BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Suryadi Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Caring 1.1. Definisi Caring Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Mayeroff (1872, dalam Morrison & Burnard, 2008) menjelaskan bahwa caring adalah suatu proses yang memberikan kesempatan pada seseorang, baik pemberi asuhan maupun penerima asuhan untuk pertumbuhan pribadi. Aspek utama caring menurut Mayeroff meliputi pengetahuan, pengalaman, kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan dan keberanian. Benner (1984, dalam Potter & Perry, 2009) juga menggambarkan inti dari praktik yang baik adalah caring. Caring merupakan sentral praktik keperawatan. Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenal klien, membuat perawat mengetahui masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya (Potter & Perry, 2009). Beberapa teori dalam keperawatan telah dikembangkan dari berbagai sudut pandang untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tentang caring. Teori yang mendukung pernyataan bahwa caring merupakan sentral praktik keperawatan dan 6
2 7 bukan merupakan sesuatu yang unik dalam praktik keperawatan adalah teori yang dikemukakan oleh Swanson. Swanson (1991, dalam Potter & Perry, 2009) mendefinisikan bahwa caring adalah suatu cara pemeliharaan hubungan dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab. Teori Swanson berguna dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang berguna dan efektif. Leininger (1991, dalam Blais dkk, 2007) menyatakan bahwa caring penting untuk tumbuh kembang dan kelangsungan hidup manusia. Caring berfungsi untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi dan cara hidup manusia yang menekankan pada aktivitas yang sehat dan memampukan individu dan kelompok berdasarkan budaya. Perilaku caring mencakup memberi kenyamanan, kasih sayang, perhatian, memfasilitasi koping, empati, memandirikan, fasilitasi, minat, perilaku membantu, cinta, pengasuhan, perilaku protektif, perilaku restoratif, berbagi, perilaku menstimulasi, pertolongan, dukungan, pengawasan, kelembutan, tindakan konsultasi kesehatan, tindakan instruksi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. Perilaku caring juga meliputi menghormati klien, memberikan sentuhan pada klien, kehadiran dan membina kedekatan dengan klien (Creasia & Parker, 2001). Watson dengan teori Nursing: The Philosophy and Science of Caring mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi klien sebagai manusia. Bentuk hubungan perawat dan klien adalah hubungan yang wajib dipertanggungjawabkan secara profesional untuk meningkatkan dan
3 8 melindungi klien sebagai manusia sehingga mempengaruhi kesanggupan klien untuk sembuh (Tomey & Alligood, 2006). Caring melibatkan keterbukaan, komitmen dan hubungan perawat klien yang meliputi keinginan untuk merawat dengan tulus, tanggapan positif, dukungan atau intervensi fisik oleh perawat (Synder, 2011). Griffin (1983, dalam Morrison & Burnard, 2008) membagi konsep caring ke dalam dua domain utama. Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal essensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada pasien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh pengaruh antara perawat dan pasien. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pernyataan diatas adalah caring terdiri atas dua aspek yaitu berupa tindakan nyata perawat dalam melakukan peran dan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan aspek afektif perawat seperti perasaan cinta, altruisme, belas kasih, kehangatan serta perasaan lain yang mendasari perawat melakukan tindakan caring kepada klien.
4 Definisi Perilaku Caring Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Perilaku caring sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku caring sangat penting dalam pelayanan keperawatan karena akan memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat akan lebih memahami konsep caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan. Seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang (Dwidiyanti, 2007 dalam Nurbiyati, 2013). Perilaku caring menurut Watson (1979, dalam Tomey & Alligood, 2006) adalah proses yang dilakukan perawat meliputi pengetahuan, tindakan dan dideskripsikan sebagai sepuluh faktor karatif yang digunakan dalam praktik keperawatan di beberapa setting klinik yang berbeda. Duffy (2005) menambahkan bahwa perilaku caring merupakan suatu harapan dari pasien maupun keluarga mengenai praktik keperawatan dan caring merupakan kata sifat yang biasa digunakan oleh perawat dan mahasiswa keperawatan untuk menggambarkan karakteristik praktik keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia (Blais dkk, 2007).
5 Teori Caring Watson Watson (2001, dalam Fawcett, 2005) menjelaskan empat komponen dari Theory of Human Caring yaitu: 1. Transpersonal Caring Relationship Transpersonal Caring Relationship dijelaskan lebih lanjut dalam hal hubungan atau proses intersubjektif antara perawat dan klien, dimana Watson (1985, dalam Fawcett, 2005) melihatnya baik sebagai ilmu dan seni. Komponen Transpersonal Caring Relationship adalah Self, Phenomenal Field dan Intersubjectivity. Caring yang ideal memerlukan suatu intersubjektivitas, dimana kedua orang yang terlibat memiliki potensi untuk memungkinkan pemberi perawatan dan menjadi penerima perawatan (Watson, 1989 dalam Fawcett, 2005). 2. Caring Moment/ Caring Occasion Watson (1996, dalam Fawcett, 2005) menjelaskan Caring Moment adalah momen ketika perawat dan pasien bersatu dalam suatu cara dimana kesempatan untuk perawatan manusia tercipta. Keduanya dengan perbedaan dan keunikan masing-masing memiliki tanggung jawab untuk menyatukan hubungan satu sama lain. 3. Caring (Healing) Consciousness Watson (2001, dalam Fawcett, 2005) mendefinisikan dan menggambarkan konsep Caring (Healing) Consciousness menggunakan istilah "caringpenyembuhan - kesadaran menyayangi". Konsep Caring (Healing) Consciousness menjelaskan caring menghubungkan kesadaran satu individu untuk caring dengan
6 11 individu lainnya. Selain itu, Caring (Healing) Consciousness dikomunikasikan perawat untuk pasien yang dirawatnya. 4. Clinical Caritas Processes Clinical Caritas Processes merupakan kompotensi caring dalam keperawatan yang lebih dikenal sebagai representasi nilai, sikap dan perilaku perawat yang menimbulkan perasaan dipedulikan yang dipersepsikan oleh klien. Clinical Caritas Processes merupakan komponen caring yang interaktif di semua proses dengan pendekatan holistik untuk pemahaman dan mempelajari asuhan keperawatan. Clinical Caritas Processes disini menyatukan tindakan fisik, interaksi, hubungan dan memahami antara perawat dan klien. Watson menggunakan istilah karatif sebagai kontras terhadap faktor kuratif dalam kedokteran konvensional (Watson, 2001 dalam Fawcett, 2005). Perilaku caring yang dilakukan oleh perawat meliputi pengetahuan, tindakan dan dideskripsikan sebagai sepuluh faktor karatif serta digunakan dalam praktik keperawatan di beberapa setting klinik yang berbeda. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006) : 1) Membentuk dan menghargai sistem nilai humanistic dan altruistic Nilai-niai humanistic dan altruistic adalah sikap yang didasari pada nilainilai kemanusiaan yaitu menghormati otonomi dan kebebasan klien terhadap pilihan yang terbaik menurutnya serta mementingkan orang lain dari pada diri sendiri, dimanifestasikan dengan memanggil nama klien dengan nama sehari-hari, mengenal karakteristik klien (umur, pekerjaan, pendidikan, alamat),
7 12 mendahulukan kepentingan klien dari pada kepentingan pribadi, serta memberi waktu pada klien meskipun sedang sibuk. 2) Menanamkan sikap penuh pengharapan atau kepercayaan (Faith-Hope) Faktor ini sangat erat hubungannya dengan nilai altruistic dan humanistic. Perawat membantu klien untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan melalui hubungan yang efektif dengan klien dan memfasilitasi klien untuk menerapkan gaya hidup sehat. Perawat juga memotivasi penerimaan klien terhadap pengobatan yang dilakukan dan membantu klien memahami alternatif terapi yang diberikan, memberikan keyakinan akan adanya kekuatan penyembuhan/kekuatan spiritual dan penuh pengharapan. 3) Menumbuhkan sensisitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain Perawat harus belajar untuk mengembangkan sifat sensitif dan peka terhadap perasaan klien sehingga dapat lebih ikhlas, otentik dan sensitif dalam memberikan asuhan keperawatan, ditandai dengan sikap empati dan mampu menempatkan diri pada posisi klien, ikut merasakan atau prihatin terhadap ungkapan penderitaan yang dikatakan klien serta siap membantu setiap saat, dapat mengendalikan perasaan ketika klien bersikap kasar terhadap perawat serta perawat menyetujui keinginan klien akan sesuatu yang dibutuhkan klien. 4) Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam hal ini, kejujuran, empati, kehangatan dan komunikasi efektif. Manifestasi
8 13 perilaku caring terkait faktor ini seperti mengucapkan salam ketika berinteraksi dengan klien, memperkenalkan diri kepada klien saat awal kontrak serta membuat kontrak hubungan dan waktu, meyakinkan klien bahwa ia siap menolong setiap saat dibutuhkan dengan tulus dan ikhlas, mengenali keluarga klien, bersikap hangat dan bersahabat, menyediakan waktu bagi klien untuk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya melalui komunikasi efektif serta menjelaskan prosedur setiap tindakan yang akan dilakukan kepada klien. 5) Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif Perawat berbagi perasaan dengan klien merupakan hal yang riskan. Perawat harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ekspresi perasaan positif dan negatif klien dengan cara memahami ekspresi klien secara emosional maupun intelektual dalam situasi yang berbeda. Manifestasi perilaku caring terkait faktor ini antara lain memotivasi klien untuk mengemukakan perasaan positif maupun negatif, mendengarkan keluhan klien dengan sabar walaupun waktunya lama, mendengarkan keinginan klien untuk sembuh dan apa yang akan dilakukan jika sembuh. 6) Menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan Perawat menggunakan proses keperawatan yang sistematis dan terorganisir untuk menyelesaikan masalah kesehatan klien sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan. Perilaku caring perawat terkait faktor ini antara lain memeriksa dan mengkaji lebih lanjut tentang masalah yang dihadapi klien, bertanya tentang keinginan klien yang khusus untuk dipenuhi dan cara pemenuhan kebutuhan
9 14 tersebut, mengabulkan permintaan klien untuk mendapatkan sesuatu karena tahu bila tidak dipenuhi dapat menimbulkan kecemasan serta memenuhi keinginan klien yang berbeda-beda dengan sabar. 7) Meningkatkan proses pembelajaran dalam hubungan interpersonal Faktor karatif ini merupakan konsep yang penting bagi keperawatan untuk membantu kesembuhan dengan bentuk kepedulian. Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar mengajar bertujuan untuk memandirikan klien dalam memenuhi kebutuhan diri dan memberikan pribadi klien kesempatan untuk berkembang. Pasien diharapkan untuk mendapat informasi tentang status kesehatannya. 8) Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif Perawat harus menyadari bahwa lingkungan internal dan eksternal berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit individu. Lingkungan internal meliputi mental dan kesejahteraan spiritual serta keyakinan sosial budaya individu. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privacy, keamanan dan kebersihan serta keindahan. Manifestasi perilakunya antara lain menyetujui keinginan klien untuk bertemu atau mendatangkan pemuka agamanya, mengijinkan dan mendorong klien untuk berdoa/beribadah sesuai dengan agamanya, bersedia menghubungi keluarga dan teman yang diharapkan untuk mengunjungi klien.
10 15 9) Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia Perawat harus memahami kebutuhan biofisikal, psikososial dan interpersonal bagi dirinya sendiri dan juga klien. Klien harus terpenuhi kebutuhan tingkat dasar terlebih dahulu sebelum berusaha mencapai kebutuhan yang berada di atasnya. Perawat yang bersifat caring selalu berusaha memperlakukan klien sebagai individu dan mencoba mengidentifikasi kebutuhan pasien. Mereka juga mendahulukan kepentingan pasien, dapat dipercaya dan terampil. 10) Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic Perawat harus memahami pertumbuhan dan kematangan jiwa klien (fenomenologis) tentang data serta situasi yang membantu pemahaman klien tentang fenomena. Yang dapat dilakukan perawat antara lain mengajarkan perubahan gaya hidup yang sehat kepada klien untuk meningkatkan kesehatan, menyediakan lingkungan yang mendukung, mengajarkan metode pemecahan masalah, mengenalkan pada klien keterampilan koping maupun adaptasi terhadap rasa kehilangan, mengijinkan klien menggunakan kekuatan spiritual untuk melakukan terapi alternatif sesuai pilihannya, memotivasi klien dan keluarga untuk berserah diri kepada Tuhan, menyiapkan klien dan keluarga saat menghadapi fase berduka Teori Caring Lainnya Teori Caring Menurut Simon Roach Menurut Roach (1995, dalam Blais dkk, 2007) ada lima komponen caring. Lima komponen tersebut adalah:
11 16 1. Compassion (kasih sayang) Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain dapat berupa membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan kesempatan untuk berbagi, dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, serta memberikan dukungan secara penuh. 2. Competence (kemampuan) Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap profesi. Compassion tanpa competence akan terjadi kelalaian klinis, sebaliknya competence tanpa compassion menghasilkan suatu tindakan. 3. Confidence (kepercayaan diri) Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar manusia dengan penuh percaya diri. Confidence dapat berupa ekpresi caring yang meningkatkan kepercayaan tanpa mengabaikan kemampuan orang lain untuk tumbuh dan menyampaikan kebenaran. 4. Concience (suara hati) Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai humanistik altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang dianut dan direfleksikan pada tingkah lakunya. 5. Commitment Melakukan tugas secara konsekuen dan berkualitas terhadap tugas, orang, karir yang dipilih.
12 Teori Caring Menurut K. M. Swanson Swanson (1991, dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar mereka merasakan komitmen dan tanggung jawab terhadap dirinya sendirinya. Swanson dalam Middle Theory of Caring mendeskripsikan lima komponen proses caring yaitu: 1. Mengetahui (Knowing) Knowing berarti berusaha untuk memahami arti suatu kejadian dalam kehidupan pasien, mencegah adanya asumsi, berfokus pada perawatan untuk pasien, mencari tanda-tanda, melakukan pengkajian secara cermat dan melibatkan diri dengan pasien. Perawat memahami peristiwa yang dialami pasien dan arti dari peristiwa tersebut bagi pasien serta mampu menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi pasien. 2. Kehadiran atau Keberadaan (Being With). Kehadiran berarti menghadirkan emosi saat bersama pasien. Hal ini berarti hadir secara fisik, menyampaikan keberadaan dan berbagi perasaan dengan pasien tanpa membebani pasien. 3. Melakukan (Doing For) Melakukan pelayanan keperawatan untuk membantu pasien dalam perawatan total atau mendukung pasien untuk melakukan perawatan mandiri. Sub kategori perilaku yang termasuk hal ini adalah mengantisipasi kebutuhan pasien, memberikan kenyamanan, memberikan pelayanan keperawatan secara kompeten dan terampil serta melindungi martabat pasien selama perawatan.
13 18 4. Memungkinkan (Enabling) Enabling berarti membantu pasien dan memfasilitasi pasien agar dapat merawat dirinya sendiri. Enabling juga berarti membantu pasien untuk melalui masa transisi dalam kehidupan atau melalui peristiwa yang tidak biasa dengan cara berfokus pada kejadian tersebut, menginformasikan, menjelaskan, mendukung dan memberikan feedback. 5. Mempertahankan Kepercayaan (Maintaining Belief) Proses ini merupakan fondasi caring dan ditunjukkan pada keyakinan terhadap kapasitas seseorang melalui bekerja bersama-sama dan mengenali arti suatu kejadian atau kondisi bagi pasien Manfaat Perilaku Caring Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring yang diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai perilaku manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi pemberian pelayanan kepada pasien. Watson (1979, dalam Tomey & Alligood, 2006) menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain itu, perilaku caring perawat memberi pengaruh dalam pelayanan yang berkualitas pada pasien (Prompahakul, Nilmanat & Kongsuwan, 2011). Perilaku caring perawat juga memberikan kontribusi besar terhadap kualitas pengalaman pasien selama dilakukan perawatan (Wolf, Miller & Devine, 2003). Setiadi, Siswadi & Florensa
14 19 (2013) menjelaskan caring mempunyai banyak manfaat untuk pasien, seperti ketenangan jiwa, membina rasa percaya dan mengurangi kecemasan pasien sehingga akan membantu kesembuhan dan menimbulkan kepuasan pasien. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien Aplikasi Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan Perilaku perawat yang ditunjukkan dalam asuhan keperawatan berhubungan dengan caring meliputi kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan dan mengenal klien. (a) kehadiran bukan berarti hanya hadir secara fisik melainkan juga komunikasi dan juga memahami klien; (b) sentuhan, sebagai satu bentuk komunikasi yang merupakan awal terjadinya hubungan antara perawat dan klien (Potter & Perry, 2009). Sentuhan terdiri atas sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak (Fredrikkson, 1999 dalam Potter & Perry, 2009). Sentuhan kontak berarti adanya persinggungan antara kulit dan kulit, sedangkan sentuhan non-kontak berarti adanya kontak mata antara perawat dan klien. (c) mendengarkan, caring bukan hanya merupakan suatu interaksi interpersonal dan berbicara satu sama lain, tetapi lebih dari itu, dalam hubungan caring perawat dan klien membangun hubungan saling percaya, membuka jalur komunikasi dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien. Mendengarkan klien berarti perawat dapat memahami dan mengintrepetasikan apa yang dikatakan klien serta memberikan umpan balik pada klien (Kembe,1992 dalam Potter & Perry, 2009); (d) mengenal dan memahami klien adalah inti dari proses pengambilan keputusan
15 20 oleh perawat. Hubungan caring yang terbentuk antara klien dan perawat membantu perawat untuk lebih mengenal klien secara individu yang unik sehingga perawat dapat menentukan tindakan keperawatan yang sesuai dan efektif bagi klien (Potter & Perry, 2009). Aplikasi caring perawat seperti memperkenalkan diri serta membuat kontrak hubungan, memanggil klien dengan namanya, menggunakan sentuhan, mengkaji lebih lanjut keinginan klien, meyakinkan klien bahwa perawat akan membantu klien dalam memberikan asuhan keperawatan, memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan (inform consent), mendengarkan dengan penuh perhatian, bersikap jujur, bersikap empati, dapat mengendalikan perasaan, selalu mendahulukan kepentingan klien, tidak menerima uang dari klien, memberi waktu dan perhatian, bekerja dengan terampil dan cermat berdasarkan ilmu, kompeten dalam melakukan tindakan keperawatan, berespon dengan cepat dan tanggap, mengidentifikasi secara dini perubahan status kesehatan klien, serta memberikan rasa aman dan nyaman (Kozier, 2007). 2. Program Pendidikan Profesi Ners di Indonesia 2.1. Tahap Program Pendidikan Profesi Ners Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit
16 21 maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya Nasional, 1983 dalam Nurhidayah, 2011). Untuk menjadi perawat profesional, seorang perawat harus menempuh dua tahap pendidikan keperawatan yaitu tahap pendidikan akademik yang setelah lulus akan bergelar S.Kep dan tahap pendidikan profesi yang setelah lulus akan bergelar Ners (Ns) (Nurhidayah, 2011). Mahasiswa keperawatan akan memulai program pendidikan profesi keperawatan setelah lulus dari program pendidikan akademik. Program pendidikan profesi keperawatan dilaksanakan selama satu tahun atau dua semester. Di Indonesia, proses program pendidikan profesi keperawatan terdiri dari pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL) (Nursalam, 2008). Pada tahap pendidikan profesi mahasiswa akan mengaplikasikan seluruh pengetahuan dan teori yang telah didapat selama pendidikan akademik ke dalam masalah klinik yang nyata (Nurhidayah, 2011). Program pendidikan profesi keperawatan juga merupakan suatu proses yang akan mengantarkan mahasiswa menjadi seorang perawat profesional dimana mahasiswa akan diberi kesempatan untuk beradaptasi dengan perannya sebagai perawat profesional di situasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau komunitas dengan cara melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar, menerapkan pendekatan proses keperawatan, menampilkan sikap atau tingkah laku profesional, dan menerapkan keterampilan profesional (Nursalam, 2008). Menurut Reilly (2002, dalam Nurhidayah, 2011). Pembelajaran klinik merupakan tempat bagi mahasiswa untuk bereksperimen
17 22 dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan bentuk perawatan baru. Setelah melalui tahap pendidikan profesi keperawatan diharapkan mahasiswa telah mempunyai sikap, pengetahuan dan keterampilan profesional. Untuk menghasilkan perawat yang profesional, maka program pendidikan profesi keperawatan disusun dengan mempertimbangkan lima aspek yaitu : (1) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan; (2) kemampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah; (3) sikap dan tingkah laku profesional; (4) belajar aktif dan mandiri; (5) pendidikan berada di masyarakat (Nurhidayah, 2011). Dengan menjalani kelima aspek tersebut diharapkan mahasiswa lulusan program pendidikan profesi keperawatan memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan profesional baik sebagai pemberi asuhan (caregiver), pembela klien (client advocate), penilai kualitas asuhan (quality of evaluator), manajer (manager), peneliti (researcher), pendidik (educator), maupun konsultan (consultant) (Nurhidayah, 2011) Kompetensi Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Nursalam (2008) menjelaskan penataan kompetensi harus mulai dilakukan, baik kompetensi akademik maupun profesional. Menurut International Council of Nursing (ICN), kompetensi bermakna pengetahuan, keterampilan, sikap dan pertimbangan yang terintegrasi dan harus dimiliki/dipersyaratkan untuk melakukan tindakan secara aman dalam lingkup praktik keperawatan individu.
18 23 Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi untuk perawat generalis dikelompokkan menjadi tiga kompetensi utama, yaitu sebagai berikut: 1. Praktik profesional, etik dan legal serta peka budaya 2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan 3. Pengembangan profesional Berdasarkan Buku Panduan Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi 2014 Fakultas Keperawatan, kompetensi lulusan program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang kontinu harus dicapai dalam tahap baik akademik maupun profesi adalah sebagai berikut: 1. Kompetensi Utama a. Mampu berkomunikasi secara efektif b. Mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan c. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan profesional di klinik dan komunitas d. Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan e. Mampu menjalin hubungan interpersonal f. Mampu melakukan penelitian sederhana g. Mampu menjadi advokat bagi klien yang dirawatnya h. Mampu mengembangkan profesionalisme secara terus-menerus/ belajar sepanjang hayat
19 24 2. Kompetensi Pendukung a. Mampu berpikir kritis menggunakan metodologi keperawatan dan metodologi riset b. Mampu melaksanakan peran sebagai pemimpin perubahan dalam kerja tim pelayanan keperawatan c. Mampu mendeseminasikan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan 3. Kompetensi Lainnya Kompetensi lainnya yang dirumuskan untuk membantu meningkatkan daya saing dan menunjukkan ciri khas lulusan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, adalah: a. Mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dalam situasi klinis b. Mampu berperan serta dalam penerapan holistic caring Kompetensi lulusan Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan tersebut dijabarkan secara detail dalam pencapaian setiap mata ajar, yang mengikuti acuan sesuai Standar Kompetensi Perawat Indonesia (SKPI) SKPI adalah suatu standar kompetensi perawat vokasi dan standar kompetensi ners generalis Indonesia yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi bekerjasama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Keperawatan Indonesia (AIPDiKI) dengan menggunakan referensi dari berbagai negara dan International Council of Nursing
20 25 (ICN). SKPI dibuat untuk menjamin dilaksanakannya pelayanan atau asuhan keperawatan yang aman dan berkualitas bagi masyarakat oleh perawat Indonesia Penerapan Perilaku Caring Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Perilaku caring juga dilakukan oleh mahasiswa yang sedang melaksanakan program pendidikan profesi ners. Salah satu penerapan perilaku caring mereka adalah kehadiran (Schaefer, 2003). Kehadiran disini meliputi keberadaan mahasiswa profesi ners dalam memberikan waktunya untuk mendengarkan secara aktif dan sensitif terhadap pasien yang mereka rawat. Menjadi sensitif terhadap pasien adalah salah satu dari sepuluh kegiatan caring praktisi perawat (Brunton & Beaman, 2000 dalam Schaefer, 2003). Kehadiran berfungsi sebagai sarana untuk merawat dan sebagai intervensi caring. Perilaku caring mahasiswa program profesi ners tidak terjadi tanpa adanya kehadiran karena mereka tidak meluangkan waktu untuk mengetahui pasien. Perilaku caring lainnya meliputi mendukung dan memberikan perhatian ke pasien tanpa mengharapkan imbalan apa pun, menunjukkan rasa hormat terhadap pasien, berbicara dengan pasien dan bersikap jujur dengan pasien (Schaefer, 2003). Penerapan perilaku caring mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan antara lain, kemampuan untuk mendengarkan, tersenyum, menyapa, menyentuh, menenangkan pasien, respek, kontak mata, tanggap, bicara dengan lembut dan tidak menghakimi pasien (Setiawan & Tumanggor, 2013).
21 26 3. Studi Fenomenologi Riset fenomenologi didasarkan pada falsafah fenomenologi yang didukung oleh Edmen Husserl. Husserl menyatakan bahwa makna merupakan pengalaman pribadi yang dapat dibagikan atau disampaikan kepada orang lain secara objektif dan diambil intinya saja agar orang lain lebih dapat memahami. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup seseorang. Penelitian fenomenologi berusaha untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu hal atau sejumlah situasi (Polit & Beck, 2012). Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena dalam bentuk pengalaman hidup. Penggunaan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi bertujuan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, mendalam, credible dan bermakna. Selain itu, pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa dan memberikan gambaran terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami beberapa individu dalam situasi yang dialami. Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali definisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti. Fenomenologi berfokus pada apa yang dialami oleh manusia pada beberapa fenomena dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut. Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan
22 27 penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Beck, 2012). Didalam studi fenomenologi, sumber data utama berasal dari perbincangan yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012). Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak. Jumlah partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit. Partisipan yang terlibat dalam penelitian akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck, 2012). Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses analisis data. Fenomenologist dalam proses analisis data yang terkenal adalah Collaizi, Giorgi dan Van Kaam. Ketiga tokoh tersebut berpedoman pada filosofi Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena (Polit & Beck, 2012). Colaizzi (1978, dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan bahwa ada tujuh langkah yang harus dilalui untuk menganalisa data. Proses analisa tersebut meliputi (a) membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka; (b) meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan; (c) menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan; (d) mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema; (e) mengintegrasikan
23 28 hasil kedalam bentuk deskripsi; (f) memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin; (g) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir. Menurut Lincoln & Guba (1985, dalam Polit & Beck, 2012) untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (trustworthiness) maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu: 1. Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. Credibility termasuk validitas internal. Cara memperoleh tingkat kepercayaan yaitu perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat (prolonged engagement), ketekunan pengamatan (persistent observation), triangulasi (triangulation), diskusi teman sejawat (peer debriefing), analisis kasus negatif (negative case analysis), pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy checks), dan pengecekan anggota (member checking). 2. Transferability adalah kriteria yang digunakan untuk memenuhi bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat ditransfer ke subyek lain yang memiliki topologi yang sama. Transferability termasuk dalam validitas eksternal. Maksudnya adalah dimana hasil suatu penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain. 3. Dependability mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi
24 29 untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Teknik terbaik adalah audit trail yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas peneliti. Dependability menurut istilah konvensional disebut reliabilitas atau syarat bagi validitas. 4. Confirmability memfokuskan apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Confirmability merupakan kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian.
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Caring Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PASIEN PENERIMA BANTUAN IURAN 2.1.1.Pengertian pasien penerima bantuan iuran Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyebutkan bahwa pasien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORISTIS
BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Caring 1. Pengertian Perilaku Caring Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan tentang materi-materi yang ada hubungannya dengan kecerdasan emosional dan konsep caring perawat. 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Caring Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk
Lebih terperinciPERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya terbanyak di rumah sakit dan yang paling sering berinteraksi lansung dengan klien, sehingga kontribusi perawat cukup besar dalam mutu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Teori Perilaku Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caring merupakan heart of nurse profession artinya komponen yang fundamental dan fokus serta
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai pendukung dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu: 2.1. Perilaku 2.1.1. Defenisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang menggambarkan kesatuan nilai-nilai kemanusian secara menyeluruh. Menurut Watson (1979 dalam Dwidiyanti
Lebih terperinciHubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung
Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung 1 Kartini Apriana Hutapea 2 Blacius Dedi 3 Yuliana Elias 1,2,3 Sekolah Tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. caring tersebut. Perilaku caring merupakan hal yang sangat penting dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persepsi pasien merupakan pandangan ataupun penilaian pasien terhadap apa yang pasien rasakan, dan apa yang pasien alami selama ini terkait perilaku caring tersebut. Perilaku caring
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Caring adalah sentral praktik keperawatan. Caring merupakan suatu cara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Caring Caring adalah sentral praktik keperawatan. Caring merupakan suatu cara pendekatan dinamis yang menjadi tolak ukurnya dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lapangan Komprehensif (PBLK), tujuan akhir kegiatan PBLK, manfaat bagi
17 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam BAB ini akan dibahas latar belakang pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK), tujuan akhir kegiatan PBLK, manfaat bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan,
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING MENURUT JEAN WATSON DI AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA TAHUN 2016/2017 Leo Rulino*, Denny Syafiqurahman** *Dosen Akademi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang kita hadapi dibidang kesehatan, menimbulkan secercah harapan akan peluang meningkatnya pelayanan kesehatan. Hal ini juga berdampak dan menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa globalisasi ini, arus informasi dari satu tempat ke tempat lain semakin cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan tanpa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi
Lebih terperinciAPLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON
APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON Jean Watson lahir pada tahun 1940, dia adalah Bachelor of Science dalam Keperawatan, Master of Science dalam Psychiatric / Mental Health Nursing dari University
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelittian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan suatu pendekatan yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. KECERDASAN SPIRITUAL 1.1. Konsep Kecerdasan Walters & Gardner (dalam Safaria, 2005) mendefinisikan bahwa kecerdasan adalah sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuankemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi tuntutan masyarakat, baik dalam layanan kesehatan pada umumnya maupun keperawatan pada khususnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Pemecahan masalah dan proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan pekerjaan staf tersebut sesuai dengan posisinya dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program orientasi kerja merupakan suatu upaya mensosialisasikan pekerjaan dan organisasi kepada pegawai baru untuk meningkatkan kontribusi pegawai baru tersebut menjadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan yang berdiri sendiri.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa Latin yang berarti to move. Secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORETIS
BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab III ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut: jenis dan pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, prosedur penelitian, subjek penelitian, instrumen
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. tentang: (1) Jenis dan Pendekatan Penelitian, (2) Tempat dan Waktu Penelitian, (3)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab III tentang Metodologi Penelitian ini penulis akan membahas tentang: (1) Jenis dan Pendekatan Penelitian, (2) Tempat dan Waktu Penelitian, (3) Prosedur Penelitian,
Lebih terperinciGAMBARAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUANG RAWAT INAP UMUM RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUANG RAWAT INAP UMUM RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciTEORI CARING JEAN WATSON
TEORI CARING JEAN WATSON Disusun Oleh Kelompok I Etty sugiarti Desak made Helena haposan Linda maria Norbert alexius abatan Siti fatimah widyarni Valentina yuhnita SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016 Suriani Ginting Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan Abstrak Caring adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini memacu para penyelenggara pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah merupakan hak setiap pasien. Hal ini memacu para penyelenggara pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit untuk secara serius
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian. menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Penelitian ini akan menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian kualitatif berupaya untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan yang memegang peran penting dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dimana peneliti berusaha mengerti kejadian/fenomena
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian yaitu tipe penelitian, partisipan penelitian/sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan tingkat kompleksitas yang tinggi yang akan menghasilkan produk utama berupa jasa. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinci3.1 Metode Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kondisi perasaannya secara pribadi dan perasan orang lain serta menggunakan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kecerdasan Emosional 1.1 Definisi kecerdasan emosional Kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengenali kondisi perasaannya secara pribadi dan perasan orang
Lebih terperinciTINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Peran dan Fungsi Perawat Dalam dunia keperawatan modern respons manusia sebagai pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan sakit juga merupakan suatu fenomena perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada
Lebih terperinciPENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: Dewi Irawaty, MA, PhD
PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: KENDALA DAN TANTANGANNYA Dewi Irawaty, MA, PhD PERSI, 10 November 2012 1 PERAWAT INDONESIA ADALAH PROFESI Disepakati dan dideklarasikan dalam Lokakarya Nasional
Lebih terperinciPENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun
PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN Sumijatun Beberapa Teori Penting yg terkait dgn Man. Keperawatan : Teori Boulding Paradigma Keperawatan Model Konseptual Keperawatan 9 teori penting dlm man kep : Menurut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. rumah sakit. Yang ingin ditemukan adalah pengalaman. anaknya dirawat di rumah sakit, dengan kata lain
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian Penelitian ini berorientasi pada pengalaman, yaitu pengalaman kecemasan orangtua pada saat anak dirawat di rumah sakit. Yang ingin ditemukan adalah pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan. Masyarakat semakin menuntut mutu pelayanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukan sosial. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam. dimasyarakat yang ditetapkan oleh budaya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Perawat a) Peran Sudarma (2008) mengatakan bahwa peran merupakan suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh masyarakat, sehingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Umum 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi sebagai pertukaran kompleks antara pikiran, gagasan, atau informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsiv
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia pada suatu organisasi merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia, meningkatkan pula kinerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lain (Crips &Taylor, 2001). Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, merasakan dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain (Crips &Taylor, 2001).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien Dalam konteks teori consumer behaviour, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman pasien setelah mendapatkan pelayanan rumah sakit. Kepuasan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. digunakan dengan mempertimbangkan: pemahaman peneliti terhadap
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Disain penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu proses yang naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi pada dasarnya
Lebih terperinciPERSEPSI KLIEN TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRATIK KEPERAWATAN DI RUANG MELATI III RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
PERSEPSI KLIEN TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRATIK KEPERAWATAN DI RUANG MELATI III RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Latar Belakang: Di era globalisasi saat ini tuntutan masyarakat akan pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan, kemampuan dan norma norma, menyediakan layanan spesifik,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan sebagai suatu profesi membutuhkan pendidikan yang berkesinambungan bagi anggotanya, memiliki cabang pengetahuan termasuk keterampilan, kemampuan dan norma
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan 1. Pengertian Kepuasan Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan, jika kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pengembangan pelayanan keperawatan di Indonesia, beberapa rumah sakit sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan telah berupaya untuk meningkatkan pelayanan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya nasional pada tahun 1983 dan didefinisikan sebagai sualu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dapat terpisahkan dari peran perawat, dokter, apoteker, dan. tenaga kesehatan lainnya. Praktik keperawatan yang dilakukan
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Caring Sebagai salah satu layanan kesehatan, rumah sakit tidak dapat terpisahkan dari peran perawat, dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya. Praktik keperawatan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan padanya. Rumah sakit yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat di Indonesia, jumlahnya paling banyak bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Sehingga perannya menjadi penentu dalam meningkatkan mutu pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut Marquis dan Houston
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. peraturan masyarakat (Arens et al., 2008). Sedangkan definisi profesionalisme
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesionalisme merupakan tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat (Arens
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian non eksperimental ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian non eksperimental ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian survei. Data yang dipelajari semata-mata
Lebih terperinciTUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1 TEORI CARING DAN CURING
TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1 TEORI CARING DAN CURING DISUSUN OLEH: ADIESTI AINNIAH 1C FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA KATA PENGANTAR Bismillahi Rahmanirrahim Dengan menyebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin termasuk di dalamnya ialah tim keperawatan. Keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara khusus menggali
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
KONSEP CARING Kelas B Focus Group 3 Esra Devi Tarida L, 1106053092 Ihda Fakhriyana Istikarini, 1106053413 Mersiliya Sauliyusta, 1106000792 Rizki Annisa Rahardhiani, 1106014122 Rosanita Intan Pratiwi, 1106089092
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan jalan utama untuk mengekspresikan maksud dari pikiran seseorang. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang diberikan perawat atau caring, dalam asuhan. pasiennya. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan yang diberikan perawat atau caring, dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasiennya. Caring secara umum
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
63 BAB III METODE PENELITIAN A. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah penerimaan diri pada ibu yang memiliki anak retardasi mental dengan level retardasi mental sedang. Guna mendalami fokus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. MINAT a. Pengertian minat Menurut Purwanto (2001) minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Moleong (2009) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
Lebih terperinciRingkasan Teori-teori Keperawatan
Ringkasan Teori-teori Keperawatan Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek Spiritual itu sendiri pada tahun tahun awal praktek keperawatan telah menjadi sentral dari perawatan bahkan lebih dari satu abad yang lalu Florence Nightingale
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Minat a. Pengertian Minat Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Poerwadarminta, 2006). Minat merupakan sifat yang relatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, menuntut supaya tenaga kesehatan mampu memberikan kontribusi yang bermakna
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kesehatan mental menurut pandangan orang Melayu Riau, sehingga menggunakan
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai konsep kesehatan mental menurut pandangan orang Melayu Riau, sehingga menggunakan metode kualitatif
Lebih terperinciINDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK
AIPNI HPEQ-DIKTI Makasar 13-14 Maret 2010 8/20/2012 INDONESIA 1 INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK PRAKTIK PROFESSIONAL, ETIS, LEGAL, PEKA BUDAYA KERANGKA KERJA KOMPETENSI PERAWAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan. untuk memahami hal-hal yang terjadi dan dialami oleh subjek
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami hal-hal yang terjadi dan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS Oleh Ni Ketut Alit Armini Bagian Maternitas PSIK - FKp UNAIR SURABAYA KEPERAWATAN PELAYANAN KESEHATAN ILMU & KIAT KEPERAWATAN PELAYANAN PROFESIONAL BIO, PSIKO,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Science of Caring, menyatakan caring adalah suatu karakteristik interpersonal
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Caring Teori keperawatan yang diterbitkan oleh Watson (1979), The Phylosophy and Science of Caring, menyatakan caring adalah suatu karakteristik interpersonal yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah salah satu tindakan keperawatan yang dinlakukan setia hari secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi (Watson,2011).
Lebih terperinciSTANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan
STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI Standar 3 Kompetensi Lulusan 0 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii Prakata... iii Pendahuluan... iv A. Ruang Lingkup... 1 B. Acuan... 3 C. Istilah dan
Lebih terperinci