BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Metode Amenorea Laktasi Pengertian Metode Amenorea Laktasi Lactational Amenorrhea Method (LAM) atau Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya (Proverawati, 2010). Penelitian menyatakan bahwa wanita yang memberikan ASI secara eksklusif dan belum mendapatkan menstruasinya maka biasanya tidak akan mengalami kehamilan selama masa 6 bulan setelah melahirkan (Marimbi, 2011). MAL dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila : 1. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif jika diberikan minimal 8 kali sehari. 2. Belum mendapat haid. 3. Umur bayi kurang dari 6 bulan. Bila ketiga kondisi ini terpenuhi, maka pemberian ASI dapat memberikan perlindungan 98% dari kehamilan pada 6 bulan pertama setelah persalinan.bahkan beberapa penelitian menyebutkan perlindungan terhadap kehamilan dapat lebih dari 6 bulan. Pemberian ASI dapat memberikan perlindungan 10% - 30% pada 12 bulan pertama, dimana bayi setelah 6 bulan diberikan makanan tambahan. Menurut Labbok 9

2 (2008,dalam Suparmi 2010), berikut adalah alogaritma LAM sebagai metode kontrasepsi: Apakah pernah menstruasi setelah persalinan? Tidak Apakah Apakah bayi diberi bayi diberi makanan tambahan? makanan tamba Tidak Apakah Apakah bayi berusia bayi berusia lebih dari 6 bulan? lebih dari 6 bulan? Ti Tidak Ya Ya Ya Gunakan metode kontrasepsi lain Kemungkinan untuk hamil 1-2% Ketika salah satu jawaban berubah menjadi ya (Labbok,1994) Gambar 2.1 Alogaritma Lactational Amenorrhea Method (LAM) Dalam Alogaritma tersebut, ibu pascapersalinan ditanyakan Apakah pernah mengalami menstruasi setelah persalinan?. Bila jawaban Ya,maka ibu disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi lain. Bila jawaban Tidak, kemudian ibu ditanyakan Apakah bayi diberi makanan tambahan?. Bila jawaban Ya, maka ibu 10

3 disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi lain. Bila jawaban Tidak, kemudian ibu ditanyakan Apakah bayi berusia lebih dari 6 bulan?. Bila jawaban Ya, maka ibu disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi lain. Bila jawaban Tidak, maka kemungkinan ibu tersebut untuk mengalami kehamilan adalah 1-2% Cara Kerja Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi.pada masa laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepas hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat dapat mengurangi kadar esterogen, sehingga ovulasi tidak terjadi Efektifitas Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98% apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan yaitu digunakan selama 6 bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makanan tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui Manfaat MAL memberikan manfaat kontrasepsi maupun non kontrasepsi : 1. Manfaat kontrasepsi Manfaat kontrasepsi dari MAL antara lain : 11

4 a. Efektifitas tinggi (98%) apabila digunakan selama enam bulan pertama pasca melahirkan, belum mendapat haid dan meyusui eksklusif. b. Dapat segera dimulai setelah melahirkan. c. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat. d. Tidak memerlukan pengawasan medis. e. Tidak mengganggu senggama. f. Mudah digunakan. g. Tidak perlu biaya. h. Tidak menimbulkan efek sampinhg sistematik. i. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama. 2. Manfaat Non Kontrasepsi Manfaat non kontrasepsi dari MAL antara lain: a. Untuk bayi: 1. Mendapatkan kekebalan pasif., 2. Peningkatan gizi. 3. Mengurangi resiko penyakit menular. 4. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat minim yang dipakai. b. Untuk ibu: 1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. 2. Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal). 12

5 3. Mengurangi resiko anemia. 4. Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi (Proverawati, 2010) Keterbatasan Pada dasarnya, penggunaan MAL menjadi terbatas dan kurang efektif karena beberapa hal berikut: 1. Banyaknya persiapan sejak perawatan kehamilan agar ibu dapat segera menyusui bayi pada 30 menit pasca persalinan. 2. Pengaruh kondisi sosial. 3. Efektifitas tinggi hingga menstruasi datang kembali atau 6 bulan. 4. Tidak mampu melindungi dari IMS, termasuk virus hepatitis B/HVB, dan HIV/AIDS (Prasetyono, 2012) Yang Dapat Menggunakan MAL MAL dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghidari kehamilan dan memenuhi criteria sebagai berikut: 1. Wanita yang menyusui secara eksklusif. 2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya kurang dari 6 bulan. 3. Wanita yang belum mendapat haid pasca melahirkan. Wanita yang menggunakan MAL, harus menyusui dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Dilakukan segera setelah melahirkan. 13

6 2. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal. 3. Pemberian ASI tanpa botol atau dot. 4. Tidak mengkonsumsi suplemen. 5. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu atau bayi sedang sakit Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL MAL tidak dapat digunakan oleh: 1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid. 2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif. 3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam. 4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan., 5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati. 6. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan. 7. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme (Proverawati, 2010). 2.2 Program Keluarga Berencana Nasional Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (1970), dikutip dalam Hartanto (2004) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapat objek tertentu, yaitu : (1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, (3) Mengatur interval di antara kehamilan, (4) Menentukan jumlah anak dalam keluarga. Mochtar (1995) mengatakan keluarga berencana adalah suatu usaha 14

7 menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu untuk mengatur jarak kelahirannya dengan menggunakan alat atau metodekontrasepsi. Secara umum tujuan keluarga berencana adalah untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera dalam upaya untuk menjarangkan kehamilan dan membatasi jumlah anak dua orang saja, upaya ini juga dapat menyehatkan sosial ekonomi keluarga (Saifuddin, 2003) Perkembangan Keluarga Berencana Di Indonesia Permulaan pemikiran tentang KB di Indonesia tidak mempersoalkan angka kelahiran tetapi tingginya angka kematian ibu akibat terlalu sering melahirkan, berkisar pada 800 per kelahiran, bahkan tidak jarang ibu meninggal bersama bayinya. Hal inilah yang menggugah Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia kala itu Sarwono Prawirohardjo untuk mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tanggal 25 Desember Konsep yang dikembangkan PKBI adalah kesehatan ibu dan anak memberi inspirasi bagi pendirian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang kemudian di kelola oleh Pemerintah Orde Baru.Keputusan pemerintah untuk menjadikan KB sebagai program nasional dan dinyatakan sebagai bagian integral dari 15

8 pembangunan nasional, disusul dengan keluarnya Keputusan Presiden No. 8 Tahun 1970 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Memasuki Pelita V, pemerintah dalam hal ini BKKBN telah memperkenalkan satu program baru yang disebut dengan Gerakan KB Mandiri. Dengan program yang baru ini pemerintah memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi organisasi profesi serta sektor swasta lainnya dalam memberikan pelayanan KB. Proses pembangunan konsep KB mandiri berawal dari diperkenalkannya konsep alih peran kemudian berkembang menjadi alih kelola dan selanjutnya mengkristalkan menjadi KB mandiri. Falsafah KB mandiri pada hakekatnya merupakan keadaan dan sikap mental dari pemerintah maupun pengelola/pelaksana KB secara individu maupun kelompok dalam mengelola dan melaksanakan KB atas kemauan sendiri tanpa tergantung dari orang lain dalam memelopori menjadi peserta KB. Dengan demikian ketergantungan program KB terhadap pemerintah semakin berkurang. Agar masyarakat mau membiayai sendiri pelayanan KB, maka beberapa hal yang menyangkut tersedianya pelayanan yang mudah dicapai dan dijangkau masyarakat serta kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perlu diusahakan (BKKBN, 1990). Untuk menunjang pelaksanaan KB Mandiri pada tahun 1988 telah dicanangkan program KB Lingkaran Biru (LIBI) dan akhirnya dilontarkan suatu kegiatan pemasaran sosial LIBI lengkap dengan logonya guna 16

9 memperkenalkansederetan pelayanan swasta maupun alat kontrasepsi untuk KB. Untuk memperluas pilihan alat kontrasepsi terhadap kebutuhan ber-kb, maka tanggal 1 Juli 1992 telah diresmikan oleh Presiden Suharto sebuah lambang baru yaitu Lingkaran Emas (LIMAS). Pemasaran KB LIMAS bukan satu pengganti pemasaran kontrasepsi LIBI, tetapi suatu usaha yang bersamaan untuk lebih memberikan banyak pilihan kontrasepsi diharapkan memberikan kepuasan kepada akseptor (BKKBN, 1992). 2.3 Kontrasepsi Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah alat atau obat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan serta menghentikan kesuburan. Kotrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang telah matang dengan sperma yang akan mengakibatkan kehamilan. Maka kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dan sperma tersebut Kontrasepsi Periode Menyusui Selama kehamilan, kadar prolaktin mengalami peningkatan, terjadi perangsangan terhadap pertumbuhan payudara dan kelenjar mammae. Peningkatan kadar prolaktin berhubungan dengan disfungsi ovulasi dan infertilitas. Pada proses 17

10 laktasi, hal tersebut berperan penting dalam menunda kembalinya ovulasi setelah persalinan.setelah persalinan, prolaktin bertindak sebagai hormon utama yang mendukung produksi ASI, terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron beserta efek inhibitornya terhadap prolaktin secara bermakna. Refleks isap bayi akan merangsang prolaktin dan mempertahankan produksi ASI. Kembalinya siklus menstruasi setelah persalinan merupakan salah satu indikator kembalinya kemampuan reproduksi, tetapi terjadinya mentruasi tidak selalu berarti terjadi ovulasi. Pada wanita yang memilih untuk tidak menyusui, kadar gonadotropin tetap rendah selama 2-3 minggu pertama masa nifas dan kembali ke normal pada minggu ke-3 dan ke-5 saat kadar prolaktin mengalami penurunan di bawah kadar normal.8 Rerata waktu terjadinya ovulasi pertama kali pada wanita AS adalah 45±3.8 hari (rentang hari) (Kemenkes RI, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Afifi (2003) yang menyatakan bahwa dari 1934 responden hampir 28% dari ibu menyusui dengan bayi di bawah 6 bulan yang memberikan ASI eksklusif, terlepas dari status amenorea mereka. Dari responden, hampir 86,4% mengalami amenorea. Enam bulan selanjutnya, hanya 3 kasus masih dilaporkan memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dari salah satu kasus (33,35%) mengalami amenorea. Mereka yang dilaporkan tidak menyusui secara eksklusif menunjukkan tren penurunan status amenorea (Afifi, 2008). 18

11 Ada berbagai alternatif metode kontrasepsi pasca persalinan. Hal ini dapat terlihat jelas pada bagan berikut: Gambar 2.2 Metode kontrasepsi pasca persalinan (Shegaw, 2007 dalam Suparmi, 2010). Berdasarkan bagan diatas, pemberian ASI merupakan salah satu metode kontrasepsi pada wanita menyusui.menurut WHO (dalam Kemenkes RI, 2010), penggunaan kontrasepsi pada masa pascapersalinan dibagi menjadi dua yaitu wanita pascapersalinan yang menyusui dan wanita pascapersalinan yang tidak menyusui. Masa menyusui yang dimaksud adalah masa pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan penelitian berbasis populasi dan literatur kedokteran lainnya, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sejak persalinan merupakan cara paling optimal untuk memberikan makanan kepada bayi. Setelah 6 bulan menyusui 19

12 memberikan ASI eksklusif, bayi dapat mulai mengkonsumsi makanan tambahan selain tetap mendapat ASI sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi, ASI menyediakan seluruh energi dan nutrisi yang diperlukan bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. Pemberian ASI setelah 6 bulan pascakelahiran mencukupi lebih dari setengah kebutuhan nutrisi bayi pada setengah tahun kedua, serta menyediakan lebih dari sepertiga kebutuhan nutrisinya selama tahun kedua kehidupan. WHO dan UNICEF (dalam Kemenkes RI, 2010) telah merumuskan rekomendasi mengenai pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pascapersalinan bagi ibu menyusui, yaitu sebagai berikut : a) Proses menyusui bayi pertama kali dilakukan oleh ibu dalam 1 jam pertama pascapersalinan, atau lazim dikenal sebagai inisiasi menyusui dini (IMD); b) Proses menyusui ASI eksklusif berarti bayi mendapat asupan nutrisi hanya dari ASI selama 6 bulan pertama pascakelahiran, tanpa pemberian makanan atau minuman tambahan apapun (tidak terkecuali air putih); c) Ibu memberikan ASI sesuai kebutuhan/semau bayi (on demand) yaitu sesegera mungkin ketika bayi minta disusui, siang dan malam; d) Tidak diperkenankan pemakaian botol susu, dot atau kempeng. Pemberian ASI eksklusif mengharuskan bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi) dengan bayi dibiarkan mengisap sampai bayi sendiri yang melepaskan isapannya. Saat menyusui, bayi dibiarkan menyelesaikan mengisap dari 20

13 satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain saat menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak ASI. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam. American Academy of Pediatrics/AAP (1997, dalam Kemenkes RI,2010) merekomendasikan frekuensi menyusui perhari (24 jam) sebanyak 8-12 kali dengan durasi menyusui selama menit untuk tiap payudara. Pada minggu pertama pasca kelahiran, meskipun bayi tidak memberi tanda ingin menyusu, bayi tetap rutin diberi ASI setiap 4 jam setelah menyusui terakhir. Tidak diperbolehkan suplementasi makanan dan minuman apapun, kecuali obat-obatan atas indikasi medis. Menyusui bayi akan menstimulasi perkembangan sistem sensorik dan kognitif, serta melindungi bayi dari penyakit infeksi dan penyakit kronik. Pemberian ASI eksklusif menurunkan mortalitas bayi terhadap penyakit diare atau pneumonia, serta mempercepat masa penyembuhan. Dampak ini dapat diukur pada sumber daya masyarakat miskin dan kaya. Menyusui berkontribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan ibu, membantu dalam pengaturan jarak kehamilan, menurunkan risiko terhadap kanker ovarium dan 21

14 kanker payudara, meningkatkan sumber daya keluarga dan negara, serta merupakan metode pemberian makan yang aman terhadap bayi dan lingkungan. 2.4 Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Metode Amenorea Laktasi Pemberian ASI ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Menurut Suraatmadja (1997,dalam Suparmi 2010), faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI antara lain : 1. Perubahan sosial budaya, antara lain: a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan lainnya b. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol c. Merasa ketinggalan jaman jika menyusui bayinya 2. Faktor psikologis, misalnya takut kehilangan daya tarik seorang wanita dan tekanan batin 3. Faktor fisik ibu 4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI 5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI Faktor sosial budaya juga dikemukakan oleh Suradi (1989, dalam Suparmi, 2010) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan laktasi. Pengaruh kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi serta pengaruh 22

15 kebudayaan barat menyebabkan terjadinya pergeseran sosio budaya masyarakat setempat. Memberi susu botol dianggap kebiasaan modern dan menempatkan ibu pada kedudukan sama dengan ibu-ibu golongan atas. Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI menurut Suradi adalah faktor ekonomi, tata laksana rumah sakit dan kesehatan ibu dan bayi. Moehyi (2008), menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan laktasi, yaitu: a. Proses pertumbuhan jaringan pembuat ASI b. Dimulainya produksi ASI setelah bayi lahir c. Kelangsungan atau kontinuitas produksi ASI d. Refleks pengeluaran ASI Terdapat beberapa kesukaran atau masalah yang mungkin terjadi dalam kegiatan menyusui. Kesukaran tersebut dapat dilihat dari faktor ibu maupun faktor anak. Kesukaran pemberian ASI dari faktor ibu adalah : a. Puting susu nyeri/lecet Sekitar 57% dari ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya. Hal ini kebanyakan disebabkan kesalahan pada teknik menyusui. b. Payudara bengkak (engorgement) Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat. Terjadinya pembengkakan itu mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu menyusui bayinya. 23

16 c. Saluran susu tersumbat Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus. Penyebabnya adalah tekanan jari pada waktu ibu menyusui, pemakaian BH yang terlalu ketat dan komplikasi payudara bengkak yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga terjadi sumbatan. d. Mastitis Mastitis adalah radang pada payudara. Penyebabnya adalah payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya akan menyebabkan terjadinyamastitis. e. Kelainan anatomis pada putting susu Kelainan puting susu karena tidak tumbuh sempurna juga merupakan kesukaran ibu dalam menyusui bayinya. f. Adanya penyakit kronis tertentu seperti tuberkulosa, malaria merupakan alasan tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya. Demikian juga dengan ibu yang gizinya tidak baik, akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang relatif sedikit dibandingkan ibu sehat yang gizinya baik. Faktor anak, kesukaran/kegagalan dalam menyusui antara lain adalah anak premature atau anak dengan berat badan yang sangat rendah, karena bayi mungkin masih lemah apabila harus menghisap ASI dari buah dada ibunya. Faktor anak lannya 24

17 yang mengakibatkan kegagalan pemberian ASI adalah trauma persalinan, infeksi, kelainan congenital misalnya celah palatum dan bayi kembar. Pemberian ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor bayi itu sendiri, faktor ibu, faktor komunitas sosial, faktor pelayanan kesehatan dan tempat kerja serta kebijakan dan dukungan pemerintah (Labbok,2008). Gambar 2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kelangsungan Pemberian ASI 2.5 Landasan Teori Lactational Amenorrhea Method (LAM) atau Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Pada masa menyusui, kadar hormon prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepas hormon penghambat (inhibitor). Jika sering menyusui maka dapat mengurangi kadar esterogen sehingga ovulasi tidak terjadi. 25

18 Kondisi yang harus terpenuhi agar menyusui dapat memberikan efek kontrasepsi adalah: 1. Belum mengalami menstruasi kembali setelah persalinan (perdarahan pada massa nifas tidak diperhitungkan) 2. Bayi berusia kurang dari 6 bulan 3. Bayi diberi ASI eksklusif. Bila ketiga kondisi ini terpenuhi, maka pemberian ASI dapat memberikan perlindungan 98% dari kehamilan pada 6 bulan pertama setelah persalinan (Kennedy, 1998). Bahkan beberapa penelitian menyebutkan perlindungan terhadap kehamilan dapat lebih dari 6 bulan. Pemberian ASI dapat memberikan perlindungan 10% - 30% pada 12 bulan pertama, dimana bayi setelah 6 bulan diberikan makanan tambahan. Menurut penelitian yang dilakukan Suparmi (2010) faktor-faktor yang berhubungan dengan amenorea laktasi : a. Frekuensi Pemberian ASI Isapan bayi yang terus menerus akan meningkatkan kadar hormon prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi tersebut akan berefek pada hipotalamus dan ovarium. Di hipotalamus akan terjadi sekresi beta-endorphin, yang akan menimbulkan hambatan sekresi GnRH dan mengakibatkan rendahnya kadar FSH dan LH. Sedangkan di ovarium tidak terjadi fase folikuler dan tidak terjadi sintesis estrogen. Sehingga, siklus menstruasi akan terhambat. Sintesis estrogen akan dimulai secara bertahap sejak bulan ke 4 postpartum pada wanita yang memberikan ASI kepada bayinya. 26

19 Tetapi, keadaan ini bervariasi antara ibu menyusui yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, semakin tinggi frekuensi menyusui maka semakin banyak sekresi beta- endorphin, sehingga durasi amenorrhea laktasi akan semakin lama (Karim, 2002). b. Pemakaian Kontrasepsi Kontrasepsi hormonal seperti pil, IUD, suntik yang mengandung estrogen dapat menurunkan produksi ASI (Hasanah, 2006). Sekitar 0,2-1% kandungan hormon dalam kontrasepsi akan terekskresi dalam ASI. Hasil penelitian RCT (Randomized Controled Trial) menyebutkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal berpengaruh terhadap volume, inisiasi, lama menyusui dan perkembangan bayi (Miller, 1970). Menurut Diaz (1996), wanita yang menggunakan kontrasepsi progrestin memiliki durasi amenorrhea laktasi lebih panjang (4-5 bulan) dibandingkan menggunakan IUD atau LAM. c. Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup dengan usia kehamilan > 28. Masalah-masalah yang sering terjadi pada masa menstruasi terdapat pada ibu primipara. Paritas memiliki hubungan negatif dengan lama amenorrhea menstruasi dengan risiko relatif sebesar 0,88 (95%CI: 0,83-0,94). Dengan demikian, tiap kenaikaan satu kelahiran risiko untuk terjadi menstruasi kembali menurun sebesar 12% (P=0,001) (Karim, 2002). 27

20 d. Umur ibu Umur merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Segala kegiatan di dalam siklus manusia banyak ditentukan oleh umurnya. Banyak masalah yang dihadapi ibu-ibu yang berumur belasan tahun baik dalam kehamilan, persalinan maupun waktu menyusui. Kembalinya menstruasi pada ibu yang berumur diatas 30 tahun lebih lama yaitu sebesar 27% dibandingkan ibu yang berumur dibawah 20 tahun. Umur ibu memiliki hubungan negatif dengan kembalinya massa menstruasi dengan risiko relatif sebesar 0,98 (P=0,01). Dengan demikian, semakin bertambah usia maka risiko untuk mengalami menstruasi kembali menurun sebesar 2% (Karim,2002). e. Pendidikan Ibu Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan/materi pendidikan kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk memberi pengaruh positif terhadap perkembangan anak didik, dengan cara memberikan pengalaman dan pengetahuan. (Notoatmodjo, 1993) semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, semakin banyak pengetahuannnya. Hal ini mengakibatkan semakin terbuka dan tanggap mereka terhadap ide-ide serta tata cara kehidupan baru, termasuk tata cara pemberian ASI sebagai salah satu metode kontrasepsi untuk memperpanjang lama menstruasi. f. Pekerjaan ibu 28

21 Penelitian Tesfayi berdasarkan data DHS (Demographic and Health Surveys) di Indonesia (2008) hanya membagi ibu menjadi dua, yaitu ibu bekerja dan tidak bekerja. Diperoleh hasil bahwa ibu yang tidak bekerja memiliki risiko 0,98 kali lebih lama untuk kembali menstruasi dibandingkan ibu yang tidakbekerja (Tesfayi, 2008). g. Sosial ekonomi Penelitian Tesfayi berdasarkan data DHS (Demographic and Health Surveys) pada ibu yang amenorea di 12 bulan pertama setelah kelahirannya di Dominika, diperoleh hasil HR lebih kecil yaitu 1,10 (1,03-1,17 95% CI) untuk ibu yang memiliki status sosial ekonomi menengah dan 1,12 (1,40 1,20 95% CI) yang memiliki status sosial ekonomi kaya (Tesfayi, 2008). Hasil cross tabulasi antara pekerjaan ibu dan status sosial ekonomi menunjukkan bahwa 67,55% ibu yang berstatus sosial ekonomi miskin adalah ibu rumah tangga (tidak bekerja), dengan demikian mereka akan memiliki waktu lebih lama untuk bayinya. Ibu dengan status sosial ekonomi rendah cenderung memilikiakses yang kurang untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi bayinya. Sehingga mereka akan memberikan ASI dengan frekuensi lebih sering dan durasi yang lebih lama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Meningkatnya frekuensi dan durasi pemberian ASI akan mengakibatkan durasi amenorrhea laktasi menjadi lebih panjang (Suparmi, 2010) 29

22 Berdasarkan konsep tersebut maka kerangka teorinya adalah sebagai berikut: pemberian ASI Frekuensi pemberian ASI Metode Amenorea Laktasi Kebutuhan KB terpenuhi (penjarangan kehamilan, memperkecil jumlah anggota keluarga Faktor demografi (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan) dan tingkat sosial ekonomi. Penggunaan kontrasepsi Gambar 2.4 Kerangka Teori Labbok (2008, Peng.1998, dalam Suparmi 2010) 30

23 2.6 Kerangka Konsep Variabel independen dalam penelitian ini adalah kondisi pemberian ASI, faktor demografi (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, paritas) dan sosial ekonomi sedangkan variabel dependen adalah pemakaian metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi. Adapun kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan pada bagan berikut ini : Variabel Independen Kondisi Pemberian ASI Faktor demografi (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, paritas ) dan sosial ekonomi Variabel Dependen Pemakaian Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah salah satu kontrasepsi alami yang menggunakan prinsip menyusui secara eksklusif selama 6 bulan penuh tanpa tambahan makanan dan

Lebih terperinci

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

METODE AMENORE LAKTASI. Fonda Octarianingsih

METODE AMENORE LAKTASI. Fonda Octarianingsih METODE AMENORE LAKTASI Fonda Octarianingsih Curicullum Vitae Nama Lengkap : dr. Fonda Octarianingsih Shariff, SpOG TTL : Palembang, 21 Oktober 1983 Alamat : Kemiling Bandar Lampung Status : Menikah Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih rendah. Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak atau mengatur jarak kelahiran anak serta dapat menanggulangi masalah kemandulan, selain itu keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet, payudara

Lebih terperinci

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta Berbagai metode atau cara ber KB secara modern sudah kita kenal melalui penggunaan alat kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis untuk diberikan bayi di awal kehidupannya (Almatsier, 2004). Keuntungan ASI

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH Endah Purwaningsih 1), Saifudin Zukhri 2), Atikah Rachmawati 3) STIKES Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Air Susu Ibu Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama alami untuk bayi yang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM TENTANG METODE AMENOREA LAKTASI SEBAGAI KONTRASEPSI POSTPARTUM DI RUMAH BERSALIN HADIJAH MEDAN 2009 Saya adalah mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah

Lebih terperinci

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah cara yang paling efektif dan murah untuk menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di bawah enam bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah kependudukan di Indonesia salah satunya adalah tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI Indonesia tahun 2007 sebesar 228

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Beberapa konsep tentang KB KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki kandungan yang membantu penyerapan nutrisi, membantu perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK Sri Rejeki 1, Nikmatul Khayati 1, Rohmatun Novianti Solekah 2 1 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE- DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN Andri Tri Kusumaningrum Program Studi D Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Ibu post

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perawatan payudara pada masa nifas merupakan perawatan yang dilakukan untuk mempersiapkan payudara agar dalam kondisi baik saat menyusui bayinya, meliputi perawatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

Keuntungan Nonkontrasepsi (cont)

Keuntungan Nonkontrasepsi (cont) Keuntungan Nonkontrasepsi (cont) UntukIbu Mengurangi perdarahan pasca persalinan dgn merangsang kontraksi rahim Mencegah subinvolusi uterus Mengurangi risiko anemia Meningkatkan hubungan psikologik ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa disebut masa puerperineum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN ASI PADA BAYI BARU LAHIR ASI adalah satu-satunya makanan bayi yang paling baik, karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah proses alami setiap wanita, yaitu terjadinya proses perdarahan yang disebabkan luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman adalah kata dasarnya alami yaitu mengalami, melakoni, menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat, menyelami dan merasakan (Endarmoko,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu 1. Pengertian ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garamgaram organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program KB (Keluarga Berencana) merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization, United Nations Children and Education Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

1

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Post Partum merupakan keadaan dimana dimulainya setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ kandungan kembali seperti keadaan semula dan sebelum hamil yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu 2.1.1 Definisi ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk tumbuh kembang bayi, zat ini dibutuhkan oleh bayi untuk perkembangannya. 1 ASI mengandung kolostrum

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN METODE MAL DI KELURAHAN RINGIN PUTIH KARANGDOWO KLATEN

HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN METODE MAL DI KELURAHAN RINGIN PUTIH KARANGDOWO KLATEN HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN METODE MAL DI KELURAHAN RINGIN PUTIH KARANGDOWO KLATEN Endah Purwaningsih 1, Sumarmi 2, Deffy Lolita Hendra Saputra 3 STIKES Muhammadiyah Klaten Endahpurwaningsih14@gmail.com

Lebih terperinci

FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN KONTRASEPSI METODE AMENORHEA LAKTASI (MAL) DI DESA LEMINGGIR KECAMATAN MOJOSARI MOJOKERTO IRMAWATI

FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN KONTRASEPSI METODE AMENORHEA LAKTASI (MAL) DI DESA LEMINGGIR KECAMATAN MOJOSARI MOJOKERTO IRMAWATI FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN KONTRASEPSI METODE AMENORHEA LAKTASI (MAL) DI DESA LEMINGGIR KECAMATAN MOJOSARI MOJOKERTO IRMAWATI 11002157 Subject : Ibu Menyusui, Kontrasepsi, Metode Amenorhea

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH ASI EKSKLUSIF TERHADAP AMENORRHEA LAKTASI DI INDONESIA (ANALISIS SURVIVAL DATA SDKI 2007) SUPARMI

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH ASI EKSKLUSIF TERHADAP AMENORRHEA LAKTASI DI INDONESIA (ANALISIS SURVIVAL DATA SDKI 2007) SUPARMI UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH ASI EKSKLUSIF TERHADAP AMENORRHEA LAKTASI DI INDONESIA (ANALISIS SURVIVAL DATA SDKI 2007) SUPARMI 0806482693 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih tingginya angka kematian bayi dan rendahnya status gizi bayi sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI Eksklusif adalah bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dialami oleh negara berkembang, seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan kesehatan di dalam Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pembentukan manusia berkualitas

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT MUNYANG KUTE REDELONG TAHUN 2017

PROGRAM KERJA RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT MUNYANG KUTE REDELONG TAHUN 2017 PROGRAM KERJA RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT MUNYANG KUTE REDELONG TAHUN 2017 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kamar adalah kamar untuk ibu yang sudah dalam kala 1 fase aktif atau kala 2 persalinan. Pada saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka kematian neonatal yang mencapai 40% dari angka kematian anak umur bawah lima tahun (balita) belum dapat diturunkan. Diperkirakan 4 juta bayi baru lahir

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah

Lebih terperinci

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010 PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS Muslim, MPH Blog: www.muslimpinang.wordpress.com Blog: www.akbidanugrahbintan.wordpress.com Email: muslimmph@yahoo.co.id Hp: 081 277 69269 Fertilitas (kesuburan) yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI DI RB GRIYA HUSADA NGARAN, POLANHARJO, KLATEN

HUBUNGAN PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI DI RB GRIYA HUSADA NGARAN, POLANHARJO, KLATEN HUBUNGAN PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI DI RB GRIYA HUSADA NGARAN, POLANHARJO, KLATEN Wiwin Rohmawati 1), Nur Aini Rahmawati 2), Eka Palupi Kartiningsih 3) Abstrak : Selama ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada umatnya melalui ibu yang menyusui bayinya dengan ASI (Irawati, 2007). ASI sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki semua zat yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya. ASI mengandung antibodi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Definisi ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, di berikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010; h.357). Selama masa nifas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat

Lebih terperinci

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB 3 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO Yuyun Oktaviani Dano Nim: 841410147 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Terdapat 536.000 ibu meninggal akibat persalinan maternal terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI ASI adalah makanan alami pertama untuk bayi dan menyediakan semua vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak permasalahan salah satunya adalah gangguan haid, gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi. Kandungan gizi yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya membuat ASI tidak tergantikan oleh susu formula yang paling

Lebih terperinci