BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT"

Transkripsi

1 BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT 4.1 Administrasi Kabupaten Bandung Barat adalah daerah ke-26 Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 15 kecamatan dengan 165 desa. Ibukota Kabupaten Bandung berada di Kecamatan Ngamprah. Dilihat dari sisi banyaknya desa, Kecamatan Lembang mempunyai jumlah desa terbanyak (16), adapun Kecamatan Parongpong dengan jumlah desa tersedikit (7). Secara geografis Kabupaten Bandung Barat terletak diantara 107 1,10' sampai dengan 107 4,40' Bujur Timur dan 6 3,73 sampai dengan 7 o 1,031 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah sekitar Ha (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007). Kecamatan terluas di kabupaten ini adalah Kecamatan Gununghalu dengan luas ,62 Ha (12,29 %) dan Kecamatan Ngamprah dengan luas 3.608,58 Ha (2,76 %). Luas kecamatan dan jumlah desa di Kabupaten Bandung Barat tertera pada Tabel 9 berikut ini Tabel 9 Administrasi Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Luas Ha % Jumlah Desa Cililin 8.154,52 6,23 11 Cihampelas 4.662,71 3,57 10 Sindangkerta ,79 9,20 11 Gununghalu ,62 12,29 9 Rongga ,00 8,65 8 Cipongkor 7.614,65 5,82 14 Batujajar 8.368,39 6,40 13 Lembang 9.826,54 7,44 16 Parongpong 4.339,38 3,45 7 Cisarua 5.536,41 4,24 8 Ngamprah 3.608,58 2,76 11 Padalarang 5.157,63 3,94 10 Cipatat ,69 9,59 12 Cipeundeuy ,66 7,74 12 Cikalongwetan ,81 8,68 13 Total ,40 100, Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

2 55 Adapun batas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut: Utara : Kecamatan Cikalong Kulon (Kabupaten Cianjur); Kecamatan Maniis, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Bojong, Kecamatan Wanayasa (Kabupaten Purwakarta); Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Cisalak (Kabupaten Subang) Timur : Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Margaasih, Kecamatan Soreang (Kabupaten Bandung); Kecamatan Cidadap, Kecamatan Sukasari (Kota Bandung); Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan (Kota Cimahi) Selatan : Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali (Kabupaten Bandung); Kecamatan Pagelaran (Kabupaten Cianjur) Barat : Kecamatan Campaka, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan Ciranjang dan Kecamatan Mande (Kabupaten Cianjur) Secara detail, visualisasi Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini. 4.2 Fisik Dasar Wilayah Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu: kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi luas ,4 Ha atau 36,9 % sedangkan kawasan budidaya pertanian ,89 Ha atau 52,19 % dan kawasan budidaya non pertanian ,45 Ha atau 9,58% dan lainnya 1.759,29 Ha atau 1,34%. Berdasarkan data perkembangan guna lahan di Kabupaten Bandung Barat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, dapat dilihat perkembangan luas lahan dari setiap kawasan telah terjadi konversi kawasan lindung menjadi budidaya baik perdesaan maupun perkotaan.

3 56

4 57 Tabel 10 Data Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun No JENIS GUNA LAHAN Total Luas (Ha) Persentase (%) Total Luas (Ha) Persentase (%) A B KAWASAN LINDUNG 1 kawasan lindung 48, , JUMLAH A 48, , KAWASAN BUDIDAYA 1 Kebun Campur a. kebun campur 13, , b. Perkebunan 13, , c. Sawah 22, , d. Sawah Tadah Hujan , e. Tegal/Ladang 19, , JUMLAH B1 68, , Budidaya Non Pertanian a. Bandara b. Industri , c. Institusi/fasum d. Jalan 1, , e. Jalan Kereta Api f. Lapangan Golf g. Pasar / Pertokoan h. Perumahan 9, , i. Stadion/ Lapangan C LAINNYA j. Taman k. Tambang JUMLAH B2 12, , JUMLAH B 80, , Tanah Kosong 1, , Rumput , Awan dan Bayangan JUMLAH C 1, , JUMLAH TOTAL A,B,C 130, , Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat Pada tahun 2004, kawasan lindung di Kabupaten Bandung Barat mencapai ,40 ha atau mencapai 36,95% dari luas keseluruhan Kabupaten Bandung Barat. Namun Pada tahun 2007 sudah mengalami penurunan dan hanya tertinggal sebanyak ,04 ha atau 14,65%. Kawasan budidaya pertaniaan di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2004 seluas ,89 ha atau sekitar 52,19% dari luas Kabupaten Bandung

5 58 Barat. Namun pada tahun 2007 sudah sudah mencapai ,16 ha atau sekitar 59,96% dari total keseluruhan Kabupaten Bandung Barat atau naik sekitar ,27 ha. Kawasan terbangun di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2004 seluas ,45 ha atau sekitar 9,58% dari luas Kabupaten Bandung Barat. Namun pada tahun 2007 sudah mencapai ,82 ha atau sekitar 19,73% dari total keseluruhan Kabupaten Bandung Barat atau naik sekitar ,372. Sedangkan untuk kawasan industri di Kabupaten Bandung Barat pada umumnya terjadi permintaan akan lahan. Permintaan akan perubahan fungsi lahan untuk kawasan industri pada umumnya terjadi pada Kecamatan Padalarang, Batujajar dan Cipatat. Keseluruhan kawasan industri di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007 berjumlah sebesar 2270,73 ha atau sebanyak 1,74% dari luas total Kabupaten Bandung Barat Sumber Daya Air Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai dengan sungai utamanya adalah Sungai (1) Citarum, (2) Cimahi, (3) Cibeureum, (4) Citarum Hulu, dan (5) Cikarial yang melewati Kecamatan (1) Cipongkor, (2) Cililin, (3) Cihampelas, dan (4) Batujajar. Seluruh Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Luas daerah tangkapan DAS Citarum ± ha. Selain itu, di Kabupaten Bandung Barat seperti di Kecamatan Cikalongwetan, Cipatat, Batujajar, Gununghalu dan Rongga relatif kering dengan debit sungai rata-rata kurang dari 200 m 3 /det. Sedangkan di wilayah lainnya debitnya lebih dari 200 m 3 /det, antara lain kecamatan-kecamatan : Cisarua (3 buah sungai, total debit m3/det) Lembang (10 buah sungai, total debit +244 m3/det) Di Kabupaten Bandung Barat terdapat 2 danau/situ alam dan 2 waduk, yaitu Situ Lembang dan Situ Ciburuy serta Waduk Saguling dan Cirata yang merupakan sumber tenaga listrik (PLTA).

6 59 Situ Ciburuy yang terdapat di Kecamatan Padalarang digunakan untuk irigasi dengan kapasitas penyimpanan sekitar 4 juta m 3. Situ Lembang digunakan untuk irigasi dan terletak di bagian hulu DAS Cimahi, kapasitanya sebesar 3,7 m 3 dengan daerah tangkapan situ tersebut diperkirakan 6,3 km 3. Waduk Saguling terletak di sungai Citarum yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Cililin, Batujajar, dan Cipongkor. Waduk tersebut digunakan untuk PLTA, irigasi dan penyediaan air minum. Kapasitas waduk direncanakan juta m 3. Waduk Cirata terletak ke arah hilir dari Waduk Saguling yang lokasinya berada di Kecamatan Cipeundeuy, volume direncanakan sekitar juta m 3, dengan ketinggian muka air m/dpl. Menurut RTRW Kabupaten Bandung Barat , sumber air bawah tanah di Wilayah Kabupaten Bandung dibagi ke dalam beberapa zona, yaitu: 1. Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m 3 per bulan. Penyebaran zona kritis pengambilan air tanah di Kabupaten Bandung Barat berada di Kecamatan Batujajar. 2. Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan bagi keperluan air minum dan rumah tangga dengan debit maksimum 100 m 3 per bulan. zona rawan untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Batujajar. Daerah resapan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Lembang dan Cisarua. 3. Daerah aman pengambilan air tanah, pengambilan baru diperbolehkan dengan debit 170 m 3 per hari dengan jumlah sumur terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Cikalongwetan, Padalarang, Ngamprah, dan Parongpong. 4. Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi peruntukan kecuali untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m 3 per bulan. Daerah resapan ini meliputi Kecamatan Lembang dan Cisarua. 5. Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah sehingga kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di daerah lembah untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan

7 60 maksimal 100 m 3 per bulan per sumur zona bukan cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga. Setelah tahun 1970, penambahan jumlah sumur bor di wilayah Cekungan Bandung meningkat tajam sehingga debit air yang dieksploitasi juga meningkat. Penurunan muka air tanah statis yang cukup signifikan antara 3,0 m/tahun hingga 18,80 m/th terdapat di Kecamatan Padalarang, Ngamprah, dan Batujajar. Menurut air tanah dangkal di Cekungan Bandung sebesat 129 juta m 3 per tahun, sedangkan air yang meresap ke dalam tanah sebasar 369 juta m 3 per tahun. Ini berarti potensi air tanah dangkal masih bisa diandalkan. Namun muka air tanah dangkal ini setiap tahun mengalami penurunan yang perlu diwaspadai, yang menunjukan pengambilan air tanah dangkal yang tidak merata (Tabel 11). Tabel 11 Muka Air Tanah di Daerah Padat Industri No. Kecamatan Muka Air Tanah Periode Juni Juli 1997 (m.bmt) Perubahan Muka Air Tanah (m/tahun) 1 Batujajar 2,50 11, Padalarang dan Ngamprah 3,95 5, Sumber : RTRW Kabupaten Bandung Barat Penurunan muka air tanah cukup signifikan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung Barat , air yang meresap pada akifer tengah adalah sebesar 102,0 juta m 3 /tahun, sedangkan air yang diambil melalui deep well sebesar 215,0 juta m 3 /tahun, sehingga muka air tanah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pengendalian dan pembatasan pemakaian air tanah tengah harus sudah dilaksanakan (Tabel 12). Tabel 12 Muka Air Tanah Akuifer Tengah Muka Air Tanah Perubahan Muka Air No. Wilayah Kecamatan Kondisi Awal Periode Tanah (tahun) Juni Juli 1997 (m/tahun) 1 Batujajar (1990) (-46.72) (-77.96) (-6.63) (-9.52) 2 Padalarang dan Ngamparah (1921) (-2.46) (-27.08) (-1.76) (-6.31) 3 Lembang -8 (-19.80) (-42.30) (-0.28) (-5.30) Sumber : RTRW Kabupaten Bandung Barat

8 61 Kawasan resapan air di Kabupaten Bandung Barat tersebar di Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Lembang. Berdasarkan hasil RTRW Kabupaten Bandung Barat , kondisi eksploitasi sumber daya air tanah berlebih di Kabupaten Bandung pada tahun 2000 dan 2006, beberapa kecamatan telah mengalami eksploitasi berlebihan di mana tingkat esploitasi air tanah telah melampaui daya dukung sumber daya air tanah. Dari data tersebut terlihat bahwa Kecamatan Batujajar dan Ngamprah adalah kecamatan yang eksploitasi air tanahnya berlebihan. Hal ini terjadi karena di kecamatan tersebut kegiatan industri banyak terdapat dan sebagian besar menggunakan air tanah dalam proses produksinya. Tabel 13 Kecamatan yang Mengalami Eksploitasi Sumber Daya Air Tanah No Kecamatan Eksploitasi Tahun 2000 Eksploitasi Tahun Padalarang Batujajar Cipatat Ngamprah Cililin Sindangkerta Cipongkor Gununghalu Cikalong Wetan Cipeundeuy Lembang Cisarua Parongpong + + Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat Keterangan : ( - ) Tingkat eksploitasi air tanah telah melampaui daya dukung sumber daya air tanah atau telah terjadi eksploitasi berlebihan ( + ) Tingkat eksploitasi air tanah belum melampaui daya dukung sumber daya air tanah dan masih mampu mendukung kegiatan 4.3 Perekonomian Daerah Ekonomi Makro Kabupaten Bandung Barat merupakan suatu wilayah yang tidak terpisahkan dari wilayah yang lebih luas yang tentunya juga akan terkait dengan pembangunan ekonomi wilayah yang lebih luas tersebut. Sebagai bagian Provinsi Jawa Barat dan Metropolitan Bandung,

9 Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Provinsi Jawa Barat PDRB Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2006 sebesar Rp ,04 (juta) atau sekitar 2,35 % PDRB Provinsi Jawa Barat. Persentase ini relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa kabupaten yang ada. Kabupaten bekasi adalah daerah yang mempunyai kontribusi tertinggi (17,22 %) terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat. Tentunya besar kecilnya PDRB sangat tergantung dari luas wilayah dan aktivitas ekonomi yang berlangsung. Tabel 14 Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No Wilayah PDRB (Juta Rupiah) Kontribusi (%) 1 Kab Bogor ,14 10,55 2 Kab Sukabumi ,38 3,12 3 Kab Cianjur ,79 2,98 4 Kab Bandung ,74 6,21 5 Kab Bandung Barat ,04 2,35 6 Kab Garut ,80 3,79 7 Kab Tasikmalaya ,14 1,99 8 Kab Ciamis ,88 2,57 9 Kab Kuningan ,71 1,53 10 Kab Cirebon ,70 2,80 11 Kab Majalengka ,59 1,62 12 Kab Sumedang ,21 1,82 13 Kab Indramayu ,37 5,14 14 Kab Subang ,69 2,64 15 Kab Purwakarta ,18 2,56 16 Kab Karawang ,21 6,11 17 Kab Bekasi ,46 17,22 18 Kota Bogor ,61 1,71 19 Kota Sukabumi ,61 0,83 20 Kota Bandung ,77 8,95 21 Kota Cirebon ,64 2,23 22 Kota Bekasi ,18 5,08 23 Kota Depok ,96 2,21 24 Kota Cimahi ,87 2,08 25 Kota Tasikmalaya ,28 1,44 26 Kota Banjar ,17 0,48 Jumlah ,14 100,00 Sumber: Jawa Barat dalam Angka, Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Metropolitan Bandung Metropolitan Bandung merupakan salah satu metropolitan utama di Indonesia. Kawasan ini ini meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi. Pada tahun

10 , Kabupaten Bandung Barat memberikan kontribuszsi terhadap perkembangan perekonomian Metropolitan Bandung sebesar 10,99 %. Tabel 15 Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat Terhadap PDRB Metropolitan Bandung Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No Wilayah PDRB (Juta Rupiah) Kontibusi (%) 1 Kota Bandung ,77 41,77 2 Kota Cimahi ,87 9,73 3 Kab Bandung ,74 29,00 4 Kab Bandung Barat ,04 10,99 5 Kab Sumedang ,21 8,51 Jumlah ,63 100,00 Sumber : Jawa Barat dalam Angka, Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Internal PDRB Kabupaten Bandung Barat tentunya dibentuk oleh sektor-sektor ekonomi yang ada. Dari 9 (sembilan) sektor yang ada, sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat, yaitu sebesar Rp ,64 (juta) atau 47,10 %. Adapun sektor yang memiliki kontribusi terendah adalah pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar Rp ,04 (juta) atau 0,46 %. Dapat dikatakan secara kasar, jika melihat dari struktur PDRB-nya, Kabupaten Bandung Barat sangat tergantung secara ekonomi pada sektor industri pengolahan. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16 Struktur PDRB Kabupaten Bandung Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No Sektor PDRB (juta rupiah) % 1 Pertanian 1,176, Pertambangan dan Penggalian 50, Industri Pengolahan 5,110, Listrik, Gas dan Air Bersih 750, Bangunan/Kontruksi 248, Perdagangan, Hotel & Restoran 1,965, Pengangkutan dan Komunikasi 706, Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan 285, Jasa Jasa 555, PDRB 10,849, Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Ekonomi per Kecamatan Kabupaten Bandung Barat

11 64 Masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki karakteristik perekonomian yang berbeda-beda. Ada beberapa kecamatan yang sangat dominan mendorong perekonomian Kabupaten Bandung Barat (ditandai dengan PDRB kecamatan yang relatif lebih besar); namun terdapat pula yang sangat lemah.. Untuk menlihat detail kontribusi PDRB per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Kontribusi PDRB Tiap Kecamatan Tahun 2006 Berdasarkan Atas Dasar Konstan Tahun 2000 No Kecamatan PDRB (Juta Rupiah) Kontribusi (%) 1 Cililin ,49 4,08 2 Cihampelas ,16 3,88 3 Sindangkerta ,02 2,94 4 Gununghalu ,56 3,14 5 Rongga ,23 1,93 6 Cipongkor ,81 3,01 7 Batujajar ,31 11,01 8 Lembang ,45 10,56 9 Parongpong ,75 4,73 10 Cisarua ,30 4,19 11 Ngamprah ,29 10,14 12 Padalarang ,40 19,07 13 Cipatat ,22 11,88 14 Cipeundeuy ,01 3,14 15 Cikalongwetan ,04 6,30 Jumlah ,04 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007 Dari Tabel 17 di atas dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Padalarang mempunyai kontribusi PDRB terbesar, yaitu Rp ,40 (juta) atau 19,07 %. Kecamatan lainnya yang mempunyai kontribusi relatif besar adalah: (1) Cipatat, (2) Batujajar, (3) Lembang, (4) Ngamprah. Adapun kecamatan yang mempunyai PDRB relatif rendah adalah: (1) Rongga, (2) Sindangkerta, (3) Cipongkor, (4) Gununghalu, (5) Cipeundeuy Produk Domestik Regional Bruto per Kapita

12 65 Pada dasarnya PDRB per kapita atau lebih jamaknya digunakan istilah pendapatan per kapita adalah rata-rata nilai tambah bruto yang dihasilkan setiap penduduk. Meskipun seringkali digunakan sebagai indikator kesejahteraan penduduk, namun komponen ini sebenarnya masih terlalu kasar untuk digunakan sebagai indikator riil kesejahteraan penduduk. Besarnya PDRB per kapita bervariasi di tiap kecamatan. PDRB per kapita berada di Kecamatan Padalarang, yaitu Rp ,64 / jiwa. Adapun kecamatan yang memilki PDRB per kapita paling rendah adalah Kecamatan Rongga, yaitu Rp ,95 / jiwa. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini. Tabel 18 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Barat Tahun-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No Kecamatan PDRB Per Kapita (Rp/Jiwa) 1 Cililin ,86 2 Cihampelas ,59 3 Sindangkerta ,89 4 Gununghalu ,96 5 Rongga ,95 6 Cipongkor ,89 7 Batujajar ,55 8 Lembang ,98 9 Parongpong ,28 10 Cisarua ,20 11 Ngamprah ,65 12 Padalarang ,64 13 Cipatat ,49 14 Cipeundeuy ,90 15 Cikalongwetan ,05 Rata-Rata ,37 Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007, Diolah Ekonomi Sektoral Industri Seperti telah dibahas pada sub-bab sebelumnya jika sektor industri merupakan sektor ekonomi yang dominan di Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan industri hanya memusat di beberapa kecamatan saja. Kawasan industri dan sentra

13 66 industri hanya terdapat di Kecamatan Padalarang, adapun LIK/PIK juga banyak terdapat di Kecamatan Padalarang. Jumlah industri besar dan sedang terbanyak berada di Kecamatan Padalarang. Beberapa jenis industri kecil yang paling banyak terdapat di Kabupaten Bandung Barat adalah anyaman (1.253 unit) dan makanan (1.410 unit). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19 Pemusatan dan Jumlah Industri Jumlah Industri (unit) No Kecamatan Industri Besar Industri Sedang Kulit Kayu Logam Anyaman Industri Kecil Gerabah Kain Makanan Lainnya 1 Cililin Cihampelas Sindangkerta Gununghalu Rongga Cipongkor Batujajar Lembang Parongpong Cisarua Ngamprah Padalarang Cipatat Cipeundeuy Cikalongwetan Total Sumber: PODES BPS Pusat, Perdagangan dan Jasa Sarana perdagangan yang paling banyak terdapat di kabupaten ini adalah toko kelontong yang berjumlah unit dan tersebar di setiap kecamatan. Toko kelontong banyak terdapat di Kecamatan Lembang dengan jumlah unit. Sarana perdagangan dengan jumlah paling sedikit adalah pasar non permanen dengan jumlah 42 unit dan hanya tersebar di 9 (sembilan) kecamatan. Tabel 20 Jumlah Sarana Perdagangan No Kecamatan Pasar Non Swalayan Restoran Kedai Toko

14 67 Permanen Makan Kelontong 1 Cililin Cihampelas Sindangkerta Gununghalu Rongga Cipongkor Batujajar Lembang Parongpong Cisarua Ngamprah Padalarang Cipatat Cipeundeuy Cikalongwetan Jumlah Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 PODES Sarana jasa yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Bandung Barat adalah koperasi dengan jumlah keseluruhan 157 unit yang tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan Sindangkerta dan Rongga merupakan kecamatan yang hanya memiliki 1 (satu) jenis sarana jasa yaitu koperasi. Tabel 21 Jumlah Sarana Jasa No Kecamatan Hotel Penginapan Bank Umum Koperasi BPR 1 Cililin Cihampelas Sindangkerta Gununghalu Rongga Cipongkor Batujajar Lembang Parongpong Cisarua Ngamprah Padalarang Cipatat Cipeundeuy Cikalongwetan Jumlah Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 PODES Pertanian

15 68 Sektor pertanian akan dibagi dalam beberapa sub-sektor, yaitu: (1) tanaman pangan, (2) perkebunan, (3) peternakan, (4) perikanan, (5) kehutanan. A. Tanaman Pangan Padi dan Palawija Tanaman padi dan palawija ini terdiri dari padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kecang hijau, kacang tanah dan kacang merah. Komoditas padi merupakan komoditas produksi padi dan palawija yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar ton. Sedangkan produksi komoditas kacang hijau merupakan komoditas yang paling kecil yaitu sebesar 51 ton. Tabel 22 Produksi Komoditas Padi dan Palawija No Jenis Tanaman Produksi (ton) 1 Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Kedelai Kacang Hijau 51 8 Kacang Tanah Kacang Merah Jumlah Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 Hortikultura Komoditas pada subsektor hortikultura terdiri dari 16 komoditas, yaitu bawang daun, bawang merah, bawang putih, kubis, tomat, cabe, kentang, sawi, kacang panjang, buncis, terung, ketimun, kangkung, bayam, labu siam dan wortel. Komoditas labu siam merupakan komoditas produksi hortikultura yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar ton. Adapun komoditas bawang putih sama sekali tidak terdapat di Kabupaten Bandung Barat. Tabel 23 Produksi Komoditas Hortikultura

16 69 No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Bawang Daun Bawang Merah Bawang Putih 0 4 Kubis Tomat Cabe Kentang Sawi Kacang Panjang Buncis Terung Ketimun Kangkung Bayam Labu Siam Wortel Jumlah Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 Buah-Buahan Sub-sektor buah-buahan terdiri dari 15 komoditas dengan buah pisang sebagai komoditas yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar ton, sedangkan produksi komoditas buah manggis merupakan komoditas yang produksinya paling kecil di yakni sebesar 64 ton. Tabel 24 Produksi Komoditas Buah-Buahan No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Pisang Pepaya Rambutan Alpukat Durian Belimbing Mangga Jeruk Nangka Manggis Nenas Salak Sawo Sirsak Sukun 397 Jumlah Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 Tanaman Hias

17 70 Sub-sektor tanaman hias tediri dari 11 komoditas, yaitu anggrek, anthurium, gladiul, heliconia, krisan, mawar, melati, palem, sedap malam, gerbera, anyelir. Tanaman krisan mempunyai produksi terbanyak yaitu tangkai. Tabel 25 Produksi Komoditas Tanaman Hias No Komoditas Produksi (tangkai) 1 Anggrek Anthurium Gladiul Heliconia Krisan Mawar Melati Palem Sedap Malam Gerbera (Hebras) Anyelir Jumlah Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 Tanaman Obat-Obatan Sub-sektor tanaman obat-obatan tediri dari 9 komoditas, yaitu jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temu lawak, keji beling, kapulga, mengkudu. Tanaman lengkuas mempunyai produksi terbanyak yaitu kg. Tabel 26 Produksi Komoditas Tanaman Obat-Obatan No Komoditas Produksi (kg) 1 Jahe 3,562,750 2 Lengkuas 5,508,831 3 Kencur 298,261 4 Kunyit 1,893,442 5 Lempuyang 70,101 6 Temu Lawak 74,434 7 Keji Beling 91 8 Kapulaga Mengkudu 20,038 Jumlah 11,428,428 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 B. Perkebunan

18 71 Komoditas sub-sektor perkebunan berjumlah 8 komoditas, yaitu karet, cacao, aren, kelapa, kopi, teh, cengkeh dan melinjo. Komoditas karet merupakan komoditas produksi perkebunan yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar ,53 ton. Sedangkan produksi komoditas cengkeh merupakan komoditas yang produksinya paling kecil yakni sebesar 66,38 ton. Tabel 27 Produksi Komoditas Perkebunan No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Karet ,53 2 Cacao 374,63 3 Aren ,00 4 Kelapa 797,40 5 Kopi 221,99 6 Teh 145,84 7 Cengkeh 66,38 8 Melinjo 60,39 Jumlah ,16 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 C. Peternakan Komoditas sub-sektor peternakan terdiri dari 2 tipe ternak dengan 7 komoditas, yaitu ternak besar (sapi, kerbau, kuda, domba dan kambing) dan ternak kecil (ayam dan itik). Komoditas ayam merupakan komoditas yang jumlahnya paling besar yakni sebesar ekor. Sedangkan kerbau merupakan komoditas yang jumlahnya paling kecil yakni sebesar ekor. Tabel 28 Produksi Komoditas Peternakan No Jenis Ternak Besar & Kecil Jumlah (ekor) 1 Sapi Kerbau Kuda Domba Kambing Ayam Itik Jumlah Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 D. Perikanan

19 72 Menurut tempat pemeliharaannya, produksi ikan di Kabupaten Bandung Barat terdiri dari kolam air tenang, mina padi, kolam jaring apung, dan perairan umum. Produksi perikanan yang terbesar di Kabupaten Bandung Barat berasal dari kolam jaring apung yaitu sebesar yaitu sebesar ton. Sedangkan produksi ikan mina padi menghasilkan ikan paling kecil yaitu sebesar 112 ton. Tabel 29 Produksi Komoditas Perikanan No Tempat Pemeliharaan Produksi (ton) 1 Kolam Air Tenang 464,0 2 Mina Padi 112,0 3 Kolam Jaring Apung ,0 4 Perairan Umum 524,2 Jumlah ,2 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 E. Kehutanan Penggunaan lahan kawasan hutan di Kabupaten Bandung sebesar kurang lebih 26 %. Demikian juga dengan produksi hasil hutan berupa kayu pertukangan, kayu bakar dan getah pinus, rumput gajah. Tabel 30 Produksi Hasil Hutan No Komoditas Produksi Satuan 1 Getah Pinus Kg 2 Rumput Gajah Kg 3 Kayu Pertukangan Batang 4 Hasil Hutan Lainnya Batang Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun Wisata Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat banyak merupakan jenis wisata alam. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat ini dibagi menjadi 3 (tiga) zona. yaitu: (1) Bandung Utara. (2) Bandung Selatan dan (3) Bandung barat. Kecamatan Lembang merupakan kecamatan dengan objek wisata terbanyak, yaitu 10 obyek wisata. Ada 3 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang tidak mempunyai obyek wisata sama sekali, yaitu Kecamatan Rongga, Cihampelas, dan Batujajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 31 berikut ini. Tabel 31 Objek Wisata Berdasarkan Zona

20 73 Zona Lokasi Nama Objek Wisata Bandung Utara Kecamatan Lembang Gunung Tangkubanparahu Bumi Perkemahan Cikole Penangkapan Buaya Cikole Maribaya Yunghun Situ Lembang Jaya Giri (Lintas Hutan)-Lembang Situ Umar THR Juanda. Gua Jepang Wisata Ilmiah Observatarium Boscha Curug Omas Kecamaatn Cisarua Curug Panganten Curug Cimahi Kecamatan Parongpong Taman Bunga Cihideung Taman Wisata Berkuda Bandung Selatan Kecamatan Sindangkerta Gunung Padang Bandung Barat Kecamatan Padalarang Situ Ciburuy Kecamatan Cipatat Gua Pawon Gua Terusan air Sanghiang Tikoro Waduk Saguling Pemandian Air Panas Cisameng Curug Jawa Kecamatan Ngamprah Air Panas Cibaligo Kecamatan Cikalongwetan Bumi Perkemahan Sela Gombong Perkebunan Teh Panglejar Kecamatan Cipendeuy Waduk Cirata Kecamatan Cililin Bumi Perkemahan Curug Sawer Obyek wisata Situs Batu Payung Obyek wisata Situs Mundinglaya Kecamatan Gununghalu Curug Malela Kecamatan Cipongkor Tiga Walilulloh Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Bandung Barat Aksesibilitas menuju objek wisata bisa dilihat salah satunya dari jarak tempuh dari pusat kota (Kota Bandung). Setiap objek wisata mempunyai jarak tempuhnya masing-masing dimana Taman Bunga Cihideung merupakan objek wisata terdekat dari Kota Bandung dan objek wisata yang berada di Kecamatan Cipeundeuy mempunyai jarak paling jauh. Jarak tempuh menuju obyek wisata ini tentunya bisa mempengaruhi orang untuk mengunjungi obyek wisata yang ada. Namun menurut data yang ada, obyek wisata Gunung Tangkuban Perahu mempunyai jumlah pengunjung terbanyak meski jaraknya relatif sangat jauh. Hal ini tentunya berkaitan dengan nilai historis, promosi, fasilitas, dan berbagai hal yang terkait lainnya sehingga membuat objek wisata menjadi menarik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 32 dan Tabel 33 berikut ini. Tabel 32 Nama dan Lokasi Objek Wisata

21 74 No Kecamatan Jarak dari Pusat Kota (Km) Nama Objek Wisata 1 Lembang 30 Gunung Tangkuban Perahu 2 Lembang 41 Wana wisata Cikole 3 Lembang 45 Jaya giri (lintas Hutan) 4 Lembang 44 Situ Lembang 5 Lembang 26 Maribaya 5 Lembang 20 Teropong Bintang Boscha 6 Lembang 26 Curug Omas 7 Lembang 20 Yunghun 7 Cisarua 18 Curug Panganten 9 Parongpong 17 Taman Bunga Cihideng 10 Sindangkerta 37 Gunung Padang 11 Padalarang 22 Situ Ciburuy 12 Cipatat 28 Goa Pawon 13 Cipatat 28 Air Panas Cisameng 14 Cipatat 28 Saguling 15 Cipatat 28 Curug Bedil 16 Cipatat 45 Sanghilang Tikoro 17 Cipatat 48 Waduk Saguling 18 Ngamprah 20 Air Panas Cibaligo 19 Cikalong Wetan 38 Wana Wisata Sela Gombong 20 Cipeundeuy 49 Waduk Cirata 21 Cililin 30 Bumi Perkemahan Curug Sawer 22 Cikalong Wetan 36 Perkebunan The Panglejar 23 Gununghalu 45 Curug Malela 24 Cipongkor 42 Tigawalilullah 25 Cipeundeuy 49 Gunung Kuda Sumber : Dinas Pariwisata kabupaten Bandung Barat Tabel 33 Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata No Nama ODTW Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Nusantara Total 1 Gunung Tangkuban Perahu THR Juanda Wana Wisata Cikole Wana Wisata Jayagiri Situ Lembang Taman Wisata Maribaya Observatorium Boscha Curug Omas Wisata Bunga Cihideung Taman Yunghun Taman Wisata Oray Tapa Taman Wisata Batu Kuda Situ Ciburuy Gua Pawon Arum Jeram (Saguling) Sanghiang Tikoro Waduk Saguling Waduk Cirata Wana Wisata Curug Sawer Jumlah Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat Pertambangan dan Penggalian

22 75 Di Kabupaten Bandung Barat, bahan batuan dan tanah, berlangsung di beberapa tempat. Di beberapa lokasi, batuan dimanfaatkan sebagai bahan batu gali seperti terdapat di daerah Cililin dan Lembang. Batuan di Batujajar pada umumnya berupa batuan beku (lava intrusiv) yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan galian. Khusus untuk perbukitan Rajamandala kaya akan batu gamping sebagai bahan baku industri kapur, marmer dan semen serta terdapat pula batu andesit, kaolin dan pasir kuarsa. Tabel 34 Pertambangan Umum No Kecamatan Jumlah Luas Areal Jenis Tambang Perusahaan (Ha) A. Ekploitasi 1 Batujajar 10 Andesit 81,94 2 Cililin 5 Andesit 23,55 3 Cipatat 14 Marmer, Pasir, Kuarsa 118,97 4 Padalarang 10 Pasir, Kapur, Andesit 61,03 5 Cikalongwetan 1 Pasir 5,00 B. Eksplorasi 1. Cipatat 1 Pasir 1.573,20 Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat Sosial Kependudukan Pada dasarnya, bahasan tentang sosial kependudukan dapat dibagi menjadi 2 (dua) hal utama, yaitu: (i) kependudukan, (ii) ketenagakerjaan Jumlah Penduduk Pada tahun 2007, jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kecamatan yang mempunyai paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Lembang dengan penduduk berjumlah jiwa atau sebesar 11,10 % jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Rongga, yaitu jiwa atau 3,85 % dari penduduk Kabupaten Bandung Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35 Jumlah Penduduk

23 76 Jumlah Penduduk (jiwa) No Kecamatan L P Total Distribusi (%) 1 Cililin ,78 2 Cihampelas ,59 3 Sindangkerta ,32 4 Gununghalu ,98 5 Rongga ,85 6 Cipongkor ,64 7 Batujajar ,33 8 Lembang ,10 9 Parongpong ,82 10 Cisarua ,27 11 Ngamprah ,15 12 Padalarang ,16 13 Cipatat ,06 14 Cipeundeuy ,49 15 Cikalong Wetan ,46 Jumlah Sumber: Suseda Kabupaten Bandung Barat 2007 Distribusi penduduk yang relatif rendah pada umumnya terdapat di Kecamatan Cipatat, Cipeundeuy, Cikalongwetan, Rongga, Sindangkerta dan Gununghalu atau yang relatif bercirikan perdesaan Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Dengan luas ,4 ha dan jumlah penduduk sebesar jiwa, kepadatan penduduk di Kabupaten Bandung Barat adalah 11 jiwa/ha pada tahun Banyak kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang mempunyai kepadatan di atas rata-rata, yaitu Kecamatan Cihampelas, Lembang, Parongpong, Ngamprah, Padalarang. Kecamatan Ngamprah sendiri mempunyai kepadatan tertinggi diantara lainnya, yaitu 37 jiwa/ha. Kecamatan Gununghalu adalah kecamatan dengan kepadatan terendah, yaitu 7 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 36 berikut ini. Tabel 36 Kepadatan Penduduk

24 77 No Kecamatan Luas (ha) Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/ha) 1 Cililin 8154, Cihampelas 4662, Sindangkerta 12034, Gununghalu Rongga 7614, Cipongkor 8368, Batujajar 9826, Lembang 9826, Parongpong 4339, Cisarua 5536, Ngamprah 3608, Padalarang 5157, Cipatat 12549, Cipeundeuy 10124, Cikalongwetan 11207, Jumlah , Sumber: Suseda Kabupaten Bandung 2007, Diolah Penduduk Menurut Angkatan Kerja Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas; bedanya penduduk bukan angkatan kerja adalah penduduk yang tidak bekerja karena alasan sekolah. mengurus rumah tangga. dan lainnya. Pada tahun 2007, jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja relatif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja, yaitu penduduk yang bukan merupakan angkatan berjumlah jiwa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk angkatan kerja yang berjumlah jiwa. Mayoritas penduduk bukan angkatan kerja adalah karena mengurus rumah tangga dengan jumlah jiwa. Hal ini tentunya terkait dengan partisipasi wanita dalam aktivitas pekerjaan. Kecamatan Lembang merupakan kecamatan yang jumlah penduduk angkatan kerjanya terbanyak, yaitu Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk angkatan kerjanya paling sedikit adalah Kecamatan Cipongkor yaitu jiwa. Pada dasarnya kategori angkatan kerja yang sedang mencari kerja adalah pengangguran terbuka. Adapun kategori angkatan kerja yang bekerja biasa disebut sebagai tenaga kerja. Dilihat dari jumlahnya, tampaknya tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bandung Barat relatif tinggi (rasio antara angkatan kerja

25 78 mencari kerja dengan angkatan kerja bekerja). Untuk lebih jelasnya pada Tabel 37. Tabel 37 Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja Angkatan Kerja (jiwa) Bukan Angkatan Kerja (jiwa) No. Kecamatan Bekerja Mencari Kerja Jumlah Sekolah Mengurus RT Lainnya Jumlah Jumlah 1 Cililin Cihampelas Sindangkerta Gununghalu Rongga Cipongkor Batujajar Lembang Parongpong Cisarua Ngamprah Padalarang Cipatat Cipeundeuy Cikalongwetan Total Sumber: Suseda. Kabupaten Bandung Tahun Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa tenaga kerja adalah angkatan kerja yang bekerja. Tenaga kerja dapat dikategorikan berdasarkan lapangan usaha, yaitu: (i) pertanian, (ii) industri, (iii) perdagangan, (iv) jasa, (v) lainnya. Jumlah tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian, yaitu jiwa atau 34,16 %. Tenaga kerja pertanian terbanyak ada di Kecamatan Lembang ( jiwa) dan Cisarua ( jiwa). Jumlah tenaga kerja tersedikit adalah di sektor industri, yaitu jiwa atau 22,76 %. Tenaga kerja industri paling banyak terdapat di Kecamatan Ngamprah ( jiwa). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 38.

26 79 Tabel 38 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha No Kecamatan Jumlah Tenaga Kerja (jiwa) Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya Jumlah (jiwa) 1 Cililin , Cihampelas , Sindangkerta , Gununghalu , Rongga , Cipongkor , Batujajar , Lembang , Parongpong , Cisarua Ngamprah , Padalarang , Cipatat , Cipeundeuy , Cikalongwetan , Jumlah Persentase (%) Sumber: Suseda. Kabupaten Bandung Tahun Lembaga dan Keuangan Daerah Lembaga Daerah Pada tahun 2008 awal. struktur organisasi pemerintahan daerah (SOPD) Kabupaten Bandung Barat terdiri atas 8 (delapan) dinas. 1 (satu) badan. 3 (tiga) sekretariat. dan 4 (empat) kantor. Setiap unit dalam struktur ini mempunyai fungsi dan wewenang membantu Bupati Kabupaten Bandung Barat untuk mewujudkan dan menjalankan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bandung Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 39 Tabel 39 Struktur Organisasi Perangkat Daerah No Lembaga Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat Jumlah Pegawai (Jiwa) Dinas 1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Kesehatan dan Sosial Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pertanian. Perkebunan. Peternakan dan Perikanan Dinas Perhubungan. Pariwisata. Komunikasi dan Informasi 84 6 Dinas Perindustrian. Perdagangan. Koperasi dan Penanaman Modal Dinas Kependudukan. Catatan Sipil. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pendapatan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 100

27 80 Lanjutan Tabel 39 No Lembaga Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat Jumlah Pegawai (Jiwa) Sekretariat 9 Seketariat Daerah Sekretariat DPRD Sekretariat KPU 13 Badan 12 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) 32 Kantor/Lain-Lain 13 Kantor Lingkungan Hidup Kantor Kesatuan Bangsa. Politik dan Perlindungan Masyarakat Kantor Perpustakaan. Arsip dan Data Elektronik Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Inspektorat Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan (15) 319 Sumber: Badan Kepegawaian. Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Bandung Barat Keuangan Daerah Pendapatan Pada dasarnya struktur keuangan Kabupaten Bandung Barat terdiri dari (i) pendapatan. (ii) belanja. dan (iii) pembiayaan daerah. Sumber penerimaan (pendapatan) daerah. terdiri atas: (i) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari: Pajak Daerah. Restribusi Daerah. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah; (ii) Dana Perimbangan yang meliputi: Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak. Dana Alokasi Umum (DAU). dan Dana Alokasi Khusus (DAK); (iii) Lain-lain pendapatan daerah yang sah. meliputi: Hibah. Dana Darurat. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. serta Dana Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah lainnya. Secara keseluruhan. struktur pendapatan Kabupaten Bandung Barat masih banyak bergantung pada dana perimbangan. hal ini menyebabkan ketergantungan pada pusat terlalu besar. Tabel 40 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah No Uraian Jumlah (Rp) % 1 Pendapatan Asli Daerah , Pajak daerah , Retribusi daerah , Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan , Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah ,27

28 81 Lanjutan Tabel 40 No Uraian Jumlah (Rp) % 2 Dana Perimbangan , Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak , Dana alokasi umum , Dana alokasi khusus ,62 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , Hibah , Dana darurat 0, Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya , Dana penyesuaian dan otonomi khusus , Bantuan keuangan dari pemerintah daerah lainnya ,40 Jumlah Pendapatan ,00 Sumber: DP2AKD Kabupaten Bandung Barat. Tahun 2008 Dari Tabel 40 di atas dapat dilihat bahwa dominasi sumber penerimaan APBD Kabupaten Bandung Barat. adalah dari Dana Alokasi Umum sebesar Rp (70,46 %). Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bandung Barat sendiri sejumlah Rp (4,30 %). Tentunya hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi kemandirian Kabupaten Bandung Barat khususnya dalam hal finansial Belanja Secara umum. belanja daerah dapat dibagi menjadi belanja langsung dan tidak langsung. Belanja langsung erat kaitannya dengan belanja rutin daerah termasuk belanja pegawai (Rp ) yang menyedot sebagian besar pos ini. Adapun belanja langsung erat kaitannya dengan pelaksanaan program dan proyek di setiap SKPD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 41 Rincian Belanja Daerah No Uraian Jumlah (Rp) % 1 Belanja Tidak Langsung , Belanja pegawai , Belanja bunga 0 0, Belanja subsidi 0 0, Belanja hibah , Belanja bantuan sosial , Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintahan Desa , Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desa , Belanja Tidak Terduga ,14

29 82 Lanjutan Tabel 41 No Uraian Jumlah (Rp) % 2 Belanja Langsung , Belanja pegawai , Belanja Barang dan Jasa , Belanja Modal ,06 Belanja Daerah ,00 Sumber: DP2AKD Kabupaten Bandung Barat. Tahun Kebijakan Pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat tentunya harus melihat dari kebijakan yang ada khususnya yang berkaitan dengan perencanaan pengembangan wilayah, perencanaan pembangunan daerah, dan perencanaan tata ruang. Kebijakan yang akan dipaparkan adalah: (1) Rencana Tata Ruang Jawa Bali, (2) RTRW Provinsi Jawa Barat , (3) RPJMD Provinsi Jawa Barat , (4) RTRW Kabupaten Bandung Barat , (5) RPJPD Kabupaten Bandung Barat , (6) RPJMD Kabupaten Bandung Barat Dalam konteks regional, Kabupaten Bandung Barat bersama Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kota Bandung masuk dalam Metropolitan Bandung. Namun seringkali istilah Metropolitan Bandung juga disebut sebagai Bandung Raya. Untuk menyamakan definsi, dalam penelitian ini dipakai istilah Metropolitan Bandung. Metropolitan Bandung saat ini merupakan salah satu kawasan yang mempunyai peranan penting di tingkat regional Provinsi Jawa Barat dan nasional Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali Dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali, Metropolitan Bandung mempunyai fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan jenis pelayanan: (1) jasa pemerintahan, (2) pendidikan, (3) jasa perdagangan, (4) pariwisata, dan (6) industri. Khusus bagi kawasan perkotaan Metropolitan Bandung sebagai pusat pelayanan primer (selain Jabodetabek, Gerbangkertosusila, dan Perkotaan

30 83 Denpasar) fokusnya adalah upaya pengendalian pengembangan secara fisik dengan memperhatikan daya dukung lingkungannya. Adapun pembangunan sistem jaringan jalur kereta api di Metropolitan Bandung dikembangkan dengan prioritas tinggi. Oleh karena itu, kereta api merupakan sarana transportasi strategis bagi pengembangan wilayah Pengelolaan Ruang Ada beberapa hal penting menyangkut pengelolaan ruang di Metropolitan Bandung yang berkaitan dengan wilayah Kabupaten Bandung Barat, yaitu pengelolaan pada: 1. Kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya dengan mempertahankan keberadaan zona-zona resapan tinggi 2. Kawasan yang suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi CA Gunung Tangkuban Perahu (1.290 ha) 3. Taman wisata alam dan taman buru meliputi TWA Tangkuban Perahu (370 ha) 4. Kawasan rawan bencana lingkungan dengan mengendalikan perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya dari bencana gerakan tanah atau longsor 5. Kawasan perkebunan dimana Metropolitan Bandung masuk di dalamnya 6. Kawasan pariwisata memantapkan kota pusat pelayanan wisata 7. Kawasan industri yang meliputi upaya untuk memanfaatkan industri teknologi tinggi dan non polutif 8. Kawasan permukiman meliputi upaya untuk mengendalikan pengembangan metropolitan 9. Kawasan andalan dimana Metropolitan Bandung termasuk di dalamnya Strategi Pengembangan Metropolitan Bandung Ada beberapa strategi pengembangan Metropolitan Bandung yang terdapat dalam RTR Jawa Bali. Beberapa strategi kurang terkait dengan Kabupaten Bandung Barat; beberapa ada yang terkait. Strategi pengembangan tersebut adalah sebagai berikut:

31 84 1. Mempertahankan fungsi Metropolitan Bandung sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk seluruh wilayah nasional, dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah 2. Mendorong keterpaduan penataan kota antara Kota Bandung sebagai kota inti dan kota-kota Cimahi, Soreang, dan Jatinangor sebagai kota satelit. 3. Memantapkan pembagian peran dan fungsi kota Cimahi sebagai pusat jasa dan perdagangan dan Soreang sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, agroindustri dan permukiman. 4. Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) di koridor Bandung-Soreang dan Bandung-Cimahi. 5. Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Bandung dengan kota-kota satelitnya melalui penataan pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas pelayanan transportasi di sepanjang koridor Bandung-Soreang dan Bandung-Cimahi. 6. Mendorong pengurangan beban kota Bandung melalui relokasi kegiatankegiatan industri pada kawasan-kawasan industri di Kota Soreang. 7. Menyiapkan RIS prasarana wilayah untuk keterpaduan program antara kota inti dan kota-kota satelit serta permukiman skala besar di pinggiran Bandung. 8. Mengembangkan sistem transportasi masal yang sinergis dengan pusatpusat permukiman dan pengembangan kegiatan usaha. 9. Mencegah pertumbuhan kawasan perkotaan (terbangun) kota Bandung yang mengkonversi kawasan resapan air di bagian utara dan selatan Kota Bandung (750 m dpl). 10. Mendorong pengaturan dan pembatasan daerah pengambilan air tanah pada zona-zona konservasi air tanah di Cekungan Bandung. 11. Memantapkan kerterkaitan fungsional kota dengan kota-kota yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah di P. Jawa dan di luar P. Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah. 2.1 Sejarah dan Perkembangan

BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah. 2.1 Sejarah dan Perkembangan BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1 Sejarah dan Perkembangan Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana. Saat itu Gubernur Jawa Barat telah mengeluarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

DATA POTENSI INVESTASI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

DATA POTENSI INVESTASI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT KECAMATAN DAN BIDANG NO USAHA 1 KECAMATAN LEMBANG 1. Pengembangan budidaya anggrek 2. Pembangkit listrik panas bumi tangkuban perahu. Pengembangan budidaya tanaman hidroponik LOKASI DATA POTENSI INVESTASI

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Oleh karena itu berbagai negara yang ada di dunia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Oleh karena itu berbagai negara yang ada di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah merupakan sebuah industri yang saat ini menjadi andalan berbagai negara yang ada di dunia, dengan pemasukan devisa negara yang didapat dari sektor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.

Lebih terperinci

Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat Tahun (ha)

Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat Tahun (ha) 7. PERTANIAN TANAMAN PANGAN/PERKEBUNAN 48 Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat 2005-2010 (ha) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Luas Lahan Sawah 925.500 926.782 934.845 945.544 937.373 930.268

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Tamiang

Profil Kabupaten Aceh Tamiang Profil Kabupaten Aceh Tamiang Ibukota : Karang Baru Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, Kota langsa dan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang di sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT 1 Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5 Lampiran 2. Konversi Hortikultura 1. Konversi Jarak Tanam, Populasi dan Umur Panen Sayuran dan Buahbuahan Semusim (SBS). a. Sayuran Semusim Jarak Populasi Umur Mulai No Tan / ha Tanam / cm Panen (Hari)

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Barat

Profil Kabupaten Aceh Barat Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya

Lebih terperinci

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Analisis Potensi Ekonomi dan Pengarahan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat. Endah Djuwendah, Eddy Renaldy, dan Hepi Hapsari

Analisis Potensi Ekonomi dan Pengarahan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat. Endah Djuwendah, Eddy Renaldy, dan Hepi Hapsari Analisis Potensi Ekonomi dan Pengarahan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat Endah Djuwendah, Eddy Renaldy, dan Hepi Hapsari Program Studi Agribisnis fakultas Pertanian Unpad Jl Raya Jatinangor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Dunia saat ini. Setiap negara serius dalam pengelolaan Pariwisata, karena hal tersebut dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Etnobotani 1. Definisi Etnobotani Etnobotani dalam terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara etnik (kelompok masyarakat) dengan botani (tumbuhan) di seluruh

Lebih terperinci

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi

1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi 1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi 1. Penyempurnaan Database Struktur Database Existing SIPD A. Data Umum 1. Demografi 2. Geografi 3. Pemerintahan B. Sosial Budaya 1. Kesehatan 2. Pendidikan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Way Kanan 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan Berdasarkan Way Kanan dalam angka (2013), Kabupaten Way Kanan adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI IV. 1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Daerah Aliran sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dengan luas 6.614 Km 2 dan panjang 300 km (Jasa Tirta

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kabupaten Purwakarta Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di antara 107 30 107 40 Bujur Timur dan 6 25 6 45

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Bandung, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Gema Purwana

Seuntai Kata. Bandung, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Gema Purwana Seuntai Kata ensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik S(BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

Tabel 16. Data Produksi Benih Yang Dihasilkan Oleh UPTD/Balai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Tabel 16. Data Produksi Benih Yang Dihasilkan Oleh UPTD/Balai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 5.1 Penyediaan Benih Unggul Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan peningkatan produksi dan nilai tambah proses produksi usaha tani tanaman pangan, unsur teknologi benih unggul bermutu, produsen benih,

Lebih terperinci

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT STRUKTUR ORGANISASI BIDANG BINA PTK HASANUDIN, S.Pd., MM. Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Drs. M. MA MUN HIDAYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 50 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Sumatera Barat Sumatera Barat yang terletak antara 0 0 54' Lintang Utara dan 3 0 30' Lintang Selatan serta 98 0 36' dan 101 0 53' Bujur Timur, tercatat

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN TAHUN : 2012 : PENAJAM PASER UTARA SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Dituntaskannya program wajib belajar dua belas tahun pada seluruh siswa Persentase

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 Komoditas Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des TOTAL 1 Kacang Panjang 1 2-1 - - 1 5 2 Cabe Besar 1 2 - - - 1-4 3 Cabe Rawit - 1 1-1

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : SUMBER DAYA ALAM : Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik Kota Palu i STATISTIK PERTANIAN KOTA PALU 2015/2016 Katalog : 5101006.7271 ISSN : 2502-2563 No. Publikasi : 72710.1619 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : x + 39 halaman Naskah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan kemanusiaan purba yang bersifat laten dan aktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi

Lebih terperinci