/ 4. Akhirnya, kita mengenalkan wilayah persamaan serapan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "/ 4. Akhirnya, kita mengenalkan wilayah persamaan serapan"

Transkripsi

1 13.4 posisi kerapatan energi dan gema Pada bagian sebelumnya tidak disebutkan beberapa sumber suara, kami menganggap medan bunyi sebagai fakta yang diberikan. Sekarang perhatian utama kami adalah kerapatan energi yang akan dibuat bila kekuatan akustik tertentu diberikan ke sebuah ruangan. Dalam diskusi ini mengasumsikan dari awal bahwa medan suara dalam ruangan adalah menyebar/ membaur. Selain itu, kita membatasi diskusi kita dengan rata-rata statistik yang mana beberapa hubungan yang sederhana dapat diturunkan. Hal ini secara intuitif jelas bahwa kerapatan energi di sebuah ruangan akan menjadi lebih tinggi, lebih banyak kekuatan akustik yang dihasilkan oleh sumber suara dioperasikan di dalamnya, dan energi yang lebih rendah per detik akan hilang oleh proses disipatif, khususnya, semakin rendah penyerapan batas koefisien. Hal ini membawa kita langsung kepada keseimbangan energi : Perubahan sementara kadar energi = sumber penghasil energi energi serapan Semua energi pada tangan kanan adalah per detik. Kadar energi adalah rapat kerapatan energi w digunakan dengan volume ruangan V, maka sisi kiri dalam persamaan ini adalah V. dw / dt. Sumber energi untuk ruangan per detik adalah sumber tenaga keluaran P. Untuk menghitung serapan energi kita membagi batas manjadi sebagian permukaan S i yang sepanjang koefisien serapan dapat diasumsika sebagai persamaan. Yang mana sebagian permukaan serapan energi per detik, atau, setelah menyatakan kerapatan penyinaran B dengan pers.(13.10) oleh kerapatan energi, / 4. Akhirnya, kita mengenalkan wilayah persamaan serapan (13.14) Maka pernyataan matematika untuk energi keseimbangan: V = P(t) - Aw (13.15) Ini adalah penurunan persamaan perintah pertama untuk kerapatan energi. Ini dapat menjadi pemecahan dalam bentuk tertutup untuk kapanpun bergantung sumber tenaga P(t). disini kita

2 akan menganggap dua tempat istimewa: pertama sumber energi P adalah konstan, kemudian kandungan yang sama untuk kerapatan energi. Ini petunjuk ini w = (13.16) Formula ini setuju dengan apa yang kita harapkan. Namun, belum mencerminkan kebenaran penuh: sebelah sumber suara, bagian yang berlaku kepadatan energi diragukan bahwa yang dihasilkan langsung oleh itu, yaitu, tanpa pengaruh ruangan. Misalkan sumber memancarkan gelombang bulat dengan intensitas ini sesuai dengan kerapatan energi atau. Dimana r adalah jarak dari sumber suara. Hal w d = (13.17) Para rc jarak di mana kerapatan energi baik, w dan wd, adalah sama disebut 'jarak kritis' atau 'menyebar jarak bidang' (lihat gambar.13,7). dengan menyamakan pers. (13,16) dan (13.17) kita peroleh: (13.18) Dengan jumlah ini kepadatan energi total w tot = w + w d dapat dinyatakan dengan w tot = (13.19) Istilah pertama menggambarkan langsung di lapangan, yang kedua mewakili apa yang disebut bidang berkumandang.

3 Gambar 13.7 Definisi r c jarak kritis (w, wd: Kerapatan energi dalam gema dan di langsung di lapangan, masing-masing) Di sisi lain, jika sumber memancarkan suara non-seragam karena petunjuknya maka istilah pertama dalam persamaan (13,19) harus dikalikan dengan keuntungan diperkenalkan pada Pers. (5.16) dengan yang intensitas ke arah radiasi utama ditingkatkan: Wtot = ( (13.19a) Oleh karena itu, jarak kritis di mana langsung dan kerpatan energi yang berkumandang adalah sama menjadi r c '= r c. Menunjukkan rumus di atas arah mana kepadatan energi dan karenanya tingkat kebisingan, misalnya, di ruang kerja dapat dikendalikan, yaitu, dengan meningkatkan area penyerapan A yang dapat dicapai oleh penyerap suara lapisan khususnya di langit-langit. Namun, hanya kepadatan energi di bidang berkumandang, yaitu, istilah kedua dalam persamaan (13,19) atau (13.9a). Bisa dipengaruhi dengan cara ini. Oleh karena itu, metode ini memiliki keterbatasan. Lebih jauh lagi, bidang suara di kamar seperti biasanya begitu jauh dari daerah berdifusi bahwa hasil hubungan sebelumnya di t petunjuk terbaik untuk pengurangan tingkat yang dicapai.

4 Dalam kasus kedua menduga bahwa sumber suara telah beroperasi sampai waktu t = 0 dan telah menciptakan kepadatan energi tertentu W 0 sampai saat itu. Kemudian sumber dimatikan (P = 0). Sekarang persamaan diferensial (13,15) adalah homogen, dan solusinya adalah w(t) = w 0 e -cat/4v untuk t > 0 (13.20) Ini menggambarkan peluruhan energi suara dalam ruangan dan agress dengan persamaan (9.36) dengan ( ) = CA / 8V. yang diperoleh dengan cara yang berbeda. Dari persamaan (9.37) kita mendapatkan waktu dengung: T = (13.21) memasukkan kecepatan suara timbal udara (13.22) Berikut semua panjang dalam meter. Seiring dengan hukum refleksi, persamaan ini adalah hubungan yang paling penting dalam akustik ruang. Hal ini akan kembali ke perintis akustik ruangan, WC Sabine, dan nama setelah dia. Namun, bisa mengklaim validitas hanya selama sebagai daerah resapan kecil dibandingkan dengan luas S dari dinding batas. Untuk melihat ini, mari kita asumsikan bahwa seluruh batas benar-benar menyerap, yaitu, dengan mengatur semua koefisien penyerapan dalam persamaan (13.14) sebesar kesatuan.. Lalu Pers. (13,22) memperkirakan waktu dengung terbatas meskipun tidak ada mencerminkan dinding sama sekali. Untuk sampai pada suatu formula dengung yang lebih pasti kita menyadari bahwa selama peluruhan energi suara tidak terus berkurang seperti pada persamaan (13.15) tetapi dalam. Langkah terbatas. Seperti pada bagian sebelumnya kita mempertimbangkan nasib suatu partikel hipotetis suara. Setiap refleksi mengurangi energi dengan faktor 1- Karena mengalami refleksi per detik energi partikel kiri setelah detik t fraksi Energi awal. Apa yang benar untuk satu partikel tunggal berlaku untuk kepadatan total energi juga yang kini meluruh menurut

5 w (t) = w 0 (13.23) Hubungan ini harus diselesaikan dengan memperhatikan dua faktor: karena koefisien penyerapan umumnya tidak konstan sepanjang keseluruhan batas, α harus diganti dengan rata-rata aritmatika (13.24) Selanjutnya, energi suara terdisipasi tidak hanya di dinding kamar tapi juga selama propagasi di udara. Ini dicatat oleh faktor tambahan exp (-mct) di pers.(13,23). Berikut m menunjukkan redaman konstan yang didefinisikan dalam Pers. (4.19). Akhirnya, kami set = CS / 4V dan mendapatkan formula lebih benar (13.25) (13.26) Hubungan ini biasanya disebut 'Eyring's rumus sebagai. Untuk α 1 kita dapat menggunakan pendekatan ln (1 - α) -α, lalu pers. (13.25), formula Eyring itu, menjadi identik dengan rumus peluruhan Sabine, pers. (13,22), bagaimana yang pernah, dengan versi agak diperpanjang dari daerah penyerapan setara yang mencakup redaman di udara: (13.27) Dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun, 4mV panjang mungkin akan diabaikan kecuali kehilangan rumus diterapkan ke kamar besar dan untuk frekuensi tinggi Penyerapan suara Deskripsi mana yang lebih kita suka, yang geometris seperti dalam Bagian 13.1 atau yang statistik seperti dalam Bagian 13,4, dalam hal apapun medan suara dalam ruangan dan maka apa yang kita dengar di dalamnya sangat ditentukan oleh penyerapan yang dimiliki dari batasnya. Karena mekanisme dasar penyerapan suara telah diuraikan dalam Bagian 6,6 kita dapat membatasi diskusi ini dalam beberapa perubahan. Mula-mula kita harus ingat bahwa dinding tanpa penyerapan bunyi tidak ada. Bahkan dinding yang benar-benar kaku dengan permukaan halus memiliki koefisien penyerapan

6 terbatas. Serupa dengan permukaan bagian dalam pipa (lihat Bagian 8.1), lapisan batas terbentuk pada permukaan halus yang terkena gelombang suara, dan dalam hal ini kekentalan lapisan dan konduktivitas panas udara menyebabkan kerugian getaran. Dinding dapat dianggap ditutup dengan kulit di mana suara yang diserap (lihat Gambar 13.8a). Untuk alasan ini, dinding atau langit-langit tidak akan memiliki koefisien penyerapan di bawah 0,01. Kekasaran dinding akan meningkatkan ketebalan lapisan ini (lihat Gambar. 13.8b). selanjutnya lebih jauh secara dramatis meningkatkan penyerapan yang terjadi jika dinding memiliki pori-pori. Bila itu cukup sempit mereka mengisinya penuh dengan lapisan batas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13.8c. Dengan cara ini, jumlah energi yang relatif tinggi disadap dari gelombang suara yang mengganggu. Dalam subbab penyerapan lapisan berpori disusun langsung di depan dinding kaku yang bersangkutan. Hasilnya disajikan pada Gambar 6.9. Meskipun diagram ini didasarkan pada model Rayleigh yang sangat ideal dari bahan berpori dan berlaku untuk kejadian suara normal dan hanya menunjukkan sifat khas penyerapan berpori. Secara khusus, hal ini menunjukkan bahwa penyerapan tinggi hanya dicapai dengan lapisan tebal yang merupakan sebagian kecil dari panjang gelombang signifikan yang mungkin sulit dijangkau, terutama pada frekuensi rendah. Gambar 13.8 lapisan batas Lossy: (a) di depan sebuah permukaan halus, (b) di depan permukaan kasar dan (c) di depan dan didalam bahan berpori.

7 Gambar 13,9 lapisan Berpori di depan dinding kaku (garis titik-titik: partikel kecepatan ketika lapisan tidak hadir): (a) lapisan segera di dinding, (b) lapisan terpasang dengan dukungan udara. Penyerapan frekuensi rendah dari lapisan berpori dengan ketebalan yang diberikan dapat ditingkatkan dengan memasang itu tidak langsung ke dinding atau langit-langit yang kaku tetapi dengan sebuah rongga udara di antara (lihat Gambar 13.9).. Kemudian penyerap tidak lagi terletak tertutup pada kecepatan partikel nol tetapi pada posisi dimana udara bisa ditekan melalui pori-pori. Dalam batas dari lapisan lembaran sangat tipis akhirnya kami tiba di kain yang diregangkan sudah dibahas dalam Subbab (bagian kedua). Bahan penyerapan yang komersial sering dibuat dari butiran tahan api atau serat (wol kaca atau wol batuan) dengan menekan mereka bersama-sama, menggunakan pengikat. Atau, busa polimer dengan pori-pori yang terbuka digunakan sebagai pernyerap. Munculnya bahanbahan tersebut biasanya tidak terlalu menyenangkan mereka sering ditutupi sehelai kain tipis yang berlubang. Ini biasanya terdiri dari panel logam yang penuh lubang, kayu atau gypsum yang pada saat yang sama melindungi permukaan lembut terhadap kerusakan dan mencegah partikel-partikel dari udara yang tercemar. Dalam beberapa kasus, rentang khusus penerapan penyerap berpori adalah medium dan frekuensi tinggi. Rentang frekuensi rendah bisa tertutup, jika diinginkan, dengan resonansi peredam seperti yang dijelaskan dalam subbab yang mana ditemukan penggunaan dalam ruang akustik. Pada kenyataanya, sampai demikian penyerap terdiri dari sebuah panel yang terbuat dari kayu, gipsum, logam, dll Dipasang sedemikian rupa sehingga bebas untuk melakukan getaran dengan lentur saat mengarahkan pada sebuah medan suara (lihat Gambar 13.10a).. Untuk tujuan ini ditetapkan dengan konstruksi pendukung di dinding yang akan

8 dilapisi. Diperoleh panel yang tidak terlalu tebal dan jarak yang sama L dari pendukung tidak terlalu kecil pengaruh dari kekakuan bengkok pada frekuensi resonansi dapat diabaikan terhadap bantalan udara akustik Gambar penyerap resonansi: (a) dengan panel penggetar, (b) dengan panel yang berlubang di belakang. Kemudian frekuensi resonansi diberikan oleh Pers.(6.52) yang juga dapat ditulis dalam bentuk (13.27) Dimana m adalah massa spesifik dalam kg/m 2 dan d ketebalan dari bantalan udara dalam sentimeter. Dalam bentuk ini berlaku untuk suara normal, untuk kejadian acak, yaitu, dalam medan baur suara angka 600 harus diganti dengan 850. Menurut subbab sebuah bantalan yang kaku, panel berlubang di depan sebuah dinding kaku bertindak juga sebagai penyerap resonansi (lihat Gambar b). Sekali lagi, frekuensi resonansi diberikan dengan pers. (13.27). dan hubungan masa spesifik tertentu dengan panel adalah. (13.28) S 2 /S 1 adalah rasio bukaan ke daerah total spesimen. Rasio ini memiliki arti yang sama sebagai

9 porositas σ seperti yang diperkenalkan sebelumnya. Variabel l adalah ketebalan panel geometris ditambah dua kali koreksi akhir I = Igeo + 2 I (13.29) Untuk lubang melingkar dengan jari-jari sebuah istilah yang terakhir ini a / 2 (lihat Pers. (7,11)). Hal ini jelas bahwa dalam kedua kasus penyerapan terjadi hanya jika getaran resonator ini terkait dengan kerugian. Satu proses rugi adalah radiasi, dan kerugian lainnya disebabkan oleh disipasi Elastisitas pada panel dengan getaran lentur, atau, dalam kasus panel berlubang, dengan kekentalan dari udara yang mengalir melalui lubang tersebut. Untuk kedua jenis mereka dapat ditingkatkan dengan mengisi ruang di belakang panel sebagian atau dengan penuh dengan bahan berpori. Frekuensi yang bergantung pada penyerapan dari koefisien peredam resonansi dengan resistensi kerugian yang berbeda disajikan dalam Gambar Frekuensi resonansi dari dinding dilapisi dengan panel kayu yang tidak berlubang biasanya dalam kisaran 8-10 Hz; menggunakan panel berlubang frekuensi resonansi dapat divariasikan dalam batas lebar. Sebagai contoh, adalah sekitar 250 Hz untuk panel 10 mm ketebalan yang sebesar 3% dilubangi dengan lubang diameter 8 mm dan dipasang pada jarak 8 cm dari dinding. Dalam auditoria penyerapan suara paling utama disebabkan oleh penonton. Oleh karena itu, pengetahuan penyerapan terhadap penonton sangat penting untuk keandalan memperkirakan waktu gema. Sayangnya, banyaknya tergantung pada cara yang rumit dalam beberapa keadaan, misalnya, jenis kursi, kepadatan tempat duduk penonton dan mengenai pembagian wilayah seluruh penonton menjadi blok-blok tempat duduk, dll, sampai batas tertentu juga pada jenis pakaian yang dipakai karena merupakan yang terakhir yang bertanggung jawab untuk penyerapan. Untuk menghitung waktu gema penyerapan dari penonton dapat dijelaskan dalam dua cara yang berbeda. Pertama, wilayah penyerapan tetentu δa dapat dikaitkan dengan setiap orang yang hadir termasuk kursi yang didudukinya. Maka luas total penyerapan dari ruangan adalah

10 (13,30) jumlah tersebut merupakan kontribusi dari batas setelah pers. (13,14) dan N adalah jumlah pendengar. lebih umum lagi adalah cara kedua, yaitu, untuk atribut koefisien penyerapan daerah tertutup dari pendengar. Lalu pers.(13.14) dapat diterapkantanpamodifikasiapapun. S a tidak hanya area lantai geometris tempat penonton, tetapi itu mempunyai untuk menambahkan dengan L a /2 dimana L a adalah total panjang keliling blok tempat duduk. Daerah ini tambahan untuk menjelaskan pengaruh hamburan suara yang terjadi di pinggiran blok dan yang mana meningkatkan penyerapan efektif penonton. Akhirnya, untuk ruangan yang lebih besar redaman udara harus diperhitungkan dengan jangka 4mV pada Pers.(13.25) dan (13,26). Tabel 13.1 daftar Tabel 13.1 Intensitas terkait m konstan atenuasi udara (dalam 10-3 m -1 ) pada kondisi normal Kelembapan Frekuensi (Hz) relatif (%) ,6 1,07 2,58 8,4 17, ,63 1,08 2,28 6,84 14,26 24, ,64 1,11 2,14 5,91 12,08 20, ,64 1,15 2,08 5,32 10,62 17,91 Tabel 13.2 Tipikal koefisien penyerapan (kejadian acak) bahan berkas oktaf frekuensi di tengah (Hz) permukaan kokoh (beton,dinding bata, plaster, lantai keras, dll) Linoleum di lapisan atas karpet, tebal 5 mm, di lantai yang kokoh sedikit permukaan yang bergetar (plafon gantung, dll) plester akustik, tebal 10 mm, disemprotkan pada dinding yang kokoh Busa poliuretan, 27 kg/m3, tebal 15 mm pada dinding yang kokoh batu dinding, 46,5 kg/m3, tebal 30 mm,

11 pada beton sama seperti diatas, tapi dengan 50 mm ruang udara, lateral dipartisi panel logam, tebal 0,5 mm dengan perforasi 15%,didukung oleh 30 mm batu dinding ruang udara tambaha, tidak ada partisi tambah tirai, arus perlawanan 450 Ns/m, sangat dibungkus, jarak dari dinding kokoh kira-kira 5 cm kursi berlapis yang penuh diduduki penonton beberapa nilai konstanta redaman m. Tabel 13.2 menunjukkan koefisien penyerapan berbagai bahan pelapis, itu juga termasuk penonton. Namun, nilai-nilai ini harus dipahami lebih sebagai contoh tipikal dari data penyerapan yang berlaku pada umumnya auditoria akustik Sifat medan bunyi yang objektif adalah bertanggung jawab atas apa yang disebut baik atau kurang baik 'akustik' dari ruang kuliah, sebuah teater atau gedung konser? Apakah ada banyak kriteria untuk menilai kualitas akustik, dan apakah mungkin untuk desain ruang sedemikian rupa sehingga akan terkesan baik atau bahkan dalam kondisi yang terdengar sangat baik? Pada awalnya ada beberapa persyaratan yang mudah dan jelas yang harus dipertemukan di ruang apapun. Yang pertama menyangkut tingkat kebisingan yang disebabkan oleh instalasi teknis seperti, misalnya, AC, tetapi juga suara mengganggu dari luar. Ini harus tetap di bawah batas-batas tertentu yang ditetapkan oleh standar umum. Selain itu, ruang harus bebas dari terdengarnya gema. Persyaratan ini berkaitan dengan yang lain, yaitu, bahwa kekuatan suara yang terbagi lebih merata di seluruh penonton sehingga memastikan memadai dan sedekat mungkin kenyaringan yang sama di segala tempat. Ini terutama soal bentuk ruangan. Jadi, dinding melengkung atau langit-langit bagian pusat yang memantulkan suara didominasi ke daerah-daerah tertentu dan mencegah kekuatan suara yang terbagi lebih merata. Dalam kombinasi dengan penundaan yang panjang pemantulan suara, Efek ini dapat mengakibatkan gema terdengar. Resiko khusus dalam hal ini harus diharapkan dalam ruangan dengan rencana

12 denah lantai dasar lingkaran atau elips, tetapi bentuk kamar yang lain biasa juga mungkin ternyata bermasalah. Dalam kasus tertentu, bagaimanapun juga, itu penting untuk berhubungan dengan kekuatan suara yang terbatas dengan cara ekonomi, yaitu, untuk langsung dengan desain yang sesuai dari dinding dan langit-langit ke tempat-tempat yang dibutuhkan, yaitu pada pendengar. Jadi, semua permukaan yang menghasilkan 'berguna' memantulkan dengan sedikit penundaan harus memantulkan secara efisien, khususnya, mereka tidak boleh dibatasi atau ditutupi dengan berbagai jenis penyerap suara. Oleh karena itu, tirai dekoratif yang sering terlihat di dinding belakang tahap benar-benar tidak pada tempatnya. Kondisi lain yang penting adalah bahwa ruangan memiliki waktu gema yang menguntungkan berbagai presentasi. Jika ruangan terutama digunakan untuk mengajar, untuk kuliah, untuk diskusi atau untuk pertunjukan drama itu waktu gema seharusnya dijadikan relatif rendah, karena gema panjang yang tercampur berbagai suara dan suku kata dan karenanya mengurangi kejelasan pidato. Pada prinsipnya, seperti ruangan tidak perlu gema apapun. Hal ini dapat dicapai dengan perlakuan serapan pada dinding dan langit-langit yang bagaimanapun juga akan mencegah pemantulan yang disebutkan sebelumnya yang mana begitu penting untuk persediaan suara. Kegunaan yang disetujui adalah waktu gema dalam jarak sekitar 0,5-1,3 detik dengan waktu gema lagi untuk ruang yang lebih besar. Terutama pada frekuensi rendah pada gema harus tidak terlalu lama;sebaliknya, itu akan menutupi komponen spektral yang berfrekuensi menengah dan tinggi yang sangat penting untuk kejelasan suara. Hal-hal yang berbeda ketika datang ke gedung konser. Tidak disangka music menjadi 'pemahaman' dalam arti yang sama dengan bicara. Dengan demikian suara melengkungdari senar instrumen atau suara udara musik tiup kayu seharusnya tidak dianggap, dan hal yang sama berlaku untuk ketidaksempurnaan tak terelakkan dari sinkronisme dan intonasi. Untuk menciptakan suara orkestra khas beberapa campuran suara musik yang berbeda sangat diperlukan, dan juga nada yang berikut dari suatu bagian harus melakukan penggabungan sampai batas tertentu. Ini efek pelunakan spasial dan temporal dicapai dengan gema; menurut lamanya pengalaman harus di suatu tempat disusun menurut 2 detik di sebuah gedung konser yang besar. Seringkali penambahan dari waktu gema terhadap frekuensi rendah menemukan keinginan karena ini dikatakan untuk menambahkan 'kehangatan' dari suara orkestra.

13 Selain gema yang memadai itu penting bahwa proyeksi suara terhadap penonton dengan dinding sesuai berorientasi dan bagian langit-langit tidak berlebihan. Jika semua suara yang dihasilkan oleh para musisi akan diarahkan secara eksklusif ke penonton yang yang berpenyerapan tinggi itu tidak akan memiliki kesempatan menikmati gema ruangan untuk beberapa derajat yang cukup, dan tidak banyak yang akan dirasakan bahkan jika waktu gema dihitung adalah dalam rentang yang benar (lihat Gambar 13,11).. Selain itu, kandang panggung harus dirancang sedemikian rupa sehingga itu memantulkan kembali beberapa suara pada penampilan musisi melakukan untuk membangun saling kontak pendengaran yang mereka butuhkan. Gema yang memadai dan pencampuran suara yang baik bukan hanya tanda dari sebuah gedung konser akustik yang baik. Pengunjung konser secara tidak sadar mengharapkan bahwa ia diselimuti oleh musik, sehingga untuk berbicara, atau medan suara yang menciptakan kesan akustik ruang. Saat ini, ada kesepakatan umum bahwa kesan ini disebabkan oleh pemantulan yang datang dari arah lateral pada pendengar. Sejak pendengar gelombang suara ini datang pemantulan menimbulkan sinyal suara yang berbeda di kedua telinga. Sebagaimana dijelaskan dalam Bagian 12,7 perbedaan interaural memungkinkan kita untuk melokalisir arah dari suara yang ditimbulkan pada medan dari sumber suara tunggal. Dalam suara lebih rumit medan suara di sebuah gedung konser mereka berkontribusi pada kesan ruang subjektif. Mengenai opera teater kita seharusnya berharap bahwa persetujuan antara gema dalam waktu yang relatif lama dari ruang konser dan (a) (b) Gambar Alasan tidak cukup gema dari sebuah ruang konser: (a) waktu dengung terlalu pendek, (b) eksitasi kurang dari gema. (Garis vertikal merupakan suara langsung.)

14 nilai lebih pendek mendukung kejelasan ucapan yang baik akan menciptakan kondisi mendengarkan optimal. Sekarang gedung opera tua memiliki waktu gema pendek dalam jarak sekitar 1 detik selama waktu hilang dari teater opera modern datang cukup dekat dengan orangorang yang dianggap optimal untuk gedung konser. Mungkin, para pengunjung opera modern memberikan pilihan agar nyanyian tunggal terdengar lebih indah dan penuh serta suara orkestra yang halus daripada mudah dimengerti dari teks yang dinyanyikan para penikmat sejati mengetahui pula semuanya dengan hati. Sekarang kita akan pergi ke dalam ketiga pertanyaan yang diajukan pada awal subbab ini. Waktu gema dari ruangan mudah diprediksi dengan salah satu formula yang disajikan sebelumnya, biasanya rumus. (13,22) digunakan untuk tujuan ini. Dengan haasil perhitungan yang realistis tersebut adalah tergantung pada koefisien serapan dimasukkan, tentu saja. Selanjutnya, fitur yang signifikan dari respon penting dapat dihitung diawal dari gambar sang arsitek. Untuk tujuan ini metode sumber gambar sebagaimana disebutkan dalam Bagian 13.1 dapat digunakan. Dalam metode lain yang sangat kuat dikenal sebagai "ray tracing" jalur individu partikel dihitung banyak suara yang dipancarkan ke segala arah pada saat tertentu. Hal ini memiliki keuntungan yang tidak hanya berlaku untuk bidang dan permukaan halus namun untuk yang melengkung atau yang menyebar juga dengan sama baiknya. Selanjutnya, prosedur yang melibatkan kombinasi dari kedua metode telah dikembangkan. Dari tanggapan impuls hampir semua data yang relevan dapat dievaluasi, yaitu, bukan hanya waktu gema tetapi juga kriteria yang mungkin berbeda dari satu lokasi tempat duduk ke yang lain, seperti halnya dengan definisi atau indeks kejelasan, atau kriteria yang menunjukkan kesan ruang. Sebuah prosedur yang sangat menarik dan menjanjikan disebut 'auralisation' memungkinkan kita untuk memproses dan menyajikan contoh musik sedemikian rupa seolaholah pendengar menghadiri pertunjukan di tempat duduk khusus di ruang dipertimbangkan yang mungkin hanya ada di atas kertas. Ini dilakukan dengan bantuan filter frekuensi digital yang mensimulasikan respon yamg berhubungan dengan pendengaran, dihitung secara terpisah untuk masing-masing telinga pendengar. Hasilnya disajikan kepada pendengar dengan headphone atau lebih baik menggunakan pengeras suara dengan menggunakan prosedur yang akan dijelaskan dalam subbab Dengan cara kondisi mendengarkan, misalnya, pada tempat yang berbeda

15 dari sebuah gedung konser atau di gedung konser yang berbeda dapat langsung dinilai dan dibandingkan satu sama lain. Akhirnya, kami ingin membantah pendapat bahwa kesalahan akustik suatu ruangan dapat dibenahi dengan instalasi elektroakustik yang dirancang dengan cermat. Dalam ruangan konser seperti sistem biasanya menolak keduanya baik itu musisi maupun pecinta musik. Hal yang sama berlaku untuk teater, meskipun untuk sebagian kecil; untuk penyajian musikal sistem suara elektroakustik berlaku umum. Tetapi bahkan jika penggunaan amplifikasi elektroakustik sangat diperlukan seperti yang memang benar untuk ruang kuliah besar, parlemen, arena olahraga, dan sebagainya, di 'alam' perpindahan suara seharusnya mungkin sama menguntungkan untuk jenis tertentu dari berbagai presentasi. Dalam Bagian 20,3 hubungan erat antara sifat-sifat akustik dari ruangan dan fungsi dari sistem suara dipasang di dalamnya akan menjadi jelas Ruangan khusus untuk pengukuran akustik Untuk kebanyakan pengukuran akustik lingkungan dengan sifat-sifat yang jelas diperlukan. Hal ini dicapai dengan ruangan yang dirancang khusus, khususnya, ruang anechoic dan pasangannya, ruang gema atau ruang dengung. Tujuan dari ruang anechoic adalah untuk menciptakan kondisi bidang bebas, yaitu tidak adanya refleksi. Hal ini diperlukan, misalnya, untuk kalibrasi bidang bebas dari mikrofon, untuk mengukur fungsi transfer dan karakteristik arah pengeras suara, untuk penyelidikan psikooakustik dan untuk tujuan lainnya. Karena tidak mungkin untuk menekan semua pantulan sepenuhnya pada kebutuhan yang praktis adalah bahwa faktor pemantulan pada lantai, dinding samping dan langit-langit kurang dari 0,1 terkait ke koefisien penyerapan melebihi 0,99. Hal ini berarti bahwa tingkat tekanan suara dari bidang gelombang dikurangi sebesar 20dB ketika terpantul. Hal ini mudah dicapai pada audio frekuensi menengah dan tinggi namun tidak dalam rentang frekuensi rendah. Di ruangan yang paling anechoic batas dipagari dengan piramida atau potongan bahan berpori membentuk peralihan bertahap dari karakteristik impedansi udara dengan dinding di belakang. Kisaran penyerapan suara tinggi memanjang ke bawah sekitar bahwa frekuensi yang panjang irisan sepertiga panjang gelombang. Pada lapisan ditunjukkan pada Gambar 13,12 setiap kelompok tiga potong digabungkan menjadi satu blok dengan tepi paralel, dan blok berdekatan sudah terpasang dengan ujung-ujungnya tegaklurus satu sama

16 lain. Batas bawah dari rentang frekuensi dapat berguna kemudian dikurangi dengan menyediakan sebuah rongga udara di belakang potongan yang, bersama-sama dengan jarak antara potongan, bertindak sebagai penyerap resonansi. Karena Gambar elemen dinding dari ruangan anechoic lantai ruang anechoic juga dilapisi dengan potongan, akses ke ruangan diberikan dengan terali atau jaring yang dapat dianggap sebagai suara transparan. Berbeda dengan ruang anechoic, bidang suara dalam ruang gema harus sama baur mungkin. Hal ini memerlukan batas yang sangat reflektif yang berarti bahwa semua dinding, lantai dan langit-langit ruangan harus halus dan seberat mungkin dan benar-benar bebas dari pori-pori. Sebuah ruang yang tidak teratur bentuknya cukup menggembirakan dalam hal ini kekuatan gelombang suara untuk mengubah arah mereka secara berkala dan meningkatkan difusi. Peningkatan yang lebih dicapai dengan struktur permukaan yang teratur atau tidak teratur seperti silinder atau bagian bola. Sangat efektif adalah dengan bebas ditangguhkan paling menyebar seperti papan melengkung, sebagai contoh. Mereka meningkatkan pencampuran komponen bidang bunyi dengan hamburan mereka lagi dan lagi. Sebuah ruang gema seharusnya memiliki volume pada kisaran sekitar 200 m 3 dan waktu gema paling tidak 5 detik. Satu aplikasi penting dari sebuah ruang gema adalah dalam pegukuran daya total keluaran sumber suara. Metode ini berdasarkan Pers. (13,16) menurut (13.31)

17 Ekspresi berikut dari Pers.(5.8); p ~ efektif tekanan suara p ditentukan dengan sebuah calibrated level meter. Daerah penyerapan A diperoleh dari waktu gema ruangan. Selanjutnya, ruang gema yang digunakan untuk pengukuran dari dinding penyerap suara, pelapis dinding apapun begitu juga orang, kursi dan objek lainnya menyerap. Ketika pengukuran penyerapan dengan tabung impedansi (lihat Bagian 6.5) dibatasi untuk contoh kecil reaksi lokal permukaan dan suara terdengar normal, data ruang menghasilkan gema ditentukan dengan bidang bunyi yang menyebar yang biasanya lebih relevan dalam ruangan akustik. Untuk menentukan koefisien penyerapan dalam ruang gema, sampel bahan di bawah diuji dengan ditempatkan di lantai atau dipasang di dinding ruangan. Dari waktu gema koefisien penyerapan ἆ = A / S (S = batas wilayah) adalah ditentukan dengan menggunakan pers. (13,22) atau, lebih baik, Pers. (13.25). Karena volume kecil dari ruangan 4 mv biasanya dihilangkan. Di sisi lain, menurut Pers. (13,24) koefisien penyerapan menunjukkan koefisien (13.32) Pada lambang S 3 adalah daerah sampel dan α0 menunjukkan koefisien penyerapan dari batas yang kosong. Yang terakhir ini harus ditentukan dari waktu dengung dari ruang kosong. Kemudian serapan koefisien] α 3 dari contoh adalah : (13.33) Namun, harus disebutkan bahwa ada sering ketidaksesuaian antara hasil yang diperoleh dengan sampel yang sama, tetapi di laboratorium yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian kondisi medan-baur bukan masalah sepele atau mudah.

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh

Lebih terperinci

Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation

Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation 14.4 Isolasi bunyi pada kolong udara dengan partisi double lapis Seperti yang terlihat dari

Lebih terperinci

Akustik Bangunan. Bab

Akustik Bangunan. Bab Dalam arti tertentu akustik bangunan adalah mitra dari akustik ruangan karena keduanya merujuk pada propagasi suara di gedung-gedung. Namun, objek pembahasan kedua bidang akustik tersebut berbeda. Sedangkan

Lebih terperinci

(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan

(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan 6.6.3 Penyerapan oleh lapisan berpori Selanjutnya kita mempertimbangkan penyerapan suara oleh lapisan tipis berpori, misalnya, dengan selembar kain seperti tirai, atau dengan pelat tipis dengan perforasi

Lebih terperinci

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Didalam Bab 4.1 telah dijelaskan bahwa gelombang suara di dalam fluida tidak dipengaruhi oleh permukaan luarnya yang sejajar dengan arah suara propagasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : 13307080 Kelas : 02 Topik : Ruang Konser Gedung Konser adalah bangunan yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan konser musik. Gedung konser adalah hasil inovasi arsitektur

Lebih terperinci

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak

Lebih terperinci

Dapat dipasang di dinding, langit-langit dengan cara disemen pada penunjang padat, dibor atau dipaku seusai petunjuk pabrik

Dapat dipasang di dinding, langit-langit dengan cara disemen pada penunjang padat, dibor atau dipaku seusai petunjuk pabrik Fisika Bangunan 2: Bab 7. Penyerapan Suara Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T yeffry@unikom.ac.id 64 Penyerap akustik dalam ruangan Penyerapan bunyi Bahan lembut, berpori dan kain serta juga manusia menyerap

Lebih terperinci

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK UJIAN TENGAH SEMESTER TF3204 AKUSTIK STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK Disusun Oleh: Ahmad Rifqi Muchtar (13305086) PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAGIAN III : AKUSTIK

BAGIAN III : AKUSTIK BAGIAN III : AKUSTIK Parameter Akustik dba Tingkat bunyi yang disesuaikan terhadap profil dari kepekaan telinga manusia. Bising Latar Belakang (Background Noise) Tingkat Tekanan suara lingkungan / ambient

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Sonya Yuliantika, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Ir. Wiratno Argo Asmoro, MSc. NIPN. 196002291987011001 Latar Belakang Akustik Ruang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan A. Waktu Dengung (Reverberation Time) Berdasarkan waktu dengung (Reverberation Time), tata akustik ruang kelas musik di Purwacaraka Musik Studio Sriwijaya belum ideal.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Gangguan Pada Audio Generator Terhadap Amplitudo Gelombang Audio Yang Dipancarkan Pengukuran amplitudo gelombang audio yang dipancarkan pada berbagai tingkat audio generator

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17 Disusun Oleh: Wymmar 13307045 Fakultas Teknologi Industri Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung Bandung

Lebih terperinci

Resonator Rongga Individual Resonator rongga individual yang dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran-ukuran berbeda digunakan di gereja- ge

Resonator Rongga Individual Resonator rongga individual yang dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran-ukuran berbeda digunakan di gereja- ge Fisika Bangunan 2: Bab 8. Penyerapan Suara (Resonator Rongga dan celah) Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T yeffry@unikom.ac.id 82 Resonator Rongga Penyerap jenis ini terdiri dari sejumlah udara tertutup

Lebih terperinci

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana Pengendalian Bising Oleh Gede H. Cahyana Bunyi dapat didefinisikan dari segi objektif yaitu perubahan tekanan udara akibat gelombang tekanan dan secara subjektif adalah tanggapan pendengaran yang diterima

Lebih terperinci

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN 7.1. TUJUAN PENGUKURAN Ada banyak alasan untuk membuat pengukuran kebisingan. Data kebisingan berisi amplitudo, frekuensi, waktu atau fase informasi, yang

Lebih terperinci

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA Dani Ridwanulloh 13306037 LATAR BELAKANG Kondisi akustik ruangan yang baik sesuai fungsi ruangan diperlukan agar penggunaan ruangan tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi Hukum konservasi energi mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Energi hanya bisa diubah bentuk dari bentuk satu ke bentuk

Lebih terperinci

Kekerasan (loudness) yang cukup Kekerasan menjadi masalah karena ukuran ruang yang besar Energi yang hilang saat perambatan bunyi karena penyerapan da

Kekerasan (loudness) yang cukup Kekerasan menjadi masalah karena ukuran ruang yang besar Energi yang hilang saat perambatan bunyi karena penyerapan da Fisika Bangunan 2: Bab 9. Persyaratan Akustik Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T yeffry@unikom.ac.id 99 Persyaratan Akustik Auditorium Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup terutama di tempat duduk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK SERAT ALAM AMPAS TAHU (GLYCINE MAX) MENGGUNAKAN METODE TABUNG

KARAKTERISTIK ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK SERAT ALAM AMPAS TAHU (GLYCINE MAX) MENGGUNAKAN METODE TABUNG KARAKTERISTIK ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK SERAT ALAM AMPAS TAHU (GLYCINE MAX) MENGGUNAKAN METODE TABUNG Arlindo Rizal 1), Elvaswer 2), Yulia Fitri 1) 1). Jurusan Fisika, FMIPA dan Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap manusia karena dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam aktifitas sehari-hari. Namun kemajuan

Lebih terperinci

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK Sepertinya bunyi dalam padatan hanya berperan kecil dibandingkan bunyi dalam zat alir, terutama, di udara. Kesan ini mungkin timbul karena kita tidak dapat

Lebih terperinci

DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL

DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon (0291) 681024 Abstraksi : Desain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gelombang Bunyi Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi sebagai hasil dari fluktuasi tekanan karena perapatan dan perenggangan dalam media elastis. Sinyal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

TAKE HOME TEST AKUSTIK TF MASJID dan AKUSTIK RUANG

TAKE HOME TEST AKUSTIK TF MASJID dan AKUSTIK RUANG TAKE HOME TEST AKUSTIK TF 3204 MASJID dan AKUSTIK RUANG oleh: TRI PUJI HERIYANTO 13307003 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 LATAR BELAKANG Masjid merupakan

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung Mohammad Romy Hidayat, Andi Rahmadiansah, ST. MT. Jurusan

Lebih terperinci

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen

Lebih terperinci

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka Gedung Merdeka pada awalnya diperuntukan sebagai tempat pertemuan Societeit Concordia, sebuah perkumpulan beranggotakan orang-orang Belanda

Lebih terperinci

Analisis Kualitatif Ruang Kuliah TVST B dan TVST A

Analisis Kualitatif Ruang Kuliah TVST B dan TVST A Analisis Kualitatif Ruang Kuliah TVST B dan TVST A Dibuat Untuk Memenuhi UTS Akustik Oleh: Ghufran Rahmat P. (13307075) Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

ACOUSTICS An Introduction Book of : Heinrich Kuttruff

ACOUSTICS An Introduction Book of : Heinrich Kuttruff ACOUSTICS An Introduction Book of : Heinrich Kuttruff Translate by : Setyaningrum Ambarwati M 0207014 Fisika-UNS Halaman 79-86 5.5 Dipol Sebagai contoh pertama dari sumber suara direktif kita menganggap

Lebih terperinci

TAKE HOME TEST TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG KULIAH 9212 GEDUNG KULIAH UMUM ITB

TAKE HOME TEST TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG KULIAH 9212 GEDUNG KULIAH UMUM ITB TAKE HOME TEST TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG KULIAH 9212 GEDUNG KULIAH UMUM ITB Nama : Qamaruzzaman NIM : 13307017 Tanggal pengumpulan : Senin, 29 Maret 2010 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB UTS TF-3204 AKUSTIK RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB oleh CHAIRINNAS 13307099 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 A. Latar Belakang Ruangan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami BAB II DASAR TEORI 2.1 Dasar Teori Serat Alami Secara umum serat alami yang berasal dari tumbuhan dapat dikelompokan berdasarkan bagian tumbuhan yang diambil seratnya. Berdasarkan hal tersebut pengelompokan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1. Tinjauan Tema Proyek 3.1.1. pengertian Akustik Akustik adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bunyi atau suara dan cara mengendalikan bunyi supaya nyaman bagi telinga

Lebih terperinci

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN Pada bab ini akan dibahas teori apa saja yang menunjang untuk mendeskripsikan bagaimana keadaan akustik dari BU UKSW. Dengan teori teori yang akan dibahas di

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik Oleh : Muhammad Andhito Sarianto 13306011 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini akan membahas latar belakang masalahan, tujuan, dan sistematika pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium Multifungsi : Balairung Utama UKSW.

Lebih terperinci

1. SUMBER BUNYI. Gambar 7

1. SUMBER BUNYI. Gambar 7 1. SUMBER BUNYI Oleh : Arif Kristanta Gambar 7 Bunyi adalah salah satu bentuk energi. Bunyi yang kita dengar selalu berasal dari suatu sumber bunyi. Kita dapat mendengar bunyi jika sumber bunyi bergetar.

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA Pandu Kartiko 1, Sumaryoto 2, Moh. Muqoffa 3 Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta 1,2,3 pandukartiko@live.com

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI Lea Prasetio, Suyatno, Rizki Armandia Mahardika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1. Tinjauan Tema Proyek 3.1.1. Latar Belakang Tema Dalam suatu bangunan dengan ruang-ruang yang berfungsi sebagai ruang musik (auditorium, studio rekaman, kelas praktek, dll) sering

Lebih terperinci

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K)

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K) Gelombang Bunyi Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi yaitu ada sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG TF-3204 Akustik Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang Nama : Adrianus Pradipta T.W. Nim : 13307043 AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1. LATAR BELAKANG Tujuan utama dari penelitian desain akustika

Lebih terperinci

Kondisi akustik ruangan 9231 GKU Timur ITB

Kondisi akustik ruangan 9231 GKU Timur ITB PENINJAUAN AKUSTIK RUANG 9231 GKU Timur ITB Chrisman K. Panggabean / 133070977 PROGRAM STUDI TEKNIKK FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Kondisi akustik ruangan 9231 GKU Timur ITB 1. Latar Belakang Ruangan

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

1. SUMBER BUNYI. Gambar 1

1. SUMBER BUNYI. Gambar 1 1. SUMBER BUNYI Gambar 1 Bunyi adalah salah satu bentuk energi. Bunyi yang kita dengar selalu berasal dari suatu sumber bunyi. Kita dapat mendengar bunyi jika sumber bunyi bergetar. Getaran dari sumber

Lebih terperinci

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau 1 Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau Kukuh Darmawan, Ir. Heri Joestiono, MT dan Ir. Wiratno Argo Asmoro, M.Sc Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru,

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

Suara Di Ruang Tertutup

Suara Di Ruang Tertutup Suara Di Ruang Tertutup Pada bab-bab sebelumnya menunjukkan bahwa meningkatnya bidang pembatas bunyi disertai dengan meningkatnya kompleksitas. Demikian bayangan yang dihasilkan pesawat yang terkena gelombang

Lebih terperinci

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI ADE OKTAVIA 0810443049 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Sampel Peredam Sampel peredam yang digunakan memiliki bentuk balok dengan dimensi 5cm x 5cm x 5cm dengan variasi pola permukaan yang tidak rata dan terdapat lubang

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB Ujian Tengah Semester Akustik TF-3204 Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB Oleh : Muhamad Reza Hediyono 13306017 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana alur kerja dan proses pembuatan material komposit sandwich serat alami serta proses pengujian material tersebut untuk karakteristik

Lebih terperinci

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB Oleh Vebi Gustian 13307065 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I Latar Belakang Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 7 BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN A. Pengertian Judul 1. Gorontalo Menunjukan sebuah nama lokasi/daerah yaitu Provinsi Gorontalo merupakan hasil pemekaran dari provinsi sebelumnya Provinsi Sulawesi Utara.

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK Evaluasi Kondisi Akustik Ruang 9311 Lokasi: Gedung T.P. Rachmat Lantai Satu OLEH: THOMAS JUNIOR SEMBIRING 13307125 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK Ade Oktavia, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,

Lebih terperinci

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif Widyawan A. Widarto 1 1 Peserta Kuliah TF3204 Akustik 2010, NIM 13307005 Kelas Ganjil Dosen : Sugeng Joko Sarwono Intisari

Lebih terperinci

Walt Disney Concert Hall

Walt Disney Concert Hall Walt Disney Concert Hall Oleh: Riska Susanti (13310073) Walt Disney Concert Hall, berlokasi di 151 South Grand Avenue Los Angeles, merupakan salah satu gedung konser terbaik dunia. Dibuka pada 23 Oktober

Lebih terperinci

Penilaian Subjektif Kondisi Akustik di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta

Penilaian Subjektif Kondisi Akustik di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta Penilaian Subjektif Kondisi Akustik di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Individual Take Home Test Mata Kuliah TF3204-Akustik Oleh: Rendiza Vataneta /

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Andy Sutanto 1, Jimmy Priatman 2, Christina E. Mediastika 3 ABSTRAK: Faktor

Lebih terperinci

Aspek Desain Akustik pada Sound Stage Studio, Scoring Stage Studio, dan Foley Stage Studio

Aspek Desain Akustik pada Sound Stage Studio, Scoring Stage Studio, dan Foley Stage Studio Aspek Desain Akustik pada Sound Stage Studio, Scoring Stage Studio, dan Foley Stage Studio Berikut adalah contoh contoh studio recording suara untuk mendukung produksi film. A. Desain Akustik pada Sound

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternak, satwa, dan sistem alam (Kusuma, 1996). Menurut WHO (Word Healt

BAB I PENDAHULUAN. ternak, satwa, dan sistem alam (Kusuma, 1996). Menurut WHO (Word Healt BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan

Lebih terperinci

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU Kukuh Darmawan 2410105001 Pembimbing I Pembimbing II : Ir. Heri Joestiono, MT : Ir. Wiratno Argo Asmoro, M.Sc. LatarBelakang Sebagaimana fungsinya,

Lebih terperinci

Take Home Test Akustik TF3204 Laporan Kondisi Ruangan Aula Barat ITB

Take Home Test Akustik TF3204 Laporan Kondisi Ruangan Aula Barat ITB Take Home Test Akustik TF3204 Laporan Kondisi Ruangan Aula Barat ITB Disusun Oleh: Krisna Resi 13307061 Latar Belakang Aula barat ITB merupakan ruangan yang dirancang untuk melakukan beberapa kegiatan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS 1 Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS Ferry Setyo Kurniawan, Wiratno Argo Asmoro Jurusan Teknik Fisika- Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. yang dipadukan dengan sentuhan arsitektur modern yang. dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara alam, bangunan, dan

BAB V KAJIAN TEORI. yang dipadukan dengan sentuhan arsitektur modern yang. dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara alam, bangunan, dan BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Penekanan tema desain pada projek Teater Kesenian di Surakarta adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Arsitektur Neo-Vernakular

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam 43 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam padi terhadap kekuatan komposit beton ringan tersebut dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI Lea Prasetio, Suyatno, Rista Dwi Permana Sari Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi selain membawa dampak positif dalam kehidupan manusia juga banyak menimbulkan dampak negatif yang merugikan manusia seperti di antaranya polusi

Lebih terperinci

LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA

LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA 62 LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA Suharyani, Dhani Mutiari Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perkuliahan, proses belajar mengajar diadakan di dalam suatu ruang kelas atau ruang serbaguna. Dalam proses tersebut terjadi interaksi antara pembicara

Lebih terperinci

Acoustics Design dan Soundproofing pada Sound Stage, Scoring Stage, dan Foley Stage di Studio Film

Acoustics Design dan Soundproofing pada Sound Stage, Scoring Stage, dan Foley Stage di Studio Film Acoustics Design dan Soundproofing pada Sound Stage, Scoring Stage, dan Foley Stage di Studio Film Soundproofing Sound Stage Sound stage adalah suatu ruang besar yang digunakan untuk produksi film secara

Lebih terperinci

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB Nama Rizki Febrian Nim 13307111 Kelas 01 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO Oleh : Firda Awal Gemilang 13306015 JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2010 DAFTAR ISI BAB I

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL Gedung Auditorium Musik Bandung ini merupakan fasilitas yang diperuntukkan kepada kaum remaja di Bandung. Kaum remaja yang senang berekspresi menjadi pertimbangan dalam pencarian

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) 0142241 Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Arif Pugoh Nugroho, Lila Yuwana, Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, abu gosok, bahan bakar dan sebagai pembuatan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN Fajri Ridhola, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C MAKALAH AKUSTIK TF3204 Oleh : Rakhmat Luqman Ghifari 13305040 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL Oleh: Arif Widihantoro NIM: 192008023 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains

Lebih terperinci

Desain Akustik pada Recording Studio

Desain Akustik pada Recording Studio Desain Akustik pada Recording Studio Mengenal proses dan lingkungan studio musik Kegiatan merekam vokal, alat musik akustik, dan alat musik elektronik dalam skala industri adalah industri utama yang mendukung

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME)

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME) PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME) Yunita A.Sabtalistia 1 1 Jurusan Arsitektur, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440 Email: yunitas@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026 UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026 Disusun oleh Samuel Rivai Sitindaon 13306069 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG LAPORAN PERANCANGAN AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG AR 40Z0 - TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMESTER I 2007/2008 Oleh : TRI MURDONO 152 03 043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN,

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci