BAB I PENDAHULUAN. atau melakukan aktivitas, dan mengirim barang ke tempat lain yang membutuhkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. atau melakukan aktivitas, dan mengirim barang ke tempat lain yang membutuhkan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan transportasi adalah sebagai akibat kebutuhan manusia untuk berpergian ke lokasi atau tempat yang lain guna mencari barang yang dibutuhkan atau melakukan aktivitas, dan mengirim barang ke tempat lain yang membutuhkan sesuatu barang (Nasution, 2008 : 1). Transportasi merupakan unsur yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang dan sektor 1. Kebutuhan akan transportasi sama halnya dengan kebutuhan primer bagi masyarakat seperti kebutuhan listrik, air, dan lainnya. Sangat pentingnya transportasi bisa dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian. Karena transportasi telah menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas aspek perekonomian melalui fungsi distribusi, baik distribusi barang dan manusia. Dan tentunya itu semua akan lebih mudah dan cepat bila fungsi transportasi berjalan sesuai dengan mestinya. Perekonomian sangat tergantung pada sistem transportasi yang andal, efektif dan efisien, yang dapat memfasilitasi pergerakan manusia dan barang. Sehingga transportasi dapat menjadi sarana integrasi antara pertumbuhan perekonomian dan peningkatan taraf hidup manusia. Keberadaan transportasi sangat penting dalam memperlancar kegiatankegiatan masyarakat seperti dibidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan lainya. 1 Abdul Kadir Transportasi : Peran dan Dampaknya dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU Vol 1. 1

2 Dengan adanya perkembangan transportasi akan memudahkan manusia untuk meningkatkan dan memajukan ekonomi, aksesibilitas sumber daya dan tempat tertentu atau pulau. Sehingga mobilitas akan meningkat juga, semakin tinggi mobilitas maka manusia makin lebih produktif. Transportasi pada kenyataannya merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan pokok yang akan menjamin kehidupan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Melalui sarana transportasi manusia bisa memenuhi kebutuhan pokoknya yang tidak terdapat di sekitar daerah tempat tinggalnya melainkan hanya terletak jauh dari tempat tinggalnya dan tidak bisa di tempuh dengan berjalan kaki sehingga dapat mengefisienkan waktu tempuh. Dalam melakukan mobilitas sehari-hari memerlukan sarana penunjang pergerakan berupa angkutan pribadi (mobil, motor) maupun angkutan umum (paratransit dan masstransit). Angkutan umum paratransit merupakan angkutan yang tidak memiliki rute dan jadwal yang tetap, sedangkan angkutan umum masstransit merupakan angkutan yang memiliki rute dan jadwal yang tetap serta tempat pemberhentian yang jelas. Angkutan umum merupakan salah satu alat transportasi yang penting bagi masyarakat yang guna menunjang mobilitas sehari-hari. Pada umumnya sebagian besar masyarakat sangat tergantung dengan angkutan umum karena dari manfaatnya terutama dari efisiensi biaya atau lebih terjangkau semua lapisan masyarakat. Angkutan umum masih menjadi primadona ditengah maraknya produk kendaraan bermotor yang menawarkan berbagai keunggulan maupun kecanggihan teknologi yang menjadi daya tarik masyarakat. 2

3 Permintaan akan kebutuhan angkutan umum semakin meningkat tapi pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan kepada masyarakat tidak bisa memenuhi permintaan akan angkutan umum. Walaupun pemerintah sudah berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mendirikan suatu badan yang berbentuk perum persero. yaitu Damri, yang hingga saat ini masih tetap konsisten menjalankan tugasnya sebagai salah satu service provider angkutan orang dan barang dengan menggunakan bus dan truk. Tetapi untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidaklah cukup dengan mengandalkan bus damri saja. Dalam penyelenggaraan sarana transportasi, pemerintah memberikan ruang kepada pihak swasta untuk melayani masyarakat, banyak pihak swasta yang sudah mulai berkembang. Begitu pula dengan moda transportasi bus umum. Saat ini banyak orang yang bepergian keluar kota, daerah maupun propinsi untuk keperluan mereka masing-masing. Karena keterbatasannya, pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk memberikan pelayanan angkutan umum kepada masyarakat luas. Salah satunya adalah perusahaan otobus (PO) Sumber Group, PO Sumber Group merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa transportasi antar kota dan antar propinsi (AKAP) dan pariwisata. Seperti yang ketahui pada saat ini banyak sekali perusahaan otobus yang berlomba-lomba memberikan fasilitas mewah dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dan citra perusahaan demi mendapatkan kepercayaan dari pelanggan atau masyarakat. Tak terkecuali PO Sumber group yang selalu memperbaiki dan meningkatkan baik itu pelayanan dan fasilitas setiap armada busnya. 3

4 Banyaknya masyarakat yang masih memerlukan angkutan umum ini tidak diimbangi dengan penyediaan angkutan umum yang memadai, terutama ditinjau dari kapasitas angkut. Akibatnya hampir semua angkutan umum yang tersedia terisi penuh sesak oleh penumpang. Masalah tersebut diperparah dengan masih sering pengemudi angkutan melakukan tindakan yang dinilai dapat menimbulkan kerugian bagi penumpang, baik itu kerugian yang secara nyata dialami oleh penumpang seperti kehilangan barang uang dan kurang terjaminnya keamanan dan kenyamanan di dalam angkutan umum. Tindakan pengemudi yang mengemudikan kendaraan secara ugal-ugalan tidak memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna. Seringkali pengemudi yang mengemudi secara ugal-ugalan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bisa pengemudi dipengaruhi oleh keadaan sakit, lelah, dikejar waktu dan bisa karena kewajiban untuk kejar setoran dan lainnya sehingga mempengaruhi cara mengemudikan kendaraan secara ugal-ugalan sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penumpang yang menjadi korban. Keterampilan dan kesadaran yang dimiliki pengemudi angkutan umum penumpang cukup banyak memberikan konstribusi terhadap aspek keamanan, kenyamanan dan kelancaran lalu lintas secara umum. Selain itu, pengemudi juga melakukan pelanggaran lalu lintas, seperti memberhentikan kendaraan secara mendadak bahkan tanpa memberikan tanda lebih dahulu, memberhentikan kendaraan untuk pemuatan ataupun penurunan penumpang tidak pada bahu jalan dan atau tidak pada tempat berhenti yang telah ditetapkan seperti halte, terminal, berhenti atau ngetem di dekat traffic light. 4

5 Perilaku ugal-ugalan awak bus biasanya terkait dengan sistem pengupahan atau gaji, pengemudi sering bertindak ugal-ugalan demi mengejar pendapatan yang lebih dan sering sikut-sikutan dengan sopir lain tanpa mengindahkan keselamatan penumpangnya. Dengan sistem setoran, kru tidak dibekali uang melainkan mencari uang sendiri, sopir akan memburu penumpang sebanyakbanyaknya agar dapat uang sisa dari uang setoran. Dampak dari kesalahan sistem tersebut armada bus rata-rata akan cepat rusak karena pengemudi asal mengemudikan kendaraannya. Sementara sistem lain pengupahan yang biasanya digunakan oleh perusahan otobus adalah sistem premi. Dengan sistem premi, biasanya bahan bakar ditanggung oleh perusahaan, pengupahannya berdasarkan prosentasi dari pendapatan keseluruhan angkutan umum. Dampak yang terjadi seperti membuat sopir suka tancap gas sehingga bus cepat aus namun penumpang akan puas karena bus cepat sampai tujuan 2. Hal ini menyebabkan para penumpang berusaha memilih alternatif angkutan lainnya yang dirasa lebih nyaman, efektif dan efisien meskipun dengan biaya yang cukup besar. Demi mencari pendapatan yang lebih, pengguna dihadapkan pada masalah-masalah angkutan umum sehingga kemudian ada yang berakhir dengan insiden kecelakaan tragis, seperti yang sering terjadi di Jawa Timur. Kecelakaan bus di Jawa Timur tidak lepas dari PO Sumber group yang dulu bernama PO Sumber Kencono. PO. Sumber group (Sumber Kencono, Sumber Selamat, Sugeng Rahayu) adalah salah satu perusahan otobus yang berada di propinsi Jawa Timur. Bagi yang sering melakukan perjalanan antara 2 Surya, 13 september 2011, Sopir Ugal-Ugalan Karena Kejar Setoran?. Halaman 11 5

6 Yogyakarta-Surabaya tentu sangat hafal dengan bus ini. Karena trayek Surabaya- Yogyakarta sebagai trayek utama. Bus ini sering menjadi headline di media massa dan menjadi topik forum di dunia maya karena hampir setiap bulan mengalami kecelakaan. Pada awal tahun 2012 kemarin dunia perbisan Indonesia kembali dikejutkan dengan kecelakaan Sumber Kencono. Tragedi ini melibatkan bus Sumber Kencono (SK) dengan sepeda motor Yamaha Yupiter Z nopol AE 5601 FU. Kecelakaan tragis tersebut terjadi di jalan raya Surabaya Madiun, tepatnya di desa Jeruk Gulung, kecamatan Balerejo, Madiun, Minggu (1/1) sekitar pukul 00.15, menyebabkan enam penumpang meninggal dan 23 lainnya terluka. Sopir bus sumber kencono nopol W 7727 UY, sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Madiun. Sebelum bergabung dengan bus yang sebagian telah berganti nama menjadi Sumber Selamat tersebut, dia cukup berpengalaman sebagai pengemudi bus malam. Diduga kecepatan bus sekitar 100/km per jam. Akibat laju yang kencang, begitu ada masalah, bus langsung oleng 3. Belum lama ini bus sumber grup mengalami kecelakaan di Sidoarjo dan Ngawi. Bus Sumber selamat yang bernopol W 7571 UY bertabrakan dengan truk trailer H 1836 FH di jalan raya by pass Krian Desa Sidomulyo Kecamatan Krian. Akibat kecelakaan ini empat orang terluka meraka adalah tiga penumpang anakanak dan kernet korban dilarikan ke Rumah Sakit Anwar Medika Balongbendo. Kecelakaan bermula saat bus sumber selamat melaju menuju arah Mojokerto. 3 Jawa pos, 2 januari 2012, Enam Tewas Dibanting Sumber Kencono. Jawa pos halaman 1. 6

7 Tanpa diduga sebuah truk trailer tiba-tiba belok ke kanan hendak putar balik 4. Tidak lama berselang kecelakaan juga menimpa bus ini di Ngawi. Bus Sumber Selamat bernopol W 7018 UZ jurusan Surabaya - Yogyakarta nyungsep ke jurang sedalam 3 meter di jalur Ngawi - Solo, Desa Beran, Kecamatan Ngawi. Diduga, kecelakaan tanpa korban jiwa itu disebabkan aksi ugal-ugalan sopir bus. Ini menyusul, bus nyungsep ke parit setelah kejar-kejaran dan mendahului dua bus di depannya serta sebuah mobil 5. Seringnya kejadian kecelakaan yang melibatkan bus sumber group ini tidak heran kalau menjadi buah bibir masyarakat luas maupun nasional. Masih terbayang ketika bus sumber kencono kecelakaan di jalan by pass Mojokerto pada 12 september 2011 dan mengakibatkan 21 orang tewas. Kecelakaan maut antara Bus Sumber Kencono jurusan Surabaya-Yogyakarta bernomor polisi W 7181 UY dari arah Surabaya dengan Minibus Elf AG 7103 ML dini hari. Berdasarkan keterangan kecelakaan diduga karena faktor keadaan jalan, yakni kondisi jalan gelap tanpa penerangan, tikungan tanpa median jalan dan tanpa marka jalan, serta adanya kemiringan jalan yang membahayakan pengguna jalan. Ditambah lagi dengan Ruas jalan yang relatif sempit dua jalur untuk dua arah itu dilintasi kendaraan dari Surabaya menuju Jombang, ataupun dari Yogyakarta menuju Surabaya. Setidaknya, itu mengisyaratkan betapa pemerintah kurang memperhatian infrastruktur jalan yang memadai dan nyaman untuk pengendara maupun pengemudi kendaraan 6. 4 Surya, 5 Januari 2013, Sumber Selamat Seruduk Trailer. Surya halaman 12 5 Surya, 2 Maret Sumber Selamat Masuk Sawah. Surya halaman 6 6 Kompas. 13 september Infrastruktur Belum Beres. Kompas halaman 1. 7

8 Tabel 1. Jumlah Kecelakaan Bus Sumber Group/Sumber Kencono di Wilayah Propinsi Jawa Timur dan Belum Termasuk Kecelakaan Di luar Jawa Timur. No. Tahun Jumlah Korban Kecelakaan Meninggal Luka Berat Luka Ringan Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Propinsi Jawa Timur dari Polda Jawa Timur Kecelakaan yang melibatkan bus-bus Sumber Group ini dibandingkan perusahaan otobus yang lainnya jumlahnya lebih banyak. Tidak sedikit masyarakat yang membenci bus ini, karena seringnya terlibat kecelakaan yang membahayakan pegguna jalan maupun penumpang bus itu sendiri. Sebagai perbandingan berikut jumlah kecelakaan bus yang melibatkan bus jurusan Surabaya-Yogyakarta yang terjadi di Jawa Timur : Tabel 1.2. Jumlah Kecelakaan Bus Tahun Sumber Mira Akas Group Sumber : Dinas Perhubungan dan LLAJ Propinsi Jawa Timur dari Polda Jawa Timur Selain faktor human error, kecelakaan bisa terjadi karena infrastruktur dan kualitas kendaraan. Kelayakan kendaraan merupakan syarat mutlak yang harus 8

9 dipenuhi dalam sistem transportasi. Untuk angkutan umum, kelayakan kendaraan bisa memberikan kenyamanan bagi pengguna sehingga kualitas pelayanan akan berbanding lurus dengan kepuasan pengguna. Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan angkutan umum karena faktor kendaraan, pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi harus memberi pengawasan regulasi lebih terhadap kelayakan ini salah satunya dengan memperketat uji kelaikan jalan untuk mengantisipasi terulangnya kecelakaan karena tidak layaknya kendaraan. Dalam operasi jalan atau operasi rutin yang dilakukan di terminal tirtonadi Solo bus Sugeng Rahayu salah satu dari PO Selamat Group kena tilang. Operasi tersebut dilakukan secara menyeluruh baik bagi bus Antar-Kota Dalam Provinsi (AKDP), Antar-Kota Antar-Provinsi (AKAP) dan angkutan pedesaan. Hasilnya, belasan armada bus tak lolos dalam operasi jalan tersebut. Sejumlah petugas memeriksa sedikitnya 36 bus. Di antaranya PO Rela, PO Rajawali, PO Langsung Jaya, dan PO Sugeng Rahayu. Belasan bus terpaksa harus ditilang karena tidak bisa menunjukkan kelengkapan izin operasional dan teknis. Bahkan dalam operasi jalan ditemukan pemakaian ban depan vulkanisasi. Sesuai dengan peraturan yang berlaku ban depan harus menggunakan orisinil untuk sedikitnya menjamin keselamatan. Masih dalam operasi jalan tersebut juga ditemukan ban belakang vulkanisasi, karena dianggap membahayakan penumpang di jalan, ban belakang bus tersebut harus diganti. Karena rodanya tidak memenuhi persyaratan teknis. Selain itu ada pelanggaran ijin trayek, STNK mati, lampu mati, ada bus yang ditahan karena semua surat-surat kendaraan sudah mati. Oleh karena itu, pengawasan uji berkala ini bertujuan untuk memastikan bus layak jalan, sehingga angka kecelakaan dapat diminimalisir 7. Masalah kelaikan kendaraan armada bus seperti terbengkalai, kurang perlengkapan, kurang perawatan dan menggunakan suku cadang yang tidak sesuai standar. Ini terjadi karena penyedia jasa angkutan umum ini lebih mengutamakan pada kepentingan keuntungan yang diperoleh tanpa memperhatikan aspek lainnya. 7 Joglosemar. 7 maret Diperiksa, Belasan Bus Tak Laik Jalan. Joglosemar halaman 4 9

10 Tidak heran bila tingkat kualitas pelayanan yang diberikan semakin lama semakin buruk. Sering kali penyedia jasa bus ini kurang memperhatikan aspek keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna demi mengejar keuntungan. Inilah yang menyebabkan bus banyak yang mengalami kecelakaan. Pemeliharaan standar keselamatan kendaraan memiliki tiga manfaat sebagai berikut ; 1. Budaya keselamatan ditingkatkan dan seluruh pengendara mengetahui bahwa mereka memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk tidak berkendara tanpa mengindahkan keselamatan dan menggunkan kendaraan yang tidak laik jalan di jalanan. 2. Kerusakan-keruskan pada kendaraan merupakan faktor penyebab kecelakaan di jalan dalam proporsi yang lebih kecil 3. Tingkat keparahan korban kecelakaan dapat dikurangi dengan semakin amannya kendaraaan 8. Dalam kasus kecelakaan bus Sumber Group ini, yang menjadi faktor dominan adalah masalah aturan waktu yang ditetapkan juga bisa menjadi faktor terjadinya kecelakaan. Waktu tempuh yang ditetapkan maksimal hanya 8 jam untuk sekali jalan Surabaya-Yogyakarta. Waktu tempuh setiap armadanya yang mepet inilah yang sangat riskan. Sehingga tidak sedikit yang mengalami keterlambatan atau tidak sesuai dengan jadwal ujung-ujungnya kru bus melakukan 8 Asian Development Bank (ADB) Panduan Keselamatan Jalan Untuk Kawasan Asia Pasifik, Standar Keselamatan Kendaraan. Asian Development Bank (ADB) halaman

11 perpal 9 terhadap armada dan terkena klaim 10 dari perusahaan. Secara tidak langsung kru dalam hal ini sopir, kernet dan kondektur dirugikan dengan kebijakan tersebut. Tidaklah heran bila sopir mengemudikan busnya dengan ugalugalan. Hal ini sesuai pernyataan dari informan, sebagai berikut :...Soal waktu tempuh, sebenarnya sangat mepet banget sama waktu istirahatnya juga sedikit mas. Kalo waktu istirahat itu tergantung kita nyampe tempat tujuannya. Kita kan jalannya PP, waktu datang sama berangkat dari Semarang kan udah dijadwal mau ga mau harus cepet-cepet juga nyampe Semarangnya mas. Biar waktu istirahatnya agak panjang, dapat istirahat 2 jam saja udah untung banget. Tetapi kadang ada juga yang baru istirahat 15 menit, sudah jalan lagi... (Wawancara dengan Bapak Bambang Lilik sopir Bus Sugeng Rahayu Nopol W 7572 UY. Tanggal 7 Juni 2013 pukul WIB)...Untuk masalah waktu ke kota tujuan bus AKAP(Antar Kota Antar Propinsi) seperti Sumber ini sebenarnya bukan urusan Dishub dan LLAJ propinsi maupun kabupaten kota. Itu sudah diatur oleh Direktorat Perhubungan darat, yang berupa kartu pengawasan. Nah, waktu tempuh bus sudah ada dikartu tersebut mulai dari jam pemberangkatan, sampai di terminal A harus jam sekian, di terminal B harus jam sekian hingga di kota tujuan harus jam sekian. Kalau dishub propinsi hanya menangani bus trayek AKDP(Antar Kota Dalam Propinsi)... (Wawancara dengan Bapak Bambang Sugiarso. Kasi Pembinaan Angkutan Jalan Dishub dan LLAJ Propinsi Jawa Timur. Tanggal 25 Juni 2013). Bus merupakan salah satu alat transportasi sudah menjadi kebutuhan oleh sebagian masyarakat. Melihat sering terjadinya kecelakaan menjadi pukulan teguran dan tamparan keras bagi penyelenggara transportasi publik. Melihat 9 Perpal adalah bus yang tiba ke kota Tujuan atau belum sampai kota tujuan tetapi tidak harus berangkat kembali pada hari atau waktu yang sama dan harus menunggu besok atau jadwal berangkatnya dikarenakan sesuatu hal, misalnya rusak mesin (engine), habis waktu atau jadwalnya, macet parah dan sebagainya. 10 Klaim adalah denda yang diberikan perusahaan kepada kru bus (sopir, kernet dan kondektur) karena melakukan pelanggaran atau ketidaksesuaian menjalankan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, seperti tidak sesuai dengan jadwal, ugal-ugalan di jalan dan lainnya. 11

12 masalah di atas faktor penyebab kecelakaan bus sangat kompleks bisa dari pemerintah, sistem manajemen perusahaan, human error, sarana dan prasarana, cuaca, pengguna jalan yang lain dan lainnya. Walaupun sering terjadi kecelakaan yang fatal bus tetap saja menjadi andalan masyarakat untuk mobilitas setiap harinya terutama masyarakat yang menggantungkan pada angkutan umum (transit dependent). Jaringan transportasi yang buruk, keamanan transportasi yang tidak aman, sistem transportasi yang buruk serta kualitas alat perangkutan umum yang rendah mencerminkan kinerja pemerintahan dan perusahaan otobus yang buruk dalam menangani permasalahan transportasi secara menyeluruh. Kecelakaan merupakan dampak nyata yang ditimbulkan oleh lemahnya kinerja pemerintah dan manajemen perusahaan yang kurang perhatian terhadap keselamatan yang seharusnya menjadi kewajibannya. Kecelakaan yang terus menerus, mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit dan korban jiwa yang tak kunjung ada pemecahan yang jelas. Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus PO Sumber Group ini menjadi suatu fenomena yang tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Kurang disiplinnya pengemudi bus Sumber Group, sangat membahayakan pengguna jalan lainnya. Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan trasportasi harusnya mengambil langkah dalam menyediakan pelayanan yang aman, nyaman dan memberikan keselamatan. Karena masalah transportasi saling berkaitan persoalannya mulai dari kebijakan, strategi maupun programnya. 12

13 Walaupun peran pemerintah penting dalam keselamatan transportasi angkutan umum terutama bus, pihak dari manajemen bus (Perusahaan Otobus) memiliki peran yang lebih besar untuk mewujudkan keselamatan berlalu lintas. Manajemen yang baik dan handal akan berbanding lurus dengan peningkatan pelayanan kepada penumpang yang baik pula. Tidak hanya pelayanan saja, faktor keselamatan lalu lintas juga akan tercapai dengan adanya manajemen yang handal. Melihat kenyataan di lapangan pihak manajemen juga dinilai kurang menerapkan peraturan yang berlaku bagi semua angkutan umum. Pelanggaran seperti menerapkan waktu kerja yang melebihi yang seharusnya, yaitu dengan waktu kerja sopir yang mencapai 16 jam perhari. Hal tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menetapkan waktu kerja buat sopir tidak lebih dari 12 jam perhari. Walaupun permasalahan tersebut terlihat tidak terlalu penting, tetapi dampak yang diakibatkan bisa fatal. Sopir bisa kelelahan dengan peraturan tersebut, dan lagilagi pelanggan atau penumpang bisa menjadi korban. Seringnya kecelakaan bus yang belakangan ini terjadi membuat pihak manajemen bus yang bersangkutan melakukan langkah-langkah untuk menekan jumlah kecelakaan. Sistem manajemen transportasi seperti ini yang harus direalisasikan perusahaan karena agar manajemen perusahaan otobus khususnya Sumber Group lebih mengutamakan keselamatan jalan. Walaupun sebenarnya ada manajemen keselamatan transportasi nasional atau safety management system, tapi implementasi dari perusahaan kurang efektif. 13

14 Sebagai upaya menyikapi seringnya kecelakaan yang melibatkan bus Sumber Group, pihak manajemen mengambil beberapa keputusan untuk melakukan perubahan sistem perusahaan dan meningkatkan standarisasi keselamatan yang ada disetiap armada busnya. Hal ini dilakukan manajemen Sumber Group untuk menekan jumlah kecelakaan yang terjadi. Upaya perubahan sistem merupakan langkah-langkah yang dilakukan manajemen Sumber Group ini merupakan evaluasi dari sanksi yang diterima perusahaan atas terjadinya kecelakaan yang terus terjadi. Sebagai aktor yang paling penting dalam penyelenggara transportasi manajemen Sumber Group sudah saatnya mewujudkan angkutan umum yang aman, nyaman, dan selamat. Kedepannya angkutan umum diharapkan memberi pelayanan yang muaranya adalah kian tinggi tingkat keselamatan jalan angkutan umum, sehingga dapat meningkatkan kepuasan bagi para pelanggan. Semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan atau penumpang akan merubah citra negatif yang selama ini melekat pada bus-bus Sumber Group. Walaupun nama bus sudah ada yang diganti menjadi Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu, dimata masyarakat tetap saja bus Sumber Kencono yang diplesetkan menjadi Sumber Bencono (Bencana). Melihat pentingnya manajemen perusahaan dalam jasa pelayanan transportasi angkutan umum, maka penelitian ini berfokus pada upaya manajemen Sumber Group untuk mewujudkan keselamatan lalu lintas. Diharapkan kedepannya pihak manajemen Sumber Group bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan transportasi agar sungguh-sungguh dalam 14

15 menempatkan masalah keselamatan tranportasi di atas segalanya kepentingan lainnya Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat ditarik kesimpulan permasalahannya adalah : Bagaimana upaya yang dilakukan manajemen Perusahaan Otobus (PO) untuk mewujudkan keselamatan transportasi? 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang bentuk evaluasi manajemen perusahaan otobus (PO) Sumber Group untuk mewujudkan keselamatan transportasi dalam kasus banyaknya kecelakaan yang melibatkan perusahaan otobus Sumber group Manfaat Penelitian a. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kajian ilmiah yang lebih mendalam tentang bentuk evaluasi manajemen PO Sumber Group dalam permasalahan transportasi, sehingga dapat dijadikan acuan konseptual ilmiah bagi perbaikan dalam pengambilan kebijakan yang menyangkut transportasi serta dapat memberikan kontribusi bagi eksistensi perkembangan Ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik. 15

16 b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan dan sumbangan pemikiran, khususnya bagi pemerintah yang mewadahi persoalan transportasi dalam upaya memecahkan masalah yang berkaitan dengan manajemen transportasi pada masa yang akan datang. 16

BAB VI PENUTUP. terkait langsung dengan sistem transportasi. Evaluasi dari manajemen sangat

BAB VI PENUTUP. terkait langsung dengan sistem transportasi. Evaluasi dari manajemen sangat BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa upaya evaluasi yang dilakukan oleh pihak manajemen ada beberapa aspek. Upaya dari manajemen adalah faktor penting

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-11-05-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TABRAKAN ANTARA MOBIL BUS PO. SUMBER KENCONO W-7666-UY DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan semakin kompleks

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-11-09-06-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TABRAKAN ANTARA MOBIL BUS ISUZU ELF AG 7103 ML DENGAN MOBIL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan. 1. Berdasarkan analisa data lapangan dalam penelitian disimpulkan bahwa

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan. 1. Berdasarkan analisa data lapangan dalam penelitian disimpulkan bahwa BAB V Penutup A. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisa data lapangan dalam penelitian disimpulkan bahwa pelaksanaan kebijakan Uji Berkala Kendaraan Bermotor melalui PP Nomor operasional kendaraan angkutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi yang merupakan salah satu sektor industri yang bersentuhan langsung dengan lalu lintas dinyatakan sebagai salah satu industri dengan tingkat cedera dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Transportasi telah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia, karena semua aktivitas

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-04-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS MITSUBISHI L 300 P-2669-U MENABRAK DARI BELAKANG (REAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem setoran pada angkutan umum transportasi massa seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem setoran pada angkutan umum transportasi massa seperti BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem setoran pada angkutan umum transportasi massa seperti angkot/angkutan perkotaan, Bis/Bus, taksi/taxi, Ojek, becak, dan lain sebagainya adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Rest Area di Mantingan Kabupaten Ngawi. 1.1.1 Arti Kata Rest : Istirahat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu faktor umum dalam keberlangsungan pembangunan masyarakat Indonesia. Masyarakat era modern saat ini menggunakan moda transportasi umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan hal yang sangat mutlak dibutuhkan terutama oleh negara yang sedang berkembang. Karena transportasi menjadi nadi perkembangan suatu negara,

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-07-04-06-02 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN KECELAKAAN TUNGGAL MOBIL BUS AKAP JATUH KE DALAM JURANG DAN MASUK SUNGAI

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-08-12-06-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN BUS PO PENANTIAN UTAMA NOMOR KENDARAAN BE 2334 FC MASUK JURANG JALAN LINTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

FINAL DI KM PASAR GUGUAK KAYU TANAM, KABUPATEN PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT SELASA, 1 JULI 2014 KNKT

FINAL DI KM PASAR GUGUAK KAYU TANAM, KABUPATEN PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT SELASA, 1 JULI 2014 KNKT FINAL KNKT.14.07.03.01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL PENUMPANG L 300 BM-7522-DW BERSEREMPETAN DENGAN MOBIL PENUMPANG DAIHATSU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-11-12-07-01 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN B-7166-TGA DENGAN MOBIL PENUMPANG TOYOTA AVANZA F-1884-HD DI JALUR PANTURA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana transportasi. Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Transportasi sangat berperan besar untuk pembangunan di suatu daerah. Pergerakan manusia, barang, dan jasa dari suatu tempat ke tempat lain dapat diperlancar dengan

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pemenuhan kebutuhan hidup harus melaksanakan aktivitas yang tidak hanya dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi/angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Transportasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Disusun Oleh : EKA MARWATI F 100 030 017 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu dan transportasi daerah adalah satu kesatuan yang berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian di daerah-daerah

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

Oleh Candra Sumaryadi NIM Kelompok D. Untuk memenuhi syarat nilai dari mata kuliah Pancasila

Oleh Candra Sumaryadi NIM Kelompok D. Untuk memenuhi syarat nilai dari mata kuliah Pancasila Oleh Candra Sumaryadi NIM. 11.11.5031 Kelompok D Untuk memenuhi syarat nilai dari mata kuliah Pancasila 2011 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-09-08-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS MITSUBISHI FE 304 COLT E-7586-Y MASUK JURANG DI JALAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan

Lebih terperinci

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam menunjang, memperlancar dan meningkatkan pembangunan perekonomian baik regional maupun nasional. Kendaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandar Lampung telah terus berkembang dari sisi jumlah penduduk, kewilayahan dan ekonomi. Perkembangan ini menuntut penyediaan sarana angkutan umum yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan barang dan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu wilayah atau area yang sedang berkembang terjadi peningkatan volume pergerakan atau perpindahan barang dan manusia yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan fasilitas pendukung kegiatan manusia, transportasi tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek aktivitas manusia tersebut. Transportasi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berkembangnya zaman yang kian maju, transportasi masih memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang dimaksud disini meliputi

Lebih terperinci

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

perbaikan hidup berkeadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara, bangsa Indonesia termasuk bangsa yang dikategoikan Negara dunia ketiga. Negara-negara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TERMINAL ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DALAM KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas kesehariannya. Tak hanya pendidikan dan kesehatan sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas kesehariannya. Tak hanya pendidikan dan kesehatan sebagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan aktifitas sehari-hari setiap manusia pasti memiliki kebutuhan untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain baik itu dalam kepentingan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 17 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 17 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 17 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa pulau. Indonesia sebagai negara kepulauan memerlukan peran transportasi yang baik, berupa

Lebih terperinci

FINAL KNKT

FINAL KNKT FINAL KNKT-08-09-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TRUK KAYU PADI MAS NOMOR KENDARAAN EB 2144 AC MASUK JURANG DI JALAN JURUSAN

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kecelakaan angkutan jalan pertahun (www.dishub.co.id/info darat)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kecelakaan angkutan jalan pertahun (www.dishub.co.id/info darat) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya uji kelayakan kendaraan di Indonesia yang dilakukan oleh DISHUB, angka kecelakaan angkutan jalan seharusnya menurun atau minimal tidak mencapai

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-09-07-05-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN MOBIL BUS AD-1444-BE BERTABRAKAN DENGAN KERETA API 759 / PRAMEK (SOLO-YOGYAKARTA)

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk di Indonesia pada masa saat sekarang ini semakin pesat, bila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka bangsa ini akan mengalami

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Transportasi sudah lama ada dalam perkembangan kehidupan manusia, dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang terjadi dalam kehidupan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015 SURABAYA, SEPTEMBER 2014 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1186/HK.402/DRJD/2002

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1186/HK.402/DRJD/2002 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1186/HK.402/DRJD/2002 TENTANG PEMBERIAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH PENGUSAHA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DALAM TRAYEK

Lebih terperinci

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya. BAB II TINJ AllAN PUSTAKA A. Pengertian Kendaraan Bermotor **» Kendaraan bermotor (Daryanto, 1999) adalah suatu kendaraan yang dijalankan oleh mesin yang dikendalikan manusia diatas jalan. Jenis kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Surakarta atau sering disebut kota Solo terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya strategis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, dunia mengalami perubahan pola penyakit. Penyakit yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non infeksi atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi massal saat ini menjadi sangat penting karena letak Indonesia yang begitu luas serta dikelilingi lautan. Transportasi tersebut akan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan akan transportasi dalam suatu wilayah merupakan kebutuhan akan akses untuk menuju fungsi-fungsi pelayanan kota di lokasi berbeda yang ditentukan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Umum Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengantar Dalam rangka penyusunan laporan Studi Kajian Jalur Angkutan Penyangga Kawasan Malioboro berbasis studi kelayakan/penelitian, perlu dilakukan tinjauan terhadap berbagai

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN SKALA DISIPLIN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bila melanggar rambu-rambu lalu lintas, saya siap ditindak. Saya akan memaki-maki pengendara lain jika tiba-tiba memotong jalan saya. Menurut saya penggunaan lampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG SALINAN BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan. Perusahaan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan. Perusahaan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi/perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam mengelola, mengatur dan memanfaatkan pegawai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Jakarta merupakan Kota Megapolitan yang ada di Indonesia bahkan Jakarta menjadi Ibu Kota Negara Indonesia yang memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan:

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-08-02-07-01 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN KECELAKAAN TABRAKAN ANTARA MOBIL BUS BH 7768 FU DENGAN MOBIL PENUMPANG KIA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan wilayah merupakan bagian dari Ketahanan Nasional yang secara terus menerus harus ditingkatkan, sehingga akan menciptakan situasi yang kondusif dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

KONDISI EKSISTING. Data hasil survei angkot jalur ABG/H

KONDISI EKSISTING. Data hasil survei angkot jalur ABG/H Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Kota Malang Jalur ABG/H ( Arjosari Borobudur Gadang/Hamid Rusdi ) Arif Rachman Julianto ( 201210340311186 ) Artikel Tugas Sistem Transportasi Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

CONTOH 1 : PERMOHONAN IZIN USAHA ANGKUTAN

CONTOH 1 : PERMOHONAN IZIN USAHA ANGKUTAN LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 35 Tahun 2003 Tanggal : 20 Agustus 2003 CONTOH 1 : PERMOHONAN IZIN USAHA ANGKUTAN NAMA PERUSAHAAN / KOPERASI / PERORANGAN *) Alamat lengkap Nomor Telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Malang telah dinobatkan sebagai kota pendidikan dan juga merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu sebagai pintu masuk ke wilayah kota Yogyakarta, menyebabkan pertumbuhan di semua sektor mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan fenomena yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh kecenderungan para pengemudi angkutan umum maupun kendaraan pribadi untuk mengambil

Lebih terperinci