UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH"

Transkripsi

1 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BONAGUNG 2 KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: SUNARYO X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 i

2 ii

3 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BONAGUNG 2 KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh: SUNARYO X Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 ii

4 iii

5 iv

6 ABSTRAK Sunaryo. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BONAGUNG 2 KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan minat belajar pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan modifikasi alat bantu pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach), dan dilaksanakan dengan dua siklus atau tiga putaran setiap putaran menunjukkan tahapan hasil perkembangan proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan modifikasi alat bantu pembelajaran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Tahun ajaran 2011/2012, pada semester 2 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 12 siswa putra dan 18 siswa putri. Instrument yang digunakan dalam pengambilan data adalah hasil evaluasi siswa dan hasil pengamatan serta penggunaan kartu ceria. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan. Meningkatkan hasil minat pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan modifikasi alat bantu pada siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Tahun ajaran 2011/2012. Pada kompetensi dasar mempraktekkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai nilai yang terkandung didalamnya. Berdasarkan analisis data ternyata di peroleh hasil belajar siswa sebagai berikut. Ketuntasan belajar dari 30 siswa pada pra siklus : ketuntasan belajar 37%, siklus I pertemuan 1 ketuntasan belajar : 60 %, pertemuan 2 maningkat menjadi commit : 70 to %, user ketuntasan belajar pada siklus II v

7 pertemuan 1 mencapai 90%. Target minimal tetuntasan 85%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan modifikasi alat bantu dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh dapat meningkat. vi

8 MOTTO Bekerja untuk berbagi adalah titik awal untuk membangun orientasi memberi, salah satu kualitas pribadi yang sangat berpengaruh terhadap diri anak-anak kita Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain Jalan yang mulus tidak akan melahirkan sopir yang handal Langit yang terang tidak akan melahirkan pilot yang gesit Laut yang tenang tidak akan melahirkan pelaut yang tangguh Maka, jadilah orang yang kuat dan sukses dalam menghadapi hambatan vii

9 PERSEMBAHAN Teriring syukurku pada-mu, kupersembahkan karya ini untuk : Anak-anak dan Istriku yang selalu mendo akan aku dalam hidupku Keluarga Besarku yang selalu memberi semangat dalam kuliahku Teman-teman ku Mahasiswa PPKHB FKIP JPOK UNS Surakarta Almamater viii

10 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Drs. H. Wahyu Sulistyo, M. Kes, sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5. Drs. Waluyo, S. Pd. M. Or, sebagai pembimbing II yang telah memberikan semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik. 6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis. 7. SD Negeri Bonangung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya. 8. Siswa putra kelas SD Negeri Bonangung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun commit penulis to user harapkan. Akhirnya penulis berharap ix

11 semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca, khusunya dalam permainan bola basket. Surakarta, Juli 2012 Penulis x

12 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... PENGAJUAN.... PERSETUJUAN... PENGESAHAN ABSTRAK..... MOTTO..... PERSEMBAHAN.... KATA PENGANTAR.... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GRAFIK.. xiv DAFTAR GAMBAR..... xv DAFTAR LAMPIRAN xvi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 5 C. Tujuan Penelitian 5 D. Manfaat Penelitian 5 BAB II LANDASAN TEORI. 7 A. Tinjauan Pustaka Pengertian Atletik 7 2. Lompat Jauh 8 3. Hakekat Pembelajaran Media Pembelajaran Modifikasi Alat commit Bantu to user 28 i ii iii iv v vi vii xi

13 6. Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok 33 B. Kerangka Pemikiran C. Perumusan Hipotesis 37 BAB III METODE PENELITIAN... A. Seting Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian 3. Siklus PTK B. Subyek Penelitian C. Sumber Data... D. Teknik dan Pengumpulan Data... E. Teknik... F. Prosedur Penelitian.. G. Proses Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN.... A. Deskripsi per Siklus. 1. Siklus I.. a. Siklus I Pertemuan 1 b. Siklus I Pertemuan 2 2. Siklus II a. Siklus II Pertemuan 1.. B. Pembahasan dan Analisis Data BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xii

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel Target Prosentasi Capaian... Tabel 2. Data Awal Hasil Belajar dan Minat Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SD Negeri 2 Bonangung.. Tabel 3. Data Hasil Belajar dan Minat Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SD Negeri 2 Bonangung Siklus I Pertemuan 1 Tabel 4. Data Awal Hasil Belajar dan Minat Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SD Negeri 2 Bonangung Siklus I Pertemuan 2 Tabel 5. Data Awal Hasil Belajar dan Minat Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SD Negeri 2 Bonangung Siklus II Pertemuan xiii

15 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1. Data Awal Hasil Belajar dan Minat Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SD Negeri 2 Bonangung. Grafik 2. Data Hasil Belajar dan Minat Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SD Negeri 2 Bonangung Siklus I Pertemuan 1. Grafik 3. Data Awal Hasil Belajar dan Minat Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SD Negeri 2 Bonangung Siklus I Pertemuan 2.. Grafik 4. Data Awal Hasil Belajar dan Minat Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa SD Negeri 2 Bonangung Siklus II Pertemuan xiv

16 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Gambar Awalan Lompat Jauh Gaya Jongkok.. Gambar 2. Gambar Tolakan Lompat Jauh Gaya Jongkok. Gambar 3. Gambar Melayang Lompat Jauh Gaya Jongkok.. Gambar 4. Gambar Mendarat Lompat Jauh Gaya Jongkok Gambar 5. Skema Bagian-bagian yang Mendukung Pencapaian Pembelajaran. Gambar 6. Kerangka Pemikiran.. Gambar 7. Alur PTK xv

17 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional yang diarahkan menuju ke peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai bagian dari Pendidikan Nasional, upaya peningkatan pendidikan jasmani perlu dilaksanakan dengan terencana, teratur dan berkesinambungan. Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu pendidikan nasional Indonesia. Hasil yang akan harapkan itu akan dicapai setelah masa yang cukup lama. Karena itu, upaya pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan olahraga membutuhkan metode dan kurikulum sebagai insfrastrukturnya, sarana dan prasarana sebagai pendukung serta kesadaran dan kesabaran dari komponen pendidikan dalam pelaksanaannya. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan. Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas jasmani, permainan dan olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Berkaitan dengan pendidikan jasmani H.J.S. Husdarta (2009:19) menyatakan : Penjas diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktifitas jasmani atau olahraga. Ini pengertiannya adalah mendidik siswa. Yang membedakan dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak ini dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Pendidikan jasmani dan olahraga di lembaga pendidikan formal atau sekolah sebagai salah satu bagian kurikulum pendidikan pelaksanaannya secara intrakurikuler (pada jam sekolah) dan ekstrakurikuler (diluar jam sekolah). Dengan pelaksanaan pendidikan jasmani, peserta didik dibekali dan dididik secara psikis (mental dan motivasi) dan commit dididik to user secara fisik dan jasmani (physical 1

18 2 exercise). Pembelajaran secara fisik akan memberikan bekal kemampuan dalam gerak dasar yang padat di pergunakan dalam masa perkembangan selanjutnya, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan untuk mencapai prestasi olahraga Kesadaran dan minat masyarakat terhadap olahraga semakin besar. Olahraga di masyarakat telah tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk pelaksanaan, pengorganisasian dan tujuan yang hendak di capai, sesuai dengan lingkup masyarakat yang melaksanakannya. Dalam kaitannya dengan pendidikan, olahraga sebagai salah satu media pendidikan yang sifatnya sangat positif karena dapat membangkitkan sikap dan perilaku yang positif di masyarakat. Olahraga dalam media pendidikan memberikan arahan yang positif bagi perkembangan dan pertumbuhan jasmani, mental, sosial dan emosional secara serasi selaras dan seimbang. Di dalam lembaga pendidikan formal, pendidikan jasmani yang diberikan salah satunya adalah pendidikan gerak dan olahraga yang termuat dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan. Selain mengajarkan gerak dasar dan pembentukan kemampuan serta kemampuan gerak bagi peserta didik, pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan juga memberikan bekal pengetahuan secara teoritis mengenai peningkatan kualitas kesehatan kehidupan peserta didik. Salah satu bagian dari pendidikan jasmani di lembaga formal adalah pendidikan gerak dan olah jasmani yang secara khusus merupakan pendekatan ke salah satu cabang olahraga tertentu berdasarkan kurikulum yang berlaku. Diantaranya adalah pembelajaran mengenai cabang olahraga atletik. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerak - gerak dalam cabang atletik sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani, seperti lari, lompat, lempar, tolak dan berjalan. Disamping itu atletik juga berpotensi untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan untuk penguasaan keterampilan teknik cabang olahraga. Mengingat bahwa olahraga atletik merupakan salah satu dasar pembinaan olahraga dan gerak jasmani, maka sangat penting peranan pembelajaran atletik pada peserta didik khususnya di commit sekolah to user dasar dengan disesuaikan dengan

19 3 kemampuan siswa. Pembelajaran atletik di sekolah dasar merupakan upaya peletakan dasar kemampuan olah tubuh dan olah gerak, sehingga dalam proses pembelajarannya menekankan pada faktor kegembiraan pada siswa dari permainan gerak dan kegiatan olahraga atletik. Unsur-unsur dalam pembelajaran atletik meliputi nomor; jalan, lari, lompat dan lempar. Lompat jauh merupakan salah satu bagian dalam pengajaran atletik di sekolah dasar sesuai dengan muatan materi KTSP Pembelajaran lompat jauh di sekolah dasar dilaksanakan dengan melihat pada keberadaan sarana dan prasarana sekolah yang bersangkutan, kemampuan siswa dan arah perkembangan selanjutnya. Lompat jauh yang diajarkan di sekolah dasar merupakan pembelajaran bagi siswa untuk melakukan gerakan melompat dan mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya yang di mulai dengan gerakan lari sebagai awalan dalam melompat kemudian menolak pada papan tumpuan/tolakan kemudian gerakan melayang di udara dan diakhiri dengan mendarat pada titik terjauh ke dalam bak pasir sebagai media pendaratannya. Dalam upaya pencapaian jarak lompatan sejauh-jauhnya, seorang siswa harus memiliki beberapa persyaratan tertentu misalnya kondisi fisik dan penguasaan teknik dalam lompat jauh yang baik. Kaitannya dengan penguasaan teknik lompat jauh dalam pembelajaran di sekolah dasar, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan di antaranya: (1) awalan yang tepat, (2) macam gaya atau sikap tubuh pada saat melayang di udara yang pada umumnya digunakan oleh atlet profesional dalam lompat jauh untuk mencapai jarak pendaratan yang optimal. Ketiga teknik atau gaya tersebut adalah gaya jongkok, gaya lenting dan gaya berjalan diudara., (3) sikap pendaratan yang baik. Awalan dalam lompat jauh pada umumnya diberikan dalam pembelajaran lompat jauh di sekolah dasar dengan berdasarkan pada kemampuan fisik, kondisi lapangan serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Saat mengajar lompat jauh masih sering di temui gaya mengajar guru penjas yang cenderung tradisional, atau hanya menggunakan satu gaya mengajar saja, sehingga membuat situasi pembelajaran monoton dan membuat siswa jenuh untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Model metode-metode praktek ditekankan pada teacher centered commit dimana to user para siswa melakukan pembelajaran

20 4 fisik berdasarkan perintah yang telah di tentukan oleh guru. Pembelajaranpembelajaran tersebut tidak pernah dilakukan sesuai dengan inisiatif siswa sendiri. Guru penjas cenderung menggunakan pendekatan yang mendasarkan pada olahraga prestasi dalam pembelajarannya, sehingga dalam proses pembelajarannya jelas beda dari penjas itu sendiri. Tujuan utamanya adalah guru lebih menekankan proses melainkan hasil akhir sebuah penilaian. Pendekatan seperti ini membuat siswa kurang senang bahkan merasa frustasi untuk melakukan program pendidikan jasmani, karena mereka tidak mampu dan sering gagal untuk melaksanakan tugas yang diberikan dalam bentuk yang kompleks. Untuk itu kebutuhan untuk memodifikasi olahraga sebagai suatu pendekatan alternatif dalam pengajaran pendidikan jasmani, mutlak perlu dilakukan. Guru harus harus memiliki kemampuan untuk memodifikasi keterampilan yang hendak diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Guru dituntut harus lebih kreatif, inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa, sehingga tercipta pembelajaran yang aktif bagi siswa, atau menyenangkan tanpa meninggalkan tujuan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen tahun ajaran 2011/2012, bahwa siswa-siswi kelas V masih kesulitan dalam melakukan teknik lompat jauh gaya jongkok. Sebagian siswa baru bisa melakukan teknik lompatan, tetapi mereka belum bisa melakukan gerakan secara keseluruhan terutama teknik melayang (gaya jongkok) dengan benar. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari siswa, dapat di ketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen tahun ajaran 2011/2012 dalam kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang berjumlah 30 siswa, yang mendapat nilai di bawah 70 berjumlah 19 siswa (63%). Besarnya jumlah siswa yang mendapatkan nilai di bawah 70 menjadi bukti kongkrit bahwa hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Tahun pelajaran 2011/2012 masih banyak yang belum mencapai batas ketuntasan belajar siswa yang di patok pada angka 70.

21 5 Dari permasalahan umum yang dihadapi guru pendidikan jasmani dalam menyampaikan materi khususnya lompat jauh gaya jongkok, maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Modifikasi Alat Bantu Pada Siswa Kelas V SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Tahun pelajaran 2011/2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat di rumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah penggunaan modifikikasi alat bantu dalam pembelajaran penjasorkes dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten tahun ajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah di sampaikan di atas, tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok melalui modifikasi alat bantu pada siswa kelas V SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen tahun ajaran 2011/2012 D. Manfaat Penelitian Dengan mengetahui hasil penerapan penggunaan modifikasi alat bantu untuk meningkatkan kemampuan dan hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V (PTK pada mata pelajaran penjas di SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen, Kecamatan tanon, Kabupaten Sragen tahun 2011/2012) manfaat yang dapat diperoleh dari commit penelitian to user ini adalah :

22 6 1. Bagi Pelatih dan Guru Olahraga Sekolah Dasar a. Memberikan sumbangan informasi dan bahan pertimbangan berkaitan dengan pencapaian hasil dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan modifikasi alat bantu. b. Untuk meningkatkan kualitas pengajaran penjas. c. Menerapkan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, kreatif, edukatif dan menyenangkan (PAIKEM). 2. Bagi Siswa Sekolah Dasar a. Memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih baik bagi siswa selama pembelajaran lompat jauh khusunya gaya jongkok. b. Meningkatkan kemampuan dan kreatititas pada anak. c. Proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok lebih kreatif dan menyenangkan.

23 7 BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Atletik a. Pengertian Atletik Menurut pendapat dari Aip Syaifuddin (1992:2), atletik adalah salah satu cabang olahraga yang diperlombakan dan meliputi nomor jalan, lari, lempar, lompat dan locat. Gerakan-gerakan yang dilakukan pada cabang atletik terdapat pada semua cabang olahraga, pada intinya semua gerakan pada olahraga berasal dari cabang olahraga atletik. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa atletik merupakan ibu dari semua cabang olahraga Aip Syaifuddin (1992:1). Atletik merupakan rangkaian aktifitas jasmani yang efektifuntuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan individu. Atletik juga merupakan sarana pendidikan jasmani bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan lain sebagainya. b. Pengajaran Atletik Di Sekolah Dasar Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam atletik, sesuai dengan muatan kurikulum pendidikan. Merupakan salah satu materi untuk mengisi program pendidikan jasmani seperti jalan, lari, lompat dan melempar (Depdikbud, 1995:593). Cabang olahraga atletik juga berpotensi untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan teknik cabang olahraga. Dalam kaitannya dengan penguasaan materi atletik dalam kurikulum pendidikan, pembelajaran pendidikan jasmani khususnya di tingkat sekolah dasar menggunakan materi atletik sebagai salah satu bahan pengajaran. Di antaranya adalah pengajaran lompat jauh. Selama ini pengajaran lompat jauh yang dilaksanakan hanyalah sekedar untuk memenuhi muatan materi dalam proses belajar mengajar dan masih belum dilakukan untuk mencapai sebuah prestasi dalam skala yang lebih luas. 7

24 8 2. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu cabang dalam olahraga atletik. Sebagai cabang olahraga atletik, gerakan-gerakan yang dilakukan dalam lompat jauh merupakan gabungan dan pengembangan dari gerakan dasar atletik yaitu gerakan lari dalam menempuh awalan untuk memberikan daya tolakan yang maksimal dan gerakan melompat sebagai kelanjutannya untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Berdasarkan pengertian dari Aip Syaifuddin (1992:2) lompat jauh didefinisikan sebagai salah satu bentuk gerakan melompat dengan mengangkat kedua kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan jalan melekukan tolakan pada salah satu kaki yang terkuat untuk mencapai jarak yang sejauhjauhnya. Menurut pengertian (Depdikbud, 1995:600), lompat jauh adalah gerakan melompat ke depan dengan bertolak dengan salah satu kaki untuk mencapai suatu kejauhan yang dapat di jangkau. Gerakan lompat jauh dapat dibagi menjadi awalan, tumpuan atau tolakan, lompatan serta mendarat di bak pasir dengan kedua kaki secara bersama-sama. Sasaran dan tujuan dari lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin di sebuah tempat pendaratan atau bak lompat. Jarak lompatan ditunjukkan dengan ukuran panjang dari tepi papan tolakan yang paling dekat dengan bak lompatan sampai pada titik pendaratan yang paling dekat dengan papan tolakan yang ditandai dengan bekas pijakan bak lompat dengan tubuh siswa. Berdasarkan teknik dalam olahraga lompat jauh berdapat beberapa macam gaya yang biasa di gunakan, terutama oleh atlet professional. Gaya yang sering digunakan tersebut merupakan gaya yang telah terbukti dapat memberikan hasil lompatan yang maksimal sesuai dengan kondisi fisik dan kemampuan atletnya. Beberapa macam gaya yang digunakan tersebut antara lain: 1) Gaya jongkok, 2) Gaya Lenting dan 3) Gaya Berjalan di Udara. Perbedaan dari ketiga gaya lompat jauh tersebut adalah pada saat posisi tubuh melayang di udara (Aip Syaifuddin (1992:60).

25 9 b. Tahapan Dalam Lompat Jauh Gaya Jongkok 1). Awalan Awalan dalam lompat jauh merupakan gerakan lari yang di mulai dari keadaan start berdiri dan kemudian berlari dengan kecepatan yang meningkat, dari titik awal berdiri sampai dengan batas balok tolakan, untuk memberikan daya dan dorongan semaksimal mungkin sebelum mengalihkan kecepatan horisontal menjadi kecepatan vertikal melalui tolakan pada papan tumpuan di depan balok tumpuan. Sebagai pedoman atlet lompat jauh dalam menentukan titik awalan harus dengan mengikuti beberapa dasar antara lain letak kaki tumpu harus selalu bertumpu pada paga keajegan dalam berlari artinya, setiap langkah lari harus sama langkah jaraknya. Kecepatannya juga selalu dipertahankan untuk mencapai ketetapan saat berlari, kemudian ketepatan pada saat bertumpu harus selalu tepat tanpa mengurangi kecepatan. Dari uraian tersebut yang dimaksud dengan awalan lompat jauh adalah rangkaian gerakan lari untuk mencapai kecepatan horisontal dan berakhir saat melompat kedepan dengan bertolak pada balok tumpuan dengan menggunakan salah satu kaki untuk mencapai suatu hasil lompatan yang maksimal. Hasil yang optimal dapat di capai dengan selalu memperhatikan teknik yang tepat, sehingga akan menghasilkan jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Beberapa syarat untuk melakukan awal yang baik menurut Carr, Gerry A (2003:25) : a) Jarak lari yang disesuaikan dengan kemampuan pelompat. b) Jarak awalan relatif cukup jauh (untuk anak sekolah dasar antara meter). c) Kecepatan lari dan irama langkah harus ajeg (rata). d) Langkah-langkah terakhir diperkecil untuk menolak dengan lebih sempurna. e) Sikap pelari seperti pelari jarak pendek. Menurut Gunther Bernard (1993:68), untuk menentukan jarak awalan yang baik dapat dilakukan dengan perencanaan jumlah langkah awalan yang tepat dan selanjutnya dengan menggunakan tanda-tanda untuk mengatur ketepatan langkah. Dalam menentukan langkah-langkah tersebut ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut :

26 10 Gambar 2.1 Menentukan langkah awalan (Sumber: Bernhard, Gunter, 1993:68) 2). Tumpuan atau Tolakan Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerak horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat sebagai lanjutan dari gerakan lari pada awalan untuk sampai pada awalan untuk mencapai gerakan melayang. Gerakan melayang yang dilakukan dalam lompat jauh agar dapat dilakukan lebih lama, tergantung pada kecepatan lari pada awalan ditambah dengan daya tolakan dari kaki tumpu pada saat tolakan atau tumpuan. Kecepatan maju pada saat melayang dapat dilakukan dengan maksimal oleh pelompat jauh dengan gerakan menolak ke atas pada sudut terbaik 45 0 yang telah dipersiapkan pada jarak 3 langkah terakhir pada lari awalan Munafidah (2008:14). Cara bertumpu pada balok tumpuan harus dengan kuat. Tumit bertumpu terlebih dahulu, diteruskan dengan seluruh telpak kaki. Pendangan mata tetap lurus dan kaki tumpu, kemudian kaki ayun diangkat dengan tinggi setara dengan paha kaki ayun dan bagian tungkai bawah tergantung lurus ke bawah. Pada saat menolak, titik berat badan tidak tepat diatas kaki tumpu tetapi lebih sedikit ke depan seperti di tunjukkan pada gambar berikut : Gambar 2.2 Sikap dan Gerakan dalam melakukan tolakan (Sumber: Aip Syarifuddin, commit 1992:92) to user

27 11 Menurut Gunther Bernard (1993:23) untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam melompat maka harus memiliki daya tumpu yang kuat. Oleh karena itu harus memiliki otot kaki yang kuat agar dapat menghasilkan daya ledak yang kuat. Bentuk pembelajaran yang mengarah pada daya ledak antara lain : lompat-lompat di tempat dengan kaki bergantian, loncat di tempat dengan dua kaki, squat jump dan lari sambil melompat gawang setelah pelaksanaan gerakan menumpu pada papan tolakan maka gerakan selanjutnya yang dilakukan adalah gerakan melompat ke atas. Gerakan lompatan ini dilakukan dengan mengayunkan kaki setinggi mungkin dengan bantuan ayunan kedua tangan ke atas, agar seluruh badan terangkat ke atas, sudut lompatan yang baik adalah ). Melayang Setelah melompat ke atas maka atlet akan berada dalam keadaan melayang di udara. Sikap saat melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi ke atas. Pada saat itu keseimbangan harus dijaga jangan sampai terjatuh, bahkan kalau harus diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jarak jangkauan lompatan. Usaha untuk menambah jarak jangkauan itu disebut dengan gaya. Gaya di saat atlet berada dalam posisi melayang di udara setelah melakukan tolakan dapat dibedakan menjadi tiga gaya yaitu gaya jongkok, gaya berjalan di udara, gaya bergantung dan gaya schnapper. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu gaya yang paling sering digunakan oleh atlet profesional ataupun atlet pemula karena beberapa pertimbangan yang mendasari penggunaannya antara lain; mudah dipelajari, mudah untuk dilaksanakan dan juga dapat memberikan lompatan yang optimal. Menurut Soegito, Bambang Wijanarko & Ismaryati (1994:62) yang dimaksud gaya jongkok adalah gerakan lompat jauh dimana setelah kaki menolak tubuh dari balok tumpuan, kaki di ayunkan ke depan atas untuk membantu mengangkat titik berat tubuh ke atas. Kemudian di ikuti kaki tolak menyusul kaki ayun dan pada saat melayang kedua kaki sedikit di tekuk sehingga posisi badan berada dalam sikap jongkok. Kemudian pada saat akan mendarat kedua kaki dan

28 12 kedua tangan diluruskan kedepan bersamaan. Bentuk gerakan dalam lompat jauh gaya jongkok ini dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2. 3 Gerakan saat di udara gaya jongkok (Sumber: Aip Syarifuddin, 1992 : 92) Hal yang terpenting dalam gerakan lompat jauh gaya jongkok ini adalah tetap terpeliharanya keseimbangan badan dan mengusahkan untuk melayang selama mungkin di atas udara serta menyiapkan posisi kaki dalam keadaan jongkok dan kemudian meluruskan setalah mencapai tahap akan melakukan pendaratan. 4). Pendaratan Pada saat nelayang dan kemudian mendarat diperlukan tinggi lompatan konsentrasi pada gaya lompatan dan dilakukan dengan pendaratan yang mulus artinya posisi saat mendarat tidak terjadi kesalahan mendarat dan tangan tidak menyentuh tanah atau pasir di belakang kaki mendrat. Pada waktu akan mendarat di bak lompatan, diperlukan gerakan pendaratan yang dimulai dengan meluruskan kaki ke depan dan merapatkan kedua kaki. Kemudian membungkukkan badan ke depan dan mengayunkan kedua tangan kedepan sehingga berat badan tetap berada di depan. Selama pelaksanaan gerakan ini harus diusahakan untuk jatuh atau menyentuh bak lompatan pada ujung kaki yang dirapatkan kemudian sesegera mungkin melipat kedua lutut commit di bawah, to user dagu merapat ke dada sambil

29 13 mengayunkan kedua tangan ke bawah ke bawah arah belakang untuk segera mungkin di bawa ke depan badan. Menurut Gunther Bernard (1993:42) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalah hal pendaratan, di antaranya adalah : (1) Posisi pendaratan. Pendaratan terbaik adalah sebagai gerak lanjut dari pola melayang pusat gaya berat; (2) Posisi tubuh bagian atas. Posisi setegak mungkin dengan tungkai yang terjulur lurus ke depan; (3) Posisi tangan. Posisi tangan yang sebelumnya terletak di belakang tubuh, saat sebelum pendara tangan harus segera dilempar ke muka juga saat kaki menyentuh pasir, tengan segera membentu untuk memberikan tumpuan badan di samping kaki; (4) Efisiensi posisi landing. Efisiensinya tergantung pada teknik yang digunakan pada saat melayang yaitu untuk mengurangi atau memperlambat rotasi sewaktu mulai melayang (setelah kaki tumpu melakukan tolakan). Gerakan yang dilakukan seefisien mungkin tetapi memberikan dorongan secara optimal, maka hasil di capai melalui lompatan gaya jongkok akan maksimal. Untuk lebih jelasnya posisi badan yang bernar saat melakukan pendaratan lompat jauh gaya jongkok dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2. 4 Gerakan mendarat (Sumber: Aip Syarifuddin, 1992:92) Dengan melihat mekanika gerak suatu pendaratan maka dapat dilihat bahwa kedua kaki akan menyentuh landasan/ tempat mendarat pada kedua tumit dan posisi kaki yang lurus ke depan dengan diikuti ayunan kedua tangan ke depan. Gerakan ini dimaksud sebagai suatu commit perpindahan to user posisi proyeksi titik berat badan

30 14 yang sebelumnya berada d belakang kedua kaki dipindahkan ke depan sehingga moment reakti kerjanya sesuai dengan arah lompatan. Dengan moment yang mengarah ke depan maka tubuh akan terdorong ke depan sehingga akan membantu dalam pencapaian jarak lompatan yang optimal dan menghindarkan terjadinya pendaratan dengan posisi duduk yang mengakibatkan sentuhan bagian tubuh atlet pada bak lompatan yang bisa mengakibatkan suatu kerugian besar bagi atlet dengan berkurangnya jarak lompatan yang telah di tempuh. 3. Hakekat Pembelajaran a. Hakikat Mengajar Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau perbuatan mengajar yang dilakukan oleh guru. Dari kegiatan mengajar tersebut tentu ada siswa yang belajar. HJ. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutija. (1998:30) menyatakan, Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar tentu ada yang mengajar yaitu guru dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapakan bahan yang akan disajikan kepada siswa. Upaya yang dilakukan guru tersebut agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai. Husdarta & Yudha M. Saputra (2000:3) menyatakan, Mengajar adalah upaya guru dalam memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Arah yang akan dituju dalam proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru dan diketahui oleh siswa. Menurut Rusli Lutan (1988:376) bahwa: Mengajar merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dari seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, keterampilan atau bahkan sifat-sifat biologis commit tertentu, to user dan informasi atau keterampilan itu

31 15 disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian mendapat respon dari obyek sekaligus berperan sebagai subyek. Berdasarkan pengertian mengajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang bertujuan untuk mempengaruhi atau meningkatkan pengetahuan atau keterampilan siswa menjadi lebih baik. Seperti dikemukakan Agus Kristiyanto (2010:122) bahwa, Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan ligkungannya, sehingga terjadi perubahan yang lebih baik. b. Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berkaitan dengan belajar, Slameto (1995:2) menyatakan bahwa, Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan batasan belajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, kegiatan belajar merupakan suatu proses yang terjadi di dalam diri masing-masing individu. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu, apabila terdapat perubahan-perubahan yang bersifat lebih baik daripada sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain keterampilan, pengetahuan, kecakapan, kebiasaan dan sikap. Hasil belajar ini bersifat permanen, sehingga tidak akan cepat hilang. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:42) bahwa, Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual. Prinsip-prinsip pembelajaran sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh setiap guru. Keberhasilan dalam kegaiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi dari prinsip-prinsip commit to pembelajaran. user Untuk mencapai hasil

32 16 belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip pembelajaran tersebut harus diterapkan dalam pembelajaran dengan baik dan benar. c. Unsur yang Mendukung Pencapaian Tujuan Pembelajaran Perencanaan merupakan bagian integral dari belajar mengajar yang efektif. Efektivitas mengajar akibat adanya perencanaan yang jelas, jika guru ingin menerapkan model-model atau materi mengajar yang tidak pernah diterapkan sebelumnya atau pada saat dihadapkan dengan lingkungan belajar mengajar yang serba terbatas. Untuk itu kemampuan membuat perencanaan merupakan bagian integral dari upaya meningkatkan kemampuan guru dalam ketrampilan mengajarnya. Perencanaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan belajar mengajar untuk mengembangkan kreativitas pengajaran. Seorang guru dihadapkan tugas untuk memadukan beberapa unsur penting dalam mengajar. Perpaduan unsur penting itu memerlukan pemikiran dan keputusan yang selanjutnya dituangkan ke dalam perencanaan. Sebagai contoh bagaimana agar pelaksanaan tugas ajar siswa mendapat kesempatan atau giliran secara merata dengan waktu, alat yang serba terbatas? Dalam hal ini seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar, membagi waktu yang tersedia dan membuat formasi belajar yang baik dan tepat agar semua siswa aktif mengikuti tugas ajar. Proses belajar mengajar dikatakan sukses, apabila tujuan mengajar dapat dicapai dengan baik. Tujuan mengajar berkaitan dengan beberapa bagian yang saling menunjang dalam proses belajar mengajar. Pupuh Fathurrohman, M Sobry Sutikno (2009: 35-40) menyatakan, Tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila komponen-komponen terpenuhi. Komponen pembelajaran meliputi beberapa aspek yaitu: (1) Tujuan pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5) media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi. Sedangkan Rusli Lutan (2000:8) menyatakan, menggambarkan skematis pencapaian tujuan proses belajar mengajar sebagai berikut:

33 17 Tujuan Substansi Tugas-ajar Proses belajar Mengajar Metode/Gaya Mengajar Evaluasi Gambar 2.5 Skematis Bagian-Bagian yang Mendukung Pencapaian Tujuan Pembelajaran (Sumber: Rusli Lutan, 2000: 8) Bagan tersebut menunjukkan bahwa, komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan mengajar meliputi: metode atau gaya mengajar, evaluasi, substansi tugas ajar dan proses belajar mengajar. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan satu sama lainnya untuk mencapai tujuan belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus menjelaskan tujuan belajar mengajar kepada siswa agar siswa mengerti dan memahami. Setelah siswa mengerti dan memahami tujuan belajar mengajar, guru harus mampu membelajarkan siswa secara merata. Semua siswa harus berpartisipasi atau melakukan giliran tugas ajar secara merata, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam melaksanakan tugas ajar. Jika siswa mampu melakukan tugas ajar secara aktif, maka semakin besar kemungkinan tujuan belajar mengajar akan tercapai. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan belajar mengajar dicapai dapat dilihat melalui evaluasi. Jika dari hasil eveluasi menunjukkan peningkatan prestasi, berarti tujuan belajar mengajar berhasil. Namun jika sebaliknya yaitu, prestasi tetap atau tidak meningkatan berarti tujuan belajar mengajar tidak tercapai. d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Keterampilan Dalam mempelajari suatu keterampilan olahraga dibutuhkan cara belajar yang spesifik, berbeda dengan belajar pada umumnya. Hal terpenting dalam

34 18 belajar keterampilan hendanya dilakukan secara teratur dan berulang-ulang. Suatu keterampilan yang dipelajari secara terutur dan dilakukan secara berulang-ulang, maka akan terjadi perubahan dapa diri siswa yaitu, keterampilan akan dikuasai dengan baik. Nasution yang dikutip HJ. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutija. (1998:51) menyatakan, Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Sugiyanto (1998: ) berpendapat, Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam mengatur kondisi praktik belajar gerak atau keterampilan yaitu: (1) prinsip pengaturan giliran, (2) prinsip belajar meningkat, (3) prinsip kondisi belajar bervariasi, (4) prinsip pemberian motivasi dan dorongan semangat. Berdasarkan pendapat menunjukkan bahwa, untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam belajar keterampilan maka harus didasarkan prinsip-prinsip belajar yang tepat. Penerapan prinsip-prinsip belajar yang baik dan tepat, maka tujuan pembelajaran dapat dicapai lebih optimal. Untuk lebih jelasnya prinsipprinsip pembelajaran keterampilan secara singkat diuraikan sebagai berikut: 1) Prinsip Pengaturan Giliran Praktik Mempraktikkan gerakan keterampilan bisa dilakukan secara terus menerus tanpa istirahat. Cara ini disebut massed conditions. Dengan cara ini siswa melakukan gerakan berulang-ulang, terus menerus selama waktu pembelajaran, tanpa ada pengaturan kapan harus melakukan gerakan dan kapan harus beristirahat. Cara yang kedua adalah mempraktikkan gerakan dengan diselang-selingi antara melakukan gerakan dan waktu istirahat. Cara ini disebut distributed conditions. Dengan cara ini ada commit pengaturan to user giliran melakukan gerakan berapa

35 19 kali, kemudian diselingi istirahat dan setelah itu melakukan gerakan lagi. Waktu istirahat yang diberikan tidak perlu menunggu sampai siswa mencapai kelelahan, tetapi juga jangan terlalu sering. Yang penting adalah mengatur agar rangsangan terhadap sistem-sistem yang menghasilkan gerakan tubuh diberikan secara cukup, atau tidak kurang dan tidak berlebihan. 2) Prinsip Beban Belajar Meningkat Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan sekumpulan dari gerakan-gerakan yang menjadi unsurnya. Selain itu bahwa, penguasaan gerakan keterampilan akan terjadi secara bertahap dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil melakukan sesuatu gerakan. Dengan kenyataan-kenyataan seperti itu, hendaknya pengaturan materi belajar yang dipartikkan dimulai dari yang mudah ke yang lebih sukar, atau dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. 3) Prinsip Kondisi Belajar Bervariasi Mempraktikkan gerakan merupakan kondisi belajar yang paling berat dalam belajar gerak. Siswa harus mengerahkan tenaganya untuk melakukan gerakan berulang kali. Siswa harus memerangi rasa lelah, dan kadang-kadang harus memerangi rasa bosan. Agar kelelahan tidak cepat terjadi atau kalau terjadi tidak begitu dirasakan, serta tidak cepat terjadi kebosanan pada diri siswa, menciptakan kondisi praktik yang bervariasi sangat diperlukan. Disini diperlukan kreativitas guru untuk menciptakan variasi pembelajaran. Variasi bisa diciptakan dalam berbagai hal, misalnya pengaturan tempat praktik, pengaturan formasi dan kelompok, pengaturan giliran, pengunaan alatalat, cara memberikan instruksi, cara pemberian umpan balik dan cara-cara pendekatan dengan siswa. 4) Prinsip Pemberian Motivasi dan Dorongan Semangat Siswa melakukan suatu tugas dari guru tentu dipengaruhi oleh keadaan psikologisnya. Di dalam mempraktikkan commit to gerakan user agar melakukannya dengan

36 20 sungguh-sungguh, siswa perlu mempunyai motivasi yang kuat untuk menguasai gerakan dan mempunyai semangat untuk berusaha. Motivasi untuk menguasai gerakan bisa timbul anatar lain: apabila siswa berminat terhadap gerakan. Sedangkan minat dapat timbul apabila siswa merasa bahwa gerakan yang dipelajari tersebut memberikan manfaat bagi dirinya atau paling tidak bisa memberikan kegembiraan atau kesenangan. Semangat berusaha bisa ditimbulkan atau ditingkatkan antar alain melalui cara menciptakan suasana kompetitif di antara para siswa. Dengan adanya suasana kompetitif, siswa akan berusaha berbuat sebaik-baiknya untuk bisa lebih baik dari teman-teman yang lain. Cara lain untuk memberikan dorongan semangat adalah memberikan instruksi atau arahan menggunakan kalimat-kalimat atau isyarat yang membangkitkan keoptimisan pada diri siswa, bahwa ia akan mampu mencapai keberhasilan melakukan gerakan melalui mempraktikkan berulangulang. Pujian perlu diberikan apabila siswa berhasil dengan baik mempraktikkan gerakan, dan dorongan untuk berusaha lagi diberikan kepada siswa yang belum berhasil dengan baik. e. Ciri-Ciri Perubahan dari Belajar Keterampilan Tujuan utama dalam proses belajar mengajar yaitu terjadi perubahan yang lebih baik pada diri siswa. Sebagai contoh, pada awalnya siswa tidak mampu melakukan passing bawah bola voli, setelah melalui proses belajar maka siswa mampu melakukan passing bawah dengan teknik yang benar. Prinsip perubahan pada siswa dari belajar suatu keterampilan bersifat permanen. Hasil belajar bersifat permanen maksudnya, keterampilan yang telah dikuasai siswa tidak mudah hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan atau dalam waktu tertentu. Tetapi jika tidak belajar lagi (pembelajaran secara rutin) kemampuan atau keterampilan yang telah dikuasai akan menurun. Menurut Schmidt (1982) yang dikutip Rusli Lutan (1988: ) karakteristik dari belajar gerak yaitu: 1) Belajar sebagai sebuah proses. 2) Belajar motorik adalah hasil langsung dari pembelajaran. 3) Belajar motorik tak teramati secara langsung. 4) Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi (kebiasaan).

37 21 5) Belajar motorik relatif permanen. 6) Belajar motorik bisa menimbulkan efek negatif dan, 7) Kurve hasil belajar. Ciri-ciri perubahan akibat belajar gerak (motorik) ada tujuan macam yaitu belajar sebagai proses, belajar sebagai hasil langsung dari pembelajaran, belajar tidak teramati secara langsung, belajar menghasilkan kebiasaan, belajar keterampilan bersifat permanen, belajar keterampilan dapat menimbulkan efek negatif, dan dalam waktu tertentu keterampilan yang dimiliki akan mengalami penurunan. Dalam kegiatan belajar mengajar keterampilan, ciri-ciri pembelajaran tersebut harus dipahami oleh seorang pengajar. Untuk lebih jelasnya ciri-ciri perubahan dari proses pembelajaran keterampilan diuraikan secara singkat sebagai berikut: 1) Belajar Sebagai Proses Proses merupakan seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama, menghasilkan beberapa prilaku tertentu. Sebagai contoh dalam membaca, proses diasosiasikan dengan gerakan mata, menangkap kode dan simbol di dalam teks, memberikan pengertian sesuai dengan perbendaharaan kata yang tersimpan dalam ingatan, dan seterusnya. Demikian halnya dalam belajar keterampilan motorik, di dalamnya terlibat suatu proses yang menyumbang kepada perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari belajar atau berlatih dalam organisme yang memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan sebelum belajar atau berlatih. Proses perubahan yang terjadi akibat dari belajar harus disadari oleh siswa, sehingga siswa dapat merasakan bahwa dirinya telah mencapai peningkatan keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti dikemukakan Slameto (1995:3) bahwa, Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya sesuatu perubahan pada dirinya. Dengan kemampuan siswa menyadari akan perubahan yang terjadi dalam dirinya, ini artinya telah terjadi

38 22 proses belajar gerak dalam diri siswa. Dengan terjadinya proses belajar maka akan dicapai hasil belajar yang lebih baik. 2) Belajar Motorik adalah Hasil Langsung dari Pembelajaran Perubahan perilaku motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari pembelajaran dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang dewasa lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru daripada anak yang muda), meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sugiyanto dan Agus Kristiyanto (1998:33) menyatakan bahwa, Perubahan-perubahan hasil belajar gerak sebenarnya bukan murni dari hasil suatu pengkondisian proses belajar, melainkan wujud interaksi antara kondisi belajar dengan faktor-faktor perkembangan individu. Ini artinya, perubahan kemampuan individu dalam penguasaan gerak ditentukan oleh adanya interaksi yang rumit antara faktor keturunan dan pengaruh lingkungan. Perkembangan individu berproses sebagai akibat adanya perubahan anatomis-fisiologis yang mengarah pada status kematangan. Pertumbuhan fisik yang menunjukkan pada pembesaran ukuran tubuh dan bagian-bagiannya, terkait dengan perubahan-perubahan fungsi faal dan sistem lain dalam tubuh. Pola-pola perubahan tersebut pada gilirannya akan selalu mewarnai pola penguasaan gerak, sebagai hasil proses belajar gerak. 3) Belajar Motorik Tak Teramati secara Langsung Belajar motorik atau keterampilan olahraga tak teramati secara langsung. Proses yang terjadi dibalik perubahan keterampilan sangat kompleks dalam sistem persyarafan, seperti misalnya bagaimana informasi sensori diproses, diorganisasi dan kemudian diubah menjadi pola gerak otot-otot. Perubahan itu semuanya tidak dapat diamati secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam keterampilan atau perilaku motorik.

39 23 4) Belajar Menghasilkan Kapabilitas untuk Bereaksi (Kebiasaan) Pembahasan belajar motorik juga dapat ditinjau dari munculnya kapabilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Kemampuan tersebut dapat dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat syaraf. Tujuan belajar atau pembelajaran adalah untuk memperkuat atau memantapkan jumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini sering disebut kebiasaan. Menurut Rusli Lutan (1988:104) kapabilitas ini penting maknanya karena berimplikasi pada keadaan yaitu, Jika telah tercipta kebiasaan dan kebiasaan itu kuat, keterampilan dapat diperagakan jika terdapat kondisi yang mendukung, tetapi jika kondisi tidak mendukung (lelah) keterampilan yang dimaksud tidak dapat dilakukan. 5) Belajar Motorik Relatif Permanen Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringan, lelah dan lain sebagainya, tidak dapat digolongan sebagai perubahan akibat belajar. Perubahan yang terjadi akibat proses belajar bersifat menetap atau permanen. Hasil belajar gerak relatif bertahan hingga waktu relatif lama. Sebagai contoh, kemampuan siswa melakukan passing bawah tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan semakin berkembang jika terus dipergunakan atau berlatih secara teratur. Memang sukar untuk menjawab, berapa lama hasil belajar itu akan melekat. Meskipun sukar ditetapkan secara kuantitatif, apakah selama satu bulan, bertahun-tahun atau hanya dua atau tiga hari. Untuk kebutuhan analisis dapat ditegaskan bahwa, belajar akan menghasilkan beberapa efek yang melekat pada diri siswa setelah melakukan belajar gerak. 6) Belajar Motorik Bisa Menimbulkan Efek Negatif Dilihat hasil yang dicapai dari belajar gerak menunjukkan belajar dapat menimbulkan efek positif yaitu, penyempurnaan keterampilan atau penampilan gerak seseorang. Namun disisi lain, belajar dapat menimbulkan efek negatif. Sebagai contoh, seorang pesenam commit belajar to user gerakan salto ke belakang. Pada suatu

40 24 ketika lompatannya kurang tinggi dan putaran badannya terlampau banyak sehingga jatuh terlentang. Akibatnya ia mengalami rasa sakit pada punggungnya dan menyebabkan tidak berani lagi melakukan gerakan salto ke belakang. Rasa takut ini mungkin berlangsung beberapa lama, sampai kemudian keberaniannya muncul kembali. Contoh semacam ini dapat dipakai sebagai ilustrasi gejala kemunduran suatu keterampilan sebagai rangkaian akibat kegiatan belajar pada waktu sebelumnya. Kesan buruk terhadap pengalaman masa lampau, kegagalan pahit dalam suatu kegiatan atau tidak berhasil melakukan suatu jenis keterampilan dengan sempurna justru bukan berakibat negatif, tetapi hendaknya dijadikan pendorong ke arah perubahan positif. Pengalaman semacam ini hendaknya menjadi pendorong untuk lebih giat belajar hingga mencapai hasil yang lebih baik. 7) Kurva Hasil Belajar Salah satu persoalan yang paling rumit dalam proses belajar gerak adalah tentang penggambaran perkembangan hasil belajar dan kecermatan dalam hasil penafsirannya. Kurva hasil belajar adalah gambaran penguasaan kapabilitas untuk bereaksi (yaitu kebiasaan) dalam satu jenis tugas setelah dilakukan berulang-ulang. Kurva hasil belajar ini biasanya dibuat grafik, dimana grafik tersebut menampilkan perkembangan penampilan kemampuan gerak sebagai cerminan dari proses belajar internal yang berlangsung dalam diri seseorang. Meskipun kurva belajar tidak mampu sepenuhnya mencerminkan perubahan internal pada diri seseorang, tetapi untuk kebutuhan praktis atas dasar penampilan nyata dapat ditafsirkan kemajuan, kemandegan atau kemunduran hasil belajar yang dicapai seseorang pada suatu waktu. 4. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

41 25 Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar (arsyad,2002). Oleh karena itu media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan. Media dapat berupa suatu bahan, atau alat. Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang mengubah kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingungan sekolah dan luar sekolah, bagi siswa seorang siswa merupakan media belajar. Banyak batasan media, Association of Education and Comunication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media sebagai salah satu bentuk dab saluran yang digunakan untuk menyampaiakan pesan dan informasi. Dalam dunia pendidikan, seringkali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan untuk menyampaikan pesan digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancer dan dengan hasil yang maksimal. Media merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang bertujuan untuk membuat tahu siswa. Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumebr pesan (dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam prosese belajar mengajar penerma pesan itu adalah siswa dan pemberi pesan adalah guru. Pembewa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui panca indera mereka. Siswa diransang dengan media itu untuk menggunakan panca inderanya untuk menerima informasi yang diberikan. Kadang-kadang siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu lebih baik. Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke commit penerima to user pesan itu adalah meteri pelajaran.

42 26 Dengan kata lain pesan itu adalah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa. Sehingga dengan adanya media itu mempermudah siswa dalam menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru. b. Peran dan Kegunaan Media Media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dengan dua arah yaitu sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan sendiri oleh siswa. Media yang dipakai sebagai alat bantu mengajar itu disebut dependent media. Sebagai alat bantu efektifitas media itu sangat tergantung pada cara dan kemampuan guru dalam menggunakan alat tersebut, akan tetapi kalau guru kurang kreatif atau tak banyak memanfaatkannya siswa tak akan banyak belajar dari media tersebut. Jadi guru di tuntut harus lebih pandai dan lebih kreatif dalam menggunakan media pembelajaran. Media belajar yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mandiri, di sebut independent media. Media itu di rancang dan dikembangkan dan diproduksi secara sistematik, serta dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Contohnya media film bingkai bersuara film rangkaian suara, radio, TV, video dan media tercetak seperti modul yang memang dirancang untuk belajar mandiri. Siswa diminta belajar dari berbagai media dan sumber belajar yang lain yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam sistem belajar ini media digunakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru, yaitu fungsi dalam memberikan informasi atau isi pelajaran. Kalau sistem belajar mengajar seperti ini dapat diterapkan, ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh : 1) Guru mempunyai lebih banyak waktu untuk membantu siswa yang masih kurang dalam penguasaan materi. Sementara siswa sibuk belajar sendiri, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa yang lebih membutuhkan. 2) Siswa akan belajar secara aktif.

43 27 3) Siswa dapat belajar sesuai dengan gaya dan kecepatan masing-masing. 4) Namun demikian perlu disadari benar-benar bahwa sistem ini dugunakan, guru perlu membuat persiapan yang matang dan perlu penyediaan media dan peralatan belajar yang cukup. c. Kriteria Pemilihan Media Salah satu penyebab mengapa orang memilih media adalah untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan. Sekiranya suatu media yang telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka media tersebut dapat dimanfaatkan. Salah satu kriteria yang harus digunakan dalam pemilihan media yaitu sesuai dengan faktor-faktor di atas. Dick dan Casey (1978) menyebutkan beberapa patokan yang pelu dipertimbangkan dalam memilih media yaitu: 1) Ketersediaan sumber, 2) Ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas, 3) keluwesan, kepraktisan,dan daya tahan (umur) media, 4) Efektifitas media untuk waktu yang panjang. Atas dasar uraian mengenai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh Dick dan Cery dapat kriteria pemilihan media adalah sebagai berikut: 1) Tujuan Kalau yang ingin diajarkan adalah suatu proses, media gerak seperti video, film dan TV merupakan pilihan yang sesuai. Kalau yang ingin diajarkan adalah suatu keterampilan dalam menggunakan alat tertentu, sehingga membutuhkan media yang tepat sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. 2) Karakteristik Siswa Berapa jumlahnya? Dimanakah Lokasinya? Bagaimana gaya mengajarnya? Dan berbagai karakteristik yang mempengaruhi pilihan media itu. 3) Karakteristik Media Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan dan keterbatasan masing-masing media. 4) Alokasi Waktu Cukupkah waktu untuk kegiatan perencanaan, pengembangan, pengadaan ataupun penyajian.

44 28 5) Ketersediaan Tersediakah media yang diperlukan? Tersediakah layanan purna jual? Apakah tenaga pengelolanya. 6) Efektifitas Apakah efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan? Efektifkah untuk penggunaan dalam waktu yang lama? 7) Kapatibilitas Apakah penggunaan alat tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku? Tersediakah sarana prasarana penungjang pengoperasiannya? Bagaimana daya tahan umurnya? 8) Biaya Cukupkah dana yang diperlukan untuk pengadaan, pengelolaan dan pemeliharaan. 5. Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran a. Pengertian Modifikasi Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya,serta menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya. Mengenai pengertian menurut ahli, Bahagia (2010:13) mengemukakan bahwa : Modifikasi dapat diartikan sebagai upaya untuk melakukan perubahan dengan penyesuaian-penyesuaian dalam segi fisik material (fasilitas dan perlengkapan) maupun dalam tujuan dan cara (metode, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian) Dalam permasalahan diatas mengenai pengertian modifikasi, modifikasi merupakan suatu usaha yang dilakukan berupa penyesuaian-penyesuaian baik dalam bentuk fasilitas dan perlengkapan atau dalam metode, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian. Apabila modifikasi dikaitkan dengan pembelajaran pendidikan jasmani mempunyai makna yang cukup luas, baik modifikasi dalam bentuk benda atau kecakapan yang dimiliki siswa. Pelaksanaan modifikasi sangat diperlukan bagi setiap guru sebagai salah satu alternatif atau solusi mengatasi

45 29 permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, modifikasi merupakan implementasi yang sangat berinteraksi dengan aspek pendidikan lainnya. b. Tujuan Modifikasi Tujuan modifikasi menurut Lutan (1988) yang dikutip Bahagia (2010:5), bahwa : Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan agar: a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran. b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi. c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar Sedangkan tujuan Modifikasi menurut Bahagia dan Suherman (2000:2), sebagai berikut: (1) Modifikasi Tujuan Pembelajaran, (2) Modifikasi materi pembelajaran, (3) Modifikasi lingkungan pembelajaran, dan (4) Modifikasi evaluasi pembelajaran. 1) Modifikasi Tujuan Pembelajaran Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran. Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen, yakni: tujuan perluasan, penghalusan, dan tujuan penerapan. a) Tujuan Perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk dan wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi dan efektivitas. b) Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efisiensi gerak atau keterampilan yang dipelajarinya. c) Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efektivitas gerak atau keterampilan yang dipelajarinya.

46 30 2) Modifikasi Materi Pembelajaran Modifikasi materi ini dapat diklasifikasikan ke dalam a) Komponen keterampilan (skill). Materi pembelajaran penjas dalam kurikulum pada dasarnya merupakan keterampilan-keterampilan yang akan dipelajari siswa. Guru dapat memodifikasi keterampilan tersebut dengan cara mengurangi atau menambah tingkat kesulitan dengan cara menganalisa dan membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen, lalu melatihnya perkomponen. Berlatih perbagian ini akan kurang bermakna apabila siswa belum tahu ujud gerak secara keseluruhan. Oleh karena itu berikan gambaran secara keseluruhan terlebih dahulu dengan demonstrasi guru atau bimbinglah siswa melakukan gerak keseluruhan b) Klasifikasi Keterampilan (skill). Materi pembelajaran dalam bentuk keterampilan yang akan dipelajari siswa dapat disederhanakan berdasarkan klasifikasi keterampilannya dan memodifikasinya dengan jalan menambah atau mengurangi tingkat kesulitannya. Klasifikasi keterampilan tersebut yaitu: (1) Close skill (keterampilan tertutup) (2) Close skill pada lingkungan yang berbeda (3) Open skill (kerampilan terbuka), dan (4) Keterampilan permainan Close skill merupakan tingkat keterampilan yang paling sederhana, sementara keterampilan permainan merupakan tingkatan yang paling tinggi, termasuk di dalamnya permainan berbagai kecabangan olahraga. Dalam tingkatan ini pemain selain dituntut menguasai berbagai skill yang diperlukan untuk melakukan permainan, mengkombinasikan skill yang berbeda, juga harus menguasai berbagai strategi, baik ofensif maupun difensif.

47 31 c) Kondisi penampilan. Guru dapat memodifikasi kondisi penampilan (skill) dengan cara mengurangi atau menambah tingkan kompleksitas dan kesulitannya. Misalnya tinggi rendahnya kecepatan penampilan, tinggi rendahnya kekuatan penampilan, melakukan di tempat atau bergerak, maju ke depan atau ke segala arah, dikurangi atau ditambah peraturannya. Contoh tersebut seringkali didapat dalam gerak manipulatif misalnya : melempar, menangkap, atau memukul dan permainan. d) Jumlah Penampilan Guru dapat memodifikasi pembelajaran dengan jalan menambah atau mengurangi jumlah keterampilan yang dilakukan siswa dengan cara mengkombinasikan gerakan atau keterampilan. Misal: dalam permainan basket siswa hanya diperbolehkan : lari, lempar, tangkap, dan menembak (shooting) berupa: (1) Lari ke tempat kosong tanpa bertabrakan (2) Melempar bola pada sasaran tanpa direbut lawan (3) Menangkap bola pada daerah yang aman (4) Menembak bola ke ring basket e) Perluasan Jumlah Perbedaan Respon Guru dapat menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menambah jumlah perbedaan respon terhadap konsep yang sama. Cara seperti ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya transfer of learning. Perluasan aktivitas belajarnya berkisar antara aktivitas yang bertujuan untuk membantu siswa mendefinisikan konsep sampai pada macam-macam aktivitas yang memiliki konsep dasar sama. Misal konsep panjang awalan dan kekuatan: pada awalnya bentuk aktivitas berupa pembelajaran lompat jauh tanpa awalan, awalan satu langkah, awalan tiga langkah, dst. Setelah siswa memiliki konsep bahwa panjang awalan mempengaruhi kekuatan, maka commit konsep to user ini bisa ia terapkan misal pada :

48 32 lompat jangkit, lompat tinggi, melempar, menendang bola dan lain sebagainya. 3) Modifikasi Kondisi Lingkungan Pembelajaran Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajaran. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat diklasifikasikan kedalam beberapa klasifikasi seperti diuraikan di bawah ini : a) Peralatan Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melatih skill itu. Misalnya, berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya, panjang-pendeknya peralatan yang digunakan. Dengan demikian, pendapat yang telah dipaparkan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa untuk mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas gerak yang harus dikuasai oleh siswa yaitu dengan cara memodifikasi peralatan, modifikasi yang dilakukan oleh penulis disini yaitu memodifikasi sarana dan prasarana yang digunakan dalam lompat jauh b) Penataan ruang gerak dalam berlatih Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam berlatih 4) Modifikasi Evaluasi Pembelajaran Evaluasi materi maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar yang terfokus pada evaluasi skill yang sudah dipelajari siswa pada berbagai situasi. Aktivitas evaluasi dapat merubah fokus perhatian siswa dari bagaimana seharusnya suatu skill dilakukan menjadi bagaimana skill itu digunakan atau apa tujuan skill itu. c. Esensi Modifikasi Minimnya fasilitas dan perlengkapan pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut guru penjas untuk lebih kreatif dalam memberdayakan

49 33 dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas sesuai dengan kondisi siswa dan sekolahnya. Mengenai esensi modifikasi, Bahagia (2010:3), mengemukakan bahwa: esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Sedangkan esensi modifikasi menurut Aussi (1996) yang dikutip Bahagia (2010:5), menyatakan bahwa: Mengembangkan modifikasi di Australia dengan pertimbangan: (1) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa. (2) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak, (3) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat dibanding dengan peralatan standard untuk orang dewasa, dan (4) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatife pembelajaran pendidikan jasmani. Karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakterisitk anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. d. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekkan sesuatu pendidikan pengajaran.jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata

50 34 lain alat peraga dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin sesuatu obyek sehingga mempermudah persepsi. Manfaat alat bantu pembelajaran menurur Soekidjo (2003) secara terperinci menfaat alat peraga antara lain: 1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan. 2) Mencapai sasaran yang lebih banyak. 3) Membantu mengatasi hambatan bahasa. 4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan. 5) Membantu sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain. 6) Merangsang sasaran pendidikan untuk menneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain. 7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/ informasi oleh para pendidik pelaku pendidikan. 8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. B. Kerangka Berfikir Suatu alat pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang telah dipelajari. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada model atau cara guru menyampaikan materi pembelajaran. Seringkali materi yang diajarkan guru kurang tertanam kuat dalam benak siswa. Khususnya dalam pembelajaran praktek teknik dasar lompat jauh gaya jongkok. Siswa kurang mampu menganalisis gerakan yang telah diajarkan oleh guru, sebab guru hanya menyampaikan materi secara verbal, adapun pemberian demonstrasi atau contoh kurang ditangkap oleh siswa secara optimal. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, siswa commit diberi to user kesempatan seluas-luasnya untuk

51 35 mengembangkan kemampuan berfikirnya dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan materi pembelajaran. Permasalahan umum dalam pembelajaran penjas adalah kurangnya sarana dan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Siswa berperan sebagai obyek pembelajaran, yang hanya mendengarkan dan mengaplikasikan apa yang disampaikan guru. Selain itu proses pembelajaran yang dapat memancing peran aktif siswa. Pengguanaan model nyata yang dapat diamati dan dopegang secara langsung oleh siswa memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Model nyata yang dimaksud adalah media pembelajaran, penggunaan modifikasi pembelajaran memungkinkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan seperti, menyentuh, merasakan, melalui modifikasi lat bantu tersebut. Penggunaan modifikasi dalam pelaksanaan tindakan tiap siklusnya disesuaikan dengan topic materi yang sedang dipelajari. Secara garis besar modifikasi yang digunakan antara lain berupa alat bantu yaitu : kardus bekas dan ban bekas yang digunakan untuk pembelajaran dalam teknik lompat jauh gaya jongkok. Secara lebih rinci jenis-jenis media tersebut dijabarkan dalam RPP dalam setiap pertemuan. Kurang kreatifnya guru yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa antara lain kurang kreatifnya guru pendidikan jasmani disekolah dalam membuat dan mengembangkan media pembelajaran sederhana, guru kurang akan model-model pembelajaran, sehingga dalam proses pendidikan jasmani yang dilaksanakan dalam situasi dan kondisiyang monoton, guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, dan hanya mengajarkan materi tersebut dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran tersebut lebih bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan nyata. Pemanfaatan alat bantu sederhana, kardus bekas dan ban bekas, sebagai sarana membantu guru dalam commit menjelaskan to user teknik dasar lompat jauh gaya

52 36 jongkok pada siswa. Melalui alat bantu sederhana yang di modifikasi tersebut guru dapat memperhatikan, dan memberikan penjelasan yang mendetail mengenai teknik dasar lompat jauh gaya jongkok. Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi Awal Guru kurang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran penjas a. Siswa kurang tertarik dan cepat bosan dengan pembelajaran penjas b. Tingkat kesegaran jasmani siswa rendah c. Dan yang paling utama hasil belajar lompat jauh gaya jongkok masih rendah Tindakan Kondisi Akhir Menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan modifikasi alat bantu pembelajaran Melalui penggunaan modifikasi alat bantu (ban bekas dan kardus bekas) dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa (siswa lebih bersemangat dan prestasi belajar meningkat) serta partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat Siklus I : Guru dan peneliti menyusun bentk pengajaran yang bertujuan untuk mening-katkan kemampuan dan keterampilan dasar lompat jauh gaya jongkok, melalui pembelajaran dengan modifikasi alat bantu (ban bekas dan kardus bekas) Sikluas II : Upaya perbaikan dari siklus I sehingga me- ningkatkan kemampuan dan ketrampilan dasar lompat jauh gaya jongkok, melalui pendekatan model pembelajaran dengan modifikasi alat bantu (ban bekas dan kardus bekas) Gambar. 2.6 Kerangka pemikiran

53 37 C. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : Penerapan modifikasi alat bantu pembelajaran (ban bekas dan kardus bekas) dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Tahun ajaran 2011/2012

54 38 BAB III. METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di laksanakan di SD Negeri 2 Bonagung Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen tahun ajaran 2011/2012. Jenis Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts 1. Persiapan a. Observasi b. Identifikasi Masalah c. Penyusunan Tindakan d. Penyusunan Proposal 2. Pelaksanaan a. Seminar Proposal b. Pengumpulan data Penelitian 3. Penyusunan Laporan a. Penulisan Laporan b. Ujian Skripsi 2. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di laksanakan pada bulan April sampai bulan Juni a. Siklus I : 30 April sampai dengan 10 Mei 2012 b. Siklus II : 27 Mei sampai dengan 5 Juni Siklus PTK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan akan di laksanakan dalam beberapa siklus untuk melihat peningkatan hasil lompat jauh gaya jongkok dalam proses pembelajaran dengan menerapkan modifikasi alat. 38

55 39 B. Subyek Penelitian Subyek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas V SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen tahun ajaran 2011/2012. C. Sumber Data Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut : 1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang lompat jauh gaya jongkok dengan menerapkan pembelajaran pada siswa V SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen tahun ajaran 2011/ Guru, sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri Bonagung 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen tahun ajaran 2011/2012. D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari : tes dan observasi. 1. Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil lompat jauh gaya jongkok yang dilakukan siswa kelas V. 2. Observasi: dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktifitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan modifikasi alat bantu diterapkan. E. Analisis data Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan situs PTK dianalisis secara deskriptif yang menggunakan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi commit dalam to kegiatan user pembelajran.

56 40 1. Hasil keterampilan lompat jauh: dengan menganalisa nilai rata-rata les lompat jauh gaya jongkok. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor/ nilai yang telah ditentukan. 2. Kemampuan untuk melakukan rangkaian gerakan keterampilan lompat jauh gaya jongkok: dengan menganalisa rangkaian gerakan lompat jauh. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor/ nilai yang telah ditentukan. Sedang dalam penelitian ini melalui angka-angka yang diperoleh saat unjuk kerja lompat jauh gaya jongkok. Menurut Iskandar, (2009: 131) yang menyatakan bahwa, Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. F. Prosedur Penelitian Langkah pertama dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu metode penelitian tindakan kelas. Langkah selanjutnya menentukan banyaknya tindakan yang dilakukan dalam siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan melakukan tindakan-tindakan yang dalam pelaksanaannya berlangsung secara terus menerus dan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan dalam siklus yang peneliti berikan pada siswa yang peneliti jadikan sebagai subyek penelitian. Adapun langkah-langkah pelaksanan PTK secara prosedurnya adalah dilaksanakan secara partisipatif atau kolaborasi (guru, dosen dengan lainnya) bekerja sama, mulai dari tahab orientasi dilanjutkan dengan penyusunan rencana tindakan kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama. Diskusi yang bersifat analitik yang kemudian dilanjutkan pada langkah refleksi-evakuatif atas kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, kemudian mempersiapkan rencana modifikasi, koreksi, atau pembetulan, atau penyempurnaan pada siklus kedua dan seterusnya.

57 41 Adapun prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas (PTK),menurut iskandar (2009: 67): 1. Mengidentifikasi permasalahan umum. 2. Mengadakan pengecekan dilapangan. 3. Membuat perencanaan umum 4. Mengembangkan tindakan pertama 5. Mengobservasi, mengamati, mendiskusikan tindakan pertama 6. Refleksi-evaluatif, dan merevisi atau memodifikasi untuk perbaikan dan peningkatan pada siklus kedua dan berikutnya. Untuk memperoleh hasil penelitian sepertiyang diharapkan, untuk prosedur penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap persiapan survey awal Kegiatan yang dilakukan dalam survei ini oleh peneliti adalah mengobservasi sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. 2. Tahap seleksi informasi, penyiapan instrument dan alat Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi : a. Menentukan subyek penelitian. b. Menyiapkan alat dan instrument penelitaian dan evaluasi. 3. Tahap pengumpulan data dan treatment Pada tahap ini peneliti menggunakan data tentang : a. Hasil belajar lompat jauh gaya jongkok b. Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran c. Ketepatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) d. Alat bantu pembelajaran e. Pelaksanaan pembelajaran f. Semangat dan keaktifan siswa 4. Tahap analisis data Dalam tahap ini analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif. Teknik analisis tersebut dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan berupa urauian deskriptif tentang perkembangan proses pembelajaran, yaitu partisipasi siswa dalam pembelajaran sub pokok bahasan teknik lompat jauh gaya jongkok.

58 42 5. Tahap penyusunan laporan Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan dari awal survei sampai dengan menganalisis data yang dilakukan pada waktu penelitian. G. Proses Penelitian Menurut pengertiannya penelitian tindakan kelas adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suhartini 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan kelas adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan sekelompok sasaran yang hendak di teliti. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang di coba sambil jalan dengan mendeteksi pemecahan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut : 1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benarbenar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan penelitian untuk melakukan perubahan. 2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai terganggu atau menghambat kegiatan utama. 3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien. 4. Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktian. 5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat menjadi proses kegiatan yang berkelanjutan (on going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaiakn terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu (Arikunto, commit Suharsini, to user 2002: 82-83)

59 43 Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Taggart (Arikunto, Suharsini, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus selanjutnya perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi masalah. Siklus spiral dari tahab-tahab penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut : Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Apakah Indikator Sudah Tercapai Sudah, Penelitian Bisa Belum, Perlu Diadakan Siklus Gambar 3.5 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 1. Rancangan siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun skenario pembelajaraan yang meliputi :

60 44 1) Tim peneliti melkaukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran penjasorkes. 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada tindakan (treatment) yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. 3) Menyusun instrument yang digunakan dalam siklus PTK, penilaian lompat jauh gaya jongkok. 4) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran. 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap palaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain : 1) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar lompat jauh gaya jongkok. 2) Melakukan pemanasan. 3) Membentuk kelompok-kelompok dalam proses pembelajaran. 4) Melakukan latihan lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan modifikasi alat bantu. 5) Melakukan kesimpulan 6) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung 7) Melakukan pendinginan c. Pengamatan Tindakan Pengamatan dilakukan terhadap: (1) Hasil keterampilan lompat jauh gaya jongkok (2) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan keterampilan lompat jauh gaya jongkok (3) Aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

61 45 d. Tahap Evalusasi Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya. berikut : Aspek yang diukur Hasil lompat jauh gaya jongkok Prosentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada tabel Table 1 Prosentase Target Capaian Prosentase Target Capaian Kondisi Siklus Siklus Cara Mengatur Awal I II 40 % 70 % 85 % Diamati saat guru memberikan materi lompat jauh gaya jongkok pada awal pembelajaran 2. Rancangan siklus II Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan memberikan materi pembelajaran yang sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi, dan interpeasi, serta analisi, dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.

62 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi per Siklus Dalam bab ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian selama dua siklus, namun untuk memudahkan dan memahami hasil penelitian, peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dalam tiap siklus. Artinya pada tiap siklus akan ditampilkan hasil penelitian langsung dengan pembahasannya, hal ini dimaksudkan supaya mudah dipahami dan mudah dalam menarik kesimpulan pada tiap siklus. SIKLUS I 1. Perencanaan Hasil perencanaan berupa, merancang pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan modifikasi alat bantu, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun lembar observasi dengan kartu ceria, merancang tes/ penilaian dan mengevaluasi hasil penilaian yang dapat menunjang proses pembelajaran secara sistematis artinya susunan program atau struktur dapat diketahui dengan tersedianya ruang lingkup atau rincian materi dan analisis materi yang telah disusun untuk dikembangkan oleh guru. Dalam hal ini peneliti dalam melaksanakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan memodifikasi alat bantu dengan harapan minat belajar siswa dapat meningkat sehingga hasil belajarnyapun dapat meningkat sesuai dengan batas minimal yang telah ditentukan yaitu KKM 70 dengan ketentuan ketuntasan belajar minimal 85 %.

63 47 2. Hasil Pelaksanaan No a. Siklus I Putaran 1 Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan Pembelajaran Tabel 4.1 Data awal hasil belajar dan minat belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Nilai Jumlah Siswa L P Jumlah Keterangan Minat Belajar Jumlah Prosentase Ketuntasan 23.3% 16.7% 40.0% Grafik 2. 1: Data awal hasil belajar dan minat belajar pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Pra Siklus

64 48 Hasil sebelum perbaikan menunjukkan banyak siswa yang kurang berminat mengikuti pelajaran lompat jauh karena : a. Takut lututnya sakit karena mendarat di pasir b. Sarana dan prasarana kurang mendukung Dari table di atas dapat dilihat data dari awal sebelum perbaikan (Pra Siklus) hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok adalah sebagai berikut : a. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 5 anak b. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 13 anak c. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 12 anak d. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 0 anak e. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 0 anak Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I Tabel 4.2 Data nilai dan minat pembelajaran lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Siklus I Pertemuan 1 Jumlah Siswa Keterangan No Nilai Jumlah Minat L P Belajar Jumlah Prosentase Ketuntasan 33.3% 26.7% 60.0%

65 49 Grafik 4. 2 : Data perkembangan hasil belajar dan minat belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Siklus I Pertemuan 1 Dari tabel di atas dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada perbaikan pembelajaran Siklus I pertemuan 1 adalah sebagai berikut : a. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 5 anak b. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 13 anak c. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 12 anak d. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 0 anak e. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 0 anak

66 50 3. Hasil Pengamatan a. Hasil observasi kegiatan siswa pada pembelajaran siklus I pertemuan I No Aktifitas Siswa Kurang Sedang Baik 1. Perhatian siswa terhadap materi 2. Kemampuan siswa yang mampu untuk memberikan penjelasan tentang materi pada siswa yang kurang 3. Keberanian bertanyaantar anggota dalam kelompok bermain 4. Kerjasama siswa dalam kelompok bermain 5. Keberanian bertanya pada guru bila siswa mengalami kesulitan 6. Kemauan tiap individu dalam mendemontrasikan tugas yang di berikan b. Hasil observasi pengamatan guru dalam perbaikan pembelajaran siklus I pertemuan 1 No Aktifitas Siswa Kurang Sedang Baik 1. Membuka pelajaran 2. Memotivasi siswa 3. Penguasaan materi 4. Penyajian sesuai urutan materi 5. Bimbingan terhadap siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan 6. Pelaksanaan Evaluasi 7. Pemberian penghargaan kepada kelompok yang berhasil 8. Pelaksanaan sesuai alokasi waktu

67 51 Indikator Pengamatan Guru Keterangan Baik : Jika pendekatan taktis serta alat pelajaran dimanfaatkan oleh guru dan anak Sedang : Jika pendekatan taktis serta alat pelajaran hanya dimanfaatkan oleh guru saja Kurang : Jika pendekatan taktis serta alat pelajaran tidak dimanfaatkan oleh guru dan anak Observer mengamati jalannya pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan guru dan kegiatan anak yang hasilnya : 1) Kegiatan Guru a. Pendahuluan dilaksanakan dengan baik. b. Penguasaan guur terhadap materi sudah cukup baik. c. Penggunaan pendekatan pembelajaran cukup baik. d. Penggunaan alat bantu sudah sesuai dengan materi. e. Pengelolaan siswa cukup baik. f. Sudah memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya dengan hasil cukup. g. Bahasa yang digunakan cukup kominikatif. h. Sudah memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran. i. Penampilan guru cukup baik. 2) Kegiatan Anak a. Perhatian siswa terhadap materi cukup baik. b. Keberanian siswa dalam bertanya masih kurang. c. Semangat siswa dalam pembelajaran baik. d. Aktifitas siswa dan kerja sama dalam kelompok sudah baik. e. Kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok cukup baik.

68 52 4. Hasil Refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran melalui pendekatan taktis menggunakan modifikasi alat bantu ( kardus, ban bekas dan bambu) dalam pelaksanaan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus I pertemuan I minat belajar siswa sudah ada peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum diadakan perbaikan pembelajaran, ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum perbaikan ketuntasan minimal hanya mencapai 40 % dari jumlah siswa 30 anak dan setelah diadakan perbaikan siklus I pertemuan I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 60%, sehingga masih ada 12 anak yang belum dapat melakukan lompat jauh gaya jongkok maka peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran pada putaran ke dua. b. Siklus I Pertemuan 2 1. Perencanaan Hasil perencanaan berupa, merancang pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan pendekatan tkatis, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan alat pembelajaran, menyusun lembar observasi, merancang tes/ penilaian dan mengevaluasi hasil penilaian yang dapat menunjang proses pembelajaran secara sistematis artinya susunan program atau struktur yang dapat diketahui dengan tersedianya ruang lingkup atau rincian materi dan analisis materi yang telah disusun untuk dikembangkan oleh guru. Dalam hal ini peneliti dalam melaksanakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan taktis dengan harapan minat belajar siswa dapat meningkat sehingga hasil belajarpun dapat meningkat sesuain dengan batas minimal yang telah ditentukan yaitu KKM 70 dengan ketuntasan minimal 85%.

69 53 2. Hasil Pelaksanaan. Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 Tabel 4.3 Data nilai dan minat belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Siklus I Pertemuan 2 Jumlah Siswa Keterangan No Nilai Jumlah Minat L P Belajar Jumlah Prosentase Ketuntasan 33.3% 36.7% 70.0% Grafik 4.3: Data perkembangan hasil belajar dan minat belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Siklus I Pertemuan 2

70 54 Dari tabel di atas dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada perbaikan pembelajaran Siklus I pertemuan 2 adalah sebagai berikut : a. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 2 anak b. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 7 anak c. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 18 anak d. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 3 anak e. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 0 anak 3. Hasil Pengamatan a. Hasil observasi kegiatan siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I pertemuan 2 No Aktifitas Siswa Kurang Sedang Baik 1. Perhatian siswa terhadap materi 2. Kemampuan siswa yang mampu untuk memberikan penjelasan tentang materi pada siswa yang kurang 3. Keberanian bertanya antar anggota dalam kelompok bermain 4. Kerjasama siswa dalam kelompok bermain 5. Keberanian bertanya pada guru bila siswa mengalami kesulitan 6. Kemauan tiap individu dalam mendemontrasikan tugas yang di berikan

71 55 b. Hasil observasi pengamatan guru dalam perbaikan pembelajaran siklus I pertemuan 2 No Aktifitas Siswa Kurang Sedang Baik 1. Membuka pelajaran 2. Memotivasi siswa 3. Penguasaan materi 4. Penyajian sesuai urutan materi 5. Bimbingan terhadap siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan 6. Pelaksanaan Evaluasi 7. Pemberian penghargaan kepada kelompok yang berhasil 8. Pelaksanaan sesuai alokasi waktu Indikator Pengamatan Guru Keterangan Baik : Jika pendekatan taktis serta alat pelajaran dimanfaatkan oleh guru dan anak Sedang : Jika pendekatan taktis serta alat pelajaran hanya dimanfaatkan oleh guru saja Kurang : Jika pendekatan taktis serta alat pelajaran tidak dimanfaatkan oleh guru dan anak Observer mengamati jalannya pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan guru dan kegiatan anak yang hasilnya : 1) Kegiatan Guru a. Pendahuluan dilaksanakan dengan baik. b. Penguasaan guur terhadap materi sudah cukup baik. c. Penggunaan pendekatan pembelajaran cukup baik. d. Penggunaan alat bantu sudah sesuai dengan materi. e. Pengelolaan siswa cukup baik.

72 56 f. Sudah memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya dengan hasil cukup. g. Bahasa yang digunakan cukup kominikatif. h. Sudah memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran. i. Penampilan guru cukup baik. 2) Kegiatan Anak a. Perhatian siswa terhadap materi cukup baik. b. Keberanian siswa dalam bertanya masih kurang. c. Semangat siswa dalam pembelajaran baik. d. Aktifitas siswa dan kerja sama dalam kelompok sudah baik. e. Kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok cukup baik. 5. Hasil Refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran melalui pendekatan taktis menggunakan modifikasi alat bantu ( kardus, ban bekas dan bambu) dalam pelaksanaan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus I pertemuan 1 minat belajar siswa sudah ada peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum diadakan perbaikan pembelajaran, ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum perbaikan ketuntasan minimal hanya mencapai 60 % dari jumlah siswa 30 anak dan setelah diadakan perbaikan siklus I pertemuan 2 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 70%, sehingga masih ada 9 anak yang belum dapat melakukan lompat jauh gaya jongkok maka peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran pada Siklus II diharapkan hasilnya akan lebih baik lagi.

73 57 SIKLUS II a. Hasil Pembahasan Siklus II Putaran 1 1. Perencanaan Hasil perencanaan berupa, merancang pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan pendekatan tkatis, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan alat pembelajaran, menyusun lembar observasi, merancang tes/ penilaian dan mengevaluasi hasil penilaian yang dapat menunjang proses pembelajaran secara sistematis artinya susunan program atau struktur yang dapat diketahui dengan tersedianya ruang lingkup atau rincian materi dan analisis materi yang telah disusun untuk dikembangkan oleh guru. Dalam hal ini peneliti dalam melaksanakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan taktis dengan harapan minat belajar siswa dapat meningkat sehingga hasil belajarpun dapat meningkat sesuain dengan batas minimal yang telah ditentukan yaitu KKM 70 dengan ketuntasan minimal 85%. 2. Hasil Pelaksanaan. Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 Tabel 4.4 Data nilai dan minat belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Siklus 2 Pertemuan 1 Jumlah Siswa Keterangan No Nilai Jumlah Minat L P Belajar Jumlah Prosentase Ketuntasan 40% 50% 90%

74 58 Grafik 4.4 : Data perkembangan hasil belajar dan minat belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri Bonangung 2 Siklus II Pertemuan 1 Dari tabel di atas dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada perbaikan pembelajaran Siklus II pertemuan 1 adalah sebagai berikut : a. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 2 anak b. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 7 anak c. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 18 anak d. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 3 anak e. Anak yang memperoleh nilai dalam rentangan nilai ada = 0 anak

75 59 1. Hasil Pengamatan a. Hasil observasi kegiatan siswa pada pembelajaran siklus II pertemuan 2 No Aktifitas Siswa Kurang Sedang Baik 1. Perhatian siswa terhadap materi 2. Kemampuan siswa yang mampu untuk memberikan penjelasan tentang materi pada siswa yang kurang 3. Keberanian bertanyaantar anggota dalam kelompok bermain 4. Kerjasama siswa dalam kelompok bermain 5. Keberanian bertanya pada guru bila siswa mengalami kesulitan 6. Kemauan tiap individu dalam mendemontrasikan tugas yang di berikan b. Hasil observasi pengamatan guru dalam perbaikan pembelajaran siklus II pertemuan 1 No Aktifitas Siswa Kurang Sedang Baik 1. Membuka pelajaran 2. Memotivasi siswa 3. Penguasaan materi 4. Penyajian sesuai urutan materi 5. Bimbingan terhadap siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan 6. Pelaksanaan Evaluasi 7. Pemberian penghargaan kepada kelompok yang berhasil 8. Pelaksanaan sesuai alokasi waktu

76 60 Indikator Pengamatan Guru Keterangan Baik : Jika pendekatan taktis serta alat pelajaran dimanfaatkan oleh guru dan anak Sedang : Jika pendekatan taktis serta alat pelajaran hanya dimanfaatkan oleh guru saja Kurang : Jika pendekatan taktis serta alat pelajaran tidak dimanfaatkan oleh guru dan anak Observer mengamati jalannya pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan guru dan kegiatan anak yang hasilnya : 1) Kegiatan Guru a. Pendahuluan dilaksanakan dengan baik. b. Penguasaan guru terhadap materi sudah cukup baik. c. Penggunaan pendekatan pembelajaran cukup baik. d. Penggunaan alat bantu sudah sesuai dengan materi. e. Pengelolaan siswa cukup baik. f. Sudah memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya dengan hasil cukup. g. Bahasa yang digunakan cukup kominikatif. h. Sudah memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran. i. Penampilan guru cukup baik. 2) Kegiatan Anak a. Perhatian siswa terhadap materi cukup baik. b. Keberanian siswa dalam bertanya masih kurang. c. Semangat siswa dalam pembelajaran baik. d. Aktifitas siswa dan kerja sama dalam kelompok sudah baik. e. Kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok cukup baik.

77 61 4. Hasil Refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran melalui pendekatan taktis menggunakan modifikasi alat bantu ( kardus, ban bekas dan bambu) dalam pelaksanaan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus II pertemuan 1 minat belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat menggembirakan dan hasil belajar siswapun dari hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan 2 ketuntasan minimal hanya mencapai 70 % dari jumlah siswa 30 anak dan setelah diadakan perbaikan siklus II pertemuan 1 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 90%, sehingga masih ada 3 anak yang belum dapat melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan alat bantu yang dimodifikasi melalui pendekatan taktis karena kondisi anak lemah, dengan hasil belajar yang telah di capai pada siklus II pertemuan 1 maka pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan taktis dapat dikatakan berhasil dengan baik, dan sudah mencapai target minimal 85% maka penelitian dihentikan. d. Keberhasilan dan Kegagalan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran 1) Pra Siklus Merupakan deskrepsi dari kegiatan evaluasi sebagai salah satu alat ukur keberhasilan proses pembelajaran sehingga dapat diketahui tingkat kemampuan anak terhadap materi pelajaran yang berupa aspek ingatan, pemahaman, penerapan (aplikasi) analisis dan sistematis. B. Pembahasan dan Analisis Data SIKLUS I 1. Uraian Pelaksanaan Perbaikan Siklus I dilaksanakan pada tanggal, 30 April 2012 sampai dengan 10 Mei Sebelum peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti terlebih dahulu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I, yang dilakukan peneliti adalah menjelaskan materi commit pembelajaran to user dengan memodifikasi alat

78 62 bantu dalam bentuk permainan dan membagi dalam 2 kelompok bermain untuk melakukan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Selama pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran berlangsung, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati dan mencatat keberhasilan atau kegagalan tentang permasalahan yang muncul selama pelaksanaan pembelajaran melalui modifikasi alat bantu. Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran I selesai, peneliti melakukan analisis data dan merefleksi kembali keberhasilan maupun kegagalan dalam tindakan perbaikan yang telah dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya. 2. Temuan / hal-hal unik a. Ketika guru memberikan pembelajaran lompat jauh dengan modifikasi alat bantu dengan menggunakan kardus, bambu dan ban bekas. Pada awalnya siswa tertawa melihat benda-benda yang menurut mereka sesuatu hal yang biasa. Dan bertanya-tanya untuk apa benda-benda itu tadi. b. Setelah siswa melihat benda-benda yang telah di siapkan, guru menjelaskan maksud dan tujuan penggunaan benda-benda tersebut dan apa yang akan dilakukan dengan alat-alat tersebut serta mendemonstrasikan bagaimana melakukan teknik-teknik dasar gerakan lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan alat-alat tersebut, akan tetapi masih banyak anak yang merasa canggung sehingga anak sering melakukan kesalahan. 3. Keberhasilan dan Kegagalan Secara umum pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I dapat dikatakan berhasil dengan melihat peningkatan siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melalui modifikasi alat bantu. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan sedah sesuai dengan RPP yang telah disusun, akan tetapi masih ada siswa yang belum mampu memenuhi scenario pembelajaran commit yang to telah user ditentukan. Sebagai contoh pada

79 63 siklus I ketika anak diminta untuk melakukan gerakan melompati kardus dengan posisi kedua kaki saat melayang di udara kedua lutut di tekuk (seperti orang jongkok) masih banyak siswa yang belum benar dalam melakukannya. Kegagalan ini oleh guru dijadikan refleksi sebagai bahan tindak lanjut untuk melakukan perbaikan pada siklus II. SIKLUS II 1. Uraian Pelaksanaan Perbaikan Siklus II dilakukan pada tanggal 27 Mei 2012 sampai dengan 5 Juni Sebelum peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran peneliti terlebih dahulu menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP). Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II, yang dikukan peneliti adalah menjelaskan materi membagi dalam 2 kelompok serta memberi tugas kepada anak untuk melakukan permainan, pertama melompati kardus yang telah di siapkan dengan melakukan teknik awalan dan tolakan terlebih dahulu kemudian melewati kardus kemudian mendarat di atas bak pasir. Selama pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran berlangsung, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati dan mencatat keberhasilan atau kegagalan tentang permasalahan yang muncul selama pelaksanaan pembelajaran melalui modifikasi alat bantu. Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran II selesai, peneliti melakukan analisis data dan merefleksi kembali keberhasilan maupun kegagalan dalam tindakan perbaikan yang telah dilakukan. 2. Keberhasilan dan Kegagalan Secara umum pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan berhasil dengan melihat peningkatan minat belajar siswa melalui model pembelajaran modifikasi alat bantu. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan sudah sesuai dengan indicator pembelajaran yang telah disusun, commit dan to user skenario pembelajaran yang telah

80 64 ditentukan sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil evalusi terhadap siswa dalam melakukan lompat jauh gaya jongkok dapat dilakukan dengan benar dan dengan hasil 90% dari 30 siswa sudah tuntas. Dengan demikian perbaikan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan modifikasi alat bantu dapat meningkatkan minat belajar siswa dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan baik.

81 65 BAB V PENUTUP SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Melihat uraian dari Bab I sampai dengan Bab III serta hasil penelitian pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan metode demonstrasi dan metode modifikasi alat bantu dalam kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dapat meningkatkan minat belajar siswa. 2. Pembelajaran dengan menggunakan modifikasi alat bantu dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dapat memberikan motivasi kepada siswa dalam melakukan kegiatan dapat meningkatkan minat belajar. 3. Dengan penggunaan metode yang tepat dan penggunaan alat bantu serta bentuk pembelajaran yang di modifikasi menjadiakn proses pembelajaran lebih menarik, serta keaktifan anak dalam mengikuti pembelajatran lebih bersemangat dan sangan berantusias. B. IMPLIKASI Hasil kesimpulan yang diperoleh ini mempunyai implikasi bagi perkembangan pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah pada umumnya dan khususnya di SD Negeri Bonangung 2, Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen. Guru pendidikan jasmani dapat menetapkan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan memodifikasi alat bantu pembelajaran. Metode ini juga bisa di gunakan di semua cabang olahraga, sebagai jawaban dari minimnya sarana dan prasarana serta kurang dan mahalnya alat-alat olahraga. Serta siswa tidak jebuh dengan pembelajaran yang kadang terlalu monoton. 65

82 66 C. SARAN Berdasarkan hasil simpulan dan implikasi ada beberapa hal yang sebaiknya di perhatikan dan diterapkan oleh guru pendidikan jasmani dalam meningkatkan kualitas mengajarnya, khsusnya dalam bidang pengembangan lompat jauh gaya jongkok. Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Dalam penyampaian pembelajaran penjas khususnya peningkatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok terhadap siswa sebaiknya guru penjasorkes melakukan modifikasi alat bantu yang menarik sehingga menimbulkan kesan menarik dari siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan mengikuti proses pembelajaran. 2. Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebaiknya memberikan materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan bentuknya yang sederhana serta di buat menyenangkan. 3. Apabila siswa didik masih merasa kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sebaiknya guru berinovasi dengan membuat model pembelajaran yang lebih efektif, inovatif dan menyenangkan.

83 67

84 68 DAFTAR PUSTAKA Agus Kristiyanto, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Surakarta. UNS Press. Aip Syarifudin, Atletik. Jakarta : Depdikbud Arikunto, Suharsini Metode Penelitian Suatu Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. Bahagia, Yoyo, Suherman Adang.(2000). Prinsip2 Pengembangan danmodifikasi Cabang Olahraga. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bahagia, Yoyo (2010). Modul 2 Modifikasi Media Pembelajaran. Bandung : FPOK UPI. Dari : http//file.upi.edu./direktori/fpok/jurusan Pendidikan Olahraga/ Yoyo Bahagia/Modul Fasilitas & % 26 P P % 28Modul%29/M-4 Pdf. Bahagia, Yoyo (2010).Media dan Alat Pembelajaran Penjas. Bandung. Dari : yoyo_bahagia/%28pp%29_media_dan_alat_pembelajaran_penjas.pdf Bahagia, Yoyo (2010).Pengembangan Media Penjas. Bandung. Dari: Yoyo_Bahagia/%28PP%29_Media_Penjas_SDLB.pdf Bernhard, Gunther Atletik. Semarang : Dahara Prize. Carr, Gerry Atletik Untuk Sekolah. Jakarta : Raja Grafindo Persada Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Depdikbud. Pupuh Fathurrohman, M Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Kosep Umum & Konsep Islami. Bandung: Pt. Refika Aditama Dick, Walter, & Lou Carey. (1978). The systematicdesign of instruction, Illinois: Scott,Forresman & Co Dimyati. dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneke Cipta Hadimsyah Noor Kepelatihan Dasar. Jakarta. Depdikbud. H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutija Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta. commit UNS to Press. user

85 69 H.J.S. Hustarda Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta. Husdarta & Yudha M. Saputra Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Iskandar Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Pres Ali, Muhammad Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Munasifah Atletik Cabang Lompat. Semarang: Aneka Ilmu Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung:Tarsito Rusli Lutan Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. (2003). Strategi Pembelajaran Penjas dan Kesehatan. Pusat penerbit Universitas Terbuka Slameto Proses Belajar Mengajar dalam SKS. Jakarta: Bina Aksara. Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati Materi Pokok Pendidikan Atletik. Jakarta. Depdikbud. Suharsini Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

86 Lampiran 1 70 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) A. IDENTITAS MATA PELAJARAN Nama : SDNegeri Bonagung 2 Mata Pelajaran : Penjas Orkes Kelas/ Semester : V ( Lima ) / 2 ( Dua ) Pertemuan : 1 Siklus I B. ALOKASI WAKTU Waktu Pelaksanaan : 30 April 2012 Waktu Pertemuan Waktu Pelajaran : 1 kali pertemuan : 2 x 35 menit C. STANDAR KOMPETENSI 6. Mempraktekkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai nilai yang terkandung didalamnya. D. KOMPETENSI DASAR 6.3. Mempraktekkan variasi teknik dasar atletik yang dimodifikasi, serta nilai semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran. E. INDIKATOR 1. Psikomotor Melakukan awalan lompat jauh gaya jongkok. Melakukan tumpuan dengan satu kaki. Melakukan sikap melayang dengan gaya jongkok Melakukan pendaratan dengan dua kaki. 2. Afektif Siswa disiplin dalam mendengarkan penjelasan guru Siswa Tekun dalam mendengarkan penjelasan guru Siswa bertanggung jawab dengan commit pelaksanaan to user kegiatan.

87 Siswa percaya diri dalam melakssiswaan materi. Siswa berani saat pelaksaan kegiatan pembelajaran. 3. Kognitif Menjelaskan awalan lompat jauh gaya jongkok. Menjelaskan tumpuan dalam lompat jauh. Menjelaskan saat melayang pada lompat jauh gaya jongkok Menjelaskan teknik mendarat pada lompat jauh gaya jongkok. 71 F. TUJUAN 1. Psikomotor Siswa dapat melakukan awalan dengan lambat, kemudian cepat dengan benar. Siswa dapat melakukan tumpuan dengan satu kaki dengan benar. Siswa dapat melakukan melayang dalam lompat jauh gaya jongkok dengan benar. Siswa dapat mendarat dengan dua kaki dengan benar. 2. Afektif Siswa dapat menumbuhkan dan membina nilai - nilai disiplin, semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran. 3. Kognitif Siswa dapat menyebutkan teknik dasar lompat jauah gaya jongkok ( teknik melakukan awalan, bertumpu, melayang serta mendarat ) G. MATERI PEMBELAJARAN Atletik ( Lompat Jauh Gaya Jongkok ) 1. Awalan 2. Tumpuan 3. Melayang 4. Mendarat H. METODE PEMBELAJARAN Instruksi Peragaan Inklusi

88 72 I. LANGKAH- LANGKAH PEMBELAJARAN Kegiatan Gambar Alokasi Waktu Metode 1. Kegiatan Awal Persiapan Guru Guru menyiapkan peralatan pembelajaran. Guru menyiapkan pertanyaan untuk merespon Siswa. Kegiatan Awal ( Pendahuluan ) 15 menit Instruksi Dengan dibimbing guru, siswa berbaris 2 atau 3 bersap dengan penuh disiplin. Dengan dibimbing guru siswa 5 menit diajak berdo a dan di lanjutkan dengan presensi, siswa melakukan tertib dan tekun. Guru member apersepsi, motifasi dan tujuan pembelajaran pada siswa. Siswa mendengarkan dengan penuh parhatian. Instruksi Guru memberi pemanasan dalam 10 menit Peragaan bentuk permainan ada kecepatan 9 beregu ). Siswa di bagi menjadi 3 regu berbaris ke belakang. Siswa yang paling depan lari sampai batas yang telah di tentukan, kemudian kembali sambil menyentuh teman yang kedua (yang berada dibelakangnya) Siswa yang kedua yang telah di sentuh kemudian lari sampai batas yang telah di tentukan

89 begitu seterusnya, sedangkan Siswa yang telah melakukan lari berbaris di barisan yang paling belakang. Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan semangat dan disiplin Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan langkah ingkling ( angklek ) melewati bilah dan lingkaran ( ban ). Dilakukan berulang-ulang 50 menit 10 menit Instruksi Peragaan b. Melompat dengan bertumpu pada dua kaki serta mendarat dengan dua kaki di dalam lingkaran ( ban bekas ) dan di lakukan secara berulangulang. 10 menit Instruksi Peragaan c. Melompati bilah bambu dengan bertumpu pada satu kaki dan mendarat dengan dua kaki di dalam lingkaran tanpa melakukan awalan. 10 menit Instruksi Peragaan d. Dengan awalan 1 langkah bertumpu pada satu kaki kemudian melompati kardus dan mendarat dengan dua kaki. 10 menit Instruksi Peragaan e. Dengan awalan lari lambat,

90 74 kemudian cepat dan kemudian melakukan awalan dengan bertumpu pada satu kaki melompati kardus yang bervariasi. Kemudian mendarat dengan dua kaki pada bak pasir. 10 menit Instruksi Peragaan 3. Kegiatan Akhir ( Penenangan ) Siswa di bariskan 3 bersap dan melakukan pendinginan dengan disiplin dan penuh tanggung jawab. Guru memberikan hasil evaluasi dan tanya jawab tentang proses pembelajaran yang telah di pelajari siswa. Sambil bernyayi siswa kembali ke sekolah. 5 menit Instruksi Peragaan J. ALAT DAN SUMBER BAHAN 1. Alat Pembelajaran Peluit Bilah bamboo Ban bekas Botol berisi pasir Kardus bekas 2. Sumber Bahan Buku Penjaskes kelas V Pengalaman Guru

91 K. PENILAIAN Indikator Kompetensi Teknik 1. Melakukan Awalan Tes 2. Melakukan Tolakan / Tumpuan Tes 3. Melakukan Gerakan Melayang Tes Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Tes keterampilan Tes keterampilan Tes keterampilan 1. Pergerakan awalan dalam lompat jauh 2.Peragaan kemampuan yang benar 3.Peragaan gerakan melayang yang benar Melakukan Pendaratan Tes 5. Menumbuhkan dan membina nilainilai disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri dan kejujuran 6. Mengetahui cara menumpu, melayang dan mendarat dengan benar Non Tes Non Tes Tes keterampilan Pengantar Perbuatan Soal Tanya Jawab 4.Peragaan teknik pendaratan yang benar. 5.Pengamatan nilainilai sikap siswa 6.Jelaskan pendaratan yang benar PERFORMANSI No Aspek Kriteria Skor 1 Praktek Menentukan jarak lari yang ideal ( 30-40m) a. Awalan Kecepatan awal lari dan irama harus konstan Langkah terakhir agak di perpendek Sikap lari seperti sprint Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) b. Tumpuan Saat menumpu, badan sudah agak condong ke depan Meletakkan titik berat badan pada kaki bagian depan Melompat dengan kaki yang terkuat Melompat commit ke depan to atas user

92 76 Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) c. Melayang Setelah menumpu, kaki tumpu segera diluruskan Pinggul diangkat kedepan Pandangan lurus kedepan Tangan berapa di samping Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) d. Mendarat Menumpu dengan kedua kaki Posisi kaki mengeper Badan condong kedepan Kedua tangan di luruskan ke depan Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) 2 Pengetahuan Menyebutkan Gerakan-gerakan (Teknik Dasar) lompat jauh gaya jongkok Siswa menyebutkan awalan, menumpu dengan satu kaki, melayang dengan kedua kaki di tekuk, mendarat dengan kedua kaki. Siswa menyebutkan awalan dan mendarat Siswa hanya menyebutkan salah satu

93 77 Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) 3 Sikap Menumbuhkan sikap selah satu nilai-nilai pada siswa Siswa menunjukkan sikap disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, semangat dan sportivitas. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, dan semangat. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, saja Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25)

94 78 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) A. IDENTITAS MATA PELAJARAN Nama : SDNegeri Bonagung 2 Mata Pelajaran : Penjas Orkes Kelas/ Semester : V ( Lima ) / 2 ( Dua ) Pertemuan : 2 Siklus I B. ALOKASI WAKTU Waktu Pelaksanaan : 4 Juni 2012 Waktu Pertemuan : 1 kali pertemuan Waktu Pelajaran : 2 x 35 menit C. STANDAR KOMPETENSI Mempraktekkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai nilai yang terkandung didalamnya. D. KOMPETENSI DASAR 6.3. Mempraktekkan variasi teknik dasar atletik yang dimodifikasi, serta nilai semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran. E. INDIKATOR 1. Psikomotor Melakukan awalan lompat jauh gaya jongkok. Melakukan tumpuan dengan satu kaki. Melakukan sikap melayang dengan gaya jongkok Melakukan pendaratan dengan dua kaki. 2. Afektif Siswa disiplin dalam mendengarkan penjelasan guru Siswa Tekun dalam mendengarkan penjelasan guru

95 Siswa bertanggung jawab dengan pelaksanaan kegiatan. Siswa percaya diri dalam melakssiswaan materi. Siswa berani saat pelaksaan kegiatan pembelajaran. 3. Kognitif Menjelaskan awalan lompat jauh gaya jongkok. Menjelaskan tumpuan dalam lompat jauh. Menjelaskan saat melayang pada lompat jauh gaya jongkok Menjelaskan teknik mendarat pada lompat jauh gaya jongkok. 79 F. TUJUAN 1. Psikomotor Siswa dapat melakukan awalan dengan lambat, kemudian cepat dengan benar. Siswa dapat melakukan tumpuan dengan satu kaki dengan benar. Siswa dapat melakukan melayang dalam lompat jauh gaya jongkok dengan benar. Siswa dapat mendarat dengan dua kaki dengan benar. 2. Afektif Siswa dapat menumbuhkan dan membina nilai - nilai disiplin, semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran. 3. Kognitif Siswa dapat menyebutkan teknik dasar lompat jauah gaya jongkok ( teknik melakukan awalan, bertumpu, melayang serta mendarat ) G. MATERI PEMBELAJARAN Atletik ( Lompat Jauh Gaya Jongkok ) 1. Awalan 2. Tumpuan 3. Melayang 4. Mendarat H. METODE PEMBELAJARAN Instruksi Peragaan Inklusi

96 80 I. LANGKAH- LANGKAH PEMBELAJARAN Kegiatan Gambar Alokasi Waktu Metode 1. Kegiatan Awal Persiapan Guru Guru menyiapkan peralatan pembelajaran. Guru menyiapkan pertanyaan untuk merespon Siswa. Kegiatan Awal ( Pendahuluan ) Dengan dibimbing guru, siswa berbaris 2 atau 3 bersap dengan penuh disiplin. Dengan dibimbing guru siswa diajak berdo a dan di lanjutkan dengan presensi, siswa melakukan tertib dan tekun. Guru member apersepsi, motifasi dan tujuan pembelajaran pada siswa. Siswa mendengarkan dengan penuh parhatian. Guru memberi pemanasan dalam bentuk permainan ada kecepatan 9 beregu ). Siswa di bagi menjadi 3 regu berbaris ke belakang. Siswa yang paling depan lari sampai batas yang telah di tentukan, kemudian kembali sambil menyentuh teman yang kedua (yang berada dibelakangnya) Siswa yang kedua yang telah di sentuh kemudian lari sampai batas yang telah di tentukan 15 menit 5 menit 10 menit Instruksi Peragaan Instruksi Peragaan

97 begitu seterusnya, sedangkan Siswa yang telah melakukan lari berbaris di barisan yang paling belakang. 81 Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan semangat dan disiplin. 2. Kegiatan Inti 50 menit a. Guru menjelaskan langkah ingkling ( angklek ) melewati bilah dan lingkaran ( ban ). Dilakukan berulang-ulang 10 menit Instruksi Peragaan b. Melompat dengan bertumpu pada dua kaki serta mendarat dengan dua kaki di dalam lingkaran ( ban bekas ) dan di lakukan secara berulangulang. 10 menit Instruksi Peragaan c. Melompati bilah bambu dengan bertumpu pada satu kaki dan mendarat dengan dua kaki di dalam lingkaran tanpa melakukan awalan. 10 menit Instruksi Peragaan d. Dengan awalan 1 langkah bertumpu pada satu kaki kemudian melompati kardus dan mendarat dengan dua kaki. 10 menit Instruksi Peragaan

98 e. Dengan awalan lari lambat, kemudian cepat dan kemudian melakukan awalan dengan bertumpu pada satu kaki melompati kardus yang bervariasi. Kemudian mendarat dengan dua kaki pada bak pasir. 10 menit Instruksi Peragaan Kegiatan Akhir ( Penenangan ) Siswa di bariskan 3 bersap dan melakukan pendinginan dengan disiplin dan penuh tanggung jawab. Guru memberikan hasil evaluasi dan tanya jawab tentang proses pembelajaran yang telah di pelajari siswa. Sambil bernyayi siswa kembali ke sekolah. J. ALAT DAN SUMBER BAHAN 1. Alat Pembelajaran Peluit Bilah bamboo Ban bekas Botol berisi pasir Kardus bekas 2. Sumber Bahan Buku Penjaskes kelas V Pengalaman Guru

99 K. PENILAIAN Indikator Kompetensi Teknik 1. Melakukan Awalan Tes 2. Melakukan Tolakan / Tumpuan Tes 3. Melakukan Gerakan Melayang Tes 4. Melakukan Pendaratan Tes 5. Menumbuhkan dan membina nilainilai disiplin, semangat, sportivitas, Non Tes percaya diri dan kejujuran 6. Mengetahui cara menumpu, melayang dan mendarat dengan Non Tes benar Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Tes 1. Pergerakan awalan keterampilan dalam lompat jauh Tes 2.Peragaan kemampuan keterampilan yang benar Tes 3.Peragaan gerakan keterampilan melayang yang benar Tes 4.Peragaan teknik keterampilan pendaratan yang benar. Pengantar 5.Pengamatan nilainilai Perbuatan sikap siswa Soal Tanya 6.Jelaskan pendaratan Jawab yang benar 83 PERFORMANSI No Aspek Kriteria Skor 1 Praktek Menentukan jarak lari yang ideal ( 30-40m) a. Awalan Kecepatan awal lari dan irama harus konstan Langkah terakhir agak di perpendek Sikap lari seperti sprint Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) b. Tumpuan Saat menumpu, badan sudah agak condong ke depan

100 84 Meletakkan titik berat badan pada kaki bagian depan Melompat dengan kaki yang terkuat Melompat ke depan atas Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) c. Melayang Setelah menumpu, kaki tumpu segera diluruskan Pinggul diangkat kedepan Pandangan lurus kedepan Tangan berapa di samping Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) d. Mendarat Menumpu dengan kedua kaki Posisi kaki mengeper Badan condong kedepan Kedua tangan di luruskan ke depan Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) 2 Pengetahuan Menyebutkan Gerakan-gerakan (Teknik Dasar) lompat jauh gaya jongkok Siswa menyebutkan awalan, menumpu

101 85 dengan satu kaki, melayang dengan kedua kaki di tekuk, mendarat dengan kedua kaki. Siswa menyebutkan awalan dan mendarat Siswa hanya menyebutkan salah satu Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) 3 Sikap Menumbuhkan sikap selah satu nilai-nilai pada siswa Siswa menunjukkan sikap disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, semangat dan sportivitas. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, dan semangat. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, saja Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25)

102 Lampiran 3 86 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) A. IDENTITAS MATA PELAJARAN Nama : SD Negeri Bonagung 2 Mata Pelajaran : Penjas Orkes Kelas/ Semester : V ( Lima ) / 2 ( Dua ) Pertemuan : I Siklus II B. ALOKASI WAKTU Waktu Pelaksanaan : 27 Mei 2012 Waktu Pertemuan : 1 kali pertemuan Waktu Pelajaran : 2 x 35 menit C. STANDAR KOMPETENSI 6. Mempraktekkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai nilai yang terkandung didalamnya. D. KOMPETENSI DASAR 6.3. Mempraktekkan variasi teknik dasar atletik yang dimodifikasi, serta nilai semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran. E. INDIKATOR 1. Psikomotor Melakukan teknik awalan lompat jauh gaya jongkok. Melakukan teknik tumpuan dengan satu kaki. Melakukan sikap melayang dengan gaya jongkok Melakukan teknik pendaratan lompat jauh dengan dua kaki. 2. Afektif Siswa disiplin dalam mendengarkan penjelasan guru Siswa Tekun dalam mendengarkan penjelasan guru Siswa bertanggung jawab dengan pelaksanaan kegiatan. Siswa percaya diri dalam melakssiswaan materi. Siswa berani saat pelaksaan kegiatan pembelajaran.

103 3. Kognitif Menjelaskan awalan lompat jauh gaya jongkok. Menjelaskan tumpuan dalam lompat jauh. Menjelaskan saat melayang pada lompat jauh gaya jongkok Menjelaskan teknik mendarat pada lompat jauh gaya jongkok. 87 F. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Psikomotor Siswa dapat melakukan awalan dengan lambat, kemudian cepat dengan benar. Siswa dapat melakukan tumpuan dengan satu kaki dengan benar. Siswa dapat melakukan melayang dalam lompat jauh gaya jongkok dengan benar. Siswa dapat mendarat dengan dua kaki dengan benar. 2. Afektif Siswa dapat menumbuhkan dan membina nilai - nilai disiplin, semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran. 3. Kognitif Siswa dapat menyebutkan teknik dasar lompat jauah gaya jongkok ( teknik melakukan awalan, bertumpu, melayang serta mendarat ) G. MATERI PEMBELAJARAN Atletik ( Lompat Jauh Gaya Jongkok ) 1. Awalan 2. Tumpuan 3. Melayang 4. Mendarat H. METODE PEMBELAJARAN Instruksi Peragaan Inklusi

104 88 I. LANGKAH- LANGKAH PEMBELAJARAN Kegiatan Gambar Alokasi Waktu Metode 1. Kegiatan Awal Persiapan Guru Guru menyiapkan peralatan pembelajaran. Guru menyiapkan pertanyaan untuk 5 menit merespon Siswa. Kegiatan Awal ( Pendahuluan ) Guru mempersilahkan siswa untuk berbaris, di buat 3 atau 4 bersap denganpenuh disiplin. Guru meminpin siswa untuk berdo a kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa, siswa melakukan kegiatan dengan tertib. Guru memberikan persepsi, motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari pembelajaran siswa, siswa mendengarkan dengan penuh tanggung jawab Guru memberikan pemanasan dalam bentuk permainan yang berorientasi pada materi yang akan di ajrkan. Guru membuat batas lapangan dengan ukuran tertentu dan mempersilahkan siswa untuk bermain lempar bola pada sasaran (lawan), dengan peraturan melemparkan bola kecil pada lawab pada bagian tutut ke bawah. Siswa di bagi mejadi dua kelompok dan diundi, yang menang berarti yang commit di kejar to user 5 menit 10 menit Instruksi Peragaan

105 dan di lempar dahulu. Kalau kena salah satu kelompok, maka yang terkena lemparan ganti menjadi pelempar/ penembak, siswa me-lakukan dengan sungguh-sungguh Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan teknik awalan dengan dimodifikasi menyerupai permainan supaya siswa tidak mudah bosan Siswa dibagi menjadi dua kelompok dan dibuatkan rintangan yang jaraknya di atur sedemikian rupa yang jaraknya,sehingga diperkirakan siswa dapat melompat dengan melakukan langkah panjang Setelah sampai pada siswa yang terakhir maka siswa pertama kembali melakukan lagi, begitu seterusnya sampai seorang siswa dapat melakukan beberapa kali lompatan Kecepatan dari awal sampai akhir cown yang dibuat rintangan harus stabil dan langkahnya di buat tepat. b. Guru menjelaskan cara melakukan teknik latihan lari lompat yang diberi rintangan cown dan kardus untuk melatih langkah dan tolakan yang tepat. c. Guru menjelaskan cara melakukan kombinasi awalan, tolakan, saat melayang dan pendaratan yang tepat pada bak lompat jauh yang sebenarnya. Tahap Awalan Tujuan awalan adalah untuk mendapatkan kecepatan berlari sewaktu akan melakukan tolakan dan untuk mendapatkan hasil commit lompat to user 45 menit 5 menit 5 menit 5 menit 5 menit Instruksi Peragaan Instruksi Peragaan Instruksi Peragaan Instruksi Peragaan Instruksi Peragaan

106 jauh yang maksimal 90 Tahap Tolakan 10 menit Instruksi Tolakan dilakukan dengan salah satu kaki Peragaan yang paling kuat untuk mendapatkan hasil lompatan yang tinggi dan jauh. Tahap Melayang 10 menit Instruksi Perpaduan awalan yang tepat dan kekuatan Peragaan tolakan kaki yang maksimal akan membawa badan melayang diudara lebih lama. Tahap Pendaratan Pada saat pendaratan semua gerakan harus 10 menit Instruksi Peragaan dikoordinasikan agar mencapai hasil yang maksimal, yang harus dikoordinasikan adalah gerakan kaki, kepala, lengan tangan pada saat badan melayang turun dan tumit saat menyentuj bak pasir. 3. Kegiatan Akhir ( Penenangan ) Siswa di bariskan 3 bersap dan melakukan pendinginan (coolongdown), siswa melakukan dengan disiplin, teliti dan penuh tanggung jawab. Guru memberikan hasil evaluasi dan tanya jawab tentang proses pembelajaran yang telah di pelajari siswa. Guru memeimpin siswa untuk berdo a, dan siswa melaksanakan dengan kidmad, kemudian baru di bubarkan. 10 menit Instruksi Peragaan

107 91 J. ALAT DAN SUMBER BAHAN 1. Alat Pembelajaran Peluit Bendera kecil Kardus bekas Bak pasir 2. Sumber Bahan Buku Pendidikan Jasmani, kesehatan dan Kesehatan untuk siswa SD kelas V, Jakarta : Erlangga. KBK 2004 Buku Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk siwa SD kelas V, KTSP 2006, Jakarta : Erlangga K. PENILAIAN Indikator Kompetensi Teknik 1. Melakukan Awalan Tes 2. Melakukan Tolakan / Tumpuan Tes 3. Melakukan Gerakan Melayang Tes 4. Melakukan Pendaratan Tes 5. Menumbuhkan dan membina nilainilai disiplin, semangat, sportivitas, Non Tes percaya diri dan kejujuran 6. Mengetahui cara menumpu, melayang dan mendarat dengan Non Tes benar Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Tes 1. Pergerakan awalan keterampilan dalam lompat jauh Tes 2.Peragaan kemampuan keterampilan yang benar Tes 3.Peragaan gerakan keterampilan melayang yang benar Tes 4.Peragaan teknik keterampilan pendaratan yang benar. Pengantar 5.Pengamatan nilainilai Perbuatan sikap siswa Soal Tanya 6.Jelaskan pendaratan Jawab yang benar

108 92 PERFORMANSI No Aspek Kriteria Skor 1 Praktek Menentukan jarak lari yang ideal ( 30-40m) a. Awalan Kecepatan awal lari dan irama harus konstan Langkah terakhir agak di perpendek Sikap lari seperti sprint Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) b. Tumpuan Saat menumpu, badan sudah agak condong ke depan Meletakkan titik berat badan pada kaki bagian depan Melompat dengan kaki yang terkuat Melompat ke depan atas Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) c. Melayang Setelah menumpu, kaki tumpu segera diluruskan Pinggul diangkat kedepan Pandangan lurus kedepan Tangan berapa di samping Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi commit 1 kriteria to user nilainya (100) (75) (50) (25)

109 93 d. Mendarat Menumpu dengan kedua kaki Posisi kaki mengeper Badan condong kedepan Kedua tangan di luruskan ke depan Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) 2 Pengetahuan Menyebutkan Gerakan-gerakan (Teknik Dasar) lompat jauh gaya jongkok Siswa menyebutkan awalan, menumpu dengan satu kaki, melayang dengan kedua kaki di tekuk, mendarat dengan kedua kaki. Siswa menyebutkan awalan dan mendarat Siswa hanya menyebutkan salah satu Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25) 3 Sikap Menumbuhkan sikap selah satu nilai-nilai pada siswa Siswa menunjukkan sikap disiplin, semangat, sportivitas, percaya diri. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, semangat dan sportivitas. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, dan semangat. Siswa hanya menunjukkan sikap disiplin, saja

110 94 Jika Memenuhi 4 kriteria nilainya Jika Memenuhi 3 kriteria nilainya Jika Memenuhi 2 kriteria nilainya Jika Memenuhi 1 kriteria nilainya (100) (75) (50) (25)

111 Lampiran 4 95 Daftar Nilai Lompat Jauh Gaya Jongkok Pra Perbaikan Pembelajaran Penilaian No Nama Siswa L/P Awalan Psikomotor Tumpuan Melayang Mendarat Rata-rata Koknitif Afektif Nilai Keterangan 1 Ebid Susanto L Tuntas 2 Fani Ingkang M P Tidak Tuntas 3 Kusrini P Tidak Tuntas 4 Malinda Noviyani P Tuntas 5 Muhammad Febrian K L Tuntas 6 Muhammad Abdul Aziz L Tuntas 7 Septiyani P Tidak Tuntas 8 Anisa P Tidak Tuntas 9 Ahmad Syaifudin L Tuntas 10 Alvia Intan Anggraini P Tuntas 11 Bayu Setiawan L Tidak Tuntas 12 Bayu Aji Wibowo L Tuntas 13 Danang Kurniawan L Tuntas 14 Etike Indriyani P Tidak Tuntas 15 Elin Noviyanti P Tidak Tuntas 16 Febria Pradana P L Tidak Tuntas 17 Heri Kurniawan L Tidak Tuntas 18 Indri Luviyani P Tuntas 19 Kharisma Dewa A L Tidak Tuntas 20 Lisa Setyawati P Tuntas 21 Muhajathi Najib P Tuntas 22 M. Rian Aviansyah L Tidak Tuntas 23 Nur Insan Umiyatun P Tidak Tuntas 24 Nikmatus Sholikah P Tuntas 25 Risma Rahmawati P Tuntas 26 Rifki Nur H L Tidak Tuntas 27 Riski Nur Afifah P Tuntas 28 Resa Yupitasari P Tidak Tuntas 29 Siska Rahmawati P Tuntas 30 Uma Sartika W P Tidak Tuntas

112 Lampiran 5 96 Daftar Nilai Lompat Jauh Gaya Jongkok SIklus I Pertemuan 1 No Nama Siswa L/P Awalan Penilaian Psikomotor Tumpuan Koknitif Afektif Nilai Keterangan 1 Ebid Susanto L Tuntas 2 Fani Ingkang M P Tidak Tuntas 3 Kusrini P Tidak Tuntas 4 Malinda Noviyani P Tuntas 5 Muhammad Febrian K L Tuntas 6 Muhammad Abdul Aziz L Tuntas 7 Septiyani P Tuntas 8 Anisa P Tidak Tuntas 9 Ahmad Syaifudin L Tuntas 10 Alvia Intan Anggraini P Tuntas 11 Bayu Setiawan L Tuntas 12 Bayu Aji Wibowo L Tuntas 13 Danang Kurniawan L Tuntas 14 Etike Indriyani P Tidak Tuntas 15 Elin Noviyanti P Tidak Tuntas 16 Febria Pradana P L Tidak Tuntas 17 Heri Kurniawan L Tuntas 18 Indri Luviyani P Tuntas 19 Kharisma Dewa A L Tidak Tuntas 20 Lisa Setyawati P Tuntas 21 Muhajathi Najib P Tuntas 22 M. Rian Aviansyah L Tidak Tuntas 23 Nur Insan Umiyatun P Tidak Tuntas 24 Nikmatus Sholikah P Tuntas 25 Risma Rahmawati P Tuntas 26 Rifki Nur H L Tuntas 27 Riski Nur Afifah P Tuntas 28 Resa Yupitasari P Tidak Tuntas 29 Siska Rahmawati P Tuntas 30 Uma Sartika W P Tidak Tuntas Melayang Mendarat Rata-rata

113 Lampiran 6 97 Daftar Nilai Lompat Jauh Gaya Jongkok SIklus I Pertemuan 2 Penilaian No Nama Siswa L/P Awalan Psikomotor Tumpuan Melayang Mendarat Rata-rata Koknitif Afektif Nilai Keterangan 1 Ebid Susanto L Tuntas 2 Fani Ingkang M P Tuntas 3 Kusrini P Tidak Tuntas 4 Malinda Noviyani P Tuntas 5 Muhammad Febrian K L Tuntas 6 Muhammad Abdul Aziz L Tuntas 7 Septiyani P Tuntas 8 Anisa P Tidak Tuntas 9 Ahmad Syaifudin L Tuntas 10 Alvia Intan Anggraini P Tuntas 11 Bayu Setiawan L Tuntas 12 Bayu Aji Wibowo L Tuntas 13 Danang Kurniawan L Tuntas 14 Etike Indriyani P Tidak Tuntas 15 Elin Noviyanti P Tidak Tuntas 16 Febria Pradana P L Tuntas 17 Heri Kurniawan L Tuntas 18 Indri Luviyani P Tuntas 19 Kharisma Dewa A L Tidak Tuntas 20 Lisa Setyawati P Tuntas 21 Muhajathi Najib P Tuntas 22 M. Rian Aviansyah L Tidak Tuntas 23 Nur Insan Umiyatun P Tidak Tuntas 24 Nikmatus Sholikah P Tuntas 25 Risma Rahmawati P Tuntas 26 Rifki Nur H L Tuntas 27 Riski Nur Afifah P Tuntas 28 Resa Yupitasari P Tidak Tuntas 29 Siska Rahmawati P Tuntas 30 Uma Sartika W P Tidak Tuntas

114 Lampiran 7 98 Daftar Nilai Lompat Jauh Gaya Jongkok SIklus II pertemuan I Penilaian No Nama Siswa L/P Awalan Psikomotor Tumpuan Melayang Mendarat Rata-rata Koknitif Afektif Nilai Keterangan 1 Ebid Susanto L Tuntas 2 Fani Ingkang M P Tidak Tuntas 3 Kusrini P Tuntas 4 Malinda Noviyani P Tuntas 5 Muhammad Febrian K L Tuntas 6 Muhammad Abdul Aziz L Tuntas 7 Septiyani P Tuntas 8 Anisa P Tidak Tuntas 9 Ahmad Syaifudin L Tuntas 10 Alvia Intan Anggraini P Tuntas 11 Bayu Setiawan L Tuntas 12 Bayu Aji Wibowo L Tuntas 13 Danang Kurniawan L Tuntas 14 Etike Indriyani P Tuntas 15 Elin Noviyanti P Tuntas 16 Febria Pradana P L Tuntas 17 Heri Kurniawan L Tuntas 18 Indri Luviyani P Tuntas 19 Kharisma Dewa A L Tuntas 20 Lisa Setyawati P Tuntas 21 Muhajathi Najib P Tuntas 22 M. Rian Aviansyah L Tuntas 23 Nur Insan Umiyatun P Tuntas 24 Nikmatus Sholikah P Tuntas 25 Risma Rahmawati P Tuntas 26 Rifki Nur H L Tuntas 27 Riski Nur Afifah P Tuntas 28 Resa Yupitasari P Tidak Tuntas 29 Siska Rahmawati P Tuntas 30 Uma Sarika W P Tuntas

115 Lampiran 8 99 LEMBAR OBSERVASIAKTIFITAS BELAJAR SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 1 Nama Mahasiswa : Sunaryo Tempat Praktik : SD Negeri Bonagung 2 Kelas : 5 Mata Pelajaran/Tema : Penjaskesorkes Waktu : 2 x 30 menit Hari / Tanggal : Rabu,30 April 2012 No ASPEK YANG DIAMATI Catatan I II III Pra Pembelajaran 1. Siswa Menyiapkan diri di lapangan Ya 2. Kesiapan menerima pelajaran Ya Kegiatan membuka pelajaran 1. Siswa mampu menjawab pertanyaan apersepsi Ya 2. Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan kompetensi yang hendak dicapai Kegiatan Inti Pembelajaran A.Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pelajaran Ya 2. Aktif bertanya saat proses penjelasan materi Ya 3. Ada interaksi positif antar siswa Ya 4. Adanya interaksi positif antara siswa guru,siswa materi pelajaran Ya B.Pendekatan / strategi belajar 1. Siswa terlibat dalam kegiatan belajar Ya 2. Siswa memberikan pendapatnya ketika diberikan kesempatan Ya 3. Aktif berbagai penjelasan yang diberikan guru Ya 4. Siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran Ya 5. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengantenang dan tidak merasa tertekan 6. Siswa merasa senang menerima pelajaran Ya C.Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar 1. Adanya interksi positif antara siswa commit dan media to user pembelajaran yang digunakan Ya Ya Ya Ya

116 100 IV guru 2. Siswa tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran Ya 3. Siswa tampak tekun mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru Ya D.Penilaian proses dan hasil belajar Ya 1. Siswa merasa terbimbing Ya 2. Siswa menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru Ya E.Penggunaan bahasa Ya 1. Siswa mampu mengemkakan pendapatnya dengan lancar Ya 2. Siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan lugas Ya Penutup 1. Siswa secara jelas mendengakan Ya 2. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan senang Ya Nama Pengamat : Sugiyanto, tanda tangan :

117 Lampiran LEMBAR OBSERVASI AKTIFITAS BELAJAR SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 2 Nama Mahasiswa : Sunaryo Tempat Praktik : SD Negeri Bonagung 2 Kelas : 5 Mata Pelajaran/Tema : Penjaskesorkes Waktu : 2 x 30 menit Hari / Tanggal : Rabu, 7 Mei 2012 No ASPEK YANG DIAMATI Catatan I II III Pra Pembelajaran 3. Siswa Menyiapkan diri di lapangan Ya 4. Kesiapan menerima pelajaran Ya Kegiatan membuka pelajaran 3. Siswa mampu menjawab pertanyaan apersepsi Ya 4. Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan kompetensi yang hendak dicapai Kegiatan Inti Pembelajaran A.Penjelasan materi pelajaran 5. Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pelajaran Ya 6. Aktif bertanya saat proses penjelasan materi Ya 7. Ada interaksi positif antar siswa Ya 8. Adanya interaksi positif antara siswa guru,siswa materi pelajaran Ya B.Pendekatan / strategi belajar 7. Siswa terlibat dalam kegiatan belajar Ya 8. Siswa memberikan pendapatnya ketika diberikan kesempatan Ya 9. Aktif berbagai penjelasan yang diberikan guru Ya 10. Siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran Ya 11. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengantenang dan tidak merasa tertekan 12. Siswa merasa senang menerima pelajaran Ya C.Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar 4. Adanya interksi positif antara siswa commit dan media to user pembelajaran yang digunakan Ya Ya Ya Ya

118 102 IV guru 5. Siswa tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran Ya 6. Siswa tampak tekun mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru Ya D.Penilaian proses dan hasil belajar Ya 3. Siswa merasa terbimbing Ya 4. Siswa menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru Ya E.Penggunaan bahasa Ya 3. Siswa mampu mengemkakan pendapatnya dengan lancar Ya 4. Siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan lugas Ya Penutup 3. Siswa secara jelas mendengakan Ya 4. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan senang Ya Nama Pengamat : Sugiyanto, tanda tangan :

119 Lampiran LEMBAR OBSERVASI AKTIFITAS BELAJAR SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 1 Mahasiswa : Sunaryo Tempat Praktik : SD Negeri Boanagung 2 Kelas : V Mata Pelajaran/Tema : Penjasorkes Waktu : 2 x 30 menit Hari / Tanggal : Rabu, 27 Mei 2012 No Aspek yang diamati Catatan I Pra Pembelajaran 1. Siswa berbaris secara teratur Ya 2. Kesiapan menerima pelajaran Ya II Kegiatan membuka pelajaran 1.Siswa mampu menjawab pertanyaan apersepsi Ya 2.Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan kompetensi yang hendak Ya dicapai III Kegiatan Inti Pembelajaran A.Penjelasan materi pelajaran 1.Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pelajaran Ya 2.Aktif bertanya saat proses penjelasan materi Ya 3.Ada interaksi positif antar siswa Ya 4.Adanya interaksi positif antara siswa guru,siswa materi pelajaran Ya B.Pendekatan / strategi belajar Ya 1.Siswa terlibat dalam kegiatan belajar Ya 2.Siswa memberikan pendapatnya ketika diberikan kesempatan Ya 3.Aktif berbagai penjelasan yang diberikan guru Ya 4.Siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran Ya 5.Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengantenang dan tidak Ya merasa tertekan 13.Siswa merasa senang menerima pelajaran Ya C.Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar 1.Adanya interksi positif antara siswa dan media pembelajaran yang Ya

120 104 IV digunakan guru 2.Siswa tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran Ya 3.Siswa tampak tekun mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru Ya D. Penilaian proses dan hasil belajar Ya 1.Siswa merasa terbimbing Ya 2.Siswa menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Ya guru E.Penggunaan bahasa Ya 1.Siswa mampu mengemkakan pendapatnya dengan lancar Ya 2.Siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan lugas Ya Penutup 1.Siswa secara jelas memberi rangkuman Ya 2.Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan senang Ya Nama Pengamat : Sugiyanto, tanda tangan :

121 Lampiran Pembahasan RPP Siklus I 2. Deminstrasi Pemanasan

122 Praktek Melompati kardus 4. Pembahasab RPP Siklus II

123 Pemanasan 6. Penagarahan

124 108

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PUCANGAN KECAMATAN SADANG KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Oleh : SAMSURI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Masalah a. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam Kurikulum SMA, pengertian pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang proses pembelajarannya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : UMARYANI NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user

SKRIPSI. Oleh : UMARYANI NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SAMBUNG MELALUI PENDEKATAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 SIRANGKANG KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh : UMARYANI NIM: X4711255 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh 15 BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ada proses pembelajaran. Menurut Sugiyanto (1993: 24-25), berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah ada proses pembelajaran. Menurut Sugiyanto (1993: 24-25), berpendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani di sekolah merupakan aktifitas fisik dalam bentuk aktifitas gerak siswa, saat melakukan tugas-tugas dalam proses pembelajaran. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif, sistematis dan intregativ untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif, sistematis dan intregativ untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah segala proses atau usaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan intregativ untuk menciptakan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar

Lebih terperinci

Oleh : SETYO SADI ARSANI X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Oleh : SETYO SADI ARSANI X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU MELALUI PENDEKATAN BERMAIN SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SEBORO KECAMATAN SADANG KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Oleh : SETYO SADI ARSANI X4711362

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN LOMBA MEMINDAHKAN BENDA

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN LOMBA MEMINDAHKAN BENDA PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN LOMBA MEMINDAHKAN BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 60 METER PADA S ISWA KELAS V S D NE GERI 01 PESUCE N KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang disalurkan melalui suatu proses pembelajaran, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) 6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMUKUL BOLA KASTI

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMUKUL BOLA KASTI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMUKUL BOLA KASTI MELALUI MODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SELOGIRI KEC. KARANGGAYAM KAB. KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Atletik

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Atletik BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Atletik Menurut pendapat dari Aip Syaifuddin (1992:2), atletik adalah salah satu cabang olahraga yang diperlombakan dan meliputi nomor jalan, lari,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LEMPAR TURBO MELALUI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LEMPAR TURBO MELALUI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LEMPAR TURBO MELALUI PERMAINAN LEMPAR BOLA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TUKSARI KLEDUNG TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : PARJONO X 4712595 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

pustaka.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to users

pustaka.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to users PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN SECARA TIDAK LANGSUNG DAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah yang beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN Asep Dedi Paturohman NPM: GIC.14.0703 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR TURBO

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR TURBO UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR TURBO MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI JATIPURUS KECAMATAN PONCOWARNO KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Oleh : SUBEKTI X4711371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuhkan, mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 GROGOL TAHUN AJARAN 2014 / 2015

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 GROGOL TAHUN AJARAN 2014 / 2015 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 GROGOL TAHUN AJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan cabang olahraga yang tertua dan juga dianggap sebagai induk dari semua cabang olahraga, telah sejak dulu dilakukan orang seperti berjalan,

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu diantaranya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan

BAB II KAJIAN TEORI. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Hubungan keduanya dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah bagian penting dari sistem pendidikan. Sebab secara esensi pendidikan jasmani membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN Asep Dedi Paturohman 1) Deni Mudian 2) Iyan Nurdiyan Haris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran penghayatan nilai

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SUMINAH NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user

SKRIPSI. Oleh : SUMINAH NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH MELALUI PENDEKATAN BERMAIN LOMPAT BOX DAN BAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh : SUMINAH NIM: X4711197

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM:

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM: HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA SISWA PUTRA KELAS X SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN ROLL

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN ROLL PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN ROLL DEPAN DENGAN MATRAS MENDATAR DAN MATRAS MIRING TERHADAP HASIL BELAJAR ROLL DEPAN SISWA PUTRI KELAS V DAN VI SD NEGERI MAJENANG 3 SUKODONO KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH MELALUI MEDIA ALAT PERAGA KOTAK DI SDN 15 BELITANG UBAH ARTIKEL ILMIAH

TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH MELALUI MEDIA ALAT PERAGA KOTAK DI SDN 15 BELITANG UBAH ARTIKEL ILMIAH TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH MELALUI MEDIA ALAT PERAGA KOTAK DI SDN 15 BELITANG UBAH ARTIKEL ILMIAH OLEH FRONIKA ANI NIM. F 1102141056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena gerakan-gerakannya merupakan dasar dari seluruh gerakan olahraga. Oleh karena itu atletik menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adalah olahraga yang sangat penting keberadaannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adalah olahraga yang sangat penting keberadaannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah olahraga yang sangat penting keberadaannya dalam dunia pendidikan, tanpa adanya pendidikan jasmani maka pendidikan yang lainnya tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah dan mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat kualitatif dan kuantitatif juga merupakan hasil dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat kualitatif dan kuantitatif juga merupakan hasil dari proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang. Disadari

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH LIES ROOSNA WARDHANY X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2014 commit to user

SKRIPSI OLEH LIES ROOSNA WARDHANY X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2014 commit to user UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI I GARUNG KABUPATEN WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH LIES ROOSNA WARDHANY X4712562 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE

PENERAPAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PENERAPAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE Puput Eka Bajuri Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi STKIP Modern Ngawi E-mail: ekacalamander201@gmail.com

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KARANGPULE PADAMARA PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUYITO X 4710157

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah - sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah olahraga yang disebut sebagai induk dari cabang olahraga (de mother aller sporte). Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jasmani

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BOLAVOLI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X TKB 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN

JURNAL SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BOLAVOLI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X TKB 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN JURNAL SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BOLAVOLI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X TKB 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN AJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Oleh : VENSA LUKITA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BARRIER HOPS (LOMPAT RINTANGAN) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MOJOROTO TAHUN AJARAN 2014/2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BARRIER HOPS (LOMPAT RINTANGAN) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MOJOROTO TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BARRIER HOPS (LOMPAT RINTANGAN) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MOJOROTO TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR BERLARI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR BERLARI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR BERLARI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS 4 SD NEGERI IV GENUKHARJO KECAMATAN WURYANTORO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: SUWARDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabang olahraga atletik merupakan cabang olahraga yang selalu diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik merupakan cabang olahraga yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA DOUBLE LEG BOUND DAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SKRIPSI Oleh: YUYUN DWI ARI WIBOWO X.5606045 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Winarno Surahman NIM: 14.1.01.09.0380P Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebagai wadah pendidikan formal mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pembinaan mental-spritual, intelektual dan khususnya pembinaan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan siswa pada perubahan tingkah laku yang diinginkan. Pengertian ini cukup

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KOOPERATIF TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

IMPLEMENTASI KOOPERATIF TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH IMPLEMENTASI KOOPERATIF TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH Joko Karseno, Nim 1196015036 PENJASKESREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja, jalan

Lebih terperinci

KUSNAN. Pendahuluan. Abstrak:

KUSNAN. Pendahuluan.   Abstrak: Penggunaan Metode Praktek Terbimbing Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 3 Ngimbang Semester II Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWI PUTRI KELAS III SEKOLAH DASAR

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWI PUTRI KELAS III SEKOLAH DASAR PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWI PUTRI KELAS III SEKOLAH DASAR Titin Kuntum Mandalawati Prodi PGSD FIP IKIP PGRI MADIUN titinmandalawati@yahoo.com

Lebih terperinci

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam cabang olahraga atletik yang memiliki unsur kecepatan, kekuatan, kelentukan dan keseimbangan.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI NUR AHMAD MUHARRAM DOSEN PENJASKESREK UNP KEDIRI ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu bagian dari nomor lompat dalam olahraga atletik. Ada banyak pakar yang mengartikan lompat jauh, diantaranya

Lebih terperinci

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI)

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI) MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI) Titin Kuntum Mandalawati, M.Or PGSD IKIP PGRI Madiun titinmandalawati@yahoo.com ABSTRAK Lompat jauh merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar Proses pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar (Rusli Lutan, 2004 : 1.42) adalah berorientasi pada peserta

Lebih terperinci

BERANDA SK / KD INDIKATOR MATERI LATIHAN UJI KOMPETENSI REFERENSI PENYUSUN SELESAI. SMK Negeri 1 Kediri

BERANDA SK / KD INDIKATOR MATERI LATIHAN UJI KOMPETENSI REFERENSI PENYUSUN SELESAI. SMK Negeri 1 Kediri Lompat Jauh Kelas XI sem. 1 STANDAR Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya DASAR Mempraktikkan keterampilan atletik dengan

Lebih terperinci

ERIK SUPRIANTO K

ERIK SUPRIANTO K MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING MENGGUNAKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X JURUSAN KEPERAWATAN 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI BOLA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI BOLA UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI BOLA Aba Sandi Prayoga, M.Or. Penjaskesrek STKIP MODERN Ngawi aba_sandy@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat dan berdampak di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan dan olahraga.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BICORONG II PAMEKASAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 4 NGALIAN KECAMATAN WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: SUDIRO NIM:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah mengenal berbagai macam bentuk olahraga, salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI Maijum Guru SDN 002 Pulau Komang maijum226@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN PERBEDAAN AWALAN 9 DAN 11 LANGKAH TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH PADA MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN SEMESTER 2 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Diajukan dalam rangka menyelesaikan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi. berbagai aktivitas jasmani (Depdikbud, 1993: 1).

TINJAUAN PUSTAKA. di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi. berbagai aktivitas jasmani (Depdikbud, 1993: 1). 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA VOLI DENGAN MENGGUNAKAN BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KRAWITAN KECAMATAN CANDIROTO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu alat dalam pendidikan yang dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak didik menjadi manusia secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga lari sekian ratus meter, sepak bola, voli, badminton, lompat jauh,

BAB I PENDAHULUAN. olahraga lari sekian ratus meter, sepak bola, voli, badminton, lompat jauh, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam segi fisik, penunjang untuk memperoleh kesehatan yang prima adalah dengan berolahraga. Olahraga tentu tidak hanya sebatas pada olahraga lari sekian ratus meter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan peserta didik pada perubahan tingkah laku yang diinginkan. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dirasakan orang tentang manfaatnya. Oleh karena itu kita perlu

BAB I PENDAHULUAN. banyak dirasakan orang tentang manfaatnya. Oleh karena itu kita perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olah raga dewasa ini semakin pesat dan semakin banyak dirasakan orang tentang manfaatnya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui dan memahami makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian integral dari pendidikan keseluruhan tentu saja memusatkan semua usahanya untuk dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia merupakan pendidikan yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan siswa pada perubahan tingkah laku yang di inginkan. Pengertian ini cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan insan manusia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sarana untuk memperoleh kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci