PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA MENGGUNAKAN MEDIA FILM PENDEK PADA SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH I LUMAJANG TAHUN 2013/2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA MENGGUNAKAN MEDIA FILM PENDEK PADA SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH I LUMAJANG TAHUN 2013/2014"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA MENGGUNAKAN MEDIA FILM PENDEK PADA SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH I LUMAJANG TAHUN 2013/2014 Imas Maesaroh Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan proses maupun hasil belajar menulis naskah drama siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang dengan strategi pemodelan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang dalam rancangan penelitiannya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diambil melalui observasi dan tes.hasil evaluasi proses, pada siklus 1 memperoleh nilai rata-rata dan pada siklus 2 memperoleh nilai rata-rata menunjukan peningkatan Sedang pencapaian KKM kelas XI IPA pada iklus 1 sebesar 50%, pada siklus 2 sebesar 85%, menunjukkan peningkatan 35%. Pada evaluasi hasil siklus 1, nilai ratarata kelas 62.3, pada siklus 2 nilai rata-rata 75.8, menunjukkan peningkatan Sedang pencapaian KKM kelas XI IPA, pada siklus 1 sebesar 15%, siklus 2 pencapaian KKM kelas sebesar 85% meningkat 70%. Kata kunci: Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama, Media Film Pendek Secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum 2006 adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, meperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahsa; dan (2) peningkatan peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Keterampilan menulis sebagai salah satu komponen dari keterampilan berbahasa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan. Menurut Tarigan (2008:22) pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis bermanfaat untuk (1) sarana mengungkapkan diri, yakni bahwa dengan menulis bisa mengungkapkan perasaan hati (kegelisahan, keinginan, kemarahan dan lain-lain); (2) sarana pemahaman, yakni menulis sebenarnya menancapkan pemahaman kuat dalam otak penulis; (3) membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri; (4) meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan; (5) keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah; (6) mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa. Sesuai dengan amanat Kurikulum 2006, pembelajaran sastra hendaknya NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 627

2 digunakan pesera didik sebagai salah satu kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Menulis naskah drama sebagai salah satu bagian dari menulis sastra yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Bukan hanya menulis rapi, melainkan penulisannya juga harus sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama. Menulis naskah drama yang sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama dapat dijadikan sebagai bentuk penyesuaian awal agar mereka dapat menulis naskah drama dengan baik. Oleh karena itu, menulis naskah drama sebagai salah satu keterampilan bersastra perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Melihat pentingnya pengajaran keterampilan menulis naskah drama, sebagai motivator dan fasilitator, guru harus berusaha untuk menarik minat siswa agar lebih tertarik dan bersemangat dalam pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Sabri (2005:73) bahwa dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berbahasanya. Peserta didik merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan peserta didik harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang terkait dengan pengajaran. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna bagi peserta didik jika berhubungan dengan kebutuhan peserta didik yang berkaitan dengan pengalaman dan minat peserta didik. Karena pengalaman dan minat peserta didik dalam lingkungan harus dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengajaran dan pembelajaran untuk membuat pelajaran lebih bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dianggap sebagai sebuah kesatuan yang pincang. Pembelajaran sastra terkadang dikesampingkan oleh tenaga pengajar maupun pebelajar. Rendahnya gairah pebelajar terhadap sastra hingga kini masih diperbincangkan oleh pengamat sastra. Pebelajar kurang berminat terhadap sastra disebabkan oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, perbaikan terhadap pembelajaran sastra perlu dilakukan oleh guru. Keterampilan menulis naskah drama merupakan kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kreativitas siswa. Dengan menulis naskah drama, siswa dapat mengungkapkan segala ide, gagasan, pemikiran, dan imajinasi yang ada dalam pikirannya dengan media tulis. Pengalaman hidup, bayangan imajinasi, dan pemaknaan tentang kehidupan dapat dituangkan melalui tulisan. Keterampilan menulis naskah drama ini dapat dikuasai dengan latihan yang berulang-ulang. Hal lain yang dapat menjadikan terampil menulis naskah drama adalah adanya kemauan. Kemauan akan memotivasi siswa dan menggerakkan segala informasi atau imajinasi yang ada dalam pikiran untuk dituangkan dalam tulisan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengajaran menulis naskah drama harus ditingkatkan. Salah satu standar kompetensi dalam pembelajaran yang harus dikuasai siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah menulis naskah drama yang terdapat pada standar isi SMA kelas XI semester genap. Dalam KTSP yang berkaitan dengan bidang sastra(drama) adalah kemampuan menyusun naskah drama dengan memperhatikan dialog (penjelasan gerak dan mimik), penokohan, alur, tema, latar dan amanat. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan menulis naskah drama di sekolah menengah sudah menjadi NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 628

3 sebuah tuntutan yang harus dilakukan oleh tenaga pengajar. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru di SMA Muhammadiyah I Lumajang diperoleh keterangan bahwa kegiata pembelajaran menulis naskah drama di kelas XI IPA masih mengalami kendala. Kendala yang dihadapi berasal dari faktor siswa dan guru. Dari factor siswa, diketahui bahwa siswa kesulitan dalam menentukan tema yang akan mereka kembangkan menjadi naskah drama. Selain itu, siswa merasa kesulitan dalam menentukan alur cerita yang akan mereka susun dan mereka kembangkan menjadi dialog dalam naskah drama. Hal tersebut disebabkan dari awal penentuan tema sudah merasa kesulitan sehingga siswa kurang bisa mengembangkan alur cerita dalam naskah drama tersebut. Faktor lainnya, siswa juga kesulitan dalam memulai tulisan, ide macet di tengah jalan, serta sulit membangun konflik dalam cerita. Siswa juga beranggapan bahwa menulis naskah drama merupakan kegiatan yang sulit, menjenuhkan, dan hanya orang-orang hebat yang dapat menulis naskah drama. Kesulitan tersebut tidak dijadikan tantangan bagi siswa untuk memahami dan menguasai, tetapi menjadikan mereka malas, tidak tertarik, dan bahkan tidak termotivasi mengikuti pembelajaran menulis naskah drama. Hal ini tentu berpengaruh pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis naskah drama dengan kompetensi dasar mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama dan kompetensi dasar menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk latar pada naskah drama dengan baik. Dari faktor guru, cara mengajar guru yang masih bersifat tradisional yaitu hanya bertujuan menyampaikan pengetahuan, kegiatan belajar seluruhnya terpusat pasa guru, isi pelajaran tidak diserap melalui proses mental emosional secara pengalaman, kegiatan interaksinya sangat terbatas, prinsip belajar siswa aktif kurang dapat diterapkan, Sunarti dan Subana (2011;13). Guru belum menggunakan metode yang saat ini sudah berkembang. Sabri (2005:51) menyatakan bahwa suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas ada pada guru. Perasaan cemas dan khawatir pada siswa sering tidak menumbuhkan kekreatifan belajar siswa. Selain itu, belum adanya pemanfaatan media oleh guru dalam. Guru hanya mengandalkan buku teks atau LKS yang digunakan siswa. Padahal kehadiran media dalam pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting karena dengan adanya media dapat membantu kerumitan bahan pelajaran yang disampaikan. Melihat kenyataan tersebut, penulis tergerak melakukan penelitian mengenai dengan strategi pemodelan menggunakan media film pendek. Penggunaan strategi pemodelan tersebut diharapkan dapat mengatasi kendala dalam menulis naskah drama khususnya bagi siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang dan dapat mengubah perilaku siswa ke arah yang positif. Strategi pemodelan, menurut Chauhan (dalam Sunarti dan Subana 2011:16) sebagai model pengajaran adalah proses belajar mengajar yang menggambarkan proses penentu dan penciptaan situasi khusus yang dapat menyebabkan siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Strategi pemodelan sebagai model pengajaran yang dapat dijadikan alternatif agar pembelajaran lebih efektif dan menarik. Penggunaan strategi ini lebih cocok NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 629

4 apabila disatukan dengan media film pendek karena pada dasaranya unsurunsur seperti tema, alur, penokohan, latar, konflik, amanat serta dialog sudah tersaji dalam film pendek. Setidaknya siswa mendapat sebuah motivasi berupa stimulus melalui film pendek tersebut dan mampu menyajikan naskah baru dalam bentuk naskah drama sederhana karya siswa sendiri. Dengan demikian, siswa telah mampu memberikan respons yang positif dan kreatif dalam mengapresiasi sastra yaitu menulis naskah drama berdasarkan pengalaman orang lain. Prodes modeling atau pemodelan dalam pelaksanaannya menurut teori belajar sosial, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan. Strategi pemodelan dilaksanakan dengan tahapan perhatian/atensi, mengingat/retensi, reproduksi/ membuat, dan motivasi. Strategi ini sejalan dengan pembelajaran kontekstual, mampu mengkonkritkan konsep yang abstrak difikiran siswa, utamanya dalam pembelajaran menulis naskah drama. Selain itu siswa belajar dalam kondisi gembira. Pelaksanaan strategi pemodelan dilengkapi dengan tayangan film pendek sebagai media pembelajaran. Film pendek dipilih karena dalam film pendek terkandung sebagian besar bahkan keseluruhan unsur-unsur pembangun drama. Dengan menyaksikan, menonton, dan menikmati film pendek diharapkan siswa mendapatkan sebuah rangsangan atau stimulus untuk menulis naskah drama. Dengan demikian siswa mempunyai model untuk memilih salah satu cuplikan peristiwa yang terdapat dalam tayang film tersebut untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan kreatif. Penelitian mengenai strategi pemodelan dalam keterampilan bersastra, khususnya menulis telah banyak dilakukan oleh pakar atau peneliti bidang sastra, maupun mahasiswa yang melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran keterampilan menulis yang selama ini berlangsung. Pembelajaran keterampilan menulis diarahkan pada tercapainya kemampuan dan kemahiran siswa untuk menulis dalam berbagai kesempatan, sehingga diharapkan bisa menghasilkan siswasiswi yang terampil menulis. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Dasna dan Fatchan (2007:2) penelitian tindakan kelas (PTK) adalah bentuk penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru untuk menemukan solusi dari permasalahan yang timbul dikelasnya agar dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di kelas. PTK dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa dalam menulis naskah drama. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus II. Pada siklus II tindakan dilakukan untuk melakukan perbaikan yang didasarkan pada siklus I yang bertujuan untuk melihat peningkatan hasil belajar dalam menulis naskah drama setelah dilakukan tindakan. PTK dilakukan dalam bentuk proses pengkajian yang terdiri atas empat tahap, yaitu (a) perencanan, (b) melakukan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4 langkah. PTK dilakukan dalam bentuk proses pengkajian yang terdiri atas empat tahap, yaitu (a) perencanan, (b) melakukan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Kegiatan penelitian ini dimulai dari refleksi awal untuk NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 630

5 melakukan kajian pendahuluan tentang kondisi objektif di lapangan. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kesulitan yang dialami oleh guru dan siswa kemudian dicarikan pemecahannya. Langkah berikutnya dilakukan kegiatan perencanaan, tindakan, obsevasi, analisis dan refleksi. Kegiatan pada setiap siklus dimungkinkan diikuti dengan perencanaan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang. Namun bila hasil yang diperoleh mengalami perubahan cenderung frekuensi persentasenya meningkat dibanding dengan siklus sebelumnya, maka pelaksanaan pada siklus berikutnya tidak perlu dilaksanakan lagi, seperti yang tercermin pada alur penelitian oleh Kemmis dan Taggart dalam Dasna dan Fatchan (2007:9). Untuk mengetahui proses dengan menggunakan media film pendek, observer mengamati dan mencatat berbagai peristiwa yang terjadi selama proses belajar mengajar melalui lembar observasi nonsistematis. Untuk mengetahui respon dan keterlibatan siswa terhadap penggunaa media film pendek, observer mengisi sistematis yang sudah disiapkan. Penilaian untuk mengetahui keberhasilan proses pada siklus 1diperoleh dari hasil lembar pengamatan aktifitas siwa dan guru saat pembelajaran berlangsung. Berikut adalah tabel yang menunjukan hasil penilaian proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan media film pendek. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada aspek aktivitas siswa menulis naskah drama dalam pembelajaran dengan strategi pemodelan menggunakan media film pendek, 1 siswa atau 5% memperoleh nilai 100, 8 siswa atau 40% memperoleh nilai 86.6, 1 siswa atau 5% memperoleh nilai 80, 6 siswa atau 30% memperoleh nilai 73.3, 1 siswa atau 5% memperoleh nilai 66.6, 3 siswa atau 15% memperoleh nilai 60. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPA adalah 75 dan ketuntasan kelompokmya 70%. Bila dibandingkan dengan KKM tersebut baru 10 siswa atau 50%, siswa di kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang mencapai ketuntasan, belum mencapai ketuntasan kelompok sehingga perlu tindakan siklus lanjutan. Sebagai bahan refleksi, untuk mengetahui respon siswa terhadap efektivitas pembelajaran menulis naskah drama menggunakan strategi pemodelan dengan media film pendek, diperoleh melalui angket. Angket siswa berisi pendapat atau tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran menulis naskah drama melalui media film pendek. Berbagai pertanyaan diperlukan untuk mengetahui pendapat dan tanggapan siswa dalam pembelajaran ini. Data tersebut menunjukkan bahwa 13 siswa atau 65% menyatakan materi tentang menulis naskah drama yang telah diberikan peneliti mudah dipahami dan menarik karena dibantu dengan media film pendek dan 7 siswa atau 30% mengatakan masih merasa kesulitan karena materi yang diberikan terlalu banyak dan membingungkan. Pendapat siswa mengenai media film pendek dengan strategi pemodelan dalam yaitu 14 siswa atau 70% mengatakan media dan metode tersebut membantu kesulitan siswa dalam menulis naskah drama, sedangkan 6 siswa atau 30% mengatakan bahwa media dan metode tersebut dapat memunculkan kreativitas baru dalam menulis naskah drama. Kesulitan yang dialami siswa ketika melalui media film pendek dengan strategi pemodelan, yaitu 7 siswa atau 35% mengatakan kesulitan menyusun NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 631

6 alur sebuah cerita. Kemudian 11 siswa atau 55% mengatakan kesulitan mengembangkan dialog dalam sebuah naskah drama dan 2 siswa atau 10% tidak mengalami kesulitan. Perasaan siswa ketika mengikuti yaitu 16 siswa atau 80% mengatakan senang ketika mengikuti pembelajaran karena dari pembelajaran menggunakan media film pendek dengan strategi pemodelan siswa tidak harus terpaku mendengarkan penjelasan guru saja (ceramah) dan siswa dalam hal ini bisa saling bertukar pikiran dengan temannya. Kemudian 4 siswa atau 20% mengatakan tidak senang karena dari awal mereka memang tidak menyukai. Saran siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama selanjutnya, yaitu 11 siswa atau 55% mengatakan untuk selanjutnya menggunakan film yang lebih menarik, jadi siswa tidak merasa bosan. Kemudian 7 siswa atau 35% mengatakan untuk pembelajaran menulis naskah drama selanjutnya menggunakan film yang mudah dipahami jalan ceritanya, dan 2 siswa atau 10% tidak memberikan saran. Untuk mengetahui hasil, guru membagi lembar kerja siswa LKS menulis nasakah drama.. Pada tahap ini siswa dituntut bisa menulis naskah drama setelah menyimak film pendek. Hasill tes siswa siklus 1 merupakan hasil keterampilan siswa dalam menulis naskah drama dengan menggunakan media film pendek. Siswa yang mengikuti tes keterampilan menulis naskah drama berjumlah 20 siswa. Hasil tes keterampilan menulis naskah drama siswa pada siklus 1 secara klasikal mencapai nilai rata-rata 62.3dan berkategori cukup. Dari 20 siswa, tidak terdapat siswa yang memperoleh nilai berkategori sangat baik, yaitu antara Selanjutnya, terdapat 3 siswa (15%) yang memperoleh nilai berkategori baik, yaitu antara Terdapat 11 siswa (55%) yang memperoleh nilai cukup, yaitu antara Terdapat 6 siswa (30%) yang memperoleh nilai kurang, yaitu antara Oleh karena itu, masih diperlukan perbaikan agar persentase ketuntasan siswa kelas XI IPA SMA Muhmmadiyah I Lumajang dalam menulis naskah drama memenuhi standar ketuntasan yang telah ditentukan. Berdasarkan analisis data, nilai antara adalah nilai yang paling banyak diperoleh siswa dan nilai antara adalah nilai yang paling sedikit diperoleh oleh siswa. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan karena siswa sudah mampu menulis naskah drama sesuai dengan media film pendek, mampu menghadirkan unsur naskah drama, mampu menggunakan kalimat efektif, serta mampu menulis naskah drama dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. Siswa yang memperoleh nilai rendah disebabkan oleh beberapa hal berikut. (1) Kebahasaan, penggunaan diksi yang kurang tepat, kurang mampu membuat bahasa dialog antar tokoh, kurang hidup, kurang mencair, dan kurang jelas, dan kurang utuh. (2) Organisai, kelengkapan/keutuhan/keruntutan/koher ensi unsur-unsur intrinsik naskah drama di antaranya alur dan tokoh, dialog, latar, ruang, waktu serta mencantumkan kramagung masih kurang. (3) Kesuaian tema dengan amanat berdasarkan film pendek juga masih kurang. (4) Penyajian alur kurang dikembangkan dengan dramatis sesuai peristiwa yang terdapat dalam film pendek dan kurang mengandung konflik yang mendukung; (5) Kaidah penulisan naskah drama. Untuk mengatasi kekurangankekurangan tersebut, dilakukan beberapa tindakan, yaitu 1) menjelaskan kepada siswa tentang kaidah penulisan naskah drama, 2) menayangkan media film NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 632

7 pendek yang lebih menarik agar siswa lebih mudah mengembangkannya dalam bentuk naskah drama, 3) memberikan selingan-selingan hiburan agar siswa tidak merasa jenuh, 4) memotivasi siswa agar lebih giat lagi belajar menulis naskah drama. Berikut ini disajikan diagram yang berisi daftar nilai siswa pada pembelajaran menulis naskah drama siklus I. Nilai tes siklus 1 ini merupakan penjumlahan nilai dari enam aspek penilaian keterampilan menulis naskah drama yang meliputi 1) isi cerita, 2) bahasa 3) organisasi, 4) kesesuaian tema dengan amanat, 5) estetika, 6) kaidah penulisan naskah drama. Dari hasil refleksi pelaksanaan siklus 1 disimpulkan bahwa penggunaan media film pendek untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama belum mencapai ketuntasan. Oleh karena itu perlu dilanjutkan ke siklus yang ke-2. Berdasarkan analisis data, nilai ratarata keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah dan ratarata nilai siklus 2 adalah atau naik Selain itu dari segi ketuntasan kelompok, pada siklus 1 yang mendapat nilai >75 sebesar 30% sedang pada siklus 2 yang mendapt nilai >75 sebesar 70% atau naik 40%. Nilai rata-rata kegiatan siswa menulis naskah drama dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah dan rata-rata nilai siklus 2 adalah atau naik Selain itu dari segi ketuntasan kelompok, pad a siklus 1 yang mendapat nilai >75 sebesar 50% sedang pada siklus 2 yang mendapt nilai >75 sebesar 85% atau naik 35%. Nilai rata-rata siswa menulis naskah drama dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah 62.3 dan rata-rata nilai siklus 2 adalah 75.8 atau naik Selain itu dari segi ketuntasan kelompok, pad a siklus 1 yang mendapat nilai >75 sebesar 15% sedang pada siklus 2 yang mendapt nilai >75 sebesar 85% atau naik 70%. Melihat penilaian proses dan penilain hasil pembelajaran dari siklus 1 ke siklus2 mengalami peningkatan maka sudah tidak dilaksanakan tindakan lanjutan. Hasil angket siswa siswa berisi pendapat atau tanggapan siswa mengenai proses pemeblajaran menulis naskah drama dengan strategi pemodelan menggunakan media film pendek. Hasil angket siswa pada siklus 1 ke siklus 2 juga mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil angket siswa pada siklus I diketahui bahwa masih terdapat siswa yang kesulitan dalam memahami materi karena menurut siswa materi yang diberikan terlalu banyak dan membingungkan. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti melakukan penyederhanaan materi pada siklus 2 sehingga siswa dapat terpusat sepenuhnya pada pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film pendek. Pada siklus 2 pemahaman siswa mengenai materi menulis naskah menunjukkan perubahan. Dengan demikian perolehan hasil maupun perilaku siswa dalam dengan menggunakan media film pendek mengalami peningkatan dan dapat dikatakan berhasil sehingga tidak perlu diadakan penelitian lanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul peningkatan dengan strategi pemodelan menggunakan media film pendek pada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang tahun 2013/2014 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Penerapan strategi pemodelan dengan menggunakan media film pendek dapat meningkatkan NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 633

8 keterampilan menulis naskah drama baik peningkatan proses maupun hasil. Peningkatan proses pembelajaran dengan penerapan strategi pemodelan menggunakan media film pendek terjadi pada 2 aspek yang dapat dilihat dari siklus 1 dan siklus 2. (a) Pada aspek aktivitas siswa dalam proses pada siklus 1 nilai rata-rata dan pada siklus 2 nilai rata-rata 86.62, naik (b) Pada aspek keterampilan menulis naskah drama, pada siklus1 nilai rata-rata dan pada siklus 2 nilai rata-rata 89.29, naik Peningkatan hasil pembelajaran dengan penerapan strategi pemodelan menggunakan media film pendek dapat dilihat dari penilaian siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 nilai rata-rata 62.3 sedang pada siklus 2 adalah 75.8, naik Saran Berdasrakan hasil penelitian penerapan strategi pemodelan dengan menggunakan media film pendek untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Lumajang dapat diajukan beberapa saran berikut. Strategi pemodelan dengan menggunakan film pendek sebagai media pembelajaran sangat efektif digunakan dalam pembelajaran. Dengan media dan strategi tersebut dapat merangsang minat dan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, pembelajaran tersebut dapat mengubah perilaku siswa menjadi lebih aktif, antusias, berani dan percaya diri, serta bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Strategi pemodelan dengan menggunakan media film pendek, pada smateri-materi tertentu dapat diterapkan misalnya pada materi membacakan puisi, menulis cerpen, membaca nyaring, menulis esai, memerankan adegan dan dialog. Guru bisa mengembangkan dengan fleksibel. Seiring dengan berkembangnya teknologi, khususnya audiovisual, perkembangan film beriringan dengan perubahan zaman, merupakan sarana yang bisa dipakai sebagi media pembelajaran dalam strategi pemodelan. Hal ini tentu menyenangkan dan tidak membosankan siswa. Bagi para peneliti yang menekuni bidang penelitian bahasa dan sastra Indonesia kiranya dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai keterampilan menulis naskah drama. Para peneliti hendaknya dapat menerapkan berbagai strategi, model, metode, teknik, dan media yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa, khususnya menulis naskah drama. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat membantu guru untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya dalam menulis naskah drama di kelas sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan yang lebih berkualitas. Srategi pemodelan dengan media film pendek merupakan strategi pembelajaran berbasis PAIKEM GEMBROT (pembelajaran aktif, inofatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, berbobot) dapat dikembangkan dan disosialisasikan keefektifan strategi pembelajaran ini.dari hasil penelitian yang telah dipaparkan terdapat pokokpokok temuan dalam penggunaan media film pendek untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama, di antaranya. Dalam proses pembelajaran, persiapan mengajar sangat menentukan keberhasilan mengajar. Perencanaan yang matang menunjukkan kesiapan pelaksanaanya dan pelaksanaan yang optimal akan membuahkan hasil yang maksimal. Pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan film pendek dikemas dalam pembelajaran yang PAIKEM GEMBROT (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 634

9 efektif, menyenangkan, gembira, dan berbobot). Siswa tampak asyik, sibuk, gembira, berkolaborasi dengan teman dan berhasil dalam pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dawud, dkk Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga. Dahar, R.W Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dasna Wayan dan Fatchan Ahmad Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Malang: BPSG. Junaedi, Mistar Pedoman Penulisan Tesis. Program Pascasarjana Unisma. Kosasih, Engkos Cerdas berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Siswanto, Wahyudi Pengantar Teori Sastra. Malang: Aditya Media Publishing. Sunarti dan Subana Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia. Tarigan, Hanry Guntur Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: Angkasa Sadiman, Arief. S Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014 Halaman 635

PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS VII-B MTS. DARUN NAJAH PETAHUNAN LUMAJANG

PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS VII-B MTS. DARUN NAJAH PETAHUNAN LUMAJANG PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS VII-B MTS. DARUN NAJAH PETAHUNAN LUMAJANG Endah Kurnianingtyas Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 145 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa simpulan berikut ini. Pertama, perencanaan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3 Andriana Isbinarni Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Keterampilan menulis puisi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari keterampilan menulis sastra. Keterampilan menulis naskah drama tidak datang dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial selalu berbahasa. Bahasa senantiasa digunakan manusia dalam komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I PURWOSARI TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013-2014 Widhihastuti Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bertujuan agar empat keterampilan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013-2014 Helmi Susanti Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:Prestasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP) pada tingkat SMA diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Negara dan Bangsa. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERJENJANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK PGRI CEPU TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERJENJANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK PGRI CEPU TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERJENJANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK PGRI CEPU TAHUN PELAJARAN 2016-2017 Azis Amrulloh Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan atau menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keempat aspek tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN 2354-614X Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dalam Memahami Isi Cerita Pendek Pada Siswa Kelas V SDN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Eka Susilowati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL Imam Sopingi Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Menulis puisi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa kesimpulan berikut ini. Perencanaan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Kustiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut, menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia SMA, tujuan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah adalah siswa terampil berbahasa. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang memegang peranan sangat penting. Manusia mampu mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan perasaannya kepada orang

Lebih terperinci

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENERAPAN TEKNIK MENIRU MENGOLAH MENGEMBANGKAN (3M) DALAM PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP MA ARIF KALIBAWANG WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Rini Subekti Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Kuni Sholi ah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP) Muhamad Lukman Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Standar Kompetensi KTSP, kompetensi dasar dari aspek menulis, di sekolah menengah pertama kelas XI terdapat kompetensi dasar tentang mendeskripsikan

Lebih terperinci

Didit Yulian Kasdriyanto. Staf Pengajar, Universitas Panca Marga, Probolinggo (diterima: , direvisi

Didit Yulian Kasdriyanto. Staf Pengajar, Universitas Panca Marga, Probolinggo (diterima: , direvisi ISSN 2354-6948 Penerapan Metode Pengamatan Langsung Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas V SDN Malasan Wetan 02 Kecamatan Tegal Siwalan Kabupaten Probolinggo Didit Yulian Kasdriyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di sekelilingnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses yang cukup panjang. Selain sebagai motivator dan fasilitator, guru dituntut professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah keterampilan yang membutuhkan proses yang lama untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit menuangkan hasil

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK EPIGONAL. ENIEK SUNARSIH Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK EPIGONAL. ENIEK SUNARSIH Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK EPIGONAL SISWA KELAS V SDN HARGOMULYO 2 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ENIEK SUNARSIH Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Yayu M.Binol, Ali Karim, Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian Bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia diajarkan pada jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menenengah atas. Bahasa Indonesia diajarkan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu E-Journal Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran. Bagi peserta didik yang sedang menuntut ilmu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMPAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT SISWA KELAS V SDN II KALIBATUR

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMPAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT SISWA KELAS V SDN II KALIBATUR PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMPAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT SISWA KELAS V SDN II KALIBATUR Hanik Masrokah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Keterampilan menyimak

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

Oleh: Angga Prastyo Nugroho Program Studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Angga Prastyo Nugroho Program Studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DENGAN METODE KUANTUM PADA SISWA KELAS X.4 SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Angga Prastyo Nugroho Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia memiliki implikasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang tidak terlepas dari teks dalam bentuk lisan maupun

Lebih terperinci

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X Oleh Linda Permasih Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. email: linda.permasih99@gmail.com Abstrac

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Agus Susanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik.

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Juli 2015 ISSN 2087-3557 SMP Negeri 2 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini pendidikan memiliki peranan penting, yakni bagaimana suatu bangsa dapat bersaing dikancah internasional hal ini berkaitan dengan sumber

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

Susanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: pembelajaran bercerita, metode TSTS, hasil belajar

Susanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: pembelajaran bercerita, metode TSTS, hasil belajar PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 PRIGEN KABUPATEN PASURUAN Susanto Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 SALAMAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Hestin Aryani Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran berbahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan pengajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Indonesia adalah dengan cara penguasaan segala aspek keterampilan berbahasa oleh peserta didik. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sangat berperan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, secara profesional guru harus meningkatkan kemampuan dan kompetensinya, kemudian mengimplementasikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI. Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI. Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI

Lebih terperinci

Penerapan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Bumi di Kelas IV SDN No.

Penerapan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Bumi di Kelas IV SDN No. Penerapan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Bumi di Kelas IV SDN No. 2 Pangalasiang Mersilia Busoso, Haeruddin, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia sebagai upaya untuk memajukan peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan seiring dengan kemajuan zaman.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016. 0 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh Sri Gustina Limbong Drs. Malan Lubis, M.Hum. Penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK Widayati Kepala SDN Kepuharum Kec. Kutorejo Kab. Mojokerto Email: waidayatiwidayati260@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PUISI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PUISI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PUISI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR DEVI ANJARSARI 158620600023/6/B1-PGSD/Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Devianjarsari1996@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada tingkat pendidikan dasar, menengah, sampai jenjang perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dijadikan sebagai alat untuk memonitor perkembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7 Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Kenyataannya di SMK Farmasi Bakti Kencana Banjar beberapa siswa diantaranya kurang mampu menggunakan imajinasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah kebutuhan setiap manusia untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

Oleh: Liana Sulistiana Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Liana Sulistiana Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENERAPAN METODE LATIHAN TERBIMBING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 KALIWIRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Liana Sulistiana

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua fungsi utama yaitu menyenangkan dan bermanfaat, atau lebih dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek

Lebih terperinci

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PERMAINAN BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI ISLAMI PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH NGUPASAN I KOTA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci