BAB I PENDAHULUAN. bergiat dalam melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan dilakukan di bidang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. bergiat dalam melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan dilakukan di bidang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu provinsi yang besar, Sumatera Utara dengan ibukota Medan sedang bergiat dalam melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan dilakukan di bidang perkantoran, plaza, jalan-jalan, jalan fly over maupun perumahan dan bidang lainnya. Salah satu bidang yang banyak menyerap tenaga kerja informal adalah bidang konstruksi bangunan. Hal ini disebabkan tenaga kerja adalah salah satu komponen penting dalam industri jasa pelaksanaan konstruksi bangunan. Hampir semua bagian dan detail pekerjaan konstruksi masih memerlukan tenaga kerja manusia. Secara umum terdapat lima macam tenaga kerja dalam bidang konstruksi yaitu konsultan, arsitektur, pengawas, mandor dan tukang (kenek). Pada suatu bidang konstruksi bangunan, umumnya yang bekerja disuatu bangunan tersebut lebih sering disebut buruh bangunan. Buruh bangunan memiliki status pekerjaan yang tidak tetap dan berpindah-pindah sesuai dengan panggilan proyek kepada buruh bangunan tersebut. Dimana para pekerja buruh bangunan setiap kali mendapatkan proyek pekerjaan atau lahan baru untuk dikerjakan, harus melakukan negosiasi kesepakatan kerja, waktu dan gaji terlebih dahulu dengan pihak yang telah memanggil buruh bangunan tersebut. Agar proyek bangunan yang dikerjakan baik membangun ataupun memperbaiki suatu bangunan dapat berjalan sesuai dengan sistem negoisasi dan kesepakatan bersama kedua belah pihak. Pembangunan proyek bangunan seperti gedung kantor, rumah pribadi, sampai jalan dan jembatan, tak lepas dari peran buruh bangunan. Keberhasilan sebuah proyek bangunan dilihat dari segi sumber daya manusia yang merupakan keberhasilan penggabungan dari berbagai macam profesi yang saling mendukung sehingga tercipta sebuah hasil yang sesuai dengan harapan yang diinginkan. Dalam sebuah 1

2 proyek bangunan akan dikenal berbagai macam profesi yang salah satunya adalah buruh bangunan. Seringkali keberadaan buruh bangunan ini diabaikan sehingga hanya menganggapnya sebagai robot yang siap bekerja dengan upah yang telah disediakan, hal ini tentu akan sangat berbeda hasilnya jika manajemen proyek dapat memperlakukan seorang buruh bangunan sebagai manusia yang sesungguhnya. Secara umum pengelompokan buruh bangunan dapat dibedakan berdasarkan keahliannya menjadi yaitu tukang batu, tukang besi, tukang cor, tukang bekisting, tukang kayu, tukang las, tukang listrik, tukang plumbing, tukang mekanikal & elektrikal dan lain-lain. Buruh bangunan adalah sebuah profesi jasa yang sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak. Buruh bangunan atau ada juga yang menyebut sebagai kuli bangunan dapat dibedakan menjadi dua tingkat yaitu yang pertama tukang dan yang kedua adalah pembantu tukang atau kenek. Tukang bertugas mengerjakan proses berdirinya suatu bangunan, sedangkan pembantu tukang atau kenek bertugas melayani apa saja kebutuhan tukang dalam bekerja. Tentu saja tukang tingkatnya lebih tinggi dibanding pembantu tukang atau kenek, karena tingkat kemahiran yang dimiliki dan upah/gaji yang diterima saja sudah tentu berbeda. Menurut Media Kompas, karir di dalam pekerjaan sebagai buruh bangunan sama seperti halnya pada kepegawaian dengan tingkatan pangkat, pada pekerja bangunan juga mengenal tingkatan karir. Tingkatan terendah adalah kenek atau pembantu tukang. Tingkat selanjutnya yang lebih tinggi tentu saja tukang. Karir profesi pekerja bangunan rata-rata hanya sampai pada tingkat tukang. Dimana pada tingkat ini biasanya sudah mempunyai spesifikasi atau keahlian tersendiri, misalnya spesifikasi pemasangan batu, pemasangan besi, pemasangan kayu, pemasangan keramik, finishing pengecatan, pemasangan kaca dan lainlain. Namun pada dasarnya mereka mempunyai keahlian yang sama dalam pembuatan sebuah tembok bangunan ( diakses pada tanggal 21 oktober 2012 pada jam 07:23). 2

3 Lebih lanjut lagi Media Kompas tersebut menyebutkan sebenarnya karir profesi sebagai tukang masih bisa berlanjut lagi, tetapi jarang terjadi. Urutan kenaikan karir setelah tukang adalah kepala tukang, mandor, dan tentu saja pemborong bangunan. Kepala tukang diambil dari tukang yang nantinya bertanggung jawab terhadap mandor atas apa saja yang dikerjakan. Mengenai mandor sampai pemborong tidak masuk dalam paparan ini, karena tidak lagi terkategori pekerja bangunan dan penulisan ini hanya dibatasi pada buruh bangunan yaitu tukang dan keneknya agar penulisan ini juga tidak meluas dan fokus. Gaji atau upah buruh bangunan berdasarkan observasi awal yang saya lakukan cukup bervariasi, antara Rp Rp tergantung tingkat kemahiran yang dimilikinya. Untuk pekerja bangunan di wilayah Kota Medan terbagi atas tukang dan pembantu tukang. Penghasilan pembantu tukang atau kenek saat ini berkisar Rp Rp perhari. Penghasilan tukang lebih bervariasi lagi, yang mempunyai spesialis keahlian mempunyai gaji yang berbeda. Berkisar antara Rp Rp perhari. Namun seperti pemasangan keramik biasanya dihitung meteran, misalnya lantai biasanya Rp permeter sedangkan dinding biasanya Rp permeter. Penghasilan tersebut belum dikurangi biaya hidup di lokasi pekerjaan. Adakalanya untuk makan sudah ditanggung pemborong atau yang mempunyai pekerjaan. Bila dihitung penghasilan tukang berkisar Rp Rp perbulan dan pembantu tukang atau kenek berkisar Rp Rp Bila dibandingkan dengan pendapatan buruh pabrik Rp Rp , pegawai swasta berkisar Rp Rp sedangkan wiraswasta tergantung omset mereka perhari dan tidak dapat dipastikan, dan menurut perkiraan yang ada di lapangan berkisar Rp atau bahkan ada yang lebih tergantung bidang usahanya dan tingkat pendidikan mereka berbedabeda, untuk buruh itu hanya tamat smp dan paling tinggi sma sedangkan untuk pegawai swasta dan wiraswasta kebanyakan yang tamat sma bahkan sarjana. Hal ini juga 3

4 menunjukkan kalau sebenarnya pendapatan buruh bangunan khususnya tukang sudah lebih tinggi dibandingkan buruh pabrik dan wiraswasta dan hampir menyetarai pendapatan pegawai swasta dan pendapatan kenek menyetarai pendapatan buruh pabrik dan wiraswasta. Buruh bangunan disini menetap di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah, ada yang bekerja di sekitar Lingkungan 12 tetapi kebanyakan bekerja di Kota Medan atau yang biasa disebut penglaju. Buruh bangunan tersebut umumnya memiliki potensi modal sosial yang terdapat pada masing-masing individu dan kelompok yang tercipta dan lahir sebagai sistem sosial dalam masyarakat desa. Modal sosial merupakan sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan individu. Selain pengetahuan dan keterampilan terdapat juga kemampuan individu untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain. Kemampuan ini akan menjadi modal penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga bagi setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Modal yang demikian ini disebut dengan modal sosial (social capital), yaitu kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama dalam suatu kelompok dan organisasi (Coleman, 1990). Penekanannya pada potensi kelompok dan pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok. Kekuatan dasar berupa modal sosial sebenarnya sudah ada terbangun pada sebagian kelompok buruh bangunan tersebut, ini terlihat dari keseharian mereka yang saling mengajak dan memberikan informasi pekerjaan kepada buruh bangunan lainnya ketika ada pekerjaan ataupun proyek yang mau dikerjakan sehingga hubungan-hubungan dan interaksi sosial mereka sampai sekarang tetap berjalan. Modal sosial pada kelompok buruh bangunan tersebut dapat menyelesaikan permasalahan dan juga mempersatukan potensi yang ada di 4

5 dalam masyarakat dengan suatu energi/kekuatan yang ada dalam masyarakat, diantaranya adalah kebersamaan dan kepercayaan. Sejumlah buruh bangunan yang menetap di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah tersebut memiliki jumlah kerja yaitu selama 6 hari dalam seminggu dari mulai pukul pagi sampai pukul sore setiap harinya. Setiap harinya mereka pulang bersama dari tempat mereka bekerja menuju ke rumah dan berkumpul dengan keluarganya masing-masing. Tidak jarang juga antara buruh bangunan yang satu dengan buruh yang lainnya melakukan pertemuan atau perkumpulan dengan buruh-buruh bangunan yang lainnya baik di rumah ataupun di luar, pertemuan ini dimaksudkan untuk tetap saling menjaga ikatan, solidaritas dan pola hubungan serta peluang pekerjaan mereka sesama buruh bangunan. Masyarakat yang bekerja sebagai buruh bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah umumnya memiliki kehidupan yang sederhana, keadaan ini disebabkan tidak tetapnya proyek yang mereka kerjakan. Jika sudah habis mengerjakan suatu proyek bangunan baik perumahan ataupun suatu tempat bangunan lainnya, kebanyakan dari mereka akan menganggur atau menunggu sampai adanya lagi panggilan dari proyek bangunan ataupun si pemberi pekerjaaan yang membutuhkan jasa mereka. Tidak jarang juga diantara buruh bangunan selalu mencari-cari informasi pekerjaan, oleh karena itu disela-sela waktu mereka yang kosong mereka juga mencari pekerjaan tambahan agar dapat menutupi kebutuhan sehari-hari. Namun tidak jarang juga buruh bangunan memberitahukan proyek pekerjaan kepada buruh bangunan lainnya jika di tempat proyek pekerjaan mereka lagi membutuhkan buruh bangunan. Hal ini dilakukan agar teman mereka sesama buruh bangunan dapat kembali bekerja, disinilah letak fungsi jaringan sosial dan sikap kepercayaan. Semua ini memberi gambaran bahwa modal sosial buruh bangunan seharusnya menciptakan dan membangun jaringan atau lingking terhadap pihak yang secara 5

6 hierarkhi/stratifikasi lebih tinggi, yang artinya modal sosialnya mampu menciptakan kepercayaan dan hubungan timbal-balik antara buruh bangunan yang strata sosialnya lebih rendah dengan pihak atau struktur yang lebih tinggi. Buruh bangunan ini juga masih menjaga norma-norma yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat terutama sesama buruh bangunan, ini karena norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan serta inilah yang menjadi suatu kebanggaan bagi mereka yang dapat membuat hubungan sesama mereka lebih erat dan saling menguntungkan dalam kelompok buruh bangunan tersebut. Seperti yang dikatakan Suparman dalam membahas modal sosial nelayan, ada tiga tipe modal sosial yakni sebagai perekat/pengikat (bonding), penyambung/menjembatani (bridging) dan menciptakan jaringan dan koneksi dan mengait (lingking). Inilah yang menjadi modal dasar bagi kaum buruh bangunan dalam menumbuhkan pilar-pilar kebersamaan sebagaimana beberapa fakta yang disebutkan diatas. Bahkan fenomena modal sosial di kalangan nelayan dapat mengefektifkan modal lainnya seperti modal fisik/infrastruktur, modal ekonomi, modal manusia (Suparman, 2012). Lebih lanjut lagi, kaitan dengan penelitian ini sesuai dengan proposal di atas bahwa modal sosial buruh bangunan dapat juga mengefektifkan dan mengoptimalkan modal manusia seperti pengalaman dan keterampilan serta kekuatan/kemampuan fisik yang dimiliki oleh kaum buruh bangunan pada kegiatan yang produktif seperti bekerja pada sektor non buruh. Modal sosial yang dimiliki mampu menyalurkan dan memanfaatkan modal manusia yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat kepada yang produktif. Modal sosial kaum buruh juga mampu menumbuhkan modal ekonomi seperti informasi, biaya transaksi dan biaya produksi lainnya. Artinya dengan modal sosial yang ada akan mampu mengurangi biaya bahkan mampu menciptakan sumber penghasilan tambahan bagi warga buruh bangunan seperti keterlibatan dalam aktivitas ekonomi dan pembangunan serta perbaikan infrastruktur pada pemukimannya. 6

7 Buruh bangunan juga memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sumber daya di darat yaitu berupa bangunan fisik sebagai sumber daya milik umum. Potensi dan alternatif lain yang dimiliki oleh buruh bangunan yang membuat kelangsungan hidupnya tetap bertahan adalah modal sosial. Pemanfaatan modal sosial yang dimiliki dapat menjadi peletak dasar dalam mengungkap dan mengembangkan potensi modal yang lain. Seperti potensi modal sosial dapat mengungkap potensi akses, mengefektifkan peran lembaga dan institusi yang ada, dapat membangun kerjasama dengan pihak luar, dapat mendorong kepedulian dan solidaritas bahkan dapat menciptakan human capital dan potensi modal lainnya. Modal sosial dapat menjadi modal pendorong yang dimiliki oleh buruh bangunan tersebut untuk terbukanya peluang dan potensi modal lainnya dalam bekerja dan bermasyarakat dengan individu atau kelompok lainnya yang saling menguntungkan. Konsep modal sosial pada awalnya hanya dipahami sebagai suatu bentuk dimana masyarakat menaruh sikap kepercayaan terhadap individu dan kelompok sebagai bagian di dalamnya, namun selanjutnya mereka juga membuat kesepakatan bersama sebagai suatu nilai di dalam kelompoknya. Modal sosial digambarkan sebagai kepercayaan, jaringan dan norma-norma untuk memudahkan kooperasi untuk manfaat timbal balik (Putnam, 1993:167). Modal sosial sebagai penentu dan dasar kehidupan masyarakat yang teratur dan sejahtera. Modal sosial ini merupakan potensi yang dapat menjadi energi dalam menjembatani dan memperkuat bahkan mendorong potensi modal lainnya dalam suatu kelompok. Pada intinya modal sosial menjadi potensi yang dapat dioptimalkan oleh individu dalam suatu komunitas untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi. Menurut Lesser (2000), modal sosial sangat penting bagi kelompok karena (1) dapat memberi kemudahan dalam mengakses informasi bagi anggota kelompok, (2) menjadi media 7

8 power sharing atau pembagian kekuasaan dalam kelompok, (3) mengembangkan solidaritas, (4) memungkinkan pencapaian bersama, (5) memungkinkan mobilitas sumber daya kelompok, (6) membentuk perilaku kebersamaan dan berorganisasi kelompok. Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya dan memberi kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya. Putnam (2000) memberikan proposisi bahwa suatu entitas masyarakat yang memiliki kebajikan sosial yang tinggi, tetapi hidup secara sosial terisolasi akan dipandang sebagai masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang rendah. Selanjutnya dikatakan bahwa peran individual dan keterikatan sosial yang terorganisir dalam memprediksi kemajuan individu dan tindakan tindakan kolektif mereka, ide asosiasi dan aktifitas masyarakat sipil sebagai basis bagi terciptanya integrasi sosial dan kesejahteraan. Nilai, norma, jaringan sosial, kepercayaan yang terpola dalam suatu masyarakat adalah sebagai bentuk modal sosial yang merupakan kekuatan dan energi dalam mencapai kemajuan bersama. Potensi modal sosial yang dimiliki oleh kelompok buruh bangunan dapat menumbuhkan kepedulian, kerjasama, saling membantu, solidaritas sosial, kejujuran termasuk keberpihakan dan keadilan. Penciptaan kondisi dan harmoni sebagai wujud dari kekuatan modal sosial dalam suatu kelompok merupakan modal dasar. Masalah yang dapat di pertanyakan adalah mengapa kelompok-kelompok dan asosiasi yang ada kurang berfungsi sebagai lokomotif energi sosial dan sebagai pembebas masyarakat, ini disebabkan karena kurang/tidak berkembangnya kepercayaan (trust) serta tidak berkembangnya nilai-nilai positif seperti kerjasama, saling membantu dan sejenisnya sebagai konsekuensi dari konfigurasi nilai dalam sistem sosial masyarakat setempat yang intinya modal sosialnya melemah dan hilang. Situasi yang lain diperpuruk oleh renggangnya jarak emosional, sebagai konsekuensi dari ketiadaan modal sosial, antara masyarakat miskin dan 8

9 para elit yang menguasai kelompok-kelompok sosial yang ada. Sejalan dengan hal tersebut, Fukuyama mengatakan bahwa masyarakat mengalami kebangkrutan karena melemahnya modal sosial di dalam masyarakat (Fukuyama Trust : The Social Virtues and the Creation of Prosperity NY : Free Press). Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk membahasnya, sehingga mengangkat judul skripsi yaitu Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan (Studi Deskriptif Pada Buruh Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang) 1.2. Perumusan Masalah Dalam suatu penelitian, yang sangat signifikan untuk dapat memulai penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar dapat dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas, sehingga akan jelas dimana harus dimulai, kemana harus pergi dan dengan apa (Arikunto, 1996:19). Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Buruh Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah Menumbuhkembangkan Modal Sosial untuk Menjamin Kelangsungan Pekerjaan Mereka sebagai Buruh Bangunan? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui potensi modal sosial yang ada pada buruh bangunan dan apakah modal sosial tersebut menjamin kelangsungan pekerjaan mereka sebagai buruh bangunan. b. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan buruh bangunan untuk menumbuhkembangkan potensi modal sosial yang dimiliki oleh buruh bangunan. 9

10 c. Untuk mempelajari karakteristik elemen modal sosial seperti jaringan sosial, kepercayaan, nilai dan norma yang ada Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah: Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan sumber informasi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosiologi seperti kajian sosiologi ekonomi dan bagi peneliti serta semua pihak berkaitan dengan kajian modal sosial dalam buruh bangunan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis mengenai permasalahan yang diteliti dan kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran terhadap pemerintah, mengenai informasi modal sosial buruh bangunan yang membantu dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan di dalamnya Definisi Konsep Definisi Konsep disini adalah perumusan yang singkat, padat dan jelas tentang makna dan pengertian yang terkandung dalam penelitian ini. Sebagaimana definisi konsep di bawah ini: 10

11 1. Potensi Potensi diri merupakan kemampuan atau kekuatan baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki oleh seseorang buruh bangunan tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal. 2. Modal Sosial Secara umum modal sosial adalah hubungan-hubungan yang tercipta berupa jaringan, nilai dan norma, hubungan sosial, kepercayaan dan institusi yang membentuk kualitas dan kuantitas serta efisiensi masyarakat yang bekerja sebagai buruh bangunan dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi serta sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan diantara anggota masyarakat luas secara bersama-sama. 3. Potensi Modal Sosial Kemampuan masyarakat luas dalam suatu kelompok buruh bangunan untuk bekerja sama membangun modal sosial yang terdiri dari jaringan, nilai dan norma, hubungan sosial, kepercayaan dan institusi untuk mencapai tujuan bersama dalam menjamin kelangsungan pekerjaan mereka. 4. Menumbuhkembangkan Modal Sosial Yaitu upaya dari individu-individu yang bekerja sebagai buruh bangunan yang terdapat di dalam masyarakat untuk bekerja sama membangun dan memperluas atau mengembangkan suatu jaringan, nilai dan norma, hubungan sosial, kepercayaan dan institusi yang sudah lahir dan tercipta sebelumnya dari kelompok masyarakat buruh bangunan tersebut agar mencapai tujuan bersama untuk memperbaiki kualitas kehidupan mereka. 5. Desa Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain (Bintarto, 1977). 11

12 6. Buruh Bangunan Undang-undang No.13 tahun 2003 (tentang ketenagakerjaan) mendefinisikan pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja pada si pemberi pekerjaan dan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja yang saya maksud disini adalah pekerja bangunan, tukang atau kenek yang pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan fisik yang kuat, kemampuan dan keahliannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainnya dari si pemberi kerja, pengusaha atau majikan. 12

Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan

Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan (Studi Deskriptif Pada Buruh Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang) James Party Samuel 1, Prof. Badaruddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi dan persaingan bebas sekarang ini banyak kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi dan persaingan bebas sekarang ini banyak kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dan persaingan bebas sekarang ini banyak kegiatan pekerjaan konstruksi yang tidak ada habisnya. Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll.

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangunan sangat memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu. Hampir sebahagian dari kehidupan kita berada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PEKERJAAN DARI PETANI KE PENGRAJIN Ravik Karsidi

PERPINDAHAN PEKERJAAN DARI PETANI KE PENGRAJIN Ravik Karsidi PERPINDAHAN PEKERJAAN DARI PETANI KE PENGRAJIN Ravik Karsidi Salah satu masalah pembangunan di pedesaan Indonesia adalah sangat kecilnya peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran, guna menunjang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran, guna menunjang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran, guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan lainnya adalah daratan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan kesejahteraan, menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan kesejahteraan, menciptakan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses terencana dilakukan oleh golongan tertentu dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan kesejahteraan, menciptakan perdamaian. Ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Bandung membawa konsekuensi pada masalah lingkungan binaan yang makin memprihatinkan. Beberapa kawasan terutama kawasan pinggiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai Pembantu Rumah

BAB I PENDAHULUAN. di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai Pembantu Rumah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu rumah tangga sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di

Lebih terperinci

Tugas Akhir Kajian Pemberlakuan Syarat Sertifikat Keterampilan Kerja bagi Tenaga Kerja Mandor DAFTAR PUSTAKA

Tugas Akhir Kajian Pemberlakuan Syarat Sertifikat Keterampilan Kerja bagi Tenaga Kerja Mandor DAFTAR PUSTAKA Tugas Akhir Kajian Pemberlakuan Syarat Sertifikat Keterampilan Kerja DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia : Mandor Pembesian / Penulangan Beton. 2007 Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya terdapat perbedaan antara keadaan sistem

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital)

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital) PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL Modal Sosial (Social Capital) Apa yang dimaksud dengan Modal Sosial dan apa relevansinya dengan Pembangunan? Modal yang dibutuhkan dalam proses pembangunan: Modal Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean lainnya telah memasuki babak baru perekonomian yang disebut dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri BAB II LANDASAN TEORI Untuk dapat menentukan suatu nilai dari harga satuan dalam suatu pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri merupakan suatu tugas yang tidak mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pedesaan merupakan faktor pendukung utama ketika melaksanakan pembangunan. Sumber daya manusia, sumber daya alam seperti sayuran dan energi serta pesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan topik Sektor Informal Yogyakarta, pada hari Selasa 7 Maret 2005, diakses pada tanggal 9 Oktober 2009

BAB I PENDAHULUAN. dengan topik Sektor Informal Yogyakarta, pada hari Selasa 7 Maret 2005,  diakses pada tanggal 9 Oktober 2009 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang bekerja dan berusaha bagi sejumlah penduduk yang semakin bertambah masih perlu diatasi dengan sungguh-sungguh. Menurut Badan Pusat Statistik (2009) jumlah

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut dapat bermacam-macam, berkembang dan berubah terkadang tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut dapat bermacam-macam, berkembang dan berubah terkadang tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan tersebut dapat bermacam-macam, berkembang dan berubah terkadang tanpa disadari oleh pelakunya. Seiring

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan modal sosial antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012) yang melihat tentang penguatan modal

Lebih terperinci

SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN

SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN Studi deskriptif Pada Anggota Lembaga Keuangan Masyarakat Kota (LKMK) Keska Kelurahan Sei Mati, Lingkungan XII Medan Maimun SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Asahan dikenal dengan daerah yang memiliki potensi akan sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di sektor pertanian adalah, tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia akan senantiasa berinteraksi dengan mahluk lain sehingga aktivitas-aktivitas sosial mereka dapat terpenuhi. Interaksi sosial yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PRODUKTIVITAS 2.1.1. PENDAHULUAN Produktivitas pekerja hanyalah salah satu dari sekitar banyak faktor yang terkait di dalam produktivitas secara keseluruhan, disamping itu

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan salah satu institusi ekonomi yang penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terlihat dari tetap eksisnya pasar tradisional baik di perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun secara lambat, atau perubahan yang direncanakan maupun perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun secara lambat, atau perubahan yang direncanakan maupun perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat secara umum bersifat dinamis, artinya bahwa masyarakat dalam proses sosialnya selalu mengalami perubahan baik itu perubahan secara cepat maupun secara

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro 46 BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro Modal sosial merupakan hal yang penting dalam membentuk suatu kerjasama,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri. Bangsal. Dalam perkembanganya norma, kepercayaan, resiprositas dan

BAB V PENUTUP. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri. Bangsal. Dalam perkembanganya norma, kepercayaan, resiprositas dan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari analisis data pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri batu bata, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Namun demikian sebagai mahluk biologis merupakan individu yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PENELITIAN

BAB III TINJAUAN UMUM PENELITIAN BAB III TINJAUAN UMUM PENELITIAN JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan langsung meninjau atau mengamati pekerjaan konstruksi tersebut ke lokasi proyek. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN A. Lokasi Kegiatan Program pengabdian pada masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Sukapada merupakan program berkelanjutan yang dimulai sejak bulan Mei 2007. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. justru menciptakan efek-efek yang tidak diharapkan. Sifat ambigu dan kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. justru menciptakan efek-efek yang tidak diharapkan. Sifat ambigu dan kompleks yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan elemen yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan masyarakat. Dia berperan sebagai alat yang diniatkan sebagai perangkat untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang berkualitas dan profesional dalam pengelolaannya sangat diperlukan, karena berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidang-Ro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat kelompok sosial, ada sekelompok orang orang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat kelompok sosial, ada sekelompok orang orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat terdapat kelompok sosial, ada sekelompok orang orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, sedangan sekelompok yang hidup dalam batas berlebihan dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen bukanlah sesuatu yang bisa hadir begitu saja, karena itu untuk menghasilkan karyawan yang memiliki komitmen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada dibawah kekuasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Social (Social Capital) Menurut para ahli modal sosial dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum terselesaikan di Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Utara. Sebagai masalah bangsa, kemiskinan perkotaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja Migrasi kerja merupakan reaksi atas tekanan interaksi faktor-faktor positif, negatif dan netral (Hugo 1981). Suryana (1979) menyatakan tekanan itu berupa tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perdesaan sebagai bagian integral dari pembangunan daerah dan nasional, dewasa ini mendapat sorotan yang amat tajam dari berbagai kalangan. Persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki tugas untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT JUDUL PENGABDIAN : PENDAMPINGAN MASYARAKAT DAN PEMBANGUNAN JEMBATAN DAN KIRMIR SUNGAI CIHALARANG KEL.SUKAPADA KEC. CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG LOKASI KEGIATAN :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan (PDRB). Dalam hal ini faktor-faktor produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan (PDRB). Dalam hal ini faktor-faktor produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan dalam bidang pendidikan dapat secara positif mempengaruhi suatu bangsa dalam produktivitas, GDP, dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG \IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Ekonomi Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan semata (profit-oriented). Prinsip dasar yang kemudian diterima

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan semata (profit-oriented). Prinsip dasar yang kemudian diterima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, orientasi dari sebuah usaha adalah mencari keuntungan semata (profit-oriented). Prinsip dasar yang kemudian diterima

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional Prakata Untuk menentukan biaya bangunan / building cost rancangan pekerjaan konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan manusia. Masa ini merupakan masa transisi dimana diperlukan penyesuaian diri dari masa anak-anak

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengendalian Proyek Suatu kegiatan pengawasan/monitoring suatu Proyek supaya proyek bisa berjalan dengan lancar dan mendapatkan mutu yang baik, penggunaan biaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang kurang seimbang, merupakan faktor yang amat mempengaruhi tentang masalah ketenagakerjaan di Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sektor informal merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sektor informal merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam kota-kota besar di BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor informal merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam kota-kota besar di Indonesia.Munculnya sektor informal dikota tidak terlepas dari latar belakang perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh status kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan perkapital.

BAB I PENDAHULUAN. oleh status kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan perkapital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro, 2000). Berdasarkan hasil dari Konferensi Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak manusia yang tertuang

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN UMUM INSTANSIONAL PROYEK

BAB II: TINJAUAN UMUM INSTANSIONAL PROYEK BAB II: TINJAUAN UMUM INSTANSIONAL PROYEK 2.1. Instansi yang Terlibat Dalam pelakasanaan suatu proyek baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan suatu proyek sangat diperlukan organisasi. Organisasi

Lebih terperinci

USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 18

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PADAT KARYA INFRASTRUKTUR

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PADAT KARYA INFRASTRUKTUR BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PADAT KARYA INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Modernisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu wilayah tertentu, ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya yang

Lebih terperinci