POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN BUAH-BUAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN BUAH-BUAHAN"

Transkripsi

1 POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN BUAH-BUAHAN PENDAHULUAN Jawa Tengah memiliki beberapa buah unggulan yang cukup layak untuk dikembangkan antara lain manggis, durian, jeruk, mangga, salak, pisang, melon, rambutan, duku dan nenas. Dari beberapa jenis buah yang dikembangkan di Jawa Tengah tersebut dikelompokkan menjadi: 1) Buah Prioritas yang meliputi: mangga, manggis, durian, jambu air, jeruk, 2) Buah unggulan nasional: durian, pisang, jeruk, manggis, mangga dan 3) Buah unggulan Jawa Tengah: durian, jambu air, mangga dan melon. Beberapa kabupaten di Jawa Tengah telah melakukan identifikasi potensi sumber daya lahan melalui penyusunan Zona Agroekologi (ZAE), seperti Kabupaten Purbalingga, Tegal, Magelang, Batang, Brebes, Temanggung dan Blora. Hasil identifikasi ZAE dapat dimanfaatkan untuk menggali potensi kesesuaian komoditas pertanian khususnya buahbuahan. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan kawasan sentra produksi dengan berbasiskan komoditas prioritas, unggulan nasional dan unggulan lokal maka perlu dianalisa beberapa wilayah potensial, baik melalui perluasan (ekstensifikasi) lokasi-lokasi sentra eksisting maupun lokasi-lokasi potensial baru berdasarkan hasil evaluasi lahan dengan menggunakan informasi zona agroekologi. Penelitian ini bertujuan: 1) Menganalisis potensi dan kesesuaian bu h-buahan di Kabupaten Purbalingga, Grobogan dan Tegal 2) Menyusun peta potensi dan kesesuaian lahan untuk untuk buah prioritas, unggulan nasional dan unggulan lokal di Kabupaten Purbalingga, Grobogan dan Tegal. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasi yang dilaksanakan selama 10 bulan dari bulan Pebruari sampai dengan Nopember 2008 di wilayah Kabupaten Purbalingga, Grobogan dan Tegal. Lokasi penelitian dipilih secara purposive. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi : 1) Data primer, yaitu data yang diambil langsung dari sumbernya dengan menggunakan observasi lahan dan pengambilan sampel tanah. 2) Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan tidak langsung dari sumbernya. Sumber data 1

2 sekunder berupa dokumen dan laporan baik yang dipublikasikan maupun tidak, meliputi data produksi buah-buahan selama 10 tahun, data klimatologi, data karakteristik lahan dan data syarat tumbuh berbagai tanaman buah-buahan. Teknik pengumpulan data primer dengan cara: 1) Observasi lapangan dan wawancara petani dengan menggunakan daftar pertanyaan, 2) Pengujian sampel tanah di laboratorium. Analisis Potensi lahan dilakukan dengan menggunakan sistim delineasi wilayah berdasarkan data-data sumberdaya lahan yang meliputi karakteristik tanah, iklim (curah hujan, topografi, kemiringan, ketinggian tempat dan penggunaan lahan), sedangkan analisis potensi produksi dilakukan dengan menggunakan Location Quotient (LQ) (Hendarto, 2000) sebagai berikut: LQ=(PSPK:PSPJ)/ (PTPK:PTPJ), Keterangan: PSPK :Produksi komoditas buah parsial tingkat kabupaten (ton), PSPJ:Produksi komoditas buah parsial tingkat Jawa Tengah (ton), PTPK :Produksi komoditas buah (total) tingkat kabupaten (ton), PTPJ: Produksi komoditas buah total tingkat Jawa Tengah (ton). Apabila nilai LQ > 1, maka produksi komoditas buah (parsial) di kecamatan lebih potensial dibandingkan dengan produksi di kabupaten. Apabila nilai LQ < 1, maka maka produksi komoditas buah (parsial) di kecamatan tidak potensial di kabupaten. Apabila nilai LQ = 1, maka potensi produksi buah di daerah kecamatan adalah seimbang dengan daerah kabupaten. Untuk penyusunan peta karakteristik lahan dan potensi kesesuaian lahan serta peta agroekosistem untuk tanaman buah prioritas/unggulan dilakukan dengan menggunakan sistem penjodohan (Matching) antara data persyaratan tumbuh masing-masing komoditas buah-buahan dengan karakteristik lahan pada masing-masing zona yang sudah di deliniasi. Selanjutnya hasil analisis kesesuaian lahan disajikan dalam bentuk peta kesesuaian komoditas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kabupaten Purbalingga: Potensi Produksi Buah Unggulan komoditas manggis berada di Kecamatan Karangmoncol, Bobotsari, Kaligondang, Kertanegara dan Rembang. Pertanaman manggis di Kecamatan Karangmoncol dan Kaligondang umumnya berada di lahan-lahan pekarangan, secara umum belum dikelola secara intensif. Teknis budidaya masih perlu perbaikan dan peningkatan (intensifikasi) dalam beberapa aspek teknis (pembibitan, pemupukan, pengaturan kerapatan tanam) serta penambahan jumlah pertanaman yang ada (ekstensifikasi). Berdasarkan kondisi populasi pertanaman, di Kecamatan Karangmoncol belum optimal untuk sebuah kawasan produksi eksisting. 2

3 Kecamatan Kaligondang mempunyai produksi yang tinggi, tetapi nilai LQ kurang dari 1. Sebaliknya Kecamatan Karangreja, Karangjambu dan Karanganyar yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi tetapi mempunyai keunggulan dari LQnya. Komoditas Durian berada di Kecamatan Kejobong, Pengadegan, Rembang, Karangmoncol, Bojongsari, Bukateja, Kemangkon. Di Kecamatan Pengadegan terdapat dua jenis durian, yaitu jenis lokal yang sudah berproduksi dan jenis unggul (varietas Montong) yang masih dalam masa pertumbuhan. Durian ditanam di lahan-lahan pekarangan dan kebun kosong atau kebun campur, dengan populasi tanaman masih tergolong rendah dan belum optimal untuk sebuah kawasan sentra produksi. Kecamatan Kemangkon, Bukateja, Bojongsari dan Karangmoncol mempunyai nilai LQ kurang dari 1. Kecamatan Kaligondang, Bobotsari dan Kutasari yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi tetapi apabila dilihat dari produksi eksisting mempunyai keunggulan dari LQnya. Komoditas Jeruk Siem tersebar di Kecamatan Bukateja, Kejobong, Kaligondang, Purbalingga, Bobotsari dan Kemangkon. Pertanaman jeruk siem di lokasi sentra produksi umumnya berada di lahan-lahan persawahan, pertanaman belum banyak dikelola secara intensif. Kecamatan Kaligondang dan Bobotsari mempunyai produksi yang tinggi tetapi nilai LQnya kurang dari 1. hal. Kecamatan Karanganyar dan Kalimanah yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi tetapi mempunyai keunggulan dari LQnya, sehingga perlu dipertimbangkan sebagai kawasan alternatif untuk pengembangan komoditas unggul. Buah duku sentra produksi utama tersebar di Kecamatan Kaligondang, Bojongsari, Karangmoncol, Bukateja, Kejobong, Bobotsari dan Pengadegan. Pertanaman duku umumnya masih terpusat di lahan-lahan pekarangan. Berdasarkan kondisi potensi lahan perluasan (ekstensifikasi) dan umur tanaman duku eksisting yang sudah tua, maka komoditas unggulan duku di Kabupaten Purbalingga sebaiknya harus segera dikembangkan kawasan sentra produksinya, baik di dalam maupun di luar lahan. Kecamatan Bukateja, Kemangkon dan Bobotsari mempunyai produksi yang tinggi tetapi mempunyai nilai LQ kurang dari 1. Kecamatan Kertanegara, Mrebet dan Padamara yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi justru mempunyai keunggulan dari Lqnya. Komoditas nanas daerah produksi eksistingnya berada di Kecamatan Bobotsari, Karangreja, Purbalingga dan Bukateja. Pertanaman nanas di daerah produksi eksisting di 3

4 Kecamatan Bobotsari umumnya dikembangkan di kebun atau lahan-lahan pekarangan. Secara umum pertanaman yang ada sudah dikelola cukup intensif. Kecamatan Bukateja mempunyai produksi yang tinggi tetapi mempunyai nilai LQ kurang dari 1. Kecamatan Karangjambu, Mrebet dan Kertanegara belum diunggulkan sebagai kawasan produksi tetapi mempunyai keunggulan dari LQnya. Hasil Kabupaten Grobogan: Pertanaman mangga di lokasi daerah produksi eksisting di Kecamatan Geyer, sebagian besar tanaman mangga sudah berusia puluhan tahun, bahkan menjelang habis masa produktifnya. Tanaman mangga pada umumnya ditanam secara merata di seluruh hamparan lahan, baik di pekarangan, kebun maupun tegalan. Kecamatan Geyer dan Wirosari nilai LQ kurang 1. Komoditas Melon tersebar di Kecamatan Toroh dan Penawangan, pengembangan melon dapat dilakukan di dalam kawasan daerah produksi eksisting dan keluar kawasan daerah produksi eksisting produksi. Kecamatan Brati dan Geyer yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi justru mempunyai keunggulan nilai LQ, sehingga perlu dipertimbangkan sebagai kawasan alternatif untuk pengembangan komoditas unggul. Komoditas pisang tersebar di Kecamatan Penawangan, Godong, Purwodadi, Pulokulon Toroh, Grobogan dan Klambu. Sementara di lokasi daerah produksi eksisting Kecamatan Grobogan dan Klambu sudah terdapat kebun percobaan penyakit layu yang dilakukan oleh kelompok tani dengan dibimbing oleh Petugas PHT. Budidaya yang dilakukan oleh petani pelaku SL PHT dilakukan secara intensif tetapi petani diluar anggota dilakukan secara tradisional. Komoditas semangka tersebar di Kecamatan Penawangan, Toroh, Ngaringan, Tawangharjo, dan Klambu, penanaman dilakukan dilahan sawah dengan budidaya intensif. Kecamatan Toroh mempunyai potensi produksi yang tinggi tetapi nilai LQ kurang dari 1. Sementara Kecamatan Wirosari yang belum diunggulkan sebagai kawasan produksi justru mempunyai keunggulan dari LQnya. Untuk Kabupaten Tegal: Sentra durian tersebar di Kecamatan Jatinegara, Balapulang, Lebaksiu dan Bumijawa. Pertanaman durian di lokasi yang dikategorikan eksisting sentra produksi di Kecamatan Jatinegara masih sangat jarang, bahkan terkesan belum mencerminkan sebagai kawasan sentra. Durian ditanam di pekarangan, kebun kosong, kebun campur maupun di tegalan. Tanaman durian yang ada terdiri dari varietas 4

5 lokal dan unggul baru (Varietas Montong), dengan kondisi sebagian besar masih dalam masa pertumbuhan menjelang produksi. Kecamatan Pangkah mempunyai produksi yang tinggi tetapi mempunyai nilai LQ kurang dari 1 Mangga berada di Kecamatan Warureja, umumnya berada di lahan tegalan dan pekarangan. Dilihat dari kondisi pertanaman mangga yang dijumpai di Kecamatan Warureja, secara umum pertanaman dikelola secara intensif bahkan petani sudah menerapkan teknologi of seasion. Pengembangan kawasan daerah produksi eksisting dalam jangka pendek dapat difokuskan diluar lokasi eksisting yang sudah ada pertanaman mangga, baik melalui penambahan populasi pertanaman maupun perluasan (ekstensifikasi) areal pertanaman. Jeruk berada di Kecamatan Bumijawa, pertanaman jeruk umumnya berada di sekitar lahan-lahan persawahan, tegalan dan pekarangan. Secara umum pertanaman sudah dikelola secara intensif terutama dalam hal penataan tanaman, pengaturan kanopi maupun sanitasi lingkungan. Pengembangan kawasan sentra jeruk dalam jangka pendek masih perlu difokuskan di lokasi eksisting yang sudah ada pertanaman jeruk, baik melalui penambahan populasi pertanaman maupun perluasan (ekstensifikasi) areal pertanaman. Melon tidak dikembangkan terus menerus tetapi hanya musiman dan masih jauh dari optimal untuk sebuah kawasan sentra produksi. Oleh karena itu, pengembangan kawasan sentra melon dalam jangka pendek masih perlu difokuskan di lokasi eksisting yang sudah ada pertanaman melon, baik melalui penambahan populasi pertanaman maupun perluasan (ekstensifikasi) areal pertanaman. Duku tersebar di lokasi daerah produksi eksisting di Kecamatan Lebaksiu umumnya berada di pekarangan, yang merupakan tanaman warisan orangtua yang umurnya sudah lebih dari 30 tahun dan merupakan jenis lokal. Berdasarkan kondisi populasi pertanaman maupun jumlah keluarga petani yang menaman duku, di Kecamatan Lebaksiu kondisinya masih jauh dari optimal untuk sebuah kawasan sentra produksi. Karakterisasi lahan komoditas buah unggulan Kabupaten Purbalingga komoditas Manggis di Desa Tamansari Kecamatan Karangmoncol adalah sebagai berikut: memiliki tekstur sedang dalam kategori lempung (loam), ph tanah antara 5,0-6,0 sangat sesuai untuk persyaratan tumbuh manggis, tinggi tempat pada ketinggian tempat <300 m dpl, Kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah cukup baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, Bahan organik tanah cukup (>1,2%) 5

6 untuk lapisan olah tanah atas (0-30 cm) namun kurang cukup untuk lapisan yang lebih dalam, tingkat kesuburan tanah N dan P dalam kondisi cukup tinggi, keberadaan unsur hara K masih sangat kurang, Daerah sentra manggis ada di Desa Tamansari Kecamatan Karangmoncol. Daerah potensi pengembangan ada di Kecamatan Karanganyar dan Bobotsari. Komoditas Durian, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Pengadegan Kecamatan Pengadegan, bisa tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan cukup baik pada ketinggian < 300 m dpl, pada kondisi tanah dengan tekstur halus (liat kearah lempung berliat), kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase sedang sampai baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar pada lapisan tanah >15%, dengan ketersediaan curah hujan antara mm/ tahun, dan tidak boleh terkena genangan air maupun banjir. Kondisi lahan di lokasi sentra produksi durian di Kecamatan Pengadegan, diduga belum merupakan lokasi yang paling ideal pada kelas I (S1 = sangat sesuai) untuk pengembangan buah durian. Salah satu penyebabnya diduga karena kondisi pengikatan unsur hara dari dalam tanah yang kurang ideal oleh sebab faktor kemasaman tanah. Potensi pengembangan berdasarkan kondisi agroekologinya di Kecamatan Bukateja, Kemangkon, Kaligondang, Kutasari, Mrebet, Bobotsari, Karanganyar, Karangmoncol, Rembang, dan Bukateja Komoditas Jeruk, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di lokasi sentra utama jeruk siem di Kecamatan Bukateja, dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan cukup baik pada ketinggian tempat <100 m dpl, pada kondisi tanah dengan tekstur halus (liat, liat berdebu, liat berpasir), kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah sedang, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, pada kondisi curah hujan sekitar mm/tahun, dan tidak terkena genangan air maupun banjir. Pada kondisi lahan mendekati karakteristik tersebut di atas, tanaman duku memiliki peluang untuk dikembangkan dan berproduksi lebih baik pada kelas I (S1). Potensi pengembangan sesuai karakteristik yang sama dengan daerah sentra di Kecamatan Kemangkon. Potensi pengembangan berdasarkan kondisi agroekologinya di Kecamatan Kalimanah, Purbalingga, Padamara, Bojongsari, Kutasari, Mrebet, Bobotsari, Karanganyar, Karangmoncol, Rembang, Pangadegan, Kejobong, Kaligondang dan sebagian Karangreja. 6

7 Komoditas Duku, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Kalikajar Kecamatan Kaligondang, akan tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan sangat baik (S1 = sesuai kelas I) pada ketinggian tempat < 300 m dpl, pada kondisi tanah dengan tekstur halus sampai agak halus (liat, liat berdebu, liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung liat berpasir, lempung berliat), kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah cukup baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah > 15%, pada kondisi curah hujan sekitar mm/ tahun, dan tidak terkena genangan air maupun banjir. Pada kondisi lahan kurang atau mendekati karakteristik tersebut di atas, tanaman duku masih dapat dikembangkan dan berproduksi dengan cukup baik pada kelas II (S2). Daerah yang memiliki potensi pengembangan berdasarkan kondisi agroekologinya meliputi: Kecamatan Karangreja, Karangmoncol, Kutasari, Mrebet, Bobotsari, Karanganyar, Rembang, Kutasari, Pengadegan, Kejobong dan Bukateja. Komoditas Nanas, Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Karangduren Kecamatan Bobotsari dan sekitarnya, akan tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan sangat baik (S1 = sesuai kelas I) pada ketinggian tempat m dpl, pada kondisi tanah dengan tekstur halus, agak halus sampai sedang (liat, liat berdebu, liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung liat berpasir, lempung berliat), kedalaman efektif tanah >60 cm, drainase tanah cukup baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, pada kondisi curah hujan sekitar mm/tahun, dan tidak terkena genangan air maupun banjir. Pada kondisi lahan kurang atau mendekati karakteristik tersebut di atas, tanaman nanas masih dapat dikembangkan dan berproduksi dengan cukup baik pada kelas S2. Karakteristik lahan yang ada di daerah ini didominasi oleh bentuk lahan dataran volkan berombak yang merupakan bentukan dari formasi volkan Gunung Slamet, dengan jenis tanah Typic Dystrudepts berbahan induk andesit, dengan tekstur tanah lempung, drainase tanah baik. Karakteristik Lahan Di Lokasi Sentra Kabupaten Grobogan, Komoditas Durian. Berdasarkan pengamatan dan hasil analisa tanah di Kecamatan Brati memiliki karakteristik: Tekstur tanah dalam kategori lempung berpasir (sandy loam), untuk mengantisipasi kekurang halusan tekstur tanah ini, disarankan untuk diperkaya dengan pemupukan organik dan pengolahan tanah cemplongan. ph tanah antara 5,8-5,9 tergolong agak masam dan termasuk sangat sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh durian; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, kondisi kimia tanah yang lain seperti 7

8 bahan organik tanah, kandungan unsur N dan K yang terdapat di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 60 cm rata-rata tergolong belum cukup, dengan kandungan masing-masing C-organik <1%, N <0,5% dan K<10 mg/100gr. Dengan demikian pemberian pupuk organik, Urea dan KCl (pupuk kandang, abu, jerami, kompos, sampah dedaunan) sangat diperlukan untuk peningkatan produktivitas tanaman, baik karena pengaruhnya dalam hal penyediaan unsur hara, juga menjaga tingkat kemasaman tanah. Penambahan pupuk N sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan daun yang sangat berperan dalam proses fotosintesis. Sedangkan pemberian pupuk K sangat penting dilakukan untuk tanaman durian mengingat unsur ini sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan buah jadi dan kualitas rasa buahnya. Daerah sentra durian ada di Kecamatan Brati. Daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Tawangharjo, Wirosari dan Klambu. Komoditas mangga, berdasarkan hasil analisis tanah dan pengamatan terhadap kondisi tanah di Kecamatan Geyer, dan Kecamatan Toroh memiliki karakteristik: tekstur tanah tergolong halus dalam kategori liat (clay); ph tanah yang ada rata-rata >8,0 tergolong basa dan kurang optimal untuk persyaratan tumbuh mangga. Kedalaman efektif tanah >100 cm dan drainase agak terhambat. Bentuk lahan adalah dataran Tektonik berombak sampai bergelombang, dengan kemiringan 3-15%, jenis tanah dalam kelompok Vertisol berbahan induk napal bersisipan; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, bahan organik tanah, kandungan unsur N dan K yang terdapat di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 60 cm rata-rata tergolong belum cukup, dengan kandungan masing-masing C-organik <1%, N <0,5% dan K <10 mg/100 gr. Potensi pengembangan mangga yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Karangrayung, Tanggungharjo, Kedungjati, Klambu, Brati, Tawangharjo, Ngaringan, Gabus, Kradenan dan Pulokulon. Komoditas Pisang, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah memiliki karakteristik sebagai berikut tekstur tanahnya tergolong sedang sampai halus dalam kategori lempung (loam) dan liat (heavy clay); ph tanah antara 8,2-8,5 tergolong basa dan kurang sesuai (S3) untuk persyaratan tumbuh pisang; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi; bahan organik tanah, kandungan unsur N dan K yang terdapat di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 30 cm rata-rata tergolong belum cukup, dengan kandungan masing-masing C-organik <1%, N <0,5% dan K <10 mg/100gr; potensi 8

9 pengembangan pisang daerah sentra pisang ada di Kecamatan Klambu. Daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Brati, Tawangharjo dan Wirosari. Komoditas Melon dan Semangka, berdasarkan pengamatan dan analisis tanah terhadap kondisi tanah di Kecamatan Toroh dan Penawangan memiliki karakteristik: tekstur tanah halus dalam kategori liat (heavy clay ) tergolong sangat sesuai untuk syarat tumbuh tanaman semangka/ melon; ph tanah antara 7,8-8,2 tergolong agak basa dan tergolong agak sampai kurang sesuai (S2-S3) untuk persyaratan tumbuh semangka/ melon; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, bahan organik tanah, kandungan unsur N dan K yang terdapat di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 30 cm rata-rata tergolong belum cukup, dengan kandungan masing-masing C-organik <1%, N <0,5% dan K <10 mg/100gr; potensi pengembangan daerah sentra melon dan semangka ada di Kecamatan Klambu, daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama yaitu Kecamatan Brati, Tawangharjo dan Wirosari. Karakteristik lahan di lokasi sentra Kabupaten Tegal untuk komoditas durian berdasarkan pengamatan dan hasil analisis: tekstur tanah tergolong sedang dalam kategori liat (clay) sampai lempung berliat (clay loam); ph tanah antara 4,9-5,5 tergolong agak masam dan hanya masuk dalam kategori kurang sampai agak sesuai (S2-S3) untuk persyaratan tumbuh durian, kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah sedang, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, pada kondisi curah hujan sekitar mm/ tahun, bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah sampai kedalaman > 60 cm tergolong belum cukup (<1,2%); tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, keberadaan unsur hara N dan K masih sangat kurang; lokasi sentra produksi tanaman durian berada pada bentuk-bentuk lahan dataran volkan dan perbukitan struktural dengan jenis tanah Mollisol berbahan induk breksi dan tanah Inceptisol berbahan induk napal, pada relief lahan berombak (kemiringan 3-8%), sampai bergelombang (kemiringan 8-15%); daerah sentra durian ada di Kecamatan Jatinegara, potensi pengembangan atau yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra di Kecamatan Bumijawa, Bojong. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 di Kecamatan Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh Waru, Adiwerna, Slawi dan Kedungbanteng. 9

10 Komoditas Mangga berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Warureja Kecamatan Warureja memiliki karakteristik sebagai berikut: tekstur tanah tergolong sedang dan halus dalam kategori berpasir; ph tanah antara 7,5-8,7 tergolong basa dan masuk dalam kategori belum sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh mangga; Bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah atas (0-30 cm) sampai kedalaman > 60 cm belum memadai bagi syarat tumbuh mangga; tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang cukup, sedangkan unsur N dalam tanah tergolong kurang, keberadaan unsur hara K sudah lebih dari cukup. Daerah sentra mangga di Kecamatan Warureja, daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Suradadi, Kramat, Dukuhturi, Talang, Tarub dan Adiwerna. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 meliputi Kecamatan Margasari, Pagerbarang, Dukuh Waru, Slawi dan Kedungbanteng. Komoditas Jeruk Siem berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Bumijawa Kecamatan Bumijawa memiliki karakteristik: tekstur tanah tergolong sedang dan halus dalam kategori lempung (loam) dan liat berdebu (silty clay); ph tanah antara 6,5-6,8 tergolong netral dan masuk dalam kategori sangat sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh jeruk, Kedalaman efektif tanah >100 cm, drainase tanah baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah >15%, pada kondisi curah hujan > mm/ tahun, Bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah atas (0-30 cm) sampai kedalaman >60 cm sudah cukup memadai bagi syarat tumbuh jeruk. tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang sangat tinggi, unsur N dalam tanah tergolong sedang, unsur hara K masih sangat kurang, Lokasi pada bentuk lahan dataran volkan dengan jenis tanah Andosol (Typic Hapludands) berbahan induk breksi, pada relief lahan bergelombang (kemiringan 8-15%). Daerah sentra jeruk siem ada di Kecamatan Bumijawa, potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Bumijawa, Bojong. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 meliputi Kecamatan Lebaksiu, Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh Waru, Pangkah, Adiwerna,Slawi dan Kedungbanteng Melon, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Pagerbarang Kecamatan Pagerbarang memiliki karakteristik: tekstur tanahnya tergolong liat, halus dan berpasir; ph tanah antara 6,4 tergolong netral dan masuk dalam kategori sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh melon, bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah atas (

11 cm) sampai lapisan sampai kedalaman >60 cm dalam kondisi kurang sehingga belum cukup memadai bagi syarat tumbuh melon, Tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang banyak, Sedangkan unsur N dalam tanah tergolong cukup, keberadaan unsur hara K kurang, daerah sentra melon ada di Kecamatan Pagerbarang. Daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Pagerbarang, Dukuhturi dan Pangkah. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 meliputi Kecamatan Margasari, Balapulang, Lebaksiu,Jatinegara, Bojong, Kedungbanteng, Tarub, Tawang, Kramat dan Suradadi. Komoditas Duku, berdasarkan pengamatan dan hasil analisis tanah di Desa Lebaksiu Kecamatan Lebaksiu memiliki karakteristik: tekstur tanah tergolong sedang dan halus dalam kategori berpasir, ph tanah antara 5,7-6,8 tergolong asam kearah netral dan masuk dalam kategori belum sesuai (S1) untuk persyaratan tumbuh duku, bahan organik tanah yang ada di lapisan olah tanah atas (0-30 cm) cukup memadai tetapi untuk lapisan sampai kedalaman >60 cm belum memadai bagi syarat tumbuh duku. tingkat kesuburan tanah P dalam kondisi yang cukup, sedangkan unsur N dalam tanah tergolong cukup, keberadaan unsur hara K kurang, Daerah sentra duku ada di Kecamatan Lebaksiu. Daerah potensi pengembangan yang memiliki karakteristik sama dengan daerah sentra yaitu Kecamatan Pangkah dan Balapulang. Daerah yang memiliki potensi pengembangan sesuai S2 dan S3 meliputi Kecamatan Pangkah, Bumijawa, Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh Waru, Kedungbanteng, Jatinegara, Adiwerna, Bojong. Kesimpulan: 1)Dari hasil analisis diketahui bahwa komoditas buah prioritas, unggulan nasional, unggulan lokal di Kabupaten Purbalingga, Grobogan dan Tegal yang mempunyai produksi tinggi, belum tentu memiliki nilai LQ tinggi, 2)Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Karanganganyar, Kaligondang, Bobotsari, Kutasari, Mrebet, Kertanegara di Kabupaten Purbalingga dan Kecamatan Gubug, Tegowanu, Geyer dan Kedungjati di Kabupaten Grobogan mempunyai nilai LQ tinggi (lebih besar dari 2) namun belum ditetapkan sebagai daerah produksi komoditas prioritas, unggulan nasional dan unggulan lokal, 3)Potensi kesesuaian tanaman buah: a) Komoditas Buah Prioritas Manggis: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: memiliki potensi kesesuaian sampai dengan kelas 1 dengan daerah pengembangan pada kelas 2, terdapat faktor pembatas antara lain keberadaan unsur hara K masih sangat kurang dan penyakit getah kuning, b) Komoditas Unggulan Nasional: 1.1) Durian: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: memiliki 11

12 potensi kesesuaian kelas 1 di daerah sentra, dengan daerah pengembangan pada kelas 2 dan 3, terdapat faktor pembatas antara lain: ph (masam), BO rendah, Kurang unsur N dan K: dan lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian sampai dengan kelas 1, memiliki faktor pembatas antara lain: Kurangnya kandungan BO, unsur N, K dan tekstur; dan di Kabupaten Tegal: memiliki potensi kesesuaian sampai kelas 2 terdapat faktor pembatas antara lain : ph yang masam, Kurang kandungan BO, unsur N dan K. 1.2) Mangga: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian kelas 1, terdapat faktor pembatas ph basa, Kurangnya kandungan BO, unsur N dan K, dan tekstur tanah berat; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: memiliki potensi kesesuaian kelas 2 pada daerah sentra, memiliki faktor pembatas ph basa, kurangnya kandungan bahan organik unsur N. 1.3) Jeruk: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: memiliki potensi kesesuaian kelas 1 baik pada daerah sentra maupun daerah pengembangan, terdapat faktor pembatas antara lain: Kurangya kandungan BO, unsur K, serta tingkat resiko serangan CVPD tinggi; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: memiliki potensi keseusaian kelas 1 pada daerah sentra, dan dan daerah pengembangan pada kelas 1 dan 2, terdapat faktor pembatas antara lain kurangnya unsur K. 1.4)Komoditas Pisang: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian pada kelas 1, memiliki faktor pembatas ph basa, kurangnya kandungan BO, unsur N dan K. c). Komoditas Unggulan lokal Jawa Tengah:1.1) Komoditas Melon: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian kelas 1, dengan daerah pengembangan pada kelas 2, 3, memiliki faktor pembatas berupa ph yang agak basa dan kurangnya kandungan BO, dan unsur N dan K; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: memiliki potensi kesesuaian kelas 1, memiliki faktor pembatas kurangnya kandungan BO, dan unsur K. d) Komoditas Unggulan lokal Kabupaten: 1.1) Komoditas Duku: Kabupaten Purbalingga: memiliki potensi kesesuaian kelas 1 dengan daerah pengembangan pada kelas 2, terdapat faktor pembatas antara lain: kurangnya kandungan BO, unsur N dan K; Kabupaten Tegal: memiliki potensi kesesuaian kelas 1 dengan daerah pengembangan pada kelas 1 dan kelas 2, terdapat faktor pembatas antara lain ph yang asam dan kurangnya unsur K; 1.2)Komoditas Nanas: Kabupaten Purbalingga: memiliki potensi kesesuaian kelas 1 daerah sentra dan daerah pengembangan pada kelas 2 (curah hujan tinggi), terdapat faktor pembatas kurangnya unsur K. 1.3) Komoditas Semangka: Kabupaten Grobogan: memiliki potensi kesesuaian kelas 1, dengan daerah pengembangan 12

13 pada kelas 2, 3, memiliki faktor pembatas berupa ph yang agak basa, kurangnya kandungan BO, unsur N dan K. Rekomendasi: 1)Dinas Pertanian perlu melakukan kaji ulang penetapan daerah penghasil produksi tinggi sebagai daerah Kawasan, 2)Dinas Pertanian dalam melakukan pengembangan buah: a) Komoditas Buah Prioritas Manggis: Di Lokasi Penelitian Kabupaten Purbalingga: potensi pengembangan buah dapat dilakukan di Kecamatan Karangmoncol, Karanganyar, Bobotsari. b)komoditas Buah Unggulan Nasional: 1.1)Durian: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Kaligondang, Kejobong, Bukateja, Kemangkon, Kaligondang, Kutasari, Mrebet, Bobotsari, Karanganyar, Karangmoncol, Rembang dan Bukateja; Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Brati, Tawangharjo, Wirosari dan Klambu; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Bojong, Bumijawa, Jatinegara, Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh, Waru, Adiwerna, Slawi dan Kedungbanteng. 1.2)Komoditas Mangga: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Geyer, Karangarayung, Tanggungharjo, Kedungjati, Klambu, Brati, Tawangharjo, Ngaringan, Gabus, Kradenan dan Pulokulon; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Warureja, Suradadi, Kramat, Dukuhturi, Talang, Tarub,Adiwerna, Margasari, Pagerbarang, Dukuh Waru, Slawi dan Kedungbanteng.1.3) Jeruk: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Bukateja, Kalimanah, Purbalingga, Padamara, Bojongsari, Kutasari, Mrebet, Kaligondang dan Karangreja; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan di Bumijawa, Bojong, Lebaksiu, Margasari, Balapulang, Pagerbarang, Dukuh Waru, Adiwerna, Slawi dan Kedungbanteng. 1.4) Komoditas Pisang:Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Klambu, Brati, Tawangharjo dan Wirosari. c) Komoditas Unggulan lokal Jawa Tengah: 1.1) Komoditas Melon: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Brati, Tawangharjo dan Wirosari; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Pagerbarang, Dukuhturi, Pangkah, Balapulang, Lebaksiu, Jatinegara, Bojong, Kedungbanteng, Tarub, Tawang, Kramat dan Suradadi. D) Komoditas Unggulan lokal Kabupaten:1.1) Komoditas 13

14 Duku: Kabupaten Purbalingga: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Kaligondang, Rembang, Karangmoncol, Karanganyar, Kejobong, Bukateja, Kemangkon, Purbalingga, Karangreja, Karangmoncol, Kutasari, Mrebet, Bobotsari, Karanganyar, Rembang, Kutasari, Pengadegan, Kejobong dan Bukateja; Kabupaten Tegal: potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Lebaksiu, Pangkah, Balapulang, Bumijawa, Margasari, Pagerbarang, Dukuh Waru, Kedungbanteng, Jatinegara, Adiwerna dan Bojong. 1.2) Komoditas Nanas: Kabupaten Purbalingga: Potensi Pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Bobotsari, Bojongsari, Mrebet, Kutasari, Padamara, Karangreja, Karangmoncol, Karanganyar, Rembang, Bukateja, Kaligondang dan Pengadegan. 1.3) Komoditas Semangka: Kabupaten Grobogan: Potensi pengembangan dapat dilakukan di Kecamatan Brati dan Tawangharjo: Dinas Pertanian perlu melakukan perbaikan teknologi budidaya intensif (Penggunaan bibit unggul, jarak tanam, pemupukan yang tepat, Pengendalian OPT, penyiangan, pengairan), pasar dan kelembagaan untuk pemantapan pengembangan buah; Dinas Pertanian dapat menganjurkan kisaran dosis pupuk untuk memperbaiki kesuburan tanah sebagai berikut: a) Komoditas Buah Prioritas: Komoditas manggis:lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: perlu melakukan penambahan pupuk KCl dengan kisaran dosis sebanyak 2,25 kg/pohon/tahun. b) Komoditas Buah Unggulan Nasional: 1) Komoditas durian: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga/Tegal: perlu melakukan penambahan bahan organik dengan kisaran dosis kg/pohon/tahun, ZA sebanyak 500 gr/pohon/tahun dan KCl 200 gr/pohon/tahun; Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: Penambahan bahan organik untuk 100 kg/pohon, ZA sebanyak 500 gr/pohon dan KCl 200 gr/pohon/tahun. 2) Komoditas Mangga: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: perlu melakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 33 kg/pohon/tahun, Urea 650 gr/pohon/tahun dan KCl 950 gr/pohon/tahun; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: perlu melakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 33 kg/pohon/tahun dan Urea 650 gr/pohon/tahun, 3) Komoditas Jeruk: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: perlu melakukan penambahan BO dengan kisaran dosis kg/pohon/tahun, KCl 600 gr/pohon/tahun dan peningkatan sanitasi lingkungan; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: perlu diberikan pupuk KCl dengan kisaran dosis 600 gr/pohon/tahun. 4) Komoditas Pisang: Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: perlu melakukan pemupukan bahan organik dengan kisaran dosis kg/rumpun/tahun, Urea 500 gr/rumpun/tahun dan KCl 500 gr/rumpun/tahun. c)komoditas Buah Unggulan Jawa 14

15 Tengah: 1) Komoditas Melon: lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: perlu melakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 1 kg/lubang tanam sebagai pupuk dasar dan KCl 75 gr/ lubang tanam diberikan 5 kali; - Lokasi penelitian di Kabupaten Grobogan: Perlu melakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 2 kg/lubang sebagai pupuk dasar, Urea 75 gr/lubang, KCl 75 gr/lubang tanam diberikan 5 kali. Untuk komoditas Semangka perlu dilakukan pemupukan BO dengan kisaran dosis 3-4 kg/lubang tanam, Urea 30 gr/lubang, KCl 87 gr/lubang tanam diberikan 2 kali. d) Komoditas Buah Unggulan Kabupaten: 1.1). Komoditas Duku: Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: perlu melakukan penambahan BO dengan kisaran dosis 100 kg/pohon/tahun, Urea 200 gr/pohon/tahun, KCl 60 gr/pohon/tahun; Lokasi penelitian di Kabupaten Tegal: perlu melakukan penambahan BO dengan kisaran dosis 100 kg/pohon/tahun dan KCl 60 gr/pohon/tahun. 1.2) Nanas:Lokasi penelitian di Kabupaten Purbalingga: perlu melakukan penambahan pupuk KCl dengan kisaran dosis 300 kg/ha/tahun atau 12 gr/rumpun/tahun. 15

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Di wilayah Kabupaten Tegal sektor penggalian pada umumnya adalah penggalian yang dilakukan oleh pengusaha golongan C seluruhnya. Komoditi yang digali antara lain : pasir,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

LAYANAN KURIR DAN LEAD TIME CABANG SEMARANG

LAYANAN KURIR DAN LEAD TIME CABANG SEMARANG Semarang Banjarnegara Susukan Jawa Tengah J&T 3 Semarang Batang Bandar Jawa Tengah J&T 3 Semarang Batang Batang Jawa Tengah J&T 3 Semarang Batang Bawang Jawa Tengah J&T 3 Semarang Batang Blado Jawa Tengah

Lebih terperinci

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Di wilayah Kabupaten Tegal sektor penggalian pada umumnya adalah penggalian yang dilakukan oleh pengusaha golongan C seluruhnya. Komoditi yang digali antara lain : pasir,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL SEKTOR BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah Kabupaten Tegal yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain,

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB I GEOGRAFI A. LETAK GEOGRAFI Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Terletak antara 108 57'6 s/d 109 21'30 Bujur Timur dan 6 50'41" s/d

Lebih terperinci

Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/I/2006 Tgl. 3 Jan

Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/I/2006 Tgl. 3 Jan Jawa Tengah 1. Adiwerna 250 75* 50 230 75* 0 200 25* 30 Tegal 2. Balapulang 250 50 50 230 50 0 200 0 30 3. Bojong 250 50 50 230 50 0 200 0 30 4. Bumijawa 250 50 50 230 50 0 200 0 30 5. Dukuhturi 250 50

Lebih terperinci

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal kentang, kubis, tomat, wortel, bawang merah dan cabe merah. Kondisi budidaya hortikultura di kawasan Tegal bagian Selatan walaupun telah mempunyai tujuan pemasaran yang jelas, tetapi masih dirasakan belum

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

SEKTOR BANGUNAN PDRB KABUPATEN TEGAL

SEKTOR BANGUNAN PDRB KABUPATEN TEGAL SEKTOR BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah Kabupaten Tegal yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Lebih terperinci

SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan atau barang

Lebih terperinci

LUAS LAHAN MENURUT PENGGUNAANNYA KABUPATEN PURBALINGGA 2014 No. Katalog BPS : 3311004.3303 No. Publikasi : 33033.1502 Ukuran Buku : 15 cm X 21 cm Jumlah Halaman : 19 halaman Naskah / Olah Data : Rachmat

Lebih terperinci

BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM

BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM A. INDUSTRI Kepercayaan diri sektor sub sektor Industri Besar/Sedang di Kabupaten Tegal mulai bangkit semenjak 1999 setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan

Lebih terperinci

7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan

7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan 7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan 1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah pengembangan dan kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Tegal ditentukan berdasarkan efisiensi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Pada bab ini penulis akan mengemukakan simpulan penelitian berdasarkan hasil-hasil yang telah didapatkan dari penelitian, serta implikasi dan rekomendasi bagi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Dilihat dari peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak diantara dua pegunungan kendeng yang membujur dari arah ke timur dan berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri makanan dan minuman. Menurut Maria (2009), Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. industri makanan dan minuman. Menurut Maria (2009), Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu merupakan salah satu tanaman komoditas penting yang memiliki tingkat ketahanan tanaman dan nilai ekonomi yang tinggi. Di masa kejayaan tempo dulu sekitar tahun

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Kepadatan Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk ( Km 2 ) Penduduk (Jiwa) ( Jiwa/Km 2 ) 010. Margasari 86,83 95.150

Lebih terperinci

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) SEKTOR KEUANGAN 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) 8.1.1 PERBANKAN Perbankan adalah suatu kegiatan pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kegiatan operasional Bank yang antara lain

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca) adalah komoditas buah yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang mudah didapat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN EVALUASI JENIS TANAH DALAM BUDIDAYA TANAMAN TEBU UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN EVALUASI JENIS TANAH DALAM BUDIDAYA TANAMAN TEBU UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN TEGAL ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN EVALUASI JENIS TANAH DALAM BUDIDAYA TANAMAN TEBU UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN TEGAL Daru Mulyono Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PAGU PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) SEKTOR KEUANGAN 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) 8.1.1 PERBANKAN Perbankan adalah suatu kegiatan pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kegiatan operasional Bank yang antara lain

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BPS KABUPATEN GROBOGAN BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/12/ Th. I, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 209.271 RUMAH TANGGA, TURUN 18,38

Lebih terperinci

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK A. PENDUDUK BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Jumlah penduduk Kabupaten Tegal tahun 2009 mencapai 1.420.760 jiwa. Kecamatan yang berpenduduk paling banyak adalah Adiwerna yaitu 118.824 jiwa dan yang paling

Lebih terperinci

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK Penduduk A. PENDUDUK BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA penduduk Kabupaten Tegal tahun 2007 mencapai 1.492.548 jiwa. Kecamatan yang berpenduduk paling banyak adalah Adiwerna yaitu 124.920 jiwa dan yang

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB V PERTANIAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB V PERTANIAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB V PERTANIAN A. PERTANIAN TANAMAN PANGAN Pembangunan di Sektor Pertanian khususnya Pertanian Tanaman Pangan dari tahun ke tahun terus ditingkatkan untuk dapat memelihara kemantapan swasembada pangan,

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 45 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Grobogan memiliki posisi daerah yang terletak di antara 110 15 BT - 111 25 BT dan

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

PENELITIAN AIR TANAH DI WADUK PUNTUK SURUH KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

PENELITIAN AIR TANAH DI WADUK PUNTUK SURUH KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 77-84 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X PENELITIAN AIR TANAH DI WADUK PUNTUK SURUH KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH Wahyu Garinas Peneliti di Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, serta tidak lepas dari pengaruh angin muson barat maupun angin muson timur. Dalam kondisi normal, angin muson barat

Lebih terperinci

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG Andarias Makka Murni Soraya Amrizal Nazar KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PISANG ASAL KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNOLOGI PPBBI

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PISANG ASAL KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNOLOGI PPBBI PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PISANG ASAL KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNOLOGI PPBBI 1 Pendahuluan Pisang merupakan salah satu tanaman buah unggulan apabila dibandingkan dengan komoditas buah yang lain karena produksi

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU : ANALISIS KEBUTUHAN, KETERSEDIAAN, DAN KECUKUPAN GURU DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU : ANALISIS KEBUTUHAN, KETERSEDIAAN, DAN KECUKUPAN GURU DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH P 85 PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU : ANALISIS KEBUTUHAN, KETERSEDIAAN, DAN KECUKUPAN GURU DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH Wiwik Wijayanti dan Mada Sutapa wiwikashari@gmail.com> Dosen Administrasi Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 15 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 50 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Fisik Kawasan Perkotaan Purwokerto Kawasan perkotaan Purwokerto terletak di kaki Gunung Slamet dan berada pada posisi geografis 109 11 22-109 15 55 BT dan 7 22

Lebih terperinci

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB IX KEUANGAN Pembangunan Keuangan Daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan dan daya guna keseluruhan tatanan, kelembagaan dan kebijaksanaan keuangan dalam menunjang keseimbangan pembangunan. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Tanah Inceptisol (inceptum = mulai berkembang) berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

KABUPATEN TEGAL. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL

KABUPATEN TEGAL. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL KABUPATEN TEGAL Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah 40 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah Data iklim yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data keadaan wilayah penelitian. Kecamatan Imogiri memiliki satu tipe iklim di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 205 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 03 Urusan Wajib Pekerjaan Umum Organisasi :. 03. 0 Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

Nama Sekolah Peminatan Daya Tampung

Nama Sekolah Peminatan Daya Tampung SMAN 1 BATUR KAB. BANJARNEGARA MIPA 49 SMAN 1 BATUR KAB. BANJARNEGARA IPS 40 SMAN 1 KARANGKOBAR KAB. BANJARNEGARA MIPA 73 SMAN 1 KARANGKOBAR KAB. BANJARNEGARA IPS 20 SMAN 1 PURWANEGARA KAB. BANJARNEGARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan menjadi hal yang sangat penting untuk keseimbangan ekosistem untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan. Kualitas suatu wilayah dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor perdagangan dalam Penghitungan Regional Income adalah semua balas jasa yang diterima oleh pedagang besar, pedagang eceran, rumah makan dan sebagainya. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman durian merupakan salah satu tanaman buah yang dapat dibudidayakan dan termasuk dalam tanaman hortikultura. Definisi dari tanaman hortikultura itu sendiri menurut

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Serang 4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 5 6 21 LS dan 105

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

LEAD TIME LAYANAN PAS-IDM SEMARANG

LEAD TIME LAYANAN PAS-IDM SEMARANG Semarang Jawa Tengah Banjarnegara Banjarnegara 5 Semarang Jawa Tengah Banjarnegara Batur 5 Semarang Jawa Tengah Banjarnegara Bawang 5 Semarang Jawa Tengah Banjarnegara Karangkobar 5 Semarang Jawa Tengah

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Hasil analisis laboratorium terhadap unsur hara makro tanah vulkanik berupa ph tanah, unsur N, P,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berfungsi sebagai sumber devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

Sapusapuan 1% Furniture Rotaan 0% Wooden Cable 4% Komponen 13% Benang Tenun. Perabot Kayu. Furniture. Kayu 51% 17% BAB VII PERDAGANGAN A.

Sapusapuan 1% Furniture Rotaan 0% Wooden Cable 4% Komponen 13% Benang Tenun. Perabot Kayu. Furniture. Kayu 51% 17% BAB VII PERDAGANGAN A. A. PERDAGANGAN BAB VII PERDAGANGAN Pembangunan di Sektor Perdagangan diarahkan pada terciptanya sistem perdagangan yang makin efisien dan efektif, mampu memperluas pasar serta dapat membentuk harga yang

Lebih terperinci