IbM APLIKASI TEKNOLOGI FEURINSA MENUJU PETERNAKAN RAMAH LINGKUNGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IbM APLIKASI TEKNOLOGI FEURINSA MENUJU PETERNAKAN RAMAH LINGKUNGAN"

Transkripsi

1 IbM APLIKASI TEKNOLOGI FEURINSA MENUJU PETERNAKAN RAMAH LINGKUNGAN Hutwan Syarifuddin, M. Ridwan, Suryadi Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi ABSTRAK Pengabdian telah dilaksanakan di Kelompok Tani Mandiri Maju dan Tunas Muda Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muara Jambi. Pelaksanaan pengabdian selama 8 bulan dari bulan Mei sampai Desember Tujuan untuk membangun usaha peternakan yang ramah lingkungan di Desa Pudak dengan memanfaatkan limbah cair (urin sapi), dan mengap likasikan penggunaan feurinsa di dalam pengembangan sistim integrasi pertanian terpadu. Hasil dari kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa animo masyarakat yang tinggi untuk memanfaatkan limbah cair (urin sapi) berupa feurinsa sebagai pupuk organik.. Hal ini disebabkan harga pupuk an organik semakin meningkat, ketersediaan terbatas dan memberikan dampak pada lingkungan. Pembuatan feurinsa yang berasal dari urin sapi mudah didapat, mudah dilakukan dan harganya relatif murah, sehingga dengan penggunaan feurinsa maka akan memberikan keuntungan bagi petani-peternak, terutama penghematan biaya untuk pembelian pupuk an organik. Teknologi feurinsa dapat diaplikasikan secara sederhana, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Kata kunci: feurinsa, mandiri maju, tunas muda PENDAHULUAN Desa Pudak berada di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muara Jambi. Desa ini merupakan sentra pengembangan ternak sapi potong (sapi bali). Populasi sapi di Kecamatan Kumpeh Ulu sebanyak 2050 ekor sedangkan di Desa Pudak terdapat 811 ekor ( Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. Muaro Jambi (2012). Di Desa Pudak terdapat kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda, kegiatan anggota kelompok sebagai petani dan melakukan penggemukan sapi potong dengan sistem pemeliharaan ternak sapi dikandangkan dan disediakan tempat pakan serta minum sapi. Peternak sapi yang tergabung dalam Kelompok Tani Mandiri Maju dan Tunas Muda memiliki ternak sapi ± 2 8 ekor per KK. Di Desa Pudak juga terdapat lahan pertanian padi lebak dengan luas sekitar ± 200 ha. Dari usaha pemeliharaan ternak sapi, peternak mendapatkan limbah berupa limbah padat (feses) dan limbah cair (urin). Kondisi saat ini kelompok tani sudah mampu mengolah dan memanfaatkan limbah padat untuk dijadikan pupuk kompos, pupuk tersebut digunakan sebagai substitusi dari pupuk anorganic seperti Urea, TSP dan KCl. Sedangkan limbah cair belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani peternak, sehingga limbah cair hanya terbuang dan menimbulkan bau. Permasalahan adalah ketidaktahuan peternak dalam mengolah limbah cair menjadi suatu produk yang bernilai tambah (addad value) akan menjadi suatu kendala. Dalam prinsip pembangunan peternakan ramah lingkungan, usaha peternakan memiliki kemampuan untuk melakukan reduce, reuse dan recycle terhadap limbah ternak. Limbah yang dikeluarkan oleh ternak yaitu feses, urine, sisa pakan, dan air sisa pembersihan ternak dan kandang ( Maspary. 2010). Adanya pencemaran oleh limbah peternakan sapi sering menimbulkan berbagai protes dari kalangan masyarakat sekitarnya. Dalam pemanfaatan dan peningkatan nilai limbah cair (urin sapi) perlu sentuhan teknologi dalam bentuk fermentasi urin sapi IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan 61

2 (Feurinsa). Urin sapi yang telah difermentasi kaya akan unsur hara (makro dan mikro) untuk meningkatkan kesuburan tanah, dan dapat juga digunakan sebagai agen hayati serta meningkatkan lapangan kerja melalui daur ulang yang menghasilkan pupuk organic sehingga akan meningkatkan pendapatan (Ayub, 2010). Sejalan dengan program pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan dan isu global "Back To Nature" maka sebagai konsekuensi perlu dukungan adanya pupuk organik, dan diperlukan kemandirian petani dalam mengatasi permasalahannya dengan tidak lagi bergantung pada pupuk pabrikan, melainkan harus bisa memanfaatkan sumber daya lokal yang ada untuk memenuhi kebutuhan petani. Sumberdaya limbah cair dapat ditingkatkan pemanfaatannya melalui fermentasi. Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke subtrat organik (Rachman,2002). Selanjutnya Affandi. (2008) mengemukan bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Feurinsa (fermentasi urin sapi) adalah teknologi yang diperlukan oleh kelompok tani dalam mengolah limbah cair menjadi suatu produk unggulan yang ramah lingkungan. Keunggulan feurinsa adalah harganya murah,pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Mengandung unsur hara yang menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain. Produk ini berfungsi sebagai pengusir hama tikus,wereng, walang sangit, dan penggerek serta sebagai sumber pupuk organik. Satu ekor sapi dengan bobot badan kg dapat menghasilkan limbah padat dan cair sebesar 27,5-30 kg/ekor/hari. Di Desa Pudak urin sapi per hari dapat mencapai liter per ekor. Sihombing, (2000) menyatakan jumlah urin dikeluarkan oleh seekor sapi berat 400 kg rata-rata 15 liter/hari. Apabila peternak memiliki 4 ekor sapi maka dalam satu hari sudah mampu mengumpulkan liter urin. Dengan teknologi feurinsa maka harga urin sapi dapat dijual seharga Rp. 2000/liter. Keuntungan yang diperoleh oleh kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda selain dari pertambahan bobot badan ternak, juga akan memperoleh nilai tambah dari pemanfaatan feurinsa. Dengan demikian pengembangan feurinsa merupakan peluang besar untuk mengurangi pengeluaran bagi petani peternak untuk membeli pupuk anorganik dan pencemaran lingkungan. Namun demikian, pada sisi lain terdapat beberapa kendala dalam pengembangan feurinsa, yaitu hambatan teknis seperti pengembangan teknologi pengolahan feurinsa, hambatan finansial untuk pengembangan feurinsa, hambatan kebijakan, hambatan sosial seperti kepedulian dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap pemanfaatan feurinsa. METODE PELAKSANAAN Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di selenggarakan pada Kelompok Tani Mandiri Maju dan Tunas Muda Kecamatan Kumpeh Ulu. Khalayak sasaran yang ikut terlibat dan menunjang kegiatan ini adalah kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda. Pemilihan kelompok sasaran tersebut didasarkan atas pertimbangan kepentingan dan tujuan pengembangan teknologi Feurinsa serta tingginya tingkat kooperasi dari kelompok tani untuk mengadopsi teknologi. Berdasarkan pengalaman mereka yang dominan, diharapkan mereka merupakan sasaran antara yang memiliki fungsi strategis dalam penyebaran inovasi baru bagi sasaran (masyarakat) yang lebih luas. Metode pendekatan yang dilaksanakan adalah melalui pendekatan on IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan 62

3 farm. Pelaksanaannya memperhatikan konsep efisiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya lokal dan peningkatan sumberdaya manusia ( human resource). Dengan demikian upaya peningkatan dan pemanfaatan produksi ternak melalui aplikasi penggunaan limbah cair (urin) ternak sebagai pupuk organik untuk mengatasi kelangkaan pupuk anorganik dan meningkatkan kesuburan tanah serta menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman sehingga akan terbentuk suatu usaha tani terintegrasi (tanaman dengan ternak) yang ramah lingkungan. Selain itu, pengembangan program didasarkan pada adanya kebutuhan peningkatan pendapatan peternak dan menurunkan tingkat pengeluaran untuk pembelian pupuk anorganik, dan memanfaatkan peluang pemanfaatan limbah ternak sebagai sumber bahan organik. Kegiatan ini dilakukan dengan penekanan pada metode partisipasi aktif kelompok sasaran. Kelompok sasaran yang terlibat dalam kegiatan ini adalah peternak yang tergabung dalam dua kelompok tani. Pendekatan pada metode ini diharapkan kelompok sasaran dapat menguasai proses pembuatan dan penggunaan feurinsa. Mekanisme kegiatan ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu : penetapan kelompok sasaran, penyuluhan, kegiatan lapangan, pembinaan dan monitoring serta evaluasi kemajuan program. Dampak perubahan dalam pemeliharaan ternak sangat terasa terutama yang berkaitan dengan penggunaan feurinsa sebagai pupuk organik. Oleh karena itu untuk lebih meningkatkan penggunaan feurinsa, diperlukan beberapa langkah proaktif berupa penyediaan bak tempat penampungan urin yang dibuat di dekat kandang ternak, penyediaan drum untuk fermentasi dan sebagai stok pupuk organik dan perawatan alat, kegiatan penyimpanan feurinsa, menjaga kebersihan ternak dan kandang sebagai upaya menjaga kesehatan ternak dan lingkungan, serta pencegahan penyakit ternak Disamping itu, kita juga harus mampu menyediakan pakan ternak secara kontinu, dengan melakukan penyesuaian kegiatan pertanian, peternakan dan kegiatan lainnya. Pembuatan feurinsa menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT), yaitu auxin yang mampu menolak hama atau penyakit tanaman ( Prabakusuma dan Sulistyorini, 2009). Feurinsa urin sapi yang diaplikasi pada tanaman menguntungkan petani karena dari segi biaya murah dan produksi meningkat dibandingkan dengan pupuk anorganik ( Naswir, 2003; dan Rachman, 2002). Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan secara purposive kepada ketua kelompok tani, hal ini dilakukan karena ketua kelompok tani lebih berperan aktif dalam budidaya ternak yang ada Desa Pudak. Tahapan kegiatan sebagai berikut: Sosialisasi rencana kegiatan, Persiapan teknis untuk pembuatan feurinsa, Pengadaan bahan dan peralatan/unit pengolahan feurinsa dengan bak penampung, jerigen, mesin pencampur, dan tempat fermentasi, Pelatihan teknik pembuatan feurinsa, Proses pembuatan dan aplikasi pemanfaatan feurinsa di rumah tangga peternak, - Mempersiapkan tempat bak penampungan urin, - Urin sapi yang telah ditampung dimasukkan kedalam drum atau gerigen - Memasang mesin pencampur dan mesin pencacah, - Membangun tempat untuk fermentasi dan penyimpanan (storage), - Memotong/memperkecil ukuran empon-empon (jahe, kunir, temu lawak, laos, kencur, brotowali). - Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, ditumbuk sampai IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan 63

4 halus kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama, - Setelah itu tetes tebu dimasukkan kedalam drum plastik, lalu dimasukkan starter Sacharomyces cereviceae. Tetes tebu dan starter Sacharomyces cereviceae ini berguna untuk fermentasi dan nantinya setelah jadi pupuk cair bisa menambah jumlah mikroba menguntungkan yang ada didalam tanah, - Fermentasi urine didiamkan selama 15 hari dan diaduk setiap tiga hari - Drum plastik ditutup dengan kain serbet atau kertas, - Setelah 15 hari pupuk cair sudah jadi kemudian disaring dan dikemas. - Setelah 15 sampai 21 hari, pupuk organik cair siap digunakan. Keberlanjutan kegiatan melalui perluasan ke peternak lain disekitar Desa Pudak. Evaluasi dan pengendalian kualitas feurinsa. Model yang dibangun secara terintegrasi antara pertanian padi sawah dengan pemeliharaan ternak sapi seperti yang disajikan pada Gambar 1. Tanaman Feurinsa Ternak Sapi Hijauan segar dan sisa tanaman pangan Pakan Ternak Feses Urin Teknologi Hay Biogas Bahan Bakar Cubed Hay Disimpan sebagai Cadangan Pakan pada musim hujan dan kemarau Slurry untuk pupuk organik Memasak dan Penerangan Rumah Tangga Petani- Peternak Gambar 1. Model pemanfaatan limbah dari tanaman padi sebagai pakan ternak. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari Kegiatan pengabdian ini dapat dilihat pada peningkatan animo peternak dalam menggunakan limbah cair (urin) ternak yang akan dijadikan feurinsa sebagai pupuk organik ramah lingkungan. IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan 64

5 Peternak yang tergabung dalam kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda menginginkan adanya pemantauan, pembinaan dan pengawasan serta evaluasi dari kegiatan yang dilakukan. Pembinaan diarahkan pada ketrampilan kelompok sasaran dalam pembuatan, pemanfaatan feurinsa dan perawatan alat. Pemantauan dan pembinaan kegiatan ini dilakukan secara berkala setiap bulan setelah kegiatan penyuluhan dan kegiatan lapangan. Dalam mengevaluasi perubahan sikap petani dan peternak setelah menerima penyuluhan dan demontrasi dalam waktu yang relatif lebih singkat diperlukan tindakan berkelanjutan. Untuk mengadopsi suatu teknologi baru di bidang peternakan khususnya petani dan peternak lokal sangat diperlukan suatu program lanjutan dan berkesinambungan dari waktu ke waktu terutama tentang strategi dan pemanfaatan feurinsa, dan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di Desa Pudak secara optimal. Walaupun demikian dengan adanya penyuluhan dan aplikasi penggunaan limbah cair ternak telah menambah wawasan dan partisipasi petani peternak untuk memanfaakan feurinsa yang ramah lingkungan sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan peternak. Evaluasi dirancang untuk mengetahui pencapaian dari setiap tahapan kegiatan yang dilaksanakan. Berdasarkan evaluasi ini dapat diketahui faktor-faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan pengabdian. Rancangan evaluasi terdiri atas penilaian motivasi khalayak sasaran, kemampuan dan ketrampilan kelompok dan keberlangsungan kegiatan. Evaluasi tahap pertama dilakukan pada kegiatan penyuluhan dan kegiatan lapangan, sedangkan pada tahap kedua dilakukan terhadap keberlangsungan penerapan teknologi yang diintroduksi. Indikator yang digunakan untuk penilaian pencapaian tujuan penerapan ini adalah perubahan sikap kelompok sasaran selama mengikuti kegiatan. Tolok ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan ini adalah peternak sudah dapat menggunakan feurinsa sebagai pakan ternak baik pada masa pecaklik maupun tidak, kemudian pengurangan pengeluaran untuk membeli pupuk anorganik dan menjaga kebersihan lingkungan. Saat ini karena peralatan tempat penampungan dan pengolahan limbah cair (urin) masih terbatas jumlahnya maka petani peternak yang mendapat bantuan juga masih sedikit. Kedepan harapan dari anggota kelompok tani (Mandiri Maju dan Tunas Muda) agar setiap anggota kelompok tani mendapat bantuan alat. Dampak dari penggunaan feurinsa sudah dirasakan oleh sebagian anggota kelompok tani dengan demikian untuk pemerataan dan desiminasi teknologi feurinsa pada masa yang akan dating supaya mendapat dukungan dari program pemerintah atau stakeholder. Kegiatan pemanfaatan limbah pertanian harus terus dicanangkan mengingat limbah cair ternak yang berlimpah dan belum banyak digunakan oleh peternak, sedangkan limbah cair dapat digunakan sebagai bahan organic atau pupuk bagi tanaman. Keuntungan ekonomis yang diperoleh dari penggunaan feurinsa adalah peternak dapat mengurangi biaya untuk pembelian pupuk an organik pada saat terjadi kelangkaan persediaan pupuk, sedangkan limbah cair ternak yang terdapat di Desa Pudak masih belum banyak dimanfaatkan, hal ini berarti dapat melakukan penghematan atau efisiensi dalam penyediaan bahan organik. Potensi ekonomis feurinsa adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa pada saat ini harga pupuk anorganik berkisar Rp 6000,- sampai Rp 7000,- per kilogram sedangkan kebutuhan masing-masing tanaman berbeda. Apabila satu ekor sapi menghasilkan urin sebanyak 10 liter per hari, apabila terdapat 40 ekor sapi di Desa Pudak maka dalam satu hari dapat terkumpul sekitar IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan 65

6 liter urin. Limbah cair ternak yang dijadikan feurinsa dapat dijual seharga Rp 1000 per liter. Jika masing-masing peternak memiliki 2 sampai 4 ekor sapi maka keuntungan yang bisa diperoleh sekitar Rp hingga Rp per hari. Sebagai contoh petani-peternak di Desa pudak menggunakan pupuk urea untuk tanaman padi sebanyak 100 kg per hektar per tahun. Petani-peternak memiliki lahan sawah seluas 30 tumbuk atau (300 m 2 ) pupuk urea yang dibutuhkan sebanyak 30 kg dan biaya yang dibutuhkan Rp ,- sedangkan menggunakan pupuk feurinsa hanya memerlukan biaya sekitar Rp ,- artinya dengan menggunakan feurinsa sudah dapat menghemat biaya sebesar Rp ,- per hektar per tahun, hal ini disebabkan limbah cair yang digunakan sebagai feurinsa pada saat ini tinggal menampung dari kandang ternak, artinya peternak dapat memanfaatkan limbah cair sebanyak mungkin untuk dijadikan feurinsa tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku. Berdasarkan hasil yang telah dirasakan oleh anggota kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda, maka kelompok tani lain menginginkan agar program pemanfaatan feurinsa ini terus berlanjut. Keinginan ini didukung oleh kemauan peternak yang tinggi dan jumlah limbah cair ternak yang cukup memadai dalam menghasilkan feurinsa. Keuntungan lain yang diperoleh petani peternak selain dari feurinsa, mereka juga menggunakan kotoran ternak untuk dijadikan biogas dan pupuk kompos yang akan digunakan kembali sebagai bahan organik untuk pupuk tanaman. Kompos dari limbah ternak dijual dengan harga Rp 1000 per kilogram. Penggunaan pupuk organik selain dapat meningkatkan unsur hara dalam tanah juga dapat meningkatkan produktivitas tanaman, di samping untuk mengurangi pengeluaran biaya untuk pembelian pupuk anorganik seperti Urea, TSP dan KCl. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil diskusi berupa penyuluhan dan demontrasi secara langsung kepada peternak dan kelompok tani Mandiri Maju dan Tunas Muda yang ada di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu mengenai aplikasi feurinsa yang ramah lingkungan telah menambah wawasan dan animo masyarakat untuk beternak dan bertani yang lebih baik. Sehingga sebagian peternak sudah mulai dapat memanfaatkan feurinsa sebagai pupuk organik, dan penghematan dalam pembelian pupuk anorganik serta berupaya untuk melakukan kegiatan dalam menjaga, meningkatkan kesehatan dan produktivitas ternak. Saran Mengingat masih banyaknya kelompok tani yang belum memanfaatkan feurinsa ramah lingkungan dan tingginya animo masyarakat untuk beternak maka perlu diadakan suatu pengabdian yang lebih lanjut kepada petani peternak dengan memberikan sosialisasi dan pemahaman tentang kegunaan dan manfaat feurinsa sebagai pupuk organic untuk meningkatkan kesuburan tanah, penghematan dalam pembelian pupuk anorganik sehingga seluruh petani peternak dapat memanfaatkan feurinsa dan peternak dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Rektor Universitas Jambi dan Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat, Ketua Kelompok Tani, DP2M Dikti yang telah memberikan bantuan dana dan menyediakan fasilitas sehingga pengabdian ini dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Affandi Pemanfaatan urine Sapi yang Difermentasi sebagai Nutrisi Tanaman. (online), ( 59/pemanfaatan-urinesapi-yang- IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan 66

7 difermentasi-sebagai-nutrisitanaman/, 20 Januari 2010) Ayub, S.P Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. PT Agro Media Pustaka. Jakarta Dinas Peternakan Propinsi Jambi Statistik Peternakan Kabupaten Muara Jambi. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi. Maspary Cara Mudah Fermentasi Urine Sapi Untuk Pupuk Organik Cair. 10/04/cara- mudah- fermentasiurine-sapi- untuk.html. Diakses 23 Agustus 2011 Naswir Pemanfaatan Urine Sapi yang Dipermentasi sebagai Nutrisi Tanaman. Pengantar Falsafah Sains. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Prabakusuma, A.S. dan H. D. Sulistyorini Pemanfaatan Limbah Urine Sapi Terfermentasi (Bos Indicus) Sebagai Pupuk Organik Cair Dan Biopestisida. Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Rachman, S Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius Sihombing D T H Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor. Gambar Proses Pembuatan Feurinsa Gambar 2. Drum Tempat Urin Gambar 3. Empon-Empon Gambar 4. Urin Sapi Gambar 5. Saluran Penampung Urin IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan 67

8 Gambar 6. Bak Penampung Urin Gambar 7. Tempat Fermentasi Urin Gambar 8. Persiapan Fermentasi Urin Gambar 9. Persiapan Empon-Empon Gambar 10. Pemberian Empon - Empon Gambar 11.Pencampuran Empon-Empon IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan 68

9 Gambar12. Fermentasi Urin Gambar 13. Feurinsa Yang Diberikan Pada Tanaman IbM Aplikasi Teknologi Feurinsa Menuju Peternakan Ramah Lingkungan 69

APLIKASI TEKNOLOGI BIO CUBED HAY MENUJU DESA MANDIRI PAKAN TERNAK Technology Application of Bio Cubed Hay to Independent Ration Village

APLIKASI TEKNOLOGI BIO CUBED HAY MENUJU DESA MANDIRI PAKAN TERNAK Technology Application of Bio Cubed Hay to Independent Ration Village APLIKASI TEKNOLOGI BIO CUBED HAY MENUJU DESA MANDIRI PAKAN TERNAK Technology Application of Bio Cubed Hay to Independent Ration Village Hutwan Syarifuddin dan Dodi Devitriano dan M. Ridwan Staf Pengajar

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

LIMBAHPUN BERMANFAAT INOKULAN RB UNTUK PRODUKSI KOMPOS BERMUTU

LIMBAHPUN BERMANFAAT INOKULAN RB UNTUK PRODUKSI KOMPOS BERMUTU LIMBAHPUN BERMANFAAT INOKULAN RB UNTUK PRODUKSI KOMPOS BERMUTU Kini isu pertanian organik makin kuat diwacanakan sejalan dengan makin diminatinya produk-produk pangan organik, makin mahalnya pupuk an organik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi

Lebih terperinci

Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2

Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2 8 PENERAPAN POLA USAHA TANI TERINTEGRASI TRIBIONIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI 1 Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2 ABSTRAK Pemeliharaan ternak sapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

Ditulis oleh Didik Yusuf Selasa, 02 November :36 - Update Terakhir Jumat, 19 November :10

Ditulis oleh Didik Yusuf Selasa, 02 November :36 - Update Terakhir Jumat, 19 November :10 Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk kandang sudah lazim dilakukan oleh petani sejak dahulu. Limbah organik dari ternak kambing yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah urine. Urine mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif

Lebih terperinci

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI Fatati, Sri Novianti, Adriani dan Jul Andayani Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMANFAATAN URINE SAPI MENJADI PUPUK DAN PESTISIDA ORGANIK CAIR DI KELOMPOK TERNAK SUBUR MAKMUR

OPTIMALISASI PEMANFAATAN URINE SAPI MENJADI PUPUK DAN PESTISIDA ORGANIK CAIR DI KELOMPOK TERNAK SUBUR MAKMUR Jurnal DIANMAS, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016 OPTIMALISASI PEMANFAATAN URINE SAPI MENJADI PUPUK DAN PESTISIDA ORGANIK CAIR DI KELOMPOK TERNAK SUBUR MAKMUR Erlyna Wida R 1), Wara Pratitis 2) 1) Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Perbaikan Kualitas Pakan Dan Pengolahan Limbah Kandang Guna Meningkatkan... PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH

INOVASI TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH INOVASI TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH Usaha peternakan sapi potong, baik usaha pembibitan maupun usaha penggemukan dilakukan tentunya dengan harapan mendapatkan keuntungan maksimal dari usaha yang dijalankan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Selain itu, permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI

INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI Yurleni Fakultas Peternakan Universitas Jambi Email: yurleni@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN: PEMANFAATAN LIMBAH DRUM CAT MENJADI DEKOMPOSTER SISTEM KIPAS SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MENGOLAH LIMBAH PERTANIAN 1 Elis Kartika, Made Deviani Duaja, Lizawati, Gusniwati and Arzita 2 ABSTRAK Tujuan dari penyuluhan

Lebih terperinci

IbM Kelompok Tani dan Ternak Paluh Getah Dua dan Paluh 80, Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Ternak Sapi

IbM Kelompok Tani dan Ternak Paluh Getah Dua dan Paluh 80, Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Ternak Sapi IbM Kelompok Tani dan Ternak Paluh Getah Dua dan Paluh 80, Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Ternak Sapi Ratna Sari Dewi Rudi Munzirwan Siregar Ahmad Nasir Pulungan Dewi Syafriani Abstrak Penggunaan

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan pupuk anorganik dipasaran akhir-akhir ini menjadi langka.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan pupuk anorganik dipasaran akhir-akhir ini menjadi langka. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang pertanian pupuk merupakan salah satu hal pokok untuk menunjang keberhasilan panen. Keberadaan pupuk sangat dibutuhkan para petani karena pupuk dapat

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI POTONG MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PETERNAKAN DI KELOMPOK TANI KOTA DALE - KELURAHAN OESAO Melkianus Dedimus Same Randu, Ferdinan S. Suek, dan Thomas Lapenangga Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan-bahan yang mengandung satu atau lebih zat senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Selain dibutuhkan oleh tanaman pupuk

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Murniaty Simorangkir Ratih Baiduri Idramsa Abstrak Program tanaman organik adalah

Lebih terperinci

Jurnal Abdimas Mahakam https://journal.uwgm.ac.id/index.php/abdimasmahakam Online ISSN : Juni 2017, Vol.1 No. 2

Jurnal Abdimas Mahakam https://journal.uwgm.ac.id/index.php/abdimasmahakam Online ISSN : Juni 2017, Vol.1 No. 2 Penyuluhan Pertanian Pemanfaatan Urine Ternak sebagai Pupuk Cair dan Zat Pengatur Tumbuh Abstrak Hamidah Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda hamidah@uwgm.ac.id Mahdalena Universitas Widya Gama Mahakam

Lebih terperinci

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI M. Christiyanto dan I. Mangisah ABSTRAK Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas ruminansia, penurunan pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan pakannya berupa hijauan. Pakan hijauan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program konversi minyak tanah ke LPG merupakan program pemerintah terkait dengan pengalihan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas LPG. Tujuan diberlakukannya

Lebih terperinci

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA DEMPLOT SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN TALANG KERAMAT KABUPATEN BANYUASIN M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup PENDAHULUAN Latar Belakang Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup berat bagi peternak. Hal tersebut dikarenakan sulitnya memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang berkualitas untuk ternak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

ADOPSI TEKNOLOGI M-BIO

ADOPSI TEKNOLOGI M-BIO ADOPSI TEKNOLOGI M-BIO (Pengajuan Terdaftar Paten nomor P 20000939) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN BERKELANJUTAN (Tindak lanjut KKN-PPM 2007) Oleh : Rudi Priyadi dan Rina Nuryati*) Abstrak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK ABRIANI FENSIONITA. Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Manusia seringkali memandang sebelah mata pada limbah. Tanpa

Lebih terperinci

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari

Lebih terperinci

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah Pembuatan Pupuk Organik Samijan BPTP Jawa Tengah Peranan Pentingnya Pupuk Organik Meningkatkan dan memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologis tanah Mengurangi pencemaran lingkungan Dapat digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. PENDAHULUAN Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan memberikan aroma

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK 1 Sufianto, 2 Wiyono dan 3 Sri Mursiani Arifah Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas 264, Malang 65144, Jawa Timur Abstrak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mikrobiologi II- Kerjasama Fakultas Biologi UKSW, Salatiga dengan PERMI Cab. Solo. Penguatan Peran Mikrobiologi dalam Pembangunan

Seminar Nasional Mikrobiologi II- Kerjasama Fakultas Biologi UKSW, Salatiga dengan PERMI Cab. Solo. Penguatan Peran Mikrobiologi dalam Pembangunan APLIKASI PUPUK HAYATI LIMBAH HIJAUAN PERTANIAN PADA KLUSTER BIOFARMAKA KABUPATEN SEMARANG Didik Wisnu Widjajanto 1, Cahya Setya Utama 1, Endang Dwi Purbayanti 1, Marry Christiyanto 1, Teguh Wynarno Haroeno

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI PERANAN MIKROORGANISME PADA FERMENTASI PEMBUATAN PUPUK KANDANG DARI URINE SAPI

MAKALAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI PERANAN MIKROORGANISME PADA FERMENTASI PEMBUATAN PUPUK KANDANG DARI URINE SAPI MAKALAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI PERANAN MIKROORGANISME PADA FERMENTASI PEMBUATAN PUPUK KANDANG DARI URINE SAPI Disusun Oleh : Abi Rafdi Wilhan (0621 12 072) Agung Budiman (0621 12 031) Nur Kamari Fitri (0621

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia untuk dapat bertahan hidup, berproduksi serta berkembang biak. Produksi ternak yang tinggi perlu didukung

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN Website jurnal : http://jurnal.fp.uns.ac.id/index.php/jces PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN Mujiyo dan Suryono Program Studi

Lebih terperinci

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK

SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

PERAN PEMIMPIN DESA MIYONO DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENYULUHAN PEMBUATAN KOMPOS DI KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

PERAN PEMIMPIN DESA MIYONO DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENYULUHAN PEMBUATAN KOMPOS DI KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO PERAN PEMIMPIN DESA MIYONO DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENYULUHAN PEMBUATAN KOMPOS DI KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO Bekti Nur Utami 1, Deha Purwoko 2 1 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra pupuk organik.

BAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra pupuk organik. BAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra Pertanian merupakan sumber pangan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan bidang pertanian harus dapat memacu diri untuk meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUAROJAMBI. (Sabtu, 16 Mei 2015)

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUAROJAMBI. (Sabtu, 16 Mei 2015) LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUAROJAMBI (Sabtu, 16 Mei 2015) Sebelum Adanya KEM Setelah Adanya KEM Disusun oleh: FW KAJANGLAKO Kota Jambi, 16 Mei

Lebih terperinci

Kata kunci : pupuk,biopestisida, tanaman organik, barter, mandiri

Kata kunci : pupuk,biopestisida, tanaman organik, barter, mandiri Nasionalisasi Pengolahan Sampah (Zero Waste Concept) dalam Rangka Menyukseskan Indonesia Mandiri Pangan sekaligus Membudayakan Barter Bahan Pangan agar Terjalin Hubungan Rukun Antar Tetangga Wulan Fatimah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daur ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang cukup nyata

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS. Hafni Indriati Junifa Layla Sihombing Jasmidi Kinanti Wijaya

PENERAPAN IPTEKS. Hafni Indriati Junifa Layla Sihombing Jasmidi Kinanti Wijaya IbM Kelompok Ternak Sekar Jaya dan Sri Wangi Desa Wonosari, Pemanfaatan Limbah Jerami Padi menjadi Pakan Ternak Sapi Alternatif Pengganti Pakan Hijauan Hafni Indriati Junifa Layla Sihombing Jasmidi Kinanti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 3, Oktober 2013

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 3, Oktober 2013 IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI TERNAK KAMBING SEDAYU DESA MARGOREJO, KABUPATEN KUDUS C. S Utama, B. Sulistiyanto dan S. Sumarsih ABSTRAK Tujuan kegiatan adalah untuk membentuk/mengembangkan sekelompok

Lebih terperinci

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu akan sangat bijaksana apabila bahan buangan

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA Tri Anggarini Y. Foenay, Theresia Nur Indah Koni Politeknik Pertanian Negeri Kupang e-mail: anggarini.foenay@gmail.com, indahkoni@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT.

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT. BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT. Gusniwati dan Dedy Antoni Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH M. A. Firmansyah 1, Suparman 1, W.A. Nugroho 1, Harmini 1 dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING KODE JUDUL : X.47 LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak

Lebih terperinci