UPACARAKESRIPAHAN ADAT JAWA DI BANJARSARI, SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPACARAKESRIPAHAN ADAT JAWA DI BANJARSARI, SURAKARTA"

Transkripsi

1 1 UPACARAKESRIPAHAN ADAT JAWA DI BANJARSARI, SURAKARTA Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102) Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Oleh : ANNA ALPHILIA NIM FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2015

2 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih- Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk-nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan laporan mengenai upacara kesripahan/kematian adat Jawa. Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami terhadap kebudayaan Jawa ini, menjadikan keterbatasan kami dalam penjabaran yang lebih dalam tentang pembahasan ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca terutama pembimbing yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Harapan kami, semoga laporan ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang bagaimana prosesi upacara kesripahan/kematian adat Jawa. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini. Terutama kepada rekan angkatan Televisi Film 2014 mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara kelas A atas kerjasamanya, dan kepada dosen pengampu Wawasan Budaya Nusantara kelas A yang telah memberikan kesempatan kami untuk menambah wawasan kami dengan adanya tugas ini. Surakarta, Desember 2015 Penyusun

3 3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Tinjauan Teori Metode Penelitian... 9 BAB II WUJUD BUDAYA 2.1 Budaya Ide/ Konsep Upacara Kesripahan Adat Jawa Doa-doa Nilai yang Terkandung dalam Kegiatan Budaya Tindakan/ Aktivitas Upacara Kesripahan Adat Jawa Tahapan Prosesi Upacara Kesripahan/Kematian Adat Jawa Budaya Fisik/ Artefak Upacara Kesripahan Adat Jawa Uborampe Pakaian BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN... 29

4 4 DAFTAR GAMBAR Daftar Gambar halaman Gambar 1Cengkir Gambar 2Pembawa Acara Gambar 3 Sambutan dari Keluarga Gambar 4 Sambutan dari Ketua RW Gambar 5 Prosesi Brobosan Gambar 6 Prosesi Brobosan Gambar 7Prosesi Mengadzani Jenazah Gambar 8 Prosesi Lempar Tanah Gambar 9Prosesi Pemakaman Gambar 10 Prosesi Pecah Cengkir Gambar 11 Prosesi Pecah Cengkir Gambar 12Uborampe dan Tabur Bunga Gambar 13 Payung Gambar 14 Kendi Gambar 15Cengkir Gambar 16Sekar atau Bunga Tabur Gambar 17Kipas Sate Gambar 18Bunga Ronce Gambar 19Tokolan Gambar 20Masyarakat Memakai Baju Hitam Gambar 21 Anna dan mbah Karso Gambar 22 Anna di Pemakaman... 29

5 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya pulau, di Indonesia juga memiliki suku dan budaya yang tersebar diberbagai daerah. Budaya yang ada di Indonesia merupakan tradisi yang ditinggalkan turun menurun oleh nenek moyang terdahulu. Tradisi yang ada di Indonesia beragam jenisnya, mulai dari Sulawesi sampai Papua dan pulau-pulau disekitarnya memiliki tradisi yang berbeda dan bermacam-macam bentuknya. Walaupun berbeda, namun semua tradisi yang ada mencerminkan penghormatan dan menjunjung tinggi nilai kebudayaan yang ada disekitarnya. Kebudayaan yang ada diberbagai daerah dapat menjadi media penyaluran pengetahuan dari orang tua kepada generasi-kegenerasi. Oleh karena hal tersebut, kebudayaan yang ada haruslah dilestarikan, setidaknya generasi-kegenerasi tahu akan pentingnya nilai-nilai yang terkadung dalam kebudayaan yang ada. kebudayaan ini salah satu hal yang ada dan sering dilakukan. Namun sering perkembangan jaman, kebudayaan yang ada mulai memudar. Jaman sekarang tradisi dan kebudayaan yang ada di berbagai kota atau daerah nampaknya sudah mulai memudar. Perkembangan jaman yang semakin lama semakin lebih canggih, membuat banyaknya tradisi yang dilupakan atau ditinggalkan. Banyak generasi penerus yang kerap kali tidak mengerti bahkan tidak tahu tentang tradisi yang ada di daerahnya. Hal ini yang membuat lunturnya tradisi yang seharusnya di teruskan oleh generasi kegenerasi. Di Jawa sendiri juga memiliki berbagai macam bentuk tradisi. Dari beberapa kota yang ada di Jawa memiliki tradisi yang berbeda-beda dan satu sama lainnya hampir mirip ada juga ada yang berbeda. Pada umumnya tradisi tersebut untuk menghormati dan menjunjung nilai-nilai kebudayaan. Hal ini membuat Indonesia merupakan negara yang kaya akan tradisi dan budaya.

6 6 Tradisi yang ada di Jawa khususnya di Jawa Tengah banyak bentuknya. Dari mulai lahiran, menikah, kematian, serta tradisi-tradisi lainnya banyak sekali yang harus dilestarikan oleh beberapa generasi penerusnya. Salah satunya adalah upacara kesripahan atau kematian yang ada di Surakarta.Pada dasarnya upacara kesripahan/kematian merupakan tradisi yang sering dilakukan masyarakat Jawa. Sebelum masuk liang kubur dan setelah dikuburkan terdapat prosesi yang sering dilihat namun tidak banyak orang mengerti akan makna dan simbol dari berbagai macam upacara dan uborampe yang ada di upacara kesripahan tersebut. Upacara kesripahan ini memiliki banyak prosesi yang harus dilakukan oleh keluarga alamarhum (sanak saudara yang meninggal). Prosesi ini mulai dari sebelum pemberangkatan jenazah sampai dengan pemakaman jenazah. Dalam upacara kesripahan ini banyak menggunakan sesajen atau simbol-simbol. Sesajen atau simbol-simbol yang ada memiliki makna tertentu bagi masyarakat, tetapi kebanyakan orang tidak mengetahui apa arti atau makna dari sesajen yang terdapat dalam upacara ini. 1.2 Rumusan Masalah Penulisan makalah ini untuk mengetahui wujud budaya pada upacara kematian adat jawa dengan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana wujud budaya konsep/ide padaupacara kesripahan/kematian adat Jawa? Bagaimana wujud budaya tindakan/kegiatan pada upacara kesripahan/kematian adat Jawa? Bagaimana wujud budaya artefak/fisik pada upacara kesripahan/kematian adat Jawa? 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan wujud budaya yang terdapat pada prosesi upacarakesripahan/kematian adat Jawa.

7 7 1.4 Tinjauan Teori Tinjuan teori merupakan aspek yang harus digunakan untuk memperdalam kajian yang akan diteliti. Teori yang dicetuskan oleh para ahli dapat bermanfaat dan juga dapat menambah wawasan akan teori yang sudah ada. Berikut merupakan tinjauan teori yang mencangkup dalam objek penelitian: Tradisi Menurut Rendra dalam bukunya yang berjudul Mempertimbangkan Tradisi(1984:3), tradisi ialah kebiasaan yang turun menurun dari sebuah masyarakat. Ia merupakan kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Sifatnya luas sekali, meliputi segala kompleks kehidupan sehingga sukar disisih-sisihkan dengan pemerincian yang tetap dan pasti. Terutama sulit sekali diperlakukan serupa itu karena tradisi itu bukan objek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup pula. Ia bisa disederhanakan, tetapi kenyataanya tidak sederhana. Tradisi yaitu suatu kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat, atau anggapan bahwa cara cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1483) Budaya Menurut Koentjaraningrat (1984: ), Budaya merupakan sebuah sistem gagasan & rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia didalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar. Menurut KBBI (2008), Budaya berarti sebuah pemikiran, adat istiadat atau akal budi. Secara tata bahasa, arti dari kebudayaan diturunkan dari kata budaya dimana cenderung menunjuk kepada cara berpikir manusia. Menurut Kluckhohn dan Kelly (1945), Budaya merupakan segala konsep hidup yang tercipta secara historis, baik yang implisit maupun yang eksplisit, irasional, rasional, yang ada di suatu waktu, sebagai acuan yang potensial untuk tingkah laku manusia.

8 8 Menurut E.B. Taylor (1871), Budaya ialah suatu keseluruhan yang kompleks meliputi kepercayaan, kesusilaan, seni, adat istiadat, hukum, kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang sering dipelajari oleh manusia sebagai bagian dari masyarakat. Menurut Linton (1940), Budaya merupakan keseluruhan dari sikap & pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan & dimilik oleh suatu anggota masyarakat tertentu Upacara Adat Menurut Edi Nasution (2013), upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat-istiadat, dan sistem kepercayaan (agama). Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat antara lain upacara kematian, perkawinan, dan pengukuhan kepala suku, kelahiran anak, dan sebagainya. Dengan demikian upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah Adat Istiadat Menurut Kamus besar bahasa indonesia, (1988:5).Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi kegenerasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat Sripah/Kematian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sering disingkat KBBI, sripah atau kematian merupakan ajal maut. Menurut Kamus Bahasa Jawa atau sering disingkat KBJ (2001:739), sripah, kesripahan= kepaten (ana sadulure sing tinggal donya) atau kematian (ada saudara yang meninggalkan dunia).

9 9 1.5 Metode Penelitian Pada dasarnya metode penelitian ini bertujuan untuk mengungkap suatu permasalahan atau fenomena yang ada atau terkait pada objek yang akan dikaji. Dalam mengungkappermasalahan yang ada, hal yang perlu dilakukan adalah melakukan serangkaian langkah langkah pada metode penelitian ini, baik dengan objek kajian serta metode pengumpulan data. Beberapa hal yang terkait dengan langkah - langkah dalam penelitian sebagai berikut: Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif bersifat diskriptif. Pada dasarnya metode kualitatif ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis dan berusaha untuk memberikan pemahaman tentang objek yang dikaji yaitu prosesi upacara keseripahan adat Jawa Objek Penelitian Strategi penelitian yang digunakan yaitu observasional, wawancara narasumber dan kajian teori. Dimana penulis mengamati objek yang ada, mewawancarai narasumber yang terkait dan mengerti tentang subbab ini dan mengkaji ulang sumber-sumber dari buku dan jurnal. Objek yang dikaji meliputi upacara keseripahan yang ada di Jawa. Serta mengkaji beberapa sumber buku mengenai prosesi upacara keseripahan adat Jawa.Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah masyarakat yang melayat, keluarga dan prosesi upacara kesripahan yang ada di kelurahan Punggawan Banjarsari Surakarta khususnya Jl. Bungsur 8 RT 01 RW Lokasi dan Tanggal Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi sangat menentukan keabsahan dalam mengkaji objek penelitian. Lokasi penelitian bertempat dikelurahan Punggawan Banjarsari, Surakarta, tepatnya Jl. Bungur 8 RT 01 RW 06. Yang mana pada saat itu terselenggara upacara kesripahan. Hal ini membuat penulis mengambil objek kajian pada lokasi tersebut. Penelitian dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Desember 2015, pukul sampai selesai.

10 Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada objek yang akan dikaji. Dalam pengumpulan data ini sangat berpengaruh dalam pembuatan penelitian ini. Berikut merupakan beberapa metode pengumpulan data yang digunakan: Dokumentasi Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto hasil dari pemotretan penulis. Objek yang didokumentasikan adalah suasana pada saat jalannya proses upacara kesripahan, pakaian yang digunakan oleh masyarakat, sertauborampe yang ada diprosesi kesripahan. Foto atau dokumentasi ini digunakan untuk mendukung materi dari isi makalah ini dan sebagai bukti otentik dalam melakukan penelitian. Dalam makalah ini, penulis melakukanobservasi dan wawancara menggunakan kamera Canon 60D dan Samsung Galaxy Y, kamera untuk mengambil foto objek yang ada dan Samsung Galaxy Y untuk mewawancarai narasumber yang terkait dengan prosesi upacara keseripahan ini Wawancara Wawancara dalam penelitian ini ada dua narasumber yaitu, bapak Sukirman dan mbah Karso. Bapak Sukirman adalah anak dari almarhummah ibu Kinem Karsodikromo, sedangkan bapak Karso adalah juru kunci pemakaman. Pemilihan narasumber berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya tentang mensikapi upacara kesripahan ini. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang ada dan terkait dengan objek yang dikaji Kajian Pustaka Kajian Pustaka dilakukan dengan mengumpulkan dan mengkaji secara mendalam mengenai uraian dan penjelasan yang berkaitan dengan macapat dari sumber data yang berupa tertulis. Sumber tersebut meliputi, jurnal, buku-buku, dan makalah. Data data

11 11 tersebut dapat berguna bagi panutan, pijakan atau landasan pemikiran untuk mendeskripsikan dan menyimpulkan penelitian ini.

12 12 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2 Wujud Budaya Konseppada Upacara Kesripahan Adat Jawa Doa-doa Doa merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Dalam doa, berisi tentang rasa syukur, rasa terima kasih dan mengungkapkan permintaan. Pada upacara kesripahan ini, terdapat doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan untuk mendiang yang telah meninggal. Berikut merupakan beberapa doa yang dipanjatkan: Sambutan dan doa dari pihak keluarga Sambutan dan doa merupakan sesuatu yang penting dalam prosesi kesripahan ini.berikut ini merupakan sambutan dan doa yang dipanjatkan oleh keluarga almarhummah, bapak Sulis: Bismillahirohmanirohim, assalamu alaikum Wr. Wb., puji syukur alhamdulillah, mangga sesarengan ngonjukkaken puja-puji syukur kanthi raos konjem dhumateng ngarsa dalem Allah SWT. Dinten menika, ibu kula nggih simbah kula almarhumah ibu Kinem Karsodikromo ingkang sampun ngrumiyini kito sedaya marak sowan wonten ngarsanipun gusti kanthi sekeco jalaran gerah sawetan sedal kaparingono pugokiosno 94 tahun. Bapak ibu sekalian lan para sedulur sekalian ingkang luhur ing budi, saderengipun kula lajengaken atur kula sumangga langkung rumiyin panjenengan kula derekaken ngunjukaken puja lan puji syukur wonten ngarsanipun Gusti ingkang sampun marengaken pinten-pinten kenikmatan dumateng kita sedaya saenggo ngantos mugi medal menika kita tasih dipunparingi kesempatan saged makempal wonten griya menika saperlu ngaturaken bela sungkawa saha paring pakurmatan ingkang pungkasan dumateng almarhummah.

13 13 Bapak ibu sekalian wonten meriki kula minangka talanging basa saking keluarga ingkang ngandang lukito ugi saking keluarga besar warga rt 01 rw 6 kelurahan punggawan ngaturaken belasungkawa ingkang sak lebet-lebetnipun awit sedanipun almarhummah ibu Kinem Karsodikromo, kito sedaya pitados mboten kirang-kirang anggenipun keluarga ingkang sampun ngupaya awurih ngaluyo soho wilujengipun almarhummah. Namung sedaya sampun ginaris, sedaya sampun pinesdeh, pilih jodho, rejeki lan mati meniko, sak estu kagunganipun Gusti. Kula suwun saking keluarga ingkang nembe tanah nugito saged tabah lan tawakal sinambe tansah dedunga mugi-mugi arwah almarhummah warak sowan anggenipun Gusti, sagedto fajar merginipun, lepas paranipun, jembar kuburipun, dipungapunten sedaya dosa lan klepatanipun, dipun tampi sedaya amalipun lan dipunpapan panggenaken wonten panggenan engkang tentrem nggih menika papan ing suwargo ingkang Gusti nate ngendikaaken. Bapak ibu sekalian, para belasungkawa ingkang luhur ing budi, kula mingangka Sulis saking pihak keluarga ngaturaken pinuwun ingkang sampun kersa ngaturaken asung bela sungkawa saha paring pakurmatan ingkang pungkasan dumateng almarhummah. Mugi-mugi amal panjenengan pikantuk ganjaran ingkang agung saking Gusti ingkang maha kuaos. Ingkang pungkasan atur kula hambokbilih sugengupun almarhummah angngadahi kelepatan dumateng panjenengan, kula minangka Sulis saking keluarga nyuwunaken pangapunten ingkang sak ageng-agengipun. Mekaten atur kula menawi wonten kirangipun, kula nyuwun samudra ingkang wiyar. Billahi taufiq wal hidayat wassallam wr. wb.

14 Nilai yang Terkandung dalam Kegiatan Dalam uborampe yang dibawa dan disediakan pada kegiatan, pastilah terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Menurut Mbah Karso (wawancara, 10 Desember 2015), dalam setiap uborampe yang ada terdapat nilai atau makna-makna didalamnya. Nilai atau makna-makna yang tersebut merupakan teradisi turun menurun yang diwariskan kepada anak cucu. Pada uborampe tidak hanya sebagai hiasan melainkan ada makna tertentu. Adapun nilai atau makna yang tergantung pada kegiatan: Pecah Cengkir Cengkir adalah kelapa yang masih muda. Pada cengkir ini mengandung beberapa arti yang bermakna. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), cengkir tesebut harus di belah dan sebagian dari cengkir tersebut dibuang. Hal ini berarti bila raga dan roh telah terpisah. Dan yang tersisa hanyalah roh, raganya sudah tidak ada (mati). Menurut mbah Karso (wawancara, 10 Desember 2015), air yang ada merupakan air suci dan air tersebut ditumpahkan pada makam agar yang meninggal tersebut sejuk terkena air dari cengkir tersebut. Gambar 01.Cengkir

15 Sawuran Sawur merupakan beras kuning yang dicampur dengan uang recehan dan diberi bunga. Sawur ini ditaburkan pada pertigaan atau perempatan jalan. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), sawur ini melambangkan bahwa seseorang yang telah meninggal dunia tidak akan membawa harta bendanya. Mereka yang meninggal akan meninggalkan harta benda tersebut. Harta itu tidak akan dibawa sampai mati. 2.3 Wujud Budaya Tindakanpada Upacara Kesripahan Adat Jawa Suatu tradisi memiliki beberapa wujud budaya tindakan yang dicerminkan pada tahapan prosesi pada tradisi tersebut. Begitu juga pada upacara kesripahan adat Jawa. Upacara pemakaman ini memiliki tahapan prosesi yang dapat mencerminkan wujud budaya tindakan.menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), prosesi dalam upacara kesripahan terdiri dari beberapa hal yang harus dilaksanakan. Adapun beberapa prosesinya: Tahapan Prosesi Upacara Kesripahan/Kematian Adat Jawa Dalam beberapa tradisi, tentulah terdapat beberapa prosesi yang harus di lakukan. Pada upacara kesripahan terdapat beberapa prosesi yang harus dilakukan antara lain: SambutanPara Sesepuh dan Keluarga Dalam prosesi ini para sesepuh, keluarga serta perwakilan dari RW memberikan sambutannya. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), dari pihak keluarga memberikan sambutan yang berisi tentang permohonan maaf atas kesalahan yang telah dibuat oleh mendiang baik sengaja dan tidak sengaja. Serta memberikan keiklasan dan semoga mendiang bisa diterima oleh Allah YME. Dan keluarga yang ditinggalkan dapat tabah. Serta dari pihak RW juga memohon maaf bila ada kesalahan dari mendiang serta keluarga yang

16 16 ditinggalkan bisa sapang dada. Dalam sambutan ini memakai bahasa Jawa kromo alus. Gambar02.Pembawa Acara Gambar 03.Sambutan dari Keluarga Gambar 04.Sambutan Ketua RW

17 Brobosan Tahapan selanjutnya adalah tahapan Brobosan. Dalam tahapan ini, Brobosan merupakan tahapan sebelum jenasah di berangkatkan keliang kubur. Brobosan ini merupakan tradisi turun menurun. Brobosan ini diselenggarakan di depan rumah orang yang meninggal tersebut. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), brobosan ini berarti penghormatan terakhir dari keluarga bagi mendiang yang telah meninggal. Dari anak, cucu, canggah semua ikut mbrobos atau lewat dibawah peti jenazah. Tahapan brobosan seperti berikut: 1. Peti jenasah di panggul dan dibawa keluar menuju ke halaman depan. 2. Anak dari yang tertua, cucu, canggah secara berurutan lewat dibawah peti jenazah atau mbobos. 3. Mereka mbrobos peti jenazah sebanyak tiga kali searah jarum jam. Gambar 05. ProsesiBrobosan Gambar 06.Prosesi Brobosan

18 Pemakaman Jenazah Prosesi pemakaman merupakan prosesi tahap yang ditunggu, karena jenazah akan dimasukkan kedalam liang lahat. Dalam prosesi ini, banyak hal yang perlu dilakukan. Adapun prosesi pemakamannya: Adzan Sebelum dimakamkan, jenazah yang telah masuk keliang kubur diazdzani. Hal ini disebabkan karena jenazah yang meninggal beragama Islam dan juga melapangkan jalan menuju akhirat. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), hal ini dilakukan agar jenazah dapat tenang dan juga memberi peringatan bahwa semua orang akan mati. Gambar 07. Prosesi Mengadzani Jenazah Lempar Tanah dalam Liang Lahat Lempar tanah merupakan prosesi yang dilakukan oleh keluarga sebelum jenazah dimakamkan. Dalam lempar tanah ini, keluarga melemparkan tanah pada peti jenazah yang telah masuk di liang lahat dan pelemparan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Menurut Mbah Karso (wawancara, 10 Desember 2015), hal ini dilakukan

19 19 agar jenazah dapat menyatu dengan tanah, serta sebagai ucapan kulonuwun atau minta ijin ( Dari tanah akan kembali ketanah). Gambar 08.Prosesi Lempar Tanah Prosesi Pemakaman Prosesi pemakaman merupakan prosesi yang terakhir. Karena jenazah akan ditimbun dengan tanah. Prosesi ini disaksikan oleh keluarga dan para pelayat yang menghadiri prosesi ini. Gambar09. Prosesi Pemakaman Pecah Cengkir Cengkir merupakan properti yang dibawa saat prosesi pemakaman. Pada tahap ini, cengkir atau kelapa yang masih muda dipecahkan. Menurut pak Sukirman(wawancara, 9 Desember 2015), cengkir ini di pecahkan, serta separuh dari

20 20 cengkir tersebut di buang, ada juga pendapat dari mbah Karso(wawancara, 10 Desember 2015), jika air dari cengkir yang telah di pecah bisa disiramkan pada tanah makam. Pecah cengkir ini merupakan prosesi yang tidak boleh di tinggalkan. Pecah cengkir ini harus dilakukan supaya prosesi pemakaman dapat berjalan dengan baik dan rincian prosesinya berjalan tanpa kekurangan suatu apapun. Gambar 10.Prosesi Pecah Cengkir Gambar 11. Prosesi Pecah Cengkir

21 Uborampediletakkan diatas Makam Setelah prosesi dilakukan, selanjutnya uborampe yang telah dibawa diletakkan didekat makam serta, bunga tabur di taburkan diatas makam. Hal ini merupakan tahap terakhir sebelum keluarga meninggalkan makam, sebagai penghormatan terakhir dari mendiang yang telah meninggal. Uborampe ini sebagai simbol yang digunakan pada keluarga serta sebagai tradisi secara turun menurun jika ada yang meninggal dunia. Gambar 12.Uborampe dan Tabur Bunga. 2.4 Wujud Budaya Artefakpada Upacara Kesripahan Adat Jawa Uborampe Dalam sebuah tradisi, memiliki beberapa properti atau uborampe yang harus disediakan oleh sanak keluarga yang memiliki acara. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), ada beberapa uborambe yang harus dibawa pada prosesi pemakaman. Adapun uborampe yang terdapat pada prosesi upacara kesripahan atau kematian: Payung Payung yang dibawa merupakan payung yang terbuat dari kertas. Warna pada payung tersebut terdiri dari tiga macam yaitu putih, hijau dan terdapat warna kuning. Serta terdapat bunga ronce yang menghiasi sisi-sisi dari payung

22 22 tersebut. Waktu jenazah turun dari ambulan, payung ini dibuka. Payung tersebut biasanya diletakkan diatas makam. Gambar13. Payung Kendi Kendi yang dibawa lebih kecil dari kendi yang biasanya. Kendi ini terbuat dari tanah liat dan didalamnya terdapat air untuk menyiram tanah makam. Kendi ini di letakkan di samping makam. Namun ada juga yang meletakkan di bawah pathok. Gambar14. Kendi Cengkir Cengkir merupakan kelapa yang masih muda, masih kecil. Di Jawa sering di sebut dengan cengkir. Cengkir ini di bawa hanya satu buah. Setelah dimakamkan, cengkir ini di

23 23 letakkan di bawah pathok dan cengkir yang di taruh hanya setengah saja. Air pada cengkir disiramkan juga pada tanah makam. Gambar15. Cengkir Sekar/Bunga Tabur Bunga tabur merupakan properti yang harus dibawa pada saat prosesi pemakaman jenazah. Bunga tabur ini berupa bunga mawar merah, mawar putih, bunga kenanga dan bunga melati.bunga tabur ini berbau harum dan diberi minyak nyongnyong. Bunga tabur ini ditaburkan pada makam jenazah. Gambar16. Sekar atau Bunga Tabur

24 Tepas/ Kipas Sate Kipas sate atau sering disebut dengan tepas sate ini menjadi alat yang harus dibawa saat pemakaman. Kipas sate ini dibawa untuk melengkapi prosesi pemakaman. Kipas sate ini disandingkan bersamaan beberapa barang yang lain. Kipas sate ini diletakkan disamping makam jenazah. Gambar 17.Kipas Sate Bunga Ronce Bunga ronce ini merupakan bunga melati yang masih kuncup/ belum mekar yang di ronce dengan benang. Bunga ronce ini di letakkan pada sisi-sisi payung. Bunga ini sebagai penghias payung. Gambar 18.Bunga Ronce

25 Sawur Sawur atau beras kuning ini dicampur dengan uang recehhan serta dicampur dengan sekar. Beras kuning ini seperti beras biasa, namun berwarna kuning. Warna kuning ini terjadi karena beras putih tersebut di rendam dengan kunyit. Kunyi inilah yang membuat warna kuning pada beras tersebut. Serta uang yang dicampurkan adalah uang recehan dari seratus rupiah sampai seribu rupiah. Beras kuning yang dicampur koin ini di hamburkan pada pertigaan atau perempatan jalan raya TokolanSangrai/ Kecambah Sangrai Kecambah atau sering disebut tokolan ini merupakan uborampe yang harus dibawa keluarga pada makam jenazah. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), kecampah ini merupakan kecambah yang telah di sanghai. Hal ini merupakan tradisi turun menurun yang telah diwariskan. Gambar 19. Tokolan

26 Pakaian Pakaian merupakan wujud budaya artefak yang dipakai oleh masyarakat dalam memperingati suatu upacara. Dalam prosesi keseripahan ini, masyarakat menggunakan pakaian yang khas. Adapun pakaian yang dipakai: Baju Warna Hitam Baju merupakan pakaian yang digunakan oleh berbagai kalangan. Baju juga menjadi salah satu bentuk dari keprihatinan, seperti yang ada pada upacara kesripahan. Baju yang dipakai berwarna hitam. Hal ini menjadi salah satu tanda bahwa masyarakat turut berduka. Menurut mbah Karso (wawancara, 10 Desember 2015), berpakaian hitam merupakan bentuk turut berduka cita atas meninggalnya seseorang. Warna hitam merupakan warna gelap, kelam yang melambangkan kesedihan. Dalam hal ini semua turut berduka cita dan diapresiasikan lewat baju yang dipakai. Gambar 20.Masyarakat Memakai Baju Hitam

27 27 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berbagai upacara adat yang ada memiliki banyak prosesi yang harus dijalani oleh sanak keluarga yang menyelenggarakan sebuah acara adat. Upacara adat ini merupakan upaya yang harus dijalani oleh berbagai kalangan yang memiliki acara. Di Jawa terdapat upacara kesripahan yang tetap terjaga sampai sekarang. Dalam upacara kesripahan terdapat beberapa prosesi yang dilakukan, serta didalam prosesi tersebut terdapat berbagai macam uborampe yang memiliki nilai atau makna didalamnya. Makna yang terkandung didalam uborampe tersebut masih dipercaya dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Hal ini disebabkan tradisi tersebut merupakan peninggalan nenek moyang yang diwariskan kegenerasi selanjutnya. 3.2 Saran Semoga berbagai kalangan atau generasi yang ada dapat mengetaui aspek budaya yang terdapat didaerahnya masing-masing. Budaya, tradisi yang ada dapat diturunkan atau diwariskan kegenerasi selanjutnya agar budaya yang ada tidak hilang dimakan. Pemerintah dapat memberikan wadah agar budaya setempat tetap terjaga kelestariannya.

28 28 DAFTAR ACUAN Buku : Endraswara, Suwardi.1999.Mutiara Wicara Jawa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rendra Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: PT. Gramedia. Skripsi: Madhan Khoiri Skripsi: Makna Simbol dan Pergeseran Nilai Tradisi Upacara Adat Rebo Pungkasan. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Wijayanto Skripsi: Tradisi Upacara Kematian dalam Kejawen Urip Sejati di Desa Jeruk Wudel Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul. Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurnal : Macelius wahyu, dkk. Jurnal: Makna Uborampe Upacara Kematian pada Masyarakat Jawa di Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur. FKIP Unila Bandar Lampung. Narasumber: Sukirman, 76 Tahun, Punggawan Banjarsari Surakarta. Karso, 104 Tahun, Juru kunci makam, Pucangsawit Surakarta.

29 29 LAMPIRAN Gambar21. Anna dan Narasumber mbah Karso (Foto Anna Alphilia 2015) Gambar22. Anna di Pemakaman (Foto Anna Alphilia 2015)

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng siang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng siang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA SMK MA ARIF I WATES NAMPI SERTIFIKAT SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO : 9001 : 2008 SAKING PT. TUV RHEINLAND INDONESIA LAN NGEPYAKAKEN GEDUNG ENGGAL Wates, 26 Februari

Lebih terperinci

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA MUSYAWARAH CABANG VII GABUNGAN PELAKSANA KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA (GAPENSI) KABUPATEN KULONPROGO Wates, 12 Februari 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA MBIKAK UNDIAN KUPON BLONJO MIRAH ING BALAI DESA NOMPOREJO, GALUR Assalamu alaikum Wr. Wb. Wates, 5 Maret 2011 Mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan

Lebih terperinci

KIRAB BUDAYA & TRADISI TEBAR MINO DI PUCANGSAWIT, SURAKARTA

KIRAB BUDAYA & TRADISI TEBAR MINO DI PUCANGSAWIT, SURAKARTA KIRAB BUDAYA & TRADISI TEBAR MINO DI PUCANGSAWIT, SURAKARTA Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102) Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015

Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015 Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015 Oleh : Rani Aryanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI KARANGANYAR PADA ACARA MALAM TIRAKATAN DALAM RANGKA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE 71 TAHUN 2016

SAMBUTAN BUPATI KARANGANYAR PADA ACARA MALAM TIRAKATAN DALAM RANGKA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE 71 TAHUN 2016 SAMBUTAN BUPATI KARANGANYAR PADA ACARA MALAM TIRAKATAN DALAM RANGKA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE 71 TAHUN 2016 Hari / tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016 Waktu : 19.00 WIB Tempat :...

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( ) ABSTRAK Indonesia memiliki banyak kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat yang tidak banyak diketahui oleh generasi muda. Budaya dan tradisi yang dipercaya turun temurun dan merupakan identitas bangsa harus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) Oleh: Yuli Ernawati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Yuli.erna13@yahoo.com Abstrak:Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah bagian dari suatu ekosistem yang harus diperhatikan eksistensinya. Manusia harus menciptakan lingkungan budayanya menjadi enak dan nyaman. Orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Oleh : Muhamad Arif Susanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuhamadArif347@yahoo.co.id Abstrak:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Kebudayaan merupakan salah satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh sebab itu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-002/A/JA/02/2013 TENTANG PEDOMAN PENGURUSAN JENAZAH DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-002/A/JA/02/2013 TENTANG PEDOMAN PENGURUSAN JENAZAH DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-002/A/JA/02/2013 TENTANG PEDOMAN PENGURUSAN JENAZAH DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA JAKSA AGUNG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP N 8 YOGYAKARTA : Bahasa Jawa : IX/1 : 2 X 40 ( 1 pertemuan) A. Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran, pendapat,

Lebih terperinci

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan. Bisa juga dalam acara kepemudaan. Silahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa FUNGSI TRADISI SRAKALAN TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PADA TAHUN 1980 DAN TAHUN 2013 DI DESA PIYONO KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO (KAJIAN PERUBAHAN BUDAYA) Oleh: Ratna Lestari program studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Oleh: Sutarmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sutarmiyasa@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau kecil maupun besar. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menjadikan Indonenesia dihuni oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasan

Lebih terperinci

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

Yang Kami hormati, Wates, 4 Maret Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita sekalian. BUPATI KULONPROGO

Yang Kami hormati, Wates, 4 Maret Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita sekalian. BUPATI KULONPROGO BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PELETAKAN BATU PERTAMA PEMBANGUNAN KUBAH KANDANG ORANGUTAN Wates, 4 Maret 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita sekalian. Yang Kami hormati, Ì Bapak

Lebih terperinci

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Oleh: Murti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Murti_tinah@yahoo.com.id Abstrak:

Lebih terperinci

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA PEMAKAMAN ALMARHUM BAPAK SABARI ANGGOTA DPRD KABUPATEN KULONPROGO

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA PEMAKAMAN ALMARHUM BAPAK SABARI ANGGOTA DPRD KABUPATEN KULONPROGO BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA PEMAKAMAN ALMARHUM BAPAK SABARI ANGGOTA DPRD KABUPATEN KULONPROGO Wates, 21 Maret 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang saya hormati,

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Mugi karaharjan, kawilujengan lan kasarasan tansah Kajiwa kasalira kula panjenengan sami.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Mugi karaharjan, kawilujengan lan kasarasan tansah Kajiwa kasalira kula panjenengan sami. BUPATI KULONPROGO WEDHAR SABDA WONTEN ING ACARA PAGELARAN RINGGIT TOPENG WONTEN ING UPACARA ADAT REBO PUNGKASAN BENDUNG KHAYANGAN NGRANCAH, PENDOWOREJO, GIRIMULYO Wates, 02 Februari 2011 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut

Lebih terperinci

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Oleh: Tri Raharjo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.joejoe@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Assalaamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi, Salam Sejahtera bagi kita semua.

Assalaamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi, Salam Sejahtera bagi kita semua. SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA UPACARA HARI ULANG TAHUN KE-66 REPUBLIK INDONESIA RABU, 17 AGUSTUS 2011 Assalaamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi, Salam Sejahtera bagi kita semua. Saudara-saudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upacara kematian etnis Tionghoa ini, terdapat beragam pantangan dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, buyut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 5/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Dewi Kartikasari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Oleh : Ahmad Muhlasin program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa a_muhlasin@ymail.com

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara samudera pasifik dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Tradisi (bahasa latin traditio diteruskan ) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Tanti Wahyuningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa wahyutanti546@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia. 1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA SOSIALISASI PENCEGAHAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA BAGI ASN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN TANGGAL : 13 NOVEMBER 2017 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dan doa-doa, manuk mira, dan boras pirma tondi oleh amang, inang,

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dan doa-doa, manuk mira, dan boras pirma tondi oleh amang, inang, BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Upacara mangupa upa pangaranto dimulai dengan pemberian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci