KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. Diane Elizabeth De Yong NRP:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. Diane Elizabeth De Yong NRP:"

Transkripsi

1 KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON Diane Elizabeth De Yong NRP: Pembimbing : 1. Prof.Ir.Johan Silas 2. Dr.Ir.Rimadewi Suprihardjo, M.I.P ABSTRAK Kompleks Kasteel Nieuw Victoria merupakan kawasan bersejarah yang menjadi salah satu cikal bakal Kota Ambon. Saat ini kawasan dengan Kasteel Nieuw Victoria sebagai bangunan bersejarah, tidak didukung oleh kualitas lingkungan yang baik khususnya permukiman di sekitar Kasteel Nieuw Victoria. Perkembangan permukiman di sekitar Kasteel mengalami kemunduruan (degradasi) kualitas lingkungan dan permukiman. Analisis data yang dilakukan dalam penenlitian ini adalah analisis faktor untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, analisis deskriptif untuk mengidentifikasi potensi, permasalahan serta penyebab terjadinya degradasi kualitas permukiman pada permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon melalui penilaian terhadap aspek-aspek permukiman oleh masyarakat, dan analisis triangulasi, untuk merumuskan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan faktor-faktor penyebab degradasi adalah keterbatasan lahan permukiman, rendahnya ketersediaan sarana dan prasarana permukiman, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, dan rendahnya partisipasi masyarakat, maka rumusan konsep revitalisasi permukiman adalah mengoptimalisasikan fungsi lahan permukiman yang ada dengan membatasi pembangunan rumah baru yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan pemberian insentif bantuan kepada masyarakat secara swadaya memperbaiki kondisi rumahnya sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki masyarakat di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. Kata Kunci : Kasteel Nieuw Victoria, degradasi lingkungan permukiman, revitalisasi permukiman PENDAHULUAN Permukiman yang dibentuk pada masa kolonial Belanda merupakan potensi kawasan yang perlu dipertahankan. Sampai saat ini permukiman tersebut masih ada, tetapi dalam kondisi yang tidak terawat dan cenderung tidak berkembang, disebabkan oleh adanya konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon tahun Dalam perkembangannya era pasca konflik kawasan pemukiman di sekitar Kasteel Nieuw Victoria berubah menjadi kawasan permukiman dengan kepadatan yang cukup tinggi. Tingkat hunian 1

2 menjadi lebih besar menyebabkan permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria menjadi kawasan kumuh yang tidak terkendali pertumbuhannya dengan kondisi bangunan yang tidak tertata dengan baik. Kasteel Nieuw Victoria tetap eksis sebagai peninggalan sejarah tidak diimbangi perkembangannya dengan kondisi permukiman di sekitarnya yang cenderung tidak berkembang karena adanya kepadatan penduduk, sehingga terjadi penurunan kualitas sarana dan prasana permukiman. Degradasi kualitas permukiman yang terjadi seperti : penurunan pertumbuhan kawasan, penurunan pelayanan prasarana (jalan lingkungan, air bersih, drainase, sanitasi, persampahan) dan penurunan pelayanan sarana (tempat untuk berdagang). (Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Maluku, 2007) Kondisi permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria mengalami degradasi kualitas permukiman sehingga tidak mendukung keberadaan Kasteel Nieuw Victoria dengan potensinya sebagai peningggalan sejarah yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi kota. Perlu diupayakan pengembangan permukiman, sehingga kasteel dan permukimannya sebagai peninggalan sejarah dapat terus berkembang sesuai potensi dan fungsinya. Dengan melihat unsur sejarah maupun potensi dari kawasan ini, maka pentingnya penelitian ini untuk mendapatkan konsep revitalisasi permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria yang mengalami kemunduran/degradasi agar dapat dihidupkan kembali dinamika fungsi dan potensi kawasan. Selain itu melalui upaya revitalisasi akan dapat memajukan aspek sosial dan ekonomi masyarakatnya dengan mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kondisi permukiman kawasan Nieuw Victoria Kota Ambon mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman sehingga mengalami kekumuhan yang ditandai dengan ciri tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan yang tinggi, perilaku pembuangan sampah oleh masyarakat yang menimbulkan pencemaran lingkungan, serta rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan potensi wilayah dan potensi masyarakat yang terdapat di dalam permukiman kawasan Nieuw Victoria Kota Ambon menjadi kurang berkembang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria yang mampu mengarahkan dan mengembalikan pertumbuhan sesuai potensi dan kebutuhan masyarakat, dan sasaran yang akan akan dilakukan mengidentifikasi faktorfaktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, menentukan kriteria penanganan terhadap faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman kawasan 2

3 Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, serta merumuskan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Uritetu, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Peta wilayah penelitian terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan dan saran bagi Pemerintah Daerah berupa alternatif konsep revitalisasi permukiman di sekitar Kasteel Nieuw Victoria dalam menentukan sebuah kebijakan dan dalam melakukan perencanaan serta pengembangan kawasan di masa yang akan datang. METODE PENELITIAN Berdasarkan sasaran penelitian dan jenis data yang dikumpulkan diperlukan teknik analisis sebagai berikut : 1. Analisis Faktor Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon menggunakan analisis faktor. Dimana analisis faktor dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari beberapa variabel yang banyak dan diubah menjadi sedikit variabel. Adapun prosedur dalam melakukan analisis faktor sebagai berikut : 3

4 1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau Barlett`s Test dapat digunakan untuk keperluan ini. 2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel tersebut sehingga menjadi satu atau beberapa faktor. Beberapa metode pancarian faktor yang populer adalah Principal Component dan Maximum Likehood. 3. Faktor yang terbentuk, pada banyak kasus, kurang menggambarkan perbedaan diantara faktorfaktor yang ada. Faktor 1 dengan faktor 2 ternyata masih mempunyai kesamaan-kesamaan, atau sebenarnya masih sulit dikatakan apakah isi (variabel) pada faktor 1 benar-benar layak masuk faktor 1, ataukah mungkin dapat masuk faktor 2. Hal tersebut akan mengganggu analisis karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor yang lain. Jika isi faktor masih diragukan, dapat dilakukan proses rotasi, dapat dilakukan proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain. 4. Setelah faktor benar-benar telah tebentuk, maka proses dilanjutkan dengan menamakan faktor yang sudah ada. 2. Analisis Deskriptif Analisa Deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan permukiman dari hasil pendataan secara kuantitatif yang didapat melalui penyebaran kuesioner. Data yang didapat akan dikelompokkan dan dilakukan pembobotan. Hasil analisis deskriptif adalah berupa penilaian terhadap keadaan permukiman secara kualitatif (baik, sedang, dan buruk). Untuk menilai kondisi tersebut digunakan 2 (dua) tolak ukur yaitu tolak ukur kuantitatif dan kualitatif. a. Tolak ukur kuantitatif diukur dengan menghitung jumlah rumah untuk masing masing indikator sesuai dengan klasifikasi kondisi (baik, sedang, dan buruk). Dalam perhitungan secara kuantitatif ini dibuat tabel penilaian untuk memudahkan pengelompokkan dan pembobotan. b. Tolak ukur kualitatif, yaitu menentukan derajat kekumuhan pada permukiman. Derajat kekumuhan yang dimaksud adalah rentan nilai untuk mengukur kondisi permukiman dalam kategori baik, sedang, dan buruk. Dalam analisa kualitatif pengukuran yang digunakan adalah skala interval. Menurut Riduwan (2004), skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Proses analisa kualitatif menggunakan data penilaian dari analisis kuantitatif dengan cara sebagai berikut : 4

5 a. Mencatumkan jumlah rumah yang sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap kolomnya. b. Mengalikan jumlah rumah dengan nilai 3 untuk kondisi yang buruk, dan nilai 2 untuk kondisi sedang dan nilai 1 untuk kondisi baik untuk masing-masing faktor dan aspek. Nilai 3, 2, dan 1 merupakan urutan dari penilaian terhadap kondisi kekumuhan pada permukiman yang mempunyai jarak yang sama antara kondisi yang satu dengan yang lain, dalam penelitian ini jaraknya adalah 1 dan mempunyai bobot yang sama yaitu 7. c. Menjumlahkan semua nilai hasil perkalian. d. Membaginya dengan total jumlah rumah sampel kuisioner (jumlah rumah kondisi buruk + rumah kondisi sedang + rumah kondisi baik). e. Hasil pembagian akan digunakan untuk mengisi tolak ukur kualitatif. 3. Analisis Triangulasi Penggunaan Analisa Triangulasi karena tujuan analisa ini untuk merumuskan suatu konsensus atau pemecahan terhadap masalah. Dalam penelitian ini teknik triangulasi digunakan untuk mengelaborasikan hasil dari faktor yang menyebabkan degradasi kualitas lingkungan pemukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, dan kriteria penanganan berdasarkan faktor penyebab degradasi lingkungan didiskusikan dengan kajian pustaka sebagai dasar teori dari permasalahan, serta studi revitalisasi yang telah dilakukan di luar wilayah study sehingga mendapatkan rumusan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. Proses dari analisis Triangulasi ini dapat terlihat pada Gambar 2 sebagai berikut : Kriteria penanganan Diskusi 1 Kajian degradasi permukiman pustaka Diskusi 2 Diskusi 3 Studi/penelitian tentang revitalisasi di kawasan lain Gambar 2. Proses Analisis Triangulasi Data 5

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di Kawasan Tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon Faktor faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di Kawasan Tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon setelah dianalisis menggunakan analisis faktor sebagai berikut: a. Faktor keterbatasan lahan permukiman penyebab degradasi kualitas permukiman karena kurangnya pembagian ruang dalam penataan permukiman sehingga penduduk membangun rumah hanya berdasarkan kebutuhan untuk tempat tinggal saja tanpa menghiraukan akan terjadi kepadatan hunian pada permukiman. b. Faktor kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana permukiman penyebab degradasi kualitas permukiman karena sarana dan prasarana yang ada di permukiman seperti air bersih tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena sebagian masyarakat belum mempunyai kran PDAM secara pribadi pada rumah-rumah mereka, banyak yang menggunakan sarana air bersih umum yang disediakan pemerintah namun tidak secara rutin dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat tersebut terpaksa harus memperoleh air bersih dengan cara membeli. Begitu pula dengan drainase yang ada di pemukiman tidak terawat dengan baik, karena drainase dipenuhi dengan sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat. c. Faktor rendahnya tingkat pendidikan masyarakat penyebab degradasi kualitas permukiman karena masyarakat di pemukiman ini rata-rata tingkat pendidikan tertingginya adalah SMP namun ada beberapa yang mampu menyelesaikan pendidikannya pada tinggat SMA dan Sarjana. d. Faktor rendahnya tingkat pendapatan masyarakat masyarakat penyebab degradasi kualitas permukiman karena sebagian besar masyarakat bermata pencarian pada sektor non formal sebagai pedagang dan wiraswasta. Lainnya adalah PKL, buruh kasar dan Sopir/pengemudi becak. Hal ini mengingat mayoritas tingkat pendidikan masyarakat rata-rata adalah SMP dengan tingkat kemampuan yang sangat terbatas. Pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pekerjaannya hanya dapat memenuhi kebutuhan primer. Mengingat tingkat pendapatan mereka tidak menentu dengan jenis pekerjaan. e. Faktor rendahnya partisipasi masyarakat penyebab degradasi kualitas permukiman karena menurut masyarakat bahwa akibat pekerjaan yang ditekuni dari pagi sampai malam sehingga kehadiran mereka di lingkungan sangat kurang sekali. Hanya terjadi pada saat hari-hari besar keagamaan dan kenegaraan. Misalnya, kerja bakti menjelang bulan Ramadan dan Natal dan Tahun Baru, atau kerja bakti menjelang Hari Kemerdekaan RI. Tidak ada satu hari rutin yang digunakan untuk membersihkan dan memelihara lingkungan. 6

7 2. Penentuan Kriteria Penanganan Faktor-Faktor Penyebab Degradasi Kualitas Permukiman di Kawasan Tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon Berdasarkan hasil kuesioner 98 responden yang menilai kondisi permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon sesuai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi kualitas permukiman, maka diperlukan standar penilaian untuk menentukan kriteria-kriteria penanganan. Dalam penelitian ini menggunakan faktor penyebab terjadinya degradasi sebagai standar penilaian untuk mengetahui kondisi permukiman, berupa kondisi rumah, ketersediaan sarana, ketersediaan prasarana, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan serta partisipasi masyarakat. Kelima aspek ini dijadikan sebagai dasar penilaian sebagai berikut : a. Mencatumkan jumlah rumah yang sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap kolomnya. b. Mengalikan jumlah rumah dengan nilai 3 untuk kondisi yang buruk, dan nilai 2 untuk kondisi sedang dan nilai 1 untuk kondisi baik untuk masing-masing faktor dan aspek. Menurut Riduwan (2004), nilai 3, 2, dan 1 merupakan urutan dari penilaian terhadap kondisi kekumuhan pada permukiman yang mempunyai jarak yang sama antara kondisi yang satu dengan yang lain, dalam penelitian ini jaraknya adalah 1 dan mempunyai bobot yang sama yaitu 7. c. Menjumlahkan semua nilai hasil perkalian. d. Membaginya dengan total jumlah rumah sampel kuisioner (jumlah rumah kondisi buruk + rumah kondisi sedang + rumah kondisi baik). e. Hasil pembagian akan digunakan untuk mengisi tolak ukur kualitatif sebagai berikut : - Buruk jika hasil pembagiannya 3 sampai 2,4 - Sedang, jika hasil pembagiannya 2,3 sampai 1,7 - Baik jika hasil pembagiannya 1,6 sampai Penentuan Kriteria Penanganan Degradasi Kualitas Lingkungan Permukiman Adapun penilaian terhadap permukiman dan lingkungan di wilayah studi dijelaskan sebagai berikut : 1. Faktor Keterbatasan Lahan Permukiman Faktor keterbatasan lahan pemukiman dalam aspek kondisi fisik bangunan rumah terdapat 3 kriteria yang menjadi penilaian, yaitu tingkat kepadatan bangunan, pembagian ruang dan tingkat kepadatan hunian. Penilaian kriteria kondisi permukiman dengan tolak ukur kuantitatif di kawasan Kasteel Nieuw Victoria. Hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa pembagian ruang di permukiman sebanyak 39% menggunakan satu ruang untuk semua aktivitas, sebanyak 27% mempunyai satu ruang multiguna yang berupa ruang tamu, sementara 32% memiliki satu ruang masing-masing setiap aktivitas yang dilakukan. 7

8 Dari penilaian terhadap kondisi bangunan permukiman nilai rata-ratanya adalah 2,07 termasuk kategori sedang. Berdasarkan jawaban responden, kondisi rumah di permukiman memiliki tingkat kepadatan di atas 60%. Penilaian terhadap kondisi kepadatan bangunan nilai rata-ratanya adalah 2,4 termasuk kategori buruk. Hal ini menunjukan bahwa kepadatan bangunan pada lokasi penelitian cukup tinggi dimana kondisi bangunan antar rumah saling berdempetan dan hanya dinding rumah sebagai pembatas. Ditinjau dari tingkat kepadatan hunian, sebanyak 48% menjawab berada dalam kondisi baik yakni memiliki tingkat kepadatan di atas 6 m 2 /orang. Sedangkan 20,4% menjawab memiliki kategori sedang yaitu antara 5-6 m 2 /orang. Sisanya 29,6% menjawab memiliki kepadatan hunian kurang dari 5 m 2 /orang. Dari hasil penilaian nilai rata-rata kondisi kepadatan hunian adalah 1,9 termasuk kategori sedang. 2. Faktor Kurangnya Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Permukiman. Penilaian pada kondisi sarana dan prasarana diukur dengan 10 parameter yaitu ketersediaan air bersih, drainase, persampahan, sanitasi lingkungan, kondisi jalan, sarana peribadahan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana ekonomi dan ruang terbuka. Berdasarkan hasil kuisioner penduduk tidak menggunakan sumur sebagai sumber air minum melainkan air PDAM yang dihubungkan ke sambungan rumah-rumah penduduk atau dengan cara membeli dari kran umum. Sebanyak 47 responden menggunakan air PDAM untuk memasak, mencuci dan mandi dengan cara membeli. Sebanyak 21 responden menggunakan air PDAM untuk memasak, mandi dan mencuci dari sambungan rumah, sedangkan kebutuhan air minum dipenuhi dengan membeli. Sedangkan 30 responden menggunakan air PDAM dari sambungan rumah untuk keperluan minum, memasak, mandi dan mencuci. Penilaian sumber air bersih menunjukkan bahwa nilai rata-rata kualitatif air bersih adalah 2,2 dengan kategori sedang. Dari hasil survey menunjukkan bahwa 22 responden memiliki KM/MCK sendiri, 28 responden menggunakan MCK milik tetangga atau saudara, sisanya 48 belum memiliki saluran pembuangan air limbah sehingga pembuangannya langsung ke drainase, sehingga nilai rata-rata sanitasi adalah 1,7 termasuk kategori sedang. Kegiatan pembuangan sampah oleh masyarakat menurut hasil survey sebanyak 67 responden membuang ke saluran drainase, 15 responden membuang ke lahan kosong kemudian dibakar atau ditimbun. Sedangkan 16 responden membuang sampah ke depo sampah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sampah dari masyarakat tidak dikelola dengan baik. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya tempat sampah di lokasi penelitian serta tidak adanya petugas pengangkut sampah yang secara rutin mengangkut sampah masyarakat. Untuk persampahan nilai rata-ratanya adalah 2,2 termasuk kategori sedang. 8

9 Menurut hasil survey kondisi dan ketersediaan drainase di lingkungan permukiman diperoleh sebanyak 65 responden tidak memiliki saluran drainase sendiri, 17 responden memiliki saluran drainase namun tidak berfungsi dengan baik, dan 15 responden menyatakan saluran drainase berfungsi dengan baik. Sedangkan saluran drainase yang sudah ada kondisinya banyak yang tersumbat oleh sampah karena tidak pernah dilakukan pembersihan. Nilai rata-rata dari drainase adalah 2,5 termasuk kategori buruk. Kondisi jalan menurut hasil survey ada sebanyak 22 responden mengatakan bahwa jalan dalam kondisi baik dan terawat, 61 responden mengatakan jalan yang sudah dipekeras namun dalam kondisi tidak terawat. Sisanya 15 responden mengatakan jalan yang belum dipekeras. Secara umum, kondisi jalan di permukiman terutama di jalan-jalan lingkungan dan gang permukiman sudah mengalami perkerasan dengan bahan paving, namun dalam kondisi rusak. Sedangkan jalan permukiman yang belum diperkeras merupakan gang permukiman yang merupakan jalan tembusan yang dibuat oleh masyarakat sendiri. Nilai rata-ratanya adalah 2.2 termasuk kategori sedang. Penduduk di permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria beragama Islam dan Kristen Protestan. Sarana ibadah tidak terdapat dalam permukiman namun berada tidak jauh dari permukiman sehingga masyarakat menggunakannya untuk melakukan kegiatan keagamaan setiap hari. Sarana ibadah, nilai rataratanya adalah 2,0 termasuk kategori sedang. Untuk sarana pendidikan juga sama dengan sarana ibadah, belum tersedia di dalam permukiman masyarakat sehingga masyarakat mengakses sarana pendidikan pada lokasi-lokasi yang dipilih oleh masyarakat berdasarkan kemampuannya. Nilai rata-rata untuk sarana pendidikan 2,0 termasuk kategori sedang. Sarana kesehatan berupa Posyandu sudah tersedia di permukiman ini tetapi tidak berjalan dengan rutin sehingga masyarakat mencari pelayan kesehatan pada lokasi yang dekat dengan permukimannya. Menurut responden posyandu hanya dilayani oleh bidan tidak ada dokter karena jadwal periksa dokter yang tidak menentu. Sarana kesehatan nilai rata-ratanya adalah 2,0 termasuk kategori sedang. Kepadatan bangunan yang cukup tinggi di permukiman menyebabkan anak-anak bermain di jalan/gang sekitar rumah. Menurut responden ada juga yang membiarkan anak-anak mereka untuk bermain pada lokasi taman bermain yang jauh dari permukiman. Namun ada juga yang hanya menikmati waktu bermain mereka dengan menonton TV atau pun bermain Play Stasion di rumah. Dengan kondisi seperti ini nilai rata-rata untuk ruang terbuka adalah 3,0 termasuk kategori buruk. Sarana ekonomi pada permukiman ini sangatlah dekat dengan pasar Mardika di Kota Ambon sehingga akses masyarakat sangat baik dengan sarana ekonomi. Di dalam permukiman sendiri banyak warung-warung kecil milik masyarakat yang tidak teratur keberadaannya, sehingga permukiman kelihatan semberawut dan kotor. Sebanyak 25 responden menilai terdapat pasar, warung di sekitar pemukiman dan 9

10 73 responden menilai bahwa tersedia warung, toko di permukiman. Dari penilaian ini maka, nilai rata-rata sarana ekonomi adalah 1,2 termasuk kategori baik. 3. Faktor Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat Penilaian terhadap kriteria tingkat pendidikan masyarakat di permukiman Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon menggunakan 2 parameter yaitu tingkat pendidikan dan kebudayaan masyarakat Berdasarkan hasil survey, diketahui bahwa sebayak 71 responden menempuh jenjang pendidikan hanya setingkat SD dan SMP yang merupakan pendidikan dasar di Indonesia. Sebanyak 9 responden memiliki jenjang pendidikan tingkat SMA dan 18 responden memiliki jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi. Menurut masyarakat, pendidikan formal dalam hal ini sekolah belum tentu dapat menjamin pribadi dan karakter. Dan nilai rata-rata menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai nilai rata-ratanya adalah 2,8 termasuk kategori buruk. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat di permukiman Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon rata-rata hanya menikmati pendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama saja, mereka menganggap bahwa tidak perlu sekolah tinggi-tinggi bila pada akhirnya tidak mempunyai pekerjaan. Untuk kegiatan budaya masyarakat berdasarkan hasil survey, ada 57 responden yang melakukan kegiatan budaya secara temporer atau saat-saat tertentu hal ini juga dipengaruhi keanekaragaman suku pada masyarakat di permukiman ini dan pelaksanaan kegiatan budaya yang memakan biaya seperti untuk budaya Maluku misalnya, Pela Gandong dan Makan Patita. Berdasarkan penilaian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kegiatan kebudayaan masyarakat adalah 1,8 termasuk kategori sedang. 4. Faktor Rendahnya Tingkat Pendapatan Mayarakat Penilaian terhadap kriteria tingkat pendapatan masyarakat menggunakan parameter yaitu pekerjaan, pendapatan, kelompok jaringan usaha. Dijelaskan bahwa, dari 98 sampel yang diambil, sebanyak 55 responden memiliki mata pencaharian pada sektor informal tetap yaitu sebagai pedagang, sopir, tukang kayu dan batu, buruh kasar PKL dan wiraswasta. Hal ini mengingat mayoritas tingkat pendidikan masyarakat rata-rata adalah SD dan SMP dengan tingkat kemampuan yang sangat terbatas. Maka nilai rata-rata pekerjaan adalah 2,1 termasuk kategori sedang. Tingkat pendapatan masyarakat menurut 25 responden menyatakan bahwa pendapatan mereka dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Sedangkan 15 responden menyatakan bahwa pendapatan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk membeli kebutuhan primer, termasuk sembako. Hal ini dipengaruhi oleh hasil dari pekerjaan mereka yang tidak menentu. Nilai rata-rata untuk tingkat pendapatan masyarakat adalah 2,02 termasuk kateori sedang. 10

11 Keberadaan kelompok usaha yang terdapat di permukiman ini berupa kelompok usaha kerajinan tangan (cinderamata/souvenir). Ada juga kelompok usaha kue-kue namun telah dibubarkan karena hasilnya tidak memuaskan anggota dalam pembagian hasil usaha. Hal inilah yang mengakibatkan masyarakat tidak suka bekerja sama dalam satu kelompok usaha, mereka lebih cendrung usaha sendirisendiri sehingga dapat mengatur hasilnya juga sendiri. Maka nilai rata-ratanya adalah 2,5 termasuk kategori buruk. 5. Faktor Rendahnya Partisipasi Masyarakat Kriteria partisipasi masyarakat dinilai dengan menggunakan satu parameter yaitu tingkat partisipasi masyarakat. Didapatkan hasil survey pada kegiatan kerja bakti warga dan gotong royong menurut 63 responden termasuk dalam kategori sedang karena pelaksanaan kegiatan kerja bakti hanya dilakukan dilakukan menjelang 17 Agustus dan apabila terdapat instruksi dari aparat kelurahan. Selain menyumbang tenaga, masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam bentuk sumbangan dana. Sebanyak 8 responden menyatakan terdapat kegiatan kerja bakti secara rutin di permukiman yang biasanya dilakukan pada hari jumat karena pada hari itu sebagian masyarakat ada di rumah. Dan 27 responden menyatakan tidak pernah terdapat kegiatan kerja bakti warga karena menurut mereka waktu itu semuanya untuk bekerja mencari uang sehingga mereka tidak pernah terlibat dalam kerja bakti di lingkungan. Diketahui bahwa nilai rata-rata pada tingkat partisipasi masyarakat adalah 2.2 termasuk kategori sedang Kriteria-kriteria Penanganan Berdasarkan Faktor Penyebab Terjadinya Degradasi Kualitas Permukiman di Kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan tolak ukur kuantitatif dan kualitatif dapat diketahui bahwa kriteria-kriteria penanganan berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi kualitas permukiman di Kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan Lahan Permukiman a. Mengendalikan pengembangan permukiman untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat dan menetapkan peraturan pemerintah yang mengatur permukiman pada kawasan-kawasan peninggalan bersejarah. b. Mengoptimalkan keberadaan dan fungsi permukiman yang ada dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas bentuk bangunan dan kondisi rumah yang sudah terbangun. c. Membatasi jumlah bangunan agar tidak semakin padat dengan membangun rumah susun bagi masyarakat pada kawasan Kasteel Nieuw Victoria. 11

12 2. Kurangnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana Permukiman a. Memperbaiki drainase, persampahan dan menyediakan ruang terbuka sebagai sarana permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria di Kota Ambon. b. Meningkatkan kualitas sarana prasarana permukiman yang sudah ada dengan pendekatan partisipasi masyarakat sebagai pengguna untuk tetap memelihara dan mengawasi. 3. Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat a. Menyediakan akses informasi kepada masyarakat tentang dampak lingkungan, dengan melakukan sosialisasi baik secara temu wicara langsung dengan masyarakat maupun door to door di lingkungan permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. b. Meningkatkan ketrampilan masyarakat dengan memberikan penyuluhan informasi usaha ekonomi kecil untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Rendahnya Tingkat Pendapatan Masyarakat a. Menyediakan bantuan modal usaha di bidang kerajinan tangan khas Kota Ambon oleh pemerintah dan swasta yang penggunaanya diawasi oleh masyarakat dan pemerintah. b. Pemerintah menyediakan akses informasi dan fasilitasi jalur pemasaran kepada pihak swasta untuk memasarkan produk hasil kelompok usaha masyarakat. c. Melakukan kerjasama dengan pihak swasta, akademis dan LSM dalam melakukan pelatihan ketrampilan yang difasilitasi oleh kelompok usaha sebagai daya tarik untuk menarik minat masyarakat bergabung dalam kelompok usaha. 5. Rendahnya Partisipasi Masyarakat a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan melalui kegiatan pendamping dari pihak LSM atau akademisi dalam upaya pengelolaan lingkungan permukiman. b. Mengoptimalkan peran norma masyarakat sebagai pendekatan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerja bakti melalui pemberian sanksi adat bagi yang melanggar. 3. Perumusan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon Sesuai hasil analisis trianggulasi, konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon dapat dirumuskan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dari lingkungan sekitarnya sehingga mengakibatkan turunnya kualitas dan daya dukung lingkungan permukiman. Konsep yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Mengoptimalisasikan fungsi lahan permukiman yang ada dengan membatasi pembangunan rumah baru yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan pemberian insentif bantuan kepada masyarakat secara swadaya memperbaiki kondisi rumahnya sesuai dengan kemampuan 12

13 dan ciri budaya Maluku seperti budaya masohi yang dimiliki masyarakat di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. 2. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman dengan penyediaan sarana dan prasarana berupa sistem drainase, tempat sampah, jalan setapak/gang dan perbaikan sarana prasarana yang tersedia pada permukiman sebagai fasilitas pendukung di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. 3. Penyediaan akses informasi kepada masyarakat dan menjalin kerja sama dengan pihak swasta, akademisi, LSM dan lembaga terkait untuk memberikan pelatihan dan penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan berupa pemanfaatan sampah kering rumah tangga menjadi bahan souvenir dan cinderamata demi peningkatan pemberdayaan dan ekonomi masyarakat di permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. 4. Pemberdayaan kualitas sumberdaya manusia dengan menciptakan kemitraan yang berkelanjutan pada sektor industri rumah tangga berupa pembuatan cinderamata dan souvenir khas Maluku (kerajinan kerang dan mutiara) sebagai penunjang sektor pariwisata dengan cara memberikan bantuan modal usaha bagi masyarakat di permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon yang penggunaannya diawasi oleh masyarakat dan pemerintah. 5. Peningkatan partisipasi masyarakat permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon dengan ikutserta dalam kegiatan pemeliharaan lingkungan berupa kerja bakti jumat bersih yang didampingi pihak LSM dan akademisi, dan untuk mengoptimalisasikan kesadaran masyarakat dalam setiap kegiatan diberikan sanksi adat bagi yang melanggar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria terdiri atas lima faktor yaitu, faktor keterbatasan lahan permukiman, faktor kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana, faktor rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, faktor rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan faktor tingkat partisipasi masyarakat. Kelima faktor ini secara signifikan sangat mempengaruhi terjadinya penurunan kualitas permukiman. Kriteria penanganan adalah 1) Pengendalian pengembangan permukiman untuk mengurangi kepadatan melalui partisipasi masyarakat dan menetapkan peraturan pemerintah tentang kawasan peninggalan bersejarah, 2) Optimalisasi keberadaan dan fungsi permukiman dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas bentuk bangunan dan kondisi rumah, 3) Meningkatkan kualitas sarana prasarana permukiman melalui partisipasi masyarakat sebagai pengguna, 4) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan 5) Optimalkan peran norma masyarakat sebagai pendekatan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat 13

14 Konsep revitalisasi permukiman adalah mengoptimalisasikan fungsi lahan permukiman yang ada dengan membatasi pembangunan rumah baru yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan pemberian insentif bantuan kepada masyarakat secara swadaya memperbaiki kondisi rumahnya sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki masyarakat. Saran dari hasil penelitian ini adalah 1) Menyusun model revitalisasi permukiman kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon menitikberatkan pada vitalitas dan stabilitas ekonomi, integrasi antar ruang, kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana lingkungan, serta konservasi aset warisan budaya, 2) Membentuk organisasi yang mengelola langsung revitalisasi. Melalui organisasi ini dibangun kesepakatan dan kerja sama antar kelompok dan perseorangan yang berperan serta dalam tahapan pelaksanaan kegiatan di masa depan. DAFTAR RUJUKAN Agenda 21 Indonesia (1997), Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Budiharjo, Eko (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, Gajah Mada, University, Press, Yogyakarta. Danisworo, Mohammad (1988), Konseptualisasi Gagasan dan Upaya Penanganan Proyek Peremajaan Kota : Pembangunan Kembali sebagai Fokus, Jakarta. Rapoport, Amos, (1977), Human Aspects of Urban Forms, Toward a Man Environment Approach to Urban Form and Design, Pergamon Press, New York. Riduwan (2004), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfa Beta, Bandung. Sidharta (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Silas, Johan (1993), Pidato Pengukuhan : Perumahan Hunian dan Fungsi Lebihnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Silas, Johan (1996), Kampung Surabaya Menuju Metropolitan, Yayasan Keluarga Bhakti dan Surabaya Post, Surabaya. The Burra Charter for Conservation of Place of Cultural Significance, (1981), ICOMOS NEWS, Australia 14

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON oleh DIANE ELIZABETH DE YONG 3208201830 Latar Belakang PENDAHULUAN Bangsa Portugis membangun benteng tahun 1588 dan diberi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-218 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati dan Ema Umilia

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Penulis : Mia Ermawati, dan Dosen

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Buku, tugas Akhir dan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA Buku, tugas Akhir dan Penelitian DAFTAR PUSTAKA Buku, tugas Akhir dan Penelitian A isyah, Siti. 2007. Arahan Pengendalian Permukiman Kumuh Sepanjang rel Kereta Api di Gembong Kota Surabaya. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan wilayah

Lebih terperinci

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-191 Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso Sekar Ayu Advianty dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Program

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN

KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN studi kasus : Permukiman Nelayan Kenjeran - Surabaya Wiwik Widyo W. Jurusan Teknik Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C124 Arahan Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kecamatan Kenjeran dengan Pendekatan Eco-Settlements Bayu Arifianto Muhammad dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016 Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN Oleh : Akhmad Nasikhudin 3606100004 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Rumusan Masalah

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok 1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus: Kampung Kanalsari Semarang) Tugas Akhir Oleh : Sari Widyastuti L2D

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Dari hasil keselurusan analisa dan pembahasan untuk merumuskan arahan perbaikan lingkungan permukiman kumuh berdasarkan persepsi masyarkat di Kelurahan Tlogopojok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C151 Arahan Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kecamatan Kenjeran dengan Pendekatan Eco-Settlements Bayu Arifianto Muhammad dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di alam ini tidak dapat berlangsung, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Tubuh manusia sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PENATAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KOTA PANGKALAN BUN ( )

PENATAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KOTA PANGKALAN BUN ( ) PENATAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KOTA PANGKALAN BUN ENY RUSMITA (3210201002) Pangkalan Bun adalah ibu kota Kabupaten Kotawaringin

Lebih terperinci

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN Sabua Vol.7, No.2: 429-435 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MERAH KOTA BITUNG Gerald Mingki 1, Veronica Kumurur 2 & Esli

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate,

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 43 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Umum Kelurahan Depok Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Lurah bertanggung

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperhatikan arti penting permukiman yang tidak dapat dipisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya, maka lingkup permukiman meliputi masalah-masalah yang menyangkut

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Bandung membawa konsekuensi pada masalah lingkungan binaan yang makin memprihatinkan. Beberapa kawasan terutama kawasan pinggiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 1. Permukiman A. Tinjauan Pustaka Secara formal, definisi permukiman di Indonesia tertulis dalam UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam dokumen tersebut,

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota seringkali menimbulkan permasalahan baru dalam menata perkotaan yang berkaitan dengan penyediaan prasarana dan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari keseluruhan proses analisis dan pembahasan untuk merumuskan arahan penataan lingkungan permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir melalui pendekatan

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan Kota Jakarta dengan visi dan misi mewujudkan Ibu kota negara sejajar dengan kota-kota dinegara maju dan dihuni oleh masyarakat yang sejahtera. Permasalahan

Lebih terperinci

Permasalahan Mendasar Daerah

Permasalahan Mendasar Daerah VISI, MISI DAN AGENDA PEMBANGUNAN SERTA KEBIJAKAN STRATEGIS Permasalahan Mendasar Daerah 1. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas dan daya saing yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang

Lebih terperinci

BAB VIII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BAB VIII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB VIII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN 8.1. Permasalahan Pemukiman Kumuh Pada tahun 2007 Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Denpasar melakukan studi tentang Identifiakasi Kawasan Pemukiman Padat/Kumuh dan Pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT Dalam bab ini menjelaskan tentang Analisis Identifikasi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya Rivina Yukeiko

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA 21 Desember 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 2/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kelurahan Kapuk merupakan suatu wilayah dimana mengacu pada dokumen Direktori RW Kumuh 2011 dalam Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,

Lebih terperinci

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso Sekar Ayu Advianty 1, dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni 2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang lebih cepat seiring dengan berkembangnya kota Perkembangan ini terutama karena lokasinya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO Beby. S.D. Banteng Pusat Kajian dan Pengembangan Wilayah Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh:

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh: LAPORAN AKHIR PKM-M COMMUNITY BASED RESOURCE MANAGEMENT : REVITALISASI PENGELOLAAN SUMBER MATA AIR UNTUK MENINGKATAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA CIHIDEUNG UDIK, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh:

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-45 Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer dan Desa Puger Kulon, Kabupaten

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-240 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat Niken Fitria dan Rulli Pratiwi

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

Aminatu Zuhriyah. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan

Aminatu Zuhriyah. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan Aminatu Zuhriyah 3604 100 035 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 58 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 58 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa pertambahan

Lebih terperinci

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 10 TAHUN 2007 TANGGAL : 28 Desember 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. 1. Kebijakan : 1.1. Kebijakan dan Standar : a. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO 1 LEMBAR PENGESAHAN Aturan Bersama Penataan Lingkungan Permukiman Desa Kedungsarimulyo telah dirumuskan secara partisipatif melalui siklus Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN)

ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN) ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN) A. KELEMBAGAAN 1. UMUM Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial perekonomian suatu kota, kompleksitas permasalahan sampahpun akan meningkat, seperti

Lebih terperinci