL edimensi ARSITEKTUR Vol. 1, No. 2, (2013) 210-216 210 Museum Patung Batu di Desa Batubulan, Bali Nicolas Santoso dan Liliany S. Arifin Progran Studi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN BAB 6 HASIL RANCANGAN Perancangan Komplek Pesantren Modern di Bugul Kidul Pasuruan ini menerapkan konsep Geometri Islami, dengan membuat modul gabungan antara lingkaran dengan kotak. kemudian dari modul

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75 2.1.4. Persyaratan Museum 12 2.1.5. Standar Fasilitas Museum Internasional 13 2.1.6. Kajian Teoritis 15 2.1.7. Literatur Museum 26 2.2. Potensi Museum Sonobudoyo Terkait Pariwisata di Yogyakarta 27 2.3.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK V.1 Konsep dasar VI.1 Konsep Ruang pada Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Tata Ruang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gumati Café merupakan salah satu café di Kota Bogor yang hadir dengan nuansa alam pegunungan yang dipadukan dengan unsur budaya Jawa, Sunda dan Bali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Penerapan Tema dasar Arsitektur nusantara pada Perancangan Hotel Resort di Ngadas ini meliputi lima aspek : 1. Bentuk Atap yang Dominan 2. Penonjolan kebun daripada hunian 3. Lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH

TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH ARFIEL ZAQTA SURYA 13-57 Teori dan konsep interior desain merupakan sebuah gagasan atau dasar pemikiran desainer di dalam memecahkan permasalahn atau problem desain. Konsep desain

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. KONSEP PERUANGAN 1. Konsep Kebutuhan Ruang Berdasarkan analisa pola kegiatan dari pelaku pusat tari modern, mak konsep kebutuhanruang pada area tersebut adalah

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci