BAB II LANDASAN TEORI. anak perempuan, saudara laki-laki saudara perempuan, dan menciptakan serta
|
|
- Handoko Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keluarga Pengertian Keluarga Keluarga adalah sekelompok individu yang disatukan oleh tali pernikahan, darah atau adopsi, adanya rumah tangga tunggal, adanya interaksi dan komunikasi satu sama lain dalam menjalankan peran sosialnya masing-masing sebagai suami-istri, ayah-ibu, anak lakilaki anak perempuan, saudara laki-laki saudara perempuan, dan menciptakan serta memelihara budaya yang ada di dalamnya (Burgers and Lock dalam Duvall, 1977). Keluarga adalah suatu sistem sebab di dalamnya terkandung sekelompok unit individu yang berinteraksi dan berhubungan satu sama lain. Dalam hal ini, keluarga adalah organisasinya sedangkan unit atau komponennya adalah anggota anggota keluarga. Melihat dari pengertian sistem, berarti keluarga adalah suatu wadah yang seluruh anggota-anggotanya bergantung satu sama lain dan saling berinteraksi (Steinberg, 1993). Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan dengan emosional. Darah atau keduanya dimana berkembangnya pola interaksi dan relatiosnhip (Carter & McGoldrick, 1996; Boyd, 2002; Hasmila 2009). Secara dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka. Menurut Goldenberg (1985), keluarga merupakan sekumpulan individu yang menempati ruang fisik dan psikologi secara bersama-sama. Keluarga adalah suatu sistem sosial yang alamiah dengan segala perangkatnya yang mencakup aturan-aturan, peran-peran, struktur kekuasaan, bentuk-bentuk komunikasi. Cara-cara bernegoisasi dan menyelesaikan
2 masalah yang memungkinkan terlaksananya berbagai macam pekerjaan secara efektif. Dalam keluarga, setiap individu terikat satu sama lain oleh ikatan emosional dan loyalitas yang kuat, lama dan timbal balik, yang mungkin fluktuatif intensitasnya namun tetap bertahan sepanjang kehidupan keluarga tersebut. Untuk menjadi bagian dari sistem tersebut, hanya dapat melalui pernikahan, kelahiran, atau adopsi dan kematian merupakan satu-satunya jalan untuk keluar dari sistem tersebut. Sebagai suatu sistem, setiap keluarga selalu berusaha menjadi sebuah sistem yang berfungsi, yaitu dengan menerapkan cara-cara mengelola rumah tangga dan saling bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup (survival needs), mulai dari kebutuhan primer, sekunder, dan kebutuhan tersier. Ketika anak-anak dalam kehidupan keluarga beranjak dewasa, jumlah rumah tanggapun mungkin bertambah tetapi ikatan keluarga tersebut tetap mempengaruhi tingkah laku setiap anggota keluarga sampai generasigenerasi selanjutnya. Afeksi, kesetiaan, dan kebertahanan pada anggota keluarga itulah yang menjadi ciri-ciri khas dari setiap keluarga yang membedakannya dari sistem sosial lainnya (Tarkelsen dalam Goldenberg, 1985). Jadi apapun komposisinya dari struktur suatu keluarga (seperti nuclear family, blended family, single parents family) tidak ada bentuk keluarga yang dapat dinyatakan sebagai lebih baik atau lebih buruk. Apapun bentuk dari keluarga tersebut, bukanlah indikator dari ciri-ciri keluarga tersebut, tetapi yang lebih penting adalah pola-pola psikologis yang terjadi antar anggota keluarga. Sebaliknya, apapun bentuknya setiap anggota keluarga harus membina hubungan positif antar anggota keluarganya, mengikutsertakan atau memberikan perhatian pada kebutuhan pribadi setiap anggota keluarga, mengembangkan cara-cara mengatasi masalah-masalah internal maupun eksternal, yaitu masalah-masalah yang berhubungan denga perkembangan (life cycle) keluarga tersebut (seperti anak remaja yang beranjak dewasa akan meninggalkan rumah, masa pensiun) serta masalah-masalah dan krisis yang tidak terhindarkan (seperti perceraian, sakit parah, kecelakaan). Sehingga secara umum,
3 sebuah keluarga diharapkan dapat mengatur dirinya agar dapat efektif menjalani masalahmasalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Varcarolis (2006; Hasmila, 2009), sebuah keluarga yang sehat akan menghasilkan individu dengan berbagai keterampilan yang akan membimbing individu berfungsi dengan baik di lingkungan mereka, termasuk lingkungan kerja meskipun individu tersebut berasal dari berbagai kultur yang berbeda. Keterampilan tersebut akan dipelajari melalui berbagai aktivitas / kegiatan yang dihubungkan dengan kehidupan keluarga tempat individu berasal. Sampai saat ini, keluarga masih tetap merupakan bagian terpenting dari jaringan sosial individu sekaligus sebagai lingkungan pertama selama tahun-tahun formatif awal untuk memperoleh pengalaman sosial dini, yang kelak akan berperan penting dalam menentukan hubungan sosial di masa depan juga perilaku terhadap orang lain. Keluarga yang berhasil, berfungsi dengan baik, bahagia dan kuat tidak hanya seimbang, perhatian terhadap anggota keluarga lain, menggunakan waktu bersama-sama memiliki pola komunikasi yang baik, memiliki tingkat orientasi yang tinggi terhadap agama, tetapi juga dapat menghadapi krisis dengan pola yang positif. Krisis dalam keluarga dapat lebih dimengerti apabila tiap tahap perkembangan keluarga diteliti karena setiap tahap membutuhkan peran, tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah dan tantangan. Varcarolis (2006, dalam Hasmila, 2009) menyebutkan suatu patologi keluarga muncul akibat dari perkembangan yang disfungsional. Kerjasama antar anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah bila ada krisis yang menghambat kemampuan keluarga untuk melaksanakan pemecahan masalahnya sendiri secara tenang dan konstruktif. Menurut Stuart dan Laraia (2005, dalam Hasmila, 2009), disfungsi keluarga diartikan sebagai gejala dengan paradigma patologi dan pemberdayaan koping yang maladaptif yang meliputi hal-hal berikut : a. Orang tua yang over protektif
4 b. Peran yang terlalu mendominasi dari salah satu pihak terhadap pasangannya c. Keluarga dengan riwayat penganiayaan terhadap salah satu anggota keluarganya d. Keluarga dengan anggota yang pernah mengalami penganiayaan fisik, emosional dan seksual oleh orang lain atau dari keluarga itu sendiri e. Keluarga yang menjadikan anak sebagai kambing hitam untuk menutupi konflik perkawinan yang terjadi Sebuah keluarga merupakan sebuah unit sistem yang dinamis dan interaktif dimana tiap anggota pasti mempunyai kontribusi yang signifikan dalam bentuk budaya, nilai dan norma, tradisi hingga model interaksi dalam keluarga tersebut. Setiap keluarga mempunyai mekanisme yang berbeda dalam menangkap dan menyikapi tekanan emosi yang dirasakan baik dari dalam ataupun dari luar lingkungan keluarga. Sehingga dari beberapa kondisi keluarga yang patologi di atas dapat disimpulkan bahwa disfungsi keluarga adalah ketidakmampuan keluarga dalam menjalankan satu atau lebih fungsinya sehingga kelak akan sangat berperan dan mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan dari anggotanya (Hasmila, 2009) Interaksi Keluarga Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal individu. Setiap anggota keluarga terikat satu sama lain melalui kekuasaan, daya tahan, ikatan emosional dan loyalitas yang dapat berubah dari waktu ke waktu, namun tidak akan pernah hilang dari ikatan keluarga tersebut. Seiring dengan berkembangnya anak-anak dalam keluarga, ikatan atau interaksi dalam keluarga tersebut tetap mempengaruhi tingkah laku masing-masing anggota. Afeksi, loyalitas dan daya tahan anggota merupakan karakteristik dari keluarga tersebut secara keseluruhan dan membedakannya dari keluarga lain (Terkelsen dalam Goldenberg,
5 1985). Interaksi keluarga dapat dipelajari dalam tiga perspektif (Freeman dalam Goldenberg) : Secara Struktural. Keluarga akan dilihat secara dyadic, interaksi suami-isteri, subsistem orangtua-anak, interaksi anak-anak. Selain itu secara triadic, yaitu interaksi ibu nenek anak perempuan, interaksi ayah anak laki-laki anak perempuan. Secara Fungsional. Membahas keluarga dari sisi bagaimana keluarga mengorganisasikan perlindungan, pengasuhan dan pendidikan bagi anak-anaknya; bagaimana menyediakan kebutuhan fisik, sosial dan ekonomi yang mendukung perkembangan individu; bagaimana proses modelling dari orangtua kepada anakanaknya yang membantu mereka mampu berelasi secara baik dengan dunia luar. Secara Perkembangannya. Melihat bagaimana tahap-tahap perkembangan sebuah keluarga terjadi. Seperti halnya individu, di dalam siklus kehidupan keluarga juga memiliki tugas-tugas perkembangan berbeda yang harus dikuasai dan menerapkan strategi-strategi adaptasi yang baru. Pasangan yang baru menikah akan memiliki tugas perkembangan yang berbeda dari pasangan yang telah memiliki anak Fungsionalitas Keluarga Menurut P. Noller (1992) fungsionalitas keluarga merupakan pola interaksi antar anggota keluarga yang diterapkan dalam keluarga dan menjadi ciri sebuah keluarga yang meliputi dimensi penyelesaian konflik. P. Noller merumuskan tiga dimensi tersebut berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli terapi keluarga yaitu Beavers, Olson, dan Mc Master. Ketiga dimensi tersebut, yaitu : 1. Intimacy (keintiman), yaitu derajat keterbukaan dan kedekatan antar anggota keluarga, kemampuan dan keterbukaan untuk mengekspresikan emosi, keterbukaan dalam komunikasi, serta perhatian terhadap kondisi perasaan, pikiran, tingkah laku
6 dan kebutuhan sesama anggota keluarga. Mencakup keadaan berbagi (sharing) dan kedekatan antar anggota keluarga dalam pengekspresian diri serta keterbukaan dalam komunikasi. Intimacy terlihat dari bentuk relasi antar anggota keluarga yang menunjukkan saling mendukung, membantu, kerjasama dan berbagi satu sama lain terutama dalam minat dan hobi. Kedekatan dan kemampuan menunjukkan perasaan yang sesungguhnya, jujur, menunjukkan kasih sayang dan lembut. Perasaan dihargai, didengarkan tanpa dibedakan. Kemampuan menyelesaikan masalah dan membicarkan dan mencari pemecahan untuk kebaikan bersama. 2. Democracy (demokrasi), yaitu derajat demokrasi, atau sejauh mana orangtua memperkenankan masing-masing anggota keluarga memiliki pendapat dalam menentukan aturan-aturan dan keputusan-keputusan keluarga, sejauh mana orangtua memberikan dukungan bagi setiap anggota keluarga untuk mengemukakan pendapat dan untuk bersikap mandiri. Mencakup keadaan yang menggambarkan kemampuan anak-anak mengemukakan pendapat dalam proses penetapan aturan dan pembuatan keputusan keluarga, bagaimana tiap anggota keluarga mendorong untuk memiliki pendapat sendiri dan mampu mandiri. Dimensi ini ditunjukkan dengan cara bagaimana orangtua memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat mengenai segala sesuatu termasuk aturan dan keputusan yang dijalankan. 3. Conflict (konflik), yaitu derajat kesalahpahaman, campur tangan, dan kesulitan keluarga dalam penyelesaian masalah dan penetapan atau membuat rencana. Mencakup keadaan kesalahpahaman antar anggota dan keterlibatan tiap-tiap anggota keluarga dalam menyelesaikan kesalahpahaman serta sejauh mana kesulitan yang dihadapi dalam penyelesaian masalah dan kesulitan dalam pembuatan rencana yang melibatkan seluruh anggota keluarga.
7 Dari hasil penelitian P. Noller menunjukkan bahwa ketiga dimensi tersebut memiliki hubungan erat satu sama lain. Hubungan ketiga dimensi tersebut memiliki sifat positif. Ketiga dimensi tersebut secara keseluruhan tidak terpisah dan disebut pula sebagai konsep unidimensional. Dengan demikian diasumsikan semua keluarga memiliki ketiga dimensi tersebut yang secara bersamaan mewarnai interaksi keluarga. Maka lebih lanjut adalah bahwa kemampuan individual menghadapi dunia luar merupakan fungsi dari ketiga aspek fungsionalitas keluarga tersebut. Ketiga dimensi tersebut sesuai dengan pengertian fungsionalitas keluarga yang telah diuraikan sebelumnya, akan membimbing dan mengajarkan anggota keluarga untuk mampu mengahadapi dunia luar, dalam arti anggota keluarga mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan sosial dengan memanfaatkan kemampuan diri dan memanfaatkan lingkungannya secara efektif Skizofrenia Menurut penelitian Steve McCarrol, direktur genetika dari Stanley Center for Psychiatric Research dari Broad Instititute di Cambridge, Massachussets, studi terbaru menyatakan lebih dari 100 bagian dalam gen manusia ternyata memengaruhi risiko skizofrenia. Bahkan, yang lebih mengejutkan, rata-rata pasien skizofrenia ini hidup bersama anggota keluarga yang mengalami hal serupa. Para peneliti percaya genetika memainkan peran penting dalam risiko skizofrenia yang dialami seseorang. Sebab sekitar 10% dari penyandang skizofrenia juga hidup dengan orangtua atau saudara yang mengalami hal serupa. Dalam studi ini, peneliti mengidentifikasi terdapat 108 lokasi di genom manusia yang terkait dengan risiko skizofrenia. Hal itu didapat setelah membandingkan genom dari lebih dari orang dengan dan tanpa gangguan skizofrenia ( 05 Desember 201
8 Definisi Skizofrenia Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, serta berperilaku tidak rasional (Stuart &Laraia, 2005). Richard P. Halgin dan Susan Krauss Whitbourne (2011), skizofrenia adalah gangguan dengan serangkaian simptom meliputi gangguan konteks berfikir, bentuk pemikiran, persepsi, afek, rasa terhadap diri (sense of self), motivasi, perilaku, dan fungsi interpersonal. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan perilaku pikiran yang terganggu, di mana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis; persepsi dan perhatian yang keliru; afek yang datar atau tidak sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizarre. ( Davison, Neale & Kring, 2012). Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dan frekuensi yang sama. Gejala-gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau masa usia dua puluhan. Pria sering mengalaminya lebih awal daripada wanita. Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe (Davison, Neale & King, 2012) yaitu (1) skizofrenia paranoid seperti curiga, bermusuhan, dsb; (2) skizofrenia katatonik seperti patung, tidak makan, tidak minum, dsb; (3) skizofrenia tidak terorganisasi seperti perilaku kacau, pembicaraan tidak koheren, halusinasi, afek datar / tidak sesuai. Bleur dalam Nevid (2003) meyakini bahwa skizofrenia dapat dikenali berdasarkan empat ciri atau simptom primer. Bisa disebut dengan empat A : 1) Asosiasi. Hubungan antara pikiran-pikiran menjadi terganggu. Jenis gangguan ini disebut gangguan pikiran (thought disorder) atau asosiasi longgar (looseness of
9 association). Asosiasi longgar berarti ide saling terangkai dengan sedikit atau tanpa hubungan antara hal tersebut dan nampaknya pembicara tidak menyadari ketiadaan hubungan tersebut. Pembicaraan orang tersebut bagi orang lain tampak seperti melantur dan membingungkan. 2) Afek. Respons emosional menjadi datar atau tidak sesuai. Individu mungkin menunjukkan hilangnya respons terhadap peristiwa yang menyenangkan, atau tertawa terbahak-bahak setelah mendengar anggota keluarga atau teman meninggal dunia. 3) Ambivalensi. Orang yang menderita skizofrenia memiliki perasaan ambivalen atau konflik terhadap orang lain, seperti mencintai dan membenci mereka pada saat yang sama. 4) Autisme. Istilah yang menjelaskan penarikan diri ke dunia fantasi pribadi yang tidak terikat oleh prinsip-prinsip logika Gejala Gejala Skizofrenia Gangguan Skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, oleh afek yang tidak wajar (innapropriate) atau tumpul (blunted). Pikiran, perasaan dan perbuatan yang paling intim / mendalam sering terasa diketahui oleh orang lain, dan waham-waham dapat timbul, yang menjelaskan bahwa kekuatan alami dan supranatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan perbuatan penderita dengan cara-cara yang sering tidak masuk akal. Indvidu mungkin menganggap dirinya sebagai pusat segalanya yang terjadi. Halusinasi, terutama audiotorik, biasa dijumpai dan mungkin memberi komentar tentang perilaku dan pikiran individu penderita. Indikator pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pemicaraan terarah, kadang menyimpang atau berputar-putar. Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan,
10 mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tidak disiplin (World Health Organization, 1993). Menurut Janice dan Clack (Dalam Arif, 2007) klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disetai halusinasi dan delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain: (1) Tahap Comforting, timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehinngga merasa senang dan terhindar dari ancaman. (2) Tahap Condeming, timbul kecemasan, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang klien rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri. (3) Tahap Controlling, timbul kecemasan berat, klien berusaha melawan suara yang timbul tetapu suara tersebut terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkanklien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang, klien merasa sangat kesepian/sedih. (4) Tahap Conquering, klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak dikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku bunuh diri. Pada remaja perlu diperhatikan pra sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan keperibadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak
11 biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau streotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren. Tidak semua orang yang memiliki indikator pra-sakit pasti berkembang menjadi skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis. Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik. Gejala-gejala tersebut dimasukan ke dalam kelompok-kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama (World Health Organization, 1993), antara lain: (a) Though echo isi pikiran dirinya yang berulang atau berguna dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walau isinya sama namun kualitasnya berbeda, thought insertion atau withdrawl isi pikiran asing dari luar masuk ke dalam pikirannya oleh sesuatu dari luar dirinya, thought broadcasting isi pikirannya keluar sehingga orang lain mengetahuinya. (b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity, yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensation) khusus, persepsi delusional. (c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
12 (d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). (e) Halusinasi yang menetap dalam sikap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengembang / melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas) yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terusmenerus. (f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (inter-polasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme. (g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme, dan stupor. (h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatisme) pembicaraan yang terhenti, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; (i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dan beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tidak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.
13 Penyebab Skizofrenia Faktor-faktor pemicu atau penyebab kambuh / masuk opname antara lain 50% disebabkan kurang perhatian keluarga sehingga secara psikologis pasien merasa dibedakan atau diasingkan, kurang perhatian keluarga sehingga berprasangka yang aneh-aneh sampai timbul halusinasi macam-macam, curiga rasa benci pada keluarganya, jalan pintas mencari kepuasan sendiri / (lingkungan rumah tidak harmonis) 50% biasanya dampak dari hal tersebut di atas sehingga obat jadi tidak diminum atau tidak teratur, terkadang minum, terkadang tidak. Hal ini pemicu / pencetus kegelisahan marah-marah, tidak bisa tidur, timbul halusinasi. Jalan paling mudah biasanya keluarganya membawa ke Panti Rehabilitasi Mental (Rudyanto, 2007). Penyebab skizofrenia telah menjadi perdebatan. Studi menunjukkan bahwa genetika, perkembangan janin, lingkungan awal, neurobiologis dan proses psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting. Meskipun tidak ada penyebab umum dari skizofrenia telah diidentifikasi dalam semua individu didiagnosis dengan kondisi, saat ini banyak peneliti dan dokter percaya hasil dari kombinasi keduanya kerentanan otak (keturunan) dan peristiwa kehidupan. Skizofrenia paling sering pertama kali didiagnosis selama masa remaja akhir atau dewasa awal, yang menunjukkan bahwa seringkali proses akhir masa kanak-kanak dan perkembangan remaja (Wicaksono, 2008) Penegakan Diagnosa Skizofrenia 1. Simptom Positif Delusi, yaitu keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan, semacam itu merupakan simptom-simptom positif yang umum pada skizofrenia. Tidak diragukan bahwa pada suatu saat kita pernah merasa khawatir karena kita yakin bahwa orang lain berfikir buruk tentang diri kita. Meskipun waham terjadi pada
14 lebih dari separuh orang yang menderita skizofrenia, namun juga terjadi dikalangan pasien dengan berbagai diagnosis lain, terutaman mania, depresi delusional, dan gangguan waham. Halusinasi, para pasien skizofrenia sering kali menuturkan bahwa dunia tampak berbeda dalam satu atau lain cara bahkan tidak nyata bagi mereka. Distorsi persepsi yang paling dramatis adalah halusinasi, yaitu suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dan lingkungan. Yang paling sering terjadi adalah halusinasi audiotori, bahkan visual. Beberapa halusinasi dianggap sangat penting secara diagnostik karena lebih sering terjadi pada pasien skizofrenia dibanding para pasien psikotik lainnya. Seperti halnya waham, halusinasi dapat menjadi pengalaman yang menakutkan. 2. Simptom Negatif Avoliotion merupakan kondisi kurangnya energi dan ketidakadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin. Pasien jadi tidak tertarik untuk berdandan dan menjaga kebersihan diri dengan rambut yang tidak tersisir, kuku kotor, gigi yang tidak disikat dan pakaian yang berantakan. Mereka mengalami kesulitan untuk tekun melakukan aktivitas setiap hari dalam pekerjaan, sekolah dan rumah tangga dan dapat mengabaikan sebagian besar waktu mereka denga duduk-duduk tanpa melakukan apapun. Alogia, merupakan suatu gangguan pikiran negatif, alogia dapat terwujud dalam beberapa bentuk. Dalam miskin percakapan, jumlah total percakapan sangat jauh berkurang. Dalam miskin isi percakapan, jumlah percakapan memadai, namun hanya mengandung sedikit informasi dan cenderung membingungkan serta sering diulang-ulang.
15 Anhedonia, ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan. Ini tercermin dalam berkurangnya minat dalam berbagai aktivitas rekreasional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, dan kurangnya minat dalam hubungan seks. Pasien sadar akan simptom-simptom ini dan menuturkan bahwa apa yang biasanya dianggap aktivitas yang menyenangkan tidaklah demikian bagi mereka. Afek Datar, pada pasien yang memiliki afek datar hampir tidak ada stimulus yang dapat memunculkan respons emosional. Pasien menatap dengan pandangan kosong, otot-otot wajah kendur, dan mata mereka tidak hidup. Ketika diajak bicara pasien menjawab dengan suara datar dan tanpa nada. Asosialitas, beberapa pasien skizofrenia mengalami ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial. Mereka hanya memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang rendah dan sangat kurang berminat untuk berkumpul bersama orang lain.
BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang menimbulkan beban bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang menimbulkan beban bagi pemerintah, keluarga serta masyarakat. Dalam beberapa penelitian menemukan bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memaparkan teori teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Yakni mengenai Skizofrenia. Pembahasan mengenai Skizofrenia meliputi pengertian
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan
Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis
Lebih terperinciModul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.
Modul ke: Pedologi Skizofrenia Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SCHIZOPHRENIA Apakah Skizofrenia Itu? SCHIZOS + PHREN Gangguan jiwa dimana penderita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini berdasarkan analisis hasil yang diperoleh dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciSkizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?
Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik
Lebih terperinciBAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601
Lebih terperinciGAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA
GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut
6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas hidup 2.1.1. Definisi kualitas hidup Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya karena kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)
BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar S-1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KONSEP
BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi yang dimiliki individu dapat tumbuh dan berkembang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Potensi yang dimiliki individu dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Optimalisasi potensi ini dapat dicapai melalui
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat
Lebih terperinci/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan
Lebih terperinciPENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.
PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,
Lebih terperincituntutan orang tua. Hal ini dapat menyebabkan anak mulai mengalami pengurangan minat dalam aktivitas sosial dan meningkatnya kesulitan dalam memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan orang-orang yang memiliki gangguan komunikasi, halusinasi dan delusi yang berlebihan, salah satu diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu
BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH
GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun 2012(RUU KESWA,2012) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan spiritual
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah
7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Strauss et al (2006) skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat, gangguan ini ditandai dengan gejala gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi
Lebih terperinciEPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS
DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Definisi Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan
Lebih terperinciBAB 1 PSIKIATRI KLINIK
Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,dan memiliki sikap positif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciPERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA
PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Skizofrenia a. Pengertian skizofrenia Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Konsep Skizofrenia Paranoid 1.1 Pengertian Skizofrenia Paranoid Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan menyimpan banyak tanda tanya (teka-teki). Kadangkala
Lebih terperinciREFERAT Gangguan Afektif Bipolar
REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia. Meskipun gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciEMOSI DAN SUASANA HATI
EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih kuat dan berkembang setelah melewati masa krisis. 2005) melalui model yang dibangunnya yang bernama the resilience
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Family Resilience 1. Pengertian Family Resilience Family resilience merupakan suatu konsep yang berkembang dari resiliensi individu (Kalil, 2003). Menurut Walsh (2006), resiliensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan tentang latar belakang masalah, perumusan penelitian, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian serta manfaat yang diperoleh dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang
Lebih terperinci