PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI KECAMATAN KEPANJENKIDUL BLITAR (MELALUI PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI KECAMATAN KEPANJENKIDUL BLITAR (MELALUI PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL)"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI KECAMATAN KEPANJENKIDUL BLITAR (MELALUI PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL) WINDY WIDYA DWIRIYANTI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012

2 BAB I Latar Belakang Kecamatan Kepanjenkidul Industri kerajinan kayu sebagai produk unggulan kota Blitar Industri kerajinan kayu memiliki potensi lokal yg cukup besar Industri kerajinan kayu sebagai penggerak perekonomian lokal Adanya penurunan kinerja dengan penurunan unit industri Usia produktif menganggur Meningkatnya jumlah penduduk miskin arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal di kecamatan kepanjenkidul.

3 Rumusan masalah Adanya potensi yang besar untuk berkembang sentra industri kerajinan kayu untuk meningkatkan perekonomian masyarakatnya namun adanya penurunan kinerja sentra industri kerajinan kayu yang ditandai dengan penurunan unit industri, berdampak pada meningkatnya jumlah usia produktif yang menganggur serta meningkatnya jumlah kemiskinan di sentra industri kayu kecamatan Kepanjenkidul. Apa faktor yang mempengaruhi pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul? Tujuan & Sasaran Merumuskan arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal di kecamatan kepanjenkidul. Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang dilakukan yaitu : 1. Mengidentifikasi kinerja sentra industri kerajinan kayu 2. Menentukan faktor yang mempengaruhi pengembangan sentra industri kerajinan kayu 3. Merumuskan arahan pengembangan sentra industri kayu di kecamatan kepanjenkidul berdasarkan pendekatan PEL

4 Ruang Lingkup Wilayah

5 Ruang Lingkup Pembahasan Mengidentifikasi kinerja sentra industri kerajinan kayu untuk melihat seberapa efisien industri kerajinan kayu di kelurahan beroprasi. Menentukan faktor yang mempengaruhi dalam pengembangan sentra industri kerajinan kayu untuk mencari faktor yang perlu diprioritaskan dalam pengembangan. Pada akhirnya akan didapat arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu yang sesuai untuk diterapkan di wilayah studi. Ruang Lingkup Substansi Berkaitan dengan konsep pengembangan wilayah yang mencakup konsep pengembangan ekonomi lokal serta pendekatan pengembangan ekonomi lokal Manfaat Teoritik Untuk memperluas wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan dalam pengembangan kawasan melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal. Manfaat Praktis Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait peningkatan kinerja sentra industri kerajinan kayu untuk mengoptimumkan potensi yang ada.

6 Kerangka Pemikiran Adanya potensi lokal yang cukup besar di sentra industri kerajinan kayu, namun kinerjanya semakin menurun, ditandai dengan menurunnya jumlahnya unit industri setiap tahunnya Diperlukan adanya pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal dan faktor dalam pengembangan Arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal Mengidentifikasi kinerja sentra industri kerajinan kayu Menentukan faktor yang mempengaruhi pengembangan sentra industri kerajinan kayu Merumuskan arahan pengembangan sentra industri kayu di Kecamatan Kepanjenkidul berdasarkan pendekatan PEL Pengembangan sentra industri kerajinan kayu di kecamatan Kepanjenkidul melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal

7 Sintesa Tinjauan Pustaka Pengembangan daya saing Atribut lokal atau kondisi potensi lokal memiliki peranan untuk membangun karakteristik daya saing lokal dalam strategi pengembangan ekonomi lokal karena suatu komunitas akan dituntut untuk terus dapat menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini Indikator 1. Kualitas sumber daya manusia Indikasinya kualitas dari sumber daya manusia yang berasal dari penduduk lokal sebagai pelaku dan penggerak dari sentra industri 2. Ketersediaan sumber daya alam Indikasinya yaitu potensi wilayah dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang meliputi daya dukung lingkungan, baku mutu lingkungan dan keterkaitan lingkungan yang dimanfaatkan oleh penduduk lokal sebagai bahan baku industri kerajinan baik bahan baku utama maupun penunjang 3. Prasarana fisik Indikasinya yaitu adanya infrastruktur jalan, listrik, air bersih, pengelolaan limbah yang dapat mendukung dalam pengembangan sentra industri 4. Ekonomi wilayah Indikasinya yaitu penilaian daya saing yang digunakan dalam industri kerajinan mencakup komponen biaya produksi Pengembangan Business Cluster 1. Keterkaitan antar wilayah Dalam pendekatan pengembangan business cluster diperlukan suatu indikasinya adanya keterkaitan antar wilayah industri yang sejenis yang hubungan keterkaitan antar industri dan saling ketergantungan antar memiliki hubungan keterkaitan antar industri sejenis untuk bekerjasama unit usaha agar dapat meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan guna merangsang pengembangan yang lebih luas. peluang pengembangan serta dapat merangsang permintaan yang lebih luas lagi (multiplier effect). Pengembangan cluster difokuskan pada mendorong kerjasama antar perusahaan, pengembangan kelembagaan dan mendukung sektor industri yang dipilih. Pengembangan kelembagaan yang menunjang Pengembangan Ekonomi Lokal Hubungan kerjasama antar pemerintah, swasta dan masyarakat sesuai dengan perannya masing-masing akan menentukan keberhasilan dari kebijakan pengembangan ekonomi lokal. Adanya kebijakan pengembangan ekonomi lokal memerlukan lembaga sebagai badan yang dapat menjembatani, memantau serta menfasilitasi antara kebutuhan masyarakat dengan kebijakan dari pemerintah. BAB II 1. Kemitraan indikasinya penguatan kerjasama antara pemerintah, stakeholder dan masyarakat pengrajin untuk memfasilitasi kebutuhan dari pengembangan sentra industri kerajinan kayu.

8 BAB III Pendekatan dan Tahap Penelitian Pendekatan rasionalistik yaitu penelitian yang berdasarkan pada konsep teori yang telah ada sebelumnya. Kemudian hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi kebenaran umum dan sebagai prediksi dalam pengembangan wilayah. Tahapan penelitian : 1. Perumusan Masalah 2. Kajian Pustaka 3. Pengumpulan Data 4. Analisis 5. Penarikan Kesimpulan Jenis Penelitian Penelitian Deskriptif, yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.

9 Indikator Variabel Definisi Operational Pendidikan informal Pendidikan informal tentang kerajinan / pembinaan yang pernah didapat pengrajin Kualitas Sumber Daya Tingkat pendidikan formal tertinggi Pendidikan formal Manusia pengrajin Pengalaman kerja Orang yang berpengalaman kerja dibidang kerajinan Ketersediaan Sumber Daya Ketersediaan dan akses dalam Bahan baku Alam memperoleh bahan baku kerajinan kayu Prasarana Fisik Ekonomi Wilayah Keterkaitan antar wilayah Kemitraan Variabel Penelitian Pelayanan jaringan jalan Pelayanan jaringan listrik Pelayanan jaringan air bersih Pengolahan limbah Komponen produksi Jejaring Peran pemerintah Peran swasta Peran pengrajin Tingkat pelayanan akses jalan untuk memperlancar proses produksi Tingkat pelayanan listrik untuk memperlancar proses produksi Tingkat pelayanan air bersih Pengolahan limbah industri kerajinan kayu Biaya dalam proses produksi mencakup transportasi dan upah buruh Kerjasama antar industri kerajinan kayu dalam wilayah sentra industri kerajinan kayu Bantuan yang diberikan pemerintah dalam menunjang industri kerajinan kayu Peran pihak luar non pemerintah yang membantu dalam menunjang industri kerajinan kayu Keaktifan masyarakat yang terlibat di bidang industri kerajinan kayu

10 Populasi dan Sampel Populasi Populasi pada penelitian ini yaitu industri kerajinan kayu di Kelurahan Tanggung, Sentul, Bendo dan Ngadirejo. Sampel Menggunakan proportional random sampling yaitu teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi yang heterogen. Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Persentase kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir (10%) n = N 1 + Ne 2 n = (0,1) 2 n = 53,9 Kelurahan Tanggung Kelurahan Sentul : 97 x 53,9 = 44,68 = 45 unit industri 117 : 20 x 53,9 = 9,21 = 10 unit industri 117

11 Metode Pengumpulan Data 1. Survey Primer Observasi Penyebaran kuisioner 2. Survey sekunder Studi literatur Survey instansi Metode Analisis 1. Analisis Kinerja Sentra Industry Kerajinan Kayu Dengan menggunakan alat analisis Data Envelope Analysis (DEA). Data Envelopment Analysis (DEA) adalah sebuah metode untuk mengukur efisiensi relatif dari kelompok unit operasi (Decision Making Unit) dari nilai-nilai variabel tidak diketahui (Emrouznejad, et al. 2008). Pendekatan yang digunakan dalam pengukuran efisiensi dalam DEA, yaitu dengan memaksimalkan output dan meminimalkan input (Ramanathan, 2003). Input yang digunakan dalam penelitian ini untuk DEA yaitu komponen produksi, jumlah tenaga kerja, bahan baku sedangkan outputnya yaitu hasil penjualan. Hasil dari analisis kinerja sentra industri kerajian kayu dari alat analisis DEA yaitu berupa prosentase yang menunjuk pada kelurahan mana yang tidak efisien dan yang efisien dimana 100% menjadi parameternya.

12 2. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu Pembobotan Menggunakan Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap pemilik industri kerajinan berdasarkan skor yang telah ditentukan. Dipilih pemilik industri kerajinan sebagai respoden karena pemilik industri kerajinan lebih fokus dalam mengambangkan industrinya. Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) Menggunakan hasil dari pembobotan skala likert dengan tingkat kinerja dan kepentingan sebagai input. Tingkat kinerja diukur menurut persepsi pemilik industri kerajinan berdasarkan fakta yang ada.tingkat kepentingan diukur menurut persepsi pemilik industri kerajinan dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dipenuhi oleh wilayah studi.

13 BAB IV Gambaran Umum Kecamatan Kepanjenkidul No Kelurahan Luas (Ha) 1 Kepanjenkidul 0, Kepanjenlor 0, Kauman 0, Bendo 1, Tanggung 2, Sentul 2, Ngadirejo 1,9102 Jumlah 10,5023 Gambaran Umum wilayah studi Batas-batas administrasinya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Nglegok dan Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Sebelah Selatan :Kelurahan Kepanjen Lor, Kota Blitar. Sebelah Barat :Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Sebelah Timur : Kelurahan Bendogerit, Kota Blitar.

14 Industri kerajinan kayu di wilayah studi Memiliki unit industri kerajinan kayu sebanyak 124 industri. Menggunakan bahan baku utama kayu mahoni dan bahan baku penunjang cat, lem, vernis, kulit, tali dll. Hasil kerajinan yoyo, sempoa, kendang, papan catur, asbak, guci, teko, vas bunga, hiasan meja, mainan kayu dan lain lain. Dari 124 unit industri, orang yang terlibat dalam bidang industri kerajinan pekerja, dengan setiap unit industri memiliki 2 30 pekerja. - Kel. Tanggung : hasil kerajinan telah beragam. Sebagian besar menjual kendang, catur dan yoyo. Telah lama masyarakat berprofesi sebagai pengrajin. - Kel. Sentul : hasil kerajinan beragam - Kel. Ngadirejo : hasil kerajinan yoyo, tenaga kerja berasal dari keluarga - Kel. Bendo : hasil kerajinan mainan, asbak, hiasan meja. Tenaga kerja berasal dari keluarga Kelurahan Industri Orang yang terlibat Tanggung Ngadirejo 6 12 Bendo 1 4 Sentul

15

16 Kebijakan Pemerintah Terkait Sentra Industri Kerajinan Kayu berdasarkan RDTRK BWKII Industri yang keberadaannya menyebar dan menyatu dengan kawasan permukiman penduduk dan mempunyai pengaruh terhadap lingkungan perlu direlokasi di kawasan industri yang telah disediakan. Jika perkembangan industri pesat dalam satu kawasan, maka untuk pengembangan selanjutnya diarahkan untuk membentuk kawasan tersendiri berupa sentra-sentra industri kecil dan kerajinan serta produk unggulan yang diarahkan sesuai dengan potensi kawasan Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan manajemen perusahaan guna meningkatkan efektifitas dan daya saing industri modernisasi teknologi agar hasil produksi lebih bervariasi. inovasi-inovasi untuk mengganti bahan baku kayu dan meregenerasi pohon-pohon yang telah ditebang. Pembangunan Show room industri kerajinan kayu sebagai pusat promosi. Pengembangan dimensi jalan pada ruasruas jalan yang membutuhkan peningkatan dimensi

17 Sumber Daya Manusia Jumlah Penduduk Perkelurahan Tahun 2010 Jenis Kelamin No Kelurahan Laki - laki Perem puan KK Jumlah 1 Bendo Tanggung Sentul Ngadirejo Jumlah Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2011 Jumlah Penduduk Miskin di Wilayah Studi Jumlah laki - laki dan Perempuan di wilayah studi Tahun Laki - laki Perempuan Sumber : Hasil Analisa, 2012 Kelurahan Sentul Bendo Ngadirejo Tanggung Jumlah Sumber : Pendataan Sosial Ekonomi 2008, 2009, 2010

18 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kelompok Umur Laki laki Perempu an Jumlah Sumber : RDTRK BWK II Kota Blitar, Komposisi Penduduk Menurut Usia Sumber : Hasil Analisa, 2012

19 Pendidikan Formal Yaitu tingkat pendidikan tenaga kerja industri kerajinan kayu berkisar antara sekolah dasar hingga SMA. Keterangan Jumlah (jiwa) Tingkat SD atau 429 pendidik an sederaja t SMP SMA > SMA 0 Total 1729 Pendidikan Informal Pelatihan di bidang kerajiinan yang pernah didapat oleh pengrajin. Pelatihan atau pembinaan hanya dirasakan pengrajin yang berada di kelurahan Tanggung. Pelatihan ini yaitu pelatihan mencari modal, pelatihan plitur, pelatihan finishing, pelatihan mengukir, pelatihan pemasaran dll. Berguna untuk meningkatkan produktivitas dan keragaman hasil kerajinan pengrajin Keterangan Jumlah (jiwa) Lama < Beker Tahun ja > Tahun Total 1729 Pengalaman Kerja Pengalaman kerja pengrajin di bidang industri kerajinan kayu rata rata sekitar 5 tahun hingga lebih

20 Bahan Baku Sumber daya alam yang digunakan sebagai bahan baku adalah kayu mahoni yang berumur tahun. Kayu mahoni berasal dari Blitar selatan, Malang serta Wonogiri. Dalam sehari pengrajin kayu di wilayah studi membutuhkan sekitar 15 kubik kayu per hari. Bahan penunjang yang digunakan seperti kulit, cat, lem, vernis, plitur dan lain lain dapat diperoleh di sekitar wilayah studi. Ketersediaan bahan baku penunjang yang melimpah memperlancar proses produksi. Akses dalam memperoleh bahan baku utama masih lancar. Jarak antara tempat produksi/ wilayah studi dengan sumber bahan baku utama skitar 15 km hingga 168 km. Pengiriman bahan baku kayu kurang lebih 20 hari sekali dengan sekali perjalanan maksimal 4 jam. Sumber : Survey primer, 2012

21 Arah Bahan Baku

22 Pelayanan Jaringan Jalan

23 Pelayanan Jaringan Listrik Jaringan listrik telah terlayani dengan baik. Sebagian besar masyarakat telah menggunakan infrastruktur untuk kebutuhan sehari-hari serta untuk proses produksi industri kerajinan kayu. Pelayanan Jaringan Air Bersih Kebutuhan air bersih pada wilayah studi dipenuhi dari penggunaan sumur (bor dan gali) dan PDAM. warga lebih menyukai menggunakan air sumur dibandingkan air PDAM, hanya beberapa rumah saja yang telah menggunakan PDAM. Pengolahan Limbah Limbah industri kerajinan kayu berupa serbuk kayu dan tatal masih dapat dimanfaatkan lagi dengan dijual kepada industri gula. Limbah industri kayu ini digunakan sebagai bahan bakar dalam industri gula. Dengan dijual, limbah kerajinan kayu dapat menambah pendapatan pengrajin dan tidak mencemari lingkungan

24 Komponen Produksi Metode penilaian yang digunakan dalam menilai daya saing yaitu dengan metode ekonomi wilayah yang variabel kuncinya termasuk biaya produksi di lokasi terutama biaya transport dan buruh. Biaya transport menjadi perhitungan dalam biaya produksi. Biaya produksi nantinya digunakan untuk menghitung kinerja atau efisiensi dari suatu industri. Biaya transport industri kerajinan kayu rata rata Rp , - Rp ,. Untuk biaya buruh/tenaga kerja industri kerajinan kayu dalam sebulan kurang lebih mulai dari Rp ,00 hingga Rp ,00. Upah buruh disesuaikan dari berapa lama bekerja serta berapa jumlah kerajinan yg dihasilkan dalam sebulan. Jejaring Jejaring yaitu jaringan kerjasama yang dilakukan antar pengrajin. Industri kerajinan kayu tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari industri atau pengrajin lain. Dengan Kerjasama yang kuat antar pengrajin akan membuat industri semakin berkembang, hal ini juga akan meminimalisir persaingan yang terjadi antar pengrajin. Peran Pemerintah Memberikan bantuan dalam bentuk bantuan pelatihan, bantuan alat alat indutri, bantuan pencarian modal dan bantuan pemasaran. Bantuan pemasaran pemerintah dengan mengikutsertakan hasil kerajinan kayu dalam pameran-pameran UKM serta membuat suatu acara untuk pemasaran. Bantuan pemerintah lebih fokus di Kelurahan Tanggung, karena Kelurahan Tanggung yang memiliki jumlah industri paling banyak.

25 Peran Swasta Adanya lembaga Paguyuban Pengrajin Bubut Kayu Kelurahan Tanggung (P2BKKT) sebagai lembaga yang mengkoordinasikan kegiatan industry kerajinan kayu di kecamatan Kepanjenkidul. P2BKKT ini berfungsi untuk memberikan informasi dan kebutuhan dari pengrajin dalam memperoleh bahan baku serta pemasaran. P2BKKT juga sebagai lembaga penghubung antara pengrajin dengan pemerintah. Swasta dalam hal ini yaitu perbankan yang berperan memberikan bantuan pinjaman modal dengan bunga ringan kepada pegrajin untuk mengembangakan industrinya. Peran Pengrajin Peran pengrajin yaitu peran aktif dari pengrajin dalam mencari modal, pemasaran, mengikuti pelatihan untuk meningkatkan produktifitas dll. Industri kerajinan dalam skala besar dan menengah telah mampu mencari modal, pemasaran serta mengikuti berbagai pelatihan hingga ke luar kota sehingga dalam pemasaran mereka telah mampu mengekspor hingga ke luar negri.

26 HASIL ANALISIS Analisis Kinerja Sentra Industri Kerajinan Kayu Kelurahan Industri Orang yang terlibat Tanggung Ngadirejo 6 12 Bendo 1 4 Sentul Sumber : Output DEA, 2012 Sumber : Hasil Analisa, 2012 Kelurahan Tanggung Kelurahan Kelurahan Ngadirejo Tanggung memiliki jumlah industri kerajinan kayu yang paling banyak, karena jumlah industrinya banyak maka kebutuhan akan bahan baku serta biaya Kelurahan produksi Kerajinan besar. Bendo kayu Orang yang yang dihasilkan terlibat yaitu didalam kerajinan industri yoyo. di kelurahan Tenaga kerja Tanggung dalam industri sebanyak 1554 berasal jiwa. Fokus dari keluarga. pemerintah Karena terpusat memiliki di kelurahan industri yang Tanggung. sedikit Bantuan persaingan dari diantara pemerintah Kelurahan berupa Hasil pengrajin kerajinan alat-alat Sentul juga industri, asbak, minim, mainan tiap pelatihan pengrajin anak-anak serta memiliki bantuan dan hiasan pasar pemasaran meja. sendiri, Tenaga hanya hal ini kerja fokus yang berasal di membuat kelurahan dari keluarga, home industri telah kelurahan lama berdiri Tanggung. Ngadirejo + 20 tahun. efisien. Karena hanya berdiri sendiri di Hasil kelurahan kerajinan Bendo, kendang, industri papan ini tidak catur, memiliki yoyo. Adanya pesaing. 20 Hasil industri kerajinan di kelurahan dijual kepada Sentul menyebabkan adanya persaingan pemborong. diantara pengrajin dalam mendapatkan pasar. Pengrajin di kelurahan Sentul kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Tidak

27 Dalam analisis selanjutnya Kelurahan Bendo tidak di bahas karena Kelurahan Bendo yang hanya memiliki satu unit industri kerajinan kayu tidak sesuai dengan teori sentra industri yaitu kumpulan dari satu jenis industri yang memiliki karakteristik sama. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu Uji Validitas dan Realibilitas Kelurahan Sentul Responden 10, df = jumlah kuisioner 2 atau 10 2 = 8 dan tingkat signifikansi sebesar 5%. R tabel yang diperoleh yaitu sebesar 0,5494. reliabel jika nilai korelasi sama atau lebih besar dari 0,8 Kelurahan Ngadirejo Responden 6, df = jumlah kuisioner 2 atau 6-2=4 dan tingkat signifikansi sebesar 5%. R tabel yang diperoleh yaitu sebesar 0,7293. reliabel jika nilai korelasi sama atau lebih besar dari 0,8 Kelurahan Tanggung Responden 45, df=jumlah kuisioner 2 atau 45-2=43 dan tingkat signifikansi sebesar 5%. R tabel yang diperoleh yaitu sebesar 0,2709. reliabel jika nilai korelasi sama atau lebih besar dari 0,8

28 No Variabel Tingkat Kinerja Kelurahan Sentul Kelurahan Ngadirejo Kelurahan Tanggung Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan Tingkat Kesesuaian 1 Pendidikan informal % % % 2 Pendidikan formal % % % 3 Pengalaman kerja % % % 4 Bahan baku % % % 5 Pelayanan jaringan jalan Importance-Peformance Analysis (IPA) % % % Faktor yang mempengaruhi pengembangan Pendidikan informal pengrajin Pendidikan formal pengrajin. Pengalaman kerja pengrajin Ketersediaan bahan baku Pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu 6 Pelayanan jaringan listrik % % % Pelayanan jaringan listrik industri kerajinan kayu 7 Pelayanan jaringan air bersih % % % Pelayanan jaringan air bersih industri kerajinan kayu 8 Pengolahan limbah % % % 9 Jaringan % % % 10 Peran pemerintah % % % 11 Peran swasta % % % 12 Peran pengrajin % % % Rata-rata % % % Pengolahan limbah industri kerajinan kayu Jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu Peranan pemerintah yang menunjang pengembangan industri kerajinan kayu Lembaga yang menaungi pengrajin. Peran aktif pengrajin dalam pengembangan industri kerajinan kayu

29 Matrik Importance Performance Analysis Kelurahan Sentul Kelurahan Ngadirejo Kelurahan Tanggung Keterangan : 1.faktor pendidikan informal pengrajin 2.faktor pendidikan formal pengrajin 3.faktor pengalaman kerja pengrajin 4.faktor ketersediaan bahan baku 5.faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu 6. faktor pelayanan jaringan listrik industri kerajinan kayu 7. faktor pelayanan jaringan air bersih industri kerajinan kayu 8. faktor pengolahan limbah industri kerajinan kayu 9. faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu 10. faktor peranan pemerintah yang menunjang pengembangan industri kerajinan kayu 11. faktor lembaga yang menaungi pengrajin 12. faktor peran aktif pengrajin dalam pengembangan industri kerajinan kayu

30 Tabel faktor pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kelurahan Sentul, Ngadirejo dan Tanggung No Kelurahan Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan 1 Sentul 2 Ngadirejo 3 Tanggung faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu faktor lembaga yang menaungi pengrajin. faktor peranan pemerintah yang menunjang pengembangan industri kerajinan kayu faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu faktor lembaga yang menaungi pengrajin faktor peranan pemerintah yang menunjang pengembangan industri kerajinan kayu faktor ketersediaan bahan baku faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu faktor peran aktif pengrajin dalam pengembangan industri kerajinan kayu

31 Arahan Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Kecamatan Kepanjenkidul Sentul (produksi) Ngadirejo (produksi) Arah pemasaran Tanggung (Produksi dan Pemasaran) Pemusatan pemasaran di Kelurahan Tanggung, selain sebagai pusat pemasaran, Kelurahan Tanggung juga tetap berproduksi. Kelurahan Sentul dan Ngadirejo difokuskan sebagai lokasi produksi industri kerajinan kayu. Kelurahan Sentul sebagai pusat produksi karena di kelurahan ini jumlah industri dan pengrajin tidak sebanyak dikelurahan Tanggung. Kelurahan Sentul memiliki hambatan dalam bidang pemasaran karena adannya persaingan dalam mendapatkan pasar. Dengan menfokuskan Kelurahan Sentul untuk proses produksi, maka pemasaran dikelola di Kelurahan Tanggung sehingga tidak meminimalisir adanya persaingan antar industri kerajinan kayu. Dipilihnya Kelurahan Tanggung sebagai pusat pemasaran karena jumlah industrinya yang paling banyak, adanya lembaga P2BKKT yang mengelola pemasaran serta dilewati oleh rencana pembangunan jalan lingkar luar.

32 Dilewati oleh jalan lingkar luar sehingga memiliki potensi pengembangan yang lebih besar

33 Arah Pemasaran

34 BAB V Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai kinerja sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul yang diukur dengan efisiensi menunjukkan Kelurahan Sentul merupakan kelurahan yang tidak efisien sedangkan Kelurahan Ngadirejo, Bendo dan Tanggung merupakan kelurahan yang memiliki kinerja efisien. 2. Faktor yang mempengaruhi pengembangan sentra industri kerajinan kayu perkelurahan Kelurahan Sentul Faktor pelayanan jaringan jalan, jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu, faktor lembaga dan faktor peranan pemerintah. Kelurahan Ngadirejo Faktor pelayanan jaringan jalan, faktor lembaga dan faktor peranan pemerintah. Kelurahan Tanggung Faktor ketersediaan bahan baku, faktor pelayanan jaringan jalan, faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu dan faktor peran aktif pengrajin 3. Arahan pengembangan sentra industri kayu di kecamatan kepanjenkidul berdasarkan pendekatan PEL Kelurahan Sentul Peningkatan kualitas infrastruktur jalan, pembentukan manajemen industri kerajinan kayu,

35 Saran 1. Dalam melakukan pengembangan melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal, hal-hal yang perlu dikaji selain variabel yang ada adalah aspek teknologi dan kemandirian 2. Saran terhadap pemerintah Kota Blitar : Menfokuskan pengembangan pada satu produk unggulan di BWK II, sehingga arahan pengembangan dapat lebih fokus pada satu bidang industri Dalam kebijakan pemerintah terkait sentra industri kerajinan kayu berdasarkan RDTRK BWK II belum dibahas tentang kerjasama antar industri kerajinan kayu, peran pemerintah, peran swasta serta peran pengrajin. Untuk pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul dapat didekati dengan konsep pengembangan ekonomi lokal (PEL) karena pada sentra industri kerajinan kayu telah ada tenaga pengrajin merupakan penduduk lokal, lembaga P2BKKT yang menaungi serta menggunakan bahan baku dari daerah setempat yang merupakan fokus utama dari konsep PEL.

Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Blitar (Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal)

Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Blitar (Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Blitar (Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal) Windy Widya Dwiriyanti,

Lebih terperinci

Pengembangan Kawasan Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto

Pengembangan Kawasan Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto Pengembangan Kawasan Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto Studi kasus : Kawasan Industri alas kaki di Kecamatan Sooko, Kecamatan Puri, Kecamatan Mojoanyar. Andini Okky Novitasari 3609 100 024 Pembimbing

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI Preview Sidang 3 Tugas Akhir ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN BANGOREJO, KABUPATEN BANYUWANGI Disusun: Nyimas Martha Olfiana 3609.100.049

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO KECAMATAN TULANGAN - SIDOARJO

PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO KECAMATAN TULANGAN - SIDOARJO Tugas Akhiir PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO KECAMATAN TULANGAN - SIDOARJO Vinza Firqinia Fristia 361010018 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TUBAN

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TUBAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TUBAN Desi Oktaviani 3608 100 065 Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN POSITIVISTIK Merupakan pendekatan penelitian yang bersumber pada fakta dan berlandaskan teori untuk menganalisis obyek spesifik di lapangan. KAUSAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI TUGAS AKHIR RP09-1333 1 PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI REZA PURBA ADHI NRP 3608 100 050 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso,

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI SEPATU MELALUI PENDEKATAN CITY MARKETING DI KECAMATAN TROWULAN, KABUPATEN MOJOKERTO

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI SEPATU MELALUI PENDEKATAN CITY MARKETING DI KECAMATAN TROWULAN, KABUPATEN MOJOKERTO PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI SEPATU MELALUI PENDEKATAN CITY MARKETING DI KECAMATAN TROWULAN, KABUPATEN MOJOKERTO Handy Twinosa 3608100006 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-158 Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan Andrea Yuandiney dan Eko Budi Santoso Program

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: BAMBANG WIDYATMOKO L2D 098 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN ARIS SUBAGIYO Halama n 1 & PUSAT PERTUMBUHAN PELAYANAN Halama n Penentuan Pusat Pertumbuhan & Pusat Pelayanan 4 ciri pusat pertumbuhan : Adanya hubungan internal

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (BKPM, 2004). Investasi merupakan salah satu motor penggerak serta penopang pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan 39 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan sekunder. 1.1.Data primer pengumpulan data dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI Nyimas Martha Olfiana, Adjie Pamungkas Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-148 Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran Dira Arumsani dan Adjie Pamungkas

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan

Lebih terperinci

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-239 Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Lebih terperinci

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh: HEPILIA KORNILASARI L2D 004 319 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL. PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL. BARITO KEC.SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR Oleh: LEONARD SIAHAAN L2D 005 373

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri telah mengalami perkembangan pesat baik di kota-kota besar

BAB I PENDAHULUAN. Industri telah mengalami perkembangan pesat baik di kota-kota besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri telah mengalami perkembangan pesat baik di kota-kota besar ataupun kecil di seluruh Nusantara. Perkembangan ini telah mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Masih ditemukannya banyak penduduk miskin wilayah pesisir Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, menunjukkan adanya ketidakoptimalan kegiatan pemberdayaan ekonomi

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah Ani Satul Fitriyati dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN.

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN. III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data diperoleh dari penelitian lapangan melalui wawancara langsung terhadap petugas Kelurahan Sukabumi Indah mengenai Pendistribusian RASKIN

Lebih terperinci

KONSEP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN BTN BAUMATA, KOTA KUPANG

KONSEP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN BTN BAUMATA, KOTA KUPANG TESIS KONSEP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN BTN BAUMATA, KOTA KUPANG ROLIVIYANTI JAMIN 3208201833 DOSEN PEMBIMBING Ir. Purwanita S, M.Sc, Ph.D Dr. Ir. Rimadewi

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda

Lebih terperinci

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun 2016-2021 Terwujudnya Ketahanan Pangan bagi Masyarakat Kabupaten Kediri yang Religius, Cerdas, Sehat, Sejahtera, Kreatif, dan Berkeadilan, yang didukung oleh

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA DISNAKERTRANSDUK PROV. JAWA TIMUR Untuk mewujudkan agenda dan prioritas pembangunan di Jawa Timur berdasarkan visi, misi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango terdiri dari Tiga (3) Lingkungan yaitu

Lebih terperinci

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH 1. Dampak Industry Terhadap Perekonomian Krisis ekonomi menyebabkan turunnya kinerja sektor industri. jumlah unit industri besar berkurang, namun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPET DAS KAKAB DI KABUPATEN BARITO SELATAN

PENGEMBANGAN KAPET DAS KAKAB DI KABUPATEN BARITO SELATAN PENGEMBANGAN KAPET DAS KAKAB DI KABUPATEN BARITO SELATAN Andrea Yuandiney 3609 100 002 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Harapan Jaya merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada di dalam Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Produktivitas merupakan salah satu isu penting dalam perusahaan maupun organisasi. Menurut Tangen (2005), sebuah perusahaan perlu menyadari bahwa peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Trimurti memiliki luas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

PERAN DAN ARAH PENGEMBANGAN INDUSTRI MEBEL DI JEPARA

PERAN DAN ARAH PENGEMBANGAN INDUSTRI MEBEL DI JEPARA PERAN DAN ARAH PENGEMBANGAN INDUSTRI MEBEL DI JEPARA PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA Disampaikan pada Simposium Nasional Value Chain of Furniture, other Forest Products and Ecosystem Services Bogor, 14 Februari

Lebih terperinci

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-81 Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri Eka Putri Anugrahing Widi dan Putut Gde Ariastita Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) Pendahuluan Perkembangan Kota dapat mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk Permukiman

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (014) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) C-87 Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Lebih terperinci

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, komoditas ini juga memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri.

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG Oleh : RIZKY KHAIRUNNISA Nrp : 3607 1000 41 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia

Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia Maruli A. Hasoloan Ses. Badan Penelitian Pengembangan & Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi The National Conference on Green Jobs the Way Forward Jakarta,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

III. METODE PENELITIAN. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 35 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer Sumber data primer pada penelitian ini adalah masyarakat penerima bantuan langsung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai berikut :

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai berikut : IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Data monografi Desa Gandrungmanis (Tahun 2016, Semester 1) menunjukkan keadaan alam, keadaan penduduk, dan keadaan sarana perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata

Lebih terperinci

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA September 2011 1. Pendahuluan Pulau Kalimantan terkenal

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan andal sebagai usaha

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga puluh tahun Indonesia menjalani sistem sentralistik. Namun, reformasi pembangunan telah membawa perubahan tidak hanya terhadap sistem penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PENGOLAHAN LIMBAH KACA DI KELURAHAN PELINDUNG HEWAN KOTA BANDUNG

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PENGOLAHAN LIMBAH KACA DI KELURAHAN PELINDUNG HEWAN KOTA BANDUNG bidang TEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PENGOLAHAN LIMBAH KACA DI KELURAHAN PELINDUNG HEWAN KOTA BANDUNG NOVRINI HASTI, ROMEIZA SYAFRIHARTI, RATNA IMANIRA SOFIANI Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci