PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung)
|
|
- Hadi Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung) Persoalan penentuan awal bulan qamariyah, khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah, sebenarnya persoalan klasik, karena telah dibahas sejak zaman dahulu dalam kitab-kitab klasik. Akan tetapi selalu aktual untuk dibahas, karena setiap tahun ketika akan menetapkan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijhjah, kerap kali terjadi perbedaan di kalangan ummat Islam, khususnya di Indonesia. Seperti pada tahun lalu (1432 H), sebagian ummat berhari raya idul fitri pada hari Selasa, 30 Agustus 2011, sebagian lainnya pada hari Rabu, 31 Agustus Demikian pula terjadi perbedaan pada Hari Raya Idul Adha 1431/2010, Idul Fitri 1427/2006, 1428/2007. Bagaimana dengan awal Ramadhan tahun ini (1433 /2012 )? Apakah ummat Islam Indonesia akan serentak mengawali puasanya pada hari yang sama? Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis akan mencoba menganalisa data-data astronomis matahari dan bulan menjelang awal Ramadhan 1433 H., dengan landasan teori Kriteria Awal Bulan Qamariyah yang selama ini menjadi pedoman berbagai aliran/kelompok yang berkembang di masyarakat. Kalau dalam tulisan ini nanti mengutarakan adanya perbedaan-perbedaan pandangan dalam memulai ibadah puasa Ramadan 1433 H, tidaklah dimaksudkan untuk mengusik ketenangan pembaca (masyarakat). Akan tetapi sebaliknya, justru dengan mengemukakan perbedaan-perbedaan pandangan dan faktor-faktor penyebabnya di seputar penentuan awal bulan Qamariah, diharapkan dapat memberikan secercah pengetahuan agar pada saat ketika perbedaan itu benar-benar terjadi, masyarakat tidak kaget lagi dan tidak menjadikannya sebagai sumber konflik. Dalam fikiran yang jernih diharapkan dapat melihat pesoalan perbedaan tersebut secara obyektif tanpa merasa ada tekanan atau keterpaksaan untuk menerima atau menolaknya. Kriteria Awal Bulan Qamariyah Bulan qamariyah adalah perhitungan waktu (penanggalan) yang didasarkan pada waktu peredaran bulan mengelilingi bumi dan bersama-sama dengan bumi mengitari matahari, yang lamanya rat-rata 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik (selang waktu antara dua ijtima 1 ). 2 Oleh karena itu jumlah hari dalam satu bulan qamariyah dua macam, yaitu 29 hari dan 30 hari. 1 Ijtima disebut pula Iqtiraan, yaitu apabila Matahari dan Bulan berada pada bujur astronomis ( Dawairul Buruj) yang sama. Dalam Ilmu Astronomi dikenal dengan istilah Konjungsi (Conjunction ). 1
2 Adapun untuk menentukan mulainya bulan baru qamariah khususnya bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, secara garis besar ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa satu-satunya metode yang sah untuk menentukan mulainya bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah tersebut adalah rukyat 3, tidak ada cara lain selain itu. Pendapat kedua mengatakan bahwa metode untuk menentukan mulainya bulan-bulan qamariah termasuk bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah boleh dengan menggunakan Hisab (Hisab Astronomi 4 ). 5 Kemudian seiring dengan kemajuan IPTEK khususnya di bidang Astronomi, maka metode hisab ini mengalami perkembangan sehingga dikenal berbagai macam sistem perhitungan, seperti Hisab Urfi, Hisab Taqribi, Hisab Hakiki, Hisab Hakiki Tahkiki, Hisab Kontemporer / Modern. Kedua metode penentuan awal bulan qamariyah tersebut sering dipertentangkan manakala terjadi perbedaan dalam menetapkan awal dan akhir bulan Ramadhan. Padahal penyebab pokok terjadinya perbedaan tersebut bukan semata-mata disebabkan kedua metode tersebut, tetapi lebih disebabkan beragamnya pendapat tentang kriteria masuknya bulan baru qamariyah. Bahkan Thomas Djamaluddin ( Profesor Riset Astronomi- Astrofisika-LAPAN dan Anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI ), menegaskan bahwa perbedaan penetapan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha di Indonesia kini sudah semakin jelas bukan disebabkan oleh perbedaan metode hisab dan rukyat, tetapi oleh perbedaan kriteria awal bulan. 6 Dalam kaitan ini ada beberapa kriteria awal bulan qamariyah yang berkembang di Indonesia, antara lain: 1. Kriteria Rukyatul Hilal : terlihatnya hilal ( bukan mungkin terlihat ) pada saat terbenam Matahari tanggal 29 bulan qamariyah. Kalau tidak terlihat, maka jalan keluarnya adalah mengambil maksimum umur bulan 30 hari dan setelah itu mulailah tanggal 1 bulan baru Kriteria Ijtima Qablal Gurub: kriteria ini memperhitungkan kapan terjadinya ijtima (conjunction). Jika ijtima terjadi sebelum matahari terbenam, maka malam hari dan keesokan harinya dapat ditetapkan sebagai tanggal 1 bulan baru. Akan tetapi jika ijtima terjadi setelah matahari terbenam, maka senja itu dan keesokan harinya ditetapkan sebagai hari terakhir dari bulan yang sedang berlangsung Kriteria Hisab Wujudul Hilal, kriteria ini menganggap hilal sudah wujud bila matahari terbenam (sun set) lebih dahulu daripada bulan terbenam (moon set) pada akhir bulan Qamariyah tanpa ada batasan minimal ketinggian hilal. Jika hilal sudah wujud sekalipun sejarak 1 menit atau kurang, maka senja dan keesokan harinya sudah dimulai bulan baru. Akan tetapi bila bulan terbenam lebih dahulu daripada 2 Muhammad (Penulis), Problematika Ijtima Sebagai Pedoman dalam Penentuan Awal Bulan Qamariyah (Suatu Tinjauan Yuridis dan Astronomis), Skripsi S1 Fak. Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,1989, hal Rukyat atau disebut juga dengan istilah rukyat bil fi li, adalah suatu kegiatan melihat hilal ( bulan sabit) secara langsung pada saat terbenam Matahari tanggal 29 dari bulan yang sedang berlangsung. 4 Hisab Astronomi adalah sistem penentuan awal bulan qamariyah dengan perhitungan yang didasarkan kepada peredaran hakiki bulan dan bumi mengitari matahari. 5 Tim Penyusuan, Almanak Hisab dan Rukyat, Jakarta : Direktorat Jenderal Badan peradilan Agama Mahkamah Agung RI, 2007, hal Thomas Djamaluddin, Analisis Visibilitas Hilal Untuk Usulan Kriteria Tunggal Di Indonesia, < hal.1, diakses: 8 Juli Oman Fathurohman SW, Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah (makalah), Jakarta, 2008,hal Muhammad Wardan Diponingrat, Hisab Urfi dan Hakiki, Jokjakarta: Siaran,1957, hal
3 matahari, berarti hilal belum wujud (negatif berada di bawah ufuk) maka senja itu dan keesokan harinya ditetapkan sebagai hari terakhir dari bulan yang sedang berlangsung Kriteria Imkanurru yat, kriteria ini memperhitungkan ketinggian hilal pada saat terbenam matahari setelah terjadinya ijtima. Jika hilal menurut hisab sudah mencapai pada ketinggian yang memungkinkan dapat dilihat, maka malam itu dan keesokan harinya dapat ditetapkan sebagai tanggal 1 bulan baru. Akan tetapi jika belum mencapai pada ketinggian yang memungkinkan dapat dilihat, maka senja itu dan keesokan harinya ditetapkan sebagai hari terakhir dari bulan yang sedang berlangsung. 10 Para ahli hisab yang mendukung kriteria ini masih berbeda pendapat dalam menetapkan kriterium hilal yang mungkin dapat dilihat itu. Konferensi internasional tentang penentuan awal bulan qamariah yang diadakan di Turki pada tahun 1978 menetapkan bahwa untuk dapat terlihatnya hilal ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu ketinggian hilal di atas ufuk tidak kurang dari 05 dan sudut pandang antara hilal dan Matahari 07 sampai Sedangkan kriteria Departemen Agama RI (sekarang Kementerian Agama RI ) yang diterima sebagai kriteria bersama dalam forum MABIMS yang mencakup negara: Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura adalah: ketika Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas ufuk tidak kurang dari 2, dan jarak lengkung Bulan-Matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 3, atau ketika Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam selepas konjungsi/ijtimak berlaku. 12 Data Astronomis Posisi Hilal dan Matahari Hasil perhitungan dari berbagai sistem yang berkembang di Indonesia, diketahui bahwa konjungsi (ijtima ) antara Bulan dan Matahari menjelang bulan Ramadan 1433 H terjadi pada hari Kamis, 19 Juli 2012 M. bertepatan dengan tanggal 29 Sya ban 1433 H sekitar pukul 11:24 WIB/12.24 WITA/13.24 WIT. Matahari terbenan pukul: 17:53 WIB, sedang Hilal terbenam pukul : WIB. Pada saat Matahari terbenam hari itu ketinggian mar i (lihat ) hilal di seluruh wilayah Indonesia berkisar antara -0 51' 37,17" s.d. 0 31,95', dengan jarak sudut matahari dan hilal sekitar 4 s.d. 5, dan umur bulan kurang dari 8 jam. 13 Dari data-data di atas dapat diketahui, bahwa saat matahari terbenam pada hari terjadinya Ijtima, di sebagian wilayah Indonesia, hilal telah berada di atas ufuk mar i dengan ketinggilan kurang dari 2º, dan pada saat itu matahari terbenam lebih dahulu dari pada hilal sekitar 9 menit ( hilal berada di atas ufuk selama sekitar 9 menit setelah matahari terbenam ). 9 Ibid. 10 Wahyu Widyana, Kriteria Imkanurrukyat Menurut Kerjasama Negara-Negara MABIMS, dalam Jurnal Hisab Rukyat, Jakarta: Departemen Agama, 1999/2000, hal Tim Penyusuan, op.cit., hal Tim Penyusun, Himpunan Hasil Musyawarah Jawatan Kuasa Penyelarasan Rukyat Taqwim Islam Negara Burunai Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS Ke-1 Sampai Ke-10, Jakarta: Departemen Agama RI, 2001, hal Surat Dirjen Badilag, No: 325 /DJA.4/OT.01.3/VII/2012, tanggal 9 Juli 2012, prihal Itsbat rukyat hilal awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah 1433 H, hal.2, < diakses: 10 Juli Khusus data waktu terbenan matahari dan hilal di atas dihitung dengan Program Mawaqit 2001 Version
4 Untuk mengetahui kawasan mana saja di Bumi ini khususnya wilayah Indonesia, yang kemungkinan hilal dapat terlihat pada hari terjadinya Ijtimak (19/07/2012) selepas Matahari terbenam, dapat ditunjukkan pada gambar Peta Visibilitas Hilal di bawah ini. Peta Visibilitas Hilal ini dibuat dengan menggunakan software Accurate Times , yang dibuat oleh Mohammad Odeh, Astronom Islam dan Kepala Proyek Pengamatan Hilal Global yang dikenal sebagai Islamic Crescent Observation Project (ICOP) berpusat di Yordania, berdasar pada sekitar 700 lebih data observasi hilal yang dianggap valid. 14 Peta Visibilitas( kenampakan) Hilal- Ramadhan 1433 H Kamis, 19 Juli 2012 Keterangan : 1. Pada daerah yang berada di bawah arsiran merah, tidak mungkin (imposible) dapat melihat hilal, sebab pada saat itu Hilal terbenam lebih dulu sebelum Matahari terbenam sehingga posisi hilal masih berada di bawah ufuk (horizon). 2. Daerah yang berada pada area putih (tidak berarsiran), sulit untuk berhasil melihat hilal sekalipun dengan alat bantu optik (binokuler/teropong), sebab meskipun di daerah itu kedudukan hilal sudah di atas ufuk tetapi masih sangat rendah. 3. Daerah yang berada pada area di bawah arsiran biru muda, hilal baru mungkin dapat dilihat jika menggunakan alat bantu optik (binokuler/teropong). 4. Daerah yang berada pada area di bawah arsiran ungu, hanya dapat menyaksikan hilal menggunakan alat bantu optik sedangkan untuk melihat langsung dengan mata diperlukan kondisi cuaca yang sangat cerah dan ketelitian pengamatan. 5. Daerah yang berada pada area di bawah arsiran hijau, hilal dengan mudah dapat disaksikan baik menggunakan mata telanjang apalagi menggunakan peralatan optik. Prediksi awal Ramadhan 1433 Jika hasil perhitungan posisi hilal dan perkiraan kenampakan hilal pada Peta Visibilitas tersebut dikonfirmasi dengan kriteria awal bulan sebagaimana diuraikan di atas, maka akan dapat diprediksi awal bulan Ramadhan 1433 H menurut berbagai kriteria di atas: 14 software Accurate Times Times dapat didownload pad situs Islamic Crescents' Observation Project (ICOP), Diakses: 05/07/
5 1. Menurut Kriteria Rukyatul Hilal Jika kita mengacu pada teori visibilitas hilal sebagaimana diaplikasikan pada peta visibilitas di atas, maka terlihat pada peta di atas bahwa seluruh wilayah Indonesia berada pada area putih (tidak berarsiran), yaitu wilayah yang sulit untuk berhasil melihat hilal pada hari rukyat (Kamis,19/07/2012) sore setelah Matahari terbenam, muskipun dengan alat bantu optik (binokuler/teropong). Oleh karena itu menurut kriteria ini awal Ramadhan 1433 H. akan jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli Sebagian ormas Islam yang menggunakan metode rukyat, seperti ormas NU, meskipun tetap akan melakukan rukyatul hilal pada Kamis sore, 19 Juli 2012, telah memperkirakan hilal hampir pasti tidak akan terlihat pada hari rukyat nanti, sehingga umur bulan Sya ban akan digenapkan menjadi 30 hari ( Istikmal ), dan 1 Ramadhan 1433 H. ditetapkan jatuh pada Sabtu, 21 Juli Koordinator Pendidikan dan Pelatihan Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Izzuddin, dalam wawancaranya dengan Tempo on line pada 3 Juli 2012, antara lain menyatakan, bahw NU menggunakan metode rukyatul hilal dan pada 29 Sya'ban nanti diperkirakan posisi hilal (bulan) masih di bawah 2 derajat sehingga sulit dilakukan rukyat atau dilihat dengan mata telanjang, sehingga ormas NU kemungkinan besar akan menetapkan awal Ramadan jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli Dengan demikian dapat diprediksi, bahwa kelompok yang menggunakan kriteria rukyatul hilal kemungkinan besar akan menetapkan 1 Ramadan 1433 H jatuh pada Sabtu, 21 Juli 2012, tentu saja setelah mereka melakukan rukyat. 2. Menurut Kriteria Ijtima Qablal Gurub Sesuai dengan hasil perhitungan di atas, bahwa Ijtima terjadi pada Kamis, 19 Juli 2012 M. / 29 Sya ban 1433 H sekitar pukul 11:24 WIB, sedang Matahari terbenan pukul: 17:53 WIB. Dengan kata lain Ijtima terjadi sebelum matahari terbenam (qablal gurub), sehingg kriteria masuknya awal bulan telah terpenuhi. Dengan demikian dapat diprediksi bahkan hampir dapat dipastikan, bahwa bagi kelompok yang berpedoman pada kriteria ijtima qablal gurub, akan menetapkan 1 Ramadan 1433 H jatuh pada hari Jum at, 20 Juli 2012, tanpa perlu menunggu hasil rukyat. 3. Menurut Kriteria Hisab Wujudul Hilal Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa pada hari terjadinya Ijtima hari Kamis,19 Juli 2012 M/29 Say ban 1433 H, matahari terbenam (sun set) pada pukul 17:53 WIB, sedang bulan/hilal terbenam pukul : WIB. Disamping itu menurut peta visibilitas hilan di atas, bahwa di seluruh wilayah Indonesia posisi hilal sudah berda di atas ufuk saat terbenam matahari pada hari terjadinya Ijtima. Dengan kata lain, matahari lebih dahulu terbenam sebelum bulan terbenam, dan posisi hilal sudah di atas ufuk. Dengan demikian kriteria wujul hilal telah terpenuhi. Atas dasar itu dapat diprediksi, bahwa sebagian ummat Islam (ormas Islam) khususnya yang berpedoman kepada kriteria hisab wujul hilal akan menetapkan 1 15 < diakses:09/07/
6 Ramadan 1433 H jatuh pada hari Jum at, 20 Juli 2012, tanpa perlu menunggu hasil pelaksanaan rukyat karena mereka memang tidak akan melakukan rukyat. Salah satu Ormas Islam yang berpedoman pada kriteria hisab wujul hilal adalah Muhammadiyah. Oleh karenanya jauh-jauh hari sebelumnya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengeluarkan Maklumat penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah 1433 H., yang antara laian menyatakan: Tinggi Bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta adalah +01º (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam Matahari tersebut Bulan berada di atas ufuk. Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan bahwa Tanggal 1 Ramadhan 1433 H jatuh pada hari Jum at Kliwon 20 Juli 2012 M Menurut Kriteria Imkân Al-Ru yah Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa pada hari terjadinya Ijtima hari Kamis,19 Juli 2012 M/29 Say ban 1433 H, ketinggian mar i (lihat ) hilal di seluruh wilayah Indonesia berkisar antara -0 51' 37,17" s.d. 0 31,95'', dengan jarak sudut matahari dan hilal sekitar 4 s.d. 5, dan umur bulan kurang dari 8 jam. Jika posisi hilal dan matahari sebagaimana tersebut di atas dikonfirmasi dengan Kriteria Imkanurrukyat Versi MABIMS yang juga dijadikan pedoman oleh Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama, maka jelas tidak memenuhi kriteria, karena ketinggian hilal kurang dari 2º dan umur bulan kurang dari 8 jam. Oleh karena itu dalam Surat Dirjen Badan Peradilan Agama tanggal 9 Juli 2012 perihal Itsbat Rukyatul Hilal Awal Ramadan yang ditujukan kepada seluruh Ketua PTA dan PA, menegaskan antara lain bahwa berdasarkan kriteria Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama, ketinggian hilal tersebut tidak memenuhi kriteria tinggi hilal dan umur bulan. Namun pelaksanaan ibadah ( 1 Ramadan 1433 H ) menunggu hasil sidang itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama. 17 Sebagaimana diketahui bahwa Pemerintah RI dalam menyusun kalender Taqwim Standard Indonesia yang digunakan dalam penentuan hari libur nasional secara resmi berpedoman kepada kriteria imkanurrukyat versi MABIMS. Dengan kriteria ini pula sidang itsbat hilal itu mengambil keputusan. Oleh karena itu Keputusan Sidang Itsbat nanti sudah bisa diprediksi, yaitu 1 Ramadan 1433 H jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli Dari keseluruhan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa dalam penetapan tanggal 1 Ramadhan 1433 H kemungkinan besar akan teradi perbedaan di kalangan ummat Islam Indonesia. Sebagian akan menetapkan 1 Ramadhan 1433 H jatuh pada hari Jumat, 20 Juli 2012 M dan sebagian lainnya akan menetapkan 1 Ramadhan 1433 H jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli 2012 M. Perbedaan tersebut terjadi karena sampai saat ini belum ada kesepakatan ummat Islam tentang kriteria awal bulan qamariyah, khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah. 16 Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 01/MLM/I.0/E/2012 Tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawwal, Dan Dzulhijjah 1433 Hijriyah Serta Himbauan Menyambut Ramadhan 1433 Hijriyah, tanggal 15 Juni 2012 M, hal.1. < diakses:02/07/ Surat Dirjen Badilag,No : 325 /DJA.4/OT.01.3/VII/2012,tanggal 9 Juli 2012, tentang Itsbat rukyat hilal awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah 1433 H, hal.2, < diakses: 10 Juli
7 Sebenarnya Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penentuan Awal Ramadlan, Syawal dan Dzulhijjah, yang antara lain menyatakan: Seluruh umat Islam di Indonesia wajib mentaati ketetapan Pemerintah RI tentang Penetapan Awal Ramadlan, Syawal dan Dzulhijjah". Jika Fatwa MUI ini benar-benar dipatuhi (seharusnya memang harus dipatuhi) maka Insya Allah ummat Islam akan kompak dan serentak pada hari yang sama akan memulai dan mengakhiri ibadah puasa Ramadhan yang penuh rahmat dan barokah itu. Jika dalam kenyataannya nanti, perbedaan dalam mengawali ibadah Ramadhan itu benar-benar terjadi, maka sangat diharapkan masing-masing kelompok yang berbeda saling memahami, menghargai, dan menghormati adanya perbedaan itu, demi keutuhan, kemaslahatan, ukhuwah, dan toleransi sesuai dengan keyakinan masing-masing. Wallahu A lamu bi Al-Shawaab. Semarapura, Klungkung, 22 Sya ban 1433 H. 12 Juli 2012 M. 7
Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global
Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global T. Djamaluddin Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI http://tdjamaluddin.wordpress.com/
Lebih terperinciBAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH
BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH 1. Analisis Komparasi Metode Penentuan Awal Ramadan, Syawal
Lebih terperinciKapan Idul Adha 1436 H?
Kapan Idul Adha 1436 H? Hari Raya Idul Adha 1436 H diprediksi akan kembali berbeda setelah Ramadhan 1436 H dan Syawwal 1436 H bisa serempak dirayakan ummat Islam di Indonesia. Penyebabnya karena posisi
Lebih terperinciAbdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011
Lebih terperinciIMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)
IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin Peneliti Utama Astronomi dan Astrofisika, LAPAN Bandung Alhamdulillah,
Lebih terperinciImkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)
Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin LAPAN Bandung t_djamal@bdg.lapan.go.id, t_djamal@hotmail.com http://t-djamaluddin.spaces.live.com/
Lebih terperinciAwal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H
Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H Kalendar Taqwim Standard merupakan rujukan resmi pemerintah Republik Indonesia dan sekaligus kalendar rujukan bagi umat Islam Indonesia. Walaupun dalam kalendar tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polemik yang terjadi di Indonesia seputar masalah penetuan awal puasa dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam
82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu astronomi di Indonesia sudah terasa manfaatnya. Objek kajian yang diamatinya pun semakin berkembang, tidak hanya terbatas pada Matahari,
Lebih terperinciTugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)
Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) NAMA : AYUB SIREGAR INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PANGKAT/GOL : PENATA MUDA TK.I / III.B Contoh Artikel/Makalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penentuan waktu merupakan hal yang sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Suatu peradaban dikatakan maju apabila peradaban tersebut memiliki penanggalan
Lebih terperinciUnifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari
Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta siknanazmi@yahoo.com/susiknanazhari69@gmail.com +6285868606911/www.museumastronomi.com 1 Peristiwa Syawal 1428 Idul
Lebih terperinciAbdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL
IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL Revisi Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hisab Rukyah Kontemporer Dosen Pengampu : Dr. Rupi i, M. Ag Oleh: RIZA AFRIAN MUSTAQIM N I M : 1 6
Lebih terperinciPENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M)
PENJELSN TENTNG HSIL HIS ULN RMDN, SYWL, DN ZULHIJH 1436 H (2015 M) Data dan kesimpulan sebagaimana dimuat dalam Hasil Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang merupakan lampiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya perbedaan kriteria dalam menentukan awal bulan Hijriyah ditengarai menjadi penyebab umat Islam Indonesia dalam beberapa kesempatan tidak serentak dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena itu para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang. berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penetapan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah mendapat perhatian khusus dari masyarakat Islam, sejak masa Rasulullah SAW hingga kini, karena keterkaitannya dengan ibadah
Lebih terperinciKONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH
KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH Di antara konsep-konsep dan kriteria hisab yang sudah berkembang, Muhammadiyah menggunakan konsep dan kriteria Hisab Hakiki Wujudul-Hilal. Hisab
Lebih terperinciModul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH
Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH Oleh : MUTOHA ARKANUDDIN ============================================================ HISAB AWAL BULAN HIJRIYAH Oleh : Mutoha Arkannuddin *) Sistem Kalender
Lebih terperinciRukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam
Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam Sabtu, 03-05-2014 Yogyakarta- Berhasilnya rukyat yang dilakukan Ilmuan Perancis Thierry Legault dengan menangkap hilal pada sudut elongasi
Lebih terperinciALMANAK KALENDER TAHUN 2017 LEMBAGA FALAKIYAH PWNU JAWA TIMUR
ALMANAK KALENDER TAHUN 2017 PWNU Keterangan Hisab : - Perhitungan kalender hijriyah qamariyah berdasarkan metode Al-Durru Al-Aniqu dengan markas Condrodipo, Gresik : 112 37' 3.5 BT dan 7 10' 11,1 LS. Tinggi:
Lebih terperinciHisab dan rukyat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklop...
1 of 6 10/10/12 08:16 Hisab dan rukyat Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya
Lebih terperinciLEBARAN KAPAN PAK?? Oleh : Mutoha Arkanuddin Koord. Rukyatul Hilal Indonesia (RHI)
LEBARAN KAPAN PAK?? Pertanyaan ini menjadi semakin ngetrend menjelang akhir Ramadhan ini. Hampir setiap hari saya dihujani pertanyaan seperti itu yang menurut saya jawabannya cukup mudah (1 Syawwal) tapi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH
BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Latar Belakang Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat Sejak sebelum
Lebih terperinciPenentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H
Prolog Setiap menjelang Ramadhan & Syawal biasanya umat Islam disibukkan dengan persoalan hisab & rukyat berkaitan penentuan awal bulan yang telah lama menjadi perbincangan di negri ini. Perbedaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan Qamariyah kerap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan Qamariyah kerap terjadi antar organisasi keagamaan. Persoalan ini merupakan persoalan yang sudah menjurus ke
Lebih terperinciPERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL
1 Anda berada di: Home > Puasa > Perbedaan Idul Fitri: Hisab, Ru yah Lokal, dan Ru yah Global http://www.cantiknya-ilmu.co.cc/2010/07/perbedaan-idul-fitri-hisab-ruyahlokal.html 10-12-2010 20.45 PERBEDAAN
Lebih terperinciKAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN)
KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN) Oleh: Indri Yanti 1 dan Rinto Anugraha NQZ 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Wiralodra,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA A. Analisis Pemikiran Susiknan Azhari tentang Unifikasi Kalender
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA'
PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' (Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla' Wilayatul Hukmi) T. Djamaluddin Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN-Bandung
Lebih terperinciPENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH DAN PERMASALAHANNYA DI INDONESIA. Wahyu Widiana Mahkamah Agung RI Absrak
Jurnal Al- Ulum Volume. 10, Nomor 2, Desember 2010 Hal.253-266 PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH DAN PERMASALAHANNYA DI INDONESIA Wahyu Widiana Mahkamah Agung RI (wahyuwidiana@yahoo.co.id) Absrak Tulisan
Lebih terperinciHilal Ramadhan Monday, 25 July 2011
Hilal Ramadhan Monday, 25 July 2011 Hilal Ramadhan Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/14/32814/teknologi/hilal_ramadhan.html KONSEKUENSI ISTIKMAL RAJAB 1432H Laporan dari daerah-daerah menyatakan
Lebih terperinciPENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H
PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H PENGAJIAN RAMADAN 1432 H PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA, 5-7 RAMADAN 1432 H/ 5-7 AGUSTUS 2011 M Oleh: OMAN FATHUROHMAN SW. KONSEP AWAL BULAN
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' (Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla' Wilayatul Hukmi) 1
PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' (Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla' Wilayatul Hukmi) 1 T. Djamaluddin 2 1. Pendahuluan Perbedaan pendapat tentang hisab
Lebih terperinciOleh PENGAJIAN RAMADAN 9 RAMADAN 1433 H/28 JULI 2012 M PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH. Oman Fathurohman SW
METODE DAN KRITERIA AWAL BULAN KAMARIAH Oleh Oman Fathurohman SW. PENGAJIAN RAMADAN 9 RAMADAN 1433 H/28 JULI 2012 M PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Oman Fathurohman SW 0 PENYEBAB PERBEDAAN AWAL BULAN KAMARIAH
Lebih terperinciBAB III PANTAI NAMBANGAN SURABAYA. A. Sejarah Pelaksanaan Rukyat di Nambangan. yang sepi, masih berupa pantai dan kebun-kebun di daratannya.
BAB III PANTAI NAMBANGAN SURABAYA A. Sejarah Pelaksanaan Rukyat di Nambangan Pantai Nambangan Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang sepi, masih berupa pantai dan kebun-kebun di daratannya. Awal
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi
BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa yang
Lebih terperinciPerbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah
Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Puasa merupakan rukun islam yang ke-tiga, di dalam islam puasa berarti menahan diri dari
Lebih terperinciBAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI
BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI A. Respons Ulama Kudus Terhadap Upaya Unifikasi Kalender Hijriah di Indonesia
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciKilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia. Moh Iqbal Tawakal
Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia oh Iqbal Tawakal PG Pelaksana Lanjutan Balai Besar eteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tangerang Pendahuluan Penentuan awal bulan
Lebih terperinciHisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah
I Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah Diskusi soal penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah seringkali
Lebih terperinciHISAB RUKYAT DALAM ASTRONOMI MODERN. T. Djamaluddin 1
HISAB RUKYAT DALAM ASTRONOMI MODERN T. Djamaluddin 1 Pendahuluan Hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan) secara umum adalah bagian tak terpisahkan dari astronomi modern. Hisab yang formulasinya
Lebih terperinciINFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H
INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan atau makna yang tersirat di dalam suatu nash. Mulai dari ibadah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Islam, pelaksanaan ibadah-ibadah yang disyariatkan telah diatur sedemikian detailnya, hanya dibutuhkan pemahaman dalam mencari kandungan atau makna
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS 1. Analisis Metode Perhitungan Irtifa al-hilal Perspektif Sistem Almanak Nautika Irtifâ al-hilâl, sesuai
Lebih terperinciIMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH
IMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH Arino Bemi Sado Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram Email: ari_bemi@yahoo.co.id Abstract: There has been a dispute among Indonesian
Lebih terperinciKaedah imaging untuk cerapan Hilal berasaskan Charge Couple Device (CCD) Hj Julaihi Hj Lamat,
Kaedah imaging untuk cerapan Hilal berasaskan Charge Couple Device (CCD) Hj Julaihi Hj Lamat, Brunei Institution of Geomatics (B.I.G), Brunei Darussalam Email: julaihi.lamat@gmail.com Kita maklum, penentuan
Lebih terperinciBAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI
BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI A. Biografi Susiknan Azhari Susiknan Azhari lahir di Blimbing Lamongan pada tanggal 11 Juni 1968 M/15 Rabi ul Awal 1388 H. Ia adalah
Lebih terperinciKelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT
Kelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT Pertanyaan dari: Seorang mahasiswa S2 Ilmu Falak IAIN Walisanga, Semarang, tidak ada nama, disampaikan lewat pesan pendek (sms) (disidangkan pada
Lebih terperinciIdul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi?
Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi? Oleh: Rafdian Rasyid (*) Kita sudah berlebaran pada hari yang berbeda pada tahun 2006. Tahun ini, akankah itu terjadi lagi? Saya menduga Idul Fitri tahun 2007
Lebih terperinciMAKALAH ASTRONOMI KALENDER BULAN. Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd.
MAKALAH ASTRONOMI KALENDER BULAN Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd. Disusun oleh: Mugi Rahayu 4001411007 Anies Rahmayati 4001411033 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti menyimpulkan bahwa : 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan terlihatnya hilal atau
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI
IMPLEMENTASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH (PERSPEKTIF NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH) Oleh : Nugroho Eko Atmanto Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Jl. Untung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unifikasi kalender hijriah merupakan sebuah upaya menyatukan kalender baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan kamariah. Kalender
Lebih terperinciBAB II TEORI VISIBILITAS HILAL
BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL A. Definisi Visibilitas Hilal Hisab Imkan Rukyah secara harfiah hisab imkan rukyah berarti perhitungan kemungkinan hilal terlihat. Dalam bahasa inggris biasa diistilahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan, Syawal, ataupun Zulhijah, akhir-akhir ini sering meruncing perbedannya yang berakibat sering berbedanya
Lebih terperinciMENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM. Syamsul Anwar
MENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM Syamsul Anwar Tentu merupakan suatu keprihatinan bahwa umat Islam sampai saat ini belum dapat menyatukan sistem penanggalannya sehingga selebrasi momenmomen keagamaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL
BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJUdul Hilal dan Imka>n Rukyah Perbedaan dalam hisab rukyah serta implikasinya telah banyak menyita pikiran
Lebih terperinciANALISIS PEMIKIRAN KRITERIA IMKAN AR-RUKYAH. MOHD. ZAMBRI ZAINUDDIN dan APLIKASI di INDONESIA
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN KRITERIA IMKAN AR-RUKYAH MOHD. ZAMBRI ZAINUDDIN dan APLIKASI di INDONESIA A. Analisis Kriteria imkan ar-rukyah Mohd. Zambri Zainuddin Teori dan Tinjauan Astronomi Imkan ar-rukyah
Lebih terperinciPENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG
PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG QOMARIAH MONTHS EARLIER DEFINITION IN INDONESIA UNDER THE SUPERVISION OF DATA HILAL BMKG Rukman Nugraha Pusat Seismologi
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan
Lebih terperinciKriteria Imkan Rukyat Kesepakatan Perlu Diubah Disesuaikan dengan Kriteria Astronomis. Posted on 24 Mei 2012 by tdjamaluddin.
1 of 8 10/10/12 08:28 ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** =========================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Kriteria Imkan Rukyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penetapan awal bulan kamariah, terdapat beberapa metode yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penetapan awal bulan kamariah, terdapat beberapa metode yang menjadi dasar dalam penentuannya, antara lain yaitu dengan menggunakan metode hisab dan metode rukyat.
Lebih terperinciBAB II TEORI-TEORI TENTANG KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. Secara etimologis kata Rukyat berasal dari Bahasa Arab yaitu
BAB II TEORI-TEORI TENTANG KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Pengertian Rukyat Al-Hilal Secara etimologis kata Rukyat berasal dari Bahasa Arab yaitu ء راىى artinya melihat 1 رؤ أو ا) dalam al-munjid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kelangsungan kegiatan peribadatan umat islam. Ketepatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Qamariah sangat erat sekali kaitannya dengan kelangsungan kegiatan peribadatan umat islam. Ketepatan dan keakuratan ibadah-ibadah tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DARI PENGARUH ORMAS-ORMAS ISLAM SEPERTI NU 1, MUHAMADIYAH 2, PERSIS,
BAB I PENDAHULUAN. DARI PENGARUH ORMAS-ORMAS ISLAM SEPERTI NU 1, MUHAMADIYAH 2, PERSIS, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan kamariah dalam skala nasional tidak terlepas dari
Lebih terperinciInilah Hisab 1 syawal 1430 dan prediksi 1 Syawwal 1430 H diperbagai negara «MUSLI...
Page 1 of 11 Inilah Hisab 1 Syawal 1430 Dan Prediksi 1 Syawwal 1430 H Diperbagai Negara Posted on September 15, 2009. Filed under: berita Tags: 'idul fitri, 1 syawal, afrika, asean, bulan, dunia, eropa,
Lebih terperinciBAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH
BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH A. Pengertian Awal Bulan Qamariyah Penanggalan adalah sistem satuan satuan ukuran waktu yang digunakan untuk mencatat peristiwa peristiwa penting, baik mengenai kehidupan
Lebih terperinci1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009
Risalah Elektronik RHI Nomor 2 Volume I Tahun 13 H 1 ZULHIJJAH 13 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 29 I. PENDAHULUAN Sistem kalender yang digunakan Umat Islam, selanjutnya
Lebih terperinciBAB III PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT. A. Letak Geografis dan Sejarah Pantai Kartini Jepara
BAB III PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT A. Letak Geografis dan Sejarah Pantai Kartini Jepara Kabupaten Jepara terletak di pantura timur Jawa Tengah, di mana bagian barat dan utara dibatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun sering kali ditemukan perbedaan dalam penentuan awal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun sering kali ditemukan perbedaan dalam penentuan awal bulan kamariah. Terutama dalam bulan-bulan yang berkenaan dengan ibadah keagamaan seperti awal bulan
Lebih terperinciPenentuan Awal Bulan Qomariah
Penentuan Awal Bulan Qomariah Oleh : Drs. Chairul Zen S., Al-Falaky BILA ditanyakan peran astronomi yang langsung dirasakan masyarakat umum, dengan mudah kita jawab : penentuan waktu dan arah. Umur astronomi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian
Lebih terperinciHISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI
HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI Oleh: AHMAD BASORI I 000 090 004 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 2 PENGESAHAN
Lebih terperinciPolemik Ramadhan Ketinggian Hilal Harus 2 derajat?
Polemik Ramadhan Ketinggian Hilal Harus 2 derajat? Oleh Ustadz Alfian Pada tulisan sebelumnya, telah diterangkan bahwa secara syar ie penentuan awal bulan hijriyah (Ramadhan dan Iedul fitr utamanya) dilakukan
Lebih terperinciWawancara Merdeka.com: Metode hisab dan Rukyat Bisa Disatukan karena Ilmu Astronomi Bisa Tentukan Awal Bulan Sesuai Dalil Rukyat
1 of 11 10/10/12 08:26 ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** =========================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Wawancara Merdeka.com:
Lebih terperinciPERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar
PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar Kalender adalah sarana penataan waktu dan penandaan hari dalam guliran masa yang tiada henti. Kehadiran kalender merefleksikan daya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001
BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI 2001 A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat beragam dan
Lebih terperinciSeputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya
Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya KH Abdul Salam Nawawi Ilmu hisab (astronomi) tentang posisi bulan yang berkembang di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbenam terlebih dahulu dibandingkan Bulan. 2. ibadah. Pada awalnya penetapan awal bulan Kamariah ditentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalender Islam atau disebut kalender Hijriah merupakan kalender yang perhitungannya didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi. 1 Menurut Susiknan Azhari kalender
Lebih terperinciVariasi Lokal Dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia Pada
118 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY Variasi Lokal Dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia Pada 7 9 Muh. Ma rufin Sudibyo Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul
Lebih terperinciAKTUALISASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH (PERSPEKTIF NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH)
SINOPSIS AKTUALISASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH (PERSPEKTIF NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH) ACTUALIZATION OF MATLAK WILAYATUL ḤUKMI TO DETERMINE THE BEGINNING OF KAMARIAH
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciKRITERIA VISIBILITAS HILAL RUKYATUL HILAL INDONESIA (RHI) (KONSEP, KRITERIA, DAN IMPLEMENTASI)
KRITERIA VISIBILITAS HILAL RUKYATUL HILAL INDONESIA (RHI) (KONSEP, KRITERIA, DAN IMPLEMENTASI) Mutoha Arkanuddin & Muh. Ma rufin Sudibyo Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia
Lebih terperinciPEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN ITSBAT RUKYATUL HILAL
PEDOMAN TATACARA PELAKSANAAN ITSBAT RUKYATUL HILAL PENDAHULUAN 1. Hisab dan Rukyat adalah perpaduan perhitungan dan obsevasi hilal dan merupakan salah satu cara atau metode untuk penentuan awal bulan.
Lebih terperinciPengantar Memahami Astronomi Rukyat
Pengantar Memahami Astronomi Rukyat Mencari Solusi Keseragaman Waktu-waktu Ibadah oleh Dr.-Ing. H. Fahmi Amhar Astronom, Peneliti Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Pengajar Pasca Sarjana Universitas
Lebih terperinciBAB IV KONSEPSI PENYATUAN KALENDER HIJRIAH TERHADAP POLA SIKAP PP. MUHAMMADIYAH. A. Analisis Sikap PP. Muhammadiyah Terhadap Penyatuan Sistem
BAB IV KONSEPSI PENYATUAN KALENDER HIJRIAH TERHADAP POLA SIKAP PP. MUHAMMADIYAH A. Analisis Sikap PP. Muhammadiyah Terhadap Penyatuan Sistem Kalender Hijriah di Indonesia Penyatuan kalender hijriah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemeluknya untuk berfikir terbuka, dan menolak setiap aturan, norma, yang menyalahi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam merupakan agama yang diturunkan untuk membawa pemeluknya mencapai kejayaan, meraih keunggulan dibandingkan yang lainnya, mengajak pemeluknya untuk
Lebih terperinciASTRONOMI MEMBERI SOLUSI PENYATUAN UMMAT
ASTRONOMI MEMBERI SOLUSI PENYATUAN UMMAT Prof. Dr. Thomas Djamaluddin Profesor Riset Astronomi Astrofisika Deputi Sains, Pengkajian,dan Informasi Kedirgantaraan LAPAN LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu keunikan dalam peribadatan Islam yang mungkin saja berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam Islam itu sangat terkait dengan
Lebih terperinciBAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO. A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo
BAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo 1. Pantai Tanjung Kodok Pantai Tanjung Kodok terletak di Desa Paciran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Setiap penelitian pastilah berpijak pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu, sehingga penelitian ini pun dianggap perlu untuk mengemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi terkait dengan penetapan awal bulan dalam kalender hijriah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memahami dinamika ilmu falak tidak terbatas pada kajian teoritis arah kiblat, waktu salat, gerhana Bulan maupun gerhana Matahari akan tetapi terkait dengan penetapan
Lebih terperinciMENGHITUNG WAKTU IJTIMAK
Serial Hisab Falak Alternatif MENGHITUNG WAKTU IJTIMAK Oleh : Fikrizuhara Muzakkin.*) والقمرقدرنه منازل حتى عاد آالعرجون القد يم ) سي -39 ( Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO. A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat
BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat Pengamatan hilal untuk penentuan awal bulan kamariah di bukit Wonocolo dilakukan pertama kali
Lebih terperinci/16/dengan-menyamakan-kriteria-mereka-bisa-bersatu-kita-pun-semestinya-bisa/) ).
1 of 16 10/10/12 08:02 ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** =========================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Unifikasi Kalender Islam
Lebih terperinciJADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1433 H (2012 M)
JADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1433 H (2012 M) UNTUK KABUPATEN KEBUMEN PROPINSI JAWA TENGAH Disusun Oleh : Muh. Ma rufin Sudibyo Disampaikan Kepada yang Terhormat : Kepala Kementerian Agama Kantor Kabupaten
Lebih terperinci