IMPLEMENTASI PROGRAM UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT (BINMAS) POLSEK SEMPOLAN JEMBER Oleh: Rahmadi Kurniawan NIM:
|
|
- Sonny Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IMPLEMENTASI PROGRAM UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT (BINMAS) POLSEK SEMPOLAN JEMBER Oleh: Rahmadi Kurniawan NIM: Abstrak Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa program Unit Binmas Polsek Sempolan Jember belum dapat diimplementasikan secara maksimal sesuai apa yang direncanakan. Hal ini disebabkan karena masih adanya faktor-faktor yang menghambat, diantaranya: 1) Kondisi personel Unit Binmas Polsek Sempolan Jember saat ini baik secara kualitas maupun kuantitas masih jauh dari apa yang diharapkan (sangat terbatas). 2) Pemahaman, kepedulian dan pemberdayaan fungsi Unit Binmas di jajaran organisasi Polsek Sempolan Jember masih sangat minim. 3) Terbatasnya anggaran bagi Unit Binmas Polsek Sempolan untuk mendukung berbagai program pembinaan ketertiban dan keamanan masyarakat (kamtibmas). 4) Masih adanya perilaku kolutif dikalangan oknum di lapangan yang mempraktekkan cara-cara memperoleh informasi secara tidak etis/tidak syah. 5) Masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat untuk ikut mendukung kegiatan Unit Binmas dalam mengimplementasikan program pembinaan ketertiban dan keamanan masyarakat. Hal ini berdampak pada beberapa wilayah masih rawan terjadi kasus pelanggaran hukum. Kata Kunci: Implementasi, Program Unit Binmas Abstract Based on research conducted indicates that the program units of Jember Sempolan Binmas police can not be implemented optimally match what is planned. This is due to the persistence of the factors that inhibit, including: 1 ) Condition Unit personnel Binmas Sempolan Jember police today both in quality and quantity is still far from what is expected ( very limited ). 2 ) understanding, awareness and empowerment Unit functions within the organization Binmas Sempolan Jember Police still very minimal. 3 ) Lack of budget for the Police Unit Binmas Sempolan to support various development programs public order and safety ( kamtibmas ). 4 ) There are some collusive behavior among officers in the field who practice ways of obtaining information is unethical / unlawful. 5 ) The low awareness of the majority community to help support the activities Binmas Unit in implementing development programs public order and security. This resulted in some areas are still prone to cases of violation of the law. Keywords : Implementation, Program Unit Binmas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi yang sederhana ini akan mencoba mengangkat topik tentang Implementasi Program Unit Pembinaan Masyarakat (Unit Binmas) Polsek Sempolan Jember. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dalam kehidupan masyarakat diperlukan adanya keamanan dan ketertiban agar masyarakat bisa hidup dengan tenteram, aman dan damai. Polri dalam salah satu substansi tugas pokoknya adalah memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat bersumber dari kedudukan fungsi kepolisian sebagai bagian dari fungsi pemerintahan negara yang 1
2 pada hakekatnya bersifat pelayanan publik ( public service) dan termasuk dalam kewajiban umum Kepolisian. Dalam pengelolaan suatu negara, peran kepolisian sangatlah dibutuhkan agar pemerintah dapat menjalankan program kebijakannya dengan baik. Terutama dalam mengatasi masalah keamanan dan ketertiban negara berupa Ancaman, Tantangan, Hambatan & Gangguan (ATHG), sangatlah mustahil apabila tanpa bantuan kepolisian. Fungsi kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban sangat diperlukan dari awal perencanaan program, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasinya. Kepolisian Resort Jember sesuai dengan tugas pokok dan wewenangnya adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, memberikan perlindungan hukum, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat. Dalam kaitan dengan salah satu fungsi kepolisian sebagai institusi yang memelihara keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, maka di tingkat Polsek dibentuk institusi kepolisian yang bernama Unit Pembinaan Masyarakat (Unit Binmas) yang dipimpin oleh Kanit Binmas dan secara hirarkis berada dibawah Kapolsek. Di tingkat Polsek peran Unit Binmas ini sangat penting terutama dalam memberikan pembinaan kepada seluruh masyarakat, sehingga kehidupan yang benar-benar aman dan tertib bisa diwujudkan. Salah satu hal yang menarik adalah bahwa meskipun sejak lama di tingkat Polsek telah dibentuk Unit Binmas dan telah berusaha untuk terus menerus melakukan tugas pokok dan fungsi pembinaan kepada masyarakat melalui berbagai program, namun hingga kini kehidupan masyarakat yang benar-benar aman, tertib dan damai belum bisa diwujudkan dengan baik. Untuk itulah peran Unit Binmas Polsek Sempolan Jember dalam mengimplementasikan berbagai program atau kegiatan kualitasnya harus lebih ditingkatkan lagi dan para personilnya juga harus lebih dekat dengan masyarakat sehingga seluruh masyarakat merasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari fungsi keamanan dan ketertiban itu sendiri. Berdasarkan itulah penulis tertarik mengambil judul, yaitu: Implementasi Program Unit Pembinaan Masyarakat (Unit Binmas) Polsek Sempolan Jember 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut studi ini akan diarahkan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. bagaimanakah implementasi program Unit Pembinaan Masyarakat (Unit Binmas) Polsek Sempolan Jember? 2. faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat bagi Unit Binmas Polsek Sempolan dalam mengimplementasikan programnya? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. untuk memberikan gambaran tentang implementasi program Unit Pembinaan Masyarakat (Unit Binmas) Polsek Sempolan Jember; 2. untuk memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam implementasi program Unit Binmas Polsek Sempolan. Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu : 1. diharapkan dapat memberikan masukan bagi Unit Binmas Polsek Sempolan khususnya dan Polres Jember umumnya dalam meningkatkan tugas pokok dan fungsi Unit Binmas dimasa yang akan datang; 2
3 2. diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang ilmu pemerintahan pada khususnya; 3. diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi semua pihak yang tertarik meneliti dengan topik atau judul yang sama. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Implementasi Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa implementasi adalah sistem rekayasa. (lihat dalam pengertianimplementasi-menurut-para.html) Menurut Kamus Webster, implementasi dirumuskan sebagai: to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana dan untuk melaksanakan sesuatu), to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara menstruktur/mengatur proses implemntasinya. Dalam pandangan George C. Edwards dalam buku Leo Agustino (2006:149), Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variable, yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur organisasi. Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan sebagai sebuah proses pengumpulan sumber daya Alam dan Sumber Daya Manusia dan diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut merupakan bentuk transformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam kebijakan menjadi pola pola operasional yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Hakikat utama implementasi adalah pemahaman atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah kebijakan diputuskan. 2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Polsek Tugas Pokok dan Fungsi Kapolsek Polsek bertugas menyelenggarakan Tugas Pokok Polri Dalam Pemeliharaan Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat, Penegakan Hukum, Pemberian Perlindungan, Pengayoman Dan Pelayanan Kepada Masyarakat Serta Tugas-Tugas Polri Lainnya Dalam Daerah Hukumnya Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Sedangkan Kapolsek bertugas memimpin, membina, mengatur dan mengendalikan satuan organisasi di lingkungan polsek dan unsur pelaksanaan kewilayahan dalam jajarannya termasuk kegiatan pengamanan markas serta memberikan saran pertimbangan kepada kapolres yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya. Adapun fungsi yang dijalankan Kapolsek adalah: 3
4 a. Pengawasan, Pengendalian, Pemimpin Dan Pembina Satuan Organisasi Di Lingkungan Polsek Dan Unsur Pelaksana Kewilayahan dalam Jajarannya Termasuk Kegiatan Pengamanan Markas. b. Pemberian Saran Pertimbangan Kepada Kapolres Yang Terkait Dengan Pelaksanaan Tugasnya. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Kapolsek melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. memberikan arahan dan kebijakan strategis polsek di maupun operasional di lingkungan unsur pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan. b. memberikan perintah/tugas kepada unsur pengawas dan pembantu pelaksana pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan. c. menerima laporan pelaksanaan tugas baik di bidang pembinaan maupun di bidang operasional dari unsur pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Humas (Sihumas) Seksi Humas bertugas bertugas mengumpulkan, mengolah data dan menyajikan informasi serta dokumentasi yang berkaitan dengan tugas polsek. Adapun fungsi Seksi Humas adalah: a. pengumpulan dan pengolahan data serta peliputan dan dokumentasi kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas polsek; b. pengelolaan dan penyajian informasi sebagai bahan publikasi kegiatan polsek Seksi Umum (Sium) Tugas Seksi Umum adalah menyelenggarakan perencanaan, pelayanan administrasi umum, ketatausahaan dan urusan dalam, pelayanan kantor, perawatan tahanan serta pengelolaan barang bukti di lingkungan polsek. Adapun fungsi Seksi Umum adalah: a. perencanaan kegiatan, pelayanan administrasi umum serta ketatausahaan dan urusan dalam antara lain kesekretariatan dan kearsipan di lingkungan polsek; b. pelayanan administrasi personel dan sarana prasarana; c. pelayanan kantor antara lain pelayanan fasilitas kantor, rapat, protokoler untuk upacara, dan urusan dalam di lingkungan di lingkungan polsek; d. perawatan tahanan dan pengelolaan barang bukti. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Seksi Umum menjalankan kegiatan diantaranya: a. Urusan Perencanaan Administrasi (Ur Renmin), yaitu melakukan perencanaan kegiatan dan administrasi personel serta sarana prasarana; b. Urusan Tata Urusan Dalam (Ur Taud), yaitu melakukan pelayanan administrasi umum, ketatausahaan dan urusan dalam, kearsipan, dan pelayanan kantor di lingkungan polsek; c. Urusan Tahanan Dan Barang Bukti (Ur Tahti), yaitu melakukan perawatan tahanan dan pengelolaan barang bukti Unit Provos Unit Provos bertugas melaksanakan pembinaan disiplin personil polsek, pemeliharaan ketertiban serta pengamanan internal dalam penegakan disiplin dan kode etik profesi polri dan pelayanan pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan perilaku dan tindakan personel Polri; Adapun fungsi Unit Provos adalah: 4
5 a. pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan personel polri; b. penegakan disiplin dan ketertiban personel polsek; c. pengamanan internal, dalam upaya penegakan disiplin dan kode etik profesi polri; d. pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap personel polsek yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan kode etik profesi; e. pengusulan rehabilitasi personel polsek yang telah melaksanakan hukuman berdasarkan hasil pengawasan dan penilaian yang dilakukan. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Unit Provos menjalankan kegiatan diantaranya: a. melakukan pengamanan internal dalam rangka penegakan disiplin dan atau kode etik profesi polri, pengusulan rehabilitasi personel polsek yang telah melaksanakan hukuman berdasarkan hasil pengawasan dan penilaian; b. melakukan pelayanan pengaduan masyarakat terhadap penyimpangan perilaku dan tindakan personel polri, penegakan disiplin dan ketertiban personel polsek, serta pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap personel polsek yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau kode etik profesi polri Unit Intelkam Unit Intelkam bertugas menyelenggarakan fungsi intelejen di bidang keamanan meliputi pengumpulan bahan keterangan/informasi untuk keperluan deteksi dini ( early detection) dan peringatan dini (early warning), dalam rangka pencegahan terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, serta pelayanan perizinan. Adapun fungsi Intelkam adalah: a. pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan dan produk intelijen dilingkungan polsek; b. pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning), pengembangan jaringan informasi melalui pemberdayaan personel pengemban fungsi intelijen; c. pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah tingkat kecamatan /kelurahan; d. pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan lingkungan serta penyusunan produk intelijen; e. penyusunan intel dasar, prakiraan intelijen keamanan, dan menyajikan hasil analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan; f. pemberian pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya, penerbitan rekomendasi skck kepada masyarakat yang memerlukan, serta melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Intelkam menjalankan kegiatan sebagai berikut: a. melaksanakan deteksi dini; b. melaksanakan pembuatan produk intel; c. melaksanakan pulbaket; d. melaksanakan peringatan dini / early warning; e. melaksanakan pemberian saran dan masukan informasi intelejen kepada pimpinan; f. melaksanakan pembangun jaringan intelejen; g. melaksanakan pembuatan kirka intel; h. melaksanakan giat anev; i. melaksanakan giat dinas kepolisian lainnya; 5
6 2.2.6 Unit Reskrim Unit Reskrim bertugas melaksanakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi. Dalam menjalankan tugasnya Unit Reskrim berfungsi antara lain: a. Pelaksanaan Penyelidikan Dan Penyidikan Tindak Pidana; b. Pelayanan Dan Perlindungan Khusus Kepada Remaja, Anak-Anak Dan Wanita Baik Sebagai Pelaku Tindak Pidana Maupun Korban Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan; c. Pengidentifikasian Untuk Kepentingan Penyidikan. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Unit Reskrim menjalankan kegiatan sebagai berikut: a. melaksanakan penyelidikan tindak pidana; b. melaksanakan olah TKP; c. melaksanakan kegiatan gelar perkara; d. melaksanakan pemberkasan perkara; e. melaksanakan koordinasi dengan CJS; f. melaksanakan kegiatan upaya paksa; g. melaksanakan kegiatan kring serse; h. melaksanakan pembuatan SP2HP; i. melaksanakan penyerahan tersangka dan barang bukti serta berkas perkara kepada kejaksaan; j. melaksanakan pembuatan rengiat; k. melaksanakan pembuatan rab lidik atau sidik; l. melaksanakan pembuatan perwabku; m. melaksanakan penyusunan laporan rutin dan insidentil; n. melaksanakan giat dinas kepolisian lainnya Satuan Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Tugas SPKT memberikan pelayanan kepolisian secara terpadu terhadap laporan/pengaduan masyarakat, memberikan bantuan dan pertolongan, serta memberikan pelayanan informasi. Adapun fungsi dari SPKT adalah: a. pelayanan kepolisian kepada masyarakat secara terpadu, antara lain dalam bentuk laporan polisi (LP), Surat Tanda Terima Laporan Polisi (STTLP), Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP), Surat Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (Sktlk), Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP), dan Surat Izin Keramaian (SIK); b. pemberian bantuan serta pertolongan, antara lain Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TPTKP) dan pengamanan kegiatan masyarakat dan koordinasi dengan instansi pemerintah; c. pelayanan masyarakat melalui surat dan alat komunikasi, antara lain telepon, pesan singkat, faksimile, jejaring sosial (internet); d. pelayanan informasi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. penyiapan registrasi pelaporan, penyusunan dan penyampaian laporan harian kepada Kapolsek. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya SPKT melaksankan kegiatan sebagai berikut: a. melaksanakan pelayanan kepolisian secara terpadu; b. memberikan penerimaan laporan dan pengaduan; c. memberikan bantuan atau pertolongan; d. memberikan pelayanan surat keterangan; 6
7 e. mendatangi dan mengamankan tkp; f. memberikan laporan situasi kepada kapolsek; g. melaksanakan keamanan mako; h. melaksanakan giat dinas kepolisian lainnya. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan dan mengungkap fakta, keadaan, fenomena dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian deskriptif kualitatif ini berusaha melukiskan atau menggambarkan sejumlah konsep yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel. Ciri pokok metode deskriptif kualitatif adalah lebih menekankan pada mencari jawaban atas permasalahan lewat subyek penelitian daripada hanya mencari fakta-fakta yang aktual. Penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang hanya akan meluruskan keadaan obyek atau menggambarkan suatu persoalan dan tidak dimaksudkan untuk mengambil atau menarik kesimpulan yang berlaku umum. 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Unit Binmas Polsek Sempolan Jember dengan pertimbangan antara lain: pertama, Polsek Sempolan merupakan salah satu Polsek di Kabupaten Jember yang cukup berhasil dalam menjalankan program pembinaan kepada masyarakat. Kedua, Sepanjang pengetahuan peneliti topik penelitian ini belum pernah diteliti di Polsek Sempolan, sehingga diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan program pembinaan masyarakat di masa yang akan datang. Ketiga, Polsek Sempolan berada di pusat kecamatan sehingga memberikan kebebasan dan keleluasaan bagi peneliti untuk bergerak dari berbagai keterbatasan baik waktu, dana maupun tenaga. 3.3 Penentuan Sumber Data Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua. Sumber data primer diperoleh dari 6 orang informan yang terdiri dari: 1 orang personil Unit Binmas Polsek sempolan Jember, yaitu Kanit Binmas dan 5 orang dari pihak masyarakat, yaitu: Bambang Haryanto, Suyono, Suripto, Hartono dan Sumardi. Penentuan para informan atau sumber data primer tersebut dilakukan dengan teknik purposive, yaitu dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa sumber data atau informan yang dipilih dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber tertulis, misalnya dokumen rencana program/kegiatan Unit Binmas, laporan kegiatan tahunan Unit Binmas, dokumen SOP, Peraturan Kapolri, dan berbagai dokumen lainnya. 7
8 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: 1. Teknik observasi partisipan. Observasi partisipan dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap setiap aktivitas yang dilakukan oleh para personil Unit Binmas Polsek Sempolan Jember dalam menjalankan program pembinaan masyarakat. 2. Wawancara, yaitu proses tanya jawab antara peneliti dengan para informan. Wawancara ini dilakukan terhadap 1 (satu) orang personil Polsek Sempolan, yaitu Kanit Binmas serta 5 (lima) orang dari pihak masyarakat yang dibina. 3. Teknik dokumentasi. Hal ini dilakukan dengan membaca dan mempelajari berbagai referensi atau dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, misalnya: Profil Polsek Sempolan Jember, dokumen laporan tahunan Unit Binmas Polsek Sempolan dan data sekunder lainnya yang terkait dengan masalah yang diteliti. 3.5 Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data-data yang diperoleh maka penulis menggunakan metode analisis data kualitatif yaitu data yang dapat diperoleh dari hasil dokumentasi digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh suatu kesimpulan penelitian. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Program Unit Binmas Polsek Sempolan Program Pembinaan keamanan dan Ketertiban Masyarakat Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang dilakukan ditemukan data atau informasi bahwa selama tahun 2013 program pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat oleh Unit Binmas Polsek Sempolan telah diimplementasikan dengan bentuk-bentuk aktivitas sebagai berikut: a. Melakukan pembinaan potensi masyarakat, antara lain dengan: 1. Melakukan pendataan tentang organisasi-organisasi sosial, organisasiorganisasi profesi dan kelompok-kelompok masyarakat dalam wilayah Kecamatan Sempolan. 2. Menjalin hubungan baik ( Public Relation) dengan Pimpinan/pengurus dan sebanyak mungkin anggota-anggota dari organisasi atau kelompok-kelompok masyarakat baik formal maupun nonformal. 3. Menjalin kerjasama dengam kekuatan masyarakat dalam rangka pemeliharaan Kamtibmas. b. Pembinaan Ketertiban Sosial, antara lain: 1. Melaksanakan inventarisasi dan identifikasi masalah-masalah/pmks (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) di wilayah Kecamatan Sempolan yang dapat menjurus pada situasi konflik ). 2. Melakukan pendekatan-pendekatan dan bimbingan terhadap tokoh-tokoh masyarakat dan anggota-anggota masyarakat yang mempunyai sikap dan perilaku menyimpang/fanatik (cenderung ekstrim kanan/ ekstrim kiri), dalam rangka membantu Polsek Sempolan melakukan pembinaan/penggalangan 8
9 tokoh-tokoh atau kelompok masyarakat yang bersikap atau berperilaku menyimpang/fanatic tersebut. 3. Bersama pimpinan tokoh-tokoh masyarakat setempat melakukan pembinaan terhadap eks Narapidana. c. Rehabilitasi, antara lain: 1. Bersama-sama dengan Instansi setempat melakukan upaya rehabilitasi social akibat bencana alam, pencemaran lingkungan. 2. Membantu instansi yang berwenang dalam melakukan penyelenggaraan berbagai proyek-proyek rehabilitasi sosial maupun rehabilitasi lingkungan. Misalnya: Rahabilitasi masalah Tuna Karya, tuna Wisma, Proyek pemasyarakat suku terasing, reboisasi dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan ketika ditanyakan tentang bagaimana tanggapan mereka terhadap pelaksanaan program pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat yang dilakukan oleh Unit Binmas Polsek Sempolan ini ia menyampaikan bahwa: dengan adanya program pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat di desa, maka masyarakat di desa merasa jauh lebih dekat dengan pihak kepolisian, sehingga apabila terjadi permasalahan sosial maupun kriminal dalam masyarakat, maka pihak masyarakat tidak segan-segan untuk melapor atau minta pendapat polisi (wawancara dengan Bambang Haryanto, tanggal 22 November 2013). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa program pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat yang dilakukan oleh Unit Binmas Polsek Sempolan ini sangat membantu pihak kepolisian dalam menjaga ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. Melalui program pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat ini diharapkan agar masyarakat bisa merasakan bahwa mereka adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pihak kepolisian dalam ikut menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat Program Pembinaan Terhadap Forum Komunitas Perpolisian Masyarakat (FKPM) di Desa Program pembinaan terhadap Forum Komunitas Perpolisian Masyarakat (FKPM) di desa ini dilakukan dengan tujuan agar terjalin kemitraan antara pihak kepolisian dengan masyarakat. Dari hasil penelusuran dokumentasi yang dilakukan ditemukan data atau informasi bahwa selama tahun 2013 kegiatan ini telah berhasil diimplementasikan sebanyak 9 (sembilan) kali. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan ketika ditanyakan tentang bagaimana tanggapan mereka terhadap pelaksanaan program pembinaan FKPM ini ia menyampaikan bahwa: menurut saya dengan adanya Forum Komunitas Perpolisian Masyarakat di desa ini sangat membantu semua masyarakat yang sedang mempunyai permasalahan antar masyarakat, karena masyarakat tidak perlu melapor lagi ke Polsek setempat dan bisa diselesaikan di desa (wawancara dengan Suyono, tgl 22 November 2013). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa sejak dibentuknya FKPM di Polsek Sempolan ini sangat membantu pihak kepolisian dalam 9
10 menjaga ketertiban dan keamanan dalam masyarakat, karena dengan adanya FKPM ini maka ketika terjadi perselisihan diantara berbagai kelompok dalam masyarakat mereka tidak perlu lagi melapor ke polsek. Semua permasalahan yang terjadi antar masyarakat dapat dimediasi lewat FKPM Program Pembinaan Terhadap Poskamling Program pembinaan terhadap Poskamling ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam ikut menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat dimana mereka berada. Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan ditemukan data bahwa selama tahun 2013 program pembinaan terhadap Poskamling ini telah diimplementasikan sebanyak 36 kali kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan ketika ditanyakan tentang bagaimana tanggapan mereka terhadap pelaksanaan program pembinaan Poskamling ini ia menyampaikan bahwa: dengan program pembinaan Poskamling yang ada di desa-desa, maka hal ini bisa meminimalkan angka tindak kriminal pencurian yang kerap terjadi di rumah-rumah warga. Dan kami berharap bahwa program pembinaan secara terus menerus dapat dilakukan agar semua masyarakat dapat memahami arti pentingnya keberadaan Poskamling (wawancara dengan Suripto, tanggal 22 November 2013). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa program pembinaan Poskamling yang dilakukan oleh Unit Binmas Polsek Sempolan ini sangat membantu pihak kepolisian dalam menjaga ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. Melalui program pembinaan Poskamling ini diharapkan agar masyarakat bisa merasakan bahwa mereka adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pihak kepolisian dalam ikut menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat Program Pembinaan dan Penyuluhan kepada Siswa SMP dan SMA Program pembinaan dan penyuluhan terhadap para siswa SMP dan SMA ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran para siswa dalam ikut menciptakan keamanan dan ketertiban di lingkungan sekolah dan masyarakat dimana mereka berada. Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan ditemukan data bahwa program pembinaan dan penyuluhan terhadap para siswa SMP dan SMA ini telah berhasil diimplementasikan setiap minggu dengan mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Sempolan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan ketika ditanyakan tentang bagaimana tanggapan mereka terhadap pelaksanaan program pembinaan dan penyuluhan ini ia menyampaikan bahwa: menurut saya sangat setuju sekali, karena dengan sering diadakannya penyuluhan oleh anggota Polsek di sekolah-sekolah dapat memberikan dorongan kepada siswa/siswi untuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang melanggar hukum serta norma-norma yang dilarang oleh pemerintah maupun agama (wawancara dengan Hartono, tanggal 22 November 2013) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa program pembinaan dan penyuluhan yang dilakukan oleh Unit Binmas Polsek Sempolan kepada para siswa ini sangat membantu pihak kepolisian dalam menjaga ketertiban 10
11 dan keamanan dalam masyarakat, khususnya dilingkungan sekolah. Melalui program pembinaan dan penyuluhan ini diharapkan agar semua siswa bisa ikut menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat dengan tidak melakukan sesuatu tindakan yang melanggar hukum serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat Program Pembinaan Terhadap Club-Club Motor Program pembinaan dan penyuluhan terhadap club-club motor ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya yang terlibat dalam club-club motor untuk ikut menciptakan keamanan dan ketertiban di jalan raya, sehingga tidak mengganggu ketertiban lalu lintas. Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan ditemukan bahwa selama tahun 2013 program pembinaan dan penyuluhan terhadap club-club motor oleh unit Binmas Polsek Sempolan ini telah diimplementasikan sebanyak 46 kali kegiatan penyuluhan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan ketika ditanyakan tentang bagaimana tanggapan mereka terhadap pelaksanaan program pembinaan dan penyuluhan terhadap club-club motor yang dilakukan oleh Unit Binmas Polsek Sempolan ia menyampaikan bahwa: saya sangat setuju dan mendukung sepenuhnya apabila semua club motor di Sempolan ini bisa dibina dan dirangkul oleh pihak Polsek Sempolan, hal ini supaya tidak liar di jalan raya dan mengganggu para pengguna jalan yang lain dan yang penting juga adalah mereka lebih mengerti mengenai tata cara berkendara yang baik di jalan (wawancara dengan Sumardi, tanggal 22 November 2013) Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa program pembinaan dan penyuluhan yang dilakukan oleh Unit Binmas Polsek Sempolan kepada club-club motor ini sangat membantu pihak kepolisian dalam menjaga ketertiban dan keamanan dalam masyarakat, khususnya di jalan raya. Melalui program pembinaan dan penyuluhan ini diharapkan agar semua club motor bisa ikut menciptakan keamanan dan ketertiban di jalan raya dengan tidak melakukan sesuatu tindakan yang melanggar hukum atau rambu-rambu lalu lintas, sehingga keselematan di jalan raya tetap bisa dijaga Faktor Penghambat Bedasarkan hasil wawancara penulis dengan Kanit Binmas Polsek Sempolan ketika ditanyakan tentang faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam rangka mengimplementasikan program Unit Binmas Polsek Sempolan Polres Jember, ia mengatakan bahwa: Untuk saat ini memang masih banyak faktor yang menjadi penghambat bagi Polsek Sempolan dalam mengimplementasikan program-programnya, diantaranya: kondisi personel baik secara kualitas maupun kuantitas masih jauh dari apa yang diharapkan (sangat terbatas); pemahaman, kepedulian dan pemberdayaan fungsi Unit Binmas di jajaran organisasi Polsek Sempolan Jember masih sangat minim; terbatasnya anggaran; masih adanya perilaku kolutif dikalangan petugas; dan masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat untuk ikut mendukung berbagai kegiatan Unit Binmas (Wawancara tanggal 26 Januari 2014). 11
12 Selanjutnya menurut Suyono selaku informan dari pihak masyarakat yang pernah ikut dalam program pembinaan masyarakat ketika ditanyakan tentang bagaimanakah hambatan yang dihadapi Polsek Sempolan dalam menjalankan programnya ditengah-tengah masyarakat, ia menuturkan bahwa: Menurut saya faktor penghambat di tengah masyarakat ketika Polsek melaksanakan programnya adalah masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat untuk ikut mendukung kegiatan Unit Binmas dalam mengimplementasikan programnya terutama kegiatan pembinaan ketertiban dan keamanan masyarakat. Hal ini berdampak pada beberapa wilayah masih rawan terjadi kasus pelanggaran hukum. Selain itu, seringkali juga masih ditemukan adanya oknum di lapangan yang mempraktekkan cara-cara memperoleh informasi secara tidak etis/tidak syah, seperti dengan cara menyuap oknum petugas (wawancara tanggal 26 Januari 2014). Senada dengan Suyono, empat informan lainnya yaitu: Bambang Haryanto, Suripto, Hartono dan Sumardi ketika ditanyakan tentang hambatan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan program pembinaan masyarakat yang dilakukan oleh unit Binmas Polsek Sempolan juga sepakat dengan pendapat Suyono bahwa faktor penghambat umumnya adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut mendukung berbagai program pembinaan masyarakat, padahal menurut para informan ini program tersebut justru sangat penting dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dan juga pengamatan penulis dilapangan dapat dikatakan bahwa untuk saat ini memang masih banyak faktor yang menjadi penghambat bagi Polsek Sempolan dalam mengimpelementasikan programnya. Dan keberhasilan Unit Binmas Polsek Sempolan dalam mengimplementasikan programnya sangat tergantung juga dari upaya-upaya untuk mengatasi faktor penghambat yang ada. Untuk itulah menurut penulis dalam rangka mengatasi berbagai hambatan tersebut Unit Binmas Polsek Sempolan perlu melakukan berbagai langkah strategis, misalnya: melakukan peningkatan kemampuan personil, pembinaan secara terus menerus kepada setiap personil agar menghindari perilaku kolutif, peningkatan jumlah anggaran pembinaan masyarakat dan pemberdayaan unit Binmas. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan ada beberapa program yang sudah diimplementasikan oleh Unit Binmas Polsek Sempolan, yaitu: program pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat, program pembinaan terhadap Forum Komunitas Perpolisian Masyarakat (FKPM) di desa, program pembinaan terhadap poskamling, program pembinaan dan penyuluhan kepada siswa SMP dan SMA dan program pembinaan terhadap club-club motor. Berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan berbagai program tersebut belum sepenuhnya dapat diimplementasikan secara maksimal sesuai apa yang direncanakan. Hal ini disebabkan karena masih adanya faktor-faktor yang menghambat, misalnya: 12
13 a. Kondisi personel Unit Binmas Polsek Sempolan Jember saat ini baik secara kualitas maupun kuantitas masih jauh dari apa yang diharapkan (sangat terbatas). b. Pemahaman, kepedulian dan pemberdayaan fungsi Unit Binmas di jajaran organisasi Polsek Sempolan Jember masih sangat minim. c. Terbatasnya anggaran bagi Unit Binmas Polsek Sempolan untuk mendukung berbagai program pembinaan ketertiban dan keamanan masyarakat (kamtibmas). d. Masih adanya perilaku kolutif. Dalam hal ini masih ditemukan adanya oknum di lapangan yang mempraktekkan cara-cara memperoleh informasi secara tidak etis/tidak syah, seperti dengan cara menyuap oknum petugas. e. Masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat untuk ikut mendukung kegiatan Unit Binmas dalam mengimplementasikan program pembinaan ketertiban dan keamanan masyarakat. Hal ini berdampak pada beberapa wilayah masih rawan terjadi kasus pelanggaran hukum. 5.2 Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat memberikan saransaran sebagai berikut: a. perlu peningkatan personel Unit Binmas Polsek Sempolan Jember baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga mereka bisa melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik; b. perlu peningkatan pemahaman, kepedulian dan pemberdayaan fungsi Unit Binmas di jajaran organisasi Polsek Sempolan Jember yang masih sangat minim; c. perlu peningkatan anggaran bagi Unit Binmas Polsek Sempolan untuk mendukung berbagai program pembinaan ketertiban dan keamanan masyarakat (kamtibmas); d. perlu melakukan upaya-upaya serius dalam memberantas perilaku kolutif, baik dikalangan personil maupun dikalangan masyarakat; e. perlu upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut mendukung kegiatan Unit Binmas dalam mengimplementasikan program pembinaan ketertiban dan keamanan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Buku-buku: Hardiansyah Kualitas Pelayanan Publik (Konsep Dimensi, Indikator, dan Implementasinya). Yogyakarta: Gava Media Riant Nugroho D Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Ratminto, Atik Septi Winarsih Manajemen Pelayanan: Pengembangan Modal Konseptual, Penerapan Citizen's Charter dan Standar Pelayanan Minimal.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Subarsono, AG Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Pustaka Pelajar. Singarimbun, Effendi Metode Penelitian Survai (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Undang-Undang dan Peraturan lainnya: Surat telegram dengan No.Pol.: STR/32/III/2009 dari Kababinkam Polri kepada Para Kapolda tentang Program Quick Wins 13
14 Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pasal 13 huruf c, pasal 14 huruf b, pasal 15 ayat 2 huruf ( c). Laporan Tahunan Unit Binmas Polsek Sempolan Jember, 2012, 2013 SOP Unit Binmas Polsek Sempolan Jember, 2013 Profil Polsek Sempolan Jember, 2013 Dokumen Elektronik: pengertian-implementasi-menurut-para.html- (diakses tanggal 11 Desember 2013) html (diakses tanggal 9 Oktober 2013) 14
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru terletak antara 101 0 14-101 0 34 Bujur timur dan 0 0 25 0 0 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987
Lebih terperinciRestorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:
IMPLEMENTASI SISTEM KEAMANAN SWAKARSA (STUDI PATROLI KEAMANAN POLISI) DI KECAMANTAN KATINGAN HILIR, KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Oleh Santi Bahar Ising dan Indra Chusin Program Studi Administrasi
Lebih terperinciSTANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BENGKULU BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA Bengkulu, September 2014
Lebih terperinciSOP SAT INTELKAM POLRES BIMA. 1. Undang undang No. 02 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT R E S O R B I M A I. PENDAHULUAN 1 SOP SAT INTELKAM POLRES BIMA 1. Undang undang No. 02 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia.
Lebih terperinciSTANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016
KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016 Selong, 3 Januari 2016 KEPOLISIAN
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA I. PENDAHULUAN 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016 a. Bahwa dalam rangka pengembangan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM POLRES JEMBER. Lokasi Polres Jember berada di Jalan Kartini No.17, Jember Jawa
BAB II GAMBARAN UMUM POLRES JEMBER 1.7 Sejarah Singkat Polres Jember Polres Jember adalah Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok Polri Sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat serta penegakan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN NOMOR 52/2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciSTANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RESOR PANGKALPINANG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING I. PENDAHULUAN 1. UMUM a. Polri sebagai aparat negara yang bertugas
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru
BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru Polsek Tampan berdiri pada tahun 1998 bertepatan di Jl. HR. Subrantas Kota Pekanbaru. Diresmikan oleh Kapolri
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2012
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR DIREKTORAT INTELIJEN KEAMANAN PERATURAN DIREKTUR INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2012 TENTANG STANDARD OPERASIONAL
Lebih terperinciSOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Lebih terperinci2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No
No.757, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Sistem Informasi Penyidikan. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI
PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI
Lebih terperinciW A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG
W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KETERTIBAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH
33 BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 3.1 Organisasi Polda Jawa Tengah Sesuai dengan keputusan Kapolri No. Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi sudah merambah semua bidang, mulai dari bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi sudah merambah semua bidang, mulai dari bidang ekonomi, sosial, budaya, politik bahkan bidang medis. Salah satu bidang yang juga terambah
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang a. Bahwa institusi
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA T ENT ANG TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING) DI W ILAYAH HUKUM POL R E S
Lebih terperinciANALISIS BEBAN KERJA SATRESKRIM BULAN JANUARI TAHUN 2016
KEPOLISIN NEGR REPULIK INDONESI DERH NUS TENGGR RT RESORT DOMPU NLISIS EN KERJ STRESKRIM ULN JNURI THUN 2016 I KST RESKRIM JUMLH EN WKTU YNG 1. Melaksanakan apel pagi 31 Kean 18 Jam 2. Disposisi TR dan
Lebih terperinciBUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG
-1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSTANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENANGANAN COMPLAIN DARI MASYARAKAT DI LINGKUNGAN POLRES LOMBOK TIMUR I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN KEGIATAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) Tentang
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) Tentang MEDIASI PENYELESAIAN PERKARA ATAU RESTORATIVE JUSTICE PERKARA PIDANA PADA TINGKAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,
BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KLATEN DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Kepolisian tidak dapat dipisahkan dari supra sistem yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang membahas tantang kepolisian dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekanbaru adalah kota terbesar yang berada pada posisi ketiga jumlah penduduknya setelah Medan dan Palembang di Pulau Sumatra. Mengingat arus migrasi yang masuk ke Kota
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM SAT BINMAS POLRES MATARAM i KATA PENGANTAR Kepercayaan masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciNO. JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDURE (SOP) UNIT 1 (SOSIAL POLITIK) SAT INTELKAM POLRES MATARAM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDART OPERASIONAL PROSEDURE (SOP) UNIT 1 (SOSIAL POLITIK) SAT INTELKAM POLRES MATARAM I. PENDAHULUAN 1. UMUM a. Intelijen
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM
Lebih terperinciRENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Latihan adalah merupakan salah satu upaya
Lebih terperinci2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
No. 1811, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Pengamanan Internal. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMANAN INTERNAL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN KERAMAIAN UMUM, KEGIATAN MASYARAKAT LAINNYA, DAN PEMBERITAHUAN KEGIATAN POLITIK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (UNIT PPA)
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Lebih terperinciJURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN
JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN Diajukan oleh : GERRY PUTRA GINTING NPM : 110510741 Program Studi : Ilmu Hukum
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA KOTA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN MASYARAKAT PENERBITAN SURAT IJIN, SURAT KETERANGAN, REKOMENDASI DAN SURAT TANDA
Lebih terperinci1. Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
REFORMASI BIROKRASI POLRES DHARMASRAYA DALAM MENJAGA SITUASI KAMTIBMAS DENGAN PEMBINAAN SISKAMLING MELALUI PROGRAM RUNDO BASAMO POLISI / KAPOLRES (RONDA BERSAMA POLISI DENGAN MASYARAKAT) DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT TAHANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas pemeliharaan ketertiban, ada banyak pihak diantaranya adalah masyarakat yang memiliki peranan
Lebih terperinci- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA KOMISI III DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2015 [1] RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciURAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas :
URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No 1. Kepala Satuan Memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN RIAU
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 78 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR ORGANISASI TERENDAH PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
Lebih terperinciTUPOKSI DAN URAIAN TUGAS
TUPOKSI DAN URAIAN TUGAS Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP 1. Menegakan Peraturan Daerah 2. Menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 3. Serta perlindungan masyarakat Uraian Tugas Kepala
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUBDIT KERMA TAHUN 2017
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT BINMAS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUBDIT KERMA TAHUN 2017 Mataram, 5 Januari 2017 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciTUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN
TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN (Berdasarkan Peraturan Bupati Sigi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Tentang SISTEM PELAYANAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN POLRES PARIAMAN I. PENDAHULUAN 1. Umum Untuk
Lebih terperinci7. PENUTUP Kesimpulan
7. PENUTUP 7.1. Kesimpulan Tulisan ini ingin menunjukan bahwa keberadaan kelompok preman yang dipimpin oleh MT memiliki daerah kekuasaan di PD. Pasar Jaya Pasar Minggu dan sekitarnya, bahkan hampir seluruh
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 28-1997 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG
PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. Polres dan Polsek.
No.478, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. Polres dan Polsek. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA YOGYAKARTA
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 17 Peraturan Daerah Kota Madiun
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TANGERANG
1 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 136,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA DUMAI
KOTA DUMAI BERITA DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 43 Tahun 2008 Seri : D Nomor 42 PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT
1 WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG
BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :60 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG
1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN PEMBINAAN MASYARAKAT POLRES LOMBOK TENGAH
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TENGAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN PEMBINAAN MASYARAKAT POLRES LOMBOK TENGAH Praya, 30 Juni 2016 KEPOLISIAN NEGARA
Lebih terperinciSOP (STANDART OPERASIONAL PROSEDUR) Tentang
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN SOP (STANDART OPERASIONAL PROSEDUR) Tentang REFORMASI BIROKRASI POLRES PARIAMAN DALAM MENJAGA SITUASI KAMTIBMAS DENGAN PEMBINAAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI
DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN POLRI PUSAT PEMBINAAN PROFESI I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI Pelayanan publik
Lebih terperinciWALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI
WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN
SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN BARITO
Lebih terperinciTUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN TAMAN
TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN TAMAN Susunan organisasi Kecamatan Taman berdasarkan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 3 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan kelurahan, terdiri
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 03 Tahun : 2008 Seri : D
c. bahwa atas dasar pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, dan Tugas Lembaga Teknis Daerah; LEMBARAN DAERAH
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PANDEGLANG
Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
Lebih terperinci