BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri beralamat di Jalan Dr. Wahidin Nomor 1 Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri Telp (0273) Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri Berdasarkan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 tanggal 16 Mei 2006 tentang Bagan Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri. Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 1966 menyatakan tugas keagrariaan dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri dalam bentuk komponen Direktorat Jenderal Agraria. Kemudian muncul Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 sampai dengan Presiden Nomor 20 tentang Badan Pertanahan Nasional, maka organisasi Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri menjadi Badan Pertanahan Nasional yang dipimpin seorang Kepala Badan yang bertanggung jawab kepada Presiden, sedangkan dari segi operasionalnya bertanggung jawab kepada Menteri Sekretaris Negara dengan susunan organisasi sebagaimana ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 / BPN / Di tingkat daerah dibentuk organisasi Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional untuk tingkat Provinsi dan Kantor Pertanahan untuk tingkat Kabupaten / Kotamadya berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun Dengan demikian maka selain fungsi dan tugas pokoknya masih relatif sama dengan Direktorat Jenderal Agraria, tetapi hubungan kerja dengan Menteri Dalam Negeri, Gubernur dan Bupati / Walikota berubah yang semula sebagai Instansi / aparat dekonsentrasi, sekarang menjadi instansi vertikal dengan hubungan koordinasi sebagaimana ditentukan dalam Nomor 6 Tahun Dalam pelaksanaannya berdasarkan koordinasi dan sinkronisasi sesuai Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1976 sehingga dengan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 dibentuk Badan Pertanahan Nasional sebagai instansi yang menangani administrasi

2 pertanahan saja dalam rangka Undang-undang Pokok Agraria administrasi dalam pengertian yang luas dan tidak hanya segi ketatausahaan saja 1. a. Fungsi Badan Pertanahan Nasional adalah sebagai berikut : 1) Merumuskan kebijaksanaan, perencanaan, penguasaan dan penggunaan tanah, perencanaan pengaturan pemilikan tanah dengan prinsip - prinsip bahwa tanah mempunyai fungsi sosial sebagaimana diatur dalam Undang -Undang Pokok Agraria. 2) Melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah, pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran tanah dalam rangka memelihara tertib administrasi pertanahan dan upaya memberikan kepastian hukum di bidang pertanahan. Di samping itu juga melaksanakan penelitian dan pengembangan pendidikan dan latihan tenaga di bidang administrasi pertanahan. b. Tugas Pertanahan secara umum adalah sebagai berikut : 1) Penatagunaan tanah Penatagunaan tanah ialah serangkaian kegiatan penataan, peruntukan, penggunaan dan penyelesaian tanah secara berkesinambungan dan teratur berdasarkan asas manfaat, lestari, optimal, seimbang dan serasi. 2) Penataan penguasaan tanah Fungsi penataan penguasaan tanah dilakukan seperti yang dikenal dengan fungsi landreform meliputi tugas mengawasi pembatasan penguasaan pemilikan dan penggunaan tanah. 3) Pengurusan hak tanah Fungsi pengurusan hak tanah adalah pelaksanaan wewenang untuk mengatur hubungan hukum antara orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi atau tanah. Pembentukan Kantor Pertanahan berdasarkan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 54 Presiden Nomor 10 Tahun 2006 dan Presiden Nomor 20 tentang Badan Pertanahan Nasional. 1 Wawancara dengan Hariyanto, SH.MKn selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri, tanggal 18 mei 2015

3 Tugas pokok dari Kantor Pertanahan Wonogiri adalah untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten / Kota yang bersangkutan. 2 Dalam menyelenggarakan tugas, kantor pertanahan mempunyai fungsi: 1) Penyusunan rencana, program dan penyelenggaraan dalam rangka pelaksanaan tugas pertanahan; 2) Pelayanan, perijinan dan rekomendasi di bidang pertanahan; 3) Pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah; 4) Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu; 5) Pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah aset ; 6) Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat ; 7) Penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan; 8) Pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah; 9) Pengelolaan Sistem Manajemen Pertanahan Nasional ( SIMTANAS ); 10) Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat, pemerintah dan swasta; 11) Pengkoordinasian penelitian dan pengembangan; 12) Pengkoordinasian pengembangan sumber daya manusia pertanahan; 13) Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan. c. Susunan Organisasi Kantor Pertanahan Kantor Pertanahan terdiri dari : 1) Sub Bagian Tata Usaha; 2) Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan; 3) Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah; 4) Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan; 2 Wawancara dengan Hariyanto, SH.MKn selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri, tanggal 18 mei 2015

4 5) Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan; 6) Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara. 1) Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif kepada semua satuan organisasi Kantor Pertanahan, serta menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi : a) Pengelolaan data dan informasi; b) Penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja ; c) Pelaksanaan urusan kepegawaian; d) Pelaksanaan urusan keuangan dan anggaran; e) Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sarana dan prasarana; f) Penyiapan bahan evaluasi kegiatan dan penyusunan program; g) Koordinasi pelayanan pertanahan. Subbagian tata usaha terdiri dari : a) Urusan perencanaan dan keuangan, b) Urusan umum dan kepegawaian. a) Urusan Perencanaan dan Keuangan Urusan perencanaan dan keuangan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah, keuangan dan penyiapan bahan evaluasi. b) Urusan Umum dan Kepegawaian Urusan umum dan kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan surat-menyurat, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, sarana dan prasarana, koordinasi pelayanan pertanahan serta pengelolaan data dan informasi. 2) Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan Seksi survei, pengukuran dan pemetaan mempunyai tugas melakukan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan, perapatan

5 kerangka dasar, pengukuran batas kawasan / wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi survey, pengukuran dan pemetaan mempunyai fungsi : a) Pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan, perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan / wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, pembinaan surveyor berlisensi; b) Perapatan kerangka dasar orde 4 dan pengukuran batas kawasanan / wilayah; c) Pengukuran, perpetaan, pembukuan bidang tanah, ruang dan perairan; d) Survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik dan potensi tanah; e) Pelaksanaan kerja sama teknik surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah; f) Pemeliharaan peralatan teknis. Seksi survei, pengukuran dan pemetaan terdiri dari : a) Subseksi Pengukuran dan Pemetaan b) Subseksi Tematik dan Potensi Tanah a) Subseksi Pengukuran dan Pemetaan Subseksi pengukuran dan pemetaan mempunyai tugas menyiapkan perapatan kerangka dasar orde 4, penetapan batas bidang tanah dan pengukuran bidang tanah, batas kawasan / wilayah, kerja sama teknis surveyor berlisensi pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, gambar ukur dan daftar-daftar lainnya di bidang pengukuran. b) Subseksi Tematik dan Potensi Tanah Subseksi tematik dan potensi tanah mempunyai tugas menyiapkan survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik, survei

6 potensi tanah, pemeliharaan peralatan teknis komputerisasi dan pembinaan pejabat penilai tanah. 3) Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Seksi hak tanah dan pendaftaran tanah mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penetapan hak dalam rangka pemberian, perpanjangan dan pembaruan hak tanah, penggandaan tanah, perijinan, pendataan dan penertiban bekas tanah hak, pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah serta pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah ( PPAT ). Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi hak tanah dan pendaftaran tanah mempunyai fungsi : a) Pelaksanaan pengaturan dan penetapan di bidang hak tanah; b) Penyiapan rekomendasi pelepasan, penaksiran harga dan tukar-menukar, saran dan pertimbangan serta melakukan kegiatan perijinan, saran dan pertimbangan usulan penetapan hak pengelolaan tanah; c) Penyiapan telaahan dan pelaksanaan pemberian rekomendasi perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak; d) Pengadministrasian atas tanah yang dikuasai dan atau milik negara, daerah bekerjasama dengan pemerintah, termasuk tanah badan hukum pemerintah; e ) Pendataan dan penertiban tanah bekas tanah hak; f) Pelaksanaan pendaftaran hak dan komputerisasi pelayanan pertanahan; g) Pelaksanaan penegasan dan pengakuan hak; h) Pelaksanaan peralihan, pembebanan hak atas tanah dan pembinaan PPAT. Seksi hak tanah dan pendaftaran tanah terdiri dari : a) Subseksi penetapan hak tanah; b) Subseksi pengaturan tanah pemerintah; c) Subseksi pendaftaran hak; d) Subseksi peralihan hak, pembebanan hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah. a) Subseksi Penetapan Hak Tanah Subseksi penatapan hak tanah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik,hak guna bangunan dan hak pakai, perpajangan jangka waktu, pembaruan hak, perijinan,

7 peralihan hak atas tanah, penetapan dan atau rekomendasi perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak tanah perorangan. b) Subseksi Pengaturan Tanah Subseksi pengaturan tanah pemerintah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik dan hak pakai, hak guna bangunan dan hak pengelolaan bagi instansi pemerintah, badan hukum pemerintah, perpanjangan jangka waktu pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah, rekomendasi pelepasan dan tukar-menukar tanah pemerintah. c) Subseksi Pendaftaran Hak Subseksi pendaftaran hak mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, pengakuan dan penegasan konversi hak-hak lain, hak milik atas satuan rumah susun, tanah hak pengelolaan, tanah wakaf, data yuridis lainnya, data fisik bidang tanah, data komputerisasi pelayanan pertanahan serta memelihara daftar buku tanah, daftar nama, daftar hak atas tanah, dan warkah serta daftar lainnya di bidang pendaftaran tanah. d) Subseksi Peralihan Hak, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Subseksi peralihan, pembebanan hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan dan bimbingan PPAT serta sarana daftar isian di bidang pendaftaran tanah. 4) Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Seksi pengaturan dan penataan pertanahan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi pengaturan dan penataan pertanahan mempunyai fungsi : a) Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah

8 tertentu lainnya, penetapan kriteria kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah serta penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka perwujudan fungsi kawasan atau zoning, penyesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah, penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah, penataan tanah bersama untuk peremajaan kota, daerah bencana dan daerah bekas konflik serta pemukiman kembali; b) Penyusunan rencana persediaan, peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan tanah, neraca penatagunaan tanah kabupaten / kota dan kawasan lainnya; c) Pemeliharaan basis data penatagunaan tanah kabupaten atau kota dan kawasan; d) Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan tanah, perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan atau zoning dan redistribusi tanah, pelaksanaan konsolidasi tanah, pemberian tanah obyek landreform dan pemanfaatan tanah bersama serta penertiban administrasi landreform; e) Pengusulan penetapan atau penegasan tanah menjadi obyek landreform; f) Pengambilalihan dan atau penerimaan penyerahan tanah-tanah yang terkena ketentuan landreform; g) Penguasaan tanah-tanah obyek landreform; h) Pemberian ijin peralihan hak atas tanah pertanian dan ijin redistribusi tanah dengan luasan tertentu; i) Penyiapan usulan penetapan surat keputusan redistribusi tanah dan pengeluaran tanah dari obyek landreform; j) Penyiapan usulan ganti kerugian tanah obyek landreform dan penegasan obyek konsolidasi tanah; k) Penyediaan tanah untuk pembangunan; l) Pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan; m) Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan dokumentasi data landreform. Seksi pengaturan dan penataan pertanahan terdiri dari : a) Subseksi penatagunaan tanah dan kawasan tertentu; b) Subseksi landreform dan konsolidasi tanah; a) Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu

9 Subseksi penatagunaan tanah dan kawasan tertentu mempunyai tugas (1) Menyiapkan bahan penyusunan rencana persediaan, (2) Peruntukan, pemeliharaan dan penggunaan tanah, (3) Rencana penataan kawasan, pelaksanaan koordinasi, monitoring dan evaluasi pemeliharaan tanah, (4) Perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan atau zoning, (5) Penerbitan pertimbangan teknis penatagunaan tanah, (6) Penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah, (7) Penyusunan neraca penatagunaan tanah, penetapan penggunaan dan pemanfaatan tanah, (8) Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan dan pemeliharaan data tekstual dan spasial. b) Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah Subseksi landreform dan konsolidasi tanah mempunyai tugas (1) Menyiapkan bahan usulan penetapan atau penegasan tanah menjadi obyek landreform, (2) Penguasaan tanah-tanah obyek landreform, (3) Pemberian ijin peralihan hak atas tanah dan ijin redistribusi tanah luasan tertentu, (4) Usulan penerbitan surat keputusan redistribusi tanah dan pengeluaran tanah dari obyek landreform, (5) Monitoring dan evaluasi redistribusi tanah, ganti kerugian, pemanfaatan tanah bersama dan penertiban administrasi landreform, (6) Fasilitasi bantuan keuangan atau permodalan, teknis dan pemasaran, (7) Usulan penegasan obyek penataan tanah bersama untuk peremajaan pemukiman kumuh, daerah bencana dan daerah daerah bebas konflik serta pemukiman kembali, (8) Penyediaan tanah dan pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan,

10 (9) Pengembangan teknik, metode, promosi dan sosialisasi, (10) Pengorganisasian dan pembimbingan masyarakat, (11) Kerja sama dan fasilitas (12) Pengelolaan basis data dan informasi, monitoring dan evaluasi (13) Koordinasi pelaksanaan konsolidasi tanah. 5) Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Masyarakat Seksi pengendalian dan pemberdayaan masyarakat mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi pengendalian dan pemberdayaan mempunyai fungsi : a) Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat; b) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi pemenuhan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan dan evaluasi penerapan kebijakan dan program pertanahan dan program sektoral, pengelolaan tanah negara tanah terlantar dan tanah kritis; c) Pengkoordinasian dalam rangka penyiapan rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis; d) Penyiapan saran tindak dan langkah-langkah penanganan serta usulan rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara serta penanganan tanah terlantar dan tanah kritis; e) Inventarisasi potensi masyarakat marjinal, asistensi dan pembentukan kelompok masyarakat, fasilitasi dan peningkatan akses ke sumber produktif; f) Peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan mitra kerja teknis pertanahan dalam rangka pemberdayaan masyarakat; g) Pemanfaatan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis untuk pembangunan;

11 h) Pengelolaan basis data hak atas tanah, tanah negara, tanah terlantar, dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat; i) Penyiapan usulan keputusan pembatalan dan penghentian hubungan hukum atas tanah terlantar. Seksi pengendalian dan pemberdayaan terdiri dari : a) Subseksi pengendalian pertanahan; b) Subseksi Pemberdayaan masyarakat. a) Subseksi Pengendalian Pertanahan Subseksi pengendalian pertanahan mempunyai tugas menyiapkan pengelolaan basis data, dan melakukan inventarisasi dan identifikasi, penyusunan saran tindak dan langkah penanganan, serta menyiapkan bahan koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam rangka penegakan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan, evaluasi, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis; b) Subseksi Pemberdayaan Masyarakat Subseksi pemberdayaan masyarakat mempunyai tugas menyiapkan bahan inventarisasi potensi, asistensi, fasilitasi dalam rangka penguatan penguasaan, dan melaksanakan pembinaan partisipasi masyarakat, lembaga masyarakat, mitra kerja teknis dalam pengelolaan pertanahan, serta melakukan kerja sama pemberdayaan dengan pemerintah kabupaten atau kota, lembaga keuangan dan dunia usaha, serta bimbingan dan pelaksana kerjasama pemberdayaan. 6). Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Seksi sengketa, konflik dan perkara mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi konflik, sengketa dan perkara mempunyai fungsi : a) Pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; b) Pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan;

12 c) Penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan secara hukum dan non hukum, penanganan dan penyelesaian perkara, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitasi dan lainnya, usulan dan rekomendasi pelaksanaan putusanputusan lembaga peradilan serta usulan rekomendasi pembatalan dan pengehentian hubungan hukum antara orang, dan atau badan hukum dengan tanah; d) Pengkoordinasian penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; e) Pelaporan penanganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan perkara pertanahan. Seksi konflik, sengketa dan perkara terdiri dari : a) Subseksi sengketa dan konflik pertanahan; b) Subseksi perkara pertanahan. a) Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan Subseksi sengketa dan konflik pertanahan menyiapkan pengkajian hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dengan tanah, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, fasilitasi, dan koordinasi penanganan sengketa dan konflik. b) Subseksi Perkara Pertanahan Subseksi perkara pertanahan mempunyai tugas menyiapkan penanganan dan penyelesaian perkara, koordinasi penanganan perkara, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dengan tanah sebagai pelaksanaan putusan lembaga peradilan. 7). Tata Kerja Kantor Pertanahan Dalam melaksanakan tugasnya, semua unsur di lingkungan kantor pertanahan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam

13 lingkungan kantor pertanahan sendiri maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah di daerah. Setiap pimpinan satuan organisasi berkewajiban sebagai berikut 3 : 1) Melaksanakan sistem pengendalian intern di lingkungan masing-masing yang memungkinkan terlaksananya mekanisme uji silang; 2) Memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan; 3) Mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab pada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya. 4) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan organisasi di bawahnya. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri sebagaimana dalam bagan berikut ini : Gambar : 4 Strutur Organisasi Kantor Pertanahan Kab. Wonogiri 4 3 Wawancara dengan Hariyanto, SH.MKn selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri, tanggal 18 mei SOPP Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri

14 B. Implementasi Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan merupakan peraturana SEKSI SENGKETA, KONFLIK DAN PERKARA

15 pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dalam rangka menyesuaikan perkembangan dan tuntutan kebutuhan pelayanan masyrakat di bidang pertanahan. Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan merupakan pedoman dalam pelaksanaan pertanahan di lingkungan Badan Pertanahan Nasional dan dilakasanakan oleh Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, dan Kantor Pertanahan. Tujuan peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan adalah untuk mewujudkan kepastian hukum, keterbukaan, dan akuntabilitas pelayanan publk. Adapun ruang lingkup pengaturan ini meliputi kelompok dan jenis pelayanan, persyaratan, biaya, waktu, prosedur, dan pelaporan. Implementasi merupakan salah satu tahapan dari serangkaian proses (siklus) suatu kebijakan. Implementasi dalam hal ini dilihat sebagai: administration of the law in which various actors, organizations, procedures, and techniques work together to put adopted policies into effect in an effort to attain policy or program goals 5 Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi tetap (Standard Operating Procedures atau disebut SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel. Kinerja implementasi kebijakan adalah merupakan faktor kunci bagi tercapainya tujuan kebijakan. Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri khususnya SOP dalam proses permohonan penerbitan sertipikat dan pelayanan lainnya yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri mengacu pada Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Pengimplementasian Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan 5 Anderson, James, E. (1979), Public Policy Making, Holt, Rinehart and Winston, NewYork, Chapetr 1, 2, 3

16 Pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri mengacu pada beberapa indek pelayanan demi kepuasan masyarakat antara lain 6 : a. Kesederhanaan Prosedural Pelayanan yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam melaksanakan alur pelayanan. b. Kesesuaian Persyaratan Pelayanan yaitu persyaratan baik teknis maupun administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis layanannya. c. Kejelasan Petugas pelayanan yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan yang menyangkut nama, jabatan, kewenangan, dan tanggung jawabnya. d. Kedisiplinan Petugas pelayanan yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Kejelasan Wewenang dan Tanggung jawab Petugas Pelayanan yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian pelayanan. f. Keahlian dan Ketrampilan Petugas pelayanan yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan. g. Kecepatan Pelayanan yaitu target waktu dalam melakukan pelayanan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggaraan pelayanan. h. Keadilan Mendapatkan Pelayanan yaitu pelaksanaan pelayanan yang tidak membedakan terhadap status maupun golongan masyarakat yang dilayani. i. Kesopanan dan Keramahan Petugas Pelayanan yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan, ramah, dan saling menghormati. j. Kewajaran Biaya Pelayanan yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang telah ditetapkan. k. Kepastian Biaya Pelayanan yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan. l. Kepastian jadwal pelayanan yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan waktu yang telah ditetapkan. 6 Wawancara dengan Edi Mustofa, SH.MH. selaku Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri tanggal 19 Mei 2015

17 m. Kenyamanan Lingkungan yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima layanan. n. Keamanan Pelayanan yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan terhadap berbagai resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan. Kenyamanan masyarakat yang melakukan transaksi atau kebutuhan akan layanan, Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri menerapkan empat belas indek pelayanan pelanggan. Pelayanan di kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri saat ini, jauh lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tentu memberikan dampak positif masyarakat, sehingga proses pensertipikatan yang di ajukan dapat selesai tepat waktu serta dengan biaya yang sudah ditetapkan atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7 Petugas yang melayani terkadang sedang tidak ditempat. Pembayaran biaya pengurusan sertipikat lebih dari yang ditetapkan oleh peraturan. 8 Prosedur pengurusan sertipikat rumit dan berbelit-belit. Terkadang petugas tidak memberikan kemudahan untuk melengkapi berkas persyaratan yang dimohon dan kurang ramah terhadap masyarakat. Pemohon juga mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengurusan sertipikat cukup mahal. 9 Proses pengurusan sertipikat sering kali tidak tepat waktu dan diluar batas waktu yang ditentukan. Oleh karena itu pemohon sering mengeluarkan biaya tambahan agar proses pengurusan lebih cepat selesai. Petugas yang melayani terkadang tidak ramah dalam memproses berkas dari pemohon. 10 Berdasarkan teori bekerjanya hukum dari Robert Siedman ada tiga komponen dasar yang mempengaruhi bekerjanya hukum, yaitu pembuat hukum (Undang-undang), birokrat pelaksana dan pemegang peranan. Berdasarkan data lapangan yang diambil penulis, bahwa tujuan dari diberlakukannya Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 7 Wawancara dengan Erni Triningsih, pemohon pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri tanggal 18 Mei Wawancara dengan Endang Wuryaningsih, pemohon pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri tanggal 18 Mei Wawancara dengan Dony Ferdyanto, pemohon pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri tanggal 18 Mei Wawancara dengan Sari Rahayat, pemohon pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri tanggal 18 Mei 2015

18 2010 adalah menjamin kepastian hukum. Kepastian yang dimaksud adalah bahwa masyarakat mendapatkan layanan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Namun pada kenyataannya pengguna layanan khususnya di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri belum mendapatkan layanan yang memadai. Dari beberapa kriteria indeks pelayanan tersebut yang belum memenuhi antara lain: 1. Dilihat dari indeks Kesederhaan Prosedural Pelayanan, Kantor Pertanahan memberlakukan persyaratan yang tertulis di dalam peraturan tersebut secara kaku menyebabkan masyarakat/pemohon keberatan untuk memenuhi persyaratan tersebut, sehingga masyarakat kurang puas dan merasa dipersulit terhadap pelayanan Kantor Pertanahan 2. Dilihat dari indeks Kesuaian Persyaratan Pelayanan, petugas loket sering menerima berkas yang kurang lengkap. Hal ini menyulitkan petugas loket dalam memproses sertipikat dari pemohon. Selain itu, masyarakat/pemohon juga tidak proaktif untuk segera melengkapi berkas permohonan yang kurang sehingga penyelesaiannya melampaui batas waktu yang telah ditentukan. 3. Dilihat dari indeks Kedisiplinan Petugas Pelayanan, dikarenakan Kondisi geografis atau jarak tempuh lokasi tanah pemohon dengan Kantor Pertanahan sangat jauh, petugas ukur kadang-kadang menunggu berkas lainnya untuk dikerjakan bersamaan, hal ini menambah panjang waktu penyelesaian. 4. Dilihat dari indeks Kejelasan Wewenang dan Tanggung Jawab Petugas Pelayanan, peranan pejabat yang berwenang untuk mengawasi permasalahan standar pelayanan di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri kurang memuaskan karena dalam proses layanan masyarakat menginginkan pelayanan cepat, tetapi tidak diimbangi dengan peran petugas di Kantor Pertanahan terkait kesulitan tersebut diatas. 5. Dilihat dari indeks Keramahan dan Kesopanan Petugas Pelayanan, berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa pengguna layanan, penilaian dari masyarakat pengguna layanan terhadap petugas yang melayani masih sangat kurang. 6. Dilihat dari indeks Kewajaran dan indeks Kepastian Biaya pelayanan, berdasarkan hasil interview di atas disinyalir masih ada pungutan diluar ketentuan yang berlaku oleh oknum pegawai Kantor Pertanahan, dikarenakan masyarakat/pemohon meminta

19 pelayanan cepat. Seharusnya Kantor Pertanahan lebih memperhatikan kewajiban serta tanggung jawabnya untuk melakukan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. Tidak terlaksananya suatu peraturan berarti ada beberapa masalah dari ketiga komponen yang mempengaruhi bekerjanya hukum. Dilihat dari fungsinya, peraturan ini diperuntukkan bagi petugas/birokrat pelaksana sebagai panduan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna layanan publik, khususnya di bidang pertanahan. Berdasarkan data lapangan yang diambil oleh penulis, ternyata masyarakat memberikan respon yang kurang baik terhadap beberapa indeks pelayanan pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa petugas/birokrat pelaksana yang menyebabkan peraturan ini dalam beberapa kriteria belum dapat dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan data lapangan pula dapat dilihat bahwa masyarakat kurang berpartisipasi terhadap pelaksanaan peraturan ini. Hal ini dapat dibuktikan bahwa masih ada masyarakat yang telah mengetahui adanya peraturan ini namun masih enggan mengadukan pelayanan yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri kepada pihak yang berwenang. Khususnya terkait dengan indeks kewajaran dan kepastian biaya pelayanan, masyarakat justru mendukung adanya biaya-biaya atau pungutan yang tidak sesuai dengan peraturan ini yang diminta oleh oknum petugas hanya demi cepat terselesainya layanan yang digunakan. Pelayanan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri sebagai bentuk Pelayanan publik sesuai dengan amanah yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Definisi pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri. 11 Selain itu berdasarkan Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Perwujudan peraturan kebijaksanaan di atas adalah komitmen awal Badan Pertanahan Nasional dalam menjawab tantangan ke 11 Lihat Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

20 depan yaitu secara institusional Badan Pertanahan Nasional mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam melayani kebutuhan masyarakat atas tanah. Hal tersebut dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri dengan mengkondisikan sesuai dengan Pasal 4 penyelenggaraan pelayanan publik dengan menerapkan asas: 1. Kepentingan umum 2. Kepastian hukum; 3. Kesamaan hak; 4. Keseimbangan hak dan kewajiban; 5. Keprofesionalan; 6. Partisipatif; 7. Persarnaan perlakuan/ tidak diskriminatif; 8. Keterbukaan; 9. Akuntabilitas; 10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; 11. Ketepatan waktu; dan 12. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Asas-asas di atas sudah dituangkan dalam Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan antara lain dalam Pasal 3 yang mengatur tentang tujuan dibentuknya peraturan tersebut yaitu untuk mewujudkan kepastian hukum, keterbukaan dan akuntabilitas pelayanan publik, Pasal 4 yang mengatur tentang ruang lingkup peraturan, Pasal 5 yang mengatur tentang kelompok dan jenis pelayanan, Pasal 6 yang mengatur tentang persyaratan, pasal 7 yang mengatur tentang biaya, Pasal 8 yang mengatur tentang waktu pelayanan, Pasal 9 yang mengatur tentang prosedur, dan Pasal 10 yang mengatur tentang pelaporan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Badan Pertanahan Nasional harus mengadopsi teori yang dikembangkan Lembaga Administrasi Negara yang secara teoritik birokrasi pemerintahan memiliki tiga fungsi utama, yaitu; fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan, berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Fungsi utamanya, memberikan pelayanan (service) langsung

21 kepada masyarakat. Fungsi pembangunan, berhubungan dengan unit oganisasi pemerintahan yang menjalankan salah satu bidang tugas tertentu disektor pembangunan. Fungsi pokoknya adalah development function dan adaptive function. Fungsi pemerintahan umum, berhubungan dengan rangkaian kegiatan organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum (regulasi), temasuk di dalamnya menciptakan dan memelihara ketentraman dan keterti- ban. Fungsinya lebih dekat pada fungsi pengaturan (regulation function. Harapan masyarakat terhadap pelayanan pertanahan adalah aturan yang ada tersebut dapat mengilhami dan menginspirasi segenap elemen Badan Pertanahan Nasional untuk melakukan commitment to improve dari masa kemasa. Perubahan pola pikir atau paradigma pelayanan pertanahan wajib dilakukan secara berkesinambungan untuk menjadi lebih baik. Perlahan tapi pasti kontinuitas pelayanan berdasarkan best science dan best practice. Badan Pertanahan nasional akan mampu menjadi leading sector service pertanahan di Indonesia. Penentuan kualitas pelayanan tidaklah mudah, Hal ini tidak mudah, mengingat kesulitan menetapkan kualitas pelayanan disebabkan adanya berbagai dimensi perbedaan; antara harapan dan kenyataan, kepentingan warga negara secara langsung dan kepentingan Badan Pertanahan Nasional atau produsen secara tidak langsung. Oleh karena itu diperlukan penentuan standarisasi kualitas pelayanan dalam berbagai dimensi secara cermat, dan merepresentasikan kebutuhan masyarakat di daerah yang bersangkutan Konsep pendekatan manajerial yang dapat diterapkan Badan Pertanahan Nasional apabila menginginkan pelayanan publik berkualitas. Memberi pelayanan bagi organisasi publik adalah kewajiban dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Hambatan dan permasalahan yang harus dihadapi dan dicarikan solusi yang tepat dari kekurang sigapan aparatur dalam menginformasikan dan membantu pelanggan, sikap aparatur yang tidak simpatik dan cenderung kasar terkait tumpukan beban kerja yang terus bertambah dan menghantui setiap hari, tidak kompetennya staf dan tidak berpengalaman atau sampai kepada ketidakjujuran, atau adanya motif pribadi dalam memberikan layanan masyarakat. Penulis dalam meneliti terkait teori pelayanan publik memilih menggunakan teori tentang pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto karena dipandang sesuai, lebih tepat dan lebih mampu mengukur kinerja Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri dalam pelayanan administrasi pendaftaran tanah. Kinerja Indikator pengukuran

22 kinerja yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto 12 meliputi lima indikator, yaitu produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas Di dalam memberikan pelayanan pendaftaran tanah kepada masyarakat, Kantor Pertanahan di kabupaten Wonogiri mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam hal penanganan permasalahan dalam pelayanan peralihan hak atas tanah. Hal ini sesuai dengan visi Kantor pertanahan yaitu Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan berkelanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia. Produktivitas Kantor Pertanahan di kabupaten Wonogiri sudah cukup menampakkan hasil yang baik dalam rangka pelayanan pendaftaran tanah. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan pemohon yang positif mengenai upaya dari Kantor Pertanahan di kabupaten Wonogiri mengenai penjelasan kepada tiap pemohon yang belum mengerti syarat apa saja yang dibutuhkan dalam pendaftaran maupun peralihan hak atas tanah dan bagaimana prosedur yang harus dijalani. Pemohon yang semula tidak mengerti sama sekali tentang syarat-syarat dan prosedur yang telah ditentukan, setelah dijelaskan melalui loket informasi menjadi mengerti dan bisa melengkapi syarat- syarat yang telah ditentukan. Selain itu lebih dari setengah bahkan hampir semua permohonan peralihan hak atas tanah dapat diselesaikan tepat waktu dan juga tepat mutu Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting dalam pelayanan, menjelaskan kinerja organisasi pelayaan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidak puasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Oleh karena itu, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Kantor Pertanahan dalam rangka pelayanan sertifikasi tanah, di kabupaten Wonogiri sudah melakukan berbagai upaya terkait target dalam pelayanan untuk mengoptimalkan kedisplinan pegawai dengan standarisasi sumber daya manusia dalam mengikut pelatihan pegawai antara Provinsi supaya kualitas pelayanan pegawai lebih baik. Di dalam operasionalnya Kantor Pertanahan di kabupaten Wonogiri juga harus mampu menanggapi keluhan, tuntutan, kebutuhan masyarakat sehingga penanganan permasalahan dalam pendaftaran maupun peralihan hak atas tanah dapat berjalan 12 Agus Dwiyanto, Op.Cit, hlm. 50

23 sebagaimana yang telah direncanakan sehingga masyarakat tidak menemui kendala. Di dalam pelayanan sertifikasi tanah ini khususnya peralihan hak atas tanah ini, pihak Kantor Pertanahan di kabupaten Wonogiri telah menampung berbagai keluhan, aspirasi, dan tuntutan terkait dengan masalah dalam peralihan hak atas tanah dan juga telah memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui tim yang beranggotakan pegawai Kabupaten Wonogiri dan pegawai BPN. Sudah ada kesesuaian antara tanggapan yang diberikan oleh petugas Kantor Pertanahan di kabupaten Wonogiri terhadap harapan dan aspirasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. tetapi masih ada jawaban yang kurang memuaskan dari pihak pegawai BPN bagian loket informasi khususnya pelayanan dalam hal peralihan hak atas tanah. Akuntabilitas Kantor Pertanahan di kabupaten Wonogiri dapat didefinisikan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas penyelenggaraan pelayanan dalam pendaftaran tanah, lebih khususnya lagi dalam peralihan hak atas tanah kepada pihak yang memiliki hak dan dan kewenangan dalam meminta pertanggung jawaban tersebut. Pertanggung jawaban Kantor Pertanahan di kabupaten Wonogiri adalah kepada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) Di Kantor Pertanahan Wonogiri, untuk penanganan layanan pertanahan dan jangka waktu yang diperlukan meliputi berbagai layanan : perijinan, pengukuran, pemberian hak dan pendaftaran tanah yang dibuat di dalam tabel di bawah ini 13 : Tabel 1 Kegiatan Pelayanan Pertanahan No. Jenis Pelayanan Syarat Biaya Jangka Waktu 1. Pendaftaran tanah untuk pertama kali melalui Konversi, Pengakuan Hak dan Penegasan Hak sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau Identitas diri, luas, letak dan penggunaan yang dimohon, pernyataan tanah tidak 98 hari 13 Wawancara dengan Edi Mustofa, SH.MH. selaku Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri tanggal 19 Mei 2015

24 sengketa, pernyataan tanah dikuasai secara fisik. 2. Surat Kuasa apabila 3. Fotocopy identitas (KTP,KK) pemohon dan kuasa apabila yang telah oleh petugas loket 4. Bukti kepemilikan tanah/alas hak milik adat/bekas milik adat 5. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan, yang telah oleh petugas loket dan penye- rahan bukti SSB/BPHTB 6. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai ketentuan. 2. Pendaftaran 38 hari untuk tanah untuk tanah pertama kali pertanian melalui yang luasnya Pemberian hak tidak lebih Milik Identitas diri, luas, letak dan dari 2 Ha dan perorangan penggunaan yang dimohon, tanah non pernyataan tanah tidak pertanian sengketa, pernyataan tanah yang luasnya dikuasai secara fisik, dan tidak lebih pernyataan menguasai tanah dari tidak lebih dari 5 bidang M2 untuk permohonan rumah 57 hari untuk tinggal. tanah 2. Surat Kuasa apabila pertanian

25 yang luasnya 3. Fotocopy identitas (KTP,KK) lebih dari 2 pemohon dan kuasa apabila Ha dan tanah yang telah non pertanian yang luasnya oleh petugas loket lebih dari 4. Asli bukti perolehan tanah/ M2 s.d alas hak 5000 M2 5. Asli surat-surat bukti 97 hari untuk pelepasan hak dan perolehan tanah non tanah/pelunasan tanah dan pertanian rumah (rumah Gol. III) atau yang luasnya rumah yang dibeli dari lebih dari pemerintah 5000 M2 6. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan, yang telah oleh petugas loket dan penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan (saat pendaftaran hak) 7. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai ketentuan. 3. Pendaftaran 38 hari untuk tanah untuk tanah pertama kali pertanian melalui yang luasnya Pemberian hak cukup, didalam nya memuat : tidak lebih Milik Badan Identitas diri, luas, letak dan dari 2 Ha dan Hukum penggunaan yang dimohon, tanah non pernyataan tanah tidak pertanian sengketa, pernyataan tanah yang luasnya dikuasai secara fisik. tidak lebih

26 2. Surat Kuasa apabila dari M2 3. Fotocopy identitas (KTP,KK) 57 hari untuk pemohon dan kuasa apabila tanah yang telah pertanian yang luasnya oleh petugas loket lebih dari 2 4. fotocopi akta pendirian dan Ha dan tanah pengesahan badan hukum non pertanian yang telah dicocokan dengan yang luasnya aslinya oleh petugas loket lebih dari 5. Asli bukti perolehan tanah/ M2 s.d alas hak 5000 M2 6. SK penunjukan Badan 97 hari untuk Hukum yang dapat tanah non memperoleh Hak Milik dari pertanian kepala BPN yang luasnya 7. Surat ijin untuk memperoleh lebih dari hak milik dari Kepala BPN M2 8. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan, yang telah oleh petugas loket 9. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai ketentuan. 4. Pendaftaran 38 hari untuk tanah pertama luasan tanah kali melalui tidak lebih Pemberian hak M2 Guna Bangunan 57 hari untuk Perorangan Identitas diri, luas, letak dan tanah luasan penggunaan yang dimohon, lebih dari pernyataan tanah tidak M2 s.d sengketa, pernyataan tanah M2

27 dikuasai secara fisik, 97 hari untuk 2. Surat Kuasa apabila tanah luasan lebih dari 3. Fotocopy identitas (KTP,KK) M2 pemohon dan kuasa apabila yang telah oleh petugas loket 4. Asli bukti perolehan tanah/ alas hak 5. Surat pernyataan pemohon mengenai jumlah bidang dan status tanah-tanah yang telah dimiliki 6. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan, yang telah oleh petugas loket dan penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan (saat pendaftaran hak) 7. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai ketentuan. 5. Pendaftaran 38 hari untuk tanah untuk luasan tanah pertama kali tidak lebih melalui M2 Pemberian hak 57 hari untuk Guna Bangunan Identitas diri, luas, letak dan tanah luasan Badan Hukum penggunaan yang dimohon, lebih dari pernyataan tanah tidak M2 s.d sengketa, pernyataan tanah M2 dikuasai secara fisik. 97 hari untuk

28 2. Surat Kuasa apabila tanah luasan lebih dari 3. Fotocopy identitas (KTP,KK) M2 pemohon dan kuasa apabila yang telah oleh petugas loket 4. fotocopi Tanda Daftar Perusahaan, akta pendirian dan pengesahan badan hukum yang telah dicocokan dengan aslinya oleh petugas loket 5. Ijin Lokasi atau Surat Ijin Penunjukan Penggunaan Tanah 6. Proposal/Rencana Pengusahaan Tanah 7. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan, yang telah oleh petugas loket, dan penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan (saat pendaftaran hak) 8. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai ketentuan. 6. Pendaftaran 38 hari untuk tanah untuk tanah pertama kali pertanian melalui yang luasnya Pemberian hak tidak lebih Pakai Perorangan Identitas diri, luas, letak dan dari 2 Ha dan

29 WNI penggunaan yang dimohon, tanah non pernyataan tanah tidak pertanian sengketa, pernyataan tanah yang luasnya dikuasai secara fisik, tidak lebih 2. Surat Kuasa apabila dari M2 (kecuali 3. Fotocopy identitas (KTP,KK) tanah bekas pemohon dan kuasa apabila HGU) yang telah 57 hari untuk tanah oleh petugas loket pertanian 4. Asli bukti perolehan tanah/ yang luasnya alas hak lebih dari 2 5. Surat pernyataan pemohon Ha dan tanah mengenai jumlah bidang dan non pertanian status tanah-tanah yang telah yang luasnya dimiliki lebih dari 6. Foto copy SPPT PBB tahun M2 s.d berjalan, yang telah M2 97 hari untuk oleh petugas loket dan tanah non penyerahan bukti SSB pertanian (BPHTB) dan bukti bayar yang luasnya uang pemasukan (saat lebih dari pendaftaran hak) M2 7. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai ketentuan. 7. Pendaftaran 38 hari untuk tanah untuk tanah luasan pertama kali tidak lebih melalui dari Pemberian hak M2 Pakai Perorangan Identitas diri, luas, letak dan 57 hari untuk WNA penggunaan yang dimohon, tanah luasan

30 pernyataan tanah tidak lebih dari sengketa, pernyataan tanah M2 s.d dikuasai secara fisik, M2 2. Surat kuasa apabila 97 hari untuk tanah luasan 3. Fotocopy identitas (KTP,KK) lebih dari pemohon dan kuasa apabila M2, Surat Ijin Tinggal Tetap /Kartu Ijin Menetap yang dikeluarkan oleh kantor imigrasi, yang telah dicocokan dengan aslinya oleh petugas loket 4. Asli bukti perolehan tanah/ alas hak 5. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan, yang telah oleh petugas loket dan penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan (saat pendaftaran hak) 6. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai ketentuan. 8. Pendaftaran 38 hari untuk tanah untuk tanah pertama kali pertanian melalui yang luasnya Pemberian hak tidak lebih Pakai Badan Identitas diri, luas, letak dan dari 2 Ha dan Hukum penggunaan yang dimohon, tanah non Indonesia pernyataan tanah tidak pertanian sengketa, pernyataan tanah yang luasnya

31 dikuasai secara fisik. tidak lebih 2. Surat Kuasa apabila dari M2 (kecuali 3. Fotocopy identitas (KTP,KK) tanah bekas pemohon dan kuasa apabila HGU) yang telah 57 hari untuk tanah oleh petugas loket pertanian 4. Fotocopi Tanda Daftar yang luasnya Perusahaan, akta pendirian lebih dari 2 dan pengesahan badan hukum Ha dan tanah yang telah dicocokan dengan non pertanian aslinya oleh petugas loket yang luasnya 5. Ijin Lokasi atau Surat Ijin lebih dari Penunjukan Penggunaan M2 s.d Tanah M2 6. Bukti Perolehan tanah/alas 97 hari untuk hak tanah non 7. Proposal/Rencana pertanian Pengusahaan Tanah yang luasnya 8. Foto copy SPPT PBB tahun lebih dari berjalan, yang telah M2 oleh petugas loket, dan penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan (saat pendaftaran hak) 9. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai ketentuan. 9. Pendaftaran 38 hari untuk tanah untuk tanah pertama kali pertanian melalui yang luasnya

32 Pemberian hak tidak lebih Pakai Badan Identitas diri, luas, letak dan dari 2 Ha dan Hukum Asing penggunaan yang dimohon, tanah non pernyataan tanah tidak pertanian sengketa, pernyataan tanah yang luasnya dikuasai secara fisik. tidak lebih 2. Surat Kuasa apabila dari M2 (kecuali 3. Fotocopy identitas (KTP,KK) tanah bekas pemohon dan kuasa apabila HGU), Surat Ijin 57 hari untuk Tinggal Tetap /Kartu Ijin tanah Menetap yang dikeluarkan pertanian oleh kantor imigrasi, yang yang luasnya telah dicocokan dengan lebih dari 2 aslinya oleh petugas loket Ha dan tanah 4. Surat Keterangan non pertanian Berkedudukan di Indonesia yang luasnya 5. Ijin Lokasi atau Surat Ijin lebih dari Penunjukan Penggunaan M2 s.d Tanah M2 6. fotocopi akta pendirian 97 hari untuk Badan Hukum dari Notaris tanah non dan pengesahan badan hukum pertanian yang telah dicocokan dengan yang luasnya aslinya oleh petugas loket lebih dari 7. Bukti Perolehan tanah/alas M2 hak 8. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan, yang telah oleh petugas loket, dan penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal 16 Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya Badan Pertanahan Nasional. Pada tahun 1998 masih

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988, telah beberapa kali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Badan Pertanahan Nasional adalah suatu lembaga Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 24 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan lagi di Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II PROFIL PERUSAHAAN 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 80 TAHUN 2017

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 80 TAHUN 2017 BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANAHAN KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988, telah beberapa kali

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2013 PERTAHANAN. Pengadaan. Pembangunan. Badan Pertanahan Nasional. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT UTAMA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT UTAMA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL BADAN PERTANAHAN NASIONAL PUSAT LAMPIRAN : PERATURAN RI KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIS UTAMA DEPUTI BIDANG SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN (Deputi I) DEPUTI BIDANG HAK TANAH

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Badan Pertanahan Nasional. pembentukan Badan Pertanahan Nasional.Badan ini merupakan peningkatan dari

BAB III PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Badan Pertanahan Nasional. pembentukan Badan Pertanahan Nasional.Badan ini merupakan peningkatan dari BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjaun Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional,suatu lembaga non departemen yang terbentuk setelah di keluarkan nya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL LAMPIRAN VII SURAT EDARAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4/SE-100/IV/2017 TANGGAL : 7 April 2017 PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA 3.1 Sejarah Singkat Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Badan Pertanahan Nasional merupakan suatu lembaga yang dibentuk tanggal 19 Juli 1988, berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kewenangan Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali Pembentukan Kantor Pertanahan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Pada bab ini, penulis akan mencoba untuk menjelaskan lebih lanjut lagi mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

Total Tahun

Total Tahun RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DAN KEGIATAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (BERDASARKAN PERPRES NO.5 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1 PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL 1.444,6 1.631,8 1.862,0 2.033,3 1.1 Pengelolaan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI

MENTERI DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 133 TAHUN 1978 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT AGRARIA PROPINSI DAN KANTOR AGRARIA KABUPATEN/KOTAMADYA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa hubungan bangsa

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden.

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Organisasi Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah instansi pemerintah Non Departemen yang berkedudukan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Sambil menunggu penyerahan kewenangan di bidang pertanahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

MEMUTUSKAN : Sambil menunggu penyerahan kewenangan di bidang pertanahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah. Hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Berdasarkan keputusan presiden nomor 96/M/1993 tentang pembentukan Kabinet Pembangunan IV kegiatan pertanahan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Organisasi Badan Pertanahan Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Negara sebagai

Lebih terperinci

TENTANG WALIKOTA BEKASI,

TENTANG WALIKOTA BEKASI, BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 35 2010 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA SEKRETARIAT DAERAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

[ IKM UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG ] Tahun 2015

[ IKM UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG ] Tahun 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan Survei Kepuasan Masyarakat pada Tahun 2015. Pelayanan Publik

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 21 TAHUN 2007 SERI PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON *s NOMOR 67 TAHUN 2016, SERI D. 16 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR : 67 Tahun 2016 TENTANG FUNGSI, TUGAS POKOK DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN DI KAWASAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.111,2016 Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. ORGANISASI. TATA LAKSANA. Kedudukan. Susunan Organisasi. Tugas. Fungsi. Tata

Lebih terperinci

[ SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT ] Periode Tahun 2014

[ SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT ] Periode Tahun 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan Survei Kepuasan Masyarakat pada Kelurahan Blimbing Kecamatan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Tabel I. Alokasi Anggaran Tahun 2012 (dalam ribuan rupiah) KODE PROGRAM

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA SALINAN NOMOR 30/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara teoritik, Birokrasi Pemerintahan memiliki tiga fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum (LAN, 2007). a. Fungsi

Lebih terperinci

WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANAHAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

-1- URAIAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN

-1- URAIAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN -1- LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANAHAN DAN TATA RUANG DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANAHAN DAN TATA RUANG KOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 102 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANAHAN KOTA PEKANBARU DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok. 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok. 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. Bahwa dalam

Lebih terperinci

DRAFT BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG

DRAFT BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG DRAFT BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, adanya kebutuhan, penguasaan, dan penggunaan tanah pada umumnya

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Pasal 11 Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai uraian tugas : a. menyiapkan bahan program kerja perencanaan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

Pasal 11 Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai uraian tugas : a. menyiapkan bahan program kerja perencanaan sebagai pedoman pelaksanaan tugas; BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 78/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 78/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 78/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN KUNINGAN

Lebih terperinci

PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 59 TAHUN 2016

PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 59 TAHUN 2016 PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 59 TAHUN 2016 PELAYANAN PUBLIK DI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2016 S I S T E M A T I K A 1 2 3 4 ASAS,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, adanya kebutuhan, penguasaan,

Lebih terperinci

PROSES PEMECAHAN SERTIFIKAT TANAH HAK MILIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN JEPARA

PROSES PEMECAHAN SERTIFIKAT TANAH HAK MILIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN JEPARA PROSES PEMECAHAN SERTIFIKAT TANAH HAK MILIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN JEPARA TUGAS AKHIR Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Diploma III Manajemen Pertanahan Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Pertanahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa hubungan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N NOMOR 30/D, 2008 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum tingkat pelayanan publik di Indonesia saat ini masih rendah. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal yang menunjukkan

Lebih terperinci

3.1.2 Sejarah Kantor Pertanahan Kabupaten Subang

3.1.2 Sejarah Kantor Pertanahan Kabupaten Subang BAB III DESKRIPSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUBANG DAN PELAKSANAAN PLA 3.1 Deskripsi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang 3.1.1 Lokasi Kantor Pertanahan Kabupaten subang beralamat di jalan Mayjen Sutoyo

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LAMPIRAN II: Draft VIII Tgl.17-02-2005 Tgl.25-1-2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988, telah beberapa kali

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tanah merupakan kekayaan nasional dan modal dasar pembangunan, mempunyai dimensi ekonomi, politik,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59,2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 70 TAHUN 2016

BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 70 TAHUN 2016 BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci