2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Sel Bahan Bakar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Sel Bahan Bakar"

Transkripsi

1 2 Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas berbagai materi yang berhubungan dengan penelitian ini meliputi sel bahan bakar, Solid oxide fuel cell, perovskit, metoda sol gel, difraksi sinar-x, analisis dengan mikroskop elektron dan konduktivitas elektron. 2.1 Sel Bahan Bakar Jika elektrolisis air akan menghasilkan hidrogen dan oksigen dengan bantuan energi listrik, maka dalam sel bahan bakar dengan memasukkan gas hidrogen dan oksigen sebagai bahan bakar serta dengan bantuan elektrolit dan elektroda dapat dihasilkan energi listrik. Sel bahan bakar adalah alat yang mengubah energi, tanpa pembakaran, dari bahan bakar (metana, propana, hidrogen) dan oksigen menjadi energi listrik, air dan panas. Alat ini terdiri dari dua elektroda (anoda bermuatan + dan katoda bermuatan ) yang mengapit elektrolit pada bagian tengah. Elektrolit ini membawa partikel bermuatan dari salah satu elektroda ke elektroda lain. Pada berbagai jenis sel bahan bakar juga terdapat katalis yang memungkinkan reaksi pada elektroda berlangsung. Katalis yang digunakan pada awal perkembangan sel bahan bakar berupa logam mulia dan platina. Berbagai jenis katalis campuran logam telah dikembangkan untuk menggantikan platina sebagai katalis. Prinsip kerja sel bahan bakar ditemukan pertamakali oleh Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838 dan dipublikasikan pada tahun Sel bahan bakar mulai dikenal luas ketika Thomas Bacon membuat sel bahan bakar berdaya 5 kw pada tahun Bersama dengan rekannya Thomas Bacon mempatenkan produk untuk memasok energi listrik pada pesawat antariksa.(priyanto, 2007) Prinsip kerja sel bahan bakar menyerupai baterai, yaitu dihasilkannya energi listrik dari reaksi kimia. Namun pada baterai bahan bakarnya terdapat di dalam baterainya sendiri atau bisa disebut sistem tertutup. Sedangkan pada sel bahan bakar, bahan bakarnya diperoleh dari luar sel. Jika baterai telah habis bereaksi atau berubah bentuk menjadi senyawa kimia lain yang tidak dapat diubah kembali, maka baterai tersebut tidak dapat digunakan lagi.

2 Hidrogen merupakan bahan bakar dasar dari sel bahan bakar. Bahan bakar lain yang digunakan pada sel bahan bakar adalah senyawa-senyawa hidrokarbon yang dapat diubah menjadi hidrogen. Komponen yang terdiri dari dua elektroda dan elektrolit disebut satu unit sel tunggal. Satu unit sel ini hanya menghasilkan sejumlah kecil arus searah (DC), sama dengan sel kering (Priyanto, 2006). Untuk dapat menghasilkan energi dalam skala besar maka sel tunggal ini dihubungkan secara seri/paralel. Kumpulan sel ini disebut stack. Stack ini kemudian dihubungkan pada inverter agar dapat menghasilkan arus bolak-balik (AC). Secara umum pada sel bahan bakar, bahan bakar berbentuk gas dialirkan secara terus menerus pada satu sisi dari elektroda dalam ruangan terpisah melalui media elektrolit, dan oksidan seperti oksigen dari udara dialirkan secara terus-menerus pada bagian elektroda lainnya. Reaksi elektrokimia terjadi pada elektroda untuk menghasilkan sejumlah elektron yang bergerak dari satu elektroda ke elektroda yang lain, elektron yang bergerak inilah yang menjadi energi listrik. Secara umum dapat reaksi total yang terjadi pada sel bahan bakar adalah Anoda : 2H 2 4H + + 4e - Katoda : 4e - + 4H + + O 2 2H 2 O Reaksi sel : 2H 2 + O 2 2H 2 O Hasil samping yang dibentuk dari proses tersebut berupa air dan panas. Bahan bakar yang digunakan akan memiliki efisiensi tinggi dalam penghasilan listrik bila bahan bakar yang digunakan dapat merata pada seluruh permukaan elektroda. Peningkatan efisiensi ini dapat dicapai melalui permodelan dari segi bentuk stack cell dan dan laju alir gas yang dipakai. Salah satu kelebihan lain dari sel bahan bakar adalah dalam tingkat kebisingannya. Dibandingkan dengan generator listrik yang lain, sel bahan bakar memiliki tingkat kebisingan paling kecil. Hal ini dikarenakan tidak adanya komponen yang bergerak (Zogg, 2006). Secara umum hal ini juga menguntungkan bagi waktu hidup sel. Semakin sedikit sel bergerak semakin sedikit gesekan yang terjadi, dan semakin kecil jumlah kehilangan material akibat gesekan. 18

3 Elektrolit pada sel bahan bakar berguna sebagai jembatan penghantar ion-ion yang dihasilkan pada elektroda dan bersifat tidak menghantarkan elektron. Elektrolit ini memiliki jenis yang bermacam-macam. Salah satu hal yang membedakan sel bahan bakar satu dengan yang lain adalah dari segi jenis elektrolitnya. Jenis sel bahan bakar menurut elektrolitnya dibagi menjadi empat, sel bahan bakar elektrolit membran polimer, lelehan karbonat, oksida padat, dan asam fosfat. 2.2 Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) Hal yang membedakan sel bahan bakar oksida padat (SOFC) dengan sel bahan bakar yang lain adalah dalam hal elektrolitnya yang berwujud padatan oksida. Elektrolit ini bersifat tidak berongga dan hanya memungkinkan terjadinya difusi ion oksigen (lihat Gambar 2.1). Karena sifat fisiknya sudah keras, maka SOFC tidak membutuhkan cetakan sebagai penyangga. Pada SOFC yang memiliki susunan planar, aliran gas oksida dan hidrogen terpisah dengan tiap sel tunggal dihubungkan dengan interconnect. SOFC memiliki efisiensi yang tinggi, sekitar %. Produk samping yang berupa gas pada temperatur tinggi dapat digunakan untuk menggerakkan turbin penghasil listrik, sehingga bila diakumulasikan efisiensi kerja dari SOFC bisa mencapai 85 % (lihat Gambar 2.2) Gambar 2.1. Penampang sel tunggal SOFC tipe planar. Elektrolit dalam SOFC berupa oksida padatan. (Haldor, 2007) 19

4 Gambar 2.2. Skema kerja SOFC yang dihubungkan dengan turbin sebagai penghasil tenaga sekunder. Efisiensi kerja yang dihasilkan dapat mencapai 85%. (Zogg, 2006) SOFC bekerja pada temperatur sangat tinggi berkisar antara o C. Temperatur kerja ini memungkinkan untuk menghilangkan katalis logam yang biasa digunakan pada sel bahan bakar yang lain. Hal ini juga berarti pengurangan ongkos produksi. Temperatur tinggi memungkinkan terjadinya proses reforming dari bahan bakar hidrokarbon dari dalam sel tanpa perlu menambahkan reformer pada sistem. SOFC juga merupakan sel bahan bakar yang paling tahan terhadap kontaminan sulfur. Berbagai jenis SOFC yang telah dikembangkan sekarang telah dapat bertoleransi terhadap kontaminan sulfur pada tingkat tertentu. Terhadap gas CO pun SOFC tidak mengalami penurunan kinerja, dalam hal ini gas CO dapat digunakan sebagai bahan bakar juga. Hal ini memungkinkan SOFC menggunakan batubara cair sebagai bahan bakar. Jenis bahan bakar batubara yang digunakan adalah jenis tar batubara. Seperti halnya sel bahan bakar yang lain, SOFC menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya. Pada bagian katoda, oksigen akan diubah menjadi ion oksigen dan menghasilkan dua elektron. Ion oksigen ini kemudian berdifusi melalui elektrolit menuju permukaan anoda. Pada sisi luar anoda, hidrogen akan diubah menjadi ion hidrogen dan berdifusi menuju permukaan antara anoda dan elektrolit. Pada permukaan inilah terjadi reaksi 20

5 elektrokimia antara ion hidrogen dengan ion oksigen dan dua elektron menghasilkan air serta panas. Gambar 2.3. Skema sel bahan bakar padatan. Aliran elektron dari anoda ke katoda menghasilkan energi listrik. ( Temperatur kerja yang terlalu tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah yang pertama adalah waktu yang dibutuhkan sel untuk mencapai temperatur kerja. Setelah mencapai temperatur kerjanya, sel pun harus ditahan pada temperatur tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan pula semacam pelindung panas yang dapat mempertahankan panas sel. Hal ini dapat dilakukan pada aplikasi untuk kebutuhan besar seperti generator listrik, tapi tidak untuk aplikasi portabel. Pada pemilihan anoda SOFC, terdapat beberapa kriteria sifat calon material yang harus dipenuhi. Kriteria tersebut antara lain hantaran elektron yang tinggi, kemampuan penghantaran ion hidrogen yang baik, serta ketahanan calon material terhadap kontaminan seperti sulfur. Dari segi ketahanan, material ini harus memiliki nilai koefisien termal yang menyerupai koefisien termal dari elektrolit. Semakin kecil selisih nilai koefisien termal antara anoda dan elektrolit, maka pergerakan dan gesekan yang terjadi antar keduanya semakin sedikit. 21

6 2.3 Perovskit Perovskit berasal dari nama ahli menerologi berkebangsaan Rusia L.A. Perovski. Perovski meneliti struktur mineral CaTiO 3 yang memiliki rumus umum ABO 3 (muatan netto A dan B 6+). Ukuran dari kation A umumnya lebih besar dari kation B. Koordinasi kation B adalah 12 dengan bentukoktahedral dan kation A adalah 12 dengan bentuk kuboktahedral. Sel satuan perovskit dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Sel satuan SrTiO 3. Struktur perovskit berpola ABO 3. ( Dasar dari struktur perovskit ganda dihasilkan dengan menyisipkan ion lain (B ) pada sebagian dari posisi atom B, sehingga menghasilkan perovskit ganda dengan rumus struktur A 2 BB O 6. Penelitian tentang perovskit ganda mulai berkembang sekitar tahun 1998 ketika senyawa Sr 2 FeMoO 6 diketahui memiliki sifat magnetoresistive di atas temperatur ruang. Perovskit ganda memiliki unit sel yang berjumlah dua kali dari perovskit biasa. Struktur perovskit ganda dapat dilihat sebagai pengaturan sudut oktahedra BO 6 dan B O 6 dengan kation besar A menempati kekosongan antara oktahedra tersebut. Tergantung pada ukuran relatif kation B dan B terhadap kation A, struktur kristal dapat berupa kubik (Fm3m), tetragonal (I 4/m), atau monoklin (P 2 1 /n). Kation B pada umumnya akan menentukan sifat fisik dari perovskit lapis ganda. Contoh struktur perovskit ganda, yakini Sr 2 FeMoO 6 diberikan pada Gambar

7 Gambar 2.5. Struktur ideal perovskit ganda Sr 2 FeMoO 6 dan Ca 2 FeReO 6 ( ( projects/oxides/doubleperovskites.xml) 2.4 Metoda Sol Gel Sol adalah dispersi dari partikel koloid dalam cairan, sedangkan gel merupakan dimensi submikrometer dan rantai polimer yang terhubung secara internal, memiliki jaringan yang kaku dengan pori. Metoda sol gel adalah metoda sintesis yang melibatkan perubahan fasa dari larutan menjadi sol lalu membentuk gel. Kata gel menyangkut berbagai macam kombinasi dari subtansi yang dapat dikelompokan menjadi 4 bagian (1) struktur berlapis dengan susunan teratur; (2) jaringan kovalen polimer yang tidak teratur; (3) jaringan polimer yang terbentuk akibat agregasi secara fisik; (4) struktur tidak beraturan. Sol gel adalah suspensi koloid yang memadat membentuk padatan (Hench dan West, 1990). Dalam prosesnya, gel yang terbentuk dapat dimurnikan dari senyawa pengotor dengan cara pembakaran pada temperatur tinggi menghasilkan material oksida dengan kemurnian sangat tinggi. Gel ini dapat dimodifikasi dengan berbagai macam atom sisipan untuk mendapatkan sifat yang berbeda-beda. Keunggulan dari penggunaan metoda sol gel adalah dalam hal kemurnian dan homogenitas produk serta temperatur kerja yang rendah dalam pembentukan gelnya dibandingkan dengan metoda reaksi kimia padatan (Hench dan West, 1990). Metoda sol gel menggunakan pengikatan komponen target dan membentuk gel sehingga dapat dipisahkan dengan pengotor 23

8 lainnya yang terlarut. Temperatur yang digunakan pada metoda sol gel relatif rendah, hal ini dikarenakan proses pembentukan gel hanya membutuhkan suhu aktivasi pembentukan kompleks dan suhu pemekatan larutan. Kelebihan lain dari metoda ini adalah dalam hal pencetakan elektroda yang dapat disesuaikan. Pada pembuatan anoda, sol yang telah disintesis dilapiskan pada elektrolit dengan menggunakan kuas atau menggunakan sprayer. Ketika lapisan ini terbentuk, komponen ini dipanaskan pada temperatur diatas 1000 C untuk menghilangkan komponen organik yang dipakai, kemudian dilanjutkan dengan sintering. Pelapisan dilakukan berulang hingga didapatkan tebal dan bentuk yang sesuai. Melalui metode sol gel ini akan terbentuk lapisan yang berpori kecil dengan konduktivitas yang dapat meningkat akibat kerapatan material (Klein, 2002). Proses pembentukan gel pada pementukan logam oksida membutuhkan suatu senyawa yang dapat membentuk gel dari larutan atau biasa disebut dengan agen pengkhelat. Khelat berasal dari bahasa latin yang artinya adalah capit. Khelat pada hal ini berarti pembentukan ikatan reversibel atau kompleks yang terbentuk dari suatu ligan, atau agen pengkhelat terhadap ion logam membentuk kompleks metal. Salah satu contoh agen pengkhelat yang biasa digunakan adalah senyawa etilendiamin tetraasetat (EDTA). Senyawa ini membentuk ikatan kompleks dengan ion logam dalam larutan. Umumnya EDTA sebagai ligan pengkompleks membentuk ligan heksadentat atau pentadentat. Gambar 2.6. EDTA sebagai agen pengkhelat. Ion logam terkhelat dalam molekul EDTA dengan koordinasi 6. 24

9 2.5 Difraksi Sinar-X Serbuk Difraksi sinar-x merupakan metoda yang banyak digunakan untuk penentuan posisi atom dalam molekul dan padatan secara tepat (Dann, 2000). Penggunaan metoda spektroskopi seperti NMR, IR dan spekroskopi massa umumnya hanya terbatas untuk molekul organik. Sinar-X adalah sebuah bentuk radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang pendek (1Å). Panjang gelombang yang dihasilkan berada pada daerah antara sinar gamma (γ) dan ultraviolet. Ketika elektron berkecepatan tinggi mengenai sebuah elektron pada logam, elektron tersebut akan mengalami eksitasi. Terjadinya eksitasi ini menyebabkan terjadi kekosongan elektron, selanjutnya elektron pada tingkatan yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan tersebut dan memancarkan sinar-x, Gambar 2.7. Gambar 2.7. Elektron berkecepatan tinggi yang mengenai elektron pada orbital 1s (kulit K) menyebabkan elektron tereksitasi sehingga terjadi kekosongan ( ) pada orbital 1s, elektron pada orbital 2p mengisi kekosongan tersebut yang menyebabkan terjadinya pancaran sinar-x Penggunaan metoda difraksi sinar-x bersifat terbatas untuk senyawa yang memiliki keberulangan yang besar. Struktur dari padatan kristal dan oksida logam memiliki distribusi atom yang berulang secara teratur dalam kisi ruang serta memiliki jarak antar atom yang ordenya sama dengan panjang gelombang sinar-x. Akibatnya bila seberkas sinar-x ditembakkan pada suatu material kristalin maka sinar tersebut akan menghasilkan pola difraksi yang khas. Menurut pendekatan Bragg, kristal dapat dipandang terdiri atas bidang-bidang datar (kisi kristal) yang masing-masing berfungsi sebagai cermin. Jika sinar-x ditembakkan pada tumpukan bidang datar tersebut, maka sebagian sinar-x tersebut akan dipantulkan oleh 25

10 bidang tersebut dengan sudut pantul yang sama dengan sudut datangnya, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.8, sedangkan sisanya akan diteruskan menembus bidang. Gambar 2.8. Sudut Pemantulan Sinar-X. Sudut pemantulan yang dihasilkan akan sefasa dengan sinar datang menghasilkan sudut bernilai 2θ. (pubs.usgs.gov/.../htmldocs/images/beam.jpg) Komponen dasar dari difraktometer sinar-x adalah sumber radiasi monokromatik dan pendeteksi sinar-x yang dipasang pada lintasan yang melingkari sampel, Gambar 2.9. Celah divergen terletak diantara sumber sinar-x dan detektor. Pendeteksi sinar-x dan wadah sampel secara mekanik digabungkan dengan goniometer sehingga perputaran detektor bernilai dua kali derajatnya dari sudut awal. 26

11 Gambar 2.9. Skema Difraktometer Sinar-X. Modifikasi dari Cullity (1956) ( Pada tabung sumber sinar-x, sumber sinar-x dbentuk oleh logam tertentu seperti molibdenum, tembaga, besi dan krom. Kondisi operasi alat (arus dan tegangan) harus diatur agar dapat melebihi nilai energi ionisasi minimum dari sampel target yang akan dianalisis. Contohnya adalah untuk sampel logam Fe yang memiliki nilai energi ionisasi sebesar 7 kev digunakan logam Cu dengan kondisi operasi 40 kv dan arus 30 ma yang menghasilkan energi sinar-x sebesar 8,04 kev. Pada material kristal, terdapat bidang dengan jumlah yang tak terhingga dan dengan indeks Miller yang berbeda pula. Setiap bidang akan menghasilkan difraksi maksimum pada sudut tertentu. Dengan menggabungkan persamaan yang berhubungan dengan d hkl pada parameter kisi dan dengan menggunakan persamaan Bragg, hubungan antara sudut datang dengan parameter kisi kubus dapat diketahui. sin 2 θ = λ 2 (h 2 + k 2 + l 2 )/4α 2 (Pers 2.1) Analisis kualitatif data difraksi sinar-x dapat dilakukan dengan menggunakan program rietica melalui database PCPDFWIN (PDF, Powder Diffraction File) yang dikeluarkan oleh ICDD (International Centre for diffraction data). Dengan menggunakan metoda Rietveld, struktur kristal dapat ditentukan. 27

12 Nilai yang diperoleh dari refinentment dengan metoda Le Bail menggunakan program Rietica adalah nilai Rp dan Rwp yang menunjukkan tingkat kecocokkan data dengan perhitungan. Nilai ini bisa diterima jika 10% (Clegg, 1989). 2.6 Scanning Electron Microscope Scanning Electron Microscope atau biasa disingkat dengan SEM adalah sebuah alat yang dapat menampilkan gambaran permukaan sampel dengan jelas. Berbeda dengan mikroskop biasa yang menggunakan sinar tampak, SEM menggunakan elektron sebagai sumber pembentukan gambar, Gambar SEM memiliki keunggulan daripada mikroskop biasa. Resolusi yang besar memungkinkan perbesaran gambar pada tingkatan yeng lebih tinggi dari mikroskop biasa. Satu hal lain yang menjadi keuntungan dari SEM adalah pembentukan gambar yang jelas dari sampel. Gambar Skema kerja SEM. Elektron ditembakkan pistol elektron melalui jalur vertikal kemudian diarahkan menuju sampel melalui lensa magnetik. ( Sebuah tembakan elektron dihasilkan pada bagian paling atas dari mikroskop oleh penembak elektron. Tembakan elektron kemudian mengikuti jalur vertikal melewati mikroskop yang 28

13 tersimpan dalam ruang vakum. Tembakan elektron ini kemudian melewati medan elektromagnetik dan lensa magnetik yang memfokuskan arah penembakan pada sampel. Ketika elektron mengenai sampel, elektron dan sinar-x dikeluarkan dari sampel, Gambar Gambar Penghamburan partikel elektron dan sinar-x oleh proses penembakkan elektron. Sampel menghasilkan hamburan elektron primer, elektron sekunder dan sinar-x. ( Detektor akan mengumpulkan sinar-x, elektron terpantulkan dan elektron sekunder. Kemudian detektor akan mengkonversi data tersebut dalam bentuk sinyal yang dikirimkan pada sebuah layar. Karena SEM menggunakan keadaan vakum, sampel haruslah dikondisikan terlebih dahulu. Sampel yang akan diteliti haruslah bebas dari kandungan air. Hal ini dikarenakan air akan teruapkan ketika sampel divakumkan. Sampel yang tidak bersifat logam harus ditutupi oleh lapis tipis material yang bersifat menghantarkan elektron. 2.7 Konduktivitas Pada SOFC terdapat dua jenis konduktivitas yang terjadi. Pertama adalah konduktivitas ion akibat pergerakan ion oksigen dan yang kedua adalah konduktivitas elektron yang disebabkan proses reaksi redoks. Konduktivitas ion terjadi akibat perpindahan ion melalui kekosongan pada kisi kristal. Ion yang bersifat kation atau anion pada dasarnya dapat bergerak bebas melewati struktur kristal dengan bertindak sebagai pembawa muatan. Pergerakan ion pada material teraktivasi oleh panas yang diaplikasikan, oleh karena itu 29

14 konduktivitas ion dipengaruhi oleh temperatur. Nilai hantaran yang diberikan oleh pergerakan ion umumnya bernilai kecil pada anoda. Berbeda dengan hantaran ion, pada anoda SOFC terdapat hantaran elektron yang nilainya jauh lebih besar. Hantaran elektron ini dimungkinkan terjadi akibat jarak antar pita valensi yang berdekatan. Pengukuran hantaran elektron pada anoda SOFC dilakukan dengan menghitung nilai hataran total pada berbagai suhu. Pengujian hantaran dilakukan pada sel yang akan menghasilkan arus searah (DC), oleh karena itu metoda pengukuran hantaran yang dilakukan adalah metoda DC. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran tegangan (V) terhadap arus yang diaplikasikan pada berbagai temperatur Metoda Empat Titik (Four Point Probes Methode) Metode 4 titik (Four point probes method) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan tahanan rata-rata dari suatu sampel. Metode 4 titik (four point probe method) terdiri dari 4 buah kawat yang dihubungkan pada sampel dengan ketebalan tertentu (lihat Gambar 2.12). Arus (I) mengalir pada 2 buah kabel yang berada di bagian luar dan tegangan yang dihasilkan mengalir pada 2 buah kabel lainnya yang terletak di bagian dalam pada rangkaian four point probes. Gambar Rangkaian dalam metoda empat titik. Dua kawat pada bagian ujung dihubungkan pada sumber arus (I), pada dua kawat bagian dalam dihubungkan pada pengukur beda tegangan (V). 30

15 Pada sampel dengan ketebalan (w) dan jarak rata-rata (s) perhitungan konduktivitas menggunakan persamaan : V π w ρ = ρs w = w f (Pers 2.2) I ln 2 s Dengan dengan ρ adalah resistivitas sampel, π adalah tetapan (3,14), s adalah jarak antara elektroda-elektroda, V adalah tegangan, I adalah arus, w adalah tebal sampel, s adalah jarak rata-rata antar titik, dan f(w/s) adalah fungsi koreksi dari sampel. Tabel 2.1 Nilai fungsi Koreksi sampel pada metoda empat titik. w/s f(w/s) 0,400 0,9995 0,500 0,9974 0,556 0,9948 0,625 0,9898 0,714 0,9798 0,833 0,960 1,000 0,9214 1,111 0,8907 1,250 0,849 1,429 0,7938 1,667 0,7225 2,000 0, Metoda Dua Titik (Two Point Preobes Methode). Pada metoda dua titik, sampel dihubungkan pada sumber teganggan yang kemudian dihubungkan langsung dengan pengukur hambatan. Hambatan dapat diukur dengan menggunakan persamaan : R = ρ A L (Pers 2.3) dengan R = hambatan (Ω), ρ = kerapatan (Ω/cm), L = tebal anoda (cm), dan A = luas penampang elektroda (cm 2 ), dan persamaan: 31

16 σ = ρ 1 (Pers 2.4) dengan ρ = kerapatan (Ω/m), dan σ = konduktivitas( S/cm ) 32

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA PEROVSKIT GANDA Sr 2 Mg 1-X Fe X MoO 6-δ SEBAGAI MATERIAL ANODA PADA SEL BAHAN BAKAR DENGAN METODA SOL-GEL

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA PEROVSKIT GANDA Sr 2 Mg 1-X Fe X MoO 6-δ SEBAGAI MATERIAL ANODA PADA SEL BAHAN BAKAR DENGAN METODA SOL-GEL SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA PEROVSKIT GANDA Sr 2 Mg 1-X Fe X MoO 6-δ SEBAGAI MATERIAL ANODA PADA SEL BAHAN BAKAR DENGAN METODA SOL-GEL (Synthesis and Characterization Double Perovskit Compound Sr

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini berfokus pada sintesis senyawa perovskit yaitu La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dan La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ (LSCFO) yang merupakan suatu oksida padat yang diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si. DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur); 01 : STRUKTUR MIKRO Data mengenai berbagai sifat logam yang mesti dipertimbangkan selama proses akan ditampilkan dalam berbagai sifat mekanik, fisik, dan kimiawi bahan pada kondisi tertentu. Untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

Bab III Metoda Penelitian

Bab III Metoda Penelitian 28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL BAB V WUJUD ZAT A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi dunia semakin meningkat sedangkan bahan bakar fosil dipilih sebagai energi utama pemenuh kebutuhan, namun bahan bakar ini tidak ramah lingkungan

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) 2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik karena listrik merupakan sumber energi utama dalam berbagai bidang kegiatan baik dalam kegiatan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

Pembangkit Non Konvensional OTEC

Pembangkit Non Konvensional OTEC Pembangkit Non Konvensional OTEC OTEC Ada yang tahu apa itu OTEC? OTEC OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) atau Konversi Energi Termal Lautan atau dapat juga disebut : Pembangkit listrik tenaga panas

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik mengalami peningkatan seiring bertambahnya populasi manusia. Di Indonesia, data dari Direktorat Jendral Ketenagalistrikan Kementrian Energi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap manusia di dunia terutama energi listrik. Dewasa ini kebutuhan energi yang semakin meningkat tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN Paket C 2011 Program IP Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Pembacaan jangka sorong berikut ini (bukan dalam skala sesungguhnya) serta banyaknya angka penting adalah. 10 cm 11 () 10,22

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA Muhammad Ilham, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baterai Baterai adalah sel elektrokimia yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik dengan suatu reaksi elektrokimia. Komponen utama baterai, yaitu: 1. Elektroda negatif

Lebih terperinci

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA Aluminium adalah salah satu logam ringan (light metal) dan mempunyai sifat-sifat fisis dan mekanis yang baik, misal kekuatan tarik cukup tinggi, ringan, tahan korosi, formability

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd.

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. m.sukar1982xx@gmail.com A. Keramik Bahan keramik merupakan senyawa antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan atau ikatan kovalen. Jadi sifat-sifatnya

Lebih terperinci

2 A (C) - (D) - (E) -

2 A (C) - (D) - (E) - 01. Gaya F sebesar 12 N bekerja pada sebuah benda yang masanya m 1 menyebabkan percepatan sebesar 8 ms -2. Jika F bekerja pada benda yang bermassa m 2 maka percepatannya adalah 2m/s -2. Jika F bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dielektrik Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada.bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan gas. Pada

Lebih terperinci

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan

Lebih terperinci

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR Oleh : Kelompok 9 Maratus Sholihah (115061100111019) Hairunisa Agnowara (125061100111033) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vi viii ix x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup:

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup: PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup: Teknologi Superkomputer dan Teknologi Transmisi Daya Listrik serta Teknologi Kereta Api Berkecepatan Tinggi. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan bertambahnya waktu maka kemajuan teknologi juga semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk di dunia pun kian meningkat termasuk di Indonesia. Hal ini berarti meningkat

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas, yang dimana tujuan utamanya adalah untuk mencegah logam dengan korosifnya, namun juga mendapatkan

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi dunia terhadap energi listrik kian meningkat seiring pesatnya teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2 Bab IV Pembahasan Atom seng (Zn) memiliki kemampuan memberi elektron lebih besar dibandingkan atom tembaga (Cu). Jika menempatkan lempeng tembaga dan lempeng seng pada larutan elektrolit kemudian dihubungkan

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel dan uji fisis

Lebih terperinci

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Pengaruh Konsentrasi Doping Ce (X) Terhadap Sifat Listik Material Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ under-doped M. Saputri, M. F. Sobari, A. I. Hanifah, W.A. Somantri,

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Retno Kusumawati Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite BAB II TEORI DASAR 1. Hydroxyapatite Apatit adalah istilah umum untuk kristal yang memiliki komposisi M 10 (ZO 4 ) 6 X 2. Unsur-unsur yang menempati M, Z dan X ialah: (Esti Riyani.2005) M = Ca, Sr, Ba,

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah pita diukur, ternyata lebarnya 12,3 mm

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

TEORI ATOM. Awal Perkembangan Teori Atom

TEORI ATOM. Awal Perkembangan Teori Atom TEORI ATOM Awal Perkembangan Teori Atom Teori atom pada masa peradaban Yunani Demokritus, Epicurus, Strato, Carus Materi tersusun dari partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dibagi lagi Partikel

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci