II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler"

Transkripsi

1 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsabangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini merupakan final stock yang didatangkan dari luar negeri (Samadi, 2010). Menurut Samadi (2010) secara umum, ayam ras memiliki faktor keturunan atau faktor genetis yang baik yaitu umumnya bertubuh besar, memiliki pertumbuhan yang cepat, produksi daging dan telur tinggi, serta memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk protein (daging dan telur) tinggi. Pada dasarnya, ayam ras dibedakan menjadi tiga tipe yaitu : 1) Tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) 2) Tipe petelur ( ayam ras petelur atau layer) 3) Tipe dwiguna (ayam ras pedaging dan petelur) Dari ketiga tipe ayam ras tersebut, yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) dan tipe petelur (ayam ras petelur atau layer). Oleh karena itu, di dalam masyarakat ayam ras hanya dikenal dua tipe yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras petelur. Menurut keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 940/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkan. Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama ayam broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan (perkawinan) antara ayam jantan ras White Cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras Plymouth rock 11

2 dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk daging yang tinggi, artinya dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat cepat. Namun, daya alih pakan menjadi telur sangat rendah. Oleh karena itu, ayam broiler lebih cocok atau menggantungkan bila diternakan sebagai penghasil daging. Hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010) Sedangkan menurut Rasyaf (2006) Ayam ras pedaging disebut juga ayam broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, dimana pemegang kekuasaan merencanakan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Rasyaf (1999) juga mengemukakan bahwa cirri khas ayam broiler adalah rasanya enak dan pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama. Daging ayam merupakan sumber protein yang berkualitas bila dilihat dari kandungan gizi. Daging ayam dengan berat 100 gram mengandung di dalamnya 18,20 gram protein dan 404,00 kalori yang berguna untuk menambah energy. Kandungan gizi yang terkandung daam ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 8. Berbagai cirri khas yang telah diuraikan sebelumnya, membuat usaha ternak ayam broiler banyak diminati. Selain karena periode produksi dan panen yang cepat serta kandungan gizi yang lengkap, usahanya pun dapat dilakukan dalam berbagai skala, baik skala besar maupun skala kecil. 12

3 Tabel 8. Kandungan Gizi Daging Ayam Nilai gizi per 100 gram Jumlah Kalori (kkal) 404,00 Protein (gram) 18,20 Lemak (gram) 25,00 Kolesterol (mg) 60,00 Vitamin A (mg) 243,00 Vitamin B1 (gram) 0,80 Vitamin B6 (gram) 0,16 Asam Linoleat (mg) 6,20 Kalsium (gram) 14,00 Posfor (mg) 200,00 Menurut Yunus, et al (2007), peluang investasi agribisnis ayam broiler memiliki prospek yang cukup cerah untuk masa yang akan datang. Investasi ayam broiler di sub sektor peternakan sangat prospektif karena terdapat beberapa kecenderungan, yaitu : 1) Daging unggas makin diminati oleh konsumen dengan alasan kesehatan (kandungan kolesterol relatif lebih rendah) 2) Konsumsi daging per kapita karena harga relatif murah 3) Produksi daging dalam negeri hampir seluruhnya dikonsumsi di dalam negeri, bahkan terjadi kekurangan supply sehingga terjadi impor, baik ternak besar maupun daging ayam 4) Daging ayam broiler menempati posisi pertama dalam pemenuhan permintaan dan konsumsi daging Berdasarkan Keppres No 22 tahun 1990 dinyatakan bahwa perusahaan berskala besar juga dapat melakukan budidaya ayam ras dengan skala dibebaskan dengan syarat melakukan pembinaan ke peternak rakyat. Usaha ternak dilakukan pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan perusahaan pemotongan ayam, pabrik pakan, dan perusahaan perdagangan sarana produksi ternak. 13

4 Usaha peternakan ayam broiler dikembangkan dengan kecenderungan ke arah integritas vertikal dengan pertimbangan banyaknya usaha ternak skala kecil, keuntungan yang diperoleh dan mengurangi risiko usaha. Integritas vertikal merupakan bagian dari struktur industri tipe industrial dimana seluruh bidang pada satu alur produk disatukan dalam satu kelompok usaha yang kemudian dengan unit agribisnis industrial (UAI). UAI mengintregasikan subsistem agribisnis hulu, usahaternak, hilir dan jasa penunjang. 1) Subsistem hulu Industri hulu dalam peternakan ayam broiler merupakan kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (sapronak) yang berkaitan dengan pembudidayaan ayam broiler (Pambudy, 1999). Subsistem ini merupakan bagian awal dari agribisnis dan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi agar usaha dapat berjalan dengan lancer. Industri pakan, obat-obatan, mesin dan peralatan serta pembibitan merupakan bagian dari subsistem ini. 2) Subsistem usahaternak Subsistem usahaternak inilah hasil dari industri hulu yng digunakan untuk menghasilkan komoditas ternak. Pelaksanaan pola kemitraan pelaku utama dari subsistem usahaternak adalah peternak plasma dan perusahaan inti berperan penting dalam mengajarkan dan mengontrol proses budidaya serta penerapan manajemen yang baik dalam proses tersebut (Pambudy, 1999). 3) Subsistem Hilir Subsitem hilir menurut Pambudy (1999) adalah kegiatan mengolah komoditas peternakan primer menjadi produk olahan baik dalam bentuk antara (intermediate product) maupun dalam bentuk akhir (finished product) beserta kegiatan perdagangan dan distribusinya 4) Subsistem jasa penunjang Subsistem jasa penunjang merupakan bagian yang menyediakan jasa penunjang bagi ketiga subsistem agar kegiatan UAI berjalan lancer. Subsistem jasa penunjang mencakup bidang keuangan, infrastruktur, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan konsultasi agrbisnis hingga kebijakan pemerintah baik mikro, regional dan perdagangan internasional (Pambudy, 1999) 14

5 2.2 Faktor Pendukung Pertumbuhan Ayam Broiler Menurut Rasyaf (2006), keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh lingkungan karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan itu akan terlihat. Hal-hal yang mendukung keunggulan ayam broiler seperti berikut ini : Lokasi Peternakan Lokasi peternakan sebagai tempat kegiatan proses industri peternakan harus sesuai dengan syarat kehidupan ayam broiler. Lokasi yang kurang cocok dengan kehidupan ayam broiler dapat menyebabkan produksi daging rendah walaupun ayam yang diternakkan merupakan ras unggul. Selain dari aspek lingkungan hidup, penentuan lokasi peternakan sebaiknya juga harus memperhatikan aspek teknis, sosial ekonomi, hukum, analisa mengenai dampak lingkungan (Samadi, 2010). Menurut Rasyaf (2006) ada beberapa kriteria dalam penentuan lokasi peternakan, yaitu : 1) Lokasi untuk peternakan ayam broiler sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau dipilih tempat yang sunyi. 2) Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran. 3) Lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari pengusuran Kandang dan Peralatan Kandang Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian kandang diantaranya adalah arah kandang, ukuran kandang, bentuk dan konstruksi kandang, dan ventilasi kandang. Kandang yang baik adalah kandang yang arahnya menghadap timur atau barat. Tujuannya adalah untuk mencegah masuknya sinar matahari dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama (Fadillah et al, 2007). Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah populasi ayam yang akan diproduksi. Luas kandang ayam broiler disajikan dalam Tabel 9. 15

6 Tabel 9. Luas Kandang Ayam Broiler (Fadillah et al, 2007) Umur Ayam Luas per Ekor Luas Tempat Pakan Luas Tempat Minum Broiler (Minggu) (Cm 2 ) per Ekor (Cm 2 ) per Ekor (Cm 2 ) ,5 0, ,5 0,5 Bentuk dan konstruksi kandang didasarkan pada kegunaan dan rencana usaha yang akan dijalankan. Bentuk kandang dapat dibagi berdasarkan lantainya. Bentuk kandang berdasarkan lantainya yaitu tipe lantai (floor types) dan tipe sangkar (cage types). Kandang yang baik adalah kandang yang memiliki ventilasi udara yang baik. Kandang ayam harus bebas dari segala penghalang sehingga udara dapat lebih mudah masuk ke kandang. Salah satu kendala beternak ayam broiler di daerah beriklim tropis adalah tingginya temperatur udara. Temperatur di daerah tropis adalah o C. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap produktivitas ayam broiler. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tingginya temperatur udara adalah memasang kipas angin, membuat hujan buatan, menanam pohon di sekitar kandang, menanam rumput atau tanaman pendek di sekitar kandang, dan sebagainya (Fadillah et al, 2007). Menurut Fadillah et al (2007), peralatan kandang yang digunakan dalam usahaternak ayam broiler adalah tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, dan peralatan lainnya seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dan gerobak pengangkut pakan. Tempat pakan yang sering digunakan adalah berbentuk tabung dengan kapasitas 5-7 kg. Tempat minum ayam broiler memiliki beberapa tipe yaitu galon manual atau galon otomatis. Tempat pakan dan minum tersebut harus selalu dijaga kebersihannya serta tata letak dan ketinggiannya harus benar. Peralatan pemanas selama periode pemanasan (umur 1-14 hari) terdiri dari pemanas (brooder) dan lingkaran pelindung. Jenis pemanas sangat beragam tergantung dari sumber energi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. 16

7 Tabel 10. Jenis Alat Pemanas Berdasarkan Sumber Energinya (Fadillah et al, 2007) Sumber Energi Alat Pemanas Kapasitas Jenis Pemanas Minyak Tanah Gas LPG Batu Bara Listrik Sekam Kompor Gasolec dan Regulator Kompor Lampu watt Kompor (Ekor) Day Old Chick (DOC) Menurut Rasyaf (2006), salah satu kunci sukses memelihara ayam broiler adalah memilih bibit ayam yang berkualitas. Bibit ayam (DOC) yang beredar di Indonesia bukan berasal dari strain yang dikembangkan khusus untuk daerah tropis, tetapi bibit yang telah diperbaikai (up grade) kualitas genetiknya yang dikembangkan di daerah subtropis. Dengan kata lain, DOC tersebut akan memunculkan potensi genetiknya jika lingkungan yang dibutuhkan untuk perkembangan DOC terpenuhi. Adapun ciri-ciri DOC yang berkualitas, yaitu : 1) DOC terlihat aktif, mata cerah, dan lincah. 2) Kaki besar dan basah seperti berminyak. 3) Bulu cerah, tidak kusam, dan penuh 4) Keadaan tubuh ayam normal 5) Berat badan sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 gram. Dari bibit ayam (DOC) yang berkualitas, serta dukungan lingkungan yang memadai, produksi ayam broiler komersial akan mencapai pertumbuhan yang baik. 17

8 2.2.4 Makanan Produksi daging yang tinggi dan berkualitas baik dari usaha beternak ayam broiler dapat dicapai bila makanan yang diberikan ternak berkualitas baik dan diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan ternak. Makanan yang berkualitas adalah pakan yang memiliki kandungan zat gizi (nutrient) yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah seimbang. Kekurangan salah satu gizi tersebut dapat menyebabkan proses metabolism tubuh terganggu, ternak menjadi lemah dan rentan terhadap penyakit, dan ternak tumbuh kerdil (Samadi, 2010). Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai kebutuhan ayam. Ransum juga harus masuk sempurna ke dalam tubuh ayam. Misalnya ransum itu bau tengik atau peternak salah menimbangnya maka jumlah unsur nutrisi yang masuk ke dalam usus dan kelak di serap tubuh ayam menjadi berkurang. Akibatnya akan sama, kemampuan ayam yang prima tidak tampak (Rasyaf, 2006) Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin Obat-obatan, vaksin, dan vitamin merupakan faktor produksi dalam usahaternak ayam broiler yang cukup penting. Program pengobatan dilakukan pada ayam yang telah terdeteksi terkena penyakit. Beberapa contoh antibiotik yang dapat dipakai untuk mengatasi penyakit pada ayam broiler diantaranya adalah Salynomycin, Sulfonamida, Tetracycline, Nitrofuran, Quinolon, Aminocilycoside, Betalactam, Macrolide, dan Cloramphenicol. Pemberian obat secara umum dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui air minum, melalui pakan, dan melalui suntikan (Fadillah et al, 2007). Program vaksinasi merupakan cara yang digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Cara melakukan vaksinasi diantaranya adalah melalui tetes mata, tetes hidung, mulut, suntik daging, suntik bawah kulit, tusuk jarum, melalui air minum, pakan, dan penyemprotan. Vaksin pada ayam broiler terdiri dari Vaksin Tetelo 1 18

9 (ND Live), Vaksin Gumboro (IBD Live), dan Vaksin Tetelo 2 (ND Live) (Samadi, 2010). Program pemberian obat-obatan, vaksin dan vitamin pada ayam broiler disajikan dalam Tabel 13. Tabel 11. Program Pemberian Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin pada Ayam Broiler Umur Ayam Broiler (Hari) 1-3 Keterangan Obat dan gula Jenis Obat, Vaksin dan Vitamin Colamox Dosis 10 gram (pagi hari 1) Vitamin dan gula Elektrovit 10 gram (siang hari 2) Colamox 10 gram Obat, gula dan vitamin Elektrovit 10 gram (pagi dan siang hari 3) Colamox 10 gram 4 Vaksin ND NDG dan NDLS 1 vial/botol 5-6 Vitamin Elektrovit 25 gram 7-8 Air putih Air putih - 9 Vitamin Elektrovit 35 gram Pencegahan/pengobatan Colibact 40 gram Vitamin Elektrovit 50 gram 19 Vaksin NDLS 1 vial/botol Vitamin Elektrovit 60 gram Pengobatan/pencegahan Roxine 70 gram Vitamin Biovit 15 gram Vitamin elektrovit 100 gram Sumber : PT Sanbe Farma (2008) 19

10 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang akan disajikan oleh peneliti adalah penelitian yang membahas berbagai macam karakteristik dari peternak plasma yang mendorong untuk melakukan kegiatan kemitraan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang lebih mendalam dan rinci khususnya dalam melihat letak titik kritis karakteristik utama dari pelaku kemitraan. Untuk itu diperlukan beberapa sumber bacaan (referensi) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Bentuknya adalah berupa jurnal, skripsi, tesis, dan desertasi yang menjadikan topik kemitraan yang menjadi bahasan utamanya. Penelitian yang dilakukan Rahman (2009) menjelaskan bahwa munculnya dorongan peternak untuk bekerjasama dengan perusahaan mitra akan tergantung pada besarnya harapan yang akan terwujud, apabila tujuan dari kegiatan tersebut tercapai. Dilihat dari karakteristik internal dan eksternal diduga memiliki hubungan yang menentukan alasan peternak dalam menjaga kesinambungan kerjasama. Unsur karakteristik internal dalam penelitian Rahman (2009) meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak ayam broiler, lama bermitra dan prioritas berusahaternak ayam broiler. Adapun karakteristik eksternalnya meliputi interaksi dengan dengan perusahaan inti, pelayanan sapronak, keseimbangan insentif dan risiko serta kejelasan peraturan kemitraan. Dari hasil analisis bahwa karakteristik internal prioritas usaha memiliki hubungan nyata. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak ayam broiler dan lama bermitra tidak berhubungan nyata. Dilihat dari karakteristik eksternal peternak bahwa pelayanan sapronak, keseimbangan isentif dan risiko, dan peraturan kemitraan memiliki hubungan yang nyata. Sedangkan interaksi peternak dengan inti tidak berhubungan nyata. Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) yang membahas mengenai analisis pendapatan dan tingkat kepuasaan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan ayam broiler yang mengambil studi kasus kemitraan PT X di Yogyakarta, di dalam penelitian ini dapat di identifikasi mengenai karakteristik peternak plasma yang antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak. Tidak hanya karakteristik peternak plasma tetapi karakteristik usahaternak 20

11 ayam broiler peternak responden diantaranya skala usaha ternak, pekerjaan di luar usahaternak ayam broiler, alasan beternak ayam, lama beternak ayam broiler, lama bermitra dengan PT X, alasan bermitra dengan PT X, sumber informasi mengenai PT X, umur panen, status kepemilikan lahan dan kandang dan manfaat bergabung dengan perusahaan kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden peternak berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia tahun (54 persen), pendidikan SMA (52 persen), jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang (42 persen), jumlah ternak yang dipelihara antara ekor (84 persen), peternak memiliki pekerjaan lain di luar usahaternak ayam (52 persen), pengalaman beternak kurang dari lima tahun (62 persen), status kepemilikan lahan milik sendiri (96 persen), alasan beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama (44 persen), alasan bermitra dengan PT X adalah untuk meningkatkan keuntungan ( 58 persen), lama bermitra dengan PT X selama satu tahun (36 persen), sumber informasi mengenai PT X didapatkan langsung dari pihak perusahaan ( 48 persen) dan manfaat yang diperoleh dengan kemitraan adalah risiko usaha rendah (30 persen). Penelitian yang dilakukan oleh Firwiyanto (2008) tidak berbeda jauh dengan penelitian Lestari (2009), dapat dilihat bahwa penelitian ini membahas mengenai anlisis pendapatan dan tingkat kepuasaan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan ayam broiler kasus kemitraan peternak plasma Rudi Jaya PS Sawangan Depok. Dari penelitian ini dapat di identifikasi mengenai karakteristik peternak yang dibedakan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, lama beternak dan status usaha. Bedasarkan hasil wawancara pada penelitian ini menghasilkan berusia 20 sampai 35 (55 persen) berusia 35 sampai 50 tahun (45 persen), pendidikan formal peternak mitra sebagian besar tamatan SMP dan perguruan tinggi (30 persen) lulusan SMA (25 persen) lulusan SD (15 persen), pengalaman beternak peternak mitra sebagian besar antara 5 sampai 10 tahun (60 persen) dibawah lima tahun (15 persen) diatas 10 tahun (25 persen), berdasarkan status usaha peternak mitra sebagian besar sebagai usaha utama (70 persen) usaha sampingan untuk peternak mitra sebagian besar dilakukan oleh peternak sistem bagi hasil (30 persen) dimana sebagian besar wiraswasta. 21

12 Berbeda dengan Penelitian yang dilakukan Marliana (2008) dengan komoditi yang berbeda dari penelitian Rahman (2009), Lestari (2009) dan Firwiyanto (2008). Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan meliputi umur, pengalaman, keluarga, pendidikan, produktivitas, pendapatan, luas lahan dan kualitas. Dari hasil uji yang dilakukan Marlina (2008) menunjukkan bahwa dari delapan variabel yang dianalisis terdapat tiga peubah bebas yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan yaitu variabel pengalaman, pendidikan terakhir, dan produktivitas. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan menjadi mitra yaitu variabel jumlah umur, anggota keluarga, pendapatan dan luas lahan. Penelitian yang dilakukan Simmons (2002) tidak berbeda jauh dengan penelitian Marliana (2008) dapat di identifikasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi petani kecil dalam melakukan kemitraan usaha agribisnis di Negara berkembang, bahwa sebagian besar faktor-faktor yang mempengaruhi petani kecil dalam melakukan kemitraan di Negara berkembang di karenakan faktor kemudahan dalam mengakses pasar, kemudahan akses pinjaman, meminimalkan risiko, meningkatkan kesempatan kerja khususnya bagi keluarga dan kemudahan dalam memperoleh informasi. Kemitraan di Negara berkembang memiliki potensi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani kecil, dikarenakan faktor lingkungan dan manajemen kemitraan. Unsur-unsur yang terdapat pada faktor lingkungan meliputi kekuatan pasar, kebijakan pemerintah khususnya pada ekonomi makro, teknologi modern yang dapat mempengaruhi produksi, dan kepemilikan lahan. Sedangkan unsurunsur yang terdapat pada faktor manajemen yaitu adanya seleksi petani kontrak dan resolusi konflik. Adanya kemitraan usaha di Negara berkembang dapat memberikan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat diterima oleh petani kecil dari kemitraan usaha agribisnis yaitu akses pasar, pengelolaan manajemen risiko dan lapangan kerja bagi keluarga serta manfaat tidak langsung yang diterima oleh petani kecil adalah pemberdayaan wanita dan peningkatan komersial. Dari kelima penelitian terdahulu dapat ditarik sebuah benang merah yang menjadi kesamaan penelitian yaitu, didapatkan bahwa terdapat beberapa 22

13 beberapa karakteristik dari pelaku kemitraan yang sesuai terhadap isi dari penelitian ini yaitu, prioritas usaha, pengalaman bermitra, pendidikan terakhir dan produktifitas dan dilihat dari karakteristik usahaternak ayam broiler peternak responden diantaranya skala usaha ternak, pekerjaan di luar usahaternak ayam broiler, alasan beternak ayam, lama beternak ayam broiler, lama bermitra, alasan bermitra dengan, sumber informasi mengenai perusahaan inti, umur panen, status kepemilikan lahan dan kandang dan manfaat bergabung dengan perusahaan kemitraan. Dilihat dari penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan dalam hal karakteristi pada pelaku kemitraan tetapi tidak semua karakteristik dapat berpengaruh secara nyata dalam kenyataannya, untuk itu dalam penelitian ini akan digunakan karakteristik peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraan di Kota Depok salah satunya pada karakteristik peternak adalah umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usahaternak ayam broiler, dan luas kandang sedangkan pada karakteristik usahaternak ayam broiler peternak adalah alasan usahaternak ayam broiler, pengalaman bermitra, sumber informasi mengenai perusahaan inti, alasan peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan dan manfaat bergabung dengan perusahaan inti. 23

ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK SKRIPSI ARIO PRIAMBODO H

ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK SKRIPSI ARIO PRIAMBODO H ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK SKRIPSI ARIO PRIAMBODO H34087007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam Ras pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur 14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras) atau ayam sayur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Komoditas 2.1.1. Sejarah Ayam Petelur Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus 18 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus androgynus) dalam ransum terhadap persentase potongan komersial karkas, kulit dan meat bone ratio dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Domestikasi lazim dilakukan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan

II TINJAUAN PUSTAKA. Domestikasi lazim dilakukan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang saat ini dikembangkan peternak diseluruh dunia berasal dari ayam hutan liar yang didomestikasi sekitar 8000 tahun yang lalu. Domestikasi lazim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan peternak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang penaruh pemberian limbah bandeng terhadap karkas dan kadar lemak ayam pedaging ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras petelur Lohman)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Ayam Buras Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging yang baik dan banyak. Ciri khasdaging broilerdibanding daging jenis 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik broiler Rasyaf (2002) broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang dijual pada umur dibawah delapan minggu dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Pohon Industri Ayam Ras Bagan Roadmap Pengembangan Komoditas Visi Menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak ayam merupakan komuditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh petani-peternak di pedesaan. Produk komuditas peternakan ini adalah sumber protein hewani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08 Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor petenakan merupakan salah satu sub sektor yang berperan serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan subsektor peternakan seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 ISTILAH-ISTILAH Grand parent stock= ayam nenek Parent stock= ayam induk Commercial stock= ayam komersial Feed supplement = pakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging, I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1 ANALISA USAHA PENGGEMUKAN AYAM BURAS DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Erwanto Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 Bahan PENDAHULUAN Ayam buras merupakan ayam lokal yang banyak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014, 21 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014, di closed house PT. Rama Jaya Farm Lampung, Dusun Sidorejo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan.

I. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan. Selain diambil telurnya itik juga merupakan unggas penghasil daging. Sekarang kebutuhan akan telur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler modern tumbuh sangat cepat sehingga dapat di panen pada umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di kandang closed house milik PT. Rama Jaya Lampung, Dusun Sidorejo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemberian pakan menggunakan bahan pakan sumber protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai

Lebih terperinci

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS) PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS) A. PRASETYO dan MURYANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo PO. Box 101, Ungaran ABSTRAK Kabupaten Brebes

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu. BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh lama periode brooding dan level protein ransum periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan ix S Tinjauan Mata Kuliah ejalan dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk Indonesia juga semakin bertambah, diikuti oleh meningkatnya pendapatan dan tingkat pendidikan, maka kebutuhan dan kesadaran konsumsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci