PEMODELAN INTERAKSI PROSES BISNIS PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGADAAN MATERIAL DI PT. XYZ MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN INTERAKSI PROSES BISNIS PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGADAAN MATERIAL DI PT. XYZ MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER"

Transkripsi

1 PEMODELAN INTERAKSI PROSES BISNIS PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGADAAN MATERIAL DI PT. XYZ MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER Noval Arsad 1 Mahendrawathi ER. 2 Renny P. Kusumawardani 3 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 1 arsad09@mhs.is.its.ac.id, 2 mahendra_w@its-sby.edu, 3 renny@is.its.ac.id Abstrak PT. XYZ Indonesia merupakan anak perusahaan dari sebuah perusahaan multinasional yang memiliki proses bisnis utama adalah memproduksi sepatu. Untuk menjalankan proses ini, perusahaan menjalankan serangkaian proses bisnis pendukung, yaitu proses pengadaan material dan perencanaan produksi. Setiap rencana produksi yang dilakukan mengacu pada input prognosis dari kantor pusat, sedangkan dalam pengadaan material akan selalu mengacu pada kebutuhan yang muncul pada rencana produksi. Di dalam rencana produksi, main planner perusahaan selalu menetapkan jadwal mulai produksi. Jadwal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat memenuhi permintaan kantor pusat tepat waktu. Pada kenyataannya, aktivitas proses produksi sering terjadi keterlambatan. Diduga, keterlambatan ini disebabkan oleh keterlambatan penerimaan dan rilis material di warehouse, serta seringnya rencana produksi mengalami perubahan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemodelan proses bisnis yang terkait dengan interaksi antara proses pengadaan material dan perencanaan produksi. Pemodelan proses bisnis bisa dilakukan dengan metode penggalian proses yang memanfaatkan data catatan kejadian pada sistem informasi perusahaan untuk membangun sebuah model. Algoritma yang digunakan adalah algoritma Heuristic miner. Pengerjaan tugas akhir ini bertujuan untuk memodelkan proses bisnis yang telah dijelaskan sebelumnya, ke dalam sebuah model proses yang berbentuk petri net. Kata Kunci: Proses bisnis, Perencanaan Sumber Daya Perusahaan, Penggalian Proses, Catatan Kejadian, Petri Net, Heuristic miner. 1. PENDAHULUAN Perusahaan yang sudah menggunakan aplikasi ERP biasanya mendefinisikan proses bisnis berdasarkan situasi ideal. Padahal dalam pelaksanaannya sangat mungkin terjadi perbedaaan antara proses bisnis yang telah didefinisikan dengan proses bisnis yang dilaksanakan sehari-hari (real processes). Misalnya ada aktivitas yang tidak dilalui oleh pengguna sistem pada proses bisnis tertentu. Hal ini bisa saja karena aktivitas yang dilewati tersebut tidak memiliki peran signifikan dalam proses yang sedang dilakukan. Untuk mendeteksi perbedaan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilakukan dengan membuat model proses bisnis dari aplikasi ERP. Tetapi, pembuatan model proses bisnis ini bukan hal yang mudah, mengingat banyaknya proses bisnis dan aktivitas yang terlibat didalamnya. Salah satu cara yang digunakan untuk membentuk model proses bisnis adalah dengan penggalian proses atau yang juga yang dikenal sebagai process mining. Teknik ini adalah salah satu teknik manajemen proses yang mengekstrak dan membentuk model dari sebuah proses bisnis dengan memanfaatkan informasi dari catatan kejadian sistem informasi perusahaan (Weber, 2009). Model yang terbentuk kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik tertentu, salah satunya adalah Petri Net, yaitu alat pemodelan matematik dan grafik yang menggambarkan sistem terdistribusi. Model yang dihasilkan dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan efisiensi proses bisnis yang sedang dijalankan (Murata, 1989). PT. XYZ Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang membuat komponen upper shoe dan sepatu untuk PT. XYZ international. Untuk membantu operasional proses bisnisnya perusahaan menggunakan aplikasi SAP. Proses bisnis utama yang terdapat di perusahaan ini adalah proses perencanaan produksi yang dijalankan dengan modul production planning (PP) dan proses pengadaan material yang dijalankan dengan modul material management (MM). Untuk itu berdasarkan permasalahan yang dijabarkan, pada tugas akhir ini akan dilakukan pemodelan terhadap proses pengadaan material yang berhubungan dengan proses perencanaan produksi. Dari hasil pemodelan tersebut akan dilakukan analisis untuk melihat bagaimana sebenarnya proses pengadaan material itu berjalan. 2. TEORI PENUNJANG a. Pemodelan Proses Bisnis Pemodelan proses bisnis didefinisikan sebagai sebuah gambaran sederhana dari proses bisnis (Carnaghan, 2005). Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan sebuah representasi tertentu dari informasi proses bisnis. Ada dua tipe Pemodelan Proses Bisnis, yaitu; sebagai model dasar (baseline) untuk situasi terkini dan sebagai model yang dituju (to be) untuk situasi baru yang ingin dicapai. b. Penggalian Proses Penggalian proses adalah istilah yang dipakai untuk metode penyulingan deskripsi proses 1

2 terstruktur dari kumpulan eksekusi nyata (Aalst, Adriansyah, & Karla, 2009). Ada dua alasan penggalian proses sangat bermanfaat; pertama, dapat digunakan sebagai perangkat untuk mengetahui bagaimana orang atau sebuah prosedur bekerja. Kedua, penggalian proses dapat digunakan untuk melakukan analisis Delta, seperti membandingkan proses aktual dengan proses bisnis yang telah ditentukan sebelumnya. c. Catatan Kejadian (Event Log) Catatan kejadian merupakan kumpulan catatan aktivitas-aktivitas yang dilakukan seorang pengguna di dalam sebuah sistem atau aplikasi sistem informasi. Sebuah catatan kejadian memuat kejadian. Kejadian adalah terjadinya aktivitas di dalam suatu proses tertentu pada sebuah kasus. d. Algoritma Heuristic miner Heuristic miner adalah algoritma yang menggunakan pendekatan lokal untuk membangun model proses. Algoritma ini merupakan pengembangan lanjut dari algoritma alpha dengan mempertimbangkan frekuensi urutan relasi di dalam catatan kejadian (Weijters & Aalst, 2009). Karakteristik ini yang membuat heuristic miner mampu menangani gangguan yang terjadi, dan juga dapat menentukan perilaku utama sistem. Algoritma heuristic miner mempertimbangkan urutan aktivitas di dalam kasus, bukan urutan kejadian antar kasus. Dengan rumus dependensi relasi (1) sebagai berikut: 1. a > w b adalah jumlah kejadian a > w b pada W 2. a => w b = (1) e. Dimensi Evaluasi Pengukuran performa model yang dihasilkan dengan Algoritma Genetika dapat diukur dengan menggunakan 3 dimensi evaluasi yaitu fitness, presisi, dan struktural (Rozinat, Medeiros, Gunther, Weijters, & Aalst, 2007). 1. Fitness Fitness digunakan untuk mengukur kesesuaian antara log peristiwa dan model proses. Nilai fitness bisa diukur menggunakan rumus berikut(rozinat & Aalst, 2009): (2) Keterangan k = jumlah jejak yang berbeda dengan catatan yang ada. Untuk setiap catatan jejak i (1 i k) ni = jumlah instan proses dari jejak i mi = jumlah token yang hilang dari jejak i ri = jumlah token yang tersisa dari jejak i pi = jumlah token yang diproduksi dari jejak i. Ukuran fitness yang dihasilkan mempunyai range 2. Presisi Presisi digunakan untuk mengukur ketepatan model proses yang dihasilkan. Ketepatan ini dilihat dari berapa banyak trace yang mungkin terbentuk dan bukan berasal dari log. Pengukuran presisi bisa dihitung menggunakan rumus Advaced Behavioral Appropriateness berikut (Rozinat & Aalst, 2009): (3) = relasi Sometimes follows = relasi Sometimes precedes = relasi Sometimes follows = relasi Sometimes precedes Ukuran advance behavioral appropriatenessyang dihasilkan mempunyai range 3. Struktural Dimensi struktural yang menunjukkan kompleksitas dari bentuk model dalam menangani XOR dan AND. Pengukuran dimensi ini dapat dihitung dengan rumus Advanced Structural Appropriateness berikut (Rozinat & Aalst, 2009): (4) Keterangan: Jumlah semua aktivitas yang terdapat = dalam sebuah model, termasuk juga aktivitas bayangan Jumlah dari jumlah aktivitas ganda = dalam sebuah model Jumlah aktivitas bayangan di dalam = sebuah model Ukuran Structural appropriateness yang dihasilkan mempunyai range. 3. METODOLOGI Metode ini digunakan sebagai panduan agar tahapan pengerjaan penelitian ini berjalan terarah dan sistematis. Tahapan metode penelitian dalam penyusunan penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1. Pengerjaan penelitian ini disesuaikan dengan kerangka konseptual penggalian proses, yang terdiri dari tiga fase. Fase fase ini digabungkan dengan dua aktivitas pengerjaan penelitian lainnya, yaitu tahap studi literatur, dan pembuatan laporan penelitian. 4. PEMODELAN PROSES BISNIS a. (6) Studi Kasus Proses perencanaan produksi pada PT. XYZ Indonesia dilakukan oleh divisi main planning. Tidak hanya membuat perencanaan awal, main planning juga bertugas untuk terus memantau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tidak jarang sebuah perencanaan yang telah dibuat, harus dilakukan perubahan karena berbagai alasan, tetapi mayoritas perubahannya disebabkan karena ada perubahan pada prognosis dari PT. XYZ Internasional. 2

3 Gambar 1 Metodologi Penelitian Pada proses perencanaan produksi sendiri terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan oleh seorang main planner dalam kesehariannya. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah : 1. Run MRP (Materials Requirement Planning) merupakan aktivitas yang dilakukan pada perangkat lunak SAP untuk menghitung kebutuhan berdasarkan struktur produk. Pada PT. XYZ Indonesia, aktivitas ini dilakukan secara otomatis oleh sistem setiap seminggu sekali pada hari Rabu malam. 2. Planned Order merupakan rencana produksi yang dihasilkan dari aktivitas Run MRP. Sebuah planned order bisa dimaknai sebagai proposal dari sistem bahwa dibutuhkan sejumlah perencanaan untuk memenuhi kebutuhan produk atau material yang berada di tingkat lebih atas. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian studi kasus, bahwa pada proses rilis order akan ditentukan produk yang diproduksi, material apa yang digunakan, kapan produksi dimulai, kapan selesai, dan sebagainya. Semua informasi ini tersimpan di dalam sebuah plan order. Perubahan planned order yang dilakukan seorang main planner mencakup beberapa hal, yaitu: a. Merubah status material b. Mengubah rencana waktu mulai proses produksi c. Mengubah rencana waktu selesai proses produksi d. Mengubah rencana waktu penerimaan material e. Menghapus atau mengganti komponen material Dari kelima hal di atas, perubahan (a) merupakan hal yang wajar, dan dilakukan dalam selang waktu sekali dalam seminggu. Perubahan (b), dan (c) merupakan perubahan yang hanya dilakukan apabila terjadi perubahan prognosis dari PT. XYZ Internasional. Perubahan yang terjadi adalah penambahan jumlah produksi atau perubahan tenggat waktu pengiriman produk akhir ke warehouse PT. XYZ Internasional. Hal ini menyebabkan PT. XYZ Indonesia harus mengimbangi perubahan ini dengan memajukan atau memundurkan jadwal produksi. Konsekuensi dari hal ini adalah terjadi perubahan prioritas planned order. Cara penentuan prioritas sendiri dilihat berdasarkan kedekatan waktu produksi. Jika semakin dekat, maka prioritas akan semakin tinggi. Prioritas yang dimaksud yaitu prioritas untuk mendapatkan komponen material. Semakin tinggi prioritas sebuah planned order, maka semakin diutamakan untuk komponen materialnya bisa segera terpenuhi. Caranya adalah dengan mengambil alih alokasi komponen material dari planned order yang tidak menjadi prioritas. Pengalihan ini dimungkinkan terjadi karena sebuah komponen material tidak dikunci khusus pada satu planned order. Alasan tidak dikunci karena untuk menjaga perubahan-perubahan yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika dikunci, maka PT. XYZ Indonesia harus selalu memesan komponen material lagi setiap ada perubahan. Hal ini dihindari, karena akan menyebabkan penumpukan material dan juga menyebabkan pembengkakan biaya. 3. Status Material merupakan aktivitas penentuan status dari sebuah komponen material yang digunakan untuk satu produk tertentu. Kebutuhan komponen material akan dibandingkan dengan jumlah ketersediaan komponen material pada inventori PT. XYZ Indonesia. Berdasarkan hasil perbandingan itu, ada empat jenis status yang telah ditetapkan oleh PT. XYZ Indonesia, yaitu: a. Material Status A, apabila saat ini jumlah ketersediaan komponen material di inventori kurang dari kebutuhannya, dan bagian main planning telah mengajukan rekuisisi pembelian kepada departemen pembelian (purchasing) untuk membeli komponen material yang dimaksud. b. Material Status B, apabila saat ini jumlah ketersediaan komponen material di inventori kurang dari kebutuhannya, dan departemen pembelian telah mengirimkan perintah pemesanan (purchase order) kepada pemasok, tetapi belum mendapat konfirmasi kesanggupan atau kapan komponen material akan dikirim oleh pemasok. c. Material Status L, apabila saat ini jumlah ketersediaan komponen material di inventori kurang dari kebutuhannya, tetapi pemasok telah mengkonfirmasi kesanggupannya untuk menyediakan komponen material atau saat ini komponen material dalam proses pengiriman d. Material Status C, adalah status yang muncul jika jumlah ketersediaan komponen material di inventori bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan material. 4. Materials Issued merupakan aktivitas yang hanya bisa dilakukan apabila status sebuah material adalah C. Di dalam aktivitas ini pihak warehouse mulai mengeluarkan komponen material sesuai dengan kebutuhan yang diminta. Tetapi, tidak ada sebuah pengikat atau jaminan yang menunjukkan bahwa 3

4 sebuah komponen material akan dikunci khusus pada satu planned order saja. 5. Start Production merupakan aktivitas terakhir dalam rangkaian proses perencanaan produksi. Sebuah plan order sebelumnya harus dikonversi menjadi production order baru kemudian bisa dimulai proses produksinya. b. Data Pengambilan data terdiri atas 4 fase, yaitu: 1. Fase persiapan Fase ini dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas pada proses bisnis, memetakan aktivitasaktivitas tersebut dengan tabel basis data SAP, dan menentukan atribut-atribut yang relevan. Kegiatan ini ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Fase Persiapan Data Tabel Aktivitas Atribut SAP Planned Order Material Status Materials Issued Start Production PLAF PLAF AUFM AFKO Order Number Material Planned Order Qty Requirement Qty Order Finish Date Production Start Date Production Finish Date Date of Action (Creation) Availability Confirm Material Order Number Posting Date Order Number Actual Start Date Actual Finish Date Created On 2. Fase Ekstraksi Langkah ekstraksi data dilakukan dengan mengakses software SAP, dengan transaction code SE16. Kemudian untuk setiap tabel yang akan diekstrak datanya, ambil masing-masing atribut yang telah ditentukan. 3. Strukturisasi Data Data yang telah diekstrak kemudian disusun ke dalam format catatan kejadian (event log), yaitu sebagai berikut: a. Material+Size, berasal dari atribut material b. OrderNo, berasal dari atribut order number c. Nama Aktivitas d. Tanggal aktivitas, berasal dari date of creation 4. Konversi Data Data yang telah diambil kemudian harus dikonversi ke dalam format yang bisa dibaca oleh perangkat lunak ProM. Proses konversi dibantu oleh tool Disco. c. Penggalian Proses 1. Input Pada tahap ini, masukan yang digunakan adalah data catatan kejadian yang telah dikonversi ke dalam format.mxml. Selain itu, pada algoritma Heuristic miner, terdapat beberapa parameter yang perlu diatur. Parameter tersebut antara lain: a. Parameter relative-to-best threshold b. Parameter positive observations c. Parameter dependency threshold Penjelasan mengenai maksud dari ketiga parameter dan bagaimana nilai ambang atau nilai parameter berdasarkan tujuan pembuatan model proses telah dijelaskan di bab 2,yaitu berdasarkan tujuan model yang ingin diperoleh hasilnya. Pada tugas akhir ini, ada dua tujuan model yang ingin dilihat hasilnya, yaitu: a. Model proses ideal, artinya model yang mendekati dengan ketentuan perusahaan, tanpa mempertimbangkan kasus-kasus dengan frekuensi yang kecil. Hal ini agar bisa dilakukan perbandingan dengan ketetapan dari PT. XYZ Indonesia. b. Model proses non-ideal, artinya model yang mendeteksi semua jenis kasus yang terdapat pada data catatan kejadian, termasuk kasus dengan frekuensi kejadian kecil. Berbeda dengan model pertama, model kedua ini akan digunakan untuk melihat variasi kasus atau skenario-skenario yang muncul pada proses perencanaan di PT. XYZ Indonesia. 2. Proses Penggalian proses dilakukan dengan menggunakan tool ProM, dengan pilihan algoritma adalah heuristic miner. Kemudian untuk parameter yang digunakan, akan dibedakan berdasarkan kedua tujuan model yang telah disebutkan sebelumnya. Nilai untuk setiap parameter ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2 Input penggalian proses model Parameter (a) Parameter (b) Parameter (c) Output Hasil penggalian proses terdiri dari petri net model proses dan skenario-skenario yang terdapat pada data catatan kejadian. Oleh karena parameter yang digunakan berbeda, maka petri net yang dihasilkan juga berbeda. Berikut ini penjelasan untuk setiap petri net dan skenario yang muncul. a. Model proses parameter ideal Nilai parameter yang berperan untuk menghasilkan model heuristic net seperti pada gambar 2 adalah parameter ambang batas dependensi, yang diberikan nilai sebesar 0,9. Hanya relasi antar dua aktivitas yang memiliki nilai dependensi mulai dari 0,9 ke atas yang dibolehkan masuk ke dalam model. Jika diamati pada gambar 2, semua relasi dependensi antar aktivitas adalah yang memiliki nilai probabilitas dependensi antara 0,991 hingga 0,999. Setelah mendapatkan model heuristic net, berikutnya adalah mengubahnya ke bentuk model petri net. Perubahan ini bisa dilakukan secara otomatis 4

5 menggunakan bantuan perangkat lunak ProM. Hasilnya ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 2 Heuristic net parameter model ideal Gambar 3 Petri net parameter model ideal b. Model proses parameter non-ideal Model yang dihasilkan dari masukan parameter model non-ideal ditunjukkan pada gambar 4. Pada gambar terlihat ada perbedaan dengan model proses dari parameter ideal, yaitu relasi dependensi antara aktivitas material status C dengan aktivitas Start Production ikut masuk ke dalam model heuristic net. Gambar 4 Heuristic net parameter model non-ideal Masuknya relasi dependensi yang disebutkan sebelumnya adalah sebagai akibat dari nilai ambang batas dependensi yang diturunkan dari 0,9 menjadi 0,1. Sehingga, relasi dependensi yang memiliki nilai probabilitas dependensi lebih dari 0,1 akan dianggap relasi normal atau wajar, dan dimasukkan pada model heuristic net dan model petri net. Setelah mendapatkan heuristic net, langkah selanjutnya adalah mengubah heuristic net menjadi petri net. Perubahan ini perlu dilakukan, karena petri net merupakan salah satu bentuk representasi pemodelan proses bisnis. Sedangkan heuristic net tidak termasuk ke sebagai alat representasi. Hasil perubahan dari kedua jenis heuristic net ditunjukkan melalui gambar 5. Gambar 5 petri net parameter model non-ideal c. Skenario Keluaran lain dari penggalian proses adalah skenario. Berikut adalah keterangan singkat mengenai kedelapan skenario tersebut. 1. Skenario 1 : Run MRP Plan Order Material Status C Run MRP Materials Issued Start Production. 2. Skenario 2 : Run MRP Plan Order Material Status L Run MRP Materials Issued Start production. 3. Skenario 3 : Run MRP Plan Order Material Status L Run MRP Material Status L Run MRP Material Status L Run MRP Material Status L Run MRP Materials Issued Start Production. 4. Skenario 4 : Run MRP Plan Order Material Status L Run MRP Material Status C Run MRP Materials Issued Start Production. 5. Skenario 5 : Run MRP Plan Order Material Status A Run MRP Material Status L Run MRP Material Status L Run MRP Materials Issued Start Production 6. Skenario 6 : Run MRP Plan Order Material Status C Run MRP Material Status C Run MRP Material Status C Run MRP Materials Issued Start Production. 7. Skenario 7 : Run MRP Plan Order Material Status L Run MRP Material Status B Run MRP Material Status B Run MRP Material Status L Run MRP Materials Issued Start Production. 8. Skenario 8 : Run MRP Plan Order Material Status L Run MRP - Material Status L Run MRP - Material Status B Run MRP - Materials Issued Start Production. 5. ANALISIS Analisis dilakukan dengan membandingkan kedua petri net yang dihasilkan dari bagian sebelumnya. Kemudian dilakukan evaluasi kedua model dengan membandingkan nilai dimensi fitness, presisi, dan struktur. a. Perbandingan Aktivitas pada Model Proses Urutan aktivitas pada model non-ideal terlihat lebih kompleks dibandingkan dengan proses bisnis ideal. Pada model petri net terlihat ada urutan aktivitas yang berjalan dalam mode perulangan. Pada petri net model proses non-ideal yang ditunjukkan pada gambar 5, terlihat bahwa ada 5

6 aktivitas lain yang muncul. Aktivitas ini ditunjukkan dengan kotak hitam pada model, atau aktivitas ini dikenal dengan nama aktivitas bayangan. Aktivitas ini merupakan aktivitas yang tidak terdapat pada data catatan kejadian, dan secara otomatis ditambahkan oleh perangkat lunak ProM untuk membantu keperluan rute pada model. Pada kenyataannya, aktivitas bayangan ini tidak ada. Dari segi urutan aktivitas, terlihat bahwa urutan perubahan aktivitas berjalan dalam mode perulangan. Ada juga urutan aktivitas yang berbeda dengan hasil wawancara dari main planner. b. Evaluasi Model Evaluasi kedua model dilakukan dengan mencari nilai untuk dimensi fitness, presisi, dan struktur. Cara perhitungan untuk ketiga dimensi ini telah dijabarkan pada teori penunjang. Sedangkan hasil penghitungan untuk kedua model ditunjukkan pada tabel 3. Tabel 3 Hasil evaluasi model berdasarkan 3 dimensi Model Fitness Presisi Struktur Model Proses Ideal 0,93 0,83 1 Model Proses Non-ideal 0,87 0,78 0,8 Dari hasil evaluasi yang ditunjukkan pada tabel 3, terlihat bahwa nilai ketiga dimensi untuk model proses ideal lebih tinggi dibandingkan dengan nilai untuk model proses non-ideal. Penyebab utama yang membuat nilai evaluasi model proses non-ideal cukup rendah adalah karena terdapat dua aktivitas bayangan yang sebenarnya tidak terdapat pada data catatan kejadian. Dengan adanya kedua aktivitas bayangan tersebut, dari model proses non-ideal akan sangat mungkin menghasilkan kasus baru yang tidak ada pada data catatan kejadian, hal ini menyebabkan nilai presisi menjadi rendah. Untuk dimensi struktur, yang dinilai adalah adanya aktivitas yang redundan atau aktivitas bayangan. Karena pada model proses non-ideal terdapat dua aktivitas bayangan, sehingga nilai dimensi struktur tidak bisa mencapai nilai optimal. Dimensi fitness memiliki nilai yang rendah, hal ini karena pada saat pengulangan skenario atau log replay, ada token yang selalu tersisa (remaining) pada akhir pengulangan. Posisi terjadinya hal ini adalah pada aktivitas bayangan. Semakin banyak token yang tersisa, membuat nilai fitness model semakin menurun. 6. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan penggalian proses dan analisis yang telah dilakukan, berikut adalah beberapa kesimpulan yang diperoleh: 1. Jumlah aktivitas pada model proses ideal adalah sebanyak 8 aktivitas, dan sesuai dengan aktivitas yang diidentifikasi saat pengambilan data. Sedangkan pada model proses non-ideal terdapat 10 aktivitas, yang mana 2 aktivitas lainnya merupakan aktivitas bayangan yang sebenarnya tidak ada pada pre-defined business process. 2. Urutan aktivitas pada model proses ideal dan non-ideal sama berjalan dalam mode perulangan. Hal yang membedakan adalah pada model nonideal, setelah aktivitas Material Status C ada kemungkinan untuk diikuti oleh aktivitas Start Production. Padahal dalam kenyataannya, urutan ini tidak didefinisikan. 3. Nilai parameter yang berperan penting adalah nilai dependency threshold. Nilai ini yang menentukan apakah relasi antara dua aktivitas bisa diikutkan di dalam sebuah model proses atau tidak. 4. Semakin rendah nilai dependency threshold dimasukan, maka semakin banyak pula urutan relasi aktivitas yang masuk ke dalam model. Sebaliknya, jika semakin tinggi, maka semakin sedikit urutan relasi aktivitas yang masuk ke dalam model b. Saran Beberapa saran yang bisa diberikan untuk pengembangan penelitian ini adalah: 1. Sebaiknya dilakukan identifikasi terlebih dahulu pada jenis data catatan kejadian yang diperoleh. Algoritma heuristic miner lebih cocok digunakan pada data catatan kejadian yang berada pada skala kecil, dan tidak terlalu banyak aktivitas di dalam proses. 2. Selain parameter dependency threshold, masih ada beberapa parameter lain, yang diduga bisa digunakan untuk memunculkan jenis model proses yang berbeda. 7. DAFTAR PUSTAKA [1] Aalst, W. v., Weijters, A., & Ma, L. (2009). Workflow Mining: Discovering process models from event logs. Department of Technology Management, Eindhoven University of Technology. [2] Carnaghan, C. (2005). Business Process Modeling Approaches in the Context of Process Level Audit Risk. School of Accountancy, University of Waterloo. [3] M.S., S., & R.J., R. S. (2010). A Role of HM Algorithm in the Business Process System. int. J. Comp. Tech. Appl. Vol. 2(2), [4]Piessens, D. (2011). Event Log Extraction from SAP ECC 6.0. Eindhoven: Department of Mathematics and Computer Science, Eindhoven University of Technology. [4] Rozinat, A., & Aalst, W. v. (2009). Conformance Checking of Processes Based on Monitoring Real Behavior. [5] Weijters, A., Aalst, W. v., & A.K. (2009). Process Mining with the HeuristicsMiner Algorithm. Department of Technology Management, Eindhoven University of Technology. 6

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PEMBUATAN MODEL PROSES MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER UNTUK ANALISIS INTERAKSI PROSES BISNIS PERENCANAAN

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 PEMBUATAN MODEL PROSES BISNIS SAP ERP DALAM INTERAKSI ANTARA MODUL MATERIALS MANAGEMENT DAN PRODUCTION PLANNING DI PT.XYZ DENGAN ALGORITMA ALPHA++ DAN ALGORITMA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ALGORITMA PENGGALIAN PROSES UNTUK PEMODELAN PROSES BISNIS PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGADAAN MATERIAL DENGAN KRITERIA CONTROL-FLOW

ANALISIS KINERJA ALGORITMA PENGGALIAN PROSES UNTUK PEMODELAN PROSES BISNIS PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGADAAN MATERIAL DENGAN KRITERIA CONTROL-FLOW ANALISIS KINERJA ALGORITMA PENGGALIAN PROSES UNTUK PEMODELAN PROSES BISNIS PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGADAAN MATERIAL DENGAN KRITERIA CONTROL-FLOW Rachmadita Andreswari 1), Mahendrawathi ER 2) 1 Program

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODEL PROSES INTERAKSI PERENCANAAN PRODUKSI DAN MANAJEMEN MATERIAL PADA ERP DENGAN PROCESS MINING

PEMBUATAN MODEL PROSES INTERAKSI PERENCANAAN PRODUKSI DAN MANAJEMEN MATERIAL PADA ERP DENGAN PROCESS MINING Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 22 September 2014 PEMBUATAN MODEL PROSES INTERAKSI PERENCANAAN PRODUKSI DAN MANAJEMEN MATERIAL PADA ERP DENGAN PROCESS MINING Mahendrawathi ER 1), Renny P.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ALGORITMA PENGGALIAN PROSES UNTUK PEMODELAN PROSES BISNIS PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGADAAN MATERIAL PADA PT

ANALISIS KINERJA ALGORITMA PENGGALIAN PROSES UNTUK PEMODELAN PROSES BISNIS PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGADAAN MATERIAL PADA PT ANALISIS KINERJA ALGORITMA PENGGALIAN PROSES UNTUK PEMODELAN PROSES BISNIS PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGADAAN MATERIAL PADA PT.XYZ DENGAN KRITERIA CONTROL-FLOW Rachmadita Andreswari 1), Mahendrawathi ER

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Analisis Pengaruh Volume dan Variasi Artikel terhadap Lead Time Penyelesaian Pengepakan di Production Distribution Center

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN MATERIAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROSES DI GUDANG MATERIAL PT.XYZ MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER

ANALISIS PERGERAKAN MATERIAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROSES DI GUDANG MATERIAL PT.XYZ MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER TUGAS AKHIR KS 091336 ANALISIS PERGERAKAN MATERIAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROSES DI GUDANG MATERIAL PT.XYZ MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER Ika Rakhma Kusuma Wardhani 5210100143 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN MATERIAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROSES DI GUDANG MATERIAL PT.XYZ MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER

ANALISIS PERGERAKAN MATERIAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROSES DI GUDANG MATERIAL PT.XYZ MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.1, (2014) 1-6 1 ANALISIS PERGERAKAN MATERIAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROSES DI GUDANG MATERIAL PT.XYZ MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC MINER Ika Rakhma Kusuma Wardhani

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PROCESS MINING PADA E-COMMERCE

PEMANFAATAN PROCESS MINING PADA E-COMMERCE PEMANFAATAN PROCESS MINING PADA E-COMMERCE Wawan Yunanto 1), Kartina Diah KW 2) 1) Program Studi Sistem Informasi, Politeknik Caltex Riau 2) Program Studi Teknik Informatika, Politeknik Caltex Riau Jl.Umban

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian dan Variasi Pola Pengambilan Mata Kuliah Terhadap Kurikulum Dengan Teknik Penggalian Proses

Analisis Kesesuaian dan Variasi Pola Pengambilan Mata Kuliah Terhadap Kurikulum Dengan Teknik Penggalian Proses A301 Analisis Kesesuaian dan Variasi Pola Kuliah Terhadap Kurikulum Dengan Teknik Penggalian Proses Fariz Khairul A, Mahendrawathi ER, S.T., M.Sc., Ph.D Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

Identifikasi Bottleneck pada Hasil Ekstraksi Proses Bisnis ERP dengan Membandingkan Algoritma Alpha++ dan Heuristics Miner

Identifikasi Bottleneck pada Hasil Ekstraksi Proses Bisnis ERP dengan Membandingkan Algoritma Alpha++ dan Heuristics Miner JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-322 Identifikasi Bottleneck pada Hasil Ekstraksi Proses Bisnis ERP dengan Membandingkan Algoritma Alpha++ dan Heuristics Miner Laeila Mardhatillah,

Lebih terperinci

Suviani Ningrum Dosen Pembimbing I : Mahendrawathi Er. S.T., M.Sc., Ph.D.

Suviani Ningrum Dosen Pembimbing I : Mahendrawathi Er. S.T., M.Sc., Ph.D. TUGAS AKHIR KS 091336 ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN VARIASI ARTIKEL TERHADAP LEAD TIME PENYELESAIAN PENGEPAKAN DI PRODUCTION DISTRIBUTION CENTER PT. XYZ DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DUPLICATE GENETIC Suviani

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KUALITAS MATERIAL TERHADAP PROSES BISNIS PENERIMAAN MATERIAL PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA DUPLICATE GENETIC DI PT.

ANALISIS DAMPAK KUALITAS MATERIAL TERHADAP PROSES BISNIS PENERIMAAN MATERIAL PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA DUPLICATE GENETIC DI PT. 1 TUGAS AKHIR KS 091336 ANALISIS DAMPAK KUALITAS MATERIAL TERHADAP PROSES BISNIS PENERIMAAN MATERIAL PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA DUPLICATE GENETIC DI PT. XYZ Dita Pramitasari NRP 5210 100 148 Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KUALITAS MATERIAL TERHADAP PROSES BISNIS PENERIMAAN MATERIAL PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA DUPLICATE GENETIC DI PT.

ANALISIS DAMPAK KUALITAS MATERIAL TERHADAP PROSES BISNIS PENERIMAAN MATERIAL PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA DUPLICATE GENETIC DI PT. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.1, (2014) 1-6 1 ANALISIS DAMPAK KUALITAS MATERIAL TERHADAP PROSES BISNIS PENERIMAAN MATERIAL PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA DUPLICATE GENETIC DI PT. XYZ Dita Pramitasari,

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A777 Analisis Pola Hubungan Kerja Antar Tenaga Medis dalam Melayani Pasien Diabetes dan Komplikasinya pada Rawat Inap RS XYZ Menggunakan Teknik Process mining Muhammad Rafdi Syarifuddin dan Mahendrawathi

Lebih terperinci

Evaluasi Proses Bisnis ERP dengan Menggunakan Process Mining (Studi Kasus : Goods Receipt (GR) Lotte Mart Bandung)

Evaluasi Proses Bisnis ERP dengan Menggunakan Process Mining (Studi Kasus : Goods Receipt (GR) Lotte Mart Bandung) Evaluasi Proses Bisnis ERP dengan Menggunakan Process Mining (Studi Kasus : Goods Receipt (GR) Lotte Mart Bandung) Satriyo Wicaksono 1, Imelda Atastina 2, Angelina Prima Kurniati 3 1,2,3 Prodi Informatika

Lebih terperinci

Evaluasi Proses Bisnis ERP dengan Menggunakan Process Mining (Studi Kasus : Goods Receipt (GR) Lotte Mart Bandung)

Evaluasi Proses Bisnis ERP dengan Menggunakan Process Mining (Studi Kasus : Goods Receipt (GR) Lotte Mart Bandung) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.1, No.1 Desember 2014 Page 677 Evaluasi Proses Bisnis ERP dengan Menggunakan Process Mining (Studi Kasus : Goods Receipt (GR) Lotte Mart Bandung) Satriyo

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 9, September 2018, hlm. 3087-3094 http://j-ptiik.ub.ac.id Pemodelan dan Evaluasi Proses Bisnis Berdasarkan Hasil

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

Analisis Pola Pengambilan Mata Kuliah dan Kinerja Mahasiswa Tiap Angkatan dengan Menggunakan Teknik Process Mining

Analisis Pola Pengambilan Mata Kuliah dan Kinerja Mahasiswa Tiap Angkatan dengan Menggunakan Teknik Process Mining A295 Analisis Pola Pengambilan Mata Kuliah dan Kinerja Mahasiswa Tiap Angkatan dengan Menggunakan Teknik Process Mining Satrio Adi Priyambada dan Mahendrawathi ER., S.T., M.Sc., Ph.D. Jurusan Sistem Informasi,

Lebih terperinci

Heuristics Miner. A. Proses Bisnis Pada Pengadaan Barang dan Jasa 'Establish the goods and services that will be

Heuristics Miner. A. Proses Bisnis Pada Pengadaan Barang dan Jasa 'Establish the goods and services that will be ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 1332 Process Mining Pada Proses Pengadaan Barang dan Jasa Dengan Menggunakan Algoritma Heuristic Miner (Studi Kasus : Unit Logistik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Proses Bisnis bagian Produksi di PT Gramasurya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Proses Bisnis bagian Produksi di PT Gramasurya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemodelan Proses Bisnis bagian Produksi di PT Gramasurya Gambar 4. 1 Proses Bisnis bagian Produksi Proses produksi di PT Gramasurya dimulai dengan menginput data pemesanan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 124 BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 4.1 Evaluasi Perspektif dalam IT Balanced Scorecard Sesudah menetapkan ukuran dan sasaran strategis dari masing-masing perspektif IT balanced

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri saat ini sudah semakin berkembang, beberapa tahun belakangan ini persaingan dalam dunia industri di negara Indonesia menjadi sangat ketat. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG

BAB III TEORI PENUNJANG BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 Teori Penunjang Proyek Akhir Di dalam melaksanakan Proyek Akhir di PT Pertamina (Persero) Aviation Region III kita mempunyai bekal ilmu yang di dapat dari perkuliahan khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, sumber daya manusia, piranti lunak (software), dan piranti keras. dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI).

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, sumber daya manusia, piranti lunak (software), dan piranti keras. dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang semakin meningkat membuat kalangan dunia usaha terus meningkatkan daya saingnya, dengan cara perbaikan struktur organisasi dan manajemen, sumber daya

Lebih terperinci

JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016 ISSN X

JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016 ISSN X RANCANG BANGUN APLIKASI PERENCANAAN PRODUKSI KEBUTUHAN BAHAN BAKU PADA CV. MITRA TECHNO SAINS BERBASIS WEB Kentdra Handyono 1) Sri Hariani Eko Wulandari 2) Rudi Santoso 3) S1 / Jurusan Sistem Informasi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-100

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-100 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-100 Identifikasi dan Pemodelan Sistem Pengkajian Makalah Menggunakan Pendekatan Berbasis Proses (Studi Kasus: Jurnal Sisfo) Chandra

Lebih terperinci

e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 1517

e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 1517 eproceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 1517 Implementasi Process Mining pada Prosedur Pengendalian dengan Menggunakan Algoritma Heuristic Miner (Studi Kasus : Institut Teknologi Telkom)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengembangan Sistem Informasi adalah sesuatu yang penting untuk memenuhi kebutuhan pada suatu perusahaan, baik membuat ataupun menyesuaikan suatu sistem informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan bahan baku (Bhattacharyya, 2011). target penjualan (made to stock) dan pesanan pelanggan (made to order) untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan bahan baku (Bhattacharyya, 2011). target penjualan (made to stock) dan pesanan pelanggan (made to order) untuk BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang UD Eka adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi kebutuhan alas kaki, produk yang dihasilkan antara lain sandal, sol dan sepatu. Perusahaan yang berdiri sejak tahun

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN PENERAPAN ERP PADA PT. PWI DENGAN MENGGUNAKAN SWOT

ANALISA KELAYAKAN PENERAPAN ERP PADA PT. PWI DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISA KELAYAKAN PENERAPAN ERP PADA PT. PWI DENGAN MENGGUNAKAN SWOT Nikodemus Handrianto, Rully Soelaiman Jurusan Manajemen Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Kampus

Lebih terperinci

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N K E L O M P O K S O Y A : A H M A D M U K T I A L M A N S U R B A T A R A M A N U R U N G I K A N O V I I N D R I A T I I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N S A L I S U B A K T I T R I W U L A N D

Lebih terperinci

Analisis dan Implementasi Process Mining Menggunakan Fuzzy Mining (Studi Kasus: Data BPI Challenge 2014)

Analisis dan Implementasi Process Mining Menggunakan Fuzzy Mining (Studi Kasus: Data BPI Challenge 2014) e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 6248 Analisis dan Implementasi Process Mining Menggunakan Fuzzy Mining (Studi Kasus: Data BPI Challenge 2014) Muhammad Agung1, Angelina Prima

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Koordinasi kerja biasanya lebih sering digunakan dalam proses bisnis logistik.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Koordinasi kerja biasanya lebih sering digunakan dalam proses bisnis logistik. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Koordinasi Kerja Koordinasi kerja biasanya lebih sering digunakan dalam proses bisnis logistik. Namun, ada juga yang menggunakannya untuk masalah logistik di kantor. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH 3.1 Pengembangan Kerangka Kerja Secara garis besar terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini. Langkah-langkah tersebut yaitu studi

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

Kostumisasi Rancangan Sistem Informasi Manufaktur pada Impelementasi PowerMax (Studi Kasus PT. ALSTOM Power ESI) Pratama.W.Budiarta /

Kostumisasi Rancangan Sistem Informasi Manufaktur pada Impelementasi PowerMax (Studi Kasus PT. ALSTOM Power ESI) Pratama.W.Budiarta / Kostumisasi Rancangan Sistem Informasi Manufaktur pada Impelementasi PowerMax (Studi Kasus PT. ALSTOM Power ESI) Pratama.W.Budiarta / 9107201306 Daftar Isi 1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 3. Metodologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan finansial yang akurat, sesuai dengan kondisi bisnis, baik di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan finansial yang akurat, sesuai dengan kondisi bisnis, baik di dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di dalam dunia bisnis tidak lepas kaitannya dengan sisi ekonomi dari bisnis. Segala bentuk implementasi teknologi informasi selalu

Lebih terperinci

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART 2

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART 2 SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART 2 Manufacture Proses produksi berdasarkan material (bahan baku) yang telah didapatkan pada proses procurement, dan berdasarkan Bill of Material (BOM) yang telah dibuat Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan berhasil apabila penelitian tersebut dilakukan berdasarkan langkah langkah yang sudah ditetapkan. Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia teknologi khususnya komputer yang semakin baik halam hal perangkat lunak maupun perangkat keras dan pentingnya informasi yang dikelolah,

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 Materi #6 Perencanaan Produksi 2 Perencana produksi adalah karyawan yang berinteraksi dengan sistem persediaan dan sales forecast untuk menentukan berapa banyak yang akan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi Modul ke: Sistem Informasi Akuntansi I Fakultas 13Feb Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Afrizon, SE, M.Si, Ak Program Studi Akuntansi Sejarah ERP ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning

Lebih terperinci

BAB IV GLOBAL PURCHASE ORDER

BAB IV GLOBAL PURCHASE ORDER BAB IV GLOBAL PURCHASE ORDER 4.1 Arsitektur Bisnis Arsitektur Bisnis pada aplikasi Global Purchase Order (GPO) ini digambarkan melalui beberapa komponen yang tercantum pada bab ini dan bab sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Persaingan di dunia bisnis semakin kompleks, banyak hal yang harus diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis yang mereka kembangkan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang berorientasi pada objek-objek yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E*/**

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E*/** APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E*/** Pertemuan 4 Enterprise Resource Planning (ERP) PEMAHAMAN ERP Perencanaan sumber daya perusahaan atau yang sering dikenal ERP adalah : Sistem informasi yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan kini telah menjadi sebuah tuntutan. Penerapan Teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan kini telah menjadi sebuah tuntutan. Penerapan Teknologi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan Teknologi Informasi untuk mendukung proses bisnis pada sebuah perusahaan kini telah menjadi sebuah tuntutan. Penerapan Teknologi diharapkan menjadi sebuah

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika Rozak Arief Pratama 1, Esmeralda C. Djamal, Agus Komarudin Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal

Lebih terperinci

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN Di susun oleh: Bayu Saputra 09.11.3160 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Advance supply chain planning Tinjauan sekarang banyak perubahan yang cepat pada

Lebih terperinci

Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis

Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis Pertemuan 3 Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis KA2113 Enterprise Resource Planning Dasar Semester Ganjil 2014/2015 Disampaikan oleh: "Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di

Lebih terperinci

MANAJEMEN RESIKO PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MYBIZ 2 DI SOFTWARE HOUSE ABC

MANAJEMEN RESIKO PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MYBIZ 2 DI SOFTWARE HOUSE ABC MANAJEMEN RESIKO PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MYBIZ 2 DI SOFTWARE HOUSE ABC Yulianto, Aris Tjahyanto Bidang Keahlian Manajemen Teknologi Informasi Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN MODUL MANAJEMEN MATERIAL (MM) SAP UNTUK PENGADAAN MATERIAL DI PT. PETROKIMIA GRESIK

EVALUASI PENERAPAN MODUL MANAJEMEN MATERIAL (MM) SAP UNTUK PENGADAAN MATERIAL DI PT. PETROKIMIA GRESIK TUGAS AKHIR KS141501 EVALUASI PENERAPAN MODUL MANAJEMEN MATERIAL (MM) SAP UNTUK PENGADAAN MATERIAL DI PT. PETROKIMIA GRESIK EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF SAP MATERIAL MANAGEMENT (MM) MODULE FOR PROCUREMENT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak menjadi suatu hal yang baru bagi kita. Berbagai perkembangan dan riset teknologi terjadi di beberapa sektor. Diantaranya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

Process Mining pada Proses Pengadaan Buku dengan Algoritma Heuristic Miner (Studi Kasus : Perpustakaan Universitas Telkom)

Process Mining pada Proses Pengadaan Buku dengan Algoritma Heuristic Miner (Studi Kasus : Perpustakaan Universitas Telkom) Process Mining pada Proses Pengadaan Buku dengan Algoritma Heuristic Miner (Studi Kasus : Perpustakaan Universitas Telkom) Harin Veradistya Maharani 1, Angelina Prima Kurniati, ST., MT. 2, Imelda Atastina,

Lebih terperinci

Analisis dan Implementasi Process Mining Menggunakan Fuzzy Mining (Studi Kasus: Data BPI Challenge 2014)

Analisis dan Implementasi Process Mining Menggunakan Fuzzy Mining (Studi Kasus: Data BPI Challenge 2014) Analisis dan Implementasi Process Mining Menggunakan Fuzzy Mining (Studi Kasus: Data BPI Challenge 2014) Muhammad Agung 1, Angelina Prima Kurniati 2, S.T, M.T, Alfian Akbar Gozali S.T, M.T 3 1 Prodi S1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis tidak terlepas dari perkembangan teknologi, teknologi membantu perusahaan untuk mempertahankan bahkan mengembangkan competitive advantage

Lebih terperinci

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */**

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */** APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */** SAP (System Application and Product in data processing ) Pertemuan 6 PENGENALAN SAP SAP is Systems, Applications, Products in Data processing Founded in 1972 by 5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii PERUNTUKAN... iii AYAT AL-QURAN... iv PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KS141501

TUGAS AKHIR KS141501 TUGAS AKHIR KS141501 EVALUASI IMPLEMENTASI MODUL SALES AND DISTRIBUTION (SD) SAP PADA PROSES BISNIS PENJUALAN PRODUK KEPADA PELANGGAN JENIS MODERN TRADE STUDI KASUS : PT. XYZ INDONESIA TBK. EVALUATION

Lebih terperinci

EVALUASI MODEL NAVIGASI PADA ONLINE ASSESSMENT TEST MENGGUNAKAN PROCESS MINING STUDI KASUS : THE BRITISH ENGLISH COURSE

EVALUASI MODEL NAVIGASI PADA ONLINE ASSESSMENT TEST MENGGUNAKAN PROCESS MINING STUDI KASUS : THE BRITISH ENGLISH COURSE EVALUASI MODEL NAVIGASI PADA ONLINE ASSESSMENT TEST MENGGUNAKAN PROCESS MINING STUDI KASUS : THE BRITISH ENGLISH COURSE Selvia Ayu Yulvairariany 1, Imelda Atastina,SSi.,MT., 2, Shaufiah, ST.,MT. 3 Program

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI PROSES BISNIS PRODUKSI PADA INDUSTRI BAJA DENGAN COLOURED PETRI NETS

PEMODELAN DAN SIMULASI PROSES BISNIS PRODUKSI PADA INDUSTRI BAJA DENGAN COLOURED PETRI NETS TUGAS AKHIR - SM 141501 PEMODELAN DAN SIMULASI PROSES BISNIS PRODUKSI PADA INDUSTRI BAJA DENGAN COLOURED PETRI NETS WIDYA NILAM RUMANA NRP 1211 100 112 Dosen Pembimbing Dr. Imam Mukhlash, S.Si, MT JURUSAN

Lebih terperinci

III. METODE KONVENS IONAL 11. REKAYASA SISTEM BERBASIS KOMPUTER

III. METODE KONVENS IONAL 11. REKAYASA SISTEM BERBASIS KOMPUTER III. METODE KONVENS IONAL 11. REKAYASA SISTEM BERBASIS KOMPUTER 11.1 Sistem Berbasis Komputer (Computer-based System) Sistem berbasis komputer bertujuan untuk mendukung berbagai fungsi bisnis atau untuk

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10 ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10 PENGERTIAN ERP adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Pemanfaatan komputer sebagai alat bantu kerja manusia, khususnya sebagai media pengolah

Lebih terperinci

MAKALAH ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

MAKALAH ENTERPRISE RESOURCE PLANNING MAKALAH ENTERPRISE RESOURCE PLANNING Dosen : M. Suyanto, Prof. Dr, M.M. Disusun Oleh : Nama : NURUL FARIDA NIM : 09.11.3242 Kelas : S1 TI 10 Jurusan : S1 Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sektor industri. Hal itu dikarenakan hampir semua sektor industri selalu mencakup proses distribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur, manajemen persediaan merupakan kegiatan untuk merencanakan, mengelompokkan dan mengontrol aktivitas-aktivitas selama proses terbentuknya

Lebih terperinci

PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK)

PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK) PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK) Dewi Rosmala 1), Falahah 2) 1) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan sistem informasi pada sebuah perusahaan diharapkan dapat membuat kinerja perusahaan menjadi lebih efektif dan efesien. Oleh karena itu, sebuah sistem informasi

Lebih terperinci

Project Time Management adalah suatu kegiatan yang mencakup semua proses dan

Project Time Management adalah suatu kegiatan yang mencakup semua proses dan Project Time Management adalah suatu kegiatan yang mencakup semua proses dan prosedur yang diperlukan agar proyek dapat berjalan tepat waktu. Gambaran umum project time management : Plan Schedule Management

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I-1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu pekerjaan yang tidak dijadwalkan dengan baik akan memberikan hasil yang mungkin tidak seoptimal pekerjaan yang dijadwalkan dengan baik. Sebagai contoh adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terintegrasi agar mampu memberikan informasi yang real time sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. terintegrasi agar mampu memberikan informasi yang real time sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan pengaruh yang besar kepada seluruh aspek kehidupan, khususnya dalam dunia kerja. Sebagian besar perusahaan sangat

Lebih terperinci

Model-Model Perusahaan. Mahendrawathi ER, Ph.D Mudjahidin, M.T.

Model-Model Perusahaan. Mahendrawathi ER, Ph.D Mudjahidin, M.T. Model-Model Perusahaan Mahendrawathi ER, Ph.D Mudjahidin, M.T. Alat-alat Pemodelan Proses Bisnis Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memodelkan proses bisnis Phalp, K.T. (1998), The CAP framework

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Genetik dengan Pemodelan Dua Tingkat dalam Permasalahan Penjadwalan Perawat pada Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum XYZ Surabaya

Penggunaan Algoritma Genetik dengan Pemodelan Dua Tingkat dalam Permasalahan Penjadwalan Perawat pada Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum XYZ Surabaya Penggunaan Algoritma Genetik dengan Pemodelan Dua Tingkat dalam Permasalahan Penjadwalan Perawat pada Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum XYZ Surabaya Oleh: Anisa Ulya 5206 100 101 Dosen pembimbing 1:

Lebih terperinci

2 digudang juga harus tetap terpantau terus menerus. Untuk itu diperlukan sebuah sistem yang dapat memanajemen atau merencanakan keluar masuknya baran

2 digudang juga harus tetap terpantau terus menerus. Untuk itu diperlukan sebuah sistem yang dapat memanajemen atau merencanakan keluar masuknya baran 1 ANALISA FUNGSIONAL UNTUK IMPLEMENTASI ERP MICROSOFT DYNAMICS NAV PADA SISTEM PERAWATAN KOMPUTER Angga Rachman Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 17 September

Lebih terperinci

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA Enterprise Resource Planning Visual Manufacturing ERP Infor Visual Alur Part Maintenance Modul Dengan menggunakan Visual Manufacturing Unit Of Measure, Vendor, Shop Resource, maintenance Engineering Master

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam suatu perusahaan khususnya perusahaan industri, persediaan dalam proses produksi memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk itu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. hasil analisis ini digambarkan dan didokumentasiakan dengan metodologi

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. hasil analisis ini digambarkan dan didokumentasiakan dengan metodologi BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang berorientasi pada objek-objek yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI ORDER TRACKING UNTUK BAGIAN PURCHASING BERBASIS WEB PADA PT.ABC

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI ORDER TRACKING UNTUK BAGIAN PURCHASING BERBASIS WEB PADA PT.ABC PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI ORDER TRACKING UNTUK BAGIAN PURCHASING BERBASIS WEB PADA PT.ABC Budi Handoko 1 ; Yulita 2 ; Yen lina Prasetio, S.Kom., MCompSc 3 1,2,3 Computer Science Department,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era teknologi saat ini, perusahaan yang mengalami kompleksitas dalam menangani proses bisnis berjalan, membutuhkan software yaitu ERP (Enterprise Resource Planning)

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. LISA CONCRETE INDONESIA

APLIKASI SISTEM MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. LISA CONCRETE INDONESIA APLIKASI SISTEM MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. LISA CONCRETE INDONESIA Seno Hananto, Nyoman Pudjawan Magister Manajemen Teknologi (MMT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi kapal beserta

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi kapal beserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT PAL Indonesia Persero adalah perusahaan manufaktur Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi kapal beserta komponen-komponen pendukung

Lebih terperinci

Analisis Proses Bisnis. III.1 Tinjauan terhadap Proses Bisnis Saat Ini

Analisis Proses Bisnis. III.1 Tinjauan terhadap Proses Bisnis Saat Ini Bab III Analisis Proses Bisnis Bab ini menjelaskan tentang kondisi proses bisnis dalam pelaksanaan estimasi biaya produksi manufaktur yang dilakukan oleh IKM manufaktur yang dijadikan sebagai objek penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri secara global membuat persaingan industri semakin meningkat. Setiap perusahaan harus mengatur strategi dan mengelola perusahaan dengan efektif dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi telah menjadi salah satu sumber daya bagi perusahaan untuk dikelola. Pengumpulan data, analisis, produksi dan distribusi informasi di dalam perusahaan

Lebih terperinci

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Objek Pembelajaran Klasifikasi Sistem Informasi (SI) SI Berdasarkan Level Organisasi Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara Klasifikasi Menurut Arsitektur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di sebuah distribution center pada suatu perusahaan manufaktur yaitu PT. Sepatu Bata Indonesia, Tbk, yang berlokasi di Jl.

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM ERP BERBASIS SUNFISH MODUL PRODUCTION PADA PT. GARUDA TWINJAYA

EVALUASI SISTEM ERP BERBASIS SUNFISH MODUL PRODUCTION PADA PT. GARUDA TWINJAYA EVALUASI SISTEM ERP BERBASIS SUNFISH MODUL PRODUCTION PADA PT. GARUDA TWINJAYA Stella Gloria, Dennis, Manda Kusuma Wardhani Yuliana Lisanti Binus University, Jln. Kebon Jeruk Raya no. 27, Kebon Jeruk Jakarta

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di masa yang akan datang, siap ataupun tidak, sistem industri manufaktur

I. PENDAHULUAN. Di masa yang akan datang, siap ataupun tidak, sistem industri manufaktur I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa yang akan datang, siap ataupun tidak, sistem industri manufaktur akan menghadapi suasana ketidakpastian yang tinggi. Perilaku konsumen yang tidak menentu

Lebih terperinci