BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Mata berair adalah salah satu dilema yang sering dihadapi dokter mata dan dokter
|
|
- Djaja Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mata berair adalah salah satu dilema yang sering dihadapi dokter mata dan dokter bedah okulofasial. Ketika pasien datang dengan keluhan air mata yang mengalir di pipi atau infeksi akut sakus lakrimalis, biasanya kita langsung dapat menegakkan diagnosis. Tetapi sering juga evaluasi dari mata berair dapat menjadi rumit dengan struktur yang tidak mudah divisualisasikan dan tes diagnostik yang sering sulit untuk menegakkan diagnosis. Pemulihan patensi sistem drainase air mata sering melibatkan intervensi (Stevenson et al., 2012). Pasien dengan penurunan drainase air mata sering datang ke dokter mata dengan keluhan mata berair. Keluhan ini dapat bilateral atau unilateral, intermiten atau konstan, terisolasi atau berhubungan dengan gejala okular lainnya. Mata berair dapat menyebabkan penglihatan kabur, kontraindikasi pada pemakaian lensa kontak, dan yang paling menjengkelkan adalah mengalirnya air mata dari pipi. Pasien mungkin juga mengeluhkan penumpukan mukopurulen di kantus medial (Stevenson et al., 2012). Penyebab obstruksi sistem drainase air mata dapatan (acquired lacrimal drainage system obstruction) bisa berupa primer maupun sekunder. Yang primer atau sering disebut Primary Acquired Nasolacrimal Duct Obstruction (PANDO) berasal dari peradangan yang tidak diketahui penyebabnya, biasanya akan menimbulkan fibrosis oklusi maupun stenosis involusional duktus nasolakrimalis pada orang lanjut usia. Insidensi dari PANDO biasanya rendah hanya sekitar 2-3%, sementara yang sekunder atau sering disebut Secondary Acquired Lacrimal Drainage Obstruction (SALDO) lebih sering ditemukan. Penyebab SALDO dibagi menjadi lima kategori: infeksi, inflamasi, neoplastik, trauma dan mekanis (Daniel, 2006; Fesharaki et al., 2006). 1
2 Istilah Primary Acquired Nasolacrimal Duct Obstruction (PANDO) telah dijelaskan oleh Linberg dan McCormik pada tahun 1986 sebagai inflamasi idiopatik dan fibrosis dari duktus nasolakrimal yang menyebabkan stenosis parsial atau obstruksi yang komplit, keadaaan ini lebih sering ditemukan pada usia tua. Pada pemeriksaan spesimen patologi yang didapatkan dari dacryocystorhinostomy pada kasus PANDO mengungkapkan tidak ada temuan patologi yang signifikan, tetapi ditemukan suatu proses inflamasi kronis (Ivaniševic et al.,2007). Etiologi PANDO sampai sekarang belum diketahui. Beberapa faktor predisposisi telah diusulkan termasuk merokok, fasial-sinonasal trauma, sejarah dacryocystitis dan diperkirakan tulang kanal nasolakrimal yang sempit (Shigeta et al., 2007). Penurunan drainase air mata dapat disebabkan oleh masalah pada setiap titik di sepanjang saluran drainase air mata: pungtum, kanalikuli, kanalikui komunis, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis dan katup Hasner. Dalam pengobatan mata berair, kita harus mengidentifikasi penyebabnya dengan tepat. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membedakan antara hiperlakrimasi (over produksi air mata) dan epiphora (penurunan aliran air mata) (Stevenson et al., 2012). Keluhan mata berair sering ditemukan pada pasien pasca fakoemulsifikasi, sekitar 35% pada kontrol minggu pertama dan 20% pada kontrol minggu kedua (Fesharaki et al., 2006). Penurunan drainase serta peningkatan sekresi dari air mata atau kombinasi kedua mekanisme tersebut ditengarai sebagai penyebab. Menurut Bartley proposed and etiologic classification system untuk Secondary Acquired Lacrimal Drainage Obstruction (SALDO), keluhan atau penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi (infectious) dan inflamasi (inflammatory) (Stevenson et al., 2012; Ivaniševic et al.,2007). Dalam pelaksanaan operasi katarak, dokter spesialis mata memasukkan spekulum antara kelopak mata atas dan bawah dari pasien, dengan lindungan anestesi lokal atau anestesi umum. Mata dan kelopak mata sangat lembut, oleh karena itu spekulum kelopak 2
3 mata harusnya ringan dan memiliki tepi yang tumpul agar tidak merusak. Secara garis besar spekulum kelopak mata dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, sesuai kegunaannya. Salah satunya adalah spekulum kawat, yang terdiri dari kawat fleksibel yang dapat menahan kelopak mata tetap terbuka, tapi kelemahan spekulum ini tidak dapat disetel sesuai individu. Yang lainnya adalah spekulum kaku, yang memiliki jangkauan pembuka yang dapat diatur dan dikunci oleh sekrup, spekulum jenis ini sangat berguna ketika berhadapan dengan berbagai kelopak mata. Spekulum dapat berupa reusable (digunakan kembali) atau berupa disposable (sekali penggunaan). Umumnya, sebuah spekulum kelopak mata terbuat dari logam seperti baja, karena plastik gampang patah dan merusak permukaan mata (Grounauer, 1991; Sunalp, 1995). Dalam praktek sehari-hari, kami melakukan teknik operasi fakoemulsifikasi menggunakan spekulum berkunci, ternyata dalam pengamatan kami banyak pasien mengeluh mata berair pasca operasi. Hal ini tentu sangat mengganggu tingkat kepuasan pasien terhadap tindakan operasi yang dilakukan. Kami menduga ada hubungan antara pemakaian jenis spekulum yang kami pakai dengan kejadian mata berair. Pemakaian spekulum berkunci kami tengarai menyebabkan inflamasi, perubahan laksitas, trauma operasi, serta penurunan kekuatan berkedip yang berujung pada kelemahan pompa lakrimal. Faktor-faktor ini akan menyebabkan gangguan drainase air mata akibat pemakaian spekulum berkunci. Dari penelitian yang ada sebelumnya, telah membuktikan adanya hubungan penurunan drainase air mata dengan operasi katarak. Namun belum ada yang meneliti perbedaan kejadian mata berair dengan jenis spekulum yang dipergunakan selama operasi. Oleh karena itu, kami merasa sangat perlu untuk meneliti kemungkinan keterkaitan jenis spekulum terhadap penurunan drainase air mata pasca fakoemulsifikasi. 3
4 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan proporsi penurunan drainase air mata pasca fakoemulsifikasi antara kelompok spekulum berkunci dan tidak berkunci. B. Pertanyaan Penelitian Dari latar belakang tersebut diatas, maka diajukan pertanyaaan penelitian; Apakah terdapat perbedaan proporsi penurunan drainase air mata pasca fakoemulsifikasi antara kelompok yang menggunakan spekulum berkunci dengan kelompok spekulum tidak berkunci? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan proporsi penurunan drainase air mata pasca fakoemulsifikasi antara kelompok yang menggunakan spekulum berkunci dengan spekulum tidak berkunci. D. Manfaat Penelitian Sebagai asupan kepada para ahli bedah katarak dalam rangka mengurangi angka kejadian penurunan drainase air mata pasca operasi katarak, serta menjadi acuan buat penelitian berikutnya. E. Keaslian Penelitian Fesharaki et al.(2006) menyatakan bahwa pasien tua mempunyai sistem drainase air mata yang rentan terhadap gangguan fungsional. Penelitian ini dilakukan di negara Iran dari bulan September sampai Desember 2004 untuk mengevaluasi efek penurunan drainase air mata dari operasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis. Penelitiannya menggunakan studi kohort pada 110 pasien dengan katarak senilis yang menjalani fakoemulsifikasi dan posterior chamber lens (PCL) pada satu mata dengan anestesi topikal. Kriteria inkusi yang digunakan adalah pasien dengan Dye Disappearance Test (DDT) dan taste test 5,5 menit pada kedua mata sebelum operasi. Tes fungsi drainase 4
5 air mata diulang pada satu minggu dan satu bulan setelah operasi. Penelitian ini mendapatkan penurunan drainase air mata sebesar 35% pada satu minggu pasca operasi dan 20% pada satu bulan pasca operasi operasi. Sampai saat ini belum ada laporan tentang hubungan pemakaian spekulum berkunci dan spekulum tidak berkunci terhadap penurunan drainase air mata, sehingga perlu kiranya untuk meneliti keterkaitan tersebut. 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tidak berpasangan dengan pendekatan cross sectional yang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan observasional analitik numerik (kategoriknumerik) tidak berpasangan dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan
Lebih terperinciGlaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?
Glaukoma Glaukoma dikenal sebagai "Pencuri Penglihatan" karena tidak ada gejala yang jelas pada tahap awal terjadinya penyakit ini. Penyakit ini mencuri penglihatan Anda secara diam-diam sebelum Anda menyadarinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, sehingga
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciGLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA
GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. 1 Terdapat
Lebih terperinciBAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri
BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran : menerapkan ilmu kedokteran
Lebih terperinciSAKIT PERUT PADA ANAK
SAKIT PERUT PADA ANAK Oleh dr Ruankha Bilommi Spesialis Bedah Anak Lebih dari 1/3 anak mengeluh sakit perut dan ini menyebabkan orang tua membawa ke dokter. Sakit perut pada anak bisa bersifat akut dan
Lebih terperinciBUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI
1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU
Lebih terperinciPendahuluan. Bab Pengertian
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering disebut
Lebih terperinciSOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.
SPO Tanggal Terbit 1 dari 7 Ditetapkan Oleh Direktur PENGERTIAN ANAMNENIS Dr. H. Zainoel Arifin, M. Kes Nip. 19591104 198511 1 001 Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai bulan Agustus 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata. atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata. Agar mata terasa nyaman dan penglihatan baik, sel-sel
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Tabel 4.1. Frekuensi Pasien dengan Hiperplasia Folikel Limfoid Diagnosis PA Hiperplasia Folikel
BAB 4 HASIL PENELITIAN Telaah mikroskopik dilakukan terhadap 50 kasus apendisitis kronik dan 50 kasus apendisitis akut dengan cara melihat ada tidaknya hiperplasia folikel limfoid pada kedua kategori tersebut
Lebih terperinciBAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi
BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Setiap rongga sinus ini
Lebih terperinciDua minggu setelah operasi Jangan menggosok mata Pakai kacamata gelap (sunglasses) Lindungi mata dari debu dan kotoran
PETUNJUK UMUM PASKA PROSEDUR LASIK / ilasik / LASEK / EPI-LASIK Setelah menjalani operasi LASIK/iLASIK/LASEK/EPI-LASIK, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Petunjuk-petunjuk di bawah ini hendaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Dimana sarana kesehatan pemerintah maupun swasta semakin
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyedia jasa pelayanan kesehatan dewasa ini mengalami persaingan yang semakin ketat. Seiring perkembangan ilmu kedokteran yang semakin pesat dan kebutuhan manusia akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indera penglihatan merupakan organ vital bagi manusia untuk memperoleh informasi dalam bentuk visual yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Lebih terperinciOSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi
OSTEOARTHRITIS GENU 1. Definisi Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang sendi berupa disintegritas dan perlunakan progesif, diikuti penambahan pertumbuhan
Lebih terperinciPengkajian Sistem Penglihatan. Maryunis, S.Kep, Ns., M.Kes.
Pengkajian Sistem Penglihatan Maryunis, S.Kep, Ns., M.Kes. Data Demografi Umur Umur klien merupakan factor penting dalam mengkaji proses visual dan struktur mata. Pada lansia, insiden beberapa kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi sebagai lapisan pelindung bola mata dan media refraksi
Lebih terperinciLASIK & ilasik (TM) Apakah LASIK itu?
Apakah LASIK itu? LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis) adalah suatu prosedur untuk mengubah bentuk lapisan kornea mata Anda dengan menggunakan sinar excimer laser untuk mengoreksi miopia (rabun
Lebih terperinciDEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus
PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema
Lebih terperinciEFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION ( TENS ) PULSE BURST DAN ARUS TRABERT DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK DI LUTUT PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun Oleh: WIWIK WIDIYASARI
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP dr.
Lebih terperinciPenemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU
Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi tangan dan jari dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam aktifitas kerja, vokasi, olahraga maupun kegiatan hobi dan rekreasi sangatlah penting.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri merupakan masalah yang paling sering menyebabkan pasien mencari perawatan ke rumah sakit. Nyeri tidak melakukan diskriminasi terhadap manusia, nyeri tidak membeda-bedakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinusitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih mukosa sinus paranasal. Sinusitis juga dapat disebut rinosinusitis, menurut hasil beberapa diskusi pakar yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah restrospektif analitik dengan melihat rekam medis pasien yang menjalani operasi katarak dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan
Lebih terperinciIII. RENCANA PERAWATAN
III. RENCANA PERAWATAN a. PENDAHULUAN Diagnosis ortodonsi dianggap lengkap bila daftar problem pasien diketahui dan antara problem patologi dan perkembangan dipisahkan. Tujuan rencana perawatan adalah
Lebih terperinciLaporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS
Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS Pembimbing: drg. Ernani Indrawati. Sp.Ort Disusun Oleh : Oktiyasari Puji Nurwati 206.12.10005 LABORATORIUM GIGI DAN MULUT RSUD KANJURUHAN KEPANJEN FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling efisien dan ekonomis untuk negara-negara berkembang seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Small Incision Cataract Surgery (SICS) merupakan teknik operasi katarak yang paling efisien dan ekonomis untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Insisi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat dalam berbagai kondisi patologis seperti
Lebih terperinciaureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus
Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah
Lebih terperinciEvidence-based Treatment Of Acute Infective Conjunctivitis Breaking the cycle of antibiotic prescribing
Evidence-based Treatment Of Acute Infective Conjunctivitis Breaking the cycle of antibiotic prescribing Oleh : Rizana Tsalats (09171113) Pembimbing : Dr. Hj. Arlina Yunita Marsida, Sp.M Konjungtivitis
Lebih terperinciInstabilitas Spinal dan Spondilolisthesis
Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kateterisasi urin merupakan salah satu tindakan memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin (Brockop dan
Lebih terperinciLASERASI PALPEBRA DAN KELENJAR LAKRIMAL. tempat kerja dapat menyebabkan laserasi kelopak mata. 1
LASERASI PALPEBRA DAN KELENJAR LAKRIMAL 1. LASERASI PALPEBRA Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat menyebabkan laserasi kelopak mata.bahkan benda tumpul yang tampaknya tidak berbahaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.
Lebih terperinciEMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :
Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak
Lebih terperinciCROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR
CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan. Kebanyakan lensa mata menjadi agak keruh setelah berusia lebih dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang untuk menghasilkan suatu gerakan, salah satunya adalah gerakan tangan.tangan adalah bagian
Lebih terperinciPROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011
PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 011 DESEMBER 011 1 Dwi Ananda Thayeb J.S.M Saerang Laya M. Rares 1Kandidat SKRIPSI Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia. Perkiraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beraktivitas, dan adanya kemungkinan terjadinya kecacatan karena proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteomielitis kronis telah menjadi masalah yang sulit bagi pasien dan dokter yang merawat. Seringnya angka kekambuhan menyebabkan pasien sering memerlukan perawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyposis) 2012 adalah inflamasi hidung dan sinus paranasal
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Mata.
23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Mata. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP dr. Kariadi,
Lebih terperinciDry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.
DRY SOCKET Definisi Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Setelah pencabutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu. penyakit peradangan idiopatik pada traktus
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu penyakit peradangan idiopatik pada traktus gastrointestinal yang umumnya menyerang daerah kolon dan rektal. Etiologi
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat acute maupun chronic ( Manurung, 2008). Bronchitis adalah suatu peradangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan dan jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan sebagai
Lebih terperinciserangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit sistemik, dan
Lebih terperinciKMN Klinik Mata Nusantara
Lensa kontak adalah lensa plastik tipis yang dipakai menempel pada kornea mata. Lensa kontak memiliki fungsi yang sama dengan kacamata, yaitu mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis kronis (RSK) adalah penyakit inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung lebih dari 12 minggu. Pengobatan RSK sering belum bisa optimal
Lebih terperinciLASERASI KANALIS LAKRIMALIS PADA LUKA ROBEK PALPEBRA DI RS. Dr. M. DJAMIL PADANG
LASERASI KANALIS LAKRIMALIS PADA LUKA ROBEK PALPEBRA DI RS. Dr. M. DJAMIL PADANG Hendriati ARTIKEL PENELITIAN Sub Bagian Rekonstruksi dan Okuloplastik Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Univeritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis
Bab 1 Pendahuluan A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis Berdasarkan durasi terjadinya nyeri, nyeri orofasial dapat dibedakan menjadi nyeri orofasial akut serta nyeri orofasial kronis. Nyeri orofasial akut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Massage adalah suatu cara penyembuhan yang menggunakan gerakan tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan memperbaiki sirkulasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator kesejahteraan rakyat pada suatu negara. Angka harapan hidup penduduk Indonesia naik dari 70,45
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lensa kontak adalah salah satu terapi refraksi yang lazim digunakan selain kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah struktur wajah dan
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang. menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari bahasa Yunani yakni katarraktes yang berarti air terjun karena pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri merupakan hak dasar setiap orang (Breivik, 2005). Menurut Kozier dan Erb (1983, dalam Tamsuri, 2004),
Lebih terperinciPengkajian Sistem Penglihatan Mula Tarigan, SKp. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Pengkajian Sistem Penglihatan Mula Tarigan, SKp. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Apa yang dikaji? RIWAYAT KESEHATAN PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab kebutaan utama di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pembedahan masih merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak kongenital adalah bentuk kekeruhan lensa yang terlihat pada anak sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan melihat ada
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat. (1) Penyebab utama kebutaan adalah katarak, glaukoma, kelainan refraksi, dan penyakit-penyakit
Lebih terperinciPERUBAHAN TEAR FILM SETELAH PEMBERIAN SERUM AUTOLOGUS TETES MATA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS
PERUBAHAN TEAR FILM SETELAH PEMBERIAN SERUM AUTOLOGUS TETES MATA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Dokter Spesialis Mata Oleh : LINDA
Lebih terperinciBAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1 NPB merupakan penyebab tersering
Lebih terperinciPemeriksaan Mata Dasar. Dr. Elvioza SpM Departemen Ilmu kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
Pemeriksaan Mata Dasar Dr. Elvioza SpM Departemen Ilmu kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta I. PERSYARATAN PEMERIKSAAN MATA 1. 2. 3. 4. Intensitas cahaya adekwat. Tersedia alat
Lebih terperinciBAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal
BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hilangnya gigi bisa terjadi pada siapa saja dengan penyebab yang beragam antara lain karena pencabutan gigi akibat kerusakan gigi (gigi berlubang, patah, retak), infeksi
Lebih terperinciLAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR
LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR Departemen Rehabilitasi Medik FKUI/RSCM, Jakarta *Anggota Komite Independen KK-PAK BPJS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin
Lebih terperinciPenatalaksanaan Epistaksis
1 Penatalaksanaan Epistaksis Dr. HARI PURNAMA, SpTHT-KL RSUD. Kabupaten Bekasi Pendahuluan Epistaksis merupakan salah satu masalah kedaruratanmedik yang paling umum dijumpai, diperkirakan 60 % dari populasi
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO
42 ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan ( Di Susun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu negara, seperti pada kehidupan masyarakat
Lebih terperinciOTC (OVER THE COUNTER DRUGS)
OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat pelayanan kesehatan di masyarakat saat ini semakin maju dan berkembang sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini sebagai dampak dari perubahan pola penyakit-penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Pemelihara kesehatan
Lebih terperinciDefinisi Bell s palsy
Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis merupakan penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban ekonomi yang tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan diseluruh dunia. Oleh karena itu, terjadi pergeseran paradigma oftalmologi dari rehabilitasi
Lebih terperinciGlaukoma. Apakah GLAUKOMA itu?
Apakah GLAUKOMA itu? adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan
Lebih terperinci