1 UJI DAYA HASIL LANJUT GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DI KABUPATEN LUWU TIMUR DAN KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 UJI DAYA HASIL LANJUT GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DI KABUPATEN LUWU TIMUR DAN KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 1 UJI DAYA HASIL LANJUT GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DI KABUPATEN LUWU TIMUR DAN KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN Oleh Toni Eka Putra A PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 UJI DAYA HASIL LANJUT GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DI KABUPATEN LUWU TIMUR DAN KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Toni Eka Putra A PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008]

3 RINGKASAN TONI EKA PUTRA. Uji Daya Hasil Lanjut Galur Harapan Padi Sawah (Oryza sativa L.) Tipe Baru (PTB) di Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil dan karakter agronomi galur harapan padi tipe baru (PTB). Penelitian dilaksanakan di dua lokasi, yaitu di Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan pada bulan Januari sampai dengan Juni Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak dengan genotipe sebagai faktor tunggal dan diulang tiga kali. Genotipe yang diuji yaitu 10 galur harapan padi tipe baru (IPB97-F , IPB97-F , IPB98-F-5-1-1, IPB102-F-2-1-1, IPB102-F , IPB102-F , IPB102-F , IPB102-F , IPB107-F-1-2-1, IPB107-F-4-1-1) dan dua varietas pembanding untuk masing-masing lokasi. Varietas pembanding yang digunakan yaitu Ciherang dan Bestari di Kabupaten Luwu Timur serta Kalimas dan Ciliwung di Kabupaten Pinrang. Pengamatan dilakukan terhadap (1) karakter vegetatif tanaman meliputi tinggi tanaman, panjang batang, warna dan sudut daun, panjang, lebar, dan sudut daun bendera, sudut batang, serta jumlah anakan, (2) karakter generatif meliputi panjang malai, umur berbunga, dan umur panen, (3) potensi produksi meliputi hasil gabah kering giling (GKG), jumlah gabah total, jumlah gabah isi, dan persentase gabah hampa (4) kualitas dan rasa nasi. Hasil pengamatan menunjukkan beberapa galur memiliki rata-rata produksi mencapai 16 % lebih tinggi dari varietas pembanding. Di Luwu Timur, galur IPB102-F mempunyai rata-rata produksi sebesar 8.92 ton/ha GKG, sedikit lebih tinggi walaupun tidak nyata dari varietas Ciherang (8.79 ton/ha) dan Bestari (8.63 ton/ha). Di Pinrang, galur-galur yang mempunyai rata-rata produksi lebih tinggi dari varietas pembanding Kalimas dan Ciliwung yaitu IPB102-F (9.92 ton/ha) dan IPB102-F (9.70 ton/ha) dengan rata-rata produksi varietas Kalimas 9.13 ton/ha dan Ciliwung 8.52 ton/ha. Potensi produksi tertinggi dimiliki oleh galur IPB102-F yang mencapai ton/ha GKG.

4 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, 14 Nopember Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Candra dengan Ibu Endang Kartiningsih. Tahun 1997 penulis lulus dari SDN 02 Cogreg Desa Cogreg Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, kemudian melanjutkan ke MTs Nurul Falaah Desa Cibadung Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN 1 Parung Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dan lulus pada tahun Penulis diterima di IPB sebagai mahasiswa program studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih pada tahun 2003 melalui jalur SPMB. Selama kuliah, Penulis aktif di beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) antara lain PRAMUKA IPB tahun , Klub Mahasiswa Pecinta Tanaman Obat (AGRIFARMA) pada tahun , Komunitas Sepeda IPB tahun Selain itu, Penulis juga pernah mengikuti kegiatan PKM tingkat IPB tahun 2006, magang kerja pada BPPT Pertanian Puspiptek Serpong tahun 2005, bekerja pada UD Ponti Segar tahun 2007, dan freelance sebagai surveyor pada LPPM IPB tahun 2007.

5 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia- Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi dengan judul Uji Daya Hasil Lanjut Galur Harapan Padi Sawah (Oryza sativa L.) Tipe Baru (PTB) di Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini, juga kepada Kerukunan Wawainia Asli Sorowako (KWAS) dan PT. INCO atas kesempatan dan dukungan yang telah diberikan kepada Penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para petani di Sorowako dan Bapak Said di Pinrang Sulawesi Selatan atas kerjasama dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan. Bogor, Agustus 2008 Penulis

6 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada : 1. Ibunda (Endang Kartiningsih) dan Ayahanda (Candra) atas perjuangan, kasih sayang, doa dan restu yang telah kalian berikan untuk anakmu selama ini. 2. Nenek (Una) atas nasihat, pelajaran, dan doa yang selalu engkau panjatkan siang dan malam untuk keberhasilan cucumu ini. 3. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama Penulis studi di IPB. 4. Dr. Desta Wirnas, SP. Msi. dan Ir. A. Pieter Lontoh, MS. atas saran dan arahan untuk perbaikan skripsi ini. 5. Staff pengajar Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih atas warisan ilmu dan pengalaman yang telah diturunkan kepada Penulis. 6. Kakak dan Adik (Aa Hendra, Tuti, Neneng, dan Naswal), Paman (Om Naswal Syarif dan keluarga, Ma Ujang, Hamdani, Ade, Thomas A.E.) atas dukungan, kasih sayang, kebersamaan dan kekeluargaan serta doa dari kalian. 7. Mustaghfirin ITK 38 (Kakak Pertama), Ahmad Fauzy THT 40 (Adik Kedua) atas ikatan keluarga yang telah kita ikrarkan, kebersamaan dalam suka dan duka, semangat, dukungan dan bantuan yang telah kalian berikan selama ini. 8. Rekan-rekan Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih Angkatan 40 atas kebersamaan selama ini. 9. Sahabat dan saudaraku : Saepulloh, Ikbal, Didik Heriawan, Hafid Yusuf, M. Isa Nuruzaman, Triyanto, Arfan,, Reydiana Saragih, Dian Iqra Pranita, Intan Gilang Cempaka, Wulandari, Wulan, Sumiyati, Anita Karina, dan Yusuf Pulungan atas kebersamaan, dukungan dan bantuannya. 10. Keluarga Bapak Entoy Sundoro Rangkasbitung atas nasihat dan bantuannya. 11. Bapak Andri Johandri, Bapak Beni Sanigraha, dan Ibu Dewi Sartika di SMUN 1 Parung atas dukungan dan bantuannya. 12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

7 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Tanaman Padi... 3 Padi Tipe Baru... 4 Pemuliaan Padi Tipe Baru... 5 Uji Daya Hasil... 6 BAHAN DAN METODE... 7 Waktu dan Tempat... 7 Bahan dan Alat... 7 Metode... 8 Analisis Data... 8 Pelaksanaan Penelitian... 9 Pengamatan... 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Percobaan Analisis Ragam Keragaan Umum Tanaman Karakter Vegetatif dan Generatif Produksi Gabah kering Giling Tekstur dan Rasa Nasi KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 27

8 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. Galur-Galur PTB yang diuji dan Varietas Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Hasil Analisis Uji F dan Koefisien beberapa Karakter Agronomi Galur-galur yang diuji dan Varietas Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Keragaan Umum Galur-galur yang diuji dan Varietas Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Nilai Rataan Tinggi Tanaman (TT), Panjang Batang (PB), Jumlah Anakan Total (JAT), dan Persentase Anakan Produkif (% AP) Galur-galur yang diuji dan varietas Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Nilai Rataan Panjang Daun Bendera (PDB), Lebar Daun Bendera (LDB), Panjang Helai Daun (PHD), dan Lebar Helai Daun (LHD) Galur-Galur yang diuji dan Varietas Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Nilai Rataan Panjang Malai (PM), Jumlah Gabah Total (JGT), Jumlah Gabah Isi (JGI), dan Persentase Gabah Hampa (% GH) Galur-Galur yang diuji dan Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Nilai Rataan Umur Berbunga (UB), dan Umur Panen (UP) Galurgalur yang diuji dan Varietas Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Produksi Gabah Kering Giling (ton/ha) dan Persentase Produksi Galur-galur yang diuji terhadap Varietas Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Tekstur dan Rasa Nasi Galur-Galur yang diuji dan Pembanding Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Karakter Agronomi yang Diamati di Luwu Timur Hasil Analis Ragam Karakter Agronomi yang Diamati di Pinrang... 30

9 3. Potensi Produksi Galur yang diuji dan Varietas Pembanding di Luwu Timur Potensi Produksi Galur yang diuji dan Varietas Pembanding di Pinrang... 34

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 10. Kriteria Sudut Batang Lampiran 1. Galur IPB102-F di Pinrang Varietas Pembanding Kalimas di Pinrang Panen di Pinrang Perontokan Gabah Galur yang Mengalami Kerebahan di Pinrang Pengamatan Tanaman Contoh di Pinrang Penanaman di Luwu Timur Kondisi Umum Percobaan di Luwu Timur Galur IPB102-F di Luwu Timur Galur IPB102-F di Luwu Timur Galur IPB102-F di Luwu Timur Panen di Luwu Timur Tata Letak Genotipe yang diuji di Luwu Timur Tata Letak Genotipe yang diuji di Pinrang ]

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Produktivitas padi dalam dasawarsa terakhir mengalami stagnasi. Penyebabnya adalah potensi hasil varietas unggul yang ada telah mencapai titik potensi maksimal (Abdullah et al., 2005). Kekerabatan yang tinggi dan keragaman genetik yang sempit menyebabkan tidak diperolehnya peningkatan potensi hasil yang nyata (Susanto et al., 2003). Produksi padi nasional mencapai 57 juta ton dengan rata-rata produktivitas 4.7 ton/ha pada tahun 2007 (BPS, 2008). Sementara kebutuhan padi terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Untuk mencegah terjadinya kekurangan pangan di masa sekarang dan yang akan datang mutlak diperlukan upaya peningkatan produksi padi. Upaya peningkatan produktivitas untuk peningkatan produksi memiliki andil cukup besar. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui perakitan varietas padi yang potensi hasilnya lebih tinggi dari varietas yang telah ada. Terobosan yang dapat dilakukan adalah dengan perakitan varietas padi hibrida dan padi tipe baru (PTB). Penelitian padi hibrida di Indonesia dimulai pada tahun 1984 dan lebih diintensifkan sejak Berbagai galur padi hibrida telah dihasilkan melalui persilangan dengan melibatkan galur mandul jantan sitoplasmik (CMS) atau galur mandul jantan (A), galur pelestari (B), dan galur pemulih kesuburan (restorer, R). Padi hibrida diharapkan mampu memecahkan persoalan stagnasi produksi dengan melihat adanya potensi heterosis (hybrid vigor), yaitu superioritas F1 hibrida atas tetuanya (Virmani et al. dalam Susanto et al., 2003). Fenomena heterosis menyebabkan tanaman F1 lebih vigor, tumbuh lebih cepat, anakan lebih banyak, dan malai lebih lebat sekitar 1 t/ha lebih tinggi daripada varietas unggul biasa (Las et al., 2003) Inisiasi perakitan PTB dimulai oleh IRRI pada tahun 1989, sementara di Indonesia mulai dikembangkan pada tahun PTB memiliki ciri morfologi tanaman ideal yang memungkinkan terjadinya peningkatan potensi hasil hingga % lebih tinggi dari varietas unggul biasa bila ditanam pada lingkungan tumbuh yang baik (Fagi et al., 2001).

12 Sejak tahun 1999, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB telah melakukan penelitian dalam rangka merakit varietas padi sawah tipe baru (PTB). Seleksi dan observasi telah dilakukan terhadap galur-galur yang berpotensi sebagai padi tipe baru. Hingga saat ini telah diperoleh galur-galur harapan PTB berdaya hasil lebih tinggi dari varietas unggul baru. Galur-galur harapan tersebut masih terus diuji daya hasilnya di berbagai daerah. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) di dua lokasi di Sulawesi Selatan. Hipotesis 1. Terdapat minimal satu galur memiliki daya hasil lebih tinggi daripada varietas pembanding. 2. Terdapat minimal satu galur memiliki ciri tanaman ideal padi tipe baru.

13 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Organ tanaman padi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu organ vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun. Bagian generatif terdiri dari malai, gabah dan bunga. Akar padi dapat digolongkan ke dalam akar serabut. Akar primer yang tumbuh sewaktu benih padi berkecambah disebut akar seminal. Kemudian akar seminal tersebut akan digantikan oleh akar sekunder yang tumbuh dari buku terbawah batang. Batang terdiri dari beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Pada permulaan tumbuh, batang terutama terdiri dari pelepah-pelapah daun dan ruasruas yang tertumpuk padat. Ruas-ruas tersebut kemudian memanjang dan berongga setelah tanaman memasuki masa produktif. Daun tanaman padi terdiri atas helai daun, pelepah daun, telinga daun dan lidah daun. Daun teratas disebut daun bendera yang ukurannya tampak berbeda dari yang lain. Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet yang terdiri dari tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik dan benagsari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior (Manurung et al, 1988). Tanaman padi antara varietas yang satu dengan lainnya memiliki perbedaan atau ciri khas masing-masing baik dari segi morfologi maupun fisiologinya. Sifat-sifat yang nampak berbeda tersebut disebabkan oleh faktor genetik yang diwariskan. Namun dari sekian banyak perbedaan terdapat kesamaan sifat untuk beberapa varietas. Berdasarkan kesamaan sifat tersebut varietas tanaman padi dapat digolongkan ke dalam golongan Indika dan Yaponika/sub- Yaponika (Siregar, 1981) Di Indonesia varietas-varietas Indika disebut varietas cere atau cempo. Varietas ini banyak ditanam di wilayah Asia, kecuali Korea dan Jepang, sedangkan varietas-varietas golongan Yaponika banyak ditanam di Jepang, Korea, Eropa, Australia, Amerika Utara/Selatan, dan sebagainya. Varietas sub-yaponika atau Indo-Yaponika merupakan varietas khas Indonesia, di masyarakat petani dikenal dengan sebutan varietas bulu atau varietas gundil. Varietas tersebut tidak dibudidayakan di negara lain dan hanya dapat dijumpai di Indonesia saja.

14 Padi Tipe Baru Program perakitan padi tipe baru (PTB) diinisiasi oleh IRRI sejak tahun Materi genetik yang digunakan sebagai tetua persilangan adalah varietas introduksi, varietas lokal Indonesia dan padi liar. Di Indonesia pembentukan PTB telah dirintis sejak 1995, namun baru diintensifkan pada tahun Kini telah dihasilkan varietas dan sejumlah galur PTB yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dari varietas-varietas unggul baru. Pada tahun 2001 dan 2002 telah dilepas varietas semi PTB dengan nama Cimelati dan Gilirang (aromatik) yang memiliki potensi hasil 5-10% lebih tinggi dibanding varietas IR64 dan Ciherang. Menurut Las et al. (2003) padi tipe baru dihasilkan melalui persilangan antara padi jenis indica dengan japonica, sementara varietas IR64 dan varietas unggul lainnya dihasilkan melalui persilangan antar padi jenis indica. Varietas padi tipe baru pertama adalah varietas Fatmawati yang dilepas pada tahun Varietas Fatmawati merupakan hasil persilangan antara galur BP68C-MR dengan varietas unggul Maros. Pada pengujian multilokasi, Fatmawati memberikan hasil setara dengan IR64. Dengan teknik budidaya yang sesuai, varietas Fatmawati mampu memberikan hasil sampai 30% lebih tinggi daripada IR64. Namun varietas ini masih memiliki kelemahan diantaranya persentase gabah hampa masih cukup tinggi (20%), agak sulit rontok, dan kualitas beras kurang bagus (Abdullah et al., 2005). Ciri morfologi padi tipe baru menurut Khush (2000) yaitu jumlah anakan sedikit (3-4 anakan saat penyemaian, 8-10 anakan setelah ditransplanting), semua anakan produktif/menghasilkan malai, malai lebat ( butir gabah/malai), batang kokoh/kuat, daun tebal dan tegak berwarna hijau gelap, sistem perakaran kuat, umur tanaman relatif pendek ( hari), tahan terhadap hama dan penyakit, kualitas beras yang baik, sedangkan Las et al. (2003) menyebutkan ciri padi tipe baru diantaranya memiliki jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan semuanya produktif, malai lebih panjang dan 1ebat (>300 butir/malai), batang besar dan kokoh, daun tegak, tebal, dan hijau tua, perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB 10-25% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini.

15 Pemuliaan Padi Tipe Baru Landasan pemikiran dalam pembentukan padi tipe baru adalah peningkatan indeks panen (IP) dan produksi biomassa tanaman (Khush, 1996). Indeks panen adalah perbandingan bobot kering gabah dengan total biomassa tanaman. Indeks panen dapat ditingkatkan dengan cara memperbesar proporsi distribusi asimilat ke dalam gabah atau dengan meningkatkan sink size. Peningkatan sink size meliputi peningkatan jumlah gabah per malai dan translokasi asimilat ke gabah, serta meningkatkan masa pengisian gabah, penundaan senescence kanopi, pemeliharaan sistem perakaran dan meningkatkan ketahanan terhadap rebah. Biomassa tanaman ditingkatkan dengan memodifikasi kanopi sehingga pembentukan kanopi dan penyerapan hara berlangsung cepat serta konsumsi karbon berkurang. Perakitan padi tipe baru diawali dengan pembentukan keragaman untuk mendapatkan tetua atau donor yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan. Caranya yaitu dengan menumbuhkan ribuan nomor/galur kemudian mengidentifikasi calon tetua. Bank plasma nuftah IRRI telah menumbuhkan ± 2000 nomor dan berhasil mengidentifikasi tetua-tetua untuk anakan sedikit, malai banyak, batang tegak, sistem perakaran yang vigor daun tegak berwarna hijau tua. Kemudian dilakukan persilangan antara tetua-tetua yang terpilih dengan tetua pendek sehingga diperoleh galur harapan dengan karakter tinggi tanaman yang pendek dan memiliki sifat-sifat tetua unggul hasil identifikasi pertama. Selanjutnya dilakukan silang dalam untuk galur-galur harapan tersebut (Khush, 2000). Pembentukan populasi dasar padi tipe baru memanfaatkan tetua dari subspesies indica dan japonica tropik sehingga latar belakang genetiknya cukup luas. Dengan demikian, stagnasi pada varietas-varietas yang sudah ada diharapkan dapat dipecahkan. Varietas-varietas lokal Indonesia banyak digunakan oleh IRRI sebagai tetua dalam pembentukan varietas padi tipe baru. Varietas yang dijadikan donor untuk sifat anakan sedikit antara lain Gaok, Genjah Gempol, dan Genjah Wangkal. Varietas yang dapat membentuk sifat malai lebat antara lain adalah Djawa, Ketan Gubat, dan Pare Bogor. gen sifat batang kuat berasal dari Putih Dayen, Gunang, dan Sirah Bareh dan untuk tahan tungro dari Bali Ontjer, Gundil Kuning, Jimbrug, dan Umbuk Putih (Susanto et al., 2003).

16 Uji Daya Hasil Uji daya hasil merupakan salah satu tahapan dalam program pemuliaan tanaman. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengevaluasi potensi hasil dari galur-galur terpilih dari pengujian-pengujian sebelumnya. Tahapan uji daya hasil meliputi uji daya hasil pendahuluan (UDHP), uji daya hasil lanjut (UDHL), dan uji multilokasi untuk melihat stabilitas, adaptabilitas tanaman diberbagai lokasi, selanjutnya siap untuk dilepas menjadi varietas unggul baru dengan karakterkarakter yang dikehendaki. Uji daya hasil lanjut dilaksanakan berdasarkan penilaian dari ukuran petak minimum (minimum plot basis). Tahap pengujian ini sebaiknya dilakukan minimal dua musim di beberapa lokasi untuk menekan tersingkirnya galur-galur unggul selama seleksi akibat adanya interaksi genotipe dengan lingkungannya (Nasir, 2001).

17 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2008 di dua kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu : 1. Kabupaten Luwu Timur, Kecamatan Nuha, Desa Sorowako dengan ketinggian tempat ± 300 mdpl. 2. Kabupaten Pinrang, Kecamatan Cempa, Desa Cempa dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 10 galur harapan padi tipe baru dan empat varietas unggul sebagai pembanding (Varietas Ciherang dan Bestari sebagai pembanding di Kabupaten Luwu Timur, Varietas Kalimas dan Ciliwung sebagai pembanding di Kabupaten Pinrang) (Tabel 1). Tabel 1. Galur-galur PTB yang diuji dan Varietas Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang No. Urut Genotipe Tetua persilangan 1 IPB97-F Fatmawati x IPB6-d-10s IPB97-F Fatmawati x IPB6-d-10s IPB98-F IPB15-d-13j x Fatmawati 4 IPB102-F IPB6-d-10s x Fatmawati 5 IPB102-F IPB6-d-10s x Fatmawati 6 IPB102-F IPB6-d-10s x Fatmawati 7 IPB102-F IPB6-d-10s x Fatmawati 8 IPB102-F IPB6-d-10s x Fatmawati 9 IPB107-F Fatmawati x Siam Sapat 10 IPB107-F Fatmawati x Siam Sapat 11 Ciherang IR /IR I ///IR 64////IR Bestari Iradiasi Cisantana 13 Kalimas PSBRc2 dan IRRI introduksi dari IRRI 14 Ciliwung IR 38/Pelita I-I (2)/IR 4744

18 Dosis pupuk yang digunakan di Luwu Timur yaitu Urea 250 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan KCL 150 kg/ha, sementara di Pinrang dosis pupuk yang digunakan yaitu Urea 200 kg/ha dan Ponskha 300 kg/ha. Pestisida yang digunakan antara lain fungisida (Score 250 EC dan Golex), insektisida (Spontan 400 SL, Darmabas 500 EC, dan Furadan 3G), herbisida (DMA-6 dan Logran 20 WG). Alat yang digunakan merupakan alat-alat yang umum dipakai dalam budidaya tanaman padi. Metode Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan genotipe sebagai perlakuan tunggal. Perlakuan terdiri atas 12 genotipe, masing-masing genotipe diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan di masing-masing lokasi. Setiap satuan percobaan ditanam dalam satu petak berukuran 5 m x 4 m dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Keterangan : Y ij Model aditif linear dari rancangan percobaan ini yaitu : Y ij = µ + τ i + β j + εij = respon/nilai pengamatan pada genotipe ke-i, ulangan ke-j µ = rataan umum τ i = pengaruh genotipe ke-i (i = 1, 2, 3,..., 12) β = pengaruh ulangan ke-j (1, 2, 3) j ε ij = pengaruh galat percobaan pada genotipe ke-i, ulangan ke-j Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam percobaan ini adalah analisis ragam dan uji beda nyata rataan perlakuan. Bila uji F pada analisis ragam menunjukkan berbeda nyata pada taraf nyata 5% atau 1% maka uji statistik selanjutnya adalah menganalisis tingkat beda nyata rataan respons galur terhadap rataan respons varietas pembanding dengan uji t-dunnet (Uji terhadap kontrol). Galur-galur yang baik adalah yang memberikan nilai selisih antara rataan galur dengan rataan varietas pembanding lebih besar dari nilai kritikal t-dunnet 5% atau 1%.

19 Pelaksanaan Penelitian Benih tiap genotipe yang mulai berkecambah ditebar pada petak-petak persemaian. Pemupukan persemaian dilakukan pada saat bibit berumur 5-7 HSS (hari setelah semai) dengan dosis pupuk Urea 10 gram/meter 2. Pemeliharaan persemaian dilakukan setiap hari sampai menjelang pencabutan bibit. Bibit dicabut setelah berumur HST, kemudian bibit tiap genotipe ditanam dalam petak-petak berukuran 5 m x 4 m. Jumlah bibit per lubang tanam yaitu tiga bibit dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur satu MST (minggu setelah tanam). Pemupukan tanaman dilakukan sebanyak tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman berumur ± 1 MST, pemupukan kedua saat tanaman berumur ± 1 MST, pemupukan ketiga saat tanaman berumur ± 7 MST. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara optimal. Pemeliharaan meliputi penyiangan gulma, pengaturan air, dan pengendalian hama penyakit tanaman. Tanaman mulai dipanen ketika malai telah menguning ± 90 %. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal batang menggunakan arit/sabit. Pemanenan dilakukan secara bertahap tergantung dari kemasakan dari galur-galur yang diuji. Padi yang telah dipanen kemudian dirontok dengan cara dibanting dan menggunakan alat perontok sederhana. Gabah yang telah dirontok kemudian dijemur ± 3 hari dan dibersihkan dari kotoran serta gabah hampa. Selanjutnya gabah ditimbang untuk melihat potensi hasil bersih gabah kering giling (GKG). Pengamatan A. Pengamatan tanaman contoh Tiap satuan percobaan diambil lima rumpun tanaman sebagai tanaman contoh yang dipilih secara acak. Pengamatan dilakukan terhadap karakter vegetatif dan generatif : 1. Karakter Vegetatif - Tinggi tanaman. Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah hingga ujung malai. - Panjang batang. Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan tanah hingga buku malai.

20 - Warna dan sudut daun. Penilaian warna daun dikelompokkan menjadi hijau muda, hijau, dan hijau tua. Tipe sudut daun dikelompokkan dalam tipe tegak ( ), intermediate ( ), mendatar ( ), dan terkulai (>90 0 ). - Panjang, Lebar, dan Sudut Daun Bendera. Panjang diukur dari bagian leher hingga ujung daun bendera, lebar diukur pada bagian daun yang terlebar. Tipe sudut daun bendera dikelompokkan ke dalam tipe tegak ( ), intermediate ( ), mendatar ( ), dan terkulai (>90 0 ). - Sudut batang. Diukur dengan mengamati sudut seluruh anakan relatif terhadap garis tegak lurus; sudut 30 0 tegak (erect), > 60 0 menyebar (spreading), dan diantaranya (intermediate) - Jumlah Anakan. Dari lima rumpun contoh, dihitung rata-rata jumlah anakan total dan anakan produktif Sempit(erect) Sedang(intermediate) Terbuka(open) > Menyebar Procumbent Gambar 1. Kriteria Sudut Batang 2. Karakter Generatif - Umur berbunga. Ditentukan pada saat 80% dari tanaman dalam petak percobaan berbunga. - Panjang malai. Diukur dari bagian buku malai hingga ujung malai - Umur Panen. Ditentukan pada waktu 90% malai dalam petak percobaan berwarna kuning.

21 B. Pengamatan produksi - Hasil Gabah Kering Giling. Hasil panen dari tiap petak percobaan berukuran 5 m x 4 m ditimbang sebagai bobot GKP (gabah kering panen). Gabah dijemur hingga ± 3 hari hingga mencapai GKG (gabah kering giling). Kemudian hasil GKG ubinan (kg/m 2 ) dikonversi menjadi hasil GKG gabah per hektar (ton/ha) pada kadar air 14%. - Jumlah gabah isi dan persentase gabah hampa. Data diperoleh dari lima rumpun contoh yang diambil secara acak, tiap rumpun diambil tiga malai yang mewakili (panjang, sedang, pendek). Kemudian dihitung rata-rata jumlah gabah isi dan persen gabah hampa. - Kualitas nasi. Meliputi tekstur dan rasa nasi. Pengujian tekstur dan rasa nasi dilakukan dengan cara mencicipi nasi untuk dikelompokkan ke dalam tekstur nasi pera, sedang, pulen, sangat pulen dan rasa nasi enak dan kurang enak. Pengujian ini ditentukan secara subjektif bersama 20 orang panelis. Penilaian ditentukan berdasarkan tingkat kesukaannya.

22 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Percobaan Pertumbuhan tanaman pada awal fase vegetatif di lokasi Luwu Timur dan Pinrang cukup baik, hal ini terlihat dari bentuk batang tanaman yang lebih besar dan kuat, warna daun hijau sampai hijau tua. Serangan hama mulai nampak pada saat tanaman memasuki fase generatif sampai fase akhir pengisian gabah. Secara umum jenis hama yang menyerang pertanaman di lokasi percobaan Luwu Timur dan Pinrang yaitu hama tikus (Rattus argentiventer), walang sangit (Leptocorisa oratorius), dan penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata). Di Luwu Timur, sebagian besar galur-galur yang diuji terserang hama tikus kecuali galur IPB102-F , IPB102-F , Ciherang, dan Bestari. Di Pinrang, serangan tikus tampak pada galur IPB107-F-1-1 dan IPB107-F Tingkat serangan hama tikus di kedua lokasi cukup berat dan menyebabkan banyak rumpun tanaman yang rusak. Tikus merusak tanaman mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan penggunaan rodentisida, perangkap buatan dan pemasangan pagar plastik di sekeliling petak percobaan. Di Luwu Timur, serangan walang sangit cukup berat terutama pada galur IPB102-F dan IPB102-F dan menyebabkan persentase gabah hampa menjadi cukup tinggi. Kedua galur ini cukup banyak terserang karena umurnya lebih lambat dari galur yang lain. Walang sangit dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Selama percobaan tidak tampak gejala penyakit yang umumnya menyerang pertanaman padi. Pencegahan penyakit dilakukan sejak awal pertumbuhan vegetatif hingga akhir fase generatif. Pencegahan dilakukan dengan penyemprotan fungisida untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Beberapa galur yang diuji di Pinrang mengalami kerebahan ringan akibat angin kencang yang melanda pertanaman pada umur 9 MST, namun kerebahan menjadi bertambah besar ketika angin kencang kembali melanda pertanaman pada umur 11 MST. Berdasarkan pengamatan pada saat panen, galur IPB102-F diperkirakan 70 % tanaman dari tiga ulangan rebah. Galur IPB102-F dan

23 IPB102-F mencapai ± 50 % tanaman dari tiga ulangan rebah. Galur IPB102-F mencapai 36 % pertanaman dari tiga ulangan mengalami rebah. Galur IPB92-F dan IPB102-F mencapai ± 20 % tanaman dari tiga ulangan rebah. Sementara itu, galur IPB97-F , IPB98-F-5-1-1, IPB107-F-4-1-1, IPB107-F-1-2-1, dan varietas pembanding tidak rebah. Di Luwu Timur, tidak terlihat adanya angin kencang yang melanda selama percobaan. Selain itu, didukung pula oleh bentuk batang yang lebih besar dan kuat sehingga tidak ada galur yang mengalami kerebahan. Pada saat perontokan gabah, galur IPB98-F-5-1 agak sulit dirontok, galur IPB107-F dan IPB107-F sangat mudah rontok, galur lainnya dan varietas pembanding memiliki tipe kerontokan sedang. Tanaman yang agak sulit atau terlalu mudah rontok kurang disukai oleh petani. Selain itu, gabah yang terlalu mudah rontok dapat menyebabkan terjadinya kehilangan hasil yang tinggi saat proses pemanenan. Analisis Ragam Berdasarkan analisis ragam menggunakan uji F tampak terdapat perbedaan antar genotipe pada karakter-karakter yang diamati kecuali karakter panjang batang, persentase anakan produktif, dan produksi (Tabel 2). Koefisien keragaman (KK) dari karakter-karakter yang diuji cukup rendah kecuali karakter persentase gabah hampa di lokasi Pinrang mencapai %. Nilai koefisien keragaman menunjukkan tingkat ketepatan dengan perlakuan yang diperbandingkan. Semakin tinggi nilai KK, semakin rendah keandalan suatu percobaan. Nilai KK beragam tergantung dari jenis percobaan, tanaman, dan sifat yang diukur (Gomez dan Gomez, 1995). Pada percobaan lapangan, nilai KK dari parameter pertumbuhan dan komponen hasil dikatakan rendah tidak lebih dari 20%.

24 Tabel 2. Hasil Analisis Uji F dan Koefisien Produksi beberapa Karakter Agronomi Galur-galur yang diuji di Luwu Timur dan Pinrang Karakter Luwu Timur Pinrang Hasil Uji F kk (%) Hasil Uji F kk (%) Produksi tn 5.70 * 9.24 Tinggi tanaman ** 3.13 ** 2.57 Panjang batang * 4.20 tn 4.03 Jumlah anakan total ** 8.58 ** 9.19 % Anakan produktif tn 4.27 tn 3.45 Panjang daun bendera ** 8.62 ** Lebar daun bendera ** 3.63 ** 4.98 Panjang helai daun ** 7.50 ** 6.39 Lebar helai daun ** 5.82 ** 5.80 Panjang malai ** 2.38 ** 2.85 Umur berbunga ** Umur panen ** 0.98 ** 0.37 Jumlah gabah total / malai ** 6.83 ** 9.02 Jumlah gabah isi / malai ** 6.76 ** Persen gabah hampa / malai ** ** Keterangan : KK = koefisien keragaman, * = berbeda nyata, ** = berbeda sangat nyata, tn = tidak nyata Keragaan Umum Tanaman Genotipe yang diuji secara umum memiliki warna daun hijau kecuali galur IPB97-F , IPB97-F , IPB102-F dan IPB102-F yang memiliki warna daun hijau tua. Menurut Makarim et al. (2004) daun yang berwarna hijau tua memiliki kemampuan fotosintesis lebih tinggi sehingga fotosintat yang dihasilkan lebih banyak. Daun berwarna hijau tua merupakan salah satu ciri tanaman padi tipe baru (Kush, 2000 dan Las et al., 2003). Genotipe yang diuji di Luwu Timur dan Pinrang memiliki sudut daun, sudut daun bendera, dan sudut batang tipe tegak ( 30 0 ). Tanaman dengan sudut batang, sudut daun, dan sudut daun bendera yang tegak memungkinkan tanaman dapat menerima energi cahaya matahari lebih banyak dan merata. Selain itu, karakteristik tersebut dapat mempermudah dalam pengaturan jarak tanam. Galur IPB98-F-5-1-1, IPB102-F , IPB102-F , dan varietas pembanding memiliki permukaan daun yang kasar, sementara galur lainnya memiliki permukaan daun halus/lembut. Daun dengan permukaan kasar cenderung lebih

25 tegak, sementara daun dengan permukaan halus/lembut cenderung lebih terkulai (Manurung et al., 1988). Tabel 3. Keragaan Umum Genotipe yang diuji dan Varietas Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Genotipe Warna daun Sudut daun bendera Sudut daun Sudut batang Permukaan daun IPB97-F Hijau Tua Tegak Tegak Tegak Halus IPB97-F Hijau Tua Tegak Tegak Tegak Halus IPB98-F Hijau Tegak Tegak Tegak Kasar IPB102-F Hijau Tegak Tegak Tegak Halus IPB102-F Hijau Tegak Tegak Tegak Halus IPB102-F Hijau Tegak Tegak Tegak Halus IPB102-F Hijau Tua Tegak Tegak Tegak Kasar IPB102-F Hijau Tua Tegak Tegak Tegak Kasar IPB107-F Hijau Tegak Tegak Tegak Halus IPB107-F Hijau Tegak Tegak Tegak Halus Ciherang Hijau Tegak Tegak Tegak Kasar Bestari Hijau Tegak Tegak Tegak Kasar Kalimas Hijau Tegak Tegak Tegak Kasar Ciliwung Hijau Tegak Tegak Tegak Kasar Karakter Vegetatif dan Generatif Tinggi tanaman galur-galur yang diuji secara umum lebih tinggi dari varietas pembanding di masing-masing lokasi kecuali galur IPB98-F-5-1-1, IPB107-F-4-1-1, dan IPB107-F Di Luwu Timur, kisaran tinggi galur-galur yang diuji yaitu cm, tinggi tanaman varietas pembanding Ciherang dan Bestari yaitu 104 cm dan 101 cm. Di Pinrang, tinggi tanaman dari galur-galur yang diuji berkisar antara cm, tinggi tanaman varietas pembanding Kalimas dan Ciliwung yaitu 104 cm dan 103 cm (Tabel 4).

26 Menurut Fagi et al. (2001) tinggi tanaman yang ideal untuk kriteria padi tipe baru (PTB) yaitu antara cm, sedangkan Abdullah et al. (2006) menyatakan bahwa tinggi tanaman ideal PTB yaitu sedang-pendek ( cm). Menurut Manurung et al. (1988), tanaman yang tinggi tanpa didukung oleh batang yang kuat dan kokoh akan rebah pada masa-masa awal pertumbuhan dan menjadi rebah sekali pada pemupukan N dosis tinggi. Tanaman yang rebah dapat menyebabkan tanaman banyak menghasilkan gabah hampa. Galur-galur yang memiliki tinggi tanaman sesuai dengan ciri padi tipe baru yaitu IPB98-F ( cm), IPB102-F (110 cm), IPB107-F ( cm), dan IPB107-F (109 cm). Tabel 4. Nilai Rataan Tinggi Tanaman (TT), Panjang Batang (PB), Jumlah Anakan Total (JAT), dan % Anakan Produktif (%AP) Galur-galur yang diuji dan Pembanding di Luwu Timur (LT) dan Pinrang (P) Genotipe TT (cm) PB (cm) JAT % AP LT P LT P LT P LT P IPB97-F ab 112 cd ab 11 cd IPB97-F ab 113 cd 87 b ab 12 cd IPB98-F ab 10 cd IPB102-F ab 114 cd 86 b ab 12 cd IPB102-F b 110 d ab 14 cd IPB102-F ab 113 cd 86 b ab 12 cd IPB102-F ab 116 cd 87 b ab 12 cd IPB102-F ab 115 cd ab 12 cd IPB107-F cd ab 14 c IPB107-F c Ciherang Bestari Kalimas Ciliwung Keterangan : a = berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang pada uji Dunnett taraf 5% b = berbeda nyata varietas pembanding Bestari pada uji Dunnett taraf 5%

27 c = berbeda nyata dengan varietas pembanding Kalimas pada uji Dunnet taraf 5% d = berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciliwung pada uji Dunnet taraf 5% LT = Luwu Timur, P = Pinrang Panjang batang galur-galur yang diuji di Luwu Timur dan Pinrang secara umum tidak berbeda dari varietas pembanding di masing-masing lokasi kecuali galur IPB97-F , IPB102-F-2-1-1, IPB102-F dan IPB102-F yang lebih tinggi dari pembanding Bestari. Di Luwu Timur, panjang batang galurgalur yang diuji berkisar antara cm dan varietas pembanding Ciherang 80 cm, Bestari 77 cm. Di Pinrang, kisaran panjang batang galur-galur yang diuji antara cm, varietas pembanding Kalimas dan Ciliwung 79 cm (Tabel 4). Jumlah anakan galur-galur yang diuji lebih sedikit dari pembandingnya di masing-masing lokasi kecuali IPB107-F yang tidak berbeda. Jumlah anakan galur yang diuji berkisar antara anakan di Luwu Timur dengan persentase anakan produktif 96-99%, di Pinrang jumlah anakan berkisar antara dengan persentase anakan produktif % (Tabel 4). Persentase anakan produktif galur-galur yang diuji tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Menurut Fagi et al. (2001) salah satu sifat PTB adalah memiliki anakan sedang (8-10 anakan) tetapi semuanya produktif, sedangkan Las et al. (2003) menyatakan bahwa padi tipe baru memiliki ciri jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan semuanya produktif. Panjang daun bendera galur-galur yang diuji di Luwu Timur berkisar antara cm, di Pinrang berkisar antara cm. Panjang daun bendera varietas pembanding Ciherang, Bestari Kalimas, Ciliwung berturut-turut yaitu 23 cm, 22 cm, 26 cm, dan 20 cm (Tabel 5). Secara umum daun bendera galur-galur lebih panjang dari varietas pembanding. Daun bendera yang lebih panjang dan tegak dapat mengurangi serangan hama burung dan dapat menyerap energi cahaya matahari lebih banyak. Secara umum daun bendera galur-galur yang diuji di Luwu Timur dan Pinrang lebih lebar dibanding varietas pembanding di masing-masing lokasi kecuali galur IPB102-F , IPB102-F , dan IPB102-F di Pinrang tidak berbeda dengan varietas Kalimas. Kisaran lebar daun bendera di Luwu Timur berkisar antara cm dan di Pinrang cm (Tabel 5).

28 Helai daun galur-galur yang diuji secara umum lebih panjang dari varietas pembanding di masing-masing lokasi kecuali galur IPB102-F dan IPB102- F , dan IPB107-F di Luwu Timur tidak berbeda dengan varietas pembanding Ciherang (37 cm) dan Bestari (34 cm). Kisaran panjang helai daun galur-galur yang diuji di Luwu Timur berkisar antara cm dan di Pinrang berkisar antara cm (Tabel 5). Tabel 5. Nilai Rataan Panjang Daun Bendera (PDB), Lebar Daun Bendera (LDB), Panjang Helai Daun (PHD), dan Lebar Helai Daun (LHD) Galur-galur yang diuji dan Pembanding di Luwu Timur (LT) dan Pinrang (P) Genotipe PDB (cm) LDB (cm) PHD (cm) LHD (cm) LT P LT P LT P LT P IPB97-F ab 39 cd 2.1 ab 1.9 cd 51 cb 49 cd 1.8 ab 1.6 cd IPB97-F ab 39 cd 2.1 ab 1.9 cd 47 cb 52 cd 1.8 ab 1.6 cd IPB98-F ab 48 cd 2.2 ab 2.1 cd 51 cb 53 cd 1.8 ab 1.8 cd IPB102-F d 1.9 ab 1.8 cd 42 b 48 cd 1.6 ab 1.5 cd IPB102-F d 1.8 ab 1.6 c c 1.6 ab 1.3 IPB102-F d 2.0 ab 1.8 cd cd 1.8 ab 1.4 IPB102-F b 32 d 1.9 ab 1.6 c 42 b 45 c 1.6 ab 1.5 c IPB102-F d 1.8 ab 1.7 c 42 b 46 c 1.6 ab 1.6 cd IPB107-F ab 36 cd 2.2 ab 1.9 cd cd 2.0 ab 1.7 c IPB107-F ab 42 cd 2.1 ab 1.8 cd 43 b 48 cd 1.7 ab 1.5 cd Ciherang Bestari Kalimas Ciliwung Keterangan : a = berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang pada uji Dunnett taraf 5% b = berbeda nyata varietas pembanding Bestari pada uji Dunnett taraf 5% c = berbeda nyata dengan varietas pembanding Kalimas pada uji Dunnet taraf 5% d = berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciliwung pada uji Dunnet taraf 5%

29 Helai daun galur-galur yang diuji di Luwu Timur lebih lebar dibanding varietas pembanding Ciherang (1.3 cm) dan Bestari (1.3 cm). Galur-galur tersebut memiliki kisaran lebar daun antara cm. Di Pinrang galur-galur yang diuji juga memiliki helai daun lebih lebar dibanding varietas pembanding Kalimas (1.2 cm) dan Ciliwung (1.3) kecuali galur IPB102-F dan IPB102-F (Tabel 5). Padi tipe baru memiliki ciri daun yang tegak, tebal, dan hijau tua. Menurut Manurung et al. (1988), daun yang lebih panjang cenderung lebih terkulai, daun yang pendek dan kecil akan lebih tegak. Galur-galur yang diuji meskipun memiliki daun yang lebih panjang dan lebar, namun sudut daunnya masih tetap tegak. Ketegakan daun berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk menerima dan menyerap energi cahaya matahari. Tabel 6. Nilai Rataan Panjang Malai (PM), Jumlah Gabah Total (JGT), Jumlah Gabah Isi (JGI), dan % Gabah Hampa (% GH) Galur-galur yang diuji dan Pembanding di Luwu Timur (LT) dan Pinrang (P) Genotipe PM (cm) JGT JGI %GH LT P LT P LT P LT P IPB97-F ab 30 cd 212 ab 204 cd 160 ab 175 cd cd IPB97-F ab 28 cd 208 ab 184 cd 166 ab 165 c IPB98-F cd 242 ab 266 cd 196 ab 244 cd 19 8 d IPB102-F ab 29 cd 219 ab 202 cd 166 ab 181 cd IPB102-F ab 29 cd 195 ab 203 cd 155 ab 178 cd cd IPB102-F ab 29 cd 238 ab 200 cd 183 ab 180 cd IPB102-F ab 29 cd 194 ab 202 cd c 35 ab 16 cd IPB102-F ab 29 cd 204 ab 206 cd cd 35 ab 14 cd IPB107-F ab 28 cd 247 ab 220 cd 200 ab 207 cd 19 6 IPB107-F ab 28 cd 236 ab 216 cd 181 ab 188 cd cd Ciherang Bestari Kalimas Ciliwung Keterangan :

30 a = berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang pada uji Dunnett taraf 5% b = berbeda nyata varietas pembanding Bestari pada uji Dunnett taraf 5% c = berbeda nyata dengan varietas pembanding Kalimas pada uji Dunnet taraf 5% d = berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciliwung pada uji Dunnet taraf 5% Secara umum malai galur-galur yang diuji Luwu Timur dan Pinrang lebih panjang dibanding varietas pembanding di masing-masing lokasi, kecuali galur IPB98-F di lokasi Luwu Timur. Di Luwu Timur, panjang malai berkisar antara cm, sementara di Pinrang berkisar antara cm. Panjang malai varietas pembanding Ciherang, Bestari, Kalimas, dan Ciliwung yaitu 24 cm (Tabel 6). Panjang malai seluruh galur yang diuji termasuk tipe malai sedang (20-30 cm). Salah satu sifat PTB adalah panjang malai lebih panjang dan lebat (300 butir/malai) (Las et al., 2003). Jumlah gabah total galur-galur di Luwu Timur dan Pinrang lebih tinggi dibanding varietas pembanding di masing-masing lokasi. Di Luwu Timur, jumlah gabah total galur-galur yang diuji berkisar antara butir/malai. Sedangkan di Pinrang berkisar antara butir/malai (Tabel 6). Jumlah gabah isi galurgalur yang diuji di Luwu Timur dan Pinrang lebih tinggi dibanding varietas pembandingnya di masing-masing lokasi kecuali galur IPB102-F dan IPB102-F yang tidak berbeda dengan varietas pembanding di Luwu Timur. Kisaran jumlah gabah isi galur-galur di Luwu timur yaitu antara butir/malai dan di Pinrang berkisar antara butir/malai (Tabel 6). Di Luwu Timur persentase gabah hampa tertinggi mencapai 35 % (galur IPB102-F dan IPB102-F ) nyata lebih tinggi dibanding varietas pembanding Ciherang (22 %) dan Bestari (19 %). Di Pinrang, galur IPB102-F dan IPB102-F memiliki persen gabah hampa 16 % dan 14 % nyata lebih tinggi dari varietas Kalimas (11 %) dan Ciliwung (6 %) (Tabel 6). Tingginya persentase gabah hampa pada galur-galur tersebut diduga disebabkan oleh faktor hama dan lingkungan. Di Luwu Timur, galur IPB102-F dan IPB102-F mengalami serangan hama walang sangit yang cukup berat pada fase awal pengisian biji sampai masak susu. Hama walang sangit menusuk butiran gabah kemudian menghisap cairan didalamnya sehingga gabah menjadi hampa, sedangkan di Pinrang galur tersebut mengalami kerebahan. Kerebahan

31 menyebabkan pergelaran daun menjadi tidak beraturan dan saling menaungi dan akhirnya banyak menghasilkan gabah hampa (Manurung et al., 1988). Kisaran umur berbunga galur-galur di Luwu Timur yaitu antara hss dan umur berbunga pembanding Ciherang dan Bestari yaitu 82 hss. Galur IPB97- F , IPB97-F , dan IPB98-F memiliki umur berbunga yang lebih cepat dari varieas pembanding di Luwu Timur, sedangkan galur IPB102-F dan IPB102-F memiliki umur berbunga lebih lambat dari pembanding Ciherang dan Bestari (Tabel 7). Secara umum, umur panen galurgalur yang diuji di Luwu Timur tidak berbeda dengan varietas pembanding kecuali galur IPB102-F dan IPB102-F yang memiliki umur panen lebih lambat dari varietas pembandingnya. Umur Panen galur-galur yang diuji di Luwu Timur dan Pinrang tidak berbeda dengan varietas pembanding di masingmasing lokasi kecuali galur IPB102-F dan IPB102-F Tabel 7. Nilai Rataan Umur Berbunga, dan Umur Panen Galur-galur yang diuji dan Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Genotipe Umur berbunga)* Umur panen LT LT P IPB97-F ab IPB97-F ab IPB98-F ab IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F ab 120 ab 119 cd IPB102-F ab 120 ab 119 cd IPB107-F IPB107-F Ciherang Bestari Kalimas 114 Ciliwung 114 Keterangan : LT = Luwu Timur, P = Pinrang, )* umur berbunga di Pinrang tidak teramati a = berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang pada uji Dunnett taraf 5% b = berbeda nyata varietas pembanding Bestari pada uji Dunnett taraf 5%

32 c = berbeda nyata dengan varietas pembanding Kalimas pada uji Dunnet taraf 5% d = berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciliwung pada uji Dunnet taraf 5% Produksi Gabah Kering Giling Secara umum produksi gabah kering giling galur-galur yang diuji tidak berbeda dengan varietas pembanding di masing-masing lokasi kecuali galur IPB107-F nyata lebih rendah dari pembanding Kalimas di Pinrang. Hal ini karena galur IPB107-F di Pinrang terkena serangan hama tikus yang cukup berat. Beberapa galur lainnya yang diuji di Luwu Timur dan Pinrang memiliki rata-rata produksi sedikit lebih tinggi dari rata-rata produksi varietas pembanding. Produksi padi tipe baru diharapkan dapat meningkat hingga 30% lebih tinggi dari varietas biasa (Green Revolution Variety). PTB memiliki arsitektur yang memungkinkan tanaman dapat memanfaatkan asimilat lebih baik dibanding varietas biasa sehingga hasilnya dapat lebih tinggi. Selain itu, PTB juga perlu didukung oleh sistem budidaya yang sesuai. Di Luwu timur, produksi GKG galur-galur yang diuji berkisar antara ton/ha, varietas pembanding Ciherang dan Bestari memiliki produksi masing-masing 8.79 ton/ha dan 8.63 ton/ha (Tabel 8). Galur IPB102-F mempunyai selisih produksi tertinggi sebesar 3.4 % (290 kg GKG) lebih tinggi dibanding Bestari dan 1.4 % (130 kg GKG) lebih tinggi dibanding Ciherang. Galur IPB102-F memiliki selisih 1.7 % (140 kg GKG) lebih tinggi dibanding Bestari. Galur IPB97-F memiliki selisih 1.1 % (90 kg GKG) lebih tinggi dibanding Ciherang. Galur-galur yang lainnya memiliki nilai rataan yang lebih rendah atau sama dengan varietas pembandingnya. Di Pinrang, kisaran produksi GKG galur-galur yang diuji antara ton/ha. Beberapa galur memiliki selisih produksi 1-16 % lebih tinggi dari varietas pembandingnya. Galur IPB102-F merupakan galur yang memiliki selisih nilai produksi tertinggi yaitu sebesar 16.4 % (1400 kg GKG) lebih tinggi dari Ciliwung dan 8.6 % (790 kg GKG) lebih tinggi dari Kalimas. Galur IPB102-F-91-

33 2-1 memiliki selisih 13.9 % (1180 kg GKG) lebih tinggi dari Ciliwung dan 6.3 % (570 kg GKG) lebih tinggi dari Kalimas. Galur IPB102-F , IPB97-F , IPB98-F-5-1 masing-masing memiliki selisih 2.5 % (210 kg GKG), 2.2 % (190 kg GKG), 1.0 % (80 kg GKG) lebih tinggi dari Ciliwung. Tabel 8. Produksi (ton/ha) GKG (k.a. 14%) dan % Produksi Galur-galur yang diuji terhadap Pembanding di Luwu Timur dan Pinrang Luwu Timur Pinrang Genotipe % Produksi % Produksi Prod Prod Ciherang Bestari Kalimas Ciliwung IPB97-F IPB97-F IPB98-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB107-F IPB107-F c Ciherang Bestari Kalimas Ciliwung Keterangan : c = berbeda nyata dengan varietas pembanding Kalimas pada uji dunnet taraf 5 % Tekstur dan Rasa Nasi Pengujian tekstur dan rasa nasi dilakukan dengan cara mencicipi nasi untuk dikelompokkan ke dalam tekstur nasi pera, sedang, pulen, sangat pulen dan rasa nasi enak dan kurang enak. Pengujian ini ditentukan secara subjektif bersama

34 20 orang panelis di Luwu Timur. Penilaian ditentukan berdasarkan tingkat kesukaannya. Galur yang memiliki rasa nasi enak yaitu IPB107-F (pulen), IPB102-F (pulen), IPB97-F (pulen), IPB97-F (pulen), IPB102-F (pulen), IPB102-F (pulen). Galur yang memiliki rasa nasi kurang enak yaitu IPB98-F-5-1 (sedang), IPB102-F (sedang), IPB102- F (sedang), dan IPB107-F (pera). Varietas pembanding secara umum memiliki tekstur nasi yang pulen dan rasa nasi yang enak (Tabel 9). Tabel 9. Tekstur dan Rasa Nasi Galur yang diuji dan Varietas Pembanding No. Urut Kode Galur Tekstur Rasa 1 IPB97-F Pulen Enak 2 IPB97-F Pulen Enak 3 IPB98-F Sedang Kurang enak 4 IPB102-F Sedang Kurang enak 5 IPB102-F Sedang kurang enak 6 IPB102-F Pulen Enak, wangi 7 IPB102-F Pulen Enak 8 IPB102-F Pulen Enak 9 IPB107-F Pulen Enak 10 IPB107-F Pera Kurang enak 11 Ciherang Pulen Enak 12 Bestari Pulen Enak 13 Kalimas Pulen Enak 14 Ciliwung Pulen Enak

35 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Di Luwu Timur, galur IPB102-F memiliki rata-rata produksi tertinggi sebesar 8.92 ton/ha GKG atau 3.4% lebih tinggi dibanding varietas pembanding Ciherang (8.79 ton/ha) dan 1.4% lebih tinggi dari varietas pembanding Bestari (8.63 ton/ha). 2. Di Pinrang, galur IPB102-F dan IPB102-F memiliki rata-rata produksi 9.92 ton/ha dan 9.70 ton/ha GKG atau 14-16% lebih tinggi dari varietas pembanding Kalimas (9.13 ton/ha) dan 6-9% lebih tinggi dari varietas pembanding Ciliwung (8.52 ton/ha). 3. Potensi produksi tertinggi dimiliki oleh galur IPB102-F di Pinrang yang mencapai produksi t/ha. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik budidaya yang sesuai untuk meningkatkan produktivitas PTB. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketahanan terhadap hama dan penyakit.

36 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, B., S. Tjokrowidjojo, B. Kustianto, A.A. Daradjat Pembentukan varietas unggul tipe baru Fatmawati. Jurnal Pertanian Tanaman Pangan, PP24/ Juli BPS Harvested Area, Yield Rate, and Production of Paddy in Indonesia Juli 2008 Fagi, A. M., B. Abdullah, S. Kartaatmadja Peran Padi Indonesia sebagai Daya Genetik Padi Modern. Prosiding Diskusi Panel dan Pameran Budaya Padi, Surakarta 28 Agustus Yayasan Padi Indonesia dan Indonesia Rice Foundation. p Gomez, K. dan A. Gomez Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian (Terjemahan dari Statistical Procedures for Agricultural Research). UI- Press. Jakarta. 698 hal. Khush, G. S Prospects of and Approaches to Increasing the Genetic Yield Potential of Rice. In R. I. Everson, R. W. Herdt, and M. Hossain (Eds). Rice Research in Asia: Progress and Priorities. IRRI, Philippines. Kush, G. S New plant type of rice for increasing the genetic yield potential, p In: J. S. Nanda (Ed). Rice Breeding and Genetics. Science Publisher. Inc. New Hampshire. Las, I., B. Abdullah, dan A. Daradjat Padi tipe baru dan hibrida mendukung ketahanan pangan. Tabloid Sinar Tani. 30 Juli Makarim, A. K., I. Las, A. M. Fagi, I. N. Widiarta, dan D Pasaribu Padi Tipe Baru: Budidaya dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Balitpa. Subang. 48 hal. Manurung, S.O., M. Ismunadji Morfologi dan fisiologi padi, hal : Dalam Buku Padi 1. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Nasir, M Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Siregar, H Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Jakarta. 320 hal. Susanto, U., A.A. Daradjat, B. Suprihatno Perkembangan pemuliaan padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang pertanian 22(3):

37 LAMPIRAN

38 Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Karakter Agronomi di Luwu Timur Tinggi Tanaman db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan ** Galat Umum kk = 3.13% Panjang Batang db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan * Ulangan * Galat Umum kk = 4.20% Panjang Daun Bendera db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan tn Galat Umum kk = 8.62% Lebar Daun bendera db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan * Galat Umum kk = 3.63% Panjang Helai Daun Db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan tn Galat Umum kk = 7.50%

39 Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Lebar Helai Daun db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan * Galat Umum kk = 5.82% Jumlah Anakan db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan ** Galat Umum kk = 8.58% Persentase Anakan Produktif db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan tn Ulangan tn Galat Umum kk = 4.26 % Jumlah Gabah Total db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan * Galat Umum kk = 6.83% Jumlah Gabah Isi db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan ** Galat Umum kk = 6.76%

40 Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Persentase Gabah Hampa db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan ** Galat Umum kk = 17.20% Panjang Malai db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan * Galat Umum kk = 2.38% Umur Berbunga db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan ** Galat Umum kk = 1.31% Umur Panen db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan ** Galat Umum kk = 0.98% Produksi F db JK KT hitung Pr > F Perlakuan tn Ulangan ** Galat Umum kk = 5.70%

41 Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Karakter Agronomi di Pinrang Tinggi tanaman db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan tn Galat Umum kk = 2.57% Panjang Batang db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan tn Ulangan tn Galat Umum kk = 3.95% Panjang Daun Bendera db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan tn Galat Umum kk = 10.16% Lebar Daun bendera db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan ** Galat Umum kk = 4.98% Panjang Helai Daun db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan tn Galat Umum kk = 6.39%

42 Tabel Lampiran 2. (Lanjutan) Lebar Helai Daun db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan ** Galat Umum kk = 5.80% Jumlah Anakan db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan tn Galat Umum kk = 9.19% Persentase Anakan Produktif db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan tn Ulangan tn Galat Umum kk = 3.45% Jumlah Gabah Total db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan * Galat Umum kk = 9.02% Jumlah Gabah Isi db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan * Galat Umum kk = 10.81%

43 Tabel Lampiran 2. (Lanjutan) Persentase Gabah Hampa db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan * Galat Umum kk = 25.68% Panjang Malai db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan ** Galat Umum kk = 2.85% Umur Panen db JK KT F hitung Pr > F Perlakuan ** Ulangan tn Galat Umum kk = 0.34% Produksi F db JK KT hitung Pr > F Perlakuan * Ulangan tn Galat Umum kk = 9.24% Tabel Lampiran 3. Potensi Produksi Galur yang diuji dan Varietas Pembanding di Luwu Timur Genotipe Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata

44 IPB97-F IPB97-F IPB98-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB107-F IPB107-F Ciherang Bestari Tabel Lampiran 4. Potensi Produksi Galur yang diuji dan Varietas Pembanding di Pinrang Genotipe Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata IPB97-F IPB97-F IPB98-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB102-F IPB107-F IPB107-F Kalimas Ciliwung

45 Gambar Lampiran 1. Galur IPB102-F di Pinrang Gambar Lampiran 2. Varietas Pembanding Kalimas di Pinrang

46 Gambar Lampiran 3. Proses Panen Menggunakan Mesin di Pinrang Gambar Lampiran 4. Proses Perontokan Gabah di Pinrang

47 Gambar Lampiran 5. Galur yang Mengalami Kerebahan di Pinrang Gambar Lampiran 6. Pengamatan Tanaman Contoh di Pinrang

48 Gambar Lampiran 7. Penanaman di Luwu Timur Gambar Lampiran 8. Kondisi Umum Percobaan di Luwu Timur

49 Gambar Lampiran 9. Galur IPB102-F di Luwu Timur Gambar Lampiran 10. Galur IPB102-F di Luwu Timur

50 Gambar Lampiran 11. Galur IPB102-F di Luwu Timur Gambar Lampiran 12. Proses Panen di Luwu Timur

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A24062913 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN DEDE TIARA.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A24052072 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL 10 GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU DENGAN 2 VARIETAS PEMBANDING DI CIANJUR RENDRA PRATAMA YUSUF

UJI DAYA HASIL 10 GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU DENGAN 2 VARIETAS PEMBANDING DI CIANJUR RENDRA PRATAMA YUSUF UJI DAYA HASIL 10 GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU DENGAN 2 VARIETAS PEMBANDING DI CIANJUR RENDRA PRATAMA YUSUF DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL 35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan II. Materi dan Metode 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan Januari-Mei 2013.

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU DAN CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.) Oleh Gita Septrina A

PENGARUH WAKTU DAN CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.) Oleh Gita Septrina A PENGARUH WAKTU DAN CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.) Oleh Gita Septrina A34104069 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, dengan ketinggian 60 m dpl, jenis tanah Podsolik

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB DENGAN SISTEM BUDI DAYA LEGOWO

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB DENGAN SISTEM BUDI DAYA LEGOWO Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB DENGAN SISTEM BUDI DAYA LEGOWO Yield Potential Promising Line of New Plant Type of Rice Trough

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - SH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 8 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DI SUKABUMI DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI DENI HAMDAN PERMANA A

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DI SUKABUMI DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI DENI HAMDAN PERMANA A KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DI SUKABUMI DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI DENI HAMDAN PERMANA A24061553 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS GALUR HARAPAN PADI (ORYZA SATIVA L.) HIBRIDA DI DESA KETAON KECAMATAN BANYUDONO BOYOLALI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS GALUR HARAPAN PADI (ORYZA SATIVA L.) HIBRIDA DI DESA KETAON KECAMATAN BANYUDONO BOYOLALI 15 PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS GALUR HARAPAN PADI (ORYZA SATIVA L.) HIBRIDA DI DESA KETAON KECAMATAN BANYUDONO BOYOLALI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pembenihan padi Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. Waktu penelitian dilakukan selama ± 4 bulan dimulai dari bulan

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DENGAN TEKNIK BUDIDAYA SRI

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DENGAN TEKNIK BUDIDAYA SRI POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DENGAN TEKNIK BUDIDAYA SRI OLEH KHODIJAH TEGUH IRIYANTI A24050061 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Asal persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3-1///IR 64////IR 64 Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa (Laboratorium Pemuliaan dan Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2. Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III T V1 V2 V3 U S V2 V1 V2 B 150 cm V3 V3 V1 100 cm V3 V3 V1 50 cm V1 V2 V3 18,5 m V2 V1 V2 V3 V1 V1 V2 V2 V2 5,5 m V1 V3 V3 80 cm 300 cm Lampiran 2.Bagan Tanaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A34304035 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DIMAS PURWO ANGGORO.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi Padi merupakan tanaman yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan, yaitu O. sativa Linn. dan O. glaberrima Steud.

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Ali Imran dan Suriany Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRACT Study of SL-8-SHS hybrid rice

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Varietas Unggul Padi Sawah

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Varietas Unggul Padi Sawah 7 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Varietas Unggul Padi Sawah Penggunaan padi varietas unggul berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah. Varietas padi dengan potensi hasil tinggi terus dikembangkan untuk

Lebih terperinci

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Salisilat 1. Struktur Kimia Asam Salisilat Struktur kimia asam salisilat dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 2 : Gambar 2. Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan

Lebih terperinci

Lampiran I. Lay Out Peneltian

Lampiran I. Lay Out Peneltian Lampiran I. Lay Out Peneltian 49 Lampiran II. Deskripsi Varietas Mentik Wangi Asal Persilangan : Mentikwangi Golongan : Cere Umur Tanaman : 112-113 Hst Bentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 106-113 cm

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2009 di Kebun Karet Rakyat di Desa Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan milik

Lebih terperinci

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik 42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan 12 METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan petani di Dusun Jepang, Krawangsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Lokasi berada pada ketinggian 90 m di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang 17 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang diuji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 i UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5 PADI TIPE BARU TURUNAN TIGA KOMBINASI PERSILANGAN SITI NURHIDAYAH A24080012 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Lebih terperinci

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Keterangan : A B C D E F G = Kontrol = Urea = Urea

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan, Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5 Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5

Lebih terperinci

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN Trias Sitaresmi, Yudhistira Nugraha, dan Untung Susanto BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI Disampaikan pada seminar Puslitbangtan, Bogor

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI Oleh Wahyu Kaharjanti A34404014 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 EVALUASI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 di lahan sawah yang berlokasi di Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Elevasi/GPS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA 93011 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci