BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Sastra Arab Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya mengenai kata serapan dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia sesuai dengan referensi yang ditemukan, ada beberapa judul penelitian diantaranya yang ditulis oleh Mursalin (2005) dengan judul Analisis Perubahan Makna Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Indonesia Oleh Sudarno (Tinjauan Semantik). Penelitian yang dilakukannya yaitu penelitian dengan pembahasan yang berfokus kepada masalah ada tidaknya perubahan makna yang terjadi ketika ada beberapa kata-kata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab. Penelitian tersebut mendapati adanya 61 kata serapan dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia dengan objek penelitian oleh Sudarno yang ditinjau dari sudut Semantik. Suryadi (2006) dengan judul Analisis Kata-Kata Serapan Bahasa Arab Dalam Majalah Mangle (Majalah Berbahasa Sunda). Penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2006) adalah penelitian yang erat kaitannya dengan Bahasa Suku yaitu bahasa suku Sunda. Dia meneliti ada tidaknya kosa kata serapan dari bahasa Arab kedalam bahasa Sunda ke dalam sebuah majalah yang menggunakan bahasa Sunda yaitu majalah Mangle. Penelitian tersebut mendapati sebanyak 25 kosa kata serapan bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia, namun dilihat dari aspek fonologi yaitu bagaimana pelepasan bunyi kata serapan tersebut. Juairiah (2007) Analisis Perubahan Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Aceh Dalam Hikayat Rantongan Hikayat Teuku Di Meukek. Penelitian yang dilakukan dalam Juairiah (2007) yaitu penelitian yang berfokus pada penelitian perubahan kata serapan dari bahasa Arab kedalam Bahasa Aceh dengan menggunakan objek penelitian sebuah karya satra berupa hikayat Rantongan Hikayat Teuku Di

2 Meukek. Penelitian tersebut mendapati adanya 114 kosa kata serapan dari bahasa Arab kedalam bahasa Aceh. Dari ketiga penelitian di atas yaitu, penelitian suryadi (2006) dan Juairiah (2007) hampir sama dalam pokok permasalahan, tetapi berbeda dari segi objek penelitian walaupun sama-sama meneliti kata serapan dari bahasa Arab kedalam salah satu bahasa suku yang ada di Indonesia, yaitu Sunda dan Aceh. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mursalin (2005) melihat kepada perubahan makna kata serapannya yang mengambil pokok permasalahan bahasa Indonesia secara luas. Judul yang peneliti angkat untuk skripsi adalah mengenai Kata Serapan Bahasa Arab Kedalam Bahasa Indonesia pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Republik Indonesia ( KUHP RI ). Sebagaimana kita ketahui, bahwa bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang ada dalam perjalanan dan siklus kehidupan manusia. Sehingga bahasa tidak bisa kita lepaskan dalam kehidupan dan perjalanan kehidupan manusia dalam berinteraksi antar sesama manusia. Keraf (1997:1) mendefinisikan pengertian bahasa yaitu bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan To imah ( 2004 : 150 ) mengatakan bahwa bahasa adalah : باب القول على اللغة وما هي : اما حدها فا نها اصوات يعبربها كل قوم عن اغراضهم. /bābu al-qaulu ala al-lugati wa mā hiya : ammā ḥaddahā fainnahā aṣwātun yu abbiruhā kulla qaumin an agrāḍihim/ adapun bab tentang bahasa yaitu salah satu batasannya adalah suatu ( tutur ) setiap bangsa tentang kebudayaan mereka. Secara garis besar, elemen bahasa terdiri dari 2 macam yaitu : elemen bentuk dan elemen makna. Elemen bentuk adalah elemen fisik tuturan, dari tataran terendah sampai tertinggi diwujudkan dengan bunyi suku kata, morfem, kata, klausa, kalimat, paragrap dan wacana. Bunyi merupakan satuan terkecil dari bahasa sedangkan wacana merupakan satuan bahasa terbesar. Dalam mempelajari bahasa, dikenal empat komponen besar yaitu bidang fonologi yang mempelajari tentang komponen bunyi, morfologi tentang komponen kata, sintaksis tentang komponen kalimat dan semantic tentang komponen makna kalimat, (Wijana, 2008 : 9 ).

3 Berdasarkan beberapa rujukan diatas, didapati beberapa defenisi tentang semantik. Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti tentang arti atau makna, (Verhaar, 2001 : 328). Komaruddin (1993) Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semantikos yaitu berkaitan dengan arti kata. Ilmu Semantik adalah ilmu yang berkenaan dengan arti kata, ilmu yang mempelajari makna kata-kata umum. Maka, dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah cabang ilmu linguistik yang menelaah tentang makna atau arti kata setelah dirangkai menjadi kalimat. Kajian ini berkaitan erat dengan makna. Makna merupakan persoalan yang paling inti dalam semantik. Makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam fikiran pendengar atau pembaca karena rancangan aspek bentuk (Keraf, 1987 : 25). Makna adalah hakikat yang dimaksudkan, (Cahyono, 2002 : 199). Menurut Verhaar (2001 : 124), persoalan makna merupakan tataran besar dalam tataran linguistik. Oleh karena itu, beliau membagi makna dalam dua jenis, yaitu : makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Arab disebut dengan معنى مفردتي / ma nā mufradatiyyun /, (Khuli, 1982 : 153) dan makna gramatikal disebut dengan معنى قواعدي /ma nā qawā idiyyun/, (Khuli : 1982 :111). Menurut Pateda (2001: 119), makna leksikal adalah makna yang ketika kata itu berdiri sendiri, dalam bentuk leksem atau bentuk imbuhan yang maknanya kurang lebih tetap. Seperti yang dibaca dalam kamus bahasa tertentu. Makna yang bersifat leksikal merupakan sebagian besar dari pungutan dari satu bahasa kebahasa yang lain. Sedangkan kata serapan adalah mengambil alih kata-kata dari bahasa lain, (Cahyono, 2002: 107). Proses perkembangan bahasa secara terus-menerus melalui penambahan katakata baru dengan cara menyerap dari bahasa-bahasa lain merupakan perubahan yang paling banyak terjadi. Cahyono (2002: 358) mengatakan bahwa perubahan bahasa tidak terjadi dalam waktu yang singkat akan tetapi perubahan itu terjadi dalam kurun waktu yang lama sehingga pengaruh perubahan itu amat mencolok Landasan Teori

4 Pateda (2001:158) mengatakan bahwa perubahan dapat berwujud penambahan dan pengurangan. Menurut Chaer (1996: 313) ada tiga bentuk perubahan makna, yaitu : 1. Penambahan adalah makna meluas atau penambahan makna disebabkan oleh adanya kebutuhan konsep baru, namun tidak selamanya harus dijawab dengan penciptaan kata baru, tetapi yang justru lebih sering ditempuh oleh pemakai bahasa adalah dengan memperluas komponen makna kata-kata yang sudah ada. Seperti contoh pada kata akar bermakna bagian tumbuhan yang berfungsi untuk memperkokoh tumbuhan bersangkutan. Akan tetapi dengan berkembangnya ilmu matematika, kata ini mengalami penambahan makna lain yaitu, yakni penguraian pangkat ata masih banyak makna sekunder lainnya yang pada hakikatnya juga merupakan perluasan konsep makna primer atas dasar berbagai persamaan. 2. Pengurangan adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya memiliki makna yang cukup luas, kemudian berubah terbatas. 3. Penggantian makna adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya, walaupun kemungkinan ditemukan unsure keterkaitan antara makna asal dengan makna yang baru. Sedangkan Tarigan (1985:85) mengatakan bahwa perubahan makna ada 6 yaitu penambahan atau perluasan (generalisasi), pengurangan atau pengkhususan (spesialisasi), peninggian (ameliorasi), penurunan (peyorasi), pertukaran (sinestesia), persamaan (asosiasi). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendapat dan teori Chaer dan ditambah dengan teori Tarigan sebagai landasan dan acuan dalam penelitian ini. Berdasarkan penilaian, bahwa pendapat Chaer lebih rinci dalam mengemukakan teorinya juga defenisi dan contoh-contoh, sehingga mudah difahami. Teori tersebut juga sesuai dengan data yang peneliti peroleh yaitu kata serapan yang mengalami perubahan makna berupa penambahan, pengurangan, dan penggantian makna dan makna asosiasi ( makna asli ).

5 Dalam penelitian ini juga, peneliti tidak bisa memisahkan dengan kata serapan. Karena pembahasan dalam penelitian ini mengenai kata serapan. Cahyono ( 2002 : 107 ) mengatakan bahwa kata serapan adalah mengambil alih kata-kata dari bahasa lain Konsep-Konsep Bentuk-Bentuk Perubahan Makna Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa menurut Chaer (1996) perubahan makna terdiri dari tiga macam, yaitu penambahan makna, pengurangan makna, dan penggantian makna Penambahan Makna Makna sebuah kata seringkali mengalami penambahan sehubungan dengan berkembangnya bidang aktivitas manusia. Khuli dalam Juariah ( 2007 ) menyebutkan dalam Skripsi Analisis Perubahan Makna Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Aceh Dalam Hikayat Ranto Ngon Hikayat Teungku Di Meukek mengatakan bahwa makna meluas dalam bahasa arab dikenal dengan istilah معنى مواسع / maʽnā mawāsiʽun /. Menurut Chaer ( 2008 : 111 ) makna meluas atau penambahan makna disebabkan oleh adanya kebutuhan konsep baru, namun tidak selamanya harus dijawab dengan penciptaan kata baru, tetapi yang justru lebih sering ditempuh oleh pemakai bahasa adalah dengan memperluas komponen makna kata-kata yang sudah ada. Seperti contoh pada kata akar bermakna bagian tumbuhan yang berfungsi untuk memperkokoh tumbuhan bersangkutan. Akan tetapi dengan berkembangnya ilmu matematika, kata ini mengalami penambahan makna lain yaitu, yakni penguraian pangkat ata masih banyak makna sekunder lainnya yang pada hakikatnya juga merupakan perluasan konsep makna primer atas dasar berbagai persamaan. Contoh kata serapan yang terdapat dalam KUHP RI dari bahasa arab kedalam bahasa Indonesia yang mengalami penambahan makna dapat dilihat pada table dibawah ini : Jika hadiah atau perjanjian diberikan dengan maksud supaya hakim menjatuhkan hukuman dalam suatu perkara pidana dst ( KUHP RI, 1993 : 167 pasal 210 ayat 2 ).

6 B. Arab B. Indonesia Penambahan Makna Arti dari B. Arab Arti dari B. Indonesia /hākimun / حاكم Hakim قاضي : المنفظ الحاكم Orang yang mengadili /al-qāḍī : almunazzamu al- ḥākimu/ orang yang mengadili ( Ma luf : 146 ) perkara (di pengadilan atau mahkamah): keputusan -- tidak dapat diganggu gugat;, juri; penilai (dalam perlombaan) 2007 : 383) ( KBBI, Dari contoh kata serapan diatas, dapat kita lihat bahwa makna kata حاكم /hākimun / dalam bahasa arab yang bermakna قاضي : المنفظ الحاكم /qāḍī : al-munazzamu al-ḥākimu/ orang yang mengadili ( Ma luf : 146 ) akan tetapi ketika kata tersebut diserap kedalam bahasa Indonesia terjadi penambahan makna dilihat dari segi makna leksikal. Kata hakim yang terdapat dalam KUHP RI pasal 210 ayat 2 hal 163 KUHP RI 1993 bermakna Orang yang mengadili perkara (dl pengadilan atau mahkamah. Sehingga terjadi persamaan makna dilihat dari sudut makna gramatikal Pengurangan Makna Khuli dalam Juariah ( 2007 ) menyebutkan dalam Skripsi Analisis Perubahan Makna Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Aceh Dalam Hikayat Ranto Ngon Hikayat Teungku Di Meukek mengatakan bahwa Pengurangan makna dalam bahasa Arab dikenal dengan معنى منحسر / maʽnā munhasarun /. Menurut chaer ( 1996 : 88 ), pengurangan makna adalah gejala yang terjadi pada kata yang pada mulanya memiliki makna yang cukup luas, kemudian berubah terbatas. Contoh pada saat sekarang, kata kitab hanya ditujukan kepada buku-buku suci atau keagamaan,

7 sedangkan bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Belanda yaitu buku untuk menunjuk konsep yang lebih umum. Contoh kata serapan yang terdapat dalam KUHP RI dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia yang mengalami pengurangan makna dapat dilihat pada table dibawah ini : Barangsiapa sengaja merusakkan kesopanan dimuka orang lain yang hadir tidak dengan kemauannya sendiri, dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp ,- ( KUHP RI, 1993 : 204 pasal 281 2e ). B. Arab B. Indonesia Pengurangan Makna Arti B. Arab Arti B. Indonesia /haḍara / حضر Hadir / ḍiddu ضد غاب ghāba / tidak hilang, hadir ( Ma luf : 139 ) Datang, ( KBBI, 2007 : 380 ) Dari contoh kata serapan diatas, dapat kita lihat bahwa حضر /haȡara /dalam bahasa arab yang bermakna ضد غاب / ḍiddu ghāba / tidak hilang, hadir ( Ma luf : 139 ) akan tetapi ketika kata tersebut diserap kedalam bahasa Indonesia terjadi pengurangan makna dilihat dari segi makna leksikal. Kata hadir yang terdapat dalam KUHP RI pasal 281 ayat 2e hal 204 KUHP RI 1993 bermakna hadir,. Sehingga terjadi persamaan makna dilihat dari sudut makna gramatikal Penggantian Makna Khuli dalam Juariah ( 2007 ) menyebutkan dalam Skripsi Analisis Perubahan Makna Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Aceh Dalam Hikayat Ranto Ngon Hikayat Teungku Di Meukek mengatakan bahwa penggantian makna atau

8 / تطور دلالي perubahan makna secara total dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah taṭawwurun dalāliyyun /. Menurut Chaer ( 1996 : 143 ) adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya, walaupun kemungkinan ditemukan unsure keterkaitan antara makna asal dengan makna yang baru. Contoh kata serapan yang terdapat dalam KUHP RI dari bahasa arab kedalam bahasa Indonesia yang mengalami makna menyempit dapat dilihat pada table dibawah ini : Barangsiapa melakukan kejahatan menista atau menista dengan tulisan dalam hal ia diijinkan untuk membuktikan tuduhannya itu, jika ia tidak dapat membuktikan dan jika tuduhannya itu dilakukannya sedang diketahuinya tidak benar, dihukum karena salah memfitnah dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun ( KUHP RI, 1993 : 227 pasal 311 ayat 1 ) B. Arab B. Indonesia Penggantian Makna Arti dari B. Arab Arti dari B. Indonesia Perkataan bohong الخبرة والابتلاء / fitnatun / Fitnah فتنة / al-khibratu wa alibtilāu / menjelekkan dan berbohong ( Ma luf : 568 ) atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang): -- adalah perbuatan yang tidak terpuji, (

9 KBBI, 2007 : 318 ). Dari contoh kata serapan diatas, dapat kita lihat bahwa makna kata فتنة / fitnatun / dalam bahasa arab yang bermakna الخبرة والابتلاء / al-khibratu wa al-ibtilāu / menjelekkan dan berbohong ( Ma luf : 568 ), akan tetapi ketika kata tersebut diserap kedalam bahasa Indonesia, makna kata tersebut mengalami penggantian makna yaitu perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang, ditinjau dari makna leksikal. Kata fitnah dalam KUHP RI pasal 311 ayat 1 hal 227 KUHP RI 1993 bermakna berkata bohong, sehingga terjadi persamaan makna, ditinjau dari sudut gramatikal Persamaan Makna / Makna Tetap Persamaan makna / Makna tetap dalam istilah Semantik disebut dengan makna Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi akibat adanya persamaan sifat (Tarigan : 1985). Contoh kata serapan yang terdapat dalam KUHP RI dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia yang mengalami persamaan makna dapat dilihat pada table dibawah ini : Barangsiapa meniru atau memalsukan uang atau uang kertas Negara atau uang kertas Bank dengan maksud akan mengedarkan atau menyuruh mengedarkan mata uang kertas negara atau mata uang kertas Bank itu serupa yang asli dan tiada dipalsukan, dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun, ( KUHP RI, 1993 : 184 Pasal 244 ). B. Arab B. Indonesia Arti B. Arab Arti B. Indonesia / bankun/ بنك Bank المحل الذي توضع فيه / al-maḥallu الاموال al-lażī tauḍa u fīhi badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan

10 al-amwāli / tempat menyimpan harta ( Ma luf : 50 ) mengeluarkan uang dalam masyakarat, ( KBBI, 2007 : 103 ) Dari contoh kata serapan diatas, dapat kita lihat bahwa بنك / bankun/ dalam bahasa arab yang bermakna المحل الذي توضع فيه الاموال / al-maḥallu al-lażī tauḍa u fīhi alamwāli / tempat menyimpan harta ( Ma luf : 50 ) akan tetapi ketika kata tersebut diserap kedalam bahasa Indonesia terjadi persamaan makna dilihat dari segi makna leksikal.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antara individu dengan lingkungannya. Secara umum, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antara individu dengan lingkungannya. Secara umum, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat. Setiap bahasa biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya yang sejenis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kata serapan yang pernah dilakukan oleh Aufa (2005), yakni meneliti kata serapan yang berkategori nomina dari bahasa Arab ke dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bahasa Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah suatu hal yang amat lazim diperankan di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri, kegiatan berbahasa lisan hingga kini masih dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk hidupp mempunyai kelebihan berbahasa yang berfungsi menyampaikan ide, gagasan, pemikiran kepada yang lain. Bahasa merupakan salah satu alat

Lebih terperinci

PEMALSUAN MATA UANG DAN UANG KERTAS UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN UMUM ANCAMAN PIDANA MAKSIMUM RATA- RATA BERAT ASAS YANG DIPAKAI ADALAH ASAS UNIVERSAL

PEMALSUAN MATA UANG DAN UANG KERTAS UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN UMUM ANCAMAN PIDANA MAKSIMUM RATA- RATA BERAT ASAS YANG DIPAKAI ADALAH ASAS UNIVERSAL PEMALSUAN MATA UANG DAN UANG KERTAS FACHRIZAL AFANDI, S.Psi.,., SH., MH PEMALSUAN MATA UANG DAN UANG KERTAS UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN UMUM ANCAMAN PIDANA MAKSIMUM RATA- RATA BERAT ASAS YANG DIPAKAI

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK)

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK) ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 \

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah Oto Plus adalah majalah yang mengupas tentang berbagai bidang otomotif, diantaranya adalah bidang modifikasi, modif balap dan masih banyak lagi bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

اللغة هي اصوات يعب ر بها كل قوم عن اغراضهم

اللغة هي اصوات يعب ر بها كل قوم عن اغراضهم BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

PERUBAHAN MAKNA DAN FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MAKNA DALAM MEDIA CETAK (Kajian Semantik Jurnalistik)

PERUBAHAN MAKNA DAN FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MAKNA DALAM MEDIA CETAK (Kajian Semantik Jurnalistik) PERUBAHAN MAKNA DAN FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MAKNA DALAM MEDIA CETAK (Kajian Semantik Jurnalistik) Oleh: Erwan Kustriyono Vega Prisma Kurniawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pekalongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti oleh peneliti- peneliti sebelumnya antara lain tentang analisis makna kata Ruh oleh Uswatun Hasanah (990704023),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud, gagasan atau suatu ide yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai Sistem Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai sebuah sistem Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Mengumpulkan data yang akan dijadikan bahan penelitian dengan menggunakan kitab Almu jamul Mufarras Li alfazil Qur an,kamus kosa kata Alquran danal-kalam Digital Versi 1.0 2009 Penerbit Diponegoro dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan bahasa Suwawa khususnya di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango belum pernah dilakukan. Akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam interaksi masyarakat, bahasa merupakan alat utama yang digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan seseorang kepada orang lain. Dewasa ini peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang (simbol- simbol) ini memiliki bentuk dan makna (bersisi dua), atau dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. lambang (simbol- simbol) ini memiliki bentuk dan makna (bersisi dua), atau dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai alat sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu ciri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 Bab XV pasal 36. Sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia dipergunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan satu sistem simbol vocal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu atau orang lain yang telah mempelajari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, manusia menggunakan bahasa baik bahasa lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMANTIK DR 414

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMANTIK DR 414 SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMANTIK DR 414 Hernawan, S.Pd., M.Pd. NIP 197810202003121001 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 SATUAN

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang. benar-benar ada dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang. benar-benar ada dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang benar-benar ada dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para pembacanya, baik yang mengenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk hubungan makna yang terdapat dalam satuan bahasa yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia biasanya disebut dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas sesuatu atau objek, di mana sesuatu nampak dari luar seolah-olah benar adanya, namun

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA KONOTATIF DAN PERUBAHAN MAKNA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT PERIODE BULAN OKTOBER 2013 s.d. BULAN JANUARI 2014

ANALISIS MAKNA KONOTATIF DAN PERUBAHAN MAKNA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT PERIODE BULAN OKTOBER 2013 s.d. BULAN JANUARI 2014 ANALISIS MAKNA KONOTATIF DAN PERUBAHAN MAKNA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT PERIODE BULAN OKTOBER 2013 s.d. BULAN JANUARI 2014 Ifah Hanifah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat manusia selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

Menurut Al-Khuli (1982: 157) dalam A dictionary of Theoretical Linguistics

Menurut Al-Khuli (1982: 157) dalam A dictionary of Theoretical Linguistics 1.1 Latar Belakang Kemampuan menguasai dan menggunakan bahasa merupakan ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat berfikir dan mengkomunikasikan pikirannya. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemikiran Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemikiran Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemikiran Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal senada disampaikan oleh Keraf (2004 : 1) bahwa bahasa adalah alat komunikasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 2007/85, TLN 4740] 46. Ketentuan Pasal 36A diubah sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Analisis Kesalahan Berbahasa, Linguistik, Surat-surat Resmi Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam

Kata Kunci : Analisis Kesalahan Berbahasa, Linguistik, Surat-surat Resmi Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN LINGUISTIK PADA SURAT-SURAT RESMI PADA SURAT-SURAT RESMI DI KANTOR DESA TEGUHAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI Nurul Hidayahmuji Lestari 1), Panji Kuncoro Hadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa baku bahasa yang mempunyai pengaruh dalam segi bahasa di Indonesia. Tidak memandang siapapun yang memakai bahasa Indonesia, menggunakan dua macam bahasa yakni

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Menurut Samsuri (1994: 4) bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan mengikuti di dalam setiap pekerjaannya. Mulai saat bangun pagi-pagi sampai jauh malam waktu ia beristirahat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan bagi penulis untuk memberikan referensi atau acuan, untuk membedakan antara penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga 320 BAB VII KESIMPULAN Kosakata bahasa Prancis yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia secara difusi dikenal dan digunakan dari masa kolonial Eropa di Indonesia hingga saat ini. Kosakata bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam sepanjang hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sesuatu yang kḥas, yang hanya dimiliki oleh manusia. Ernest Cassier dalam hal ini menyebutkan manusia sebagai animal symbolicum, yakni makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek Bahasa Melayu. Sudah berabad-abad lamanya Bahasa Melayu digunakan sebagai alat komunikasi atau lingua france bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat komunikasi karena dengan bahasa kita dapat bertukar pendapat, gagasan dan ide yang kita

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum. PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR Suwarjo, SH., M.Hum. Abstrak Pemberantasan dollar AS palsu di Indonesia terbilang cukup sulit karena tidak terjangkau oleh hukum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep menurut Soedjadi (2000:14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA

BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA Salah satu usaha penanggulangan kejahatan ialah menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial, dikaruniai akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya. Manusia tidak bisa hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Barat merupakan daerah yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Minangkabau dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aspek pandangan yaitu pada tahun 2000 oleh Chatarina dari Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dilakukan secara yuridis normatif dan yuridis empiris guna memperoleh

METODE PENELITIAN. yang dilakukan secara yuridis normatif dan yuridis empiris guna memperoleh III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Untuk membahas permasalahan yang penulis ajukan dalam skrpsi ini, pendekatan yang dilakukan secara yuridis normatif dan yuridis empiris guna memperoleh suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ayeomoni, dkk (2012) mengatakan bahwa fungsi utama bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Semantik Kata semantik atau semasiologi diturunkan dari kata Yunani semainein: bermakna atau berarti.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci