BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut diharapkan dapat di
|
|
- Iwan Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata, materil, spiritual, melalui peningkatan taraf hidup masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut diharapkan dapat di laksanakan secara merata bagi seluruh rakyat yaitu sesuai dengan asas keadilan sosial. 1 Masalah dalam Pembangunan Nasional merupakan hal yang sangat vital dan mendasar sebagai amanat Pembukaan UUD 1945 dalam paragraf ke dua, Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. 2 Oleh karena itu, sebagai mitra kerja pemerintah, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) berfungsi sebagai fasilitator, perencanaan, pelaksanaan, pengendali dan penggerak pada masing-masing tingkatan untuk terlaksananya program kerja Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), maka di harapkan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP- PKK) Pusat, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kecamatan dapat menyesuaikan dan mengembangkan lebih lanjut dengan muatan lokasi situasi, kondisi dan kebutuhan yang nyata di daerah masing-masing dengan mendayagunakan serta mengembangkan potensi Sumber Daya Daerah secara optimal. 1 e..69i j0j9&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=utf-8#, di akses 3 April Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar. Sekretariat Negara. Jakarta
2 Mengingat Indonesia sebagai Negara dengan wilayah yang luas yang terdiri dari ribaun pulau dengan budaya, sosial, dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masingmasing daerah membutuhkan suatu sistem pembangunan daerah yang lebih efektif. Menghadapi kondisi yang demikian maka pemerintah memberikan otonomi pada pemerintah daerah yang dimaksudkan agar daerah tersebut mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri. Prinsip pemberian otonomi kepada pemerintah daerah pada dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam menjalankan pemerintah daerah agar dapat membiayai pembangunan di daerah. Suatu daerah di bentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Seperti yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu : Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guna mendukung Pemerintahan Daerah dalam menjalankan fungsinya membangun dan mensejahterakan daerahnya dalam berbagai bidang, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) selaku mitra kerja pemerintah bergerak berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 53 Tahun 2000, lalu dalam perkembangannya di ubah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013, menerima mandat yang sangat luhur yang di tuangkan dalam pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 yaitu Memandirikan masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesataraan dan keadilan gender
3 serta kesadaran hukum dan lingkungan. Ruang lingkup kewenangan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) bisa di bilang cukup luas seperti yang tertuang dalam pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 yaitu Sasaran Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah keluarga di perdesaan yang perlu di tingkatkan dan di kembangkan kemampuan mental, spiritual, fisik, dan material., yang lalu di dukung dalam pasal 6, 7, 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 dimana menjabarkan susunan dan tata cara pembentukan struktur Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dalam lingkup Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan, maupun Desa. Sehingga dapat di simpulkan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dalam kapasitasnya sebagai mitra kerja pemerintah berperan dalam berbagai ruang lingkup pemerintahan daerah dari yang kecil seperti desa hingga provinsi. Maka dari itu ada beberapa alasan mengapa penting untuk mengkaji lebih dalam tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK). Pertama, dalam susunan struktur keanggotaannya, yang bersifat organisasi Kerucut. 3 Dimana diatur di dalam Pasal 6 hingga pasal 13 daripada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013, dapat di lihat kewenangan daripada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga secara hierarkis dari tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan, Kelurahan hingga desa. 1. Nasional a. Menteri Dalam Negeri dalam menyelenggarakan Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan PKK sebagaimana dimaksud membentuk TP PKK di Pusat. b. Struktur keanggotaan TP PKK Pusat sebagaimana dimaksud, terdiri dari: 3 http%3a%2f%2flista.staff.gunadarma.ac.id%2fdownloads%2ffiles%2f22301%2fp%2b5%25266 %2Borganisasi.pdf&usg=AFQjCNHEywpyNQWUfzaHSssVgsdEcO5FFg, diakses pada 4 april 2015
4 a. Ketua Umum : Isteri Menteri Dalam Negeri b. Ketua, Sekretaris Umum, Sekretaris, Bendahara, : laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik. Anggota c. Susunan Keanggotan TP PKK Pusat ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. 2. Provinsi a. Gubernur dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK membentuk Tim Penggerak PKK di Provinsi. b. Struktur keanggotaan TP PKK Provinsi sebagaimana dimaksud, terdiri dari a. Ketua : Isteri Gubernur b. Wakil Ketua I : Isteri wakil Gubenur c. Wakil Ketua II, III dan IV, Sekretaris, Bendahara, Anggota : laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik. c. Susunan Keanggotan TP PKK Provinsi ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
5 3. Kabupaten/Kota a. Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK sebagaimana dimaksud membentuk Tim Penggerak PKK di Kabupaten/Kota. b. Struktur keanggotaan TP PKK di Kabupaten/Kota, terdiri dari: c. Ketua : Isteri Bupati/Walikota d. Wakil : isteri Wakil Bupati/ Wakil Walikota Ketua I e. Wakil Ketua II, : laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya III dan IV, Sekretaris, kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik. Bendahara, Anggota c. Susunan Keanggotan TP PKK Kabupaten/Kota, ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. 4. Kecamatan a. Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK sebagaimana dimaksud membentuk Tim Penggerak PKK di Kecamatan. b. Struktur keanggotaan TP PKK Kecamatan sebagaimana dimaksud, terdiri dari a. Ketua : Isteri Camat
6 b. Wakil Ketua I, II, III dan IV, Sekretaris, Bendahara, Anggota : laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik. c. Susunan Keanggotan TP PKK kecamatan, ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota 5. Kelurahan a. Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK sebagaimana dimaksud membentuk Tim Penggerak PKK di Kelurahan. b. Struktur keanggotaan TP PKK di Kelurahan, terdiri dari: a. Ketua : Isteri Lurah b. Wakil Ketua I, II, III dan IV,Sekretaris, Bendahara, Anggota : laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik. c. Susunan Keanggotan TP PKK kelurahan, ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota 6. Desa a. Dalam penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Desa dibentuk TP PKK Desa. b. Struktur keanggotaan TP PKK Desa, terdiri dari:
7 a. Ketua : Isteri Kepala Desa b. Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Anggota : laki-laki atau perempuan bersifat sukarela yang mampu dan peduli terhadap upaya kesejahteraan keluarga dan tidak mewakili suatu organisasi, lembaga, dan Partai Politik. c. Susunan Keanggotan TP PKK Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Dari Strukutur Organisasi TP PKK dalam tingkat nasional, Provinsi, hingga desa dapat mudah dilihat hubungan kemitraan antara Pemerintah dengan TP PKK dimana, dalam berbagai tingkatan TP PKK kecenderungan yang menjadi ketua daripada TP PKK tersebut adalah istri daripada Kepala Daerah maupun pejabat yang memimpin daripada suatu ruang lingkup kekuasaan. Dan menarik dari sistem organisasi kerucut ini di harapkan akan ada sinergi dan pelimpahan wewenang yang baik dalam TP PKK masing-masing berdasarkan wilayah teritori Pemerintahannya masing-masing. Kedua, dalam perkembangannya Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) sering berhadapan dengan stigma negatif dari masyarakat tidak heran dalam komentarnya dalam halaman berita online Kompas, Ny. Veronica Tan, S.T. Selaku Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) DKI Jakarta tidak ingin anggota Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) di pandang sebagai Perempuan Kurang-Kerjaan. Sehingga tentu saja secara rinci menarik Untuk di telaah secara terperinci sektor-sektor yang menjadi lingkup kerja dari pada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) yang dimana menonjolkan peran daripada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) sebagai mitra kerja daripada Pemerintah.
8 Ketiga, dalam pelaksanaan program kerja pada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) membutuhkan anggaran yang akan digunakan untuk menjalankan program kerja yang sudah di rencanakan selama periode tertentu, dalam skripsi ini juga akan di ulas bagaimana Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) mendapatkan anggarannya yang akan di tinjau dari aspek yuridisnya sebagaimana di tuangkan dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 dan berbagi peraturan maupun ketetapan hukum lainnya yang terkait. Menurut Gomes, anggaran merupakan dokumen yang berusaha untuk mendamaikan prioritas-prioritas program dengan sumber-sumber pendapatan yang diproyeksikan. Anggaran menggabungkan suatu pengumuman dari aktivitas organisasi atau tujuan untuk suatu jangka waktu yang ditentukan dengan informasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut atau untuk mencapai tujuan tersebut. 4 Menurut Supriyono, Anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang telah ditetapkan dalam proses penyusunan program. Dimana anggaran disusun oleh manajemen untuk jangka waktu satu tahun, yang nantinya akan membawa perusahaan kepada kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya yang ditentukan. 5 Dengan kata lain adalah suatu aspek penting dalam suatu organisasi maupun badan hukum yang memiliki suatu program kerja yang memerlukan pendanaan, dalam pelaksanaannya, ibarat jantung dalam tubuh manusia demikian pula pentingnya anggaran dalam suatu organisasi maupun badan hukum, karena seperti jantung bukan hanya penting dimiliki manusia, tetapi penting juga untuk di rawat dengan baik agar bisa mensuport anggota tubuh secara keseluruhan dan berkerja dengan optimal, begitu pula anggaran dalam Tim 4 Faustino Cordoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi. Yogyakarta, 1995, hlm R. A., Supriyono, Akuntansi Manajemen, Edisi pertama, Cetakan pertama, Penerbit BPFE. Yogyakarta, 2001, hlm 89
9 Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) bukan saja perlu di miliki, tetapi juga perlu di rawat layaknya jantung, dalam hal ini dikenal penganggaran yang baik. Penganggaran adalah suatu suatu sistematika tertulis yang di susun secara teliti pada awal suatu perencanaan program kerja Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), sehingga di tuntut ketelitian mensinergikan suatu program dengan nilai mata uang yang di butuhkan untuk menjalankan program tersebut, agar dalam periode kerja berjalan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dapat dengan baik dan lancar menjalankannya. Suatu anggaran perlu pengawasan agar tujuannya dapat berlangsung dengan baik, karena sebaik apapun suatu anggaran dalam perancangannya akan menuai hasil yang sia-sia tanpa suatu pelaksanaan yang berjalan dengan baik, agar pelaksanaan dapat dengan baik terjadi perlu ada suatu pengawasan oleh pihak yang memiliki itikad baik Menurut Harold Koonz, yang dikutip oleh John Salinderho mengatakan bahwa pengawasan adalah,pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan rencana. Jadi pngawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan dengan cita-cita dan rencana, memperlihatkan dimana ada penyimpangan yang negatif dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencanarencana. 6 Pengawasan terhadap anggaran yang akan digunakan untuk menunjang program kerja Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), perlu di kaji secara hukum administrasi pihak mana yang secara sah menurut hukum memiliki wewenang untuk mmenjalankan fungsinya dalam pengawasan sehingga suatu tujuan baik yang di inginkan 6 Jhon Salindeho, Tata Laksana Dalam Manajemen, Sinar Grafika, Jakarta, 1998, hal. 39
10 akan tercapai, nantinya hal ini akan di bahas dalam skripsi ini dengan mengaitkan suatu hukum tertulis dalam Pasal 16 dan 17 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun Pada dasarnya masalah ini dapat diangkat ke dalam suatu kajian hukum administrasi negara, dalam teori administrasi pembangunan masalah pemerintahan daerah sering pula dilihat dari segi apakah pemerintah daerah dapat berfungsi secara konsisten dalam usaha pembangunan didaerahnya dengan memasukkan ke dalam kerangka hukum, maka persoalannya ialah bagaimana hukum administrasi itu berfungsi efektif untuk menunjang kegiatan pemerintah dan juga lembaga yang mendukung kegiatan pemerintah dimana dalam skripsi ini kita akan membahas tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK). Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Ditinjau dari Prespektif Hukum Administrasi Negara ( Studi di Kabupaten Kutai Timur ). B. Rumusan Masalah Sebelum diuraikan permasalahan yang akan di bahas dalam skripsi ini, terlebih dahulu saya ingin menguraikan pengertian dari masalah dan permasalahan. Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yang sekarang terjadi belumlah sempurna dan muncul keyakinan bahwa masa depan bisa dibuat jadi lebih baik. Keyakinan bahwa harapan bisa tercapai akan membuat seseorang memiliki sasaran untuk masa depan yang lebih baik. Harapan membuat diri sendiri merasa tertantang dan tantangan semacam ini juga layak disebut sebagai masalah. Sedangkan Permasalahan adalah merupakan suatu rangkaian hasil dari masalah yang menjadi
11 persoalan yang mengarah kepada suatu kajian yang lebih spesifik dan kongkret terhadap suatu hal tertentu. Dengan demikian dalam skripsi ini yang berjudul Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Ditinjau dari Prespektif Hukum Administrasi Negara ( Studi di Kabupaten Kutai Timur ), adalah : 1. Bagaimana Peranan Pemerintah di Dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga? 2. Bagaimana Implementasi Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 Dalam Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di TP PKK Kabupaten Kutai Timur? 3. Apakah Hambatan dalam Penyelenggaraan Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di TP PKK Kabupaten Kutai Timur? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penulis dalam membahas skripsi ini adalah untuk mencari kepastian yang objektif terhadap suatu masalah dan sekaligus untuk mencari jalan pemecahannya, sehingga ditemukan suatu hasil yang baik dan dapat percaya serta bermanfaat bagi penulis maupun Pemerintah daerah Kabupaten Kutai timur dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kutai timur serta masyarakat pada umumnya. a. Untuk mengetahui peran pemerintah di dalam pemberdayaan masyarakat melalui gerakan dan pemberdayaan kesejahteraan keluarga
12 b. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga c. Untuk mengetahui dan menganalisa hambatan dalam pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, sekaligus untuk mengetahui upaya apa yang di lakukan pemerintah dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dalam mengatasi hambatan yang terjadi. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini di gunakan untuk mengaktualisasikan ilmu yang di dapat di bangku kuliah dan kenyataan di masyarakat. Untuk mengembangkan teoriteori tentang Hukum Administrasi Negara, serta dapat di jadikan dasar dan bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa. b. Manfaat Praktis 1) Bagi Penulis Untuk mengetahui lebih spesifik berjalannya pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dalam menjalankan tujuan dan maksud Peraturan Menteri dalam negeri tersebut secara aktual. 2) Bagi Pemerintah Daerah dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)
13 Setidaknya dapat dijadikan referensi informasi untuk dapat lebih meningkatkan kebijakan-kebijakan terbaik yang telah di keluarkan dalam usaha meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga demi tercapainya tujuan bangsa dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia. 3) Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya karena bagaimanapun hasil penelitian ini masih jauh dari kesan baik dan sempurna D. Keaslian Penelitian Penulisan skripsi ini adalah berdasarkan hasil dari penelitian yang akurat dari sumber yang dapat dipercaya yaitu TP-PKK Kabupaten Kutai Timur, skripsi ini belum pernah ada yang membuatnya, jikalau memang ada penulis yakin sudut pembahasannya pasti berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan juga dari berbagai sumber langsung yang merupakan pengurus Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP- PKK) di kabupaten Kutai Timur berserta peraturan-peraturan yang terkait dan ditinjau dari segi hukum administrasi negara. Ide atau gagasan penulis diwujudkan untuk skripsi yang merupakan karya ilmiah untuk meraih gelar sarjana Hukum dengan judul IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DITINJAU DARI PRESPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ( STUDI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR ).
14 Penulis melakukan penelusuran di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, juga Bagian Hukum Pemerintah Kabupaten Kutai Timurjuga. Penulis telah mendapatkan kepastian dari petugas perpustakaan bahwa tidak ada judul dan isi yang sama. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan ini adalah asli. Karena itu keaslian dalam penulisan ini terjamin adanya, walaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata dijadikan pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan dalam menyempurnakan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. E. Tinjauan Kepustakaan Tinjauan Pustakaan merupakan bentuk tulisan terencana dan terperinci, mengenai pandangan tentang suatu penelitian yang telah dilakukan terhadap penelitian lain yang sedang atau akan dilakukan. Umumnya isi dari tinjauan pustaka bersifat bersifat kritis terhadap tema yang diangkat. F.P.C.L. Tonner dalam Ridwan HR berpendapat Overheidsbevoegdheid wordt in dit verband opgevad als het vermogen om positief recht vast te srellen en Aldus rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en tussen overhead en te scheppen yang berarti kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintahan dengan waga negara. 7 Berdasarkan teori tersebut di dalam skripsi ini juga akan membahas bagaimana pemerintah menggunakan kewenangannya untuk bekerja sama dengan TP PKK yang merupakan organisasi bentukan daripada Kementerian Dalam Negeri yang bersama-sama memiliki tujuan yang sama dengan 7 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hlm. 100.
15 pemerintah yaitu dalam menjalankan hukum positif yang di rancang untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dimana Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) itu adalah organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia, maka penulis akan menguraikan tentang pengertian yang mencangkup didalam skripsi ini. Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 adalah gerakan Nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat, menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. Sedangkan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 adalah fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing tingkat pemerintahan untuk terlaksananya program PKK yang merupakan mitra kerja pemerintah, dan organisasi kemasyarakatan/lembaga kemasyarakatan lainnya. Dan Program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 adalah 10 program pokok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga yang merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dasar untuk terwujudnya pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga, yaitu adalah Gotong Royong, Pangan, Sandang, Perumahan dan Tatalaksana Rumah Tangga, Pendidikan dan Ketrampilan, Kesehatan,
16 Pengembangan Kehidupan Berkoperasi, Kelestarian Lingkungan Hidup, dan Perencanaan Sehat Dari definisi tersebut di atas, dapat dismpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah : 1. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita dan bergerak di bidang sosial 2. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah suatu lembaga yang digerakkan dan di bawah arahan atau pengawasan Kementrian Dalam Negeri. 3. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga bergerak di bawah komando Kementrian Dalam Negeri berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga memiliki program kerja yang langsung bersentuhan kepada pemenuhan kebutuhan dasar daripada kebutuhan keluarga. 5. Dalam memenuhi misinya untuk menjalankan program kerja Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga langsung bersentuhan kepada masyarakat, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga di bentuk berdasarkan hierarki pemerintahan yaitu, dari pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, hingga desa. F. Metode Penelitian Untuk mendapatkan data atau bahan dalam skripsi ini, penulis mempergunakan beberapa tehnik pengumpulan data yang lazim dipakai dalam penelitan ilmiah yakni : 1. Jenis Penelitian
17 Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur terhadap permasalahan diatas. Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan. Sedangkan bersifat normatif maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya. Dalam penelitian hukum normatif maka yang diteliti pada awalnya data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian tehadap data primer dilapangan atau terhadap prakteknya Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan data sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh secara langsung daripada pihak yang terlibat atau terkait ( tangan pertama ), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. 3. Teknik pengumpulan data Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, oleh karena dikategorikan sebagai penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. 9 Teknik analisa data Setelah data diperoleh atau terkumpul, kemudian diproses untuk diolah dan dianalisa. Dalam penelitan ini, teknik yang dipergunakan adalah teknik analisis kualitatif dengan cara deskriptif analisis. Penelitian ini 8 diakses pada tanggal 13 Maret Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm 19
18 bermaksud menggambarkan data yang diperoleh dan memberi penjelasan terhadap data yang ada sehingga dapat memberikan argumentasi tentang implementasi Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di tinjau berdasarkan Hukum Administrasi Negara G. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran untuk mempermudah pemahaman materi skripsi ini secara garis besar isi skripsi ini dapat dilihat dari sistematika yang bertujuan untuk menghindarkan terjadinya kesimpang siuran dalam penguraian lebih lanjut, dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima Bab dan masing-masing Bab terdiri dari sub Bab : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, yang kemudian diikuti dengan keaslian penelitan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II : BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN DAN PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang bagaimana Peranan pemerintah yang bertujuan untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakatnya, melalui hukum positif berlandaskan peraturan perundangundangan sebagai sarana yang disediakan pemerintah untuk berandil dan
19 berperan serta dalam memberdayakan dan mensejahterakan masyarakatnya dengan memberikan pendelegasian kepada apartur pemerintahan secara hierarkis untuk menjalankan perannya guna mendukung pembedayaan dan mensejahterakan masyarakat. Bab III : BAGAIMANA IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NOMOR 1 TAHUN 2013 DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI TP PKK KABUPATEN KUTAI TIMUR Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang bagaimana Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 di implementasikan untuk membina dan mengawasi upaya penyelenggaraan Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di TP PKK Kabupaten Kutai Timur Bab IV :APAKAH HAMBATAN DALAM PENYELENGGARAAN GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI TP PKK KABUPATEN KUTAI TIMUR Dalam bab ini penulis akan mengulas tentang segala hambatan dan kesulitan yang timbul dalam upaya memberdayakan dan mensejahterakan keluarga di TP PKK Kabupaten Kutai Timur sehingga dari ulasan yang nanti akan di jabarkan dapat di rangkum solusi yang bisa digunakan untuk mengatasinya.
20 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup dalam skripsi ini, disini akan disimpulkan hasil riset yang merupakan jawaban dari permasalahan dan selanjutnya diberikan beberapa saran yang merupakan alternatif pemikiran untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang muncul dalam mekanisme pelaksanaan daripada Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 kepada kinerja Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO
WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO OENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,
Lebih terperinciPROVINSI J A W A T E N G A H D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A
B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R 1 T A H U N 2 0 1 6 T E N T A N G P E M B E R D A Y A A N M A S Y A R A K A T M E L A L U I G E
Lebih terperinciBAB II BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN DAN PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
BAB II BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN DAN PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA A. Peranan Pemerintah di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan dan Pemberdayaan
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hakikat
Lebih terperinci2017, No menetapkan Peraturan Presiden tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang D
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.226, 2017 KESRA. Keluarga. Pemberdayaan dan Kesejahteraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO Menimbang :
Lebih terperinci: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH, Menimbang : a.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT. TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 faidm 2 17 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI PROVINSI JAWA TENGAH. '
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang
Lebih terperinciKEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG
KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DESA MADU SARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan pedesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pedesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia kurang lebih 60%, melakukan pertanian sebagai mata pencarian
Lebih terperinciPRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, masyarakat Indonesia seluruhnya, yang dapat
SALINAN PRES I DEN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang. cl. bahwa hakikat pembangunan nasional
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007
Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN
Lebih terperinciMENGENAL SISTEM KEARSIPAN DI TIM PENGGERAK PKK
MENGENAL SISTEM KEARSIPAN DI TIM PENGGERAK PKK Oleh Rusidi, Arsiparis Madya BPAD DIY. Beberapa waktu yang lalu, saya diminta untuk menjadi narasumber di Kantor Tim Penggerak PKK di DIY. Saya diminta untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,
333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciTIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG
TIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG JL. R.A KARTINI 1 TULUNGAGUNG Telp. 0355-323738 fax. 0355-323738 GERAKAN PKK DENGAN 10 PROGRAM POKOKNYA I. Pengertian Gerakan PKK Gerakan pkk adalah Gerakan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai wilayah yang sangat luas dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa, etnis,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 30 TAHUN 2010
BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2007 Menimbang : TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI,
Lebih terperinci- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG
- 1 - SALINAN BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH LINGKUP PEMERINTAH
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA TIM PENGGERAK PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ( PKK ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PAPUA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1
LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1 PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN, SERTA PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA
PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO
Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang Mengingat : a. bahwa Peraturan
Lebih terperinciHimpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci2011, No dan Kesejahteraan Keluarga Dalam Membantu Meningkatkan dan Mewujudkan Tertib Administrasi Kependudukan; Mengingat : 1. Undang-Undang No
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2011 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemberdayaan. Kesejahteraan Keluarga. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan
Lebih terperinciLURAH DESA BANGUNJIWO
LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciQANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL
QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Negara ini lahir dari perjuangan bangsa Indonesia yang bertekad mendirikan Negara kesatuan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 94
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia seringkali
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pelaksanaan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia seringkali menjadi sorotan di masyarakat, permasalahan pro-kontra yang terjadi di masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012
1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG
1 2016 No.55,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DESA. ORGANISASI. TATA KERJA. Perubahan Peraturan Bupati Bantul Nomor 42 Tahun 2016 ( Berita
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 15, Jakarta 10110 Telepon/Faksimile (021) 3805542
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA BANJAR, : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas
Lebih terperinciLURAH DESA BANGUNJIWO
LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 97
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 9 TAHUN 2005 T E N T A N G LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 9 TAHUN 2005 T E N T A N G LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang : a. bahwa Rancangan Peraturan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan bukan Negara Serikat maupun Negara Federal. Suatu bentuk Negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN
WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN WALIKOTA BATAM, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 57 Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG PEMBENTUKAN STAF AHLI WALIKOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT
Lebih terperinciBUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN PADA SEKRETARIAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN
PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN UTARA
GUBERNUR KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG
- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.310, 2014 WARGA NEGARA. Kependudukan. Grand Design. Pembangunan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam hukum yang hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam hukum yang hidup dalam masyarakat yang berasal dari adat ataupun masyarakat itu sendiri. bagian terkecil dari pemerintahan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI TENGAH
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PUNCAK PERINGATAN HARI KESATUAN GERAK (HKG) PKK KE-39 DAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT (BBGRM) KE-8 DIDESA PANDIRI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewenangan Pemerintah Berdasarkan asaz legalitas, yaitu sebagai salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU
PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BIMA
NOMOR 06 BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sampai dengan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,
Lebih terperinci