HUBUNGAN PENGETAHUAN MENGENAI ZAT BESI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET BESI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SIBELA MOJOSONGO SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENGETAHUAN MENGENAI ZAT BESI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET BESI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SIBELA MOJOSONGO SURAKARTA"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PENGETAHUAN MENGENAI ZAT BESI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET BESI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SIBELA MOJOSONGO SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dwi Tiara Septiani G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

2 digilib.uns.ac.id ii

3 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta,13 november 2012 Dwi Tiara Septiani NIM.G iii

4 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Dwi Tiara Septiani, G , Hubungan Pengetahuan Mengenai Zat Besi terhadap Tingkat Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi pada Ibu Hamil di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi kehamilan dan persalinan. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian zat besi secara cuma-cuma melalui Puskesmas atau Posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai zat besi dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi. Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah ibu hamil di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta. Sampel yaitu ibu hamil yang mengkonsumsi tablet besi. Sampel diambil secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan mengenai zat besi, kuisioner tingkat pengetahuan mengkonsumsi tablet besi dan skala inventori LMMPI. Data skor pengetahuan mengenai zat besi dan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi yang diperoleh dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil: Didapatkan 30 sampel ibu hamil. Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan mengenai zat besi dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta. yaitu pasien dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki kepatuhan 35 kali lebih tinggi dibanding dengan yang berpengetahuan dengan p = < (OR = 35 ; Cl 95% 2,977 s.d. 411,466). Simpulan: Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai zat besi dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu terhadap zat besi, semakin tinggi pula tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi Kata kunci: Ibu hamil, pengetahuan mengenai zat besi, kepatuhan mengkonsumsi tablet besi. iv

5 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Dwi Tiara Septiani, G , The Relation of Knowledge about Iron with Compliance Consuming Iron Tablets in Pregnant Women in Sibela Mojosongo Health Centre Surakarta. Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background : Anemia in pregnant women increases the frequency of complications of pregnancy and childbirth. Anemia due to iron deficiency is a major cause of anemia in pregnant women compared with deficiencies of other nutrients. Iron anemia prevention programs, especially for pregnant women has been done through the provision of iron for free through the health center or Posyandu. However, because of the limited knowledge of most of the pregnant women then this program seem to run slow. This study aims to demonstrate a link between the level of knowledge about the level of compliance with the iron taking iron tablets. Methods: This study was an observational analytic cross-sectional approach. Subjects were pregnant women Sibela Mojosongo the Surakarta Health Center. Sample of pregnant women who took iron tablets. Samples were taken by purposive sampling. The data collection technique using a questionnaire concerning the knowledge level of iron, the level of knowledge questionnaires and scales consuming iron tablets LMMPI inventory. Data score of knowledge about iron with Compliance Consuming Iron Tablets in pregnant women were analyzed with Chi Square test. Result : Obtained 30 samples of pregnant women. The results of Chi-Square analysis showed that there is a positive relationship between the level of knowledge regarding iron with adherence consuming iron tablets at the health center Mojosongo Sibela Surakarta. that patients with a high level of knowledge has compliance 35 times higher than those knowledge able with p = < (OR = 35; 95% Cl sd). Conclusion : Based on this study it can be concluded that there is a correlation between the level of knowledge about the level of compliance with the iron taking iron tablets to pregnant women. The higher the mother's level of knowledge of the iron, the higher the level of compliance in consuming iron tablets Keywords : Pregnant women, knowledge of iron, compliance consuming iron tablets. v

6 digilib.uns.ac.id PRAKATA Alhamdulillahirobbil alamin, atas ridho Allah SWT, meksipun dengan segala keterbatasan, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Zat Besi dengan Tingkat Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi pada Ibu Hamil di Puskesmas Mojosongo Surakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Erick Edwin, dr., Sp. OG, selaku pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, serta motivasi bagi penulis. 4. FX. Bambang Sukilarso S., dr., M.Sc. Sp. ParK, selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan, arahan, dan waktu yang telah beliau luangkan bagi penulis. 5. Tri Budi W, dr., Sp.OG (K), selaku penguji utama yang telah berkenan menguji serta memberikan saran untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. 6. Ruben D., dr., Ir, Sp. ParK., Ph.D, selaku anggota penguji yang telah berkenan menguji sehingga ketidaksempurnaan skripsi ini dapat diminimalisir. 7. Kepala beserta Staf Puskesmas Sibela Mojosongo atas ijin dan segala bantuannya. 8. Bagian SMF Kedokteran Obsgyn RSUD Dr. Moewardi Surakarta, para dosen beserta segenap staf. 9. Tim Skripsi, Perpustakaan FK UNS yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi. 10. Bapak, Ibu, kakak, adik serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini. 11. Faiz Yunanto, Asri Sukawati, Calista Giovani, Francine Roselind serta pihakpihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang turut membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Surakarta, 13 November 2012 Dwi Tiara Septiani vi

7 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... vii DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR TABEL dan GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xi BAB 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II LANDASAN TEORI... 7 A. Tinjauan Pustaka... 7 B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Waktu dan Lokasi Penelitian C. Subjek Penelitian D. Besar Sampel E. Teknik Sampling F. Rancangan Penelitian G. Identifikasi Variabel Penelitian vii

8 digilib.uns.ac.id H. Definisi Operasional Variabel I. Instrumen Penelitian J. Cara Kerja K. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN BAB IV PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR SINGKATAN HB PH Fe L-MMPI ASI SPSS WHO PT OR CI KEK : Hemoglobin : Power of Hydrogen : Ferum : Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory : Air Susu Ibu : Statistic Program for Social Science : World Health Organization : Perguruan Tinggi : Odd Ratio : Confidence Interval : Kekurangan Energi Kronis ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Gambar 4.1 Distribusi sampel berdasarkan pendidikan terakhir responden Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan pendidikan terakhir responden Gambar 4.2 Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan Tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan Gambar 4.3 Distribusi sampel berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai zat besi Tabel 4.3. Distribusi sampel berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai zat besi Gambar 4.4 Distribusi sampel berdasarkan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi Tabel 4.4. Distribusi sampel berdasarkan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi Tabel 4.5 Analisis bivariat tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi x

11 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Identitas Responden Lampiran 2 Kuisioner Tingkat Pengetahuan Mengenai Zat Besi Lampiran 3 Kuisioner Tingkat Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi pada Ibu Hamil Lampiran 4 Skala L-MMPI Lampiran 5 Data Primer Lampiran 6 Hasil Analisis Statistik xi

12 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa kehamilan adalah salah satu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon ibu dan bayi yang dikandungnya membutuhkan gizi yang cukup banyak (Depkes RI, 2004). Simarmata (2008) menyebutkan bahwa seseorang dipastikan hamil jika pada pemeriksaan ditemukan tanda hamil pasti, yaitu mendengar suara detak jantung janin dan meraba bentuk janin. Kehamilan menyebabkan peningkatan metabolisme energi. Kebutuhan energi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan posisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu menyebabkan janin tidak tumbuh sempurna (Lubis, 2003). Ibu hamil memerlukan tambahan gizi untuk pertumbuhan janin, placenta dan organ/jaringan lainnya. Ibu hamil memerlukan tambahan energi rata-rata 220 kkl perhari (Khumaidi, 1994) Kurang gizi pada saat hamil apabila tidak mendapatkan penanganan dengan baik secara intensif akan mengakibatkan anemia. Kebanyakan ibu hamil mengalami anemia gizi commit (Depkes to user RI, 2003). 1

13 digilib.uns.ac.id 2 Sohimah (2006) menyebutkan bahwa tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai kontribusi pula terhadap tingginya angka bayi lahir dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia yang diperkirakan mencapai bayi setiap tahunnya. Oleh karena itu penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang telah dilaksanakan pemerintah sejak pembangunan jangka panjang I. Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, pendarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan, partus imatur/prematur, gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, produksi ASI rendah), dan gangguan janin seperti abortus, dismaturitas, mikrosomia, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kematian perinatal dan lain sebagainya. (Ulfah,2009). Prevalensi anemia pada ibu hamil di indonesia berkisar %, tetapi banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil yang lebih besar dari 50%. Prevalensi anemia pada trimester III berkisar 50 79%. Prevalensi anemia pada kehamilan secara bermakna

14 digilib.uns.ac.id 3 tinggi pada trimester ketiga atau kehamilan aterm dibanding dengan trimester pertama dan kedua kehamilan (Ulfah, 2009). Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Sehingga anemia gizi pada kehamilan sering diidentikan dengan anemia besi (Ulfah, 2009). Hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau perdarahan (Prawiroharjo, 2002). Pada saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu 307 per kelahiran hidup (Departemen Kesehatan, 2003). Jika dibandingkan dengan negara-negara lain maka kematian ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari pada Thailand, atau 5 kali lebih tinggi dari pada Philipina (Dandriani, 2007). Sekitar 50% dari kematian di negara-negara berkembang dilatarbelakangi oleh anemia defisiensi besi (Sofyan, 2006). Untuk menanggulangi masalah anemia gizi besi pada ibu hamil maka pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Depkes) RI melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil. Menurut Manuaba (1998), suplementasi tablet zat besi dan peningkatan gizi merupakan upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia. Meskipun program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil sudah dijalankan sejak tahun 1970, namun masih terdapat beberapa kasus yang

15 digilib.uns.ac.id 4 disebabkan karena anemia pada masa kehamilan. Hanya sedikit wanita hamil di negara berkembang seperti di Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan melalui makanan sehari-hari, karena sumber utama zat besi yang mudah diserap oleh tubuh (besi heme) yaitu protein hewani seperti ikan dan daging relatif mahal harganya dan belum sepenuhnya terjangkau oleh masyarakat (Beard, 2000) Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya zat besi seperti sayuran hijau dan kacang-kacangan, namun zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Oleh karena itu program pemberian suplementasi tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi anemia (Departemen Kesehatan, 2000). Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian zat besi secara cuma-cuma melalui Puskesmas atau Posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan hasil di atas dan didukung pula dengan banyaknya kasuskasus kekurangan zat besi pada ibu hamil yang berkaitan dengan pengetahuan ibu tentang zat besi dan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi, penulis melakukan penelitian dengan judul hubungan pengetahuan zat besi dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta mengingat besarnya dampak buruk dari defisiensi zat besi pada wanita commit hamil to dan user janin.

16 digilib.uns.ac.id 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian: Adakah hubungan pengetahuan zat besi dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan zat besi dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Dengan penelitian ini diharapkan akan dapat menambah wawasan mengenai hubungan tingkat pengetahuan zat besi dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil. 2. Manfaat praktis Bagi praktisi, khususnya di bidang obstetri ginekologi penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan penanganan kasus-kasus mengenai kekurangan gizi besi pada ibu hamil berdasarkan pengetahuan mengenai zat besi dan kepatuhan terhadap konsumsi tablet besi.

17 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: 1) indera penglihatan 2) indera pendengaran 3) indera penciuman 4) indera perasa 5) indera peraba Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu dilingkungannya. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan yakni : 1) Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2) Interest (merasa tertarik) terhadap atau objek tersebut, di sini sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal commit ini berarti to user sikap responden sudah lebih baik 6

18 digilib.uns.ac.id 7 lagi. 4) Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus. 5) Adoption (beradaptasi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadarann, dan sikapnya terhadap stimulus. b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

19 digilib.uns.ac.id 8 contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

20 digilib.uns.ac.id 9 c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1) Umur Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin banyak seseorang menerima respon suatu objek, sehingga pengetahuan semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003). 2) Pendidikan Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Arikunto, 1997). Menurut Notoatmodjo (2003), lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas. Jika wanita berpendidikan, wanita tersebut akan membuat keputusan yang benar dalam memperhatikan kesehatannya. 3) Pekerjaan Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Jenis pekerjaan dapat diketagorikan adalah Ibu Rumah Tangga, Wiraswasta, Pegawai Negri Sipil (PNS). Dalam bidang pekerjaan, pada umumnya

21 digilib.uns.ac.id 10 diperlukan adanya hubungan sosial dan hubungan dengan orang. Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2003). 4) Sumber Informasi Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas. (Notoatmodjo, 2003). Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. 2. Kepatuhan a. Definisi Kepatuhan Kepatuhan adalah derajat di mana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Kaplan dkk, 1997). Menurut Bart (1994) mengutip dari Sackett bahwa mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku individu sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan sulit diukur karena tergantung pada banyak faktor, di antaranya pasien seringkali tidak mengakui bahwa dirinya tidak melakukan apa yang dianjurkan dokter. Untuk itu diperlukan

22 digilib.uns.ac.id 11 pendekatan yang baik dengan pasien agar dapat mengetahui kepatuhan pasiennya dalam melakukan pengobatan tersebut. Bart (1994) mengutip pendapat Taylor, ketidakpatuhan sebagai suatu masalah medis yang berat. Derajat ketidak patuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif atau preventif jangka panjang atau jangka pendek. Menurut Nivven (2002) yang mengutip pendapat dari Dinicola dan Dimatteo bahwa cara meningkatkan kepatuhan di antaranya melalui perilaku sehat dan pengontrolan perilaku dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lainnya, teman, waktu dan uang merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap pelaksanaan program-program medis dan tentunya ada juga dukungan dari profesional kesehatan. Tablet zat besi sebagai suplemen yang diberikan pada ibu hamil menurut aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun karena berbagai alasan misalnya pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil yang kurang baik, efek samping tablet yang ditimbulkan tablet tersebut dapat memicu seseorang untuk kurang mematuhi konsumsi tablet zat besi secara benar sehingga tujuan dari pemberian tablet tersebut tidak tercapai.

23 digilib.uns.ac.id 12 b. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan 1) Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu manusia, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). 2) Sikap Menurut Berkowitz yang dikutip Notoatmodjo (2003) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau (Favorable) maupun perasaan yang tidak mendukung atau memihak (Unfavorable) pada objek tersebut. Sikap adalah merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan (Notoatmodjo, 2003). Dengan kata lain sikap adalah tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa yang diketahui. Jadi sikap tidak dapat dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas tetapi merupakan predisposisi tindakan. Notoatmodjo (2003) mengutip dari Allport bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yaitu: a) Komponen Kognitif (kepercayaan suatu objek) b) Komponen emosional (perasaan) c) Komponen perilaku kecenderungan untuk bertindak.

24 digilib.uns.ac.id 13 Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). 3) Tindakan Menurut Notoatmodjo (2003) tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain. Empat tingkatan tindakan adalah sebagai berikut: a) Persepsi (Perception) Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil b) Respon terpimpin (Guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar c) Mekanisme (Mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan. d) Adaptasi (Adaptation) Adalah suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

25 digilib.uns.ac.id Zat Besi a. Definisi Zat Besi Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb) (Moehji, 1993) Zat Besi adalah komponen penting bagi tubuh. Hemoglobin (Hb) dalam eritrosit berfungsi penting bagi tubuh yaitu mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe) (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007). b. Fungsi Zat Besi Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2009). c. Komposisi Zat Besi di dalam Tubuh Jumlah zat besi di dalam tubuh orang normal berkisar antara 3 5 gr tergantung dari jenis kelamin, berat badan dan haemoglobin. Besi di dalam tubuh terdapat dalam hemoglobin sebanyak 1,5 3,0 gr dan sisa lainnya terdapat di dalam plasma dan jaringan. Di dalam plasma besi terikat dengan protein yang disebut transferin yaitu sebanyak 3 4 gr. Sedangkan dalam jaringan berada dalam suatu status esensial dan bukan esensial. Disebut

26 digilib.uns.ac.id 15 esensial karena tidak dapat dipakai untuk pembentukan Hb maupun keperluan lainnya (Soeparman, 1990). d. Sumber Zat Besi Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya antara 5 10% tetapi penyerapannya mencapai 20-30%. Makanan hewani seperti daging, ikan dan ayam merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan (Wirakusumah, 1999) Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat besi yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhan akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain daging, terutama hati dan jeroan, apricot, prem kering, telur, polong kering, kacang tanah dan sayuran berdaun hijau (Pusdiknakes, 2003). e. Bentuk zat besi dalam tubuh Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh yaitu: 1) Zat besi dalam hemoglobin. 2) Zat besi dalam depot (cadangan) terutama sebagai feritin dan

27 digilib.uns.ac.id 16 hemosiderin. 3) Zat besi yang ditranspor dalam transferin. 4) Zat besi parenkhim atau zat besi dalam jaringan seperti mioglobin dan beberapa enzim antara lain sitokrom, katalase, dan peroksidase (Allen, 2012) f. Penyerapan Zat Besi Diperkirakan hanya 5-15 % besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor berpengaruh terhadap absorbsi besi (Almatsier, 2009) : 1) Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi-hem, yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat di dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi nonhem. Kurang lebih 40% dari besi di dalam daging, ayam dan ikan terdapat besi-hem dan selebihnya sebagai non-hem. Besi-nonhem juga terdapat di dalam telur, serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah-buahan. Makan besi-hem dan non-hem secara bersama dapat meningkatkan penyerapan besi-nonhem. Daging, ayam dan ikan mengandung suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas asam amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi, keju, telur tidak mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu penyerapan besi. 2) Asam organik, seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi

28 digilib.uns.ac.id 17 nonhem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Seperti telah dijelaskan, bentuk fero lebih mudah diserap. Vitamin C di samping itu membentuk gugus besi-askorbat yang tetap larut pada ph tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu sangat dianjurkan memakan makanan sumber vitamin C tiap kali makan. Asam organik lain adalah asam sitrat. 3) Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serelia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapannya. Protein kedelai menurunkan absorbsi besi yang mungkin disebabkan oleh nilai fitatnya yang tinggi. Karena kedelai dan hasil olahnya mempunyai kandungan besi yang tinggi, pengaruh akhir terhadap absorbsi besi biasanya positif. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat melawan sebagian pengaruh faktor-faktor yang menghambat penyerapan besi ini. 4) Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi waktu makan. Kalsium dosis tinggi berupa suplemen menghambat absorbsi besi, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. 5) Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid menghalangi absorbsi besi. 6) Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi, diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.

29 digilib.uns.ac.id 18 7) Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh terhadap absorbsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada kondisi tertentu, absobsi besi-nonhem dapat meningkat sampai sepuluh kali, sedangkan besi-hem dua kali. g. Eksresi Zat Besi Berbeda dengan mineral lainnya, tubuh tidak dapat mengatur keseimbangan besi melalui ekskresi. Besi dikeluarkan dari tubuh relatif konstan berkisar antara 1,0 1,5 mg setiap hari melalui rambut, kuku, keringat, air kemih dan terbanyak melalui deskuamasi sel epitel saluran pencernaan. Lain halnya dengan wanita yang sedang menstruasi dan wanita hamil setiap hari kehilangan besi 0,5 1,0 mg atau ml darah dan wanita yang sedang menyusui sebanyak 1,0 mg sehari. Wanita yang melahirkan dengan pendarahan normal akan kehilangan besi mg (Soeparman, 1990). h. Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi pada wanita hamil dibutuhkan selain untuk memenuhi kehilangan basal, juga untuk pembentukan sel-sel darah merah yang semakin banyak pada tubuh wanita hamil, serta janin dan plasentanya. Seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, zat besi yang

30 digilib.uns.ac.id 19 dibutuhkan semakin banyak. Dengan demikian risiko anemia zat besi semakin besar (Wirakusumah, 1998). Pada setiap kehamilan kebutuhan zat besi yang diperlukan sebanyak 900 mg Fe yaitu meningkatnya sel darah ibu 500 mg Fe, terdapat dalam plasenta 300 mg Fe dan untuk darah janin sebesar 100 mg Fe. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya akan menimbulkan anemia pada kehamilan (Manuaba, 1998). Kebutuhan zat besi selama triwulan pertama relatif kecil yaitu 0,8 mg/hari, namun meningkat dengan pesat selama triwulan kedua dan ketiga hingga 6,3 mg/hari. Sebagian dari peningkatan dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan peningkatan aditif persentase Fe yang diserap, tetapi bila zat besi rendah atau tidak sama sekali dan zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit, makanya suplemen zat besi sangat dibutuhkan pada masa kehamilan (Demaeyer, 1993). Menurut Galloway (2002) selama kehamilan, penyerapan besi meningkat menjadi 4 mg/dl, hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. i. Akibat Kekurangan Zat Besi pada masa Kehamilan Kurangnya zat besi dan asam folat dapat menyebabkan anemia. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi, bila tidak dipenuhi masukan zat besi lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan kadar Hb. Kadar normal haemoglobin dalam darah yaitu pada anak Balita

31 digilib.uns.ac.id gr%, anak usia sekolah 12 gr%, wanita dewasa 12 gr%, ibu hamil 11 gr%, laki-laki 13 gr%, ibu menyusui 12 gr% (Departemen Kesehatan, 1992). Ciri-ciri gejala anemia tidak khas dan sulit ditemukan tetapi dapat terlihat dari kulit dan konjungtiva yang pucat, tubuh lemah, nafas pendek dan nafsu makan hilang. Penentuan anemia klinis dipengaruhi oleh banyak variabel seperti ketebalan kulit dan pigmantasi yang tidak dapat diandalkan kecuali pada anemia berat. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sebaiknya digunakan untuk mendiagnosis dan menentukan beratnya anemia (Daemeyer, 1995). j. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Zat Besi pada Ibu Hamil Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil menurut Departemen Kesehatan (1999) adalah: 1) Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan sumber hewani (hem iron) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan. Selain itu perlu ditingkatkan juga, makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A (buah-buahan dan sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb. 2) Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya

32 digilib.uns.ac.id 21 dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri pangan. 3) Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang zat besi yang perlu diikuti dengan cara lainnya. Menurut Lutsey dkk (2006) tables besi adalah strategi yang paling banyak digunakan untuk meringankan defisiensi besi. 4. Suplementasi Zat Besi pada Ibu Hamil a. Pengertian Suplementasi Tablet Zat Besi Suplementasi tablet zat besi adalah pemberian zat besi folat yang berbentuk tablet. Tiap tablet 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat, yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil untuk mengatasi masalah anemia gizi besi (Departemen Kesehatan, 1999). Pemberian suplementasi zat besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status Hb dalam tubuh dalam waktu relatif singkat. Sampai sekarang cara ini masih merupakan salah satu cara yang dilakukan pada ibu hamil dan kelompok yang berisiko tinggi lainnya. Di Indonesia tablet besi yang digunakan Ferrous Sulfat senyawa ini tergolong murah dan dapat diabsorbsi sampai 20% (Wirakusumah, 1999). Suplemen dengan tablet besi adalah pendekatan yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan masalah anemia defisiensi besi global. (Allen, 2012)

33 digilib.uns.ac.id 22 b. Dosis dan Cara Pemberian Tablet Zat Besi pada Ibu Hamil Menurut Depkes RI (1999), tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu: 1) Dosis pencegahan Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb. Dosisnya yaitu 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu memeriksa kehamilannya (K1). 2) Dosis Pengobatan Diberikan pada sasaran (Hb < ambang batas) yaitu bila kadar Hb < 11gr% pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilannya. c. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Zat Besi pada Ibu Hamil Anemia defisiensi besi mempengaruhi lebih dari 2 miliar orang. Risiko utama adalah wanita hamil dan anak-anak muda. Meskipun distribusi tablet besi diamalkan dalam banyak program antenatal perawatan di negara berkembang, diduga bahwa wanita hamil tidak mengkonsumsinya. Rendahnya kepatuhan mengakibatkan sulitnya program tablet besi ini berkembang (Galloway, 2002) Menurut Bart (1994) mengutip dari Sackett bahwa mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku individu sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan sulit diukur

34 digilib.uns.ac.id 23 karena tergantung pada banyak faktor, di antaranya pasien seringkali tidak mengakui bahwa dirinya tidak melakukan apa yang dianjurkan dokter. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan pasien agar dapat mengetahui kepatuhan pasiennya dalam melakukan pengobatan tersebut. Bart (1994) mengutip pendapat Taylor, ketidakpatuhan sebagai suatu masalah medis yang berat. Derajat ketidak patuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif atau preventif jangka panjang atau jangka pendek. Menurut Nivven (2002) yang mengutip pendapat dari Dinicola dan Dimatteo bahwa cara meningkatkan kepatuhan di antaranya melalui perilaku sehat dan pengontrolan perilaku dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lainnya, teman, waktu dan uang merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap pelaksanaan program-program medis dan tentunya ada juga dukungan dari profesional kesehatan. Faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil yaitu : 1) Umur Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Karakteristik pada ibu hamil berdasarkan umur sangat berpengauh terhadap status berat badan ibu, kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet besi, dimana semakin muda umur ibu hamil maka ketidaksiapan ibu dalam menerima sebuah kehamilan, yang

35 digilib.uns.ac.id 24 berdampak tidak baik yang berisiko terjadi gangguan selama kehamilan, yang salah satunya adalah anemia. Hal ini berdampak pada kejadian keguguran pada ibu yang kurang gizi. Pada ibu yang hamil dengan keadaan yang seperti ini akan mengakibatkan kondisi bayi yang dilahirkan akan terganggu, misalnya pada bayi prematur dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) (Nasoetion dkk, 1998) 2) Pendidikan Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Kodyat, 1993) Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat pengertian tentang zat besi (Fe) serta kesadarannya terhadap konsumsi tablet zat besi (Fe) untuk ibu hamil. Tingkat pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang diperoleh. Keadaan defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil sangat ditentukan oleh banyak faktor antara lain tingkat pendidikan ibu hamil. Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang zat besi (Fe) menjadi terbatas dan berdampak pada terjadi defisiensi zat besi (Fe) (Suhardjo, 1990).

36 digilib.uns.ac.id 25 Semakin baik pendidikan ibu hamil, maka dalam menyerap informasi yang diterima semakin baik khususnya tentang manfaat zat besi (Fe), hal ini berdampak pada kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi (Fe) karena ibu hamil mengetahui manfaat dari konsumsi zat besi (Fe) bagi ibu hamil. 3) Pekerjaan Banyak ibu-ibu berkerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor berkerja saja nampak belum berperan sebagai timbulnya suatu masalah pada ibu hamil, tetapi kondisi kerja yang sangat menonjol sebagai faktor yang mempengaruhi konsumsi tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil (Depkes, 2000) 4) Pendapatan Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi daya beli seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan merupakan faktor yang peling menentukan kuantitas maupun kualitas makanan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan kepatuham mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil. Namun Pedapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi keadaan defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil yang memadai, terutama dimana kepercayaan atau takhayul mengenai jenis makanan dan praktek pengolahan masakan membawa akibat merusak pada keadaan gizi (Berg, 1986). Akibatnya dalam pemilihan makanan yang mengandung zat besi (Fe), tidak bisa dibeli atau dikonsumsi oleh ibu hamil.

37 digilib.uns.ac.id 26 d. Efek Samping Pemberian Suplementasi Zat Besi Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek samping pada saluran gastrointestinal pada sebagian orang, seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare. Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung dengan dosis zat besi. Tidak tergantung senyawa zat besi yang digunakan, tak satupun senyawa yang ditolelir lebih baik daripada senyawa yang lain. Zat besi yang dikonsumsi bersamaan dengan makanan akan ditolerir lebih baik meskipun jumlah zat besi yang diserap berkurang (Demaeyer, 1993). Pemberian suplementasi Preparat Fe pada sebagian wanita menyebabkan sembelit. Penyulit ini dapat diredakan dengan cara memperbanyak minum, menambah konsumsi makanan yang kaya akan serat seperti roti, serealia, dan agar-agar (Arisman, 2009). 5. Hubungan pengetahuan mengenai zat besi dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap ibu hamil dan menimbulkan suatu prilaku pada ibu hamil dalam mematuhi dan mengkonsumsi tablet zat besi (Fe). Tanpa adanya pengetahuan tentang zat besi (Fe), maka ibu sulit menanamkan kebiasaan dalam menggunakan bahan makanan sumber zat besi yang penting bagi kesehatan (Soekirman, 1990) Pengetahuan tentang zat besi (Fe) akan berdampak pada sikap terhadap pangan yang akan terlihat dari praktek dalam penyediaan makanan sumber zat besi (Fe) yaitu kemampuan untuk menerapkan informasi yang dimiliki dalam kehidupan sehari-harinya. Pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) yang

38 digilib.uns.ac.id 27 baik diharapkan dapat menerapkan, khususnya dalam pemilihan bahan makanan sumber zat besi (Fe) (Soekirman, 1990) Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah defisiensi zat besi (Fe). Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kurang mampu dalam menerapkan informasi tentang zat besi (Fe) dalam kehidupan sehari-hari (Khumaidi, 1994).

39 digilib.uns.ac.id 28 B. Kerangka Pemikiran Tingkat Pendidikan Tingkat Sosial- Ekonomi Penyuluhan oleh Institusi Kesehatan Bacaan/ publikasi Kecerdasan Informasi yang diterima Tingkat Pengetahuan mengenai Zat Besi Kesadaran pentingnya zat besi Keinginan memenuhi kebutuhah zat besi Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi Mempengaruhi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

40 digilib.uns.ac.id 29 C. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: adanya hubungan antara pengetahuan mengenai zat besi dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hami di Puskesmas Mojosongo Surakarta

41 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik, yaitu penelitian yang hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai taraf pengambilan simpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik untuk menganalisis data yang diperoleh (Arief, 2004). Yang dimaksud dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan pengumpulan data yang dinilai secara simultan pada satu saat, sehingga dalam studi ini tidak ada follow up (Pratiknya, 2001). B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta C. Subjek Penelitian 1. Populasi Ibu Hamil di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta 2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek dalam penelitian ini adalah pasien di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta yang memenuhi kriteria sebagai berikut a. Kriteria inklusi: ibu hamil yang mengkonsumsi tablet besi b. Kriteria eksklusi, yaitu: Ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet besi 30

42 digilib.uns.ac.id Besar Sampel Penentuan besar sampel pada analisis bivariat yang melibatkan sebuah variabel dependen dan sebuah variabel independen, diambil berdasarkan teori rule of thumb menggunakan ukuran sampel sebesar minimal 45 subjek penelitian (Bhisma, 2010). Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk tiap variabel independen antara pengamatan (Hair dkk, 1998). n = 2 * (15 20 ) subjek penelitian = subjek penelitian Dan peneliti menetapkan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebesar 30 subjek penelitian 4. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling, yaitu peralihan subyek berdasarkan ciriciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Taufiqurrohman, 2003). Dan selanjutnya pemilihan besar sampel dari total populasi yang ada dilakukan dengan cara random sampling. 31

43 digilib.uns.ac.id 32 D. Rancangan Penelitian Sampel : Ibu Hamil yang menkonsumsi tablet besi Pemberian kuisioner pengetahuan mengenai zat besi dan LMMPI tinggi sedang buruk kepatuhan mengkonsumsi tablet besi kepatuhan mengkonsumsi tablet besi kepatuhan mengkonsumsi tablet besi patuh Tidak patuh patuh Tidak patuh patuh Tidak patuh Analisis Statistik Data Gambar 3.1 Rancangan Penelitian E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Pengetahuan mengenai zat besi pada ibu hamil 2. Variabel terikat : Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil 32

44 digilib.uns.ac.id Variabel luar a. Dapat dikendalikan : Usia, faktor genetik, sosial ekonomi b. Tidak dapat dikendalikan : Ras, kondisi stres psikososial, aktivitas sehari-hari F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : a. Tingkat pengetahuan adalah skor yang didapatkan dari jawaban kuesioner responden yang menggambarkan kemampuan kognitif: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, sintesis, dan evaluasi responden mengenai zat besi b. Skala : Ordinal c. Kategori : 1) Tingkat pengetahuan baik, bila skor responden >50% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan. 2) Tingkat pengetahuan buruk, bila skor responden 50% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan d. Cara Pengukuran : Pengisian kuesioner 2. Variabel terikat : a. Definisi: Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil yaitu kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi selama kehamilan b. Skala : Ordinal c. Kategori : 1) Patuh, bila skor responden >50% dari skor seluruh pertanyaan tentang kepatuhan. 33

45 digilib.uns.ac.id 34 2) Tidak patuh, bila skor responden 50% dari skor seluruh pertanyaan tentang kepatuhan d. Cara Pengukuran : Pengisian kuesioner G. Instrumen penelitian Alat yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup yaitu: 1. Formulir Biodata 2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Mengenai Zat Besi Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan mengenai zat besi pada ibu hamil, yang terdiri dari 10 petanyaan nilai item maksimal 1 yaitu : 1 : ibu hamil menjawab benar pada pertanyaan 0 : ibu hamil menjawab salah pada pertanyaan Kuesioner ini meliputi proses untuk mengetahui atau mengingat kembali apakah ibu hamil tahu atau mengerti tentang zat besi (Fe), yang terdiri dari pengertian, cara mengkonsumsi, pelaksanaan dan akibat dari defisiensi zat besi (Fe). 3. Kuesioner Tingkat Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet besi kuesioner untuk mengetahui kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi adalah menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari 10 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan favourabel dengan nilai item maksimal 1 yaitu: 1: ibu hamil menjawab ya dalam pertanyaan 0: ibu hamil tidak dalam menjawab pertanyaan 34

46 digilib.uns.ac.id 35 Yaitu terdapat pada soal nomor 1,2,3,6,7,8,9 Sedangkan unfavourabel : 0: ibu hamil tidak dalam menjawab pertanyaan 1: ibu hamil ya dalam pertanyaan Yaitu pada soal nomor 4,5,7,10 Kuesioner terdiri dari kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi selama kehamilan dan dapat dinilai dengan skor penelitian. Kedua kuesioner ini telah divalidasi oleh Muhammad Hadi Subhan dengan judul hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi di Desa Sowan Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara. 4. Skala inventori Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI) Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan jawaban ya atau tidak dengan nilai batas skala adalah 10, artinya apabila responden mempunyai nilai 10 maka responden tersebut dinyatakan invalid (Graham, 2005). H. Cara kerja 1. Mencari referensi yang berhubungan dan mendukung penelitian yang akan dilaksanakan, agar memberi bekal saat melakukan penelitian. 2. Peneliti memperlengkapi perijinan untuk pelaksanaan penelitian. 35

47 digilib.uns.ac.id Melakukan informed consent kepada pasien atau keluarga pasien untuk dapat melakukan penelitian. 4. Responden mengisi kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan keteraturan pengobatan 5. Hasil kuesioner dikumpulkan lalu dianalisis menggunakan analisis regresi logistik ganda. I. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai zat besi dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil, data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan Uji Chi Square dengan bantuan software SPSS for Windows, dikarenakan masalah penelitian adalah kategorik dan data tidak berpasangan (Dahlan, 2011). 36

48 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan kepada ibu hamil di Puskesmas Mojosongo Surakarta pada bulan April - Mei Penelitian menggunakan responden sebanyak 30 orang. Responden adalah Setiap ibu hamil yang memeriksakan diri di Puskesmas Sibela Mojosongo Surakarta. Setelah itu dilakukan pemilahan dari kelengkapan pengisian kuisioner yang mencakup biodata, kuesioner tingkat pengetahuan mengenai zat besi, dan kuesioner tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi. Didapatkan 47 responden yang mengisi lengkap kuesioner. Kemudian dilakukan random sampling dengan menggunakan undian untuk mengambil 30 sampel sesuai dengan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan pada penelitian. A. Karakteristik Responden 1. Pendidikan Terakhir Ibu Responden Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik pendidikan terakhir ibu responden sebagai berikut: 37

49 digilib.uns.ac.id 38 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu Responden pendidikan terakhir ibu frekuensi persentase Tidak Sekolah 0 0% Tamat SD 6 20% Tamat SMP 5 17% Tamat SMA 14 47% Tamat PT 5 17% Jumlah % Atau dapat dilihat pada diagram berikut: 17% 20% 46% 17% Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu Responden Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir ibu paling banyak adalah Tamat SMA sebanyak 14 responden (46%) dan paling sedikit adalah SMP dan PT sebanyak 5 responden (17 %).

50 digilib.uns.ac.id Pekerjaan Ibu Responden Sesuai hasil penelitian, diperoleh karakteristik usia responden sebagai berikut Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Responden Pekerjaan Frekuensi Persentase Ibu Rumah Tangga 17 57% Buruh 3 10% Petani 0 0% PNS 1 3% Swasta 9 30% Jumlah % Atau dapat dilihat pada diagram berikut: 30% Ibu Rumah Tangga 3% 0% 10% 57% Buruh Petani PNS Swasta Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Responden

51 digilib.uns.ac.id 40 Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pekerjaan ibu paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 17 responden (57%) dan paling sedikit adalah petani sebanyak 0 responden (0%). B. Tingkat pengetahuan mengenai zat besi Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik tingkat pengetahuan responden adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mengenai Zat Besi Tingkat Pengetahuan Frekuensi persentase tinggi 22 73% rendah 8 27% jumlah % Atau dapat dilihat pada diagram berikut: 27% 73% tinggi rendah Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi commit Tingkat to user Pengetahuan Mengenai Zat Besi

52 digilib.uns.ac.id 41 Dari tabel dan gambar di atas, tingkat pengetahuan responden terbanyak adalah tinggi sebanyak 22 responden (73%), dan tingkat pengetahuan responden dengan jumlah paling sedikit adalah tingkat pengetahuan rendah sebanyak 8 responden (27%). C. Tingkat Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik tingkat kepatuhan responden mengkonsusi tablet besi adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi Tingkat Kepatuhan Frekuensi Peresentase Patuh 24 80% Tidak Patuh 6 20% Jumlah % Atau dapat dilihat pada diagram berikut: 12% 88% Patuh Tidak Patuh Gambar 4.4 Distribusi frekuensi tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Besi 2.1.1. Fungsi Zat Besi Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan dan menggambarkan penggunaan obat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai Sejauh mana perilaku individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai Sejauh mana perilaku individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kepatuhan Definisi kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi adalah ketaatan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsusmsi tablet zat besi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan suatu masalah gizi yang tersebar di seluruh dunia, baik di negara berkembang dan negara maju. Penderita anemia di seluruh dunia diperkirakan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007). 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tertinggi di ASEAN. Menurut data SDKI tahun 2007 didapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Icha Dithyana G0010096 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Ibu yang sedang hamil mengalami proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus

Lebih terperinci

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 ISSN: 1978-0575 83 PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI Lina Handayani Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal s (MDG s) Sesuai target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TABLET Fe DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA SENDANG PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TABLET Fe DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA SENDANG PONOROGO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TABLET Fe DAN FREKUENSI ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA SENDANG PONOROGO NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO. STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO Ika Suhartanti *) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG Hillary Meita Audrey 1, Aryu Candra 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Devi Yunani Nasution adalah mahasiswa di Program Studi S2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Devi Yunani Nasution adalah mahasiswa di Program Studi S2 89 Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Saya bernama Devi Yunani Nasution adalah mahasiswa di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ardiningsih G0009026 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Yuliana Salman 1*, Ideris 2, Siti Maryam Muharramah 3

Yuliana Salman 1*, Ideris 2, Siti Maryam Muharramah 3 Hubungan Pola Konsumsi Zat Besi Dan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sambung MakmurTahun 2015 Correlation Of Pattern Consumption Of Iron And Compliance

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI USIA 0-2 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesehatan Reproduksi Ibu Hamil Kesehatan ibu hamil yang dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang erat dan tak terpisahkan.kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET BESI

HUBUNGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET BESI HUBUNGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET BESI (Fe) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL (Studi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigeureung Kota Tasikmalaya Tahun 2014) Deby Dwi Gustiani 1) Novianti 2) Mahasiswi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dhyani Rahma Sari G0010056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra (Lukaningsih, 2010:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rabiatunnisa 1610104257 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan dengan 4 item jawaban. Berikan tanda (X ) pada salah satu jawaban yang paling benar.

Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan dengan 4 item jawaban. Berikan tanda (X ) pada salah satu jawaban yang paling benar. KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI TERHADAP TINGKAT KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS PEKAN HERAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2008 A. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh terlalu sedikit, dimana peran sel darah merah sangat penting karena sel darah merah mengandung hemoglobin

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PUBLIKASI KARYA ILMIAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU HAMIL DAN PERILAKU PELAYANAN BIDAN TERHADAP KEPATUHANIBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DI PUSKESMAS GATAKKABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal 72-76 ISSN 2442-4986 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN The Associated

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IRIYANTI MAYA SARI BARUTU G0011116 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia pada ibu hamil a. Definisi anemia pada ibu hamil Anemia didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb dalam darah dibawah normal. Sebagian besar anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013)

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013) PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013) THE COUNSELLING EFFECT AGAINST KNOWLEDGE OF PREGNANT WOMENS IN FIRST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang sering dialami ibu hamil adalah anemia. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang asupan zat besi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan penyakit, tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan anatomik serta

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG.

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP ANEMIA DEFISIENSI FE DI KELURAHAN JATIHANDAP WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA MEKAR KOTA BANDUNG Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal masa sebelum menjelang persalinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh rendahnya angka kematian ibu (AKI). AKI di Indonesia cukup tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi 2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan / atau vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Penyebab utama anemia ini adalah kekurangan

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN THE CONSUMPTION OF TABLETS FE COMPLIANCE OF EVENTS Anemia HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE TERHADAP KEJADIAN ANEMIA

RELATIONSHIP BETWEEN THE CONSUMPTION OF TABLETS FE COMPLIANCE OF EVENTS Anemia HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE TERHADAP KEJADIAN ANEMIA P E N E L I T I A N I L M I A H HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE TERHADAP KEJADIAN ANEMIA RELATIONSHIP BETWEEN THE CONSUMPTION OF TABLETS FE COMPLIANCE OF EVENTS Anemia Novi Anggraeni *) *)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ANDREAS PETER PATAR B. S. G0010018 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Jarak Kehamilan Pengertian jarak kehamilan a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 36 pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Tenaga kesehatan a. Pengertian Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku,

Lebih terperinci

Kata kunci :Frekuensi Antenatal Care, Ketaatan Konsumsi Fe, Anemia, Ibu Hamil

Kata kunci :Frekuensi Antenatal Care, Ketaatan Konsumsi Fe, Anemia, Ibu Hamil HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI ANTENATAL CARE DAN KETAATAN KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO Elfira E. Wungkana*, Maureen I. Punuh*, Nita R. Momongan** *Fakultas

Lebih terperinci

Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author :

Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author : HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KONSUMSI ZAT BESI (fe) PADA IBU HAMIL TERHADAP KADAR hb DI KELURAHAN CILAMAJANG KEC. KAWALU KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA ABSTRAK. Satiti Setiyo Siwi, S.S.T.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA ABSTRAK. Satiti Setiyo Siwi, S.S.T. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA ABSTRAK Satiti Setiyo Siwi, S.S.T. Penyebab tak langsung kematian ibu di Indonesia diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritroprotein. Akibatnya volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)

Lebih terperinci

KEHAMILAN PADA USIA REMAJA SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KEHAMILAN PADA USIA REMAJA SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran KEHAMILAN PADA USIA REMAJA SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Kevin Wahyudy Prasetyo G0010109 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu masalah gizi wanita yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat

Lebih terperinci

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Aat Agustini ABSTRAK ibu yang mengalami

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Defenisi motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakan (Winardi, 2007). Swanburg 2002 mendefenisikan motivasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah tingkat kekurangan zat besi yang paling berat dan terjadi bila konsentrasi hemoglobin (Hb) jauh dibawah ambang batas yang ditentukan sebagai anemia.kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Anemia pada kehamilan a. Pengertian anemia Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan di mana darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anemia Gizi Besi (AGB) masih menjadi masalah gizi yang utama di Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan memegang peran sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini,

Lebih terperinci

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN 2003 Zulhaida Lubis Posted: 7 November 2003 STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN Oleh :Zulhaida Lubis A561030051/GMK e-mail: zulhaida@.telkom.net Pendahuluan Status gizi

Lebih terperinci

PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL Fidyah Aminin 1) Atika Wulandari 1) Ria Pratidina Lestari 1) 1) Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang fidyahaminin@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan ibu terhadap zat besi mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang sedang tumbuh

Lebih terperinci