BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab pertama studi penelitian ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup yang mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi. Selain itu dalam bab ini akan dipaparkan metode penelitian yang terdiri dari pengumpulan data dan metode analisis. Pada bagian akhir diuraikan sistematika pembahasan dan kerangka pemikiran studi. 1.1 Latar Belakang Menurut Direktorat Geologi Dan Tata Lingkungan, paling sedikitnya 60% dari sekitar 108 juta m 3 air tanah dari dataran tinggi sekitar bandung yang masuk ke Cekungan Bandung berasal dari Wilayah Bandung Utara. Tidak dapat disangkal bahwa fungsi Kawasan Bandung Utara yaitu sebagai kawasan resapan air mempunyai peran yang sangat penting dalam penyediaan air tanah di Cekungan Bandung dan menjamin keberlanjutan perkembangan kehidupan di Cekungan Bandung. Selain itu, berdasarkan RTRW Propinsi Jawa Barat, Kawasan Bandung Utara mempunyai fungsi sebagai kawasan yang memberikan perlindungan bag i kawasan bawahannya yang mana sebagian lahan di wilayah tersebut diperuntukkan sebagai kawasan yang hutan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air dan kawasan cagar alam yang harus dijaga kelestariannya. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang pasti terjad i baik secara alamiah dan tidak dapat dihindarkan. Kecepatan pertumbuh an yang sangat berpengaruh dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti diantaranya disebabkan oleh pertambahan penduduk baik alamiah, maupun migrasi serta adanya perkembangan kegiatan usah a akibat perubahan sosial budaya dan ekonomi (Jossy Erwindi). Adanya pertumbuhan menyebabkan meningkatnya kegiatan penduduk perkotaan yang mengakibatkan 1

2 2 meningkatnya kebutuhan ruang kekotaan yang besar. Karena ketersediaan di dalam kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya kebutuhan ruang kekotaan yang besar selalu mengambil alih fungsi daerah pinggiran kota. Gejala pengalihan lahan non urban oleh penggunaan lahan urban di daerah pinggiran kota disebut sebagai invasion, sedangkan proses perembetan fisik ke kotaan ke arah pinggiran (luar kota) disebut urban sprawl (Hadi Sabari Yunus, 2001; 125). Kawasan adalah wilayah yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional dan mempunyai fungsi utama yaitu lindung dan budidaya. Pengaturan pemanfaatan ruang yang terdapat dalam rencana pemanfaatan ruang adalah untuk mencapai tata ruang yang optimal, dapat meningkatkan fungsi kawasan tersebut dan diharapkan dapat menahan pertumbuhan. Munculnya istilah kawasan lindung dalam tata ruang suatu wilayah berbasiskan dari pemahaman dimana tidak seluruh ruang dari suatu wilayah dapat digunakan untuk kegiatan ekonomi atau budidaya (kawasan budidaya), namun harus ada sebagian yang dialokasikan untuk menjaga kesinambungan kehidupannya. Penetapan kawasan lindung kemudi an menjadi langkah yang sangat penting dalam kebijakan tataruang suatu wilayah yang harus dipertahankan dan diamankan. Berdasarkan hasil evaluasi perkembangan yang terjadi di Kawasan Bandung Utara, terlihat bahwa kegiatan pembangunan fisik bangunan seperti pembangunan perumahan, villa, hotel, cottage, dan sejumlah sarana wisata dan pembangunan lainnya yang sangat pesat dan kurang terkendali menyebabkan penurunan kualitas lingkungan alami di wilayah ini. Penyimpangan pembangunan dari yang telah ditetapkan menimbulkan konflik penggunaan lahan yang cenderung mengalahkan kepentingan lingkungan sehingga dapat merusak kelestarian lingkungan, khususnya pelestarian air dan tanah. Beberapa gambaran masalah lingkungan yang mengganggu kelestarian dan keseimbangan lingkungan di Kawasan Bandung Utara khusunya air dan tanah adalah penurunan muka air tanah dimana kondisi ini timbul akibat berkurangnya wilayah

3 3 tangkapan air di Kawasan Bandung Utara atau besarnya pengambilan air tanah di Cekungan Bandung oleh lahan budidaya, jangka panjangnya akan menurunkan muka air tanah di wilayah bawahnya, yaitu Kota Bandung, sehingga penduduk Bandung akan mengalami masalah kekurangan air. 1.2 Perumusan Masalah Kebijaksanaan pengembangan suatu kawasan dengan berbagai fungsi yang terdapat dalam rencana tata ruang, akan berpengaruh terhadap pola pemanfaatan sumber daya alam. Adanya arahan perubahan pola penggunaan lahan yang dinamis akan menentukan kondisi keseimbangan potensi dan pemanfaatan sumberdaya air dari waktu ke waktu. Pertumbuhan tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikendalikan dengan adanya rencana tata ruang. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pembangunan yang semakin pesat di Kawasan Bandung Utara perumasan masalah yang di dapat adalah: 1. Menurunnya fungsi Kawasan Bandung Utar a dalam menyediakan air yang dapat dilihat dari menurunnya kemampuan tanah menyerap air karena adanya pembangunan. 2. Peningkatan kebutuhan air karena adanya pertumbuhan. Pertanyaan penelitian yang di dapat pada rumusan masalah tersebut adalah bagaimana pengaruh guna lahan pada keseimbangan tata air. 1.3 Tujuan dan Sasaran Sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah dijelaskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak perubahan guna lahan terhadap keseimbangan tata air dan membandingkannya dengan guna lahan rencana tata ruang. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, maka sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah:

4 4 a. Mengidentifikasi pengaruh guna lahan terhadap potensi limpasan air permukaan dan air yang meresap ke dalam tanah serta proyeksi di masa mendatang di Kawasan Bandung Utara. b. Mengidentifikasi perkembangan kebutuha n sumberdaya air di masa datang serta proyeksi kebutuhan di masa mendatang di Kawasan Bandung Utara. c. Mengidentifikasi kondisi keseimbangan sumberdaya air, serta p royeksi keseimbangan di masa mendatang berdasarkan kecenderungan yang terjadi di Kawasan Bandung Utara. d. Mengidentifikasi kondisi keseimbangan sumberdaya air berdasarkan potensi rencana pemanfaatan lahan dalam RTRW Kabupaten Bandung, RTRW Kota Bandung, dan RTRW Kota Cimahi di Kawasan Bandung Utara. e. Merumuskan usulan arahan pemanfaatan lahan yang dilandasi oleh kondisi keseimbangan sumberdaya air, kebijaksanaan lahan dan fungsi kawasan. 1.4 Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup kajian yang dibahas yaitu ruang lingk up materi dan ruang lingkup wilayah studi. Ruang lingkup materi meruapakan batasan materi yang akan dibahas dalan studi ini dan ruang lingkup wilayah merupakan batasan wilayah studi Lingkup Materi Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian yang hendak dicapai, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap faktor yang berpengaruh pada potensi air limpasan dan kebutuhan sumberdaya air, yaitu: 1. Mengkaji karakteristik fisik dasar yang meliputi deliniasi wilayah, letak dan batas kondisi topografis, geologi, hidrologi serta klimatologi yang mempengaruhi sistem tata air. 2. Memperkirakan besarnya tambahan potensi sumberdaya air (water supply) di wilayah studi.

5 5 Karakteristik wilayah yang mendukung analisis ini meliputi kondisi kependudukan, penggunaan lahan serta kegiatan sosial ekonomi yang ada di wilayah studi. 3. Memperkirakan besarnya kebutuhan air ( water demand). Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah perkembangan jumlah penduduk, kebutuhan fasilitas sosial perkotaan, dan mengide ntifikasi besarnya kebutuhan sumberdaya air untuk kegiatan industri dan pertanian, berdasarkan kecenderungan perkembangan guna lahan di masa datang. 4. Mengkaji pengaruh pola penggunaan lahan terhadap keseimbangan antara tambahan potensi sumberdaya air dan kebutuhan sumberdaya air. Kondisi pola penggunaan ini selain dihitung berdasarkan kondisi eksisting serta kecenderungannya, juga berdasarkan rencana pemanfaatan lahan pada RTRW Kabupaten Bandung, RTRW Kota Bandung, dan RTRW Kota Cimahi. Beberapa asumsi dasar yang digunakan sebagai batasan lingkup materi pada penelitian ini antara lain: 1. Aspek potensi sumberdaya air yang diperhitungkan hanya tambahan kapasistas alir alamiah saja yang mencakup potensi limpasan air dengan air yang meresap ke dalam tanah, sedangkan cadangan air tanah yang tersimpan dalam kurun waktu yang cukup lama tidak diperhitungkan karena berdasarkan rekomendasi kebijaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan sumber air di Cekungan Bandung menyebutkan bahwa penggunaan cadangan air tanah hanya dibolehkan dalam kondisi force majeur. 2. Perhitungan potensi limpasan air permukaan dengan air yang meresap ke dalam tanah, dilakukan dengan menggunakan pendekatan matematis necara air dari Ffolliott (1980). Oleh karenanya, hasil yang didapatkan merupakan hasil pendekatan matematis, dan bukan nilai aktual. 3. Penyediaan air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga tidak diperhitungkan dengan alasan adanya keterbarasan kapasitas pelayanan

6 6 PDAM di Kabupaten Bandung yaitu hanya 9,23% (dengan tingkat kebocoran 34%) di Kabupaten Bandung (Dinas Pertambangan Propinsi Jawa Barat, 1996). 4. Perhitungan kebutuhan sumberdaya air ( water demand) didasarkan pada rekomendasi Dinas Pertambangan Propinsi Jabar (1996), yaitu meliputi penggunaan untuk kegiatan pertanian (lahan ba sah dan lahan kering), kebutuhan rumah tangga (penduduk), industri, fasilitas sosial dan ekonomi, dan lain-lain. 5. Jenis data yang digunakan dalam menentukan tambahan potensi air dan permintaan sumberdaya air, baik yang menyangkut dengan pertumbuhan penduduk, fasilitas kota, perubahan guna lahan, serta kebijaksanaan peruntukkan lahan dan fungsi kawasan adalah data sekunder yang telah dipublikasikan oleh berbagai instansi terkait, literature dan hasil kajian dari forum ilmiah dengan unit analisis yang digunaka n adalah kecamatan yang menggunakan pendekatan perbandingan kawasan budidaya antara Cekungan Bandung dengan Kawasan Bandung Utara. Unit kecamatan tersebut langsung diringkas dalam bentuk administrasi Kawasan Bandung Utara yang berada di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah penelitian ditentukan berdasarkan isu yang ada. Meskipun tidak mempertimbangkan batasan sistem tata air, penetuan tambahan potensi air dapat dilihat dari perhitungan yang menonjolkan guna lahan di wilayah studi yang didukung dari kondisi alam seperti curah hujan, evapotranspirasi, evaporasi, ketinggian, kelembapan, dan lain -lain. Secara administrasi, Kawasan Bandung Utara termasuk ke dalam 10 kecamatan di Kota Bandung serta 11 Kecamatan di Kabupaten B andung sebelum terpecah menjadi 2 kecamatan di Kota Cimahi, 6 Kecamatan di Kabupaten Bandung

7 7 Barat, tetapi secara faktanya, Kawasan Bandung Utara di sebelah utara dan timur dibatasi oleh punggung topografi yang menghubungkan puncak Gunung Burangrang, Masigit, Gedongan, Sunda, Tangkubanparahu dan Manglayang, sedangkan di sebelah barat dan selatan dibatasi oleh garis (kontur) 750 m di atas permukaan air laut (dpl). Batasan administrasi wilayah penenelitian dapat di lihat pada gambar I.1

8 8

9 Lingkup Periode Lingkup periode waktu penelitian adalah disesuaikan dengan tahun rencana guna lahan pada RTRW Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi dan sebagai output tahun proyeksi. Dalam proyeksi perencanaan, menggunakan data sampai 9 tahun ke belakang serta digunakan untuk merumuskan rencana di tahun Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan pada dasarnya dengan melakukan perbandingan antara besarnya tambahan potensi air dan kebutuhan sumberdaya air. Demikian pula dalam merumusk an pemanfaatan lahan, analisis yang digunakan adalah dengan membandingkan antara kondisi guna lahan perkiraan yang mengacu pada guna lahan dari tahun 2001 dan 2005 dengan guna lahan dalam rencana tata ruang yang memperhatikan keseimbangan tata air Pendekatan Studi Dalam pendekatan studi, dilakukan analisis kuantitatif untuk mengidentifikasi besarnya tambahan potensi sumberdaya air dan kebutuhan sumberdaya air. Dalam mengidentifikasi potensi tambahan potensi sumberdaya air yang mencakup potensi limpasan air permukaan dan air yang meresap ke dalam tanah digunakan model matematis yang diturunkan dari sistem tata air, sedangkan untuk mengidentifikasi besarnya permintaan sumberdaya air digunakan pendekatan berdasarkan besaran standar kebutuhan tertentu yang an tara lain merupakan fungsi dari lahan. Adanya penggunaan analisis kualitatif, hanya untuk menjelaskan kondisi wilayah dan permasalahan yang terjadi serta untuk melakukan analisis dari berbaga i informasi hasil kuantitatif. Infomasi kebijakan dan informasi p endukung lainnya dalam rangka perumusan usulan arahan pemanfaatan ruang dan pengelolaan sumberdaya air di wilayah studi.

10 Kerangka Pemikiran Pengembangan kerangka pemikiran dalam penelitian ini didasarkan atas latar belakang dan perumusan permasalahan seb agaimana telah dipaparkan sebelumnya. Skema kerangka pemikiran disajikan pada gambar 1.2. skema kerangka pemikiran ini merupakan rangkaian langkah penelitian yang digunakan untuk membantu menjawab pertanyaan permasalahan yang dikemukakan pad a bagian dari perumusan masalah serta tujuan dan sasaran.

11 GAMBAR 1.2 KERANGKA PEMIKIRAN 11

12 Data dan Informasi Pada sub bab ini, dijelaskan jenis data, cara pengumpulan data dan sumber data yang digunakan dalam perhitungan baik dalam potensi limpasan a ir permukaan, potensi air yang terserap ke dalam tanah, maupun perhitungan kebutuhan sumberdaya air beserta analisisnya Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait. Jenis dan sumbe r data yang digunakan dalam analisis adalah: a. Data karakteristik fisik wilayah, meliputi: - Peta wilayah: peta administrasi, topografi, kemiringan, geologi, penggunaan lahan tahun 2001 dan 2005 dari Bappeda Propinsi Jawa Barat. - Data iklim tahun Kota Bandung d an Kecamatan Lembang 2001 dan 2005 dari Badan Meteorologi dan Geofisika. Data peta administrasi, topografi, kemiringan dan geologi ini digunakan untuk mengetahui kondisi fisik Kawasan Bandung Utara, selain itu dapat pula digunakan untuk memberikan rekomen dasi pengalokasian yang tepat dalam pembangunan. Data peta penggunaan lahan tahun 2001 dan 2005 digunakan untuk mengetahui perubahan guna lahan. Selain itu, dengan menggunakan nilai curah hujan, evapotranspirasi dan nilai koefisien limpasan air, maka didap at besarnya potensi limpasan air permukaan dan besarnya potensi air yang meresap ke dalam tanah. b. Data karakteristik sosial ekonomi kependudukan dan aktivitasnya, meliputi: - Data jumlah penduduk, fasilitas ekonomi, kegiatan pertanian, industri tiap kecamatan yang dalam tabel di lampiran disajikan tiap administrasi

13 13 wilayah (Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi) yang bersumber pada Kota Cimahi, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung dalam angka , standar kebutuhan fasilitas ketentuan teknis pembangunan dan pemanfaatan ruang Departemen PU. Data ini digunakan untuk mengetahui kebutuhan sumberdaya air dengan menggunakan satuan unit analisa kecamatan. Dengan menggunakan laju pertumbuhan yang diperoleh dari tahun 1998 sampai 2006 dan standar kebutuhan air, maka dapat diperkirakan kebutuhan sumberdaya air di tahun c. Data rencana tata ruang, kebijakan dan informasi kelembagaan terkait dengan penataan ruang dan pengelolaan sumberdaya air Kawasan Bandung Utara, meliputi: - Data RTRW Kabupaten Bandung, RTRW Kota Bandung dan RTRW Kota Cimahi. Data rencana guna lahan yang ada pada RTRW tersebut digunakan untuk menghitung besarnya potensi limpasan air permukaan dan potensi air yang terserap ke dalam tanah di tahun 2013 yang didukung dengan data curah hujan, evapotranspirasi dan nilei koefisien limpasan air permukaan. - Kajian Petetapan Kawasan Konservasi Bandung Utara yang bersumber: Pemerintah Propinsi Jawa Barat Dinas Tata Ruang dan Permukiman. - Kebijakan Operasional RUTR Kawasan Bandung Utara Cara Pengumpulan Data Berdasarkan jenis dan sumber data di atas, maka cara pengumpulan data dilakukan dengan survei data sekunder di masing masing instansi terkair. Untuk menjaga vaiditas data, dilakukan pengumpulan di berbagai sumber. Dengan teknik tersebut mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data wajib menggunakan

14 14 beragam sumber data yang tersedia agar lebih terjamis kebenarannya bila digali beberapa kelompok sumber data yang berbeda. Jika keadaan data terdapat perbedaan, maka penulis mengambil nilai tengah dari keadaan tersebut. 1.6 Sistematika Pembahasan Sesuai dengan permasalahan, ruang lingkup dan tujuan penelitian, maka sistematika pembahasan disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Merupakan uraian pendahuluan dari studi ini dimana m encakup Latar Belakang yang berisikan masalah yang mendasari kajian ini harus dilakukan; Rumusan Masalah yang menjadi pokok -pokok pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian; Tujuan dan Sasaran Penelitian; Manfaat Penelitian; Ruang Lingkup yang terdiri dari ruang lingkup materi, wilayah, dan periode; Metodologi Penelitian; serta Sistematika Pembahasan. BAB 2 KAJIAN TEORI Dalam bab ini secara teoritis membahas mengenai pemahaman secara umum mengenai Sumberdaya Air, di dalamnya diuraikan mengenai keseimbangan sumberdaya air dan hal -hal terkait dengan pengelolaannya; pengelolaan kawasan konservasi; serta Perencanaan Pemanfaatan Ruang Wilayah, yang berisikan keterkaitan perencanaan tata ruang dengan pengelolaan sumber daya air dalam kawasan konservasi BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Menjelaskan mengenai gambaran umum lokasi penelitian yang antara lain terkait dengan aspek-aspek yang mewakili letak dan batas wilayah kajian, karakteristik fisik wilayah, penggunaan lahan, kesesuaian lahan, kawasan limitasi dan rawan bencana, konservasi sumberdaya air

15 15 BAB 4 BAB 5 tanah, serta karakteristik sosial-ekonomi-kependudukan terutama yang terkait dengan kajian keseimbangan tata air di wilayah kajian. ANALISIS KESEIMBANGAN TATA AIR Bab ini menjelaskan mengenai analisis u ntuk mengidentifikasi besarnya potensi tambahan potensi sumberdaya air baik limpasan air permukaan maupun air yang meresap ke dalam tanah, perhitungan kebutuhan sumberdaya air untuk berbagai penggunaan, serta keseimbangan tata air di Kawasan Bandung Utara baik berdasarkan kecenderungan maupun berdasarkan RTRW. Selain data aktual, juga disajikan proyeksi di tahun 2013 serta interpretasi dan pembahasan hasil pada masing masing penyajian. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Merupakan kesimpulan dari hasil peneli tian serta temuan-temuan dari hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan. Selain itu, juga disajikan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan dalam merumuskan arahan pemanfaatan ruang, menentuk an rekomendasi, serta saran bagi studi kelanjutan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian disajikan dalam diagram langkah-langkah metodologi penelitian yang merupakan skema sistematis mengenai keseluruhan proses studi yang

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KESEIMBANGAN TATA AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA TUGAS AKHIR

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KESEIMBANGAN TATA AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA TUGAS AKHIR DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KESEIMBANGAN TATA AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA TUGAS AKHIR Devina Arifani 15404015 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR,PERENCANAAN,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan beberapa temuan studi dari analisis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu dampak perubahan penggunaan lahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah dan pasti terjadi. Meskipun pertumbuhan tidak dapat dihindarkan, namun kecepatan pertumbuhan sangat bervariasi dipengaruhi

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 Kawasan Bandung Utara merupakan suatu wilayah yang dikembangkan sebagai Kawasan Lindung atau Kawasan Konservasi berlandaskan pada kebijakan pemerintah Provinsi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merciana Daverta, 2013 Kepedulian Masyarakat Kelurahan Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap Kota Bandung Terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Merciana Daverta, 2013 Kepedulian Masyarakat Kelurahan Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap Kota Bandung Terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini kota-kota di Indonesia mengalami perkembangan pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Seiring dengan berkembangnya suatu kota, kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN BANDUNG UTARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG DAN KABUPATEN BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Cipanas berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KESEIMBANGAN TATA AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA

BAB 4 ANALISIS KESEIMBANGAN TATA AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA BAB 4 ANALISIS KESEIMBANGAN TATA AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA Adanya pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan produktifitas, kualitas sumberdaya manusia, pendapatan perkapita membuat pentingnya arti keseimbangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumberdaya alam adalah menciptakan untuk selanjutnya memertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Bandung Utara (KBU) merupakan bagian dari dataran tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Bandung Utara (KBU) merupakan bagian dari dataran tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kawasan Bandung Utara (KBU) merupakan bagian dari dataran tinggi Bandung yang terkenal cukup makmur, karena tanahnya yang subur yang dicirikan dengan tingginya

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai BAB I P E N D A H U L U A N Bab I atau Pendahuluan ini secara garis besar berisikan latar belakang isi buku rencana selain itu dalam sub bab lainnya berisikan pengertian RTRW, Ruang Lingkup Materi Perencanaan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISI PRAKATA... v DAFTAR ISI..... vi DAFTAR TABEL..... iiv DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.4 Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandung dengan luas wilayah 16.730 ha semula dirancang hanya untuk berpenduduk 500.000 jiwa. Namun kenyataannya, kini berpenduduk 3 juta jiwa (siang hari) dan 2,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi 2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu lingkungan binaan yang selalu berubah dan berkembang sebagai wadah lingkungan fisik yang menampung segala kegiatan fungsional dan sosial masyarakat,

Lebih terperinci

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG NASTITI PREMONO PUTRI (3609100069) DOSEN PEMBIMBING : IR. HERU PURWADIO,MSP LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR Sidang Ujian OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BANGKALAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR Sidang Ujian OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BANGKALAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Lebih terperinci

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Tinjauan terhadap kondisi umum wilayah kajian mengarah pada pemahaman terhadap tambahan potensi sumberdaya air dan perkiraan kebutuhannnya, yang dipengaruhi oleh perubahan

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Air diperlukan untuk menunjang berbagai kegiatan manusia sehari-hari mulai dari minum, memasak,

Lebih terperinci

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan,

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat terjadinya kehidupan dan aktivitas bagi penduduk yang memiliki batas administrasi yang diatur oleh perundangan dengan berbagai perkembangannya.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan pendahuluan yang merupakan framework dari penyusunan laporan ini. Pada bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Dibahas pula ruang lingkupnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Maksud dan Tujuan... 5 1.4 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR..... ii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN.... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian......

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian, pengambilan dan penggunaan

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii INTISARI... ix ABSTRACT...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011 IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu penelitian dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar penelitian agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam analisis penelitian yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu tantangan pembangunan jangka panjang yang harus dihadapi Indonesia terutama di kota-kota besar adalah terjadinya krisis air, selain krisis pangan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang studi, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, metoda penelitian (meliputi ruang lingkup, pendekatan, sumber dan cara mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air sebagai komponen ekologi mempunyai sifat khas yaitu: pertama merupakan benda yang mutlak dibutuhkan oleh kehidupan, kedua, air mempunyai mobilitas yang tinggi dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan dan Manfaat... 8 1.4 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia tanpa air manusia tidak mungkin dapat hidup, karena untuk berbagai macam kegunaan, manusia selalu mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 B. Pemanfaatan dari Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 1.3. Manfaat SLHD Provinsi DKI Jakarta 1.3.1. Manfaat Bagi Pemerintah Daerah Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi DKI Jakarta dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Novitasari,ST.,MT. TIU & TIK TIU Memberikan pengetahuan mengenai berbagai metode dalam penanganan drainase, dan mampu menerapkannya dalam perencanaan drainase kota:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup termasuk manusia. Keberadaan air baik kualitas maupun kuantitas akan berpengaruh pada kehidupan manusia. Sistem penyediaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2003 SERI D.14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SUMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K 5410012 Prodi Geografi FKIP UNS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya air merupakan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun mulai pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Oktober 2011 di seluruh wilayah Kecamatan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Perkembangan yang dimaksud terlihat pada aspek ekonomi dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di suatu wilayah mengalami peningkatan setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kelahiran-kematian, migrasi dan urbanisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG Menimbang : a. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iv vii ix x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha) B A B KONDISI GEOGRAFIS 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44 70º83 Lintang Selatan dan 107º21 108º21 Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pola hidup dan bertambahnya jumlah penduduk, serta. industri di daerah aliran sungai sehingga dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pola hidup dan bertambahnya jumlah penduduk, serta. industri di daerah aliran sungai sehingga dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan air semakin meningkat beriringan dengan meningkatnya pola hidup dan bertambahnya jumlah penduduk, serta industri di daerah aliran sungai sehingga dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam semesta ini. Bagi umat manusia, keberadaan air sudah menjadi sesuatu yang urgen sejak zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut berasal dari perairan Danau Toba. DAS Asahan berada sebagian besar di wilayah Kabupaten Asahan

Lebih terperinci

Tahapan Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten merupakan kegiatan yang bersifat administratif dengan tujuan mempersiapkan pihak penyelenggaran kegiatan

Tahapan Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten merupakan kegiatan yang bersifat administratif dengan tujuan mempersiapkan pihak penyelenggaran kegiatan BAGIAN I Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten Tahapan Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten merupakan kegiatan yang bersifat administratif dengan tujuan mempersiapkan pihak penyelenggaran kegiatan Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. viii Daftar Isi Halaman Judul. i Lembar Pengesahan ii Pernyataan.. iii Prakata. iv Intisari. vi Abstract.. vii Daftar Isi.. viii Daftar Tabel xi Daftar Gambar.. xii BAB I PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang..

Lebih terperinci

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK Pertumbuhan kota semakin meningkat dengan adanya perumahan,

Lebih terperinci