JST Kesehatan, Juli 2016, Vol.6 No.3 : ISSN
|
|
- Agus Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JST Kesehatan, Juli 2016, Vol.6 No.3 : ISSN EFEK PEMBERIAN α-tokoferol TERHADAP KADAR PROSTAGLANDIN PLASMA SEBAGAI TERAPI DISMENORE PRIMER The Effects of α-tokoferol Treatment on the Levels of Prostaglandin Plasma as the Primary Dismenore Therapy Mona Nulanda, John Rambulangi, Efendi Lukas Ilmu Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar ( ritonga81@yahoo.co.id) ABSTRAK Dismenore primer merupakan gangguan menstruasi yang terjadi pada usia remaja dan mengakibatkan gangguan aktifitas. Penelitian ini bertujuan menilai efek pemberian α-tokoferol terhadap kadar prostaglandin plasma sebagai terapi dismenore primer. Penelitian dengan uji eksperimental desain randomized pretest-post test kontrol grup pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia yang menderita dismenore primer sejak Desember 2014 hingga Juni 2015 di Makassar. Analisa data dengan uji Independent T-test dan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar prostaglandin plasma dan intensitas nyeri haid setelah pemberian vitamin E (p > 0.05) dan tidak ada hubungan antara kadar prostaglandin plasma terhadap intensitas nyeri haid. Kata Kunci: vitamin E, nyeri haid, Prostaglandin, Intensitas nyeri ABSTRACT Primary dysmenorrhea is menstrual disorders that occur in adolescence and lead to disruption of activity. This research aimed to assess the effect of α-tocopherol treatment on the levels of the prostaglandin plasma as the primary dismenore therapy. The research used the experimental test with the randomized pre-test-post test control group on the female students of the Faculty of Medicine, Moslem Indonesia University, who suffered from primary dismenore. He research was conducted from December 2014 through June 2015 in Makassar. The data were analyzed using the independent T- test and the Chi square test. The research result there was no significant difference in the level of prostaglandin plasma and the intensity of menstruation pain after the treatment with vitamin E (p>0.05), and there was no correlation between the level of prostaglandin plasma and the menstruation pain. Keywords: vitamin E, menstruation pain, prostaglandin, pain intensity PENDAHULUAN Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri kram yang berulang yang terjadi saat menstruasi tanpa ada kelainan patologik pada pelvis (Dawood, 2006). Dismenore primer biasanya mulai saat usia remaja, saat dimana siklus ovulasi mulai teratur. Penyebabnya sampai saat ini masih belum jelas, tetapi beberapa teori menyebutkan bahwa kontraksi miometrium akan menyebabkan iskemia pada uterus sehingga menyebabkan rasa nyeri. Kontraksi miometrium tersebut disebabkan oleh sintesis prostaglandin. Prostaglandin disebut dapat mengurangi atau menghambat sementara suplai darah ke uterus, yang menyebabkan uterus mengalami kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kontraksi miometrium dan terasa nyeri (Eby, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40-70% wanita pada masa reproduksi mengalami nyeri haid, dan sebesar 10 persen mengalaminya hingga mengganggu aktivitas sehari-hari (Khorshidi et al., 2003). Kejadian dismenore berkisar 45-75% dari seluruh remaja perempuan pubertas, dimana ketidakhadiran di sekolah atau lingkungan kerja 287
2 Mona Nulanda ISSN berkisar 13-51% dan sekitar 5-14% ketidakhadiran tersebut disebabkan beratnya gejala yang terjadi (Proctor & Farquhar, 2006). Penelitian di Indonesia didapatkan pada wanita antara usia tahun sekitar 71% mengalami dismenore dimana 5,6% tidak masuk sekolah atau tidak bekerja, dan 59,2% mengalami kemunduran produktifitas kerja akibat dismenore (Novia & Puspitasari, 2008). Etiologi dismenore secara pasti tidak diketahui. Sebelumnya banyak faktor yang dikaitkan dengan kejadian dismenore, seperti keadaan emosional / psikis, adanya obstruksi kanalis servikalis, ketidak seimbangan endokrin, dan alergi. Namun sekarang timbulnya dismenore sering dikaitkan dengan adanya peningkatan kadar prostaglandin. Dimana diketahui bahwa prostaglandin mempunyai efek yang dapat meningkatkan kontraktilitas dari otot uterus dan juga prostaglandin mempunyai efek vasokontriksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan iskemi pada otot uterus yang dapat menimbulkan rasa nyeri (Speroff & Fritzz, 2005). Penanganan awal pada penderita nyeri haid primer adalah dengan memberikan obat-obatan penghilang rasa nyeri yang timbul oleh karena peningkatan produksi prostaglandin, sehingga pemberian obat yang menghambat sintesis prostaglandin dan mempunyai efek analgesik merupakan pilihan (Calis, 2008). Adanya efek samping dari obat-obatan tersebut jika digunakan secara bebas dan berulang tanpa pengawasan dokter. Sebagai alternatif, dilakukan berbagai penelitian untuk menemukan terapi pengganti ataupun terapi pelengkap yang lebih aman jika dibandingkan terapi dengan NSAID, seperti terapi herbal, terapi suplemen, terapi akupuntur, terapi tingkah laku, dan aroma terapi (Proctor & Murphy, 2001). Vitamin E merupakan salah satu pengobatan alternatif yang terbukti bermanfaat dalam mengurangi nyeri yang terjadi pada dismenore primer tanpa menimbulkan efek samping. Mekanisme kerja vitamin E dalam dismenore adalah dengan cara menghambat pelepasan asam arakidonat dan konversi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin (PG) melalui penekanan aktivitas enzim phospholipase A2 (PLA2 s ) dan cyclo-oxygenase melalui penghambatan aktivitas post translasi cyclooksigenase, sehingga menghambat produksi prostaglandin, sebaliknya vitamin E juga meningkatkan produksi protasiklin dan PGE2 yang berfungsi sebagai vasodilator yang bisa merelaksasikan otot polos (Dawood, 2006). Prostaglandin F2α adalah hormon yang paling berperan dalam menyebabkan dismenore karena terjadi vasokonstriksi dan kontraksi miometrium (Brigelius-Flohe, 1999). Vitamin E juga berperan dalam menghambat protein kinase C yang merupakan suatu protein yang mengatur kerja enzim phospholipase A2, sehingga dengan adanya penghambatan terhadap sintesis asam arakidonat akan mengurangi produksi prostaglandin (Wu et al., 2005). Ketertarikan peneliti berfokus pada efek dari vitamin E (αtokoferol) terhadap kadar prostaglandin plasma yang dapat digunakan sebagai terapi alternatif pada penderita dismenore primer. Peneliti berhipotesis bahwa pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar prostaglandin plasma dan intensitas nyeri haid. Tujuan penelitian ini adalah menilai efek pemberian α-tokoferol terhadap kadar prostaglandin plasma sebagai terapi dismenore primer. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Desain Penelitian Metode penelitian ini adalah uji eksperimental desain randomized pre test-post test kontrol group. Lokasi dan Rancangan Penelitian Sampel diambil mulai bulan Desember 2014 hingga bulan Juni 2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. Populasi dan Sampel Sampel penelitian adalah dari darah vena mahasiswi Fakultas Kedokteran yang mengalami dismenore primer. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive random sampling dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi yang mana subyek adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia yang mengalami dismenore primer, tidak keberatan diambil darah untuk sampel penelitian setelah mendapat penjelasan lengkap (informed consent) dan mengisi kuisioner. Sedangkan kriteria eksklusi adalah subyek rutin mengkonsumsi obat penghilang nyeri dan mengkonsumsi vitamin E, dan apabila didapatkan 288
3 vitamin E, nyeri haid, Prostaglandin, Intensitas nyeri ISSN adanya kelainan ginekologi yang menyertai nyeri haid. Penelitian ini disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Biomedis Pada Manusia di Fakultas Kedokteran UNHAS dengan nomer registrasi UH Metode Penelitian Sampel penelitian diambil dari darah vena mahasiswi Fakultas Kedokteran UMI yang mengalami nyeri haid.seleksi subyek penelitian diawali dengan melakukan penjelasan mengenai penelitian ini, kemudian memberikan kuisioner untuk mengetahui riwayat menstruasi, riwayat nyeri haid, riwayat pengobatan dan data penunjang penelitian. Seleksi selanjutnya dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jika memenuhi kriteria inklusi dilakukan pencatatan identitas subyek: nama, usia, riwayat menarche, riwayat menstruasi, tanggal haid terakhir, berat badan, tinggi badan, dan skala nyeri haid yang diukur dengan skala VAS( Visual Analog Scale) pada formulir penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive random sampling, yang kemudian dibagi dalam 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan vitamin E 200 IU dan vitamin E 400 IU. Setelah menandatangani persetujuan tindakan, dijelaskan kepada masingmasing kelompok bahwa akan diambil darah untuk pemeriksaan kadar PGF2α pada hari pertama haid, sebelumnya subyek diberitahu untuk menghubungi peneliti pada saat hari pertama haid. Pengambilan darah tidak bisa dilakukan bersamaan karena siklus haid yang berbeda pada masing-masing orang. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas yang telah dilatih. Selain diambil darah, sampel juga ditanyakan intensitas nyeri haidnya dan diukur berdasarkan visual analog scale. Subyek diberitahukan untuk datang 4±1 hari sebelum perkiraan haid berikutnya untuk diberikan perlakuan vitamin E, pada saat haid hari pertama setelah perlakuan, dilakukan pengambilan darah vena. Darah yang diambil adalah darah vena mediana cubiti sebanyak 5 cc dengan spuit 5 cc dan wing needle G24 dan disimpan kemudian di-sentrifuge dan disimpan dalam kulkas yang bersuhu -80 oc, sambil menunggu jumlah sampel darah seluruhnya lengkap sesuai jumlah sampel yang ditentukan. Setelah jumlah sampel darah lengkap dilakukan pengukuran kadar PGF2 α dengan metode ELISA. Analisis Data Jumlah sampel sebanyak 70, yang terbagi atas 35 yang diberikan vitamin E 200 IU dan 35 sampel yang diberikan vitamin E 400 IU. Analisis data menggunakan program SPSS 21 untuk uji Independent t-test dan uji korelasi hubungan antara kadar PGF2α dengan intensitas nyeri dianalisis dengan uji Chi Square yang merupakan uji kualitatif dan metode korelasi Spearman Rank Test sebagai uji kuantitatifnya. HASIL Karateristik sampel Tabel 1 menunjukkan karakteristik distribusi sampel berdasarkan umur, umur menarche,berat badan dan tinggi badan. Pada kelompok 200 IU didapatkan umur subyek 19.34± 1.162, umur menarche 13.2 ± 1.052, berat badan 50.4 ± dan tinggi badan ± 4.792, sementara pada kelompok 400 IU didapatkan umur subyek 19.34± 1.336, umur menarche 13.34± 0.802, berat badan ± dan tinggi badan 154 ± Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian dari kelompok 200 IU dan kelompok 400 IU Mahasiswi FK. UMI penderita nyeri haid Primer Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata kadar prostaglandin sebelum perlakuan pada kelompok 200 IU adalah 53.7±46.15, rerata kelompok 400 IU adalah 62.2± Analisis kemaknaan dengan independent t test menunjukkan bahwa F hitung untuk kadar prostagladin adalah dengan probabilitas 0.903, dengan nilai probabilitas > 0.05 menunjukkan varian kedua sampel homogen. Nilai t = -0,784 dan nilai p =0,903. Hal ini berarti bahwa rerata kadar prostaglandin sebelum perlakuan pada kedua kelompok tidak berbeda (p > 0,05). 289
4 Mona Nulanda ISSN Tabel 2. Rerata kadar prostaglandin sebelum perlakuan 200 IU dan 400 IU Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata kadar prostaglandin setelah perlakuan pada kelompok 200 IU adalah ±30.28, rerata kelompok 400 IU adalah 44.37± Analisis kemaknaan dengan independent t test menunjukkan bahwa F hitung untuk kadar prostagladin adalah dengan probabilitas 0.991, dengan nilai probabilitas > 0.05 menunjukkan varian kedua sampel homogen. Nilai t = -0,369 dan nilai p =0,991. Hal ini berarti bahwa rerata kadar prostaglandin setelah perlakuan pada kedua kelompok tidak berbeda (p > 0,05). Tabel 3. Rerata kadar prostaglandin setelah diberikan perlakuan 200 IU dan 400 IU Efek pemberian vitamin E terhadap intensitas nyeri didapatkan pada kelompok 200 IU 25.7 % menderita nyeri ringan, 51.4 % subjek menderita nyeri sedang, dan 22.8 % subjek menderita nyeri berat, sedangkan pada kelompok 400 IU, sebanyak 22.8 % subyek menderita nyeri ringan, 51.4% subjek menderita nyeri sedang dan 25.7% subyek menderita nyeri berat. Berdasarkan uji Chi-square intensitas derajat nyeri sebelum perlakuan pada kedua kelompok hampir sama, dengan nilai p = 0.277, yang artinya tidak ada perbedaan intensitas nyeri pada kedua kelompok sebelum perlakuan (p > 0,05). Setelah diberi perlakuan, intesitas nyeri pada kedua kelompok mengalami perubahan, yaitu pada kelompok 200 IU sebanyak 60 % subjek menderita nyeri ringan dan 40 % subjek menderita nyeri sedang, tidak ada subjek yang menderita nyeri berat. Sedangkan pada kelompok 400 IU sebesar 65,7% subjek menderita nyeri ringan, dan hanya 34,2 % yang menderita nyeri sedang, tidak ada yang menderita nyeri berat di kelompok perlakuan 400 IU setelah mendapat vitamin E. Dengan uji chi square didapat nilai p = 0,878 yang berarti tidak terdapat perbedaan intensitas nyeri yang bermakna pada kedua kelompok 200 IU dan 400 IU setelah perlakuan (p < 0,05). Hubungan antara kadar prostaglandin dengan intensitas nyeri haid juga dianalisis secara kuantitatif dengan korelasi Spearman. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai spearman korelasi sebesar dan nilai p = 0,079 (p> 0,05), menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang bermakna antara kadar prostagladin dengan intensitas nyeri haid. Nilai korelasi negatif menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar prostaglandin dengan intensitas nyeri haid yang dialami oleh penderita nyeri haid primer PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar prostaglandin plasma dan intensitas nyeri pada penderita nyeri haid primer, maka dilakukan penelitian yang melibatkan 70 orang mahasiswi Fakultas Kedokteran Univesitas Muslim Indonesia yang mengalami nyeri haid primer derajat ringan-berat, yang berusia tahun. Rentang umur tersebut dipilih karena populasi penderita nyeri haid primer lebih banyak berada di rentang umur remaja hingga dewasa muda dimana sekitar % kejadian nyeri haid primer terjadi pada rentang usia tersebut (Proctor & Farquhar, 2002). Dosis vitamin E yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 IU dan 400 IU sehari, yang diberikan selama 4 ± 1 hari sebelum haid hari I. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ziaei et al (2005), pemberian vitamin E 200 IU dan 500 IU dapat mengurangi nyeri haid. Dosis maksimal vitamin E adalah 1500 IU/hari (Biesalski & Grimm, 2005), dosis vitamin E 200 IU IU / hari digunakan sebagai pencegahan terhadap kerusakan jaringan (Mahan & Escott- Stump, 2008). Uji perbandingan sebelum perlakuan antara kedua kelompok menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar prostaglandin antara kelompok 200 IU dan 400 IU (p>0,05). Sesudah perlakuan didapatkan adanya penurunan 290
5 vitamin E, nyeri haid, Prostaglandin, Intensitas nyeri ISSN kadar prostaglandin dalam darah yang diikuti oleh berkurangnya intensitas nyeri haid, namun penurunan kadar antara kedua kelompok tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Sejak prostaglandin disebut sebagai penyebab nyeri haid, maka beberapa penelitian yang dilakukan difokuskan pada penghambatan produksi prostaglandin. Vitamin E sebagai salah satu suplemen yang dapat menghambat metabolisme prostagladin, dengan mempengaruhi pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid dan konversi menjadi prostaglandin terhambat melalui enzim phospholipase A2 dan cyclooxygenase (Brigelius-Flohe, 1999). Pada keadaan nyeri haid terjadi kontraksi uterus yang kuat sehingga menimbulkan iskemia jaringan, diikuti oleh pengeluaran mediator nyeri seperti prostaglandin. Dengan pemberian vitamin E diharapkan dapat memperbaiki sirkulasi sehingga iskemia jaringan dapat dicegah (Ziaei et al., 2005). KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar prostaglandin plasma dan intensitas nyeri haid namun pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara kadar prostaglandin dengan intensitas nyeri haid. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja vitamin E yang lebih mendalam dan lama pemberian vitamin E sebelum haid DAFTAR PUSTAKA Biesalski H. & Grimm P. (2005). Vitamin E: Functions, Occurrence, and Requirements. New York. Brigelius-Flohe. (1999). Vitamin E: function and metabolism.oregon USA.Calis K. (2008). Dysmenorrhea. Virginia. Dawood M. (2006). Primary Dysmenorrhea Advances in Pathogenesis and Management Journal Obstetric and Gynaecology. West Virginia. Eby G. (2006). Zink Treatment Prevents Dysmenorrhea. Medical Hypotheses. United States. Khorshidi N., Ostad S., Mossadegh M., & Soodi M. (2003). Original Article Clinical Effects of Fennel Essential oil on Primary Dysmenorrhea. Iranian. Mahan K. & Escott-Stump S. (2008). Krause's food & nutrition therapy. Seattle Washington. Novia I. & Puspitasari N. (2008). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer. Sidoarjo. Proctor M. & Murphy P. (2001). Herbal and Dietary Therapies for primary and secondary dysmenorrhea. Cochrane Database Syst Rev. London. Proctor M. & Farquhar C. (2002). Dysmenorrhoea Clinical Evidence. London. Proctor M. & Farquhar C. (2006). Diagnosis and management of dysmenorrhoea. London. Speroff L. & Fritzz M. (2005). Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Philadelphia. Wu D., Liu L., Meydani M., & Meydani S. (2005). Vitamin E increases production of vasodilator prostanoids in human aortic endothelial cells through opposing effects on cyclooxygenase-2 and phospholipase A2. Boston USA. Ziaei S., Zakeri M., & Kazemnejad A. (2005). A randomised controlled trial of vitamin E in the treatment of primary dysmenorrhoea. Tehran Iran. 291
Kata Kunci: kalsium, dismenore primer, gejala menstruasi
ABSTRAK EFEK KONSUMSI KALSIUM TERHADAP SKALA NYERI DISMENORE PRIMER PADA PEREMPUAN USIA 19-24 TAHUN Alfred Tri Susanto, 2016; Pembimbing I : Fen Tih, dr., M.Kes Pembimbing II : Cherry Azaria, dr., M.Kes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu aktifitas sehari-hari yang paling
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini merupakan uji eksperimental dengan. rancangan one group pretest and posttest design, dimana pada individu
METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan uji eksperimental dengan rancangan one group pretest and posttest design, dimana pada individu yang sama dilakukan penilaian
Lebih terperinciEFEKTIFITAS REBUSAN DAUN PEPAYA TERHADAP PENURUNAN NYERI SAAT MENSTRUASI PADA MAHASISWI PSIK UR.
EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN PEPAYA TERHADAP PENURUNAN NYERI SAAT MENSTRUASI PADA MAHASISWI PSIK UR 1 Delta Hetti Yan Darma, 2 Widia Lestari, 3 Arneliwati Email :delta_hetti@yahoo.co.id 081378599228 Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.
PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN Pinilih Pangesti Utami 1, Adi Isworo 2, Moh. Hanafi 2, Siti Arifah 2 1Mahasiswa Program Studi D IV Keperawatan Magelang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menstruasi adalah proses alami pada wanita ditandai dengan proses deskuamasi, atau meluruhnya endometrium bersama dengan darah melalui vagina. Terjadi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa ini remaja mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Seseorang yang berada
Lebih terperinciHeny Ekawati Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN DAUN PEPAYA (Carica Papaya Linn) TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID (Dismenorea) PADA REMAJA PUTRI DI MADRASAH DINIAH TARBIYATUL ULUM WUSTHO PILANG LAREN LAMONGAN Heny Ekawati Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh kearah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rancangan penelitian case control, yaitu untuk mempelajari
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan survei analitik dengan menggunakan rancangan penelitian case control, yaitu untuk mempelajari dinamika pengaruh antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan lima belas studi utama yang diterbitkan antara tahun 2002 dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu masalah yang paling umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI
ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI Bertha Melisa Purba, 2011 Pembimbing : I. Winsa Husin, dr., M.Sc., M.Kes., PA(K)
Lebih terperinciHubungan Derajat Nyeri Dismenorea terhadap Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid
551 Artikel Penelitian Hubungan Derajat Nyeri Dismenorea terhadap Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid Mutya Restu Ayu 1, Yustini Alioes 2, Rahmatini 3 Abstrak Dismenorea merupakan penyebab tersering
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG Eka Rahmadhayanti 1, Anur Rohmin 2 1,2 Program Studi D III Kebidanan, STIK Siti Khadijah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa remaja ini, salah satu diantaranya
Lebih terperinciPENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA
0 PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun Oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala yang dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu Anestesiologi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukaninstalasi Bedah Sentral
Lebih terperinciDaftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore
Gambaran Perbedaan Intensitas Dismenore Setelah Melakukan Senam Dismenore Pada Remaja OCTA DWIENDA RISTICA, RIKA ANDRIYANI *Dosen STIKes Hang Tuah ABSTRAK Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan di pengaruhi oleh hormon reproduksi, yang dimulai dari
Lebih terperinciPENGARUH STRETCHING DAN STRENGTHENING CORE MUSCLE TERHADAP PENURUNAN DYSMENORRHEA PRIMER
PENGARUH STRETCHING DAN STRENGTHENING CORE MUSCLE TERHADAP PENURUNAN DYSMENORRHEA PRIMER PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Fisioterapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dismenore atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DISMENORE Dismenore atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh wanita usia reproduktif. Nyeri atau rasa sakit yang siklik bersamaan dengan menstruasi
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)
HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com
Lebih terperinciADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI YA II SURABAYA PROGRAM FAKULTAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR KEJADIAN DISMINORE...
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI MTS NEGERI SURABAY YA II PENELITIAN CROSS SECTIONAL Oleh : Nama : Stefani Angel Kumalasari NIM. 131311123020
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak
Lebih terperinciSKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII
SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Studi dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN IGAA Sri Efriyanthi, I Wayan Suardana, Wayan Suari Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas
Lebih terperinciPENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Studi pada mahasiswa tingkat awal (2014) Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang)
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Semarang. Waktu penelitian selama 15 bulan sejak usulan penelitian proposal,
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah RSUD Kota Semarang,
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015.
HUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015 Oleh: FADHILAH ULIMA NASUTION 120100385 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).
BAB VI PEMBAHASAN A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden Kejadian dismenore pada mahasiswi program D III Akademi Kebidanan Aisyiyah Provinsi Banten menjukkan bahwa dari 100 responden yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat - zat gizi. Status gizi ini menjadi
Lebih terperinciANEMIA DAN NYERI DISMENOREA
Widyana, Anemia dan nyeri dismenorhea ANEMIA DAN NYERI DISMENOREA Erni Dwi Widyana, Ardi Panggayuh, Alifa Masitasari Yuwamida Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang Email: diana.qonitat@gmail.com
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan keadaan sehat karena dengan keadaan sehat setiap orang dapat melakukan segala aktifitas tanpa hambatan. Begitu pula dengan wanita. Kesehatan
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Dismenore Primer pada Siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015.
KARYA TULIS ILMIAH Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Dismenore Primer pada Siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015 Oleh : Primadona Yani Gultom 120100279 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN GANGGUAN HAID PADA SISWI SMA DI KECAMATAN SEMARANG BARAT
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN GANGGUAN HAID PADA SISWI SMA DI KECAMATAN SEMARANG BARAT Dessy K.S. Wiyono 1, Yuli Trisetiyono 2, Dodik Pramono 3 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan
Lebih terperinciPENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENORHEA) PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENORHEA) PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS AISYIYAH NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EKA RAHMAWATI 201210201014 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciTERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa pubertas. Dimana masa pubertas adalah masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yag ditandai dengan perubahan perilaku seperti susah diatur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sekitar 1 miliyar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk di dunia adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang, seperti Indonesia. Di Indonesia,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah di Poliklinik Gigi
Lebih terperinciAcupressure and Decrease Pain Menstruation (Dysmenorrhea Primary) Akupresur Dan Pengurangan Nyeri Haid (Dismenore Primer)
Acupressure and Decrease Pain Menstruation (Dysmenorrhea Primary) Dan Pengurangan Nyeri Haid (Dismenore Primer) Tuti Sukini Tri Wiji Lestari Mundarti Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus-September 2016. Jumlah keseluruhan subjek yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran PRISMA CAHYANING RATRI G0013189
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita saat menstruasi. Nyeri dirasakan pada perut bagian bawah, kadang-kadang disertai pusing, lemas,
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA UMUR TAHUN DI SMP. K. HARAPAN DENPASAR
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA UMUR 13-15 TAHUN DI SMP. K. HARAPAN DENPASAR KOMANG TRIA MONICA FEBRIANA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI
Lebih terperinciABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 1, No.1, Oktober 2015, Hal: 16-21 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI Suriani Beddu, 1* Sitti Mukarramah, 2 Viqy
Lebih terperinciPERBEDAAN DERAJAT DISMENORE ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA MAHASISWI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI
PERBEDAAN DERAJAT DISMENORE ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA MAHASISWI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. menjadi 2 kelompok, yaitu 16 orang sebagai kelompok kontrol dan kelompok
BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian Eksperimental dengan metode Prepostest Control Group Design. Pada subyek kelompok penelitian ditentukan pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang. Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental untuk mengetahui pengaruh perbedaan nyeri pemberian parasetamol pre sirkumsisi dan ibuprofen post
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...
Lebih terperinciAbstrak. Analisis Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya
Abstrak ADE SRI SARI ASIH FAKULTAS ILMU KESEHATA UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA PEMINATAN EPIDEMIOLOGI Analisis Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya Saat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kebanyakan wanita pada masa reproduksi mengalami beberapa gejala psikologik (alam perasaan negatif) atau gejala fisik pada fase luteal siklus menstruasi. Sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, psikologis, emosional, dan sosial (Sarwono, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak kanak ke masa dewasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah salah suatu proses fisiologis yang dialami oleh semua wanita di dunia, menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1. Lingkup Ilmu Penelitian ini melingkupi Ilmu Imunologi, Penyakit Infeksi, dan Farmakologi. 4.1.2. Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan pada
Lebih terperinciPERUT TEKNIK EFFLEURAGE
SKRIPSI METODE MASSAGE PERUT TEKNIK EFFLEURAGE LEBIH BAIK DARI KOMPRES HANGAT UNTUK MENGURANGI DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI STIKES BALI DI DENPASAR LUH MADE AYU CRISTINA DWI SUMITRIYANI NIM 1302315007
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) dimana peneliti melakukan pengukuran variabel pada saat tertentu. Setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dismenore 2.1.1.Definisi. 1,2,3,4 Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi. Istilah dismenore berasal dari bahasa Yunani dys, yang berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO angka dismenore di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami dismenore. Di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
21 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian intervensi atau uji klinis dengan randomized controlled trial pre- & posttest design. Studi ini mempelajari
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA Skripsi ini Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah SI Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa wanita biasanya mengalami rasa tidak nyaman sebelum menstruasi. Mereka sering merasakan satu bahkan lebih gejala yang disebut dengan kumpulan gejala sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control group pretest posttest design 41 Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenore 2.1.1 Definisi Dismenore Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. Meno berarti bulan dan rrhea yang berarti
Lebih terperinciDiajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan rancangan non randomized control group pretest posttest design. Pada
Lebih terperinciTHE INFLUENCE OF WARM COMPRESS TOWARD PRIMER DYSMENORRHEAL PAIN ON THE STUDENT OF PAMENANG MIDWIFERY ACADEMIC
1 Jurnal Science Midwifery 2010 EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORHOE PRIMER PADA MAHASISWA THE INFLUENCE OF WARM COMPRESS TOWARD PRIMER DYSMENORRHEAL PAIN ON THE STUDENT OF PAMENANG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin.
BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Anestesiologi. proposal disetujui.
1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Anestesiologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat penelitian : Laboratorium Biologi Universitas Negeri
Lebih terperinci[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
PENGARUH SMALL GROUP DISCUSSION TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG DISMENORE PADA SISWI SMPN I DOLOPO Hery Ernawati Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak. Sebagai wanita pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT DISMENOREA PRIMER DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER PADA SISWI SMA NEGERI 3 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN TINGKAT DISMENOREA PRIMER DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER PADA SISWI SMA NEGERI 3 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciHUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL DENGAN DERAJAT DISMENORE PRIMER PADA SISWI SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL DENGAN DERAJAT DISMENORE PRIMER PADA SISWI SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran BERLIAN MAYA DEWI G0012043
Lebih terperinci