Kewirausahaan III. Menilai peluang usaha bau. Maulida Khiatuddin. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kewirausahaan III. Menilai peluang usaha bau. Maulida Khiatuddin. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan."

Transkripsi

1 Modul ke: 10 Kewirausahaan III Menilai peluang usaha bau Fakultas Fasilkom Fikom Program Studi Sistem informasi/ Penyiaran Maulida Khiatuddin Kata Pengantar Pendahulan Penelitia Kesimplan Daftr Pustaka Akhiri Presentasi Pemahasan

2 Menilai peluang usaha baru Ketika ditemukan suatu kesempatan besar untuk memulai sebuah bisnis, bagaimana menilai kelayakannya? Atau bagaimana orang yang independen seperti investor potensial atau bankir menilai peluang wirausahawan untuk berhasil? Investor profesional, seperti pemodal ventura, memiliki bakat untuk memilih calon perusahaan wirausahawan yang menurut pandangan mereka akan berhasil.

3 Mengevaluasi peluang baru (lanj.) Secara rata-rata, perusahaan pemula yang dibiayai pemodal ventura memiliki peluang empat dari lima untuk bertahan dalam 5 tahun - lebih tinggi dari rata-rata populasi seluruh perusahaan pemula. Sangat sedikit usaha barangkali tidak lebih dari satu dalam seribu yang dianggap sebagai calon yang pantas untuk tempat investasi oleh pemodal ventura profesional. Calon wirausahawan dapat belajar banyak mengikuti proses evaluasi yang digunakan oleh investor profesional.

4 Mengevaluasi peluang baru (lanj.) Ada tiga komponen penting untuk keberhasilan usaha baru Kesempatan Wirausahawan (tim manajemen, kalau itu perusahaan yang sangat berpotensi) Dan sumber daya yang diperlukan untuk memulai usaha dan membuatnya tumbuh. calon

5 Mengevaluasi peluang baru (lanj.) Di sekeliling tiga komponen tersebut banyak faktor yang penuh dengan ketidak pastian, yang berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan. Faktor-faktor itu disebut juga gambar besar yang merupakan lingkungan makro perusahaan. Secara grafis hal tersebut dapat dilihat di halaman berikut yang merupakan dasar dari kerangka kerja yang digagas oleh Timmons.

6 Tiga komponen untuk keberhasilan usaha

7 Mengevaluasi peluang baru (lanj.) Di tengah-tengah kerangka kerja tersebut adalah rencana usaha, yang merupakan hasil perpaduan tiga komponen utama ke dalam rencana strategis yang lengkap untuk peluncuran usaha baru. Bagian-bagian tersebut harus pas dalam waktu yang bersamaan (lihat gambar di atas).

8 Mengevaluasi peluang baru (lanj.) Tidak ada gunanya memiliki ide peringkat satu untuk usaha baru, bila perusahaan hanya memiliki tim manajemen kelas dua. Tidak ada gunanya ide dan tim manajemen yang bagus tanpa adanya sumber daya yang memadai. Peluang yang bagus harus sesuai dengan tim kewirausahaan, sumber daya, struktur pembiayaan, dan gambaran besar (lingkungan makro), (lihat gambar berikut)

9 Peluang bagus memiliki kesesuaian yang bagus dengan faktor pendukungnya

10 Penentu keberhasilan usaha Di zaman global sekarang ini, dengan siklus hidup produk yang semakin singkat, dan pertumbuhan ekonomi yang rendah dimanamana, kandungan penting untuk keberhasilan kewirausahaan adalah wirausaha yang luar biasa, dengan tim manajemen kelas satu dan peluang pasar yang terbuka.

11 Penentu keberhasilan usaha (lanj) Sering dikatakan bahwa kewirausahaan sangat ditentukan oleh faktor keberuntungan. Namun, tidak ada orang yang menyatakan bahwa menjadi ilmiawan besar atau musisi hebat juga ditentukan oleh faktor keberuntungan. Tidak ada suatu faktor keberuntungan yang lebih besar bagi wirausahawan untuk berhasil, dibandingkan dengan keberhasilan dalam bidang-bidang yang lain.

12 Penentu keberhasilan usaha (lanj.) Penentu keberhasilan dalam berwirausaha adalah mengenali kesempatan yang baik, dan memiliki keahlian untuk mengubah peluang tersebut menjadi usaha yang tumbuh dan berkembang. Untuk melakukannya wirausahawan perlu mempersiapkan diri. Dalam kewirausahaan, seperti juga dalam profesi yang lain, keberuntungan adalah ketika persiapan dan kesempatan bertemu.

13 Daftar kesempatan/peluang Daftar berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan ketika ingin memasuki pasar atau industri. Keadaan dari faktor tersebut dapat membuat kesempatan berusaha menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pelanggan Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Dapat diidentifikasikan Sasaran pertama Sasaran kedua Demografis Terdefinisi jelas dan terfokus Psikografis sda sda Definisi kabur dan tidak terfokus

14 Daftar kesempatan/peluang (lanj.) Kecenderungan Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Pasar makro Banyak dan konvergen Sedikit dan divergen Sasaran pasar sda Sda Jendela kesempatan Sedang terbuka Sedang tertutup Struktur pasar Mencuat / terpecah Matang / menurun Ukuran pasar Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Seberapa banyak Sasaran utama Sasaran kedua Permintaan Lebih besar dari penawaran Lebih kecil dari penawaran

15 Daftar kesempatan/peluang (lanj.) Pertumbuhan pasar Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Tingkat pertumbuhan 20% atau lebih Kurang dari 20% Harga /frekuensi/ nilai Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Harga Margin kotor > 40% Margin kotor < 40% Frekuensi pembelian Sering dan berulang Satu kali Nilai Tercermin secara penuh dalam harga Harga penembusan (rendah) Biaya operasi Rendah dan variabel Besar dan tetap Margin penghasilan neto > 10% < 10% Volume Sangat tinggi Menengah

16 Daftar kesempatan/peluang (lanj.) Distribusi /penyaluran Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Dimana perusahaan berada dalam rantai nilai? Persaingan Margin tinggi, kekuatan besar Kesempatan lebih baik Margin rendah, kekuatan rendah Kesempatan lebih lemah Struktur pasar Mencuat/berkembang Matang Jumlah pesaing langsung Sedikit Banyak Jumlah pesaing tidak langsung sda Sda Jumlah barang subtitusi sda Sda Pesaing tidak kelihatan Tidak mungkin Mungkin Kekuatan pesaing Lemah Kuat

17 Daftar kesempatan/peluang (lanj.) Faktor-faktor kunci untuk keberhasilan Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Kedudukan relatif Kuat Lemah Penjual Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Kekuatan relatif Lemah Kuat Margin kotor yang mereka kuasai dalam rantai nilai Low High

18 Daftar kesempatan/peluang (lanj.) Pemerintah Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Peraturan Longgar Ketat Pajak Rendah Tinggi Lingkungan global Kesempatan lebih baik Kesempatan lebih lemah Pelanggan Tertarik dan dapat dicapai Tidak tertarik dan tidak dapat dicapai Pesaing Tidak ada atau lemah Ada dan kuat Penjual Bersemangat Tidak ada

19 Kesempatan dalam proses kewirausahaan Berdasarkan pertanda dari lingkungan, wirausahawan melihat adanya kesempatan untuk mendirikan usaha. Didukung oleh keahlian, kepribadian, dorongan untuk maju dan pengalaman, dia mengumpulkan informasi tentang pasar dan sumber daya untuk menilai apakah kesempatan tersebut layak untuk diwujudkan dalam usaha. Bila layak akan dilaksanakan, bila tidak akan ditinggalkan (lihat gambar berikut).

20 Proses kewirausahaan

21 Pemilihan investasi Ketika seorang penanam modal (investor) ingin menanam modal (berinvestasi) guna memanfaatkan kesempatan yang terbuka di pasar, dia dapat melakukannya secara langsung seperti yang dilakukan oleh seorang wirausahawan. Dia membeli aset riil dan mengoperasikannya untuk memperoleh pengembalian (keuntungan/laba) dari modal yang ditanamkannya.

22 Pemilihan investasi (lanj.) Namun, ketika terjadi spesialisasi yang tinggi dalam pasar modal, penanam modal dapat melakukan invastasi secara tidak langsung melalui berbagai perantara yang berada antara aset riil dan penanam modal. Perantara bertindak untuk memudahkan penanam modal mencari tempat investasi, dan bagi yang membutuhkan modal misalnya perusahaan memudahkan mereka untuk mencari penanam modal.

23 Pemilihan investasi (lanj.) Gambar berikut menunjukkan aliran kas antara pasar modal dan aset riil dalam perusahaan. Di pasar modal, penanam modal membeli aset keuangan (tanda kepemilikan terhadap perusahaan/ saham ) yang dikeluarkan oleh perusahaan melalui perantara manajer keuangan, sehingga terjadi aliran kas dari penanam modal ke perusahaan (1), (lihat gambar berikut).

24 Aliran modal dan kas dalam proses investasi

25 Siklus usaha Secara umum aliran kas berasal dari pemegang saham dan pemberi hutang. Kas tersebut akhirnya kembali lagi kepada pihakpihak tersebut, dan pemerintah.

26 Pemilihan investasi (lanj.) Kas yang diterima tersebut, kemudian diinvestasikan dalam aset riil sebagai alat dan bahan operasi perusahaan (2); Operasi perusahaan menciptakan aliran kas yang dikelola oleh manajer keuangan (3); Sebagian kas itu diinvestasikan lagi dalam operasi perusahaan (4a); Sebagian kas dikembalikan kepada penanam modal sebagai imbalan dari modal yang telah ditanamkan ke dalam perusahaan (4b).

27 Pemilihan investasi (lanj.) Bagi penanam modal, aliran kas yang mengalir ke pihaknya merupakan suatu hal yang penting sebagai alasan mendasar mengapa dia menanamkan modal dalam suatu perusahaan. Berdasarkan kriteria ekonomis, dia akan memilih suatu investasi yang mendatangkan aliran kas yang paling besar. Perusahaan juga memilih investasi dengan kriteria yang sama yaitu memilih suatu investasi dalam aset riil yang mendatangkan tingkat pengembalian modal yang paling besar.

28 Pemilihan investasi (lanj.) Bagi penanam modal, pilihan investasi banyak. Ada investasi yang menghasilkan pengembalian modal yang pasti, misalnya deposito di bank, obligasi (surat hutang) pemerintah, surat hutang perusahaan, dsb. Namun, penanaman modal dalam saham perusahaan mengandung ketidakpastian karena aliran kas yang dihasil oleh aset riil perusahaan tidak menentu, dan aliran kas dari perusahaan ke penanam modal juga tidak menentu.

29 Pemilihan investasi (lanj.) Karena itu, bagi penanam modal yang menghindari resiko, dia lebih cenderung memilih suatu jenis investasi yang tingkat pengembalian modalnya pasti, misalnya surat hutang pemerintah (karena pemerintah jarang gagal bayar). Penanam modal baru bersedia menanamkan modalnya dalam saham atau membiayai modal perusahaan wirausahawan, bila tingkat pengembalian modal yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, lebih tinggi dari hasil yang diperoleh dari tingkat bunga surat hutang pemerintah.

30 Pemilihan investasi (lanj.) Bila tingkat pengembalian dalam usaha lebih rendah dari tingkat bunga surat hutang pemerintah, investor yang menggunakan kriteria ekonomi akan lebih memilih untuk berinvestasi dalam surat hutang pemerintah. Karena itu, tingkat bunga surat hutang pemerintah sering digunakan sebagai patokan biaya kesempatan dari modal (opportunity cost of capital) bagi investasi dalam sektor-sektor lainnya. Artinya bila kita berinvestasi dalam suatu sektor, kesempatan untuk berinvestasi dalam surat hutang pemerintah, hilang. Itu adalah biaya (yaitu kesempatan yang hilang).

31 Pemilihan investasi (lanj.) Demikian juga, bagi perusahaan yang sedang mengembangkan usaha misalnya merencanakan untuk meluncurkan beberapa jenis produk baru. Kriteria yang digunakan sama yaitu, produk mana yang mendatang pengembalian modal paling tinggi, lebih tinggi dari hasil investasi berpenghasilan tetap, misalnya surat hutang pemerintah. Dengan memilih investasi tersebut, perusahaan dapat memaksimumkan laba yang dicapainya.

32 Konsep Nilai Sekarang (Present Value) Terdapat jeda waktu yang kadang-kadang cukup lama (misalnya satu tahun atau lebih) antara investasi yang ditanamkan dengan hasil yang akan diperoleh Membandingkan nilai investasi sekarang misalnya Rp 1 juta, dengan hasil yang akan diperoleh satu tahun mendatang, misalnya Rp 1,2 juta, tidak relevan. Karena, uang yang sekarang dimiliki dapat langsung menghasilkan kas (misalnya diinvestasikan dalam bentuk deposito atau surat hutang pemerintah, atau diputar dalam bentuk usaha ). Sementara uang yang akan diterima belum belum dapat menghasilkan apapun (steril).

33 Nilai sekarang (lanj.) Karena itu untuk membandingkan investasi yang hasilnya di masa mendatang, digunakan konsep nilai sekarang. Nilai sekarang adalah kebalikan dari nilai mendatang (Future Value, FV). Untuk Rp 1 juta sekarang, FV satu tahun mendatang dengan tingkat bunga 20% per tahun adalah Rp 1,2 juta. Dengan tingkat bunga yang sama, maka nilai sekarang PV (present value) dari Rp 1,2 juta di tahun mendatang, adalah 1,2 X faktor diskonto = 1,2 X [1/(1,2)] = Rp 1. juta.

34 Nilai sekarang (lanj.) Nilai yang diperkirakan akan diterima dimasa mendatang didiskontokan untuk memperoleh nilai sekarang. Rumus nilai sekarang : C 1 aliran kas di masa mendatang (periode 1). r adalah tingkat diskonto atau biaya kesempatan dari modal, yaitu tingkat pengembalian dari investasi yang sebanding di pasar modal yang ditinggalkan, karena melakukan investasi dalam usaha yang dijalankan sekarang (lihat contoh pada halaman sebelumnya).

35 Nilai sekarang (lanj.) Untuk menilai kelayakan sebuah investasi misalnya meluncurkan produk baru, dsb., nilai sekarang dari aliran kas di masa depan dikurangi dengan jumlah investasi yang dikeluarkan sekarang. Sehingga diperoleh Nilai Sekarang Netto (Net Present Value, NPV): NPV = PV - investasi yang diperlukan sekarang. Misal: Anda adalah pengembang kecil yang mendirikan rumah, yang ketika selesai dijual. Anda ingin menilai apakah proyek itu layak dilaksanakan.

36 Nilai sekarang (lanj.) Biaya tanah, bahan bangunan dan tenaga adalah Rp 350 juta. Waktu pengerjaan adalah satu tahun. Di tahun mendatang, rumah tersebut akan dijual Rp 400 juta. Tingkat bunga surat hutang pemerintah adalah 7% per tahun. NPV = PV - investasi yang diperlukan => C 0 = jt

37 Nilai sekarang (lanj.) PV = 400 jt / (1 + 0,07) = Rp 373,8 jt NPV = 373,8-350 = Rp 23,8 jt. Karena NPV lebih besar dari nol (23,8 jt), maka proyek pembangunan rumah tersebut layak dilaksanakan, karena hasil dari kegiatan tersebut lebih besar dari biaya. Atau dengan kata lain, kegiatan tersebut memberikan sumbangan untuk penciptaan nilai.

38 Nilai sekarang (lanj.) Bila menurut perhitungan, NPV ternyata negatif, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. Konsep nilai sekarang digunakan secara meluas untuk menilai kelayakan usaha apa saja: pendirian pabrik baru, peluncuran produk baru, pembelian saham, dsb. Anda dapat mempelajarinya dalam buku Manajemen Keuangan.

39 Portofolio usaha Ketika sebuah perusahaan mengembangkan dan menjual berbagai jenis produk, perusahaan mengalami transformasi menjadi perusahaan multidivisi (multi-usaha). Setiap divisi usaha yang otonom disebut pusat laba (profit centre). Setiap divisi memiliki pasar dan pesaing tersendiri, sehingga disebut sebagai unit usaha strategis (SBU, strategic business unit). Perusahaan perlu menjalankan strategi yang tersendiri untuk setiap usaha tersebut. Keseluruhan SBU yang dimiliki oleh perusahaan disebut portofolio usaha (divisi).

40 Portofolio usaha (lanj.) Usaha yang berjalan perlu dievaluasi secara periodik untuk melihat apakah sebuah divisi perlu diteruskan atau dihentikan. Bila diteruskan, perusahaan perlu melakukan investasi baru atau mempertahankan aliran modal ke dalam divisi itu. Bila dihentikan, aset divisi tersebut dijual kepada pihak lain, sehingga perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri pada usaha (divisi) yang masih tersisa.

41 Portofolio usaha (lanj.) Untuk membantu perusahaan mengelola portofolio usahanya, Boston Consulting Group (BCG, perusahaan konsultan ternama) menggagas sebuat matrik yang disebut Matrik Portofolio BCG (atau disingkat Matriks BCG). Dimensi horizontal menggambarkan posisi relatif pangsa pasar dimana pangsa pasar SBU perusahaan dibagi dengan SBU pesaingnya yang paling utama (atau volume penjualan SBU perusahaan dibagi dengan volume penjualan yang dilakukan oleh SBU pesaing utama), (lihat gambar berikut)

42 Matriks BCG

43 Portofolio usaha (lanj.) Dimensi vertikal menggambarkan laju pertumbuhan pasar / industri dimana SBU beroperasi. Lingkaran dalam gambar di atas merupakan ukuran dari proporsi penjualan yang diciptakan oleh sebuah SBU terhadap keseluruhan penjualan perusahaan. Sedangkan grafik potongan serabi (pie) dalam lingkaran tersebut merupakan gambaran proporsi laba yang diciptakan oleh sebuah SBU terhadap keseluruhan laba perusahaan (lihat lagi gambar di atas).

44 Portofolio usaha (lanj.) Dalam dimensi horizontal, titik batas berada di angka 0,5, yaitu pangsa pasar SBU perusahaan adalah setengah dari pangsa pasar yang dikuasai pesaing utama. Sedangkan, dalam dimensi vertikal titik batas berada pada tingkat pertumbuhan pasar /industri 0%. Berdasarkan titik batas tersebut Matrik BCG dibagi menjadi empat kuadran, yaitu:

45 Portofolio usaha (lanj.) Kuadran I dinamakan Tanda Tanya (Question Mark) SBU yang berada dalam kuadran ini memiliki kedudukan pangsa pasar yang relatif kecil tetapi berada dalam industri yang tumbuh cepat. Umumnya, kebutuhan kas dari perusahaan ini tinggi, dan menciptakan arus kas yang kecil. Usaha ini disebut Tanda Tanya karena perusahaan perlu mempertimbangkan apakah mengejar strategi yang intensif seperti ( penembusan pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk) atau menjual usahanya ke pihak lain.

46 Portofolio usaha (lanj.) Kuadran II dinamakan Bintang (Star). Usaha dalam kuadran ini merupakan kesempatan terbaik organisasi dalam jangka panjang untuk meningkatkan pertumbuhan dan laba. SBU atau divisi yang memiliki pangsa pasar yang relatif besar dan berada dalam industri yang tumbuh cepat perlu mendapat suntikan investasi untuk mempertahankan atau memperkuat posisi dominannya. Strategi yang tepat untuk usaha dalam kuadran ini adalah: integrasi vertikal ke belakang, ke depan, dan integrasi horizontal; penembusan pasar; pengembangan pasar dan pengembangan produk.

47 Portofolio usaha (lanj.) SBU atau divisi dalam kuadran III dinamakan Sapi perah (Cash Cow). Divisi usaha yang berada dalam kuadran ini memiliki pangsa pasar yang relatif besar tetapi bersaing dalam industri yang mengalami pertumbuhan rendah. Usaha dalam kuadran ini menciptakan arus kas yang lebih besar dari yang dibutuhkan, sehingga diperah untuk digunakan dalam usaha lain. Kebanyakan divisi Sapi Perah sekarang adalah Bintang kemarin. (lanj.)

48 Portofolio usaha (lanj.) Sapi perah (lanj.) SBU sapi perah perlu dikelola untuk memperkuat kedudukannya yang kuat selama mungkin. Strategi yang cocok untuk SBU ini adalah pengembangan produk atau diversifikasi. Namun, kalau SBU sapi perah melemah, strategi mundur atau penjualan aset menjadi lebih sesuai.

49 Portofolio usaha (lanj.) Kuadran IV dinamakan Anjing (Dog). SBU dalam kuadran Anjing memiliki pangsa pasar yang rendah dan berada dalam industri yang mengalami pertumbuhan rendah atau tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Karena mengalami kelemahan internal dan eksternal, SBU ini sering dilikuidasi, dijual asetnya, atau dipangkas melalui strategi menarik diri.

50 Portofolio usaha (lanj.) Ketika SBU menjadi Anjing, penarikan diri adalah strategi yang terbaik untuk dijalankan, karena kebanyakan Anjing akan kembali meloncat setelah pengurangan aset dan biaya yang ketat, untuk kembali menjadi divisi yang bertahan hidup dan menguntungkan.

51 Manfaat Matriks BCG Kemanfaatan utama dari Matriks BCG adalah perhatiannya pada arus kas, karakteristik investasi, dan kebutuhan setiap divisi dalam organisasi. Divisi dari kebanyakan perusahaan berevolusi sepanjang waktu berlawanan arah dengan jarum jam: Anjing menjadi Tanda Tanya, Tanda Tanya menjadi Bintang, Bintang menjadi Sapi Perah, dan Sapi Perah menjadi Anjing. Perusahaan berupaya mencapai portofolio divisi dalam kuadran Bintang.

52 Keterbatasan Matriks BCG Keberhasilan strategi usaha menurut BCG ditentukan hanya oleh 2 faktor yaitu tingkat pertumbuhan pasar dan pangsa pasar. Padahal dalam kenyataan, faktor penentu keberhasilan banyak sekali. Anjuran dari BCG hanya ada tiga keputusan yaitu : beli, jual dan mempertahankan usaha. Tidak ada substansi kualitatif untuk membantu pengelolaan strategis perusahaan kecuali investasi /divestasi.

53 Keterbatasan (lanj.) Selain itu, model di atas juga tidak menggambarkan sinergi antara berbagai SBU. Membuat keputusan yang hanya menyangkut dengan satu SBU saja dapat beresiko terhadap beberapa atau seluruh usaha. Misal, sumber kompetensi inti dari perusahaan berasal dari SBU yang berkinerja buruk. Menjual atau menghentikan SBU tersebut dapat melemahkan keunggulan bersaing perusahaan secara keseluruhan.

54 Matriks Kebijakan Terarah Perusahaan Shell Chemicals juga membuat sebuah Matrik Kebijakan Terarah (Directional Policy Matrix, DPM) yang mirip dengan matriks BCG tetapi menggunakan lebih dari dua variabel yang disebut Faktor Kritis Keberhasilan (Critical Success Faktor, CSF) dan dipadukan dalam 2 indeks yaitu : daya tarik pasar (market attractiveness) dan kekuatan usaha (business strength)

55 Terima Kasih Maulida Khiatuddin

Analisis BCG (Boston Consulting Group) Kelompok 4 : Opissen Yudisius Murdiono Muh.Syamsul Wa Ode Mellyawanty

Analisis BCG (Boston Consulting Group) Kelompok 4 : Opissen Yudisius Murdiono Muh.Syamsul Wa Ode Mellyawanty Analisis BCG (Boston Consulting Group) Kelompok 4 : Opissen Yudisius Murdiono Muh.Syamsul Wa Ode Mellyawanty Analisis BCG Definisi BCG (Boston Consulting group) adalah perusahaan konsultan manajemen swasta

Lebih terperinci

IMC 2. Analisa pasar dengan SWOT dan BCG Matrix. Berliani Ardha, SE, M.Si. The meaning of tulips is generally perfect love.

IMC 2. Analisa pasar dengan SWOT dan BCG Matrix. Berliani Ardha, SE, M.Si. The meaning of tulips is generally perfect love. Modul ke: IMC 2 Analisa pasar dengan SWOT dan BCG Matrix Fakultas Komunikasi Berliani Ardha, SE, M.Si Program Studi Advertising & Marketing communication The meaning of tulips is generally perfect love

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2005: 234) adalah penelitian yang dimaksud untuk

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA

STUDI KELAYAKAN USAHA STUDI KELAYAKAN USAHA 1 PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN USAHA Studi kelayakan usaha ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil dan menguntungkan secara kontinyu.

Lebih terperinci

Kewirausahaan III. Pilihan-piilihan strategis dalam pengembangan usaha. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan.

Kewirausahaan III. Pilihan-piilihan strategis dalam pengembangan usaha. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Modul ke: 02Fakultas Maulida Fasilkom Fikom Program Studi Sistem informasi/ Penyiaran Kewirausahaan III Pilihan-piilihan strategis dalam pengembangan usaha Khiatuddin Kata Pengantar Kesimplan Pendahulan

Lebih terperinci

Kewirausahaan III. Praktek pemasaran: penetapan harga. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan.

Kewirausahaan III. Praktek pemasaran: penetapan harga. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan. Modul ke: 06Fakultas Maulida Fasilkom Fikom Program Studi Sistem informasi/ Penyiaran Kewirausahaan III Praktek pemasaran: penetapan harga Khiatuddin Kata Pengantar Kesimplan Pendahulan Daftr Pustaka Penelitia

Lebih terperinci

Kewirausahaan III. Praktek Pemasaran: kebijakan produk. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan.

Kewirausahaan III. Praktek Pemasaran: kebijakan produk. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan. Modul ke: 05Fakultas Maulida Fasilkom Fikom Program Studi Sistem informasi/ Penyiaran Kewirausahaan III Praktek Pemasaran: kebijakan produk Khiatuddin Kata Pengantar Kesimplan Pendahulan Daftr Pustaka

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ASPEK INVESTASI UU & PERATURAN BIDANG USAHA STRATEGI BISNIS KEBIJAKAN PASAR LINGKUNGAN INVESTASI KEUANGAN TEKNIK & OPERASI ALASAN INVESTASI EKONOMIS Penambahan Kapasitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Beberapa ahli telah mengemukakan definisi tentang pemasaran yang agak

BAB II LANDASAN TEORI. Beberapa ahli telah mengemukakan definisi tentang pemasaran yang agak BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pemasaran Beberapa ahli telah mengemukakan definisi tentang pemasaran yang agak berbeda meskipun sebenarnya sama. Perbedaan ini disebabkan karena mereka meninjau pemasaran

Lebih terperinci

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) M a n a j e m e n K e u a n g a n 103 Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Accounting

Lebih terperinci

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil Manajemen Investasi Pendahuluan Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai

Lebih terperinci

Kewirausahaan III. Permasalahan pengembangan usaha. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan.

Kewirausahaan III. Permasalahan pengembangan usaha. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan. Modul ke: 03Fakultas Maulida Fasilkom Fikom Program Studi Sistem informasi/ Penyiaran Kewirausahaan III Permasalahan pengembangan usaha Khiatuddin Kata Pengantar Kesimplan Pendahulan Daftr Pustaka Penelitia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Strategi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Berdasarkan John Ward dan Joe Peppard (2002, hal 44), strategi sistem informasi adalah suatu kebutuhan organisasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RENCANA STRATEGIS DAN PROSES MANAJEMEN PEMASARAN UNTUK TIAP BISNIS Oleh Euis Dasipah Abstrak Tujuan analisis strategi adalah untuk: (1)

PENGEMBANGAN RENCANA STRATEGIS DAN PROSES MANAJEMEN PEMASARAN UNTUK TIAP BISNIS Oleh Euis Dasipah Abstrak Tujuan analisis strategi adalah untuk: (1) PENGEMBANGAN RENCANA STRATEGIS DAN PROSES MANAJEMEN PEMASARAN UNTUK TIAP BISNIS Oleh Euis Dasipah Abstrak Tujuan analisis strategi adalah untuk: (1) mendiagnosis kekuatan dan kelemahan strategic business

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari RISIKO INVESTASI Risiko merupakan penyimpangan hasil (return) yang diperoleh dari rencana hasil (return) yang diharapkan. Apabila kita membicarakan risiko investasi berarti kita menganalisis kemungkinan

Lebih terperinci

Nama: Lisa Purna ( ) Pembimbing: DR. Armaini Akhirson, SE., MMA

Nama: Lisa Purna ( ) Pembimbing: DR. Armaini Akhirson, SE., MMA Nama: Lisa Purna (20208742) Pembimbing: DR. Armaini Akhirson, SE., MMA Latar Belakang Masalah Rencana manajemen mengenai kegiatan industri di masa yang akan datang pada umumnya dituangkan dalam anggaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang kian pesat saat ini menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan harus berjuang untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

Implementasi Strategi Dan Peran Pemimpin dalam Pembuatan Keputusan

Implementasi Strategi Dan Peran Pemimpin dalam Pembuatan Keputusan Modul ke: Implementasi Strategi Dan Peran Pemimpin dalam Pembuatan Keputusan Fakultas FIKOM Andi Youna C. Bachtiar, M. Ikom Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id Strategi Generik Michael

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham/pemilik. Nilai perusahaan yang sudah go public tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham/pemilik. Nilai perusahaan yang sudah go public tercermin dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan/nilai perusahaan bagi pemegang saham/pemilik. Nilai perusahaan yang sudah go public tercermin dalam harga

Lebih terperinci

Analisis Portofolio Pelanggan (Customer Portofolio Analysis/CPA) Pertemuan ke-4 Diema Hernyka S, M.Kom

Analisis Portofolio Pelanggan (Customer Portofolio Analysis/CPA) Pertemuan ke-4 Diema Hernyka S, M.Kom Analisis Portofolio Pelanggan (Customer Portofolio Analysis/CPA) Pertemuan ke-4 Diema Hernyka S, M.Kom Apakah Portofolio Pelanggan? Apa itu CPA? CPA Untuk Apa? Tujuan CPA Untuk mengoptimalkan profit yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Matrik BCG (Boston Consulting Group) Berdasarkan tingkat pertumbuhan pangsa pasar dan pangsa pasar relatif sebagai perameter untuk mengukur dan mengetahui posisi

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesulitan keuangan (financial distress) yang kemungkinan dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesulitan keuangan (financial distress) yang kemungkinan dapat menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik perusahaan manufaktur, perdagangan dan jasa pasti menginginkan kinerja yang baik diperusahaannya. Namun, perubahan globalisasi sangat

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham keputusan investasi sangat penting karena investasi dijadikan indikator

BAB I PENDAHULUAN. saham keputusan investasi sangat penting karena investasi dijadikan indikator 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang diharapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksi oleh para investor.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegitan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang tepat

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry)

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) BIAYA MODAL ( THE COST OF CAPITAL ) Biaya modal mewakili perkiraan tingkat pengembalian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Yang dibahas adalah Keputusan-keputusan keuangan. Keputusan keuangan adalah penerapan teori keuangan dalam lingkup

PENDAHULUAN. Yang dibahas adalah Keputusan-keputusan keuangan. Keputusan keuangan adalah penerapan teori keuangan dalam lingkup PENDAHULUAN Yang dibahas adalah Keputusan-keputusan keuangan. Yang diterapkan oleh perusahaan. Yang dimaksud perusahaan adalah organisasi yang bertujuan memperoleh laba. Tetapi konsep yang mendasarinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk memperoleh modal tersebut adalah melalui pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk memperoleh modal tersebut adalah melalui pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, dunia usaha menjadi semakin kompetitif sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi agar terhindar dari kebangkrutan dan unggul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari perusahaan melakukan usahanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari perusahaan melakukan usahanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan kegiatan sehari-hari perusahaan melakukan usahanya agar dapat berkembang dari tahun ke tahun membutuhkan modal. Setiap perkembangan usaha juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan tidak dapat bersaing, maka perusahaan tersebut dapat kalah dalam persaingan dan

Lebih terperinci

Materi Minggu 9. Formulasi Strategik, Analisis Situasi dan Alternatif Strategik (Bagian 2)

Materi Minggu 9. Formulasi Strategik, Analisis Situasi dan Alternatif Strategik (Bagian 2) M a n a j e m e n S t r a t e g i k 68 Materi Minggu 9 Formulasi Strategik, Analisis Situasi dan Alternatif Strategik (Bagian 2) 9.1 Analisis Faktor Strategik Pelaksanaan analisis faktor strategis merupakan

Lebih terperinci

Materi 9 STRATEGI MULTIBISNIS. deden08m.com 1

Materi 9 STRATEGI MULTIBISNIS. deden08m.com 1 Materi 9 STRATEGI MULTIBISNIS deden08m.com 1 TEKNIK PORTOFOLIO Suatu cara pendekatan yang dipelopori The Boston Consulting Group yang berusaha membantu manajer dalam menyeimbangkan cash flow sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis posisi..., Andini Setyawati, FE UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis posisi..., Andini Setyawati, FE UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan banyak perusahaan khususnya di bidang perbankan mengalami restrukturisasi keuangan secara

Lebih terperinci

MAKALAH STUDI KELAYAKAN USAHA

MAKALAH STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH STUDI KELAYAKAN USAHA Dosen Pengampu: Dra.Hj.Machmuroh., M.S. Disusun oleh : Asfani Erviyanto (K2514011) PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN

PENGELOLAAN KEUANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN SUMBER DANA YANG TERBAIK RENCANA KEUANGAN, PEMBELANJAAN PENGGUNAAN DANA YANG TERBAIK Pemilihan sumber dana SUMBER DANA KEBAIKAN KELEMAHAN Dari dalam Dapat digunakan sewaktu-waktu Tidak

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SWOT DAN BCG GUNA MENENTUKAN STRATEGI PENJUALAN

PENERAPAN METODE SWOT DAN BCG GUNA MENENTUKAN STRATEGI PENJUALAN PENERAPAN METODE SWOT DAN BCG GUNA MENENTUKAN STRATEGI PENJUALAN M. Anggrianto, C. Indri Parwati, Sidharta Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ABSTRACT Metal casting

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL. Rona Tumiur Mauli Caroline Simorangkir, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

PENGANGGARAN MODAL. Rona Tumiur Mauli Caroline Simorangkir, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi AKUNTANSI PENGANGGARAN MODAL Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS Rona Tumiur Mauli Caroline Simorangkir, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dasar-Dasar Penganggaran Modal Definisi dan Metode Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad ini seperti yang kita ketahui dunia ekonomi dan teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan adanya perkembangan teknologi itu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Dalam dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha pemilik usaha selalu dihadapkan dengan suatu masalah. Salah satu masalah

Lebih terperinci

13PASCA. Modul Pertemuan 13. Berisi : SWOT Matrix, Space Matrix, BCG Matrix, IE Matrix and Grand Strategy Matrix. Dr. Ir. Achmad Fachrodji, MM SARJANA

13PASCA. Modul Pertemuan 13. Berisi : SWOT Matrix, Space Matrix, BCG Matrix, IE Matrix and Grand Strategy Matrix. Dr. Ir. Achmad Fachrodji, MM SARJANA Modul Pertemuan 13 Modul ke: Fakultas 13PASCA SARJANA Berisi : SWOT Matrix, Space Matrix, BCG Matrix, IE Matrix and Grand Strategy Matrix Dr. Ir. Achmad Fachrodji, MM Program Studi Magister Manajemen Referensi

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Keputusan Investasi. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Keputusan Investasi. Basharat Ahmad. Modul ke:  Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Keputusan Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Gambaran Umum Penganggaran Modal Net Present

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat dengan cara mengantisipasi setiap perubahan-perubahan yang terjadi di. lingkungan bisnis dan mengembangkan usahanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat dengan cara mengantisipasi setiap perubahan-perubahan yang terjadi di. lingkungan bisnis dan mengembangkan usahanya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan mengharapkan untuk dapat berkembang dan bertahan di dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin kompleks. Berbagai upaya dilakukan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

EDISI 12 I BUKU 1. -;;-, = Penerbit. . - ~ Salemba Empat. » Buku Asli Berstiker Hologra m

EDISI 12 I BUKU 1. -;;-, = Penerbit. . - ~ Salemba Empat. » Buku Asli Berstiker Hologra m - analemen Strategis Strategic Management-Formulation,Implementation,and Control EDISI 12 I BUKU 1 -;;-, = Penerbit. - ~ Salemba Empat ~» Buku Asli Berstiker Hologra m Daftar lsi BAGIAN SATU TINJAUAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Penganggaran Modal. Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. Nurahasan Wiradjegha, S.E.,M.

Penganggaran Modal. Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. Nurahasan Wiradjegha, S.E.,M. Modul ke: Penganggaran Modal Fakultas EKONOMI Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return Program Studi Manajemen 84008 www.mercubuana.ac.id Nurahasan Wiradjegha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai dari

Lebih terperinci

Kewirausahaan III. Pengelolaan aliiran kas. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan. Daftr Pustaka.

Kewirausahaan III. Pengelolaan aliiran kas. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan. Pendahulan. Daftr Pustaka. Modul ke: 12Fakultas Maulida Fasilkom Fikom Program Studi Sistem informasi/ Penyiaran Kewirausahaan III Pengelolaan aliiran kas Khiatuddin Kata Pengantar Kesimplan Pendahulan Daftr Pustaka Penelitia Akhiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak manajemen perusahaan untuk dapat bekerja lebih efisien. Hal tersebut bertujuan agar

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING JENIS INVESTASI FINANCIAL ASSET (Saham, Obligasi dst) RIIL ASSET (Property, Machine, dst) PRODUCT DERIVATE (Reksadana, Bursa Valas,Bursa Komoditas) COMBINATION Pengertian

Lebih terperinci

Kewirausahaan. Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur

Kewirausahaan. Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur Kewirausahaan Modul ke: Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Fakultas Fakultas Teknik Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id I. Pentinnya Studi Kelayakan Usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri pada produk dan pasar yang dimilikinya sekarang. Peluang yang menarik bagi perusahaan tertentu adalah peluang yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. diri pada produk dan pasar yang dimilikinya sekarang. Peluang yang menarik bagi perusahaan tertentu adalah peluang yang dapat BAB II LANDASAN TEORI I. Peluang Pasar Setiap perusahaan perlu memiliki kemampuan untuk mengenal peluang peluang pasar baru. Tidak ada perusahaan yang selamanya dapat menggantungkan diri pada produk dan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT

STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT Nama : Fitria Shinta Dewi NPM : 13213551 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Eva Karla, SE,

Lebih terperinci

Time Value of Money. rosyzandra/skb/unira

Time Value of Money. rosyzandra/skb/unira Time Value of Money Secara umum untuk menilai layak atau tidaknya suatu investasi, baik swasta maupun pemerintah banyak menggunakan konsep time value of money sebagai bahan pertimbangan Dalam literatur

Lebih terperinci

Indah Pratiwi Teknik Industri - UMS. Indah Pratiwi - Teknik Industri - UMS

Indah Pratiwi Teknik Industri - UMS. Indah Pratiwi - Teknik Industri - UMS Indah Pratiwi Teknik Industri - UMS Indah Pratiwi - Teknik Industri - UMS 1 1. Analisa Pemilihan Proyek 2 Latar Belakang Cara yang aman untuk menangani berbagai alternatif yang menyangkut investasi peralatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh dana, baik dari dalam maupun luar negeri dimana terjadi alokasi dana dari pihak

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Modul ke: Analisa Investasi dalam Berwirausaha Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id Evaluasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Penganggaran Modal. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen.

MANAJEMEN KEUANGAN. Penganggaran Modal. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen. Modul ke: MANAJEMEN KEUANGAN Penganggaran Modal Fakultas Ekonomi & Bisnis Riska Rosdiana SE., M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Modal atau capital merujuk pada aktiva tetap

Lebih terperinci

RMK MANAJEMEN KEUANGAN

RMK MANAJEMEN KEUANGAN RMK MANAJEMEN KEUANGAN Analsis Biaya Modal OLEH : I Putu Putra Wasista 1515351136 39 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2016 ANALISIS BIAYA MODAL PENGERTIAN BIAYA MODAL Biaya Modal memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya globalisasi membuat perekonomian dunia semakin terbuka dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya globalisasi membuat perekonomian dunia semakin terbuka dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya globalisasi membuat perekonomian dunia semakin terbuka dan mengarah pada suatu kesatuan global. Globalisasi juga membuat perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

TUGAS ASPEK KEUANGAN STUDI KELAYAKAN BISNIS. Dosen : Tita Borshalina, S.E, M.S.M.. Kelompok 8 Muhammad iqbal al-kahfi (0113u427)

TUGAS ASPEK KEUANGAN STUDI KELAYAKAN BISNIS. Dosen : Tita Borshalina, S.E, M.S.M.. Kelompok 8 Muhammad iqbal al-kahfi (0113u427) TUGAS ASPEK KEUANGAN STUDI KELAYAKAN BISNIS Dosen : Tita Borshalina, S.E, M.S.M.. Kelompok 8 Muhammad iqbal al-kahfi (0113u427) Prian priyatna putra (0113u254) Shinta achadya (0113u248) Kelas D FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan dalam industri manufaktur tersebut

Lebih terperinci

DEWI WULAN HANDAYANTI B

DEWI WULAN HANDAYANTI B ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL DI BURSA EFEK JAKARTA (TAHUN 2006-2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi perusahaannya tetap dalam keadaan sehat. Dengan kondisi perusahaan yang sehat, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Pasar modal dapat menjadi alternatif pendanaan bagi perusahaan selain melalui perbankan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari investor yang ingin berinvestasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN MODAL KERJA. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN MODAL KERJA. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN MODAL KERJA ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Dewasa ini pengolahan modal kerja suatu perusahaan sudah meliputi berbagai fungsi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jangka waktu tertentu. Adapun tujuan dari laporan keuangan yaitu: perusahaan dalam menghasilkan laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jangka waktu tertentu. Adapun tujuan dari laporan keuangan yaitu: perusahaan dalam menghasilkan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Menurut Harahap (2010:105), Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Brockhouse dan Wadsworth (2010:1) studi kelayakan adalah alat yang digunakan dalam proses pengembangan bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha ditandai dengan semakin ketatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha ditandai dengan semakin ketatnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan dalam dunia usaha ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di berbagai bidang usaha. Hal ini membuat para usahawan dengan teliti mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks sehingga memunculkan beragam alternatif dalam berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks sehingga memunculkan beragam alternatif dalam berinvestasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti zaman sekarang, perkembangan ekonomi semakin kompleks sehingga memunculkan beragam alternatif dalam berinvestasi. Investasi adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adalah state of nature dari setiap perusahaan untuk terus bertumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Adalah state of nature dari setiap perusahaan untuk terus bertumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adalah state of nature dari setiap perusahaan untuk terus bertumbuh dan berkembang. Dalam menjalankan usahanya suatu perusahaan baik yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini masih berada pada tahap pemulihan krisis ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat ratusan perusahaan mengalami

Lebih terperinci

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII :

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII : PRESENTASI VIII : ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPONEN UTAMA : RASIO KEUANGAN INFORMASI KEUANGAN SELURUH INFORMASI YANG SECARA SIGNIFIKAN MENGANDUNG DAN MENGEDEPANKAN ASPEK-ASPEK KEUANGAN DENGAN TUJUAN UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Setelah melakukan wawancara dan mengumpulkan data, penulis menggunakan suatu alat analisis untuk mengevaluasi kelayakan investasi produk Fitaliv yakni capital budgeting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan dalam industri manufaktur membuat setiap perusahaan manufaktur semakin meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tercapai. Pendirian sebuah perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menentukan tujuan yang harus dicapai, pihak manajemen perusahaan perlu menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Jeff Madura yang diterjemahkan Yulianto, A. A. dan Krista (2007)

BAB II LANDASAN TEORI. Jeff Madura yang diterjemahkan Yulianto, A. A. dan Krista (2007) BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Bisnis Jeff Madura yang diterjemahkan Yulianto, A. A. dan Krista (2007) mendefinisikan, bisnis adalah suatu kegiatan yang didirikan untuk melayani kebutuhan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci