III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 A. Destinasi Wisata Cibodas 1. Letak dan Luas III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Destinasi Wisata (DW) Cibodas secara administratif termasuk Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Lokasi DW Cibodas berada di kaki-kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang mencakup empat obyek wisata utama, yaitu Kebun Raya (KR) Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Taman Wisata (TW) Mandalawangi dan Bumi Perkemahan (Buper) Mandala Kitri. Secara keseluruhan, luas DW Cibodas mencakup ,99 Ha yang berarti lebih besar dari luasan Kecamatan Cipanas (4.867 Ha) karena memasukkan luas keseluruhan TNGGP (Tabel 1). Tabel 1 Letak dan Luas Obyek Penelitian di Destinasi Wisata Cibodas No. Lokasi Luas (ha) Desa Kecamatan Kabupaten 1 KR Cibodas 84,99 Cimacan Cipanas Cianjur 2 TN Gn Gede Pangrango ,00 Cimacan Cipanas Cianjur 3 TW Mandalawangi 39,50 Rarahan Cipanas Cianjur 4 Buper Mandala Kitri* 17,50 Cimacan Cipanas Cianjur Keterangan: * Tidak termasuk lokasi penelitian Sumber : Diolah dan ditelusuri dari berbagai sumber data terkait, khususnya dokumentasi data pada obyek wisata bersangkutan 2. Sejarah Kawasan Sejarah DW Cibodas sangat terkait dengan sejarah konservasi di Indonesia. Berawal dari sebuah kebun raya kecil dekat Istana Gubernur Jenderal Kolonial Belanda di Cipanas pada Tahun 1830, kemudian berkembang menjadi Kebun Pegunungan Cibodas (Bergtuin te Tjibodas) pada 11 April 1852 yang ditandai dengan penanaman pohon kina (Chincona calisaya) pertama oleh Johannes Ellias Teysman, seorang ahli botani dan kurator Belanda. Kebun Pegunungan Cibodas tersebut menjadi cikal bakal KR Cibodas saat ini. Selanjutnya, pada Tahun 1889, pemerintah kolonial Belanda menetapkan kawasan di dekat Kebun Pegunungan Cibodas sebagai cagar alam pertama di Indonesia dengan nama Cagar Alam (CA) Cibodas dengan luas 280 Ha yang kemudian menjadi cikal bakal TN Gunung Gede Pangrango saat ini. Status KR Cibodas sejak awal adalah kawasan konservasi eksitu dengan peruntukan koleksi berbagai tumbuhan, khususnya tumbuhan dari daerah pegunungan yang dingin sesuai iklim sub-tropis. Pergantian nama serta manajemen KR Cibodas sejak jaman pemerintah kolonial Belanda hingga Pemerintah Republik Indonesia, tetap menegaskan peran dan fungsi KR Cibodas sebagai kawasan konservasi eksitu.

2 49 Status TN Gunung Gede Pangrango sebagai kawasan konservasi tidak berubah sejak ditetapkan pertama kali, bahkan dipertegas setelah penetapan Ordonansi Cagar Alam (Natuur Monumenten Ordonantie) tahun Selanjutnya pada tahun 1978, ditetapkan sebagai Cagar Biosfer seluas 14,000 Ha (termasuk dua puncak utama dan lereng Gunung Gede dan Gunung Pangrango), sebelum akhirnya dijadikan satu kesatuan menjadi TN Gunung Gede Pangrango pada tahun 1980 sebagai satu dari lima taman nasional pertama di Indonesia melalui SK Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 yang meliputi kawasan seluas ha. Taman Wisata (TW) Mandalawangi merupakan bagian dari hutan produksi Perum Perhutani yang mulai dikelola sebagai obyek wisata sejak tahun Pada saat terjadi perluasan kawasan TNGGP berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003, maka TW Mandalawangi merupakan salah satu areal yang dikelola Perum Perhutani yang dialihkan menjadi bagian TNGGP. Penyerahan pengelolaan TW Mandalawangi kepada Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango dimulai bulan Mei 2010 yang selanjutnya dikelola oleh Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Edelweis pada awal tahun Kondisi Masyarakat Jumlah penduduk di Kecamatan Cipanas pada tahun 2009 sebesar jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, rasio jenis kelamin sebesar 108, yakni terdapat 108 pria pada setiap 100 perempuan. Di kecamatan ini terdapat unit rumahtangga, sehingga rata-rata jumlah anggota rumahtangga pada tahun 2009 mendekati 4 orang per rumahtangga. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Cipanas dalam kurun waktu 5 tahun mencapai 17,81%, yaitu jumlah penduduk Kecamatan Cipanas pada tahun 2004 berjumlah jiwa. Luas Kecamatan Cipanas 48,67 Km 2, sehingga kepadatan penduduknya pada tahun 2009 sebesar orang/km 2. Sebelum tahun 2004, Kecamatan Cipanas merupakan bagian dari Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. 4. Aksesibilitas Destinasi Wisata (DW) Cibodas sangat mudah dijangkau karena didukung oleh infrastruktur yang memadai. Jalan raya provinsi merupakan jalur utama menuju wilayah ini yang menghubungkan berbagai kota besar seperti Bandung, Cianjur, Bogor dan Jakarta. Dari arah Jakarta tersedia jalan Tol Jagorawi yang menghubungkan Jakarta dengan Ciawi.

3 50 Kendala utama yang sering dihadapi saat ini adalah kemacetan di jalur Kawasan Wisata Bopunjur. Lokasi DW Cibodas berada + 4 km dari jalan utama provinsi yang menghubungkan Jakarta Bogor Cianjur Bandung. Seluruh wilayah DW Cibodas dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Bus umum antar kota yang melewati jalur ini di antaranya Bogor-Bandung, Jakarta-Bandung, serta berbagai bus jurusan Jakarta ke kota-kota utama di Jawa Barat lainnya (Tasikmalaya, Garut, Sumedang, dan lain-lain). Kendaraan umum dengan trayek lokal juga banyak melintasi DW Cibodas, seperti Bogor/Ciawi Desa Tugu, Cipanas Cibodas atau Cipanas Puncak. B. Kawasan Wisata Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) 1. Letak dan Luas Kawasan Wisata (KW) Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) secara administratif termasuk Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Wilayah ini mencakup luas Ha yang terdiri atas Kecamatan Cisarua seluas 6.373,62 Ha dan Kecamatan Megamendung seluas 3.987,38 Ha. Kawasan ini membentang dari wilayah perkebunan teh di Puncak sebagai bagian tertinggi yang memanjang menuju bagian hilir ke arah Barat Laut. Masing-masing obyek kajian memiliki luas berbeda, yaitu antara 1,1 ha yaitu Taman Wisata (TW) Riung Gunung hingga luas 300 ha yaitu Wisata Agro (WA) Gunung Mas (Tabel 2). Tabel 2 Letak dan luas obyek penelitian di Kawasan Wisata Bopunjur No. Lokasi Luas (ha) Desa Kecamatan Kabupaten 1 TWA Telaga Warna 5,0 Tugu Utara Cisarua Bogor 2 WA Gunung Mas 300,0* Tugu Utara Cisarua Bogor 3 WW Curug Cilember 5,9 Jogjogan Cisarua Bogor 4 WW Curug Panjang 24,5 Megamendung Megamendung Bogor 5 WW Curug Naga 3,9 Megamendung Megamendung Bogor 6 TW Riung Gunung 1,1 Tugu Selatan Cisarua Bogor 7 TSI 165,0 Cibeureum Cisarua Bogor 8 TW Matahari 40,0 Cilember Cisarua Bogor 9 Melrimba Garden 7,0 Tugu Utara Cisarua Bogor 10 Lembah Pertiwi 4,0 Pasir Manggis Megamendung Bogor 11 Cansebu Resort 4,0 Sukagalih Megamendung Bogor Keterangan : * Luasan efektif untuk kegiatan agrowisata dari 1.703,65 Ha keseluruhan luas Kebun Teh Gunung Mas Sumber : Diolah dan ditelusuri dari berbagai sumber data terkait, khususnya dokumentasi data pada obyek wisata bersangkutan

4 51 2. Sejarah Kawasan Perkembangan KW Bopunjur sangat terkait dengan sejarah perkembangan ekonomi di kawasan ini. Penanaman teh varietas Jepang sejak tahun 1728, disusul kemudian dengan teh varietas Assam pada tahun 1878 telah mengubah perekonomian dan keadaan lingkungan kampung-kampung di sekitar lereng-lereng pegunungan sepanjang jalur Ciawi hingga Cikopo. Letak Kawasan Wisata Bopunjur yang strategis, telah mendorong gerak roda perekonomian wilayah ini termasuk sektor pariwisata. Keadaan alam yang sejuk dan relatif dekat dengan ibu kota negara, Jakarta, menjadikan kawasan ini sangat diminati sebagai lokasi peristirahatan sehingga berdirilah berbagai wisma dan villa peristirahatan. Dapat dipastikan, seluruh lembaga negara tingkat pusat memiliki wisma dan/atau villa peristirahatan di KW Bopunjur. Kondisi demikian mendorong munculnya berbagai obyek wisata yang dikelola oleh pemerintah, BUMN/D maupun swasta sebagai lahan bisnis. Saat ini, menurut Perda Provinsi Jawa Barat mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat , wilayah Bopunjur termasuk wilayah dengan sektor unggulan daerah yang meliputi pariwisata, industri manufaktur, perikanan, perdagangan, jasa, pertambangan, agribisnis dan agrowisata. Sejarah pengelolaan lokasi setiap obyek penelitian berbeda-beda. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan pada setiap obyek wisata dilakukan berbagai pembenahan, khususnya pada atraksi wisata dan kondisi fisik kawasan atau obyek wisata. Keragaman atraksi wisata dalam hal ini semakin tinggi dan biasanya terjadi kecenderungan untuk mengembangkan sesuatu yang menjadi sesuatu yang sedang digandrungi (trend). Beberapa lokasi obyek yang dimiliki secara pribadi, seperti Melrimba Garden semula merupakan factory outlet yang kemudian menjadi restoran dan akhirnya dikembangkan sebagai obyek wisata alam karena lebih menguntungkan secara bisnis. Lembah Pertiwi merupakan pengembangan bisnis perjalanan wisata (tour and travel) yang dimiliki oleh perusahaan yang sama. Sementara Canzebu Amazing Camp & Resort berkembang dari usaha pemondokan dan perawatan kecantikan (resort and spa) serta kesehatan kemudian menjadi obyek wisata yang lebih lengkap dengan berbagai program wisata alam (Tabel 3).

5 52 Tabel 3 Sejarah dan pengelola obyek penelitian di Kawasan Wisata Bopunjur No. Lokasi Pendirian (Tahun) Pengelola 1 TWA Telaga Warna 1981 Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat Kementerian Kehutanan 2 WA Gunung Mas 1993 PT Perkebunan Nusantara VIII Jawa Barat 3 WW Curug Cilember 1997 Perum Perhutani KBMWBU Unit III Jawa Barat-Banten 4 WW Curug Panjang 2004 Perum Perhutani KPH Bogor 5 WW Curug Naga 2007 Perum Perhutani KPH Bogor kerjasama CV. Wahana Curug Naga (2009) 6 TW Riung Gunung 2005 Pemerintah Daerah Kabupaten bogor 7 TSI 1986 Yayasan Taman Safari Indonesia 8 TW Matahari 2007 PT. Taman Wisata Matahari 9 Melrimba Garden 1991 Ibu Melani (Pribadi) 10 Lembah Pertiwi 2008 Bpk. Chaidir Rusli (Pribadi) 11 Cansembu Resort 2000 dr. Ali Shahab, Sp.BS (Pribadi) Sumber: Diolah dari berbagai sumber data terkait, khususnya dokumentasi data pada obyek wisata bersangkutan 3. Kondisi Masyarakat Jumlah penduduk di KW Bopunjur pada tahun 2009 berjumlah jiwa dengan rincian Kecamatan Cisarua sebanyak jiwa ( laki-laki dan perempuan) dan Kecamatan Megamendung sebanyak jiwa ( laki-laki dan perempuan), dengan demikian rasio jenis kelamin sebesar 109, artinya terdapat 109 pria pada setiap 100 perempuan. Di wilayah ini terdapat unit rumahtangga, sehingga rata-rata jumlah anggota rumahtangga pada tahun 2009 sekitar 4 orang/rumahtangga. Pertumbuhan penduduk KW Bopunjur dalam kurun waktu 10 tahun mencapai 29,18% (pada tahun 1999 jumlah penduduk Kecamatan Cisarua berjumlah jiwa dan Kecamatan Megamendung berjumlah jiwa). Luas wilayah ini 103,61 Km 2, sehingga kepadatan penduduknya pada tahun 2009 sebesar orang/km Aksesibilitas Jalan menuju Kawasan Wisata (KW) Bopunjur termasuk sangat mudah karena didukung oleh infrastruktur yang memadai. Kawasan Wisata Bopunjur merupakan kawasan yang harus dilalui untuk menuju DW Cibodas dari arah Jakarta. menjadikan kedua kawasan wisata ini saling terhubung dan terintegrasi. Keadaan inilah yang Beberapa obyek wisata berada langsung pada jalur utama dengan jarak kurang dari 1 km yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna, Wisata Agro (WA) Gunung Mas, Taman Wisata (TW) Riung Gunung, dan TW Matahari. Obyek lain berada pada jarak berbeda dari jalan utama. Namun demikian, sesungguhnya seluruh obyek ini dapat ditempuh tidak lebih dari 1 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor jika tidak menghadapi kendala kemacetan (Tabel 4).

6 53 Tabel 4 Jarak tiap obyek wisata di Kawasan Wisata Bopunjur dari Jalan Raya Jakarta - Cianjur No. Lokasi Jarak dari jalan Raya Jakarta Cianjur (Km) 1 TWA Telaga Warna <1 2 WA Gunung Mas <1 3 WW Curug Cilember 8 4 WW Curug Panjang 8 5 WW Curug Naga 10 6 TW Riung Gunung <1 7 TSI 6 8 TW Matahari <1 9 Melrimba garden <1 10 Lembah Pertiwi 3 11 Cansebu Resort 5 Sumber : Diolah dan ditelusuri dari berbagai sumber data terkait, khususnya dokumentasi data pada obyek wisata bersangkutan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 A. Kerangka Pemikiran IV. METODE PENELITIAN Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab Pendahuluan, persoalan mendasar yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah bentuk penguatan para pihak seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dua dekade terakhir, sektor pariwisata telah menjadi sektor pembangunan yang diunggulkan banyak negara dalam menghasilkan devisa. World Tourism Organisation (2011)

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO No. SK.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kepulauan Nusantara dengan sebutan untaian zamrud di khatulistiwa, penuh dengan keindahan alam beserta flora dan faunanya, kaya dengan aneka ragam budaya,

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI

III. KONDISI UMUM LOKASI III. KONDISI UMUM LOKASI 3.1. Sejarah Kawasan Kawasan TNGGP, oleh pemerintah Hindia Belanda pada awalnya diperuntukkan bagi penanaman beberapa jenis teh (1728). Kemudian pada tahun 1830 pemerintah kolonial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

PENGARUH CITRA DESTINASI KEBUN RAYA CIBODAS SEBAGAI DESTINASI WISATA ALAM TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

PENGARUH CITRA DESTINASI KEBUN RAYA CIBODAS SEBAGAI DESTINASI WISATA ALAM TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata menjadi sebuah elemen penting yang harus dikembangkan oleh pemerintah saat ini. Tingkat perekonomian yang semakin meningkat menjadikan pelaku

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara agraris, memiliki wilayah yang luas untuk usaha pertanian. Selain diperuntukkan sebagai budidaya dan produksi komoditi pertanian serta perkebunan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kabupaten Cianjur memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Adapun gambaran umum yang dibahas antara lain kondisi geografis, kondisi

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Adapun gambaran umum yang dibahas antara lain kondisi geografis, kondisi V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum terdiri dari beberapa hal penting terkait lokasi penelitian. Adapun gambaran umum yang dibahas antara lain kondisi geografis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar 439 juta, maka dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Tahun 2009 Peta penutupan lahan dihasilkan melalui metode Maximum Likelihood dari klasifikasi terbimbing yang dilakukan dengan arahan (supervised) (Gambar 14).

Lebih terperinci

Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami. peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar

Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami. peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar 439 juta, maka dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan dunia saat ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi secara global. Peningkatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati Indonesia dapat terlihat dari banyaknya flora dan fauna negeri ini. Keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Produk yang ditawarkan berupa atraksi wisata, tempat hiburan, sarana

Lebih terperinci

V. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

V. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA V. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA Dalam upaya pelestarian jenis elang Jawa dan habitatnya yang berada di dalam kawasan lindung (KL) dan di dalam kawasan budidaya (KBd) akan melibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri penting sebagai penyumbang Gross Domestic Product (GDP) suatu negara dan bagi daerah sebagai penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi kepariwisataan di Indonesia sangat besar. Sebagai negara tropis dengan sumberdaya alam hayati terbesar ketiga di dunia, sangat wajar bila pemerintah Indonesia memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang bersedia mengeluarkan uang untuk mengisi waktu luang (leisure) dalam rangka menyenangkan diri

Lebih terperinci

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

V. ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK

V. ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK 107 V. ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK 5.1 Analisis Situasi Wisatawan dan Obyek Tujuan Wisata (OTW) 5.1.1 Analisis Kunjungan Wisatawan Tingkat kunjungan wisatawan ke Kawasan Puncak meningkat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 61 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Daerah Studi Kawasan Destinasi Wisata (DW) Cibodas merupakan wilayah khas pegunungan dengan topografi bukit bergelombang dan hanya sedikit yang memiliki topografi

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA SATUAN KERJA BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Nomor : PG.

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA SATUAN KERJA BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Nomor : PG. KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Jalan Raya Cibodas PO BOX 3 Sdl. CIPANAS - CIANJUR 43253 Telp./Faks. (0263)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak ragam tempat wisata yang sangat indah. Tidak kalah menarik dengan tempat wisata yang berada diluar negeri. Mulai dari pantai, pegunungan,

Lebih terperinci

KESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA

KESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA KESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA ( Kasus dl Desa Clmacan, Kec. Pacet, Kab. Cianlur ) OIeh IGN. PUNJUBG W. A25 1015 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA

KESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA KESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA ( Kasus dl Desa Clmacan, Kec. Pacet, Kab. Cianlur ) OIeh IGN. PUNJUBG W. A25 1015 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata alam dewasa ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan hayati dan non hayati yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang merupakan daerah dengan peranan penting dalam Pariwisata di Jawa Barat. Sebagaimana diketahui,

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat) BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persmasalahan, tujuan, sasaran dan manfaat studi, ruang lingkup studi yang mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah,

Lebih terperinci

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha)

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha) Tabel 1.1. Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d 2005 No Fungsi Kawasan Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Keterangan I Kawasan Produksi & Lindung 627.499,78

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak 4.1.1. Sejarah, Letak, dan Luas Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan Surat Keputusan

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun membuka kesempatan kerja dan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS PARA PIHAK (STAKEHOLDERS) BAGI PEMBANGUNAN EKOWISATA DI KAWASAN CIBODAS, JAWA BARAT TUTUT SUNARMINTO

PENGEMBANGAN KAPASITAS PARA PIHAK (STAKEHOLDERS) BAGI PEMBANGUNAN EKOWISATA DI KAWASAN CIBODAS, JAWA BARAT TUTUT SUNARMINTO PENGEMBANGAN KAPASITAS PARA PIHAK (STAKEHOLDERS) BAGI PEMBANGUNAN EKOWISATA DI KAWASAN CIBODAS, JAWA BARAT TUTUT SUNARMINTO SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Puncak merupakan bagian dari kawasan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor. Kawasan ini memiliki beragam fungsi strategis,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Perkembangan Objek Wisata di Kabupaten Bogor

Perkembangan Objek Wisata di Kabupaten Bogor Perkembangan Objek Wisata di Kabupaten Bogor Adnin Widya Rosiyanti 1, M.H. Dewi Susilowati 2 1 Mahasiswi Departemen Geografi,FMIPA Universitas Indonesia 16424 E-mail : adnin.widya@ui.ac.id 2 Dosen Departemen

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Brosot, secara administratif terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Brosot merupakan akses masuk

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri di Indonesia yang prospeknya memiliki nilai yang cerah dimana industri pariwisata di Indonesia ini memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Cipanas berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Berdasarkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan

Lebih terperinci

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan integral pembangunan yang semakin dipertimbangkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Pengaruh pembangunan pariwisata terhadap perkembangan

Lebih terperinci

Hotel di Puncak Last Updated Tuesday, 29 January 2013

Hotel di Puncak Last Updated Tuesday, 29 January 2013 Hotel & Travel Hotel di Puncak Last Updated Tuesday, 29 January 2013 Hotel di Puncak...Villa Puncak... Hotel in Puncak Dapatkan harga diskon untuk menginap di Hotel di Puncak, pilihan hotel hotel ternama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Dunia saat ini. Setiap negara serius dalam pengelolaan Pariwisata, karena hal tersebut dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

mekanisme pengaturan yang komplek karena melibatkan beberapa pendukung pengembangan pariwisata. Dalam menjalankan perannya, industri pariwisata

mekanisme pengaturan yang komplek karena melibatkan beberapa pendukung pengembangan pariwisata. Dalam menjalankan perannya, industri pariwisata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang komplek karena melibatkan beberapa pendukung kegiatan pariwisata

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

2016 STRATEGI PENGEMBANGAN DESA MEKARJAYA MENJADI DESA WISATA DI KABUPATEN GARUT

2016 STRATEGI PENGEMBANGAN DESA MEKARJAYA MENJADI DESA WISATA DI KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Bukan sebuah nama asing yang baru didengar di kalangan masyarakat luar yang terkenal dengan

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Data Pusat Rehabilitasi Narkoba di Yogyakarta 3.1.1 Esensi Pusat Rehabilitasi Narkoba adalah suatu sarana yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pariwisata adalah salah satu jenis industri yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

I. UMUM. Sejalan...

I. UMUM. Sejalan... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM I. UMUM Kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pariwisata saat ini semakin menjadi sorotan bagi masyarakat di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sektor pariwisata berpeluang menjadi andalan Indonesia untuk mendulang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi 19 KONDISI UMUM Keadaan Fisik Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang terdapat di Indonesia. KRC terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pintu gerbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Hilangnya Fungsi Kawasan Lindung di Puncak Bogor

Hilangnya Fungsi Kawasan Lindung di Puncak Bogor LEMBAR FAKTA FOREST WATCH INDONESIA Hilangnya Fungsi Kawasan Lindung di Puncak Bogor Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor memegang peranan yang sangat vital bagi banyak daerah yang berada di bawahnya. Seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dan strategis di masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan industri pariwisata perlu dilakukan secara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta

Lebih terperinci