TINJAUAN PUSTAKA Sapi dan Kerbau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Sapi dan Kerbau"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Sapi dan Kerbau Sapi dan kerbau merupakan ternak ruminansia besar yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Kedua ternak tersebut masuk ke dalam filum Chordata, klas Mamalia, ordo Artiodactyla, famili Bovidae, dan genus Bos. Namun, spesies antara sapi dan kerbau berbeda. Sapi masuk ke dalam spesies Bos taurus (sapi eropa), Bos indicus (sapi india), dan Bos sondaicus (banteng/sapi bali) sedangkan kerbau termasuk spesies Bubalus bubalis (Blakely dan Bade, 1991; Fahimmudin, 1975). Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan ternak hasil persilangan antara sapi sumba Ongole (SO) dan sapi jawa. Sapi PO memiliki ciri-ciri yaitu warna kulit kelabu kehitam-hitaman, bagian kepala, leher, dan lutut berwarna lebih gelap dari sapi SO, tanduk pendek, bentuk tubuh besar, kepala relatif pendek, dahi cembung, punuk besar mengarah ke arah leher, serta memiliki gelambir. Sapi ini termasuk kedalam sapi pedaging dan pekerja. Ternak ini memiliki beberapa keunggulan yaitu tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit, serta menghasilkan persentase karkas dan kualitas daging yang baik (Hardjosubroto dan Astuti, 1993). Ternak kerbau menurut asal-usulnya berasal dari India. Ternak ini dikenal sebagai hewan liar yang dapat hidup di rawa-rawa dan hutan-hutan yang berumput (Rukmana, 2003). Kerbau tidak hanya dimanfaatkan sebagai ternak pekerja saja, namun dalam upacara adat ternak ini mendapat nilai paling tinggi dibandingkan dengan ternak yang lainnya. Beberapa suku menganggap kekayaan seseorang dinilai dari banyaknya jumlah kerbau yang dimiliki, semakin banyak kerbau yang dimiliki maka semakin kaya orang tersebut (Puar, 1983). Menurut Talib (2010), ternak kerbau di dunia terbagi menjadi dua yaitu kerbau lumpur (swam buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo). Kedua bangsa ini berkembang masing-masing secara fungsional antara lain kerbau sungai menjadi kerbau perah dan kerbau lumpur atau kerbau rawa menjadi kerbau pedaging. Kerbau rawa atau kerbau lumpur memiliki ciri-ciri yaitu kulit berwarna abu-abu, bulu berwarna abu-abu sampai hitam, tanduk mengarah kebelakang, dan horizontal (Susilawati dan Bustami, 2009). Kerbau sungai memiliki badan besar, kulit berwarna hitam, dan tanduk spiral atau melingkar lurus memanjang kebelakang (Rukmana, 3

2 2003). Sitorus dan Anggareni (2009) menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa kerbau rawa didominasi dengan warna kulit abu-abu dan kerbau sungai berwarna hitam. Kerbau rawa (jantan dan betina) memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan kerbau sungai. Ternak kerbau memiliki keunggulan yaitu mampu beradaptasi dengan baik dalam kondisi lingkungan kering dan memiliki kemampuan dalam mencerna serat kasar berupa jerami padi, rumput kering, limbah perkebunan dan rumput liar lebih baik dibandingkan dengan ternak sapi. Namun, kerbau tidak tahan terhadap terik panas matahari karena ternak ini hanya memiliki sedikit kelenjar keringat. Hal ini menyebabkan kerbau memerlukan tempat untuk berkubang seperti kubangan air atau lumpur agar kelangsungan fisiologinya tetap terjaga (Susilawati dan Bustami, 2009). Populasi Kerbau dan Sapi di Indonesia Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (2011) populasi ternak kerbau tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia dengan populasi terbesar yaitu di pulau Sumatera dengan jumlah 512,8 ribu ekor atau 39,29 persen dari total populasi kerbau Indonesia. Dilihat dari data populasi berdasarkan provinsi, populasi ternak kerbau paling besar terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 150 ribu ekor atau 11,50 persen dari populasi kerbau di Indonesia. Data populasi kerbau menurut provinsi dapat dilihat pada Tabel 1. Data populasi sapi potong di Indonesia menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (2011) berdasarkan Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau 2011 (PSPK2011) adalah 14,8 juta ekor pada tahun Dilihat dari data populasi secara regional/pulau, populasi sapi potong sebagian besar terdapat di pulau Jawa yaitu sebanyak 7,5 juta ekor atau 50,68 persen dari total populasi sapi potong di Indonesia berikutnya pulau Sumatera sebanyak 2,7 juta ekor atau 18,38 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,1 juta ekor atau 14,18 persen, Sulawesi 1,8 juta ekor atau 12,08 persen, sedangkan sisanya berada di Kalimantan, serta Maluku dan Papua dengan jumlah populasi masing-masing kurang dari 0,5 juta ekor. Penyebaran populasi sapi potong di Indonesia menurut pulau dapat dilihat pada Tabel 1. 4

3 Tabel 1. Sebaran Populasi Kerbau, Sapi Potong dan Sapi Perah Menurut Provinsi Berdasarkan Hasil Akhir PSPK 2011 Provinsi Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Populasi % Populasi % Populasi % SUMATERA , , ,29 1. Aceh , , ,08 2. Sumatera Utara , , ,76 3. Sumatera Barat , , ,69 4. Riau , , ,89 5. Jambi , , ,57 6. Sumatera Selatan , , ,23 7. Bengkulu , , ,53 8. Lampung , , ,54 9. Kep. Bangka Belitung , , , Kepulauan Riau , ,00 JAWA , , , DKI Jakarta , , , Jawa Barat , , , Jawa Tengah , , , D.I Yogyakarta , , , Jawa Timur , , , Banten , , ,44 BALI dan NUSA , , , Bali , , , Nusa Tenggara Barat , , , Nusa Tenggara Timur , , ,50 KALIMANTAN , , , Kalimantan Barat , , , Kalimantan Tengah , , Kalimantan Selatan , , , Kalimantan Timur , , ,62 SULAWESI , , , Sulawesi Utara , , Sulawesi Tengah ,56 8 0, , Sulawesi Selatan , , , Sulawesi Tengah , , Gorontalo ,24 8 0, , Sulawesi Barat , , ,62 MALUKU dan PAPUA , , , Maluku , , Maluku Utara , , Papua Barat , , Papua , , ,09 INDONESIA (Total) Sumber : Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik (2011) 5

4 Sistem Pemeliharaan Ternak Kerbau Menurut Hendayana dan Matodang (2010), di Indonesia pada umumnya ternak kerbau dipelihara dengan cara tradisional, dimana kerbau dilepas di padang penggembalaan pada siang hari dan digiring ke kandang pada malam harinya. Ada juga peternak yang membiarkan ternaknya di padang penggembalaan sepanjang hari yaitu pada siang dan malam hari. Disamping itu, peternak juga kurang memperhatikan kondisi kesehatan kerbau, misalnya pencegahan dan pengobatan penyakit. Kerbau yang sedang sakit biasanya hanya diobati dengan cara tradisional sehingga menyebabkan angka kematian kerbau semakin meningkat. Darminto et al. (2010) menambahkan bahwa ternak kerbau sebagian besar dipelihara dengan sistem ekstensif, dimana kerbau digembalakan di padang rumput dan dibiarkan mencari makanannya sendiri. Sistem ekstensif ini memberikan keuntungan bagi peternak yaitu dapat menggembalakan sekitar 15 ekor kerbau. Peternak yang memelihara kerbau dengan cara dikandangkan hanya mampu memelihara dua sampai tiga ekor ternak. Ada beberapa peternak memelihara kerbau dengan cara kombinasi yaitu kerbau digembalakan di padang penggembalaan pada siang hari dan di kandangkan pada malam hari. Sistem pemeliharaan dengan cara kombinasi ini ada di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Peternak menggembalakan kerbau pada siang hari di area persawahan atau diikat dan dipindah-pindahkan di lahan penggembalaan, sedangkan pada malam hari dikandangkan (Rusdiana dan Bamualim, 2010). Pemeliharaan ternak kerbau secara ekstensif dan semi intensif dipengaruhi oleh musim. Di Kalimantan Timur pada musim kemarau kerbau digembalakan di hutan, sedangkan pada musim penghujan digiring ke kandang. Peternak kerbau pada saat musim penghujan memiliki kerja yang lebih tinggi dibandingkan pada saat musim kemarau, karena peternak harus mencari rumput untuk ternaknya (Hamdan dan Rohaeni, 2008). Penggemukan Ternak Penggemukan ternak merupakan suatu sistem pemeliharaan ternak seperti sapi dan kerbau yang bertujuan untuk menghasilkan daging, dimana ternak di kandangkan selama kurun waktu tertentu untuk mendapatkan bobot badan yang cepat meningkat sehingga menghasilkan daging yang berkualitas baik sebelum 6

5 dipotong. Ternak yang digemukkan pada umumnya diberi pakan yang banyak mengandung energi seperti karbohidrat dan lemak (Parakkasi, 1999). Proses penggemukan sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam pakan tergantung dari peternaknya. Namun, pakan yang diberikan harus dapat memberikan nutrisi dan kontribusi yang baik untuk menghasilkan pertambahan bobot badan pada ternak. Selain faktor pakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu usaha penggemukan yaitu bangsa, jenis kelamin, manajemen pemeliharaan, dan kondisi lingkungan sekitar (Yamin, 2001). Karkas Muchtadi dan Sugiyono (1992) menjelaskan bahwa karkas adalah daging dan tulang yang masih menyatu atau daging yang belum dipisahkan dari tulangnya. Karkas sapi menurut Lawrie (2003) adalah bagian tubuh yang tertinggal setelah darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, limpa, hati, dan jaringan lemak (yang melekat pada bagian tubuh tersebut) diambil. Karkas terdiri dari urat daging, jaringan lemak, tulang, jaringan ikat, pembuluh darah besar dan lain sebagainya. Soeparno (2005) menambahkan penyusun utama dari karkas adalah otot dan jaringan ikat. Jaringan ikat tersusun oleh serabut-serabut kolagen. Kolagen dari jaringan ikat memiliki kontribusi yang penting dalam kualitas suatu daging. Semakin banyak ternak melakukan aktivitas maka kolagen di dalam jaringan ikat semakin tinggi sehingga menyebabkan daging menjadi lebih alot. Karkas sapi adalah bagian dari tubuh sapi sehat yang telah disembelih secara halal, telah dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala dan kaki, organ reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih (Dewan Standardisasi Nasional, 2008). Karkas kerbau adalah tubuh kerbau sehat (memenuhi syarat pemotongan) yang telah disembelih, masih dalam keadaan utuh atau sudah dibelah menjadi dua bagian membujur sepanjang tulang belakangnya, setelah dikuliti, isi perut dikeluarkan, tanpa kepala, kaki bagian bawah dan alat kelamin kerbau jantan atau ambing pada kerbau betina yang telah dipisahkan, serta tanpa ekor. Kepala dipotong di antara tulang occipital (Os. occipitale) dengan tulang tengkuk pertama (Os. atlas). Kaki depan dipotong di antara carpus dan metacarpus, sedangkan kaki belakang dipotong di antara tarsus dan metatarsus (Dewan Standardisasi Nasional, 1995). 7

6 Pertumbuhan Tulang, Otot dan Lemak Definisi pertumbuhan menurut Soeparno (2005) adalah perubahan ukuran yaitu perubahan berat hidup, bentuk dan komposisi tubuh termasuk di dalamnya perubahan komponen tubuh seperti otot, tulang dan lemak pada karkas serta komponen kimia yang meliputi air, lemak, protein dan abu. Pertumbuhan ternak adalah kumpulan dari beberapa perubahan dari semua bagian-bagian dan komponen tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu individu dalam satu bangsa, bangsa ternak yang berbeda, ukuran tubuh ternak dan jenis kelamin yang berbeda. Soeparno (2005) menjelaskan bahwa komponen-komponen tubuh mengalami pertambahan bobot seiring dengan pertumbuhan hingga ternak mencapai umur dewasa dengan urutan pertumbuhan yaitu pertumbuhan tulang, otot, kemudian lemak. Tulang, otot dan lemak merupakan komponen utama penyusun karkas. Aberle et al. (2001) menambahkan bahwa komponen tulang adalah salah satu komponen karkas yang tumbuh paling awal dan pertumbuhan mulai menurun pada saat ternak mencapai umur dewasa. Deposisi lemak pada ternak yang masih muda terjadi di sekitar jeroan dan ginjal, dengan seiring bertambahnya umur suatu ternak deposisi lemak dapat juga terjadi di antara otot (lemak intermuskular), lapisan bawah kulit (lemak subkutan) dan diantara ikatan serabut otot (lemak intramuscular). Daging Definisi daging menurut Soeparno (2005) adalah seluruh jaringan hewan dan semua produk hasil olahan jaringan tersebut yang sesuai untuk dikonsumsi oleh konsumen serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Muchtadi dan Sugiyono (1992) menambahkan daging adalah satu komoditi pertanian yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi protein dimana daging mengandung protein yang berupa asam amino yang lengkap. Menurut Dewan Standardisasi Nasional (2008) definisi daging segar adalah daging yang berasal dari ternak yang belum diolah dan atau tidak ditambahkan dengan bahan dan perlakuan apapun. Daging tersusun oleh beberapa komponen yaitu otot, jaringan ikat, jaringan epitel, jaringan-jaringan saraf, pembuluh darah dan lemak. Namun, komponen penyusun utama dari daging yaitu otot (Soeparno, 2005). Jaringan otot atau jaringan 8

7 sel daging atau serabut otot tersusun atas miofibril-miofibril. Miofibril tersusun atas miofilamin yaitu serabut-serabut halus. Miofilamen tersebut tersusun atas aktin dan miosin yang berperan dalam proses kontraksi dan relaksasi pada otot daging (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Daging mengandung banyak komponen protein, selain itu juga air, lemak, karbohidrat, dan komponen anorganik (Soeparno, 2005). Daging terdiri dari komposisi sebagai berikut air 75%, protein 19%, lemak 2,5%, karbohidrat 1,2%, substansi non protein yang larut 2,3%, dan sedikit vitamin (Lawrie, 2003). Daging Sapi dan Kerbau Daging sapi menurut Dewan Standardisasi Nasional (2008) adalah bagian otot dari karkas sapi yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, yaitu berupa daging segar, daging segar dingin, atau daging beku. Daging sapi sangat muda (3-14 minggu) disebut veal dan daging sapi dari ternak yang berumur lebih dari satu tahun disebut beef. Warna daging yang berasal dari sapi muda berwarna lebih terang dibandingkan dengan daging yang berasal dari ternak sapi dewasa. Daging kerbau kebanyakan keras dan tidak disukai oleh konsumen. Hal ini dikarenakan ternak kerbau bisanya dipotong pada usia yang relatif tua (5-7 tahun). Diperlukan penanganan khusus untuk memperbaiki kualitas dari daging kerbau tersebut, yaitu dengan cara memperbaiki sistem pemeliharaan dan dengan pemberian pakan yang berkualitas baik yang dikombinasi dengan hijauan dan konsentrat. Banyak peternak kerbau memelihara kerbau dengan cara digemalakan (ekstensif), dan kerbau sering dibuat sebagai ternak kerja. Kerbau perlu di pelihara secara intensif yaitu dengan cara ternak dikandangkan dan diawasi dalam segi pakan, minum, penanganan penyakit dan perkawinan. Keunggulan daging kerbau yaitu memiliki kandungan kolesterol yang lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi (Darminto et al., 2010). Kualitas Daging Pengujian kualitas daging sebaiknya menggunakan daging yang besar dan memiliki arah serabut otot yang jelas. Salah satu daging yang digunakan yaitu daging yang berasal dari bagian otot longissimus dorsi (LD). Otot longissimus dorsi adalah otot yang memanjang dari bagian posterior ke arah rusuk daerah thoracis dan dorsal 9

8 processus transverses daerah lumbar. Kualitas daging dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum meliputi genetik, spesies, bangsa, jenis kelamin, umur, pakan, dan tingkat stress pada ternak. Faktor sesudah yaitu ph daging, metode palayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, macam dan lokasi pada suatu otot daging serta metode penyimpanan (Soeparno, 2005). Sifat fisik daging merupakan suatu faktor yang menentukan kualitas dari suatu daging. Ada beberapa parameter dalam pengukuran sifat fisik daging antara lain ph, keempukkan, susut masak, daya mengikat air (DMA), warna daging dan warna lemak. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: Nilai ph Pengukuran nilai ph digunakan untuk mengetahui tingkat keasaman dan kebasaan suatu substansi. Nilai ph daging setelah proses pemotongan mencapai 6,5-6,8 yaitu pada saat proses kekakuan daging, namun ada juga yang mencapai 5,4-5,5. Proses penurunan ph karkas dan daging hanya dapat menurun sedikit demi sedikit pada beberapa jam setelah proses pemotongan berlangsung, penurunan ph tersebut dapat bervariasi diantara berbagai ternak. Perbedaan laju dan besarnya nilai penurunan ph dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain spesies, tipe otot, glikogen otot, temperatur lingkungan, perlakuan bahan aditif sebelum pemotongan, dan tingkat stres pada ternak (Soeparno, 2005) Nilai ph daging normal berkisar antara 5,4-5,8. Nilai ph dapat mempengaruhi susut masak, nilai keempukan, warna daging, dan daya mengikat air oleh protein daging. Ternak yang cukup memiliki energi dan pada saat dipotong mengalami stres, terjadi proses rigormotis yang berlebihan dan mengakibatkan laju penurunan ph yang drastis. Hal ini dapat menyebabkan daging menjadi pucat, daya mengikat air oleh protein daging menjadi rendah dan mengakibatkan permukaan daging menjadi basah disebut dengan drip atau weep. Ternak yang tidak memiliki cukup energi akan mempunyai timbunan asam laktat yang sedikit dan menyebabkan ph turun sedikit demi sedikit dan stabil pada ph yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan daging berwarna lebih gelap dikarenakan kandungan mioglobin yang masih tinggi, permukaan daging kering karena daya mengikat air oleh protein daging tinggi sehingga cairan yang keluar tidak terlalu banyak (Soeparno, 2005). 10

9 Daya Mengikat Air (DMA) Daya mengikat air (DMA) atau water holding capacity (WHC) adalah kemampuan protein daging untuk mengikat airnya sendiri atau air yang ditambahkan dari luar yaitu dari proses pemotongan daging, pemanasan dan penggilingan. Daya mengikat air suatu daging dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain ph, temperatur, proses pelayuan, pemasakan, udara kering, spesies, umur, fungsi otot, pakan, penyimpanan, jenis kelamin, perlakuan sebelum pemotongan dan lemak intramuskuler. Jumlah asam laktat yang berbeda pada daging dapat mempengaruhi ph otot dan menyebabkan DMA pada setiap daging berbeda (Soeparno, 2005). Soeparno (2005) menjelaskan bahwa penurunan DMA dapat diketahui dari timbulnya eksudasi cairan. Eksudasi berasal dari lemak dan cairan daging. Eksudasi cairan pada daging mentah yang belum dibekukan disebut dengan weep dan pada daging mentah yang sudah dibekukan kemudian disegarkan kembali dikenal dengan sebutan drip. Prinsipnya jika kemampuan protein daging untuk mengikat air tinggi maka weep dan drip akan menurun. Lawrie (2003) menambahkan banyaknya eksudasi cairan pada daging tergantung dari jumlah cairan yang dibebaskan oleh protein daging. Keempukan Daging Keempukan daging menurut Soeparno (2005) merupakan salah satu faktor penentu yang kemungkinan paling penting untuk menentukan kualitas suatu daging. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keempukan daging yaitu faktor antemortem dan faktor postmortem. Faktor antemortem terdiri dari genetik yang termasuk di dalamnya adalah bangsa, spesies dan fisiologi, faktor umur, manajemen, jenis kelamin serta stres. Faktor postmortem yaitu metode pelayuan dan pembekuan yang termasuk di dalamnya adalah faktor temperatur dan lama penyimpanan, serta metode pengolahan yaitu metode pemasakan dan penambahan bahan pengempuk daging. Keempukan dapat dikaitkan dengan protein otot yaitu protein jaringan ikat (kolagen), miofibril (miosin, aktin, dan tropomiosin) dan sarkoplasma (proteinprotein sarkoplasmik). Penilaian keempukan dapat diukur secara subjektif (uji panel cita rasa) dan objektif (daya putus dengan menggunakan Warner-Blatzer) (Soeparno, 2005). 11

10 Keempukan daging dari ternak yang dikandangkan lebih empuk dibandingkan dengan daging dari ternak yang digembalakan. Hal ini dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi ternak dan manajemen pemeliharaan. Ternak tua yang diberi pakan dengan kualitas nutrisi dan manajemen pemeliharaan yang baik akan menghasilkan daging yang berkualitas lebih baik dan empuk dibandingkan dengan daging yang dihasilkan oleh ternak muda yang diberi pakan dan dipelihara dengan buruk. Nutrisi yang terkandung di dalam pakan yang berkualitas dapat terserap secara sempurna di dalam otot dan membuat otot tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga kandungan kolagen di dalam otot menjadi lebih sedikit dan menghasilkan daging yang lebih empuk (Prihatman, 2000). Susut Masak Susut masak yaitu hilangnya bobot daging setelah proses pemasakan yang dipengaruhi oleh temperatur dan lama pemasakan. Susut masak dinyatakan dalam persentase. Faktor yang mempengruhi susut masak yaitu ph, panjang sarkomer serabut otot, panjang potongan serabut otot, status kontraksi miofibril, ukuran dan berat sampel daging (Soeparno, 2005). Bangsa ternak yang berbeda dapat mempengaruhi persentase susut masak suatu daging. Besarnya susut masak tersebut dapat mengindikasikan jumlah jus di dalam daging. Daging dengan persentase susut masak yang rendah memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan daging dengan persentase susut masak yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan hilangnya kandungan nutrisi di dalam daging tersebut. Daging yang susut masaknya rendah mengindikasikan bahwa daging tersebut tidak terlalu banyak kehilangan nutrisi selama proses pemasakan (Soeparno, 2005). Warna Daging dan Lemak Lawrie (2003) menjelaskan bahwa salah satu parameter dalam penentu kualitas fisik daging yaitu warna daging dan lemak. Warna daging dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain pakan, spesies, bangsa, umur, jenis kelamin, stres, nilai ph dan oksigen. Namun, faktor utama yang menentukan warna daging yaitu konsentrasi mioglobin. Mioglobin merupakan pigmen yang menentukan warna daging dan bersifat larut dalam air, larutan garam encer serta merupakan bagian dari protein sarkoplasma serta merupakan protein yang kompleks yang memiliki tugas 12

11 untuk mengangkut oksigen yang dibutuhkan sel. Warna daging dapat berubah dikarenakan mioglobin dalam daging tersebut mengalami perubahan kimia (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Faktor lain yang memiliki peranan yang paling besar dalam menentukan warna daging yaitu tipe molekul mioglobin, status kimia mioglobin, dan kondisi fisik dan kimia komponen lain yang terkandung di dalam daging (Lawrie, 2003). Soeparno (2005) menjelaskan bahwa spesies ternak adalah salah satu faktor penentu warna daging. Setiap spesies memiliki konsentrasi mioglobin yang berbedabeda, oleh karena itu pada setiap spesies memiliki warna daging yang berbeda-beda pula. Warna daging akan semakin merah pada ternak dewasa, karena konsentrasi mioglobin pada ternak dewasa atau tua lebih tinggi dibandingkan dengan ternak muda. Kadar mioglobin daging sapi muda 1-3 mg/gr, daging sapi dewasa 4-10 mg/gr, dan lebih dari 6-20 mg/gr untuk daging sapi tua (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Peningkatan konsentrasi mioglobin disebabkan oleh peningkatan deposisi mioglobin pada serabut merah atau peningkatan serabut merah pada daging. Warna daging yang banyak disukai oleh konsumen yaitu warna merah terang oksimioglobin (Soeparno, 2005). Warna daging kerbau relatif lebih gelap dan lemaknya berwarna lebih putih dan jika diraba akan lebih melekat pada jari jika dibandingkan dengan sapi (Rukmana, 2003). Minyak Ikan Lemuru Limbah dari hasil industri perikanan dapat berupa limbah cair dan padat. Salah satu contoh limbah industri perikanan dalam bentuk cair yaitu minyak ikan. Minyak ikan merupakan hasil samping dari proses pengalengan ikan (Irianto dan Soesilo, 2007). Limbah minyak ikan lemuru diperoleh dari proses pengalengan ikan. Ada beberapa macam metode pengambilan minyak ikan antara lain rendering basah, rendering kering, hidrolisa, silase asam dan ekstraksi dengan pelarut. Metode yang paling banyak digunakan yaitu metode rendering basah karena metode ini merupakan metode yang sangat sederhana dan mudah dilakukan. Tahapan paling utama dalam metode ini adalah pengukusan dan pengepresan. Pengukusan bertujuan untuk melepaskan minyak dengan air dan pengepresan dilakukan agar minyak terpisah dari padatannya. Bahan baku ikan disiapkan dan dicuci bersih lalu dikukus pada suhu 105 o C selama 30 menit. Ikan yang telah dikukus kemudian dipres dan diambil bagian 13

12 cairan yang berupa minyak dan air. Cairan dialirkan pada corong pemisah sehingga diperoleh lapisan atas (minyak) dan lapisan bawah (air). Minyak lalu disentrifuse dengan kecepatan rpm selama 10 menit sehingga diperoleh minyak kasar (Astawan, 1998). Minyak ikan masuk ke dalam kelompok lemak atau lipid yang tidak larut dalam air. Minyak merupakan kombinasi dari ester asam lemak dan gliserol yang kemudian membentuk gliserida (Muchtadi, 1989). Fungsi dari minyak ikan yaitu sebagai obat-obatan (Ketaren, 1986). Minyak ikan lemuru mengandung EPA (Eicosapentaenoic Acid) dan DHA (Docoxahexaenoic Acid). Minyak ikan lemuru banyak dimanfaatkan karena jumlahnya yang melimpah dan mengandung banyak asam lemak. Keungulan dari minyak ikan lemuru yaitu jumlah asam lemak tak jenuhnya lebih tinggi dibandingkan asam lemak jenuhnya. Manfaat dari minyak ikan lemuru yaitu menurunkan kolesterol darah (Lubis, 1993). Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK) Minyak ikan tidak dapat langsung diberikan pada ternak karena baunya yang sangat amis dan minyak mudah sekali rusak (teroksidasi). Kerusakan minyak tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu absorbsi bau oleh lemak, aksi oleh enzim dalam jaringan bahan yang mengandung minyak, aksi mikroba dan oksidasi oleh oksigen (Ketaren, 1986). Perlu ada perlindungan terhadap minyak untuk mencegah terjadinya kerusakan. Metode perlindungan lemak atau minyak pada pakan ada beberapa macam yaitu saponifikasi, formalin, hidrolisis basa, dan hidrolisis asam. Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK) merupakan metode perlindungan lemak dengan hidrolisis asam yaitu dengan mencampurkan minyak ikan lemuru dengan HCl. Perlindungan lemak dengan hidrolisis asam dipilih karena metode tersebut lebih cepat sehingga asam lemak bebas yang terkandung di dalam minyak ikan tidak mudah teroksidasi. Asam lemak tak jenuh bebas dapat terbentuk akibat proses oksidasi, oleh karena itu diberi tambahan larutan KOH. Proses hidrolisis asam minyak ikan ini menghasilkan garam karboksilat yang kemudian dicampur dengan onggok. Perbandingan onggok dan garam karboksilat yang digunakan sebanyak 1:5 kemudian dikeringkan di dalam oven yang bersuhu 32 o C dan menghasilkan CGKK dengan kadar air 15% (Tasse, 2010). 14

13 Menurut Tasse (2010), campuran garam karboksilat kering di dalam saluran pencernaan sapi perah akan terpisah menjadi onggok dan garam karboksilat. Onggok akan terfermentasi dan garam karboksilat akan terionisasi menjadi kalium dan asam lemak namun pada ph rumen yang mencapai 6-7 kalium dan asam lemak tidak terhidrogenasi dan kemudian menuju ke omasum lalu abomasum. Di abomasum yang memiliki ph mencapai 2-3 kalium dan asam lemak terurai dan kemudian kalium terserap di dalamnya, namun asam lemak tetap bypass dan menuju ke kapiler darah lalu asam lemak diabsorbsi oleh sel mamari dan diesterifikasi ke dalam lemak susu. 15

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot dan Persentase Komponen Karkas Komponen karkas terdiri dari daging, tulang, dan lemak. Bobot komponen karkas dapat berubah seiring dengan laju pertumbuhan. Definisi pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau (Bubalus bubalis)

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau (Bubalus bubalis) TINJAUAN PUSTAKA Kerbau (Bubalus bubalis) Kerbau termasuk ke dalam spesies Bubalus bubalis yang diduga berevolusi dari Bubalus arnee, kerbau liar dari India. Kerbau domestik sebagai suatu spesies Bubalus

Lebih terperinci

SKRIPSI SEPTINA LUSIAWATI

SKRIPSI SEPTINA LUSIAWATI KOMPONEN KARKAS DAN SIFAT FISIK DAGING SAPI PO DAN KERBAU RAWA YANG DIGEMUKKAN MENGGUNAKAN RANSUM YANG DISUPLEMENTASI CAMPURAN GARAM KARBOKSILAT KERING SKRIPSI SEPTINA LUSIAWATI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kerbau Karakteristik Ternak Kerbau

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kerbau Karakteristik Ternak Kerbau TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kerbau Kerbau merupakan hewan ruminansia dari sub family Bovinae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Pertumbuhan Ternak

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Pertumbuhan Ternak TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Sapi Brahman berasal dari India yang merupakan keturunan dari sapi Zebu (Bos Indicus). Sapi Brahman Cross merupakan sapi hasil persilangan antara sapi Brahman (Bos Indicus)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena dagingnya selain rasanya enak juga merupakan bahan pangan sumber protein yang memiliki kandungan gizi lengkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak serta zat yang lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Usaha untuk meningkatkan konsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia akan gizi menuntut dikembangkannya berbagai industri pangan. Salah satu sektor yang turut berperan penting dalam ketersediaan bahan pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan TINJAUAN PUSTAKA Daging Kerbau Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan mempunyaikebiasaan berendam di sungai dan lumpur. Ternak kerbau merupakan salah satu sarana produksi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi masyarakat, mempengaruhi meningkatnya kebutuhan akan makanan asal hewan (daging). Faktor lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konversi Otot Menjadi Daging Kondisi ternak sebelum penyembelihan akan mempengaruhi tingkat konversi otot menjadi daging dan juga mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang bernilai gizi tinggi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan sehat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut pangan hewani sangat memegang

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan Handiwirawan, 2006). Kerbau domestik (Bubalus bubalis) terdiri dari dua tipe

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan Handiwirawan, 2006). Kerbau domestik (Bubalus bubalis) terdiri dari dua tipe II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Kerbau Kerbau merupakan hewan ruminansia dari sub family Bovinae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Afkir Daging itik mempunyai kualitas rendah karena bau amis, bertekstur kasar dan alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui sistem produksi ternak kerbau sungai Mengetahui sistem produksi ternak kerbau lumpur Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Kelinci Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci fryermerupakan karkas kelinci muda umur 2 bulan, sedangkan karkas kelinci

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Ternak babi memiliki karakteristik yang sama kedudukannya dalam sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat menguntungkan peternak di samping cara pemeliharaannya yang mudah dan sifatnya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

RILIS HASIL AWAL PSPK2011 RILIS HASIL AWAL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kerbau dan Sapi di Indonesia Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak kerbau tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia dengan

Lebih terperinci

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Zoologis Sapi Menurut blakely dan bade, (1998) Secara umum klasifikasi Zoologis ternak sapi adalah sebagai berikut Kingdom Phylum Sub Pylum Class Sub Class Ordo Sub

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan

PENDAHULUAN. cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak itik merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan protein hewani yang murah

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING KUALITAS DAGING Dalam pengujian kualitas daging dipergunakan sampel-sampel : macam otot, penyiapan sampel. Uji fisik obyektif yang meliputi Keempukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba,

TINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba, II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Domba Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba, jenis kelamin, dan tingkat perlemakan. Daging domba memiliki bobot jaringan muskuler atau urat daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

DAGING. Theresia Puspita Titis Sari Kusuma. There - 1

DAGING. Theresia Puspita Titis Sari Kusuma. There - 1 DAGING Theresia Puspita Titis Sari Kusuma There - 1 Pengertian daging Daging adalah bagian tubuh yang berasal dari ternak sapi, babi atau domba yang dalam keadaan sehat dan cukup umur untuk dipotong, tetapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan perlu dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh normal dan sehat, karena bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7) Waktu dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Kerbau merupakan ternak penghasil daging merah dan susu. Kerbau di Indonesia juga banyak digunakan sebagai ternak pengangkut dan pembajak sawah. Beberapa daerah di Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging merupakan hasil persilangan yang dihasilkan dari jantan strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan strain bertulang

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tinjauan Umum Kerbau Kerbau rawa memberikan kontribusi positif sebagai penghasil daging, terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air 3 5 m

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara keduanya (Atabany,

Lebih terperinci

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c (THE QUALITY OF WAGYU BEEF AND BALI CATTLE BEEF DURING THE FROZEN STORAGE AT - 19 O C) Thea Sarassati 1, Kadek Karang Agustina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakso Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang dilumatkan, dicampur dengan bahan lainnya, dibentuk bulat-bulatan, dan selanjutnya direbus (Usmiati

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Sapi Pasundan Sapi Pasundan sebagai sapi lokal Jawa Barat sering disebut sebagai sapi kacang. Istilah sapi kacang merupakan predikat atas karakter kuantitatif yang

Lebih terperinci

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian berada di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil dan Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Babi adalah binatang yang dipelihara dari dahulu, dibudidayakan, dan diternakkan untuk tujuan tertentu utamanya untuk memenuhi kebutuhan akan daging atau

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL ) DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL ) Diterbitkan : Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Grobogan Jl. A. Yani No.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Sapi Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itik Itik merupakan salah satu jenis unggas yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Selain sebagai alat pemenuh kebutuhan konsumsi namun juga berpotensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

Gambar 1. Domba Ekor Tipis (Sumber : Dokumentasi Penelitian)

Gambar 1. Domba Ekor Tipis (Sumber : Dokumentasi Penelitian) TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba Domba tergolong pada kingdom Animalia (hewan), filum chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mammalia (hewan menyusui) ordo Arthiodactyla (hewan berkuku genap)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan komoditas ternak, khususnya daging. Fenomena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi maka terciptalah ayam kampung

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAGING KERBAU PADA UMUR DAN JENIS KELAMIN YANG BERBEDA SKRIPSI WENY ROSMAYA

SIFAT FISIK DAGING KERBAU PADA UMUR DAN JENIS KELAMIN YANG BERBEDA SKRIPSI WENY ROSMAYA SIFAT FISIK DAGING KERBAU PADA UMUR DAN JENIS KELAMIN YANG BERBEDA SKRIPSI WENY ROSMAYA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN Weny

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai

PENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai PENGANTAR Latar Belakang Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai sumber protein hewani banyak mengandung gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Seiring dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Bangsa (breed) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HEWANI. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HEWANI. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP TEKNOLOGI PENGOLAHAN HEWANI DAGING ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP 2011 OUTLINES PENDAHULUAN KUALITAS PENYIMPANAN DAN PRESERVASI PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING OLAHAN DAGING PENDAHULUAN DAGING SEMUA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING ILMU PASCA PANEN PETERNAKAN KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING KELAS B Juni Sumarmono, PhD Ir. Kusuma Widayaka, MS SEMESTER GASAL 207/2018 Kuliah TM 4 Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos) TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae,

Lebih terperinci

DAGING. Pengertian daging

DAGING. Pengertian daging Pengertian daging DAGING Titis Sari Kusuma Daging adalah bagian tubuh yang berasal dari ternak sapi, babi atau domba yang dalam keadaan sehat dan cukup umur untuk dipotong, tetapi hanya terbatas pada bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dengan lama pemeliharaan 6 minggu dan masa adaptasi 3 minggu. Penelitian ini dimulai pada akhir bulan Februari

Lebih terperinci