PENGEMBANGAN NATURALIST INTELLIGENCE PADA ANAK USIA DINI MELALUI EDU-TOURISM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN NATURALIST INTELLIGENCE PADA ANAK USIA DINI MELALUI EDU-TOURISM"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN NATURALIST INTELLIGENCE PADA ANAK USIA DINI MELALUI EDU-TOURISM Rohmatus Naini; Shinta Larasaty Santoso Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta Alamat Kontak: Yogyakarta, 55281: Abstrak Pengembangan Naturalist intelligence pada anak usia dini dapat ditempuh melalui model Edu-tourism. Penulisan karya tulis ini menggunakan metode library research dan bertujuan untuk mengkaji tentang pentingnya pengembangan naturalist intelligence sejak dini. Naturalist intelligence merupakan kecerdasan dalam mengenal, memelihara dan memanfaatkan alam secara efektif. Anak yang memiliki naturalist intelligence yang baik akan memiliki kepedulian terhadap alam sekitar, sementara anak dengan naturalist intelligence yang kurang dikembangkan memicu perilaku merusak alam di kemudian hari. Edu-tourism dengan konsep pembelajaran langsung melalui alam merupakan konsep yang cocok diterapkan pada anak usia dini dalam mengembangkan naturalist intelligence anak. Kata kunci: naturalist intelligence, anak usia dini, edu-tourism Abstract Developing Naturalist Intelligence in Early Childhood through Edu-tourism. This paper used library research writing methods and the aims of writing this paper is to examine the scientific importance of the developing naturalist intelligence since early chilhood. Naturalist intelligence is the intelligence in identifying, maintaining and utilizing natural effectively. Children who have a baiak naturalist intelligence, will have concern for the environment, while children with less developed naturalist intelligence that triggers the natural destructive behavior in the future. Edu-tourism with the concept of direct learning through nature is a concept that suitable to be applied in early childhood for developing a child's naturalist intelligence. Keywords: naturalist intelligence, early childhood, edu-tourism Pendahuluan Setiap manusia masing-masing diciptakan mempunyai keistimewaan serta keunikan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian penelitian Howard Gardner yang menjelaskan bahwa bahwa semua manusia memiliki kecerdasan, tidak ada istilah manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas dari ahli terdahulu. Gardner menentang anggapan cerdas dari sisi IQ (Intelectual Quotion), yang hanya mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni logika-matematik, linguistik, dan spasial. Pandangan dikotomis ini masih mewarnai sistem pendidikan kita. Pada tahun 1996, Gardner mengenalkan teori kecerdasan ganda menurut Suparno

2 (2004) Multiple Intellegence: 1) Linguistic Intelligence, 2) Logical- Mathematical Intelligence, 3) Spatial Intelligence, 4) Kinestic Intelligence, 5) Musical Intelligence, 6) Interpersonal Intelligence, 7) Intrapersonal Intelligence, 8) Naturalist Intelligence, dan 9) Existential Intelligence. Naturalist intelligence adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Naturalist intelligence merupakan salah satu kecerdasan yang berpotensi untuk pembentukan karakter anak dalam berinteraksi dengan alam dan lingkungannya. Sejak usia dini, berbagai macam pontensi perlu dilatihkan. Hal ini berguna untuk perkembangan diri sepanjang kehidupannya. Masa usia dini merupakan masa emas (golden age). Pada masa ini, stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk penguasaan tugas perkembangan. Oleh sebab itu, pendidikan dan metode pembelajaran yang tepat pada anak usia dini yang tepat akan menjadi pondasi keberhasilannya pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal yang telah dijelaskan, Edu-tourism merupakan metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan mengamati objek lingkungan di luar sekolah secara langsung. Metode ini cocok digunakan untuk mengembangkan naturalist intelligence pada anak usia dini. Ketika naturalist intelligence pada anak sudah terbekali, anak dapat mengimplementasikannya dalam berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sehingga anak tidak melakukan perilaku merusak, seperti eksploitasi lingkungan hidup yang berakibat terjadinya bencana. Adapun anak yang kurang mendapatkan pengembangan naturalist intelligence akan menyebabkan beberapa hal seperti; anak cenderung tak acuh, kurang peka, kurang tanggap, kurangnya kecintaan terhadap alam dan makhluk hidup ciptaan Tuhan. Eksploitasi alam dan penebangan hutan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan bencana banjir, tanah longsor dan kelangkaan air bersih. Adapun contoh lain yakni membuang limbah industri ke sungai dapat menyebabkan kematian ikan dan merusak habitatnya; penggunaan dinamit untuk menangkap ikan dapat merusak terumbu karang dan biota laut. Banyak daftar sebab akibat yang biasa terjadi dalam lingkungan hidup kita yang akan dilakukan saat dewasa kelak jika

3 pembekalan dan stimulasi naturalist intelligence tidak dilakukan saat masa usia dini. Upaya untuk mencegah adanya perilaku merusak yang dilakukan saat dewasa adalah dengan mengembangkan naturalist intelligence sejak dini sehingga berpotensi untuk membentuk karakter anak dalam berinteraksi dengan alam dan lingkungannya, anak memiliki kebiasaan mencintai dan peka terhadap lingkungan alam, menjaga keseimbangan alam, dan tercapainya peningkatan kualitas hidup serta menjadi generasi emas. Melihat latar belakang tersebut, maka penulis melakukan library research mengenai pentingnya pengembangan naturalist intelligence pada anak usia dini. KAJIAN PUSTAKA Naturalist Intelligence Naturalist intelligence merupakan salah satu jenis kecerdasan dari 9 kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner. Sembilan kecerdasan yang dimaksud adalah: 1) Linguistic Intelligence, 2) Logical-Mathematical Intelligence, 3) Spatial Intelligence, 4) Kinestic Intelligence, 5) Musical Intelligence, 6) Interpersonal Intelligence, 7) Intrapersonal Intelligence, 8) Naturalist Intelligence, dan 9) Existential Intelligence (Armstrong, 2002:1-2). Menurut Armstrong (2003:4), naturalist intelligence adalah keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya, formasi awan dan gunung-gunung). Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian membedakan anggota-anggota suatu spesies; mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa spesies, baik secara formal maupun informal. Menurut Musfiroh (2004) seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal : a. menganalisis persamaan dan perbedaan, b. menyukai tumbuhan dan hewan, c. mengklasifikasikan flora dan fauna, d. mengoleksi flora dan fauna, e. menemukan pola dalam alam, f. mengidentifikasi pola dalam alam, g. melihat sesuatu dalam alam secara detail, h. meramal cuaca, i. menjaga lingkungan, j. mengenali berbagai spesies, k. memahami ketergantungan lingkungan, l. melatih dan menjinakkan hewan.

4 Sehingga, naturalist intelligence dapat disimpulkan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki manusia untuk dapat menikmati, mengenali, mengingat, mengategorikan, menganalisis, mengklasifikasi, mengidentifikasi atau menguasai pengetahuan lingkungan alam serta mampu beradaptasi dan mengeksplorasi lingkungan alam dimanapun ia tinggal. Anak Usia Dini Masa anak usia dini masuk ke dalam masa-masa awal perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan manusia di masa berikutnya. Menurut Suryani (2007), masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (Golden Age), pada masa ini stimulasi semua aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pendidikan anak sejak usia dini dapat memperbaiki prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja masa dewasanya. Menurut Suyanto (2005: 33), setelah lahir anak perlu mendapatkan stimulasi pendidikan. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010: ) karakteristik anak usia dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk sosial. Anak-anak usia 2-4 tahun menurut Musthafa (2002) mempunyai ciri sebagai berikut : 1. Anak-anak prasekolah mempunyai kepekaan bagi perkembangan bahasanya.

5 2. Mereka menyerap pengetahuan dan keterampilan berbahasa dengan cepat dan piawai dalam mengolah input dari lingkungannya. 3. Modus belajar yang umumnya disukai adalah melalui aktivitas fisik dan berbagai situasi yang bertautan langsung dengan minat dan pengalamannya. 4. Walaupun mereka umumnya memiliki rentang perhatian yang pendek, mereka gandrung mengulang-ngulang kegiatan atau permainan yang sama. 5. Anak-anak prasekolah ini sangat cocok dengan pola pembelajaran lewat pengalaman konkret dan aktivitas motorik. Dapat disimpulkan bahwa masa anak usia dini adalah masa emas yang merupakan periode penting perkembangan individu. Pemberian pendidikan yang tepat merupakan modal dalam melaksanakan tugas perkembangannya yang akan berdampak pula pada perkembangan anak di masa berikutnya. Edu-Tourism Edu-tourism merupakan suatu kegiatan wisata dengan melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi (Munir: 2010). Edu-tourism memilik konsep sekolah alam. Siswa dalam hal ini anak usia dini diajak mengunjungi suatu tempat wisata edukatif kemudian dibimbing untuk melakukan pengamatan secara langsung (action learning) objek-objek belajar yang ada di alam. Melalui metode belajar action learning diharapkam anak dapat belajar melalui pengalaman (anak mengalami dan melakukan langsung). Dengan mengalami langsung, anak atau siswa diharapkan belajar dengan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih aktif. Penggunaan alam sebagai media belajar ini diharapkan agar kelak anak jadi lebih peduli dengan lingkungannya dan tahu aplikasi dari pengetahuan yang dipelajari. Unsur-unsur Edu-tourism sendiri meliputi demografi wisata pendidikan, motivasi, persepsi, dan menghasilkan perilaku perjalanan; pribadi dampak wisata pendidikan yang dihasilkan dari pengalaman; keterkaitan faktor dalam atau diantara kelompok-kelompok yang terlibat; pengelolaan dan pemasaran periwisata untuk pendidikan; sumber daya untuk pendidikan pariwisata; serta

6 tujuan dan dampak yang berkaitan dengan pariwisata pendidikan. Aktivitas dalam Edu-tourism meliputi kunjungan ke tempat wisata edukatif dalam hal ini terutama yang berbasis alam seperti kebun binatang, perkebunan, hutan lindung, sawah, dan semacamnya. Dalam hal ini guru/pembimbing dapat menjelaskan kepada siswanya mengenai objek belajar yang ada di sekitar dengan menggunakan media belajar yang ditemui secara langsung di alam. Penjelasan diberikan dengan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti anak. misalnya saja tumbuhan merupakan ciptaan Tuhan, maka harus diberi makan dan minum supaya cepat besar dan sehat. Setelah itu anak diajak untuk mengeksplorasi sendiri objek-objek belajar yang ditemuinya di tempat wisata tersebut. Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat melihat dan mengamati secara langsung objek belajar yang ada di alam. Kegiatan eksplorasi dilanjutkan dengan evaluasi hasil belajar. Guru melihat sejauh mana anak belajar melalui kegiatan edutourism. Guru dapat merancang kegiatan evaluasi dalam sebuah kegiatan yang menyenangkan misalnya saja dalam bentuk games atau permainan. Siswa juga dapat diajak berdialog mengenai hal-hal apa saja yang ia temui. Dari hasil evaluasi guru dapat memperkirakan tindakan selanjutnya dalam rangka perkembangan belajar siswa. Selain memanfaatkan alam sekitar sebagai media belajar, Edu-tourism juga dapat dikombinasikan dengan media audio, visual, audio-visual, maupun multimedia. Penggunanaan media-media ini dapat diwujudkan dalam bentuk poster atau stiker bertema lingkungan, video tentang alam dan makhluk hidup, film animasi bertema alam, dan sebagainya. Pembahasan Naturalist intelligence sangat penting dikembangkan karena naturalist intelligence melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam sekitar: burung, bunga, hewan dan fauna serta flora lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kecerdasan ini digunakan ketika berkebun, berkemah, berinteraksi dengan teman atau keluarga, maupun mendukung proyek ekologi lokal (Amstrong, 2002: 23). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ayriza, dkk (2002:14-20) dalam Setiawati (2006) bahwa naturalist intelligence memperoleh stimulasi

7 sangat sedikit dibandingkan dengan stimulasi kecerdasan verbal linguistik, logika-matematika, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal. Gejala senada ditunjukkan dalam penelitian Izzaty (2003). Landasan teori yang menjadi acuan dalam berpikir adalah teori konstruktivistik John Dewey dan Jean Piaget. Piaget menyatakan pentingnya objek nyata untuk belajar pada anak usia dini. Anak mulai memperoleh informasi melalui interaksinya dengan objek dan kelak informasi tersebut akan disusun dalam struktur pengetahuannya. Struktur pengetahuan inilah yang kemudian menjadi dasar untuk berpikir seorang anak. Sedangkan menurut Sugihartono (2007) belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa (SCL=Student-Centered-Learning). Hal ini senada dengan konsep yang dikemukakan oleh John Dewey bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran berkesinambungan secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Budiningsih (2005) menyatakan bahwa menyatukan seluruh kecerdasan yang dimiliki menjadi prinsip yang dipegang oleh pendidik dan orang tua. Metode pembelajaran yang tepat diperlukan untuk mengoptimalkan potensi anak. Berdasarkan UU RI/ 2003, PP RI N0.19/2005 dan Permen Diknas RI No.41/2007 ditetapkan Standar Proses Pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Salah satu contohnya dengan diterapkannya strategi PAKEM = Pembelajaran Aktif, Kretif, Efektif dan Menyenangkan. Pakem merupakan strategi pembelajaran terpadu yang melibatkan variasi metode, teknik, media/ sumber belajar dan evaluasi hasil belajar. Edu-tourism sangat cocok dalam pembelajaran yang sesuai teori John Dewey yakni Learning by Doing, yang menuntut anak berinteraksi langsung, mengenal, memahami lingkungann sekitar baik flora maupun fauna, cuaca dan kejadian alam yang dapat mengembangkan naturalist intelligence bagi anak usia dini untuk selalu menjaga, merawat dan melestarikan alam baik sekarang maupun akan datang dengan menggambarkan kecintaan pada alam dengan tidak merusak, tidak mengeksploitasi alam yang pada akhirnya menjadi bencana alam. Edu-tourism merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri atas beberapa tahapan yaitu,1) melakukan need assesment mengenai naturalist

8 intelligence siswa, 2) memilih tempat wisata edukatif yang sesuai kebutuhan naturalist intelligence siswa, 3) siswa diajak mengunjungi tempat wisata edukatif, 4) proses pembelajaran dilaksanakan secara langsung dengan menjelaskan dan mengamati objek pembelajaran yang ada di alam, 5) evaluasi, meliputi siswa dapat meriview hasil belajarnya di alam, 6) guru mempersiapkan tindak lanjut pasca kegiatan berdasarkan evaluasi. Edutourism dapat dilaksanakan sebulan sekali sesuai kebutuhan siswa. Selain dilaksanakan di tempat-tempat wisata edukatif, Edu-tourism dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah untuk lokasi pembelajarannya, misalnya kebun sekolah, kolam ikan, sawah, sungai dan temapat-tempatnya yang sesuai dengan konsep edu-tourism. Tujuan awal penerapan Edu-tourism yaitu dalam rangka membentuk anak untuk berkembangnya naturalist intelligence yang tinggi dan cinta akan lingkungannya. Selama berinteraksi dengan alam diharapkan anak-anak mampu untuk mengenali semua komponen yang ada di alam dan bisa merenungi penciptaan alam beserta isinya. Indikator dari keberhasilan Edutourism ini adalah setelah mengikuti serangkaian belajar, siswa diharapkan dapat mengembangkan naturalist intelligence dengan bentuk merawat, menjaga, menyayangi, melestarikan dan tidak melakukan eksploitasi terhadap alam. Apabila naturalist intelligence pada anak usia dini dikembangkan dengan baik, maka anak akan terbiasa melakukan kegiatan pelestarian lingkungan alam sekitar. Semakin banyak generasi muda yang memiliki naturalis intelligence yang baik maka akan terbentuk generasi emas yang cerdas secara kognitif namun memiliki keseimbangan antar afektif dan psikomotorik. Edu-tourism merupakan merupakan inovasi dalam metode pembelajaran yang bertujuan mengembangkan naturalist intelligence melalui kegiatan pariwisata pendidikan. Selanjutnya di masa yang akan datang, Indonesia yang merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dapat sejajar dengan negara maju yang lain dan mandiri dalam bidang pendidikan, pariwisata, dan ekonomi. Simpulan Naturalist intelligence perlu dikembangkan sejak dini karena sangat berpengaruh pada perkembangan berikutnya. Naturalist intelligence dapat

9 dikembangkan melalui edu-tourism. Semakin baik naturalist intelligence pada anak, maka akan semakin besar pula kepedulian terhadap lingkungan. Pustaka Rujukan Aisyah, Siti dkk Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. Armstrong, T Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Ana k Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligencenya. (alih bahasa: Buntaran, R). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Armstrong, T Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan. (alih bahasa: Mutanto, Yudi). Bandung: Kaifa Ayriza, Yulia Penjajakan, Pemahaman, dan Pelaksanaan Pendidikan yang Berorientasi pada Multiple Intelligence di Lembaga-lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lemlit UNY Budiningsih, Asri Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Citra Mustafa, B Perkembangan Anak Usia Dini dan Implikasinya bagi Penulisan Bacaan Anak. UPI Bandung: PPS Setiawati, F.A Model Pembelajaran Sains Melalui Stimulasi Kecerdasan Naturalis. Jurnal Kependidikan. Nomor 2, tahun XXXVI halaman Sugihartono, dkk Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Suparno, Paul Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, Teori Howard Gardner. Yogyakarta : Kanisius Suryani, Lilis. 2007, Analisis Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Masyarakat Indonesia, Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF-Vol. 2, No.1, 2007 Suyanto, Slamet Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat UU RI/ 2003, PP RI N0.19/2005 Permen Diknas RI No.41/2007 Munir Educational Tourism: Pariwisata Pendidikan. (munir.staf.upi.edu/2010/10/11/e ducational-tourism-pariwisatapendidikan/) diakses pada 14 Oktober 2013 pukul WIB Musfiroh, Tadkiroatun Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Yogyakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi Subdit PGTK & PLB Paul Suparno Teori Intelegensi Ganda. Yogyakarta: Kanisius

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecerdasan Naturalis dapat diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki oleh individu terhadap tumbuhan, hewan dan lingkungan alam sekitarnya. Individu yang memiliki kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Pendidikan adalah suatu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu sistem pendidikan dapat memengaruhi kualitas suatu bangsa di masa depan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

lingkungannya secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi kecerdasan

lingkungannya secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi kecerdasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anakusia dini merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang dikembangkan. Mereka memiliki karakteristik tertentu yang khas dan unik selalu aktif dinamis memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang 9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Kecerdasan Naturalis A. Hakekat Kecerdasan Naturalis Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami

Lebih terperinci

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI BERMAIN POHON HITUNG DI TK BAKTI SOSIAL DESA TEMON, KEC. SIMO, KAB.BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini. 1 UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL ANAK KELOMPOK A MELALUI METODE BERCERITA DI TAMAN KANAK- KANAK ISLAM TERPADU AISYIYAH LABAN, MOJOLABAN, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS JURNAL BUANA MATEMATIKA. Vol. 5, No. 1, Tahun 2015 PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS Ika Sulistyowati 1, Sri Rahayu 2, Nur Fathonah 3 (SMP Negeri 1 Driyorejo)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Secara eksplisit pendidikan karakter adalah amanat Undang-undang Nomor 23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dianggap sulit oleh siswa (Angel et all, 2004:2). Penyebabnya adalah dikarenakan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, sebagai peletak atau fondasi pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pendidikan global, pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik strategi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Masa ini merupakan masa peka bagi anak dalam merespon

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 01 SROYO, JATEN, KARANGANYAR

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 01 SROYO, JATEN, KARANGANYAR UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 01 SROYO, JATEN, KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Kecerdasan Naturalis

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Kecerdasan Naturalis 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kecerdasan Naturalis a. Pengertian Kecerdasan Naturalis Kecerdasan naturalis adalah keahlian mengenali dan mengatagorikan spesies yaitu flora dan fauna di lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 1-6 ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD Dian Ika Kusumaningtyas 1) dan Maharani Putri Kumalasani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk

Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk BERMAIN DAN KREATIVITAS SEBAGAI FONDASI BAGI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Oleh: Endang Rini Sukamti, dkk PENDAHULUAN Bermain bagi anak: tidak hanya sekedar mengisi waktu, tapi sebagai media untuk belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah berkembang ditengah pesatnya kemajuan zaman. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KECERDASAN NATURALIS ANAK DI SENTRA BAHAN ALAM PADA PAUD TERPADU DHARMA WANITA KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR

PENGEMBANGAN KECERDASAN NATURALIS ANAK DI SENTRA BAHAN ALAM PADA PAUD TERPADU DHARMA WANITA KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR PENGEMBANGAN KECERDASAN NATURALIS ANAK DI SENTRA BAHAN ALAM PADA PAUD TERPADU DHARMA WANITA KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR Dewi Yunisari, 1) Amsal Amri, Fakhriah 2) Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti

Lebih terperinci

Latar Belakang Pembelajaran Terpadu

Latar Belakang Pembelajaran Terpadu Modul 1 Latar Belakang Pembelajaran Terpadu Dra. Titi Chandrawati, M.Ed. S PENDAHULUAN ebagai guru Taman Kanak-kanak (TK), Anda pasti selalu atau sering menggunakan suatu tema sebagai fokus dari kegiatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS ANAK MELALUI MEDIA BAHAN ALAM DI PAUD IT ANEUK SHALEH CERIA DESA NEUHEUN KEBUPATEN ACEH BESAR

MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS ANAK MELALUI MEDIA BAHAN ALAM DI PAUD IT ANEUK SHALEH CERIA DESA NEUHEUN KEBUPATEN ACEH BESAR Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1):99-107 MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS ANAK MELALUI MEDIA BAHAN ALAM DI PAUD IT ANEUK SHALEH CERIA DESA NEUHEUN KEBUPATEN ACEH BESAR Ratna Maulisa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan

Lebih terperinci

Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini

Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini dapat dimaknai sebagai untuk menyelesaikan masalah. berkaitan dengan daya pikir dan perkembangan kognitif. Pencetus teori perkembangan kognitif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek. Pusat Penitipan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek. Pusat Penitipan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Usia dini pada anak atau usia di bawah lima tahun adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan karakter

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) Anak bahagia disekolah sudah disosialisasikan lewat Quantum Learning, Joy in School dan Super Learning. Alasan lewat penelitian menunjukkan bahwa apabila anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era Globalisasi berdampak pada sebagian besar sendi kehidupan salah satunya terhadap dunia pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu negara. Pendidikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SILABUS Mata Kuliah Seminar Pendidikan Anak Usia Dini Kode mata Kuliah GT 506 SKS 2 (dua) Prodi-Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi proses perkembangan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum Sekolah Dasar (SD) yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma terkini tentang pendidikan bagi anak usia dini telah menumbuhkan pendekatan yang holistik. Anak dipandang sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pendidikan Anak Usia Dini menjadi wacana yang sering menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem Pendidikan Nasional sekarang

Lebih terperinci

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING Risnanosanti Muhammadiyah University of Bengkulu E-mail: rnosanti@yahoo.com ABSTRAK : Berpikir kreatif dalam matematika adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN NATURALIST INTELLIGENCE ANAK USIA 5-6 TAHUN

PENERAPAN METODE PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN NATURALIST INTELLIGENCE ANAK USIA 5-6 TAHUN Hidayati, Media Audiovisual Pembelajaran Huruf Terhadap Kemampuan Menyimak 1 PENERAPAN METODE PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN NATURALIST INTELLIGENCE ANAK USIA 5-6 TAHUN Riska Maratus Sholikah Sri Joeda Andajani

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO Oleh FEDRIYENTI NIM. 58667/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Entar Tarji, 2014 Efektivitas Permainan ORFF Percussion Terhadap Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Entar Tarji, 2014 Efektivitas Permainan ORFF Percussion Terhadap Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia Taman Kanak-kanak merupakan usia keemasan atau Golden Age di mana pada masa ini anak-anak tumbuh dan berkembang dengan pesat. Selayaknya pada masa ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai tahap usianya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional secara bertahap yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam setiap kehidupan manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan. Dalam pendidikan diajarkan berbagai ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya

Lebih terperinci

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK Emiliya Damayanti 1, Sunardi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Email: rvien@ymail.com Abstract. This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berlangsung di tempat-tempat kursus, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berlangsung di tempat-tempat kursus, masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berlangsung di sekolah disebut pendidikan formal, pendidikan yang berlangsung di tempat-tempat kursus, masyarakat dikatakan pendidikan nonformal,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah aset yang sangat berharga, tidak hanya bagi orang tua, keluarga, masyarakatnya tetapi juga bagi keberlangsungan sebuah peradaban, sehingga anak juga disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak - anak adalah aset bangsa. Pada fase pertumbuhan dan perkembangannya anak memerlukan dukungan yang bersifat jasmani dan rohani untuk stimulasi potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN Ali Mohtarom 187 PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN Oleh: Ali Mohtarom Universitas Yudharta Pasuruan Abstrak: Manusia dibekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap anak selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Negara Indonesia telah mengupayakan berbagai inovasi pendidikan, dari perubahan kurikulum, kegiatan pelatihan peningkatan profesionalisme

PENDAHULUAN Negara Indonesia telah mengupayakan berbagai inovasi pendidikan, dari perubahan kurikulum, kegiatan pelatihan peningkatan profesionalisme PENDAHULUAN Negara Indonesia telah mengupayakan berbagai inovasi pendidikan, dari perubahan kurikulum, kegiatan pelatihan peningkatan profesionalisme guru, Buku Sekolah Elektronik, dan sebagainya. Namun

Lebih terperinci

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh: Ni Putu Parmini Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Saraswati Tabanan Abstrak

Lebih terperinci