BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, Daerah Istimewa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, Daerah Istimewa"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terkenal sebagai daerah tujuan wisata domestik dan mancanegara. Hal ini tidak lepas dari beragamnya kekayaan wisata DIY, baik wisata alam dan wisata budaya, berbagai predikat yang dimiliki DIY sebagai kota pendidikan, kota budaya, kota perjuangan, dan kota pariwisata serta visi pembangunan pariwisata DIY yaitu terwujudnya Yogyakarta sebagai destinasi wisata berkelas dunia, memiliki keunggulan saing dan banding, berwawasan budaya, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan berbasis kerakyatan sebagai pilar utama perekonomian (Badan Pusat Statistik Provinsi DIY, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Yogyakarta pada tahun 2013 jumlah kunjungan mencapai 2,6 juta wisatawan domestik dari target 2,2 juta orang dan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 1,8 juta wisatawan. Kondisi ini tentu saja menjadi indikator yang dapat menggambarkan berkembangnya kegiatan pariwisata DIY (Badan Pusat Statistik Provinsi DIY, 2014). Berkembangnya kegiatan pariwisata berpengaruh positif terhadap industri perhotelan. Industri perhotelan memang tidak bisa dipisahkan dari sektor pariwisata. Kegiatan pariwisata tidak akan bisa berkembang dengan baik apabila tidak didukung industri perhotelan. Tumbuhnya industri perhotelan yang terjadi di DIY tidak lepas dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah ini. Berdasarkan data yang

2 terlihat pada Tabel 1.1 mengenai jumlah akomodasi hotel, kamar, dan tempat tidur di DIY , selama tahun 2013 akomodasi hotel berbintang tercatat sebanyak 61 unit, jumlah tersebut meningkat sebanyak 7 unit dibanding tahun Akomodasi hotel non bintang tercatat sebanyak 1109 unit pada tahun 2013, meningkat dari jumlah 1100 unit pada tahun 2012 (Badan Pusat Statistik Provinsi DIY, 2014). Tabel 1.1 Jumlah Akomodasi Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur di DIY, (Unit) Bintang Non Bintang Tahun Akomodasi Kamar Tempat Tidur Akomodasi Kamar Tempat Tidur Sumber: Badan Pusat Statistik DIY (2014) Tabel 1.1 memperlihatkan data mengenai jumlah akomodasi hotel, kamar, dan tempat tidur di DIY Peningkatan hotel bintang secara signifikan terjadi sejak tahun Jumlah kamar yang tersedia di hotel bintang pada tahun 2013 mencapai unit dengan tempat tidur sebanyak unit. Sedangkan jumlah kamar yang tersedia di hotel non bintang tercatat sebanyak unit dengan kapasitas tempat tidur sebanyak unit. Jika dibandingkan dengan tahun 2012,

3 jumlah kamar hotel non bintang meningkat, namun kapasitas tempat tidurnya mengalami penurunan karena beberapa hotel non bintang berubah statusnya menjadi hotel bintang (Badan Pusat Statistik Provinsi DIY, 2014). Hotel yang merupakan sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructures) memiliki peranan penting bagi daerah tujuan wisata. Fungsi utama hotel adalah sebagai sarana akomodasi bagi wisatawan untuk menginap. Minat pengunjung yang semakin tinggi untuk berwisata ke DIY tentunya mendorong kebutuhan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel. Pola perkembangan TPK hotel pada Tabel 1.2 selama tahun mengalami fluktuasi. Tercatat dua kali jumlah TPK mengalami penurunan, yaitu tahun 2006 sebagai dampak gempa bumi yang terjadi di DIY dan tahun 2011 sebagai dampak dari erupsi Gunung Merapi (Badan Pusat Statistik DIY, 2014). Tabel 1.2 TPK Hotel di DIY menurut Jenis Hotel, (Persen) Tahun Hotel Bintang Hotel Non Jumlah Bintang ,99 21,50 26, ,86 19, 51 23, ,85 24,18 29, ,26 30,97 35, ,44 57,15 55, ,83 31,59 35, ,65 34,55 37, ,19 36,56 40, ,20 30,02 36,41 Sumber: Badan Pusat Statistik DIY (2014)

4 Data Tabel 1.2 mengenai TPK hotel di DIY menurut jenis hotel menunjukkan bahwa pada tahun 2013, TPK hotel bintang tercatat 56,20 dan meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 55,19 persen. Sementara TPK hotel non bintang tercatat sebesar 30,02 persen dan cenderung menurun jika dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar 36,72 persen (Badan Pusat Statistik DIY, 2014). Fenomena ini menggambarkan perkembangan kecenderungan wisatawan untuk menginap di hotel bintang yang lebih tinggi dibandingkan dengan hotel non bintang. Untuk memenuhi kebutuhan akomodasi wisatawan yang terus bertambah, selama tahun 2013 pembangunan hotel-hotel di DIY berjalan cukup pesat. Hal ini lah yang mengakibatkan persaingan bisnis perhotelan semakin ketat dan perlu diiringi dengan perkembangan sumber daya manusianya, baik secara kualitas karyawan maupun kuantitas, untuk dapat memenangkan persaingan yang ada. Pertumbuhan di sektor industri perhotelan DIY membuat manajer SDM (Sumber Daya Manusia) ditantang oleh kenaikan kebutuhan tenaga kerja berkualitas. Realitas saat ini mengenai meningkatnya pekerjaan berbasis pengetahuan, kekurangan pelamar yang kompeten dan berkualitas, beragamnya tenaga kerja, serta kesulitan menarik dan mempertahankan karyawan yang berbakat merupakan tantangan yang harus segera dihadapi untuk dapat mencapai keberhasilan organisasi dalam memenangkan persaingan. Diantara faktor-faktor yang menentukan keberhasilan organisasi, membangun hubungan kerja yang baik antara perusahaan dan karyawan kini menjadi perhatian utama. Hubungan kerja berkaitan dengan kesepakatan yang dibuat mengenai apa

5 yang ditawarkan perusahaan dan bagaimana karyawan dapat memberikan kontribusinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kesepakatan ini tidak hanya berupa kontrak yang bersifat legal, seperti sistem penggajian maupun sistem penilaian kerja karyawan, namun ada kontrak lain yang dinilai lebih penting yaitu mengenai hubungan kepercayaan diantara keduanya yang disebut sebagai kontrak psikologis. Kontrak psikologis merupakan komponen dasar dalam membangun hubungan kerja (The Work Foundation, 2009). Employer branding secara langsung dikaitkan dengan tawaran pengalaman kerja berbeda dengan mempertimbangkan berbagai manfaat yang nantinya akan digunakan untuk membentuk kesepakatan antara karyawan dan perusahaan. Employer branding didefinisikan sebagai suatu paket dari manfaat fungsional, ekonomi, dan psikologi yang disediakan oleh perusahaan serta diidentifikasi dengan pekerjaan yang disediakan oleh perusahaan tersebut (Ambler dan Barrow, 1996). Teori kontrak psikologis mendukung strategi employer branding dalam menawarkan suatu pengamalan kerja yang unik dan berbeda bagi karyawan (Backhaus dan Tikoo, 2004). Brand sering digunakan untuk membedakan produk dan perusahaan dalam rangka membangun nilai ekonomi bagi konsumen dan perusahaan (Sokro, 2012). Salah satu pemahaman yang paling dasar tentang brand berasal dari American Marketing Association yang mendefinisikan brand sebagai nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi diantaranya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari suatu kelompok penjual dan untuk membedakan mereka dari para pesaing (Backhaus dan Tikoo, 2004).

6 Brand merupakan aset tidak berwujud perusahaan yang paling berharga. Meskipun perusahaan biasanya fokus pada upaya branding untuk mengembangkan produk dan perusahaan mereka, branding juga dapat digunakan dalam bidang manajemen SDM (Sokro, 2012). Ambler dan Barrow (1996), pertama kali menerapkan konsep brand untuk bidang manajemen SDM, melihat perusahaan sebagai brand dan karyawan sebagai pelanggan. Employer branding merupakan pendekatan yang relatif baru bagi perusahaan sebagai pemberi kerja untuk merekrut dan mempertahankan bakat terbaik dalam lingkungan yang semakin kompetitif. Backhaus dan Tikoo (2004), mendefinisikan employer branding sebagai proses membangun identitas perusahaan yang terdiferensiasi dan unik sebagai konsep perusahaan untuk membedakannya dari pesaing. Employer branding merupakan strategi jangka panjang yang ditargetkan untuk mengelola persepsi dan kesadaran karyawan, karyawan potensial, dan stakeholder terkait dengan perusahaan tertentu (Sullivan, 2004). Employer branding dihasilkan oleh perusahaan itu sendiri sebagai identitas untuk menciptakan daya tarik bagi pihak internal maupun pihak eksternal. Dalam percakapan sehari-hari terkadang kita melihat antusiasme berbeda setiap orang ketika sedang membicarakan suatu perusahaan. Rasa ingin tahu dan kagum yang ditunjukkan oleh orang lain terhadap suatu perusahaan tentunya akan menciptakan rasa kebanggaan tersendiri bagi karyawan dan bagi calon karyawan, semakin tinggi reputasi perusahaan akan menjadikan ketertarikan untuk bekerja juga semakin tinggi.

7 Menurut Backhaus dan Tikoo (2004) perusahaan membentuk employer branding melalui tiga tahapan, yaitu mengembangkan Employment Value Proposition (EVP), memasarkan EVP tersebut kepada calon aplikan, dan mengkomunikasikan brand kepada karyawan perusahaan. Pertama, perusahaan memgembangkan konsep EVP yang menjadi bagian dari employer brand. Menurut Eisenberg et.al. (2001) dalam Backhaus dan Tikoo (2004), EVP merupakan pesan utama yang disampaikan oleh brand tentang image perusahaan. Hal ini menjadi kunci penting bahwa EVP berasal dari audit menyeluruh dari karakteristik yang membuat perusahaan menjadi tempat yang baik untuk bekerja. Kedua, perusahaan memasarkan EVP tersebut kepada karyawan potensial yang menjadi target perekrutan (Backhaus dan Tikoo, 2004). Brand merupakan janji yang dibuat dalam perekrutan dan bagian dari budaya organisasi. Sehingga, perusahaan harus mampu memberikan preview pekerjaan dengan realistis sehingga tidak menimbulkan harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Tahap kedua dalam proses pembentukan employer branding ini menggunakan strategi external marketing. External marketing membentuk persepsi perusahaan sebagai employer of choice sehingga memungkinkan perusahaan untuk memperoleh calon-calon karyawan terbaik (Backhaus dan Tikoo, 2004). Perusahaan membangun employer of choice di dalam industri perusahaan tersebut berada sebagai salah satu strategi yang dapat digunakan oleh manajer SDM dalam menghadapi persaingan untuk mendapatkan dan mempertahankan karyawan yang berkualitas serta menekan tingkat turnover (Lenaghan dan Eisner, 2006). Perusahaan yang menjadi employer of choice tidak

8 hanya mampu memastikan bahwa karyawannya bergabung dan tetap tinggal di perusahaan, tetapi juga mampu mengidentifikasi visi perusahaan, nilai-nilai dan memberikan loyalitas, komitmen, serta kinerjanya (Sehgal dan Malati, 2013). Asumsinya adalah keunikan yang ditawarkan oleh perusahaan melalui employer branding akan mampu menarik karyawan yang memiliki potensi unik dan unggul untuk membuat perusahaan selangkah lebih maju dibandingkan pesaingnya. Ketiga, perusahaan harus melakukan internal marketing dengan cara mengkomunikasikan brand secara efektif kepada karyawan perusahaan dengan tujuan menciptakan tenaga kerja yang akan sulit ditiru oleh perusahaan lain (Backhaus dan Tikoo, 2004). Karyawan dengan potensi unik merupakan salah satu sumber daya yang mampu membawa keunggulan kompetitif bagi perusahaan di mana ia bekerja. Internal marketing juga berkontribusi dalam mempertahankan karyawan (Ambler dan Barrow, 1996) dengan menggunakana brand perusahaan untuk memperkuat hubungan kerja sehingga karyawan tetap tinggal dalam organisasi. Data dari The Economist (2003) menunjukkan bahwa dengan pengelolaan cermat atas praktik employer branding dapat memberikan manfaat yang nyata. Data tersebut menunjukkan peningkatan 20 persen atas ketersediaan pekerja, peningkatan komitmen sebesar empat kali lipat, dan penurunan 10 persen atas biaya gaji. Studi yang dilakukan oleh The Society of Human Resources Management menemukan bahwa disaat employer branding secara tepat merepresentasikan budaya perusahaan, hal tersebut lebih memungkinkan bagi perusahaan untuk mempertahankan karyawan

9 mereka, menghemat biaya rata-rata sejumlah $2,915 untuk setiap proses perekrutan karyawan (The Society for Human Resources Management, 2007). Backhaus dan Tikoo (2004) mengungkapkan bahwa hasil akhir yang ingin dicapai oleh organisasi melalui employer branding adalah brand equity organisasi, yaitu efek dari brand knowledge terhadap karyawan potensial dan karyawan yang sudah dimiliki perusahaan. Brand equity perusahaan mendorong calon karyawan potensial untuk mendaftar di perusahaan tersebut. Bagi karyawan perusahaan saat ini, brand equity yang dimiliki perusahaan tempat mereka bekerja mendorong karyawan untuk tetap bertahan dan mendukung perusahaan. Brand equity ini selanjutnya akan menghasilkan dua aset penting, yaitu brand association dan brand loyalty (Backhaus dan Tikoo, 2004). Employer brand association membentuk image organisasi yang pada akhirnya akan berdampak pada ketertarikan calon aplikan terhadap organisasi tersebut. Sementara employer brand loyalty merupakan komitmen yang diberikan karyawan terhadap organisasi yang akan berdampak pada produktivitas kerja karyawan. Brand berfungsi sebagai janji. Perusahaan dengan employer branding yang sukses adalah mereka yang secara konsisten memenuhi janji yang melekat pada brand di seluruh siklus hidup perusahaan (The Work Foundation, 2009) berkaitan dengan image perusahaan sebagai organisasi terbaik untuk bekerja. Selanjutnya, janji ini yang akan menjadi pedoman untuk membentuk kontrak hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan. The Work Fundation (2009) mengemukakan bahwa

10 organisasi yang mampu menawarkan kontrak menarik akan memperoleh kembali kontribusi lebih seperti kinerja tinggi, fleksibilitas, keahlian, dan discretionary effort. Manajemen SDM dinyatakan berhasil apabila mampu menujukkan adanya peningkatan kontribusi yang diberikan karyawan atas ketercapaian tujuan organisasi. Discertionary effort merupakan upaya yang tidak diminta, berasal dari keinginan individu untuk terlibat dalam suatu kegiatan karena menikmati, tertarik, dan bersedia untuk memberikan tambahan usahanya pada kegiatan tersebut (Katoma, 2011). Menurut Yankelovich dan Immerwahr (1983) discretionary effort merupakan upaya sukarela karyawan melebihi apa yang disyaratkan oleh pekerjaaannya. Pada kenyataannya efektivitas dan produktivitas organisasi sangat dipengaruhi oleh discretionary effort karyawan. Perusahaan membutuhkan karyawan untuk mengeluarkan potensinya secara maksimal dan memberikan kinerja terbaiknya. Tuntutan atas discretionary effort semakin tinggi terutama pada industri yang memiliki hubungan dekat dan timbal balik dengan pelanggan seperti industri keuangan dan perhotelan (April dan Katoma, 2009). Meningkatnya perubahan dari fokus bisnis manufaktur menjadi bisnis orientasi pelayanan menjadikan human effort menjadi lebih penting dalam pembentukan nilai. Pembentukan nilai ini mencakup mempertahankan pelanggan karena membangun pelayanan pelanggan dikembangkan dari discretionary behaviour karyawan (Katoma 2011). Lebih dari itu, pelanggan puas secara emosional adalah pelanggan yang puas dengan produk dan pelayanan yang diberikan perusahaan sehingga menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan perusahaan.

11 Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Hubungan kerja tersebut berkaitan dengan kesepakatan yang dibuat mengenai apa yang ditawarkan perusahaan, berupa employer branding, dan bagaimana karyawan dapat memberikan discretionary effort sebagai wujud atas kontribusinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Neil (2012) menyatakan terdapat pengaruh employer branding terhadap discretionary effort. Employer branding yang baik harus mampu menyelaraskan ke arah perusahaan dan menjelaskan mengapa karyawan berbakat harus memberikan discretionary effort untuk mendorong kesuksesan tujuan perusahaan (Neil, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti pengaruh employer branding terhadap internal perusahaan (existing employee). Employee engagement digunakan sebagai variabel mediasi untuk meneliti pengaruh employer branding terhadap discretionary effort. Kahn (1990) mendefinisikan employee engagement sebagai perilaku yang menunjukkan bahwa individu karyawan melaksanakan perannya sesuai jabatan dalam organisasi secara penuh dan menanggalkan peran lain yang disandangnya selama berada dalam lingkungan kerja dan pelaksanaan tugas jabatannya. Selain itu, Saks (2006) mengungkapkan engagement sebagai sebuah konstruksi yang unik dan berbeda yang terdiri dari komponen kognitif, emosional, dan perilaku yang berkaitan dengan peran kinerja individu. Beberapa alasan dipilihnya employee engagement sebagai variabel mediasi adalah pertama, terdapat pengaruh yang kuat employer branding terhadap employee engagement. Pada tahun 2007, Brain Heger mengadakan studi empiris menggunakan

12 data dari 614 responden, untuk mengidentifikasi pengaruh antara EVP, komponen utama dari employer branding, terhadap tingkat engagement responden (Park dan Zhou, 2013). Studi tersebut mengungkapkan bahwa employee engagement dipengaruhi oleh EVP organisasi, dalam atribut EVP (unsur daya tarik bagi karyawan) tersebut bertindak untuk memotivasi karyawan sebuah perusahaan (Heger, 2007). Survey yang dilakukan oleh Corporate Leadership Council juga menemukan bahwa karyawan yang mempersepsikan EVP perusahaan tempatnya bekerja kurang kompetitif dibandingkan dengan perusahaan lainnya memungkinan disengage dengan mengurangi kontribusi atau meninggalkan perusahaan (Corporate Leadership Council, 2006). Studi empiris lain yang dilakukan pada 113 perusahaan lintas industri mengungkapkan bahwa di perusahaan yang mengembangkan employer branding, karyawan lebih cepat engaged dalam pembuatan keputusan dan proses manajemen (Kucherov & Zavyalova, 2011). Kedua, employee engagement merupakan variabel yang penting untuk mengindikasikan discretionary effort. Menurut Schaufeli dan Bakker (2004) serta Saks (2006) mengungkapkan bahwa karyawan yang merasa engaged lebih memungkinkan untuk bekerja lebih keras melalui bertambahnya tingkat discretionary effort dan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk meninggalkan perusahaan dibandingkan karyawan yang disengage. Discretionary effort adalah perwujudan perilaku dari keputusan kognitif dan emosional untuk engagement (Macey dan Schneider, 2008; Saks, 2006).

13 Ketiga, employer branding mempengaruhi discretionary effort melalui employee engagement. Beberapa praktisi dari Chartered Institute of Personnel and Development mengemukakan bahwa employer branding dapat memainkan peranannya dalam membangun engagement dengan cara meyakinkan karyawan untuk memberikan discretionary effort selama bekerja, melebihi persyaratan minimal untuk menyelesaikan pekerjaan (Chartered Institute of Personnel and Development, 2008). Employer branding memiliki tujuan untuk meyakinkan karyawan bahwa organisasi yang mereka pilih merupakan tempat kerja yang baik, untuk mempertahankan karyawan, dan memastikan pemahaman mereka tentang tujuan organisasi serta komitmen untuk mencapai tujuan organisasi tersebut (Sullivan, 2004) yang pada akhirnya akan mempersepsikan organisasi sebagai employer terbaik. Employer terbaik dapat dibedakan dari pesaing dengan tingkat employee engagement yang tinggi (Aon Hewitt, 2011), menghubungkan pada tingginya discretionary effort yang pada akhirnya akan mengarahkan pada tingginya pendapatan, laba, dan kembalinya investasi yang selanjutnya menghasilkan keunggulan kompetitif perusahaan (Ritson, 2002; Backhaus dan Tikoo, 2004; Barrow dan Mosley, 2005). Motivasi perlunya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan adalah pertama, beberapa studi mengungkapkan pengaruh employer branding terhadap employee engagement, sementara beberapa studi lain mengungkapkan pengaruh employee engagement terhadap discretionary effort. Meskipun demikian, beberapa pengaruh tersebut tidak memperhatikan teori-teori yang memunculkannya dan diteliti secara unidimensional. Kedua, studi secara

14 multidimensional mengenai pengaruh antara employer branding, employee engagement, dan discretionary effort merupakan studi yang langka, khususnya melalui pendekatan akademis. Ketiga, dalam industri jasa seperti perhotelan, karyawan memainkan peranan penting dalam menjaga hubungan perusahaan dengan pelanggan. Meningkatnya jumlah hotel dari tahun ke tahun di DIY menyebabkan perusahaan harus mampu membedakan dengan pesaingnya untuk memperoleh dan mempertahankan karyawan yang berbakat, serta membangun kepuasan pelanggan atas layanan perusahaan. Employer branding merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk memenangkan persaingan tersebut. Dari penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh employer branding terhadap discretionary effort dan employee engagement memediasi pengaruh employer branding terhadap discretionary effort. Selanjutnya penelitian ini akan dikemas dengan judul Pengaruh Employer Branding terhadap Discretionary Effort dengan Employee Engagement sebagai Variabel Mediasi. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pembahasan di atas, secara umum pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut Apakah employer branding berpengaruh terhadap discretionary effort? Apakah employer branding berpengaruh terhadap employee engagement? Apakah employee engagement berpengaruh terhadap discretionary effort? Apakah employee engagement memediasi pengaruh employer branding terhadap discretionary effort?

15 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini terbatas pada satu organisasi yang menjadi objek penelitian yaitu Wisma MM UGM Yogyakarta Analisis yang diteliti pada penelitian ini terbatas pada variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini, meskipun ada beberapa kemungkinan terdapat variabel-variabel lain diluar model yang berpengaruh terhadap variabelvariabel yang diteliti. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh employer branding terhadap discretionary effort; Pengaruh employer branding terhadap employee engagement; Pengaruh employee engagement terhadap discretionary effort; Employee engagement memediasi pengaruh employer branding terhadap discretionary effort. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak perusahaan, akademisi, dan peneliti lain. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut Pihak perusahaan Bagi pihak perusahaan, penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi empiris mengenai pengaruh employer branding terhadap discretionary effort dengan employee engagement sebagai variabel

16 mediasi sehingga dapat menjadi bahan pertimbanan sebagai dasar pengambilan keputusan Pihak akademisi Bagi pihak akademisi, hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai pengaruh employer branding terhadap discretionary effort dengan employee engagement sebagai variabel mediasi yang dapat digunakan sebagai acuan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan model Pihak peneliti Bagi pihak peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh employer branding terhadap discretionary effort dengan employee engagement sebagai variabel mediasi. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bagian yang utama: BAB I PENDAHULUAN Bab I menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab II merupakan telaah literatur yang berisi argumen-argumen konseptual yang akan diuji dalam penelitian dan pengembangan hipotesis.

17 BAB III METODE PENELITIAN Bab III menjelaskan tentang pengambilan sampel dan teknik pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan terdiri atas beberapa tahapan mulai dari penjelasan jenis penelitian, metode pengumpulan data, penjelasan variabelvariabel penelitian, rumus yang digunakan, dan metode analisis data melalui pengujian statistik. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab IV merupakan analisis data, dalam bab ini menjelaskan hasil penelitian berdasarkan analisis yang telah dilakukan, meliputi model estimasi dan pengujian hipotesis. Hasil penelitian dianalisis sesuai dengan teori dalam Bab II. BAB V PENUTUP Bab V berisi penutup yang menyimpulkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, implikasi serta kemungkinan keterbatasan-keterbatasan yang ditemui penulis selama melakukan penelitian, serta memberikan saran yang mampu menunjang atau menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Bagian ini berisi buku teks, artikel jurnal, dan bacaan lain yang digunakan sebagai referensi dalam membahas permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan bisnis masa kini. Sebelum melakukan perumusan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang tidak mudah untuk dicapai oleh perusahaan dalam lingkungan persaingan bisnis yang ketat dewasa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan aset paling penting bagi sebuah perusahaan. Ketatnya persaingan global menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan tampil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan kota dengan perkembangan bisnis yang pesat dan cukup signifikan. Pembangunan infrastruktur yang terkait dengan sarana dan prasarana penunjang perekonomian

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Employee engagement merupakan konsep yang relatif baru bagi manajemen. Konsep ini menjadi sebuah pembahasan yang menarik bagi perkembangan ilmu manajemen sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pariwisata di Indonesia saat ini terbilang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini, menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja berbakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja berbakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi yang beroperasi di pasar kompetitif harus siap menghadapi persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja berbakat. Menurut Berthon et.al. (2005) kompetisi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar belakang

1 PENDAHULUAN Latar belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar belakang Organisasi menghadapi persaingan yang amat ketat dan kompetitif saat ini. Globalisasi, perkembangan komunikasi dan teknologi informasi yang terjadi cepat selama 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era globalisasi ekonomi, keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari suatu kondisi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur,

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian apartemen Menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7. Bonus (Departemen Khusus) 2. Tunjangan transportasi. 8. Service charge 3. Tunjangan kesehatan(bpjs) 9. Kantin 4.

BAB I PENDAHULUAN. 7. Bonus (Departemen Khusus) 2. Tunjangan transportasi. 8. Service charge 3. Tunjangan kesehatan(bpjs) 9. Kantin 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Star Hotel (sebelumnya bernama Best Western Star Hotel) adalah hotel bintang empat yang berlokasi sangat strategis di Jl. MT. Haryono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini pertumbuhannya semakin meningkat. Perkembangan pariwisata saat ini demikian pesat, dan merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan menarik bagi sebagian orang adalah mencoba berbagai makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga merupakan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan bukan hanya sebagai alat

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan bukan hanya sebagai alat Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan bukan hanya sebagai alat dalam produksi tetapi merupakan bagian penting dan memiliki peran yang krusial. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan atau sumber daya manusia ( SDM ) merupakan satu-satunya aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain yang tidak bernapas atau bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikumpulkan dari 54 hotel berbintang dan 521 hotel non bintang di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dikumpulkan dari 54 hotel berbintang dan 521 hotel non bintang di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Yogyakarta tiap tahun terus mengalami peningkatakan. Berdasarkan data yang di kemukakan oleh staff dari Sub Bagian Program dan Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah. Salah satunya adalah Makam Bung Karno. Makam Bung Karno

BAB I PENDAHULUAN. sejarah. Salah satunya adalah Makam Bung Karno. Makam Bung Karno BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blitar adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki potensi wisata sejarah. Salah satunya adalah Makam Bung Karno. Makam Bung Karno merupakan makam Proklamator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga timbul banyak persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga timbul banyak persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hotel sebagai salah satu industri jasa yang menyediakan jasa penginapan mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga timbul banyak persaingan dalam industri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia, banyak investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk menengah keatas juga bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipublikasikan melalui majalah The Banker (www.thebanker.com), The

BAB I PENDAHULUAN. yang dipublikasikan melalui majalah The Banker (www.thebanker.com), The BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Top 500 Banking Brands 2014 oleh Brand Finance yang dipublikasikan melalui majalah The Banker (www.thebanker.com), The Banker melakukan pemeringkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan suatu daerah terutama dengan adanya hubungan dengan otonomi daerah khususnya di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan nasabah akan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan nasabah akan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan nasabah akan kualitas pelayanan dan produk keuangan perbankan yang semakin hari semakin kompleks maka pihak perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengetahuan adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, akan membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan di era globalisasi sekarang ini semakin mengarahkan sistem perekonomian ke arah mekanisme pasar, dimana para pemasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dinamika lingkungan perusahaan menunjukkan persaingan yang ketat. Sehingga banyak perusahaan berusaha menjadikan organisasi mereka menjadi lebih efisien.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan tingginya tingkat persaingan, terlebih dengan adanya globalisasi yang menimbulkan pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sektor yang cukup diperhitungkan dan diperhatikan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sektor yang cukup diperhitungkan dan diperhatikan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan adalah salah satu industri penggerak perekonomian di setiap negara maju dan berkembang. Tidak dipungkiri bahwa kepariwisataan itu merupakan sektor yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah perusahaan. Pada praktiknya, perusahaan sering melupakan hakikat sumber daya manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit di Indonesia. Keragaman budaya, kekayaan potensi alam, dan keramah-tamahan masyarakatnya dapat

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dibidang manufaktur dan jasa sangat ketat, untuk itu produsen harus senantiasa menghasilkan produk dan jasa yang memiliki daya saing tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang tumbuh pesat mulai awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk mempertahankan daya saing. Dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh pasar global yang melanda dunia memberikan peluang dan tantangan bisnis bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Pasar global akan terus memperluas produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa Negara. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus sebagai peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti saat ini, perguruan tinggi negeri, swasta asing maupun swasta dalam negeri berkembang pesat di Indonesia. Perguruan tinggi negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia bisnis dan usaha di Indonesia saat ini sangatlah berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia bisnis dan usaha di Indonesia saat ini sangatlah berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis dan usaha di Indonesia saat ini sangatlah berkembang. Perkembangan ini terutama disebakan oleh semakin berkembangnya teknologi. Perkembangan ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam dunia bisnis tumbuh secara pesat, dari beberapa sektor bisnis favorit, pariwisata termasuk salah satunya dan hal ini mendorong perkembangan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian dan manfaat penelitian. Selanjutnya, sistematika penulisan akan ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akomodasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.. Hotel sebagai

BAB I PENDAHULUAN. akomodasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.. Hotel sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepariwisataan selain pengembangan usaha objek dan daya tarik wisata, perlu adanya keseimbangan pengembangan usaha sarana akomodasi bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah realisasi atas tujuan akhir dari integrasi ekonomi sebagaimana telah disertakan dalam visi 2020 yang berdasarkan atas

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT- ATRIBUT JASA PELAYANAN TAMAN REKREASI WATER PARK DI KARTASURA

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT- ATRIBUT JASA PELAYANAN TAMAN REKREASI WATER PARK DI KARTASURA ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT- ATRIBUT JASA PELAYANAN TAMAN REKREASI WATER PARK DI KARTASURA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Merek adalah aset yang sangat penting bagi sebuah perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Merek adalah aset yang sangat penting bagi sebuah perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan latar belakang penelitian, masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang Merek adalah aset yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran peran dan fungsi sumber daya manusia yang sangat dramatis. Fungsi sumber daya manusia tidak dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar bagi produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi, dan peningkatan dalam ilmu pengetahuan turut mengubah cara pandang perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan ditingkatkan karena sektor pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pariwisata menjadi suatu industri yang berpotensial dalam meningkatkan perekonomian suatu negara. Kegiatan pariwisata tidak hanya berekreasi atau melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang menjadi faktor penting dalam peningkatan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri semakin hari semakin tajam, intensitas persingan semakain

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri semakin hari semakin tajam, intensitas persingan semakain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan tekhnologi informasi, persaingan industri semakin hari semakin tajam, intensitas persingan semakain tinggi, baik industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pelanggan. Para penyedia produk berupaya memenangkan. persaingan dari para kompetitornya dengan mengimplementasikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pelanggan. Para penyedia produk berupaya memenangkan. persaingan dari para kompetitornya dengan mengimplementasikan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan selalu menjalani aktivitas bisnisnya untuk dapat memberikan nilai terbaik bagi perusahaan dalam rangka pertumbuhan dan keselamatan. Konsumen sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kebutuhan manusia terdiri atas tiga kebutuhan utama yakni

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kebutuhan manusia terdiri atas tiga kebutuhan utama yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya kebutuhan manusia terdiri atas tiga kebutuhan utama yakni kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan akan papan atau tempat tinggal merupakan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemasaran dalam suatu perusahaan mencakup ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemasaran dalam suatu perusahaan mencakup ruang lingkup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian pemasaran dalam suatu perusahaan mencakup ruang lingkup yang luas. Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dunia ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan di segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peran sektor pariwisata makin penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun kesempatan berusaha. Kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan landasan teori yang digunakan pada penelitian. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori mengenai keinginan melamar, generasi Y, employer branding,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan - permasalahan atau prosedur - prosedur yang

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan - permasalahan atau prosedur - prosedur yang BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan laporan kerja praktek ini. Landasan teori yang akan dibahas meliputi permasalahan - permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era ini, industri sepeda motor menjadi salah satu jenis usaha yang sedang mengalami pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan pasar

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Kota Solo memiliki banyak keunikan salah satunya dikenal sebagai

B A B I PENDAHULUAN. Kota Solo memiliki banyak keunikan salah satunya dikenal sebagai 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Solo memiliki banyak keunikan salah satunya dikenal sebagai Kota pariwisata tradisional budaya Jawa. Hal ini dikarenakan banyaknya obyek-obyek wisata yang menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta memiliki daya tarik yang tinggi. Oleh sebab itu, Yogyakarta menjadi kota

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta memiliki daya tarik yang tinggi. Oleh sebab itu, Yogyakarta menjadi kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota wisata favorit di Indonesia. Wisatawan lokal maupun wisatawan asing menganggap alam, sejarah, budaya, dan kuliner di Yogyakarta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki sektor pariwisata yang menarik baik wisata alam maupun keragaman kebudayaannya. Maka dengan pengelolaan yang baik dan terarah diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Jakarta perkembangan hotel sangat padat dan berkembang, ini dikarenakan sebagai ibu kota negara Republik Indonesia yang merupakan pusat pemerintahan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis perhotelan dan pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat berdasarkan meningkatnya jumlah kunjungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, maka

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, maka terdapat kegiatan meminta dan menawarkan. Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksa perusahaanuntuk mencapai keunggulan kompetitif agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. memaksa perusahaanuntuk mencapai keunggulan kompetitif agar mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat semakin maraknya perkembangan pasar dapat menyebabkan persaingan yang ada di antara perusahaan semakin ketat dan menjanjikan suatu peluang serta tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting, yang salah satunya

BABl PENDAHULUAN. Sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting, yang salah satunya BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting, yang salah satunya adalah menyediakan berbagai jasa perbankan seperti jasa tabungan, deposito, dan giro (Herman,

Lebih terperinci

Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik

Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Seiring dengan semakin banyak turis yang datang (Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 ini, dapat dirasakan dengan jelas bahwa persaingan bisnis kian kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di berbagai aktivitas bisnis. Munculnya berbagai jenis operasi memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. di berbagai aktivitas bisnis. Munculnya berbagai jenis operasi memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis selalu mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Setiap perusahaan berusaha membenahi perusahaannya dengan perbaikan di berbagai aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merek (brand) merupakan sebuah nama atau simbol (seperti logo, merek dagang, desain kemasan, dan sebagainya) yang dibuat untuk membedakan satu produk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar sebuah perusahaan tersebut mampu bersaing di era globalisasi. Ardana, dkk

BAB I PENDAHULUAN. agar sebuah perusahaan tersebut mampu bersaing di era globalisasi. Ardana, dkk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi perusahaan, masalah sumber daya manusia masih menjadi acuan penting agar sebuah perusahaan tersebut mampu bersaing di era globalisasi. Ardana, dkk (2012:3)

Lebih terperinci

Bahkan pada tahun 2012 ini BPS Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan data bahwa tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan April 2012 menc

Bahkan pada tahun 2012 ini BPS Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan data bahwa tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan April 2012 menc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia pariwisata di kota Jakarta semakin berkembang pesat dan cukup menggembirakan. Predikat Jakarta sebagai kota metropolitan menjadi magnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, semua lapisan masyarakat dari lapisan elit sampai pembantu rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. ini, semua lapisan masyarakat dari lapisan elit sampai pembantu rumah tangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian yang terjadi saat ini sangat bergantung pada perubahan penggunaan teknologi dan informasi. Saat ini, semua lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional dan mempunyai peranan besar dalam perekonomian. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif dimana keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Wisatawan Jumlah Presentase. Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung dalam Data Badan Pusat Statistik Kota Bandung Tahun 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Wisatawan Jumlah Presentase. Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung dalam Data Badan Pusat Statistik Kota Bandung Tahun 2013. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perhotelan dalam upaya penyediaan jasa akomodasi pariwisata di Indonesia semakin hari semakin menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dibelinya merupakan produk yang mempunyai kualitas yang baik. agar terciptanya suatu loyalitas terhadap produk tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dibelinya merupakan produk yang mempunyai kualitas yang baik. agar terciptanya suatu loyalitas terhadap produk tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dewasa ini persaingan di segala bidang menjadi semakin ketat, menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut perusahaan harus dapat mengantisipasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan biaya menambah pelanggan baru (Chang et al., 2012:24) Produk bersaing atas merek memudahkan pembeli mengidentifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan biaya menambah pelanggan baru (Chang et al., 2012:24) Produk bersaing atas merek memudahkan pembeli mengidentifikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia bisnis kini berkembang mengikuti arus perubahan global, sehingga mendorong kompetisi perdagangan yang semakin pesat. Perusahaan berupaya mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan berkembang pesatnya perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sekarang ini yang ditandai era globalisasi dan persaingan antar perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke 21 ini, dapat dirasakan kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis yang bisa berkompetisi dengan optimal atau maksimal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Industri pariwisata telah membuktikan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan dalam proses pengembangan usaha, dimana peran sumber. daya manusia menjadi semakin penting Danish et al., (2013).

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan dalam proses pengembangan usaha, dimana peran sumber. daya manusia menjadi semakin penting Danish et al., (2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi baik organisasi dalam skala besar maupun kecil. Pada organisasi berskala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi sekarang ini dituntut meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga keberlangsungan organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Hotel bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Hotel bukan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas

Lebih terperinci